Anda di halaman 1dari 47

SCREENING PROCESS

1.
Tahun
2020
Judul
Analisis kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan
kemampuan matematika siswa
Jurnal
Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan
Topic
Menganalisis kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam mengerjakan soal matematika
berdasarkan kemampuan siswa. Siswa yang berkemampuan matematika tinggi dapat memenuhi empat
indikator berfikir kiritis sedangkan siswa yang berkemampuan matematika rendah tidak memenuhi salah
satu indikator berpikir kritis sama juga dengan berpikir kreatif siswa yang berkemampuan matematika
tinggi mamenuhi tiga indikator berpikir kreatif sedangkan siswa yang berkemampuan matematika rendah
tidak memenuhi salah satu dari tiga indikator beroikir kreatif.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana hasil analisis kemampuan berpikir kritis dan kreatifitas siswa dalam pemecahan masalah
matematika?
2. Apakah ada berbedaan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan matematika tinggi dan rendah?
3. Apakah ada berbedaan berpikir kreatif siswa dilihat dari kemampuan matematika tinggi dan rendah?
Kontribusi
Memberikan sebuah tes soal matematika dan pertanyaan wawancara
Jenis Artikel
Artikel Penelitian
Teori
Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran wajib yang diberikan kepada semua siswa dengan
tujuan agar dapat membekali kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2007). Kompetensi berpikir krtitis dan kreatif secara umum dalam
matematika merupakan bagian keterampilan hidup yang sangat diperlukan siswa dalam menghadapi
kemajuan IPTEKS yang semakin pesat serta tantangan, tuntutan dan persaingan global yang semakin
pesat.
Craver menyatakan bahwa berpikir kritis matematika berbeda dengan berpikir kritis pada bidang lainnya
secara epistemologi (Mayadiana, 2009). Senada dengan itu, McPack berpendapat, beragamnya berpikir
kritis dari bidang ke bidang dikarenakan adanya situasi berbeda. Hal ini kemudian menjadi penyebab
munculnya beragam keyakinan akan apa itu berpikir kritis. Sebagai contoh, Ennis berpendapat mengenai
perbedaan karakteristik penalaran yang baik pada tiap bidang. Misalnya, matematika hanya menerima
pembuktian deduktif guna menyusun kesimpulan akhir.
Data
1. Kemampuan Berpikir Kritis-Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi
P-001 : Dari soal nomor 1, informasi apa yang bisa kamu dapatkan?
T-001 : Dari soal nomor 1 saya dapat mengetahui bahwa jarak itu diambil dari rute terpendek. Jadi
meskipun ada berbagai macam rute yang bisa di tempuh dari A ke C, tetapi untuk menentukan jarankya
kita ambil rute terpendek
P-002 : Jarak manakah yang kamu maksud?
T-002 : Jarak A ke C
P-010 : Untuk mendapatkan jarak lampu ke salah satu sudut lantai kamar, cara apa yang kamu gunakan?
T-010 : Pertama harus cari OE. Setelah itu bisa menggunakan OE dan AE ke rumus phytagoras. Maka di
dapat mi OA
P-015 : Saat kamu melihat soal, apa sudah terfikir seperti apa langkah yang harus kamu ambil untuk
menjawabnya?
T-015 : Iya kak, saya langsung kepikiran cara penyelesaiannya dengan menggambarkannya dulu
P-016 : Apakah rencana awal itu sesuai dengan apa yang kamu kerjakan hingga terakhir?
T-016 : Iya kak tetap pakai cara yang terpikir sejak awal. Kan yang dicari jarak lampu ke salah satu
sudut lantai kamar. Jadi yang mewakili itu seperti yang saya gambar, panjangnya OA. Saya cari EO
dulu. Dimana EO itu setengah dari EG. sebelum itu cari EG dulu menggunakan Phytagoras. Setelah itu,
cari mi OA gunakan phytagoras juga. Jadi yang saya dapat OA = 2 akar 6
P-021 : Apakah kamu memeriksa kembali jawaban setelah memperoleh hasilnya?
T-021 : Iya kak.
P-022 : Apakah setelah mendapat jawabannya kamu membuktikan kebenarannya mengunakan cara lain?
T-022 : Awalnnya saya yakin, namun saya coba mengunakan titik lain untuk membuktikan kebenarannya,
dan ternyata sesuai.
2. Kemampuan Berpikir Kritis-Subjek Berkemampuan Matematika Rendah
P-001 : Dari soal nomor 1, informasi apa yang bisa kamu dapatkan?”
R-001 : Panjang lintasan yang mirip layang-layang. Ada diagonal 1 dan diagonal 2 nya tapi ada
setengah diagonal yang tidak diketahui panjangnya. Jadi harus dicari salah satu sisinya yang diketahui,
supaya bisa diketahui sisi- sisinya yang lain dengan menggunakan phytagoras
P-002 : Lalu apa yang ditanyakan?
R-002 : Panjang rute tersebut, rute mana yang terpendek, dan jarak antara A dan C
P-013 : untuk mencari rute terpendek, bagaimana?
R-013 : Harus diketahui semua panjang lintasan dengan cara phytagoras
P-021 : Apakah kamu memeriksa kembali jawaban setelah memperoleh hasilnya?
R-021 : iye
P-022 : Apakah setelah mendapat jawabannya kamu membuktikan kebenarannya mengunakan cara lain?
R-022 : Tidak, hasilnya hanya ku hitung ulang dengan cara yang sama
3. Kemampuan Berpikir Kreatif-Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi
P-004 : Coba ceritakan, konsep-konsep, atau sifat-sifat matematika apa saja yang kamu anggap dapat
digunakan untuk selesaikan itu soal no.1
T-004 : Konsep Trigonometri dan Phytagoras
P-005 : Coba jelaskan teknik apa yang kamu terapkan untuk menyelesaian soal!
T-005 : Tehnik untuk mencari jarak titik ke titik, titik ke garis, dan trigonometri, phytagoras
P-042 : Apakah kamu dapat menjawab soal menggunakan hasil pemikiranmu sendiri?
T-042 : iya
P-043 : Apakah cara, konsep, atau prosedur yang kamu gunakan dalam menyelesaikan masalah
merupakan hal yang “baru” atau belum pernah terpikir sebelumnya oleh kamu atau teman-teman kamu?
Jika iya, mengapa?
T-043 : Rumus yang saya gunakan sudah dipelajari sebelumnya. Cuma prosedurnya yang baru. Karena
pernah diajar sebelumnya sifat garis tinggi pada segitiga.
4. Kemampuan Berpikir Kreatif-Subjek Berkemampuan Matematika Rendah
P-004 : Coba ceritakan, konsep-konsep, atau sifat-sifat matematika apa saja yang kamu anggap dapat
digunakan untuk selesaikan itu soal no.1
R-004 : Konsep Phytagoras
P-006 : Masih ada materi lain yang terkait selain yang kita sebutkan tadi?
R-006 : Bangun datar, dimensi tiga, jarak titik ke garis, dan titik ke bidang
P-022 : Ada cara lain yang bisa kamu gunakan tidak?
R-022 : Tidak ada bu. Itu satu-satu nya cara yang bisa digunakan
Scope
Jurnal ilmiaha untuk menyebarluaskan hasil penelitian atau kajian konseptual tentang pendidikan
Tempat
Kelas XII SMAN 10 Bone
Metode
Penelitian kualitatif deskriptif
Hasil
(1) Siswa berkemampuan matematika tinggi dapat memenuhi empat indikator kemampuan berpikir kritis
dalam memecahkan masalah, yaitu mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan dan mengungkapkan
fakta yang ada, mampu mendeteksi bias dan menentukan konsep untuk menyelesaikan soal, mampu
mengerjakan soal sesuai rencana, mampu memeriksa kembali jawaban, menggunakan cara lain, dan
menarik kesimpulan. (2) Siswa berkemampuan matematika rendah dapat memenuhi tiga indikator
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, yaitu mampu merumuskan pokok-pokok
permasalahan dan mengungkapkan fakta yang ada, mampu mendeteksi bias dan menentukan konsep
untuk menyelesaikan soal dan mampu mengerjakan soal sesuai rencana(3) Siswa berkemampuan
matematika tinggi dapat memenuhi tiga indikator kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah yaitu kelancaran, keluwesan dan originalitas (4) Siswa berkemampuan matematika rendah tidak
dapat memenuhi kriteria Keluwesan yaitu memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) proses
perhitungan dan hasilnya benar. Begitupun pada kriteria originalitas yaitu kemampuan siswa menjawab
masalah dengan pemikiran sendiri dan menunjukkan sesuatu yang unik.

2.
Tahun
2021
Judul
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Bangun Datar Segitiga dan Segiempat
Jurnal
Jurnal Pendidik Indonesia
Topic
Analisis kemampuan berpikir kritis matematika siswa pada materi bangun datar segitiga dan segiempat
mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis menurut Facioner yaitu: menginterpretasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan menginferens.
Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ada perbedaan pada siswa berkemampuan berpikir kritis tinggi, sedang dan rendah dalam
menyelesaikan materi bangun datar segitiga dan segiempat?
Kontribusi
Memberikan tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk uraian dengan materi bangun datar segitiga dan
segiempat dan beberapa pertanyaan wawancara
Jenis Artikel
Artikel Ilmiah
Teori
Kemampuan berpikir kritis merupakan sebuah kemampuan yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi dengan pemikiran yang masuk akal untuk memutuskan sebuah pilihan yang
tepat. Maka dari itu, kemampuan berpikir kritis matematis dianggap sangat penting diterapkan dalam
proses pembelajaran, karena dengan berpikir kritis siswa mampu berpikir rasional dan menentukan suatu
penyelesaian serta pilihan yang tepat untuk dilakukan atau dipilih berdasarkan informasi yang didapat
(Basri et al. 2019; Basri and As'ari 2018). Sebagaimana yang diungkapkan (Sumarmo et al., 2017)
menyatakan bahwa dalam berpikir kritis seseorang tidak dengan mudah menerima sesuatu yang
diterimanya, tanpa pengetahuan asalnya, namun ia dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya disertai
dengan alasan yang logis.
Materi segitiga dan segiempat merupakan materi yang banyak menuntut siswa dalam menemukan konsep,
menemukan prinsip dan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal segitiga dan segiempat atau
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa tidak hanya dituntut untuk menghitung dan
mengambarkan, tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah mengenai
matematika itu sendiri maupun masalah dari ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari (Chisara et al., 2019;
Syarifuddin et al., 2019, 2020).
Data

1. Hasil Jawaban dan Wawancara Terhadap Subjek AS (Berkemampuan berpikir kritis Tinggi)

Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?


AS : Yang saya pahami dari soal nomor 1 yaitu dimana soal ini yang diketahui adalah sudut A tetapi
pada gambar ini menunjukkan segitiga sama kaki yang besar kedua sudut nya sama , yaitu sudut A dan C
65° terus yang ditanyakan besar sudut B, jadi untuk mencari salah satu sudut dengan menggunakan
rumus besar sudut ∠𝐵 = 180° − (65° + 65°), jadi hasilnya 50°.
Peneliti : Lanjut untuk nomor 2, Apa yang diketahui dan ditanyakan?
AS : Yang diketahui Panjang EB, panjang BC dan panjang DE, bu ditanyakan berapa keliling nya bu
Peneliti : Bagaimana cara kamu bisa mencari nilai-nilai dari panjang sisi yang belum diketahui ?
AS : Kan untuk sudut AD ini sama dengan panjang BC bu, panjang AB sam sama dengan CD jadi yng
belum diketahui kan panjang AE dan juga panjang CD, maka cari dulu panjang AE nya bu, dengan
menggunakan rumus phytagoras seperti yang ibu ajarkan kemarin.
Peneliti : Kesimpulan nya apa ?
AS : Jadi, kelilingnya 42 cm bu
Peneliti : Lanjut untuk soal nomor 3 apa yang kamu pahami dari soal tersebut?
AS : Yang diketahui Panjang tanah 80 meter,lebar tanah 60 meter, dan banyak pupuk setiap 1 m2 tanah,
yang ditanyakan banyak pupuk yang digunakan untuk seluruh tanah, setelah itu saya terlebih dulu
menghitung luas tanah yang akan ditanami sayuran, setelah mendapatkan hasilnya, kemudian saya
kalikan dengan banyak pupuk setiap 1 m2 tanah. Maka hasil akhirnya 240 kg.
2. Hasil Jawaban dan Wawancara Terhadap Subjek FA (Berkemampuan berpikir kritis Sedang)

Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1 Kenapa sudut C nilainya sama dengan sudut A?
sedangkan digambar inikan cuman sudut A?
FA : Yang saya pahami dari soal nomor 1 yaitu dimana soal ini yang diketahui adalah Besar sudut A dan
C = 65° bu..Yang ditanyakan sudut B bu, rumusnya ∠𝐵 = 180° − (A + C).
Peneliti : Lanjut untuk nomor 2, Apa yang diketahui dan ditanyakan?
FA : Hmmm Panjang EB, panjang BC, ummm dan panjang DE bu
Peneliti : Nah kenapa kamu menuliskan dilembar jawabanmu yang ditanyakan panjang AE. CD
FA : Owwww iya bu, saya kemarin ngk baca soalnya dengan baik.
Peneliti : Nah untuk soal nomor 3 diketahui dan ditanyakan apa?
FA : Rina memiliki sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan ukuran 80 meter x 60 meter dan
banyak pupuk setiap 1 m2 tanah (sambil menunjuk membaca soal).
Peneliti : Kenapa di lembar jawaban mu tidak menulisnya dengan jelas?, Dari mana kamu dapat nilai
4.800 ?
FA : Umm, dari 80 meter dikali 60 meter bu, jadi hasilnya 240 Kg bu.
3. Hasil Jawaban dan Wawancara Terhadap Subjek KA (Berkemampuan berpikir kritis Rendah)

Peneliti : Kamu faham ngk soal nomor 1? Nah, kalau gitu untuk nomor 1 ini yang ditanyakan apa?
KA : Ummm (hanya diam), Sudut A bu.
Peneliti : Kamu faham ngk soalnya
KA : Iya bu
Peneliti : Lanjut untuk nomor 2 Kamu ngerti dengan soal nomor 2?
AN : Ngk bu.
Peneliti : Untuk nomor 3 ini jawabanmu 44 atau 49?
KA : 44 cm bu
Scope
Jurnal penelitian peerreview akses terbuka dan tinjauan literatur tentang pendidikan
Tempat
Kelas VIII B SMP Negeri 11 Kota Bima
Metode
Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) subjek yang berkemampuan berpikir kritis tinggi mampu
mamahami masalah, mampu menganalisis, mampu menggunakan strategi yang tepat dan benar, dan
mampu memberikan buah kesimpulan yang benar dan baik; (2) subjek yang berkemampuan berpikir kritis
sedang mampu memahami masalah, mampu menganalisis, kurang mampu menggunakan strategi yang
tepat dan jelas, dan mampu membuat kesimpulan; (3) subjek berkemapuan berpikir kritis rendah mampu
memahami masalah dengan menuliskan diketahui dan ditanyakan, kurang mampu menganalisisis, kurang
mampu menggunakan strategi yang baik dan benar, dan kurang mampu memberikan kesimpulan yang
benar.
3.
Tahun
2018
Judul
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PESERTA DIDIK SMK PADA
MATERI MATRIKS
Jurnal
Jurnal Pendidikan Tambusai
Topic
Menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas XI-ADP SMKS Nurul Falah
Pekanbaru pada materi matriks, karena kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik masih rendah
terutama pada indicator mengevaluasi dan menginferensi.

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas XI-ADP SMKS Nurul Falah
Pekanbaru pada materi matriks?
2. Apakah peserta didik kelas XI-ADP SMKS Nurul Falah Pekanbaru sudah memenuhi indikator
kemampuan berpikir kritis matematis?
Kontribusi
Memberikan tes tertulis dan non tertulis atau wawancara
Jenis Artikel
Artikel Penelitian
Teori
Salah satu yang ingin dicapai pada kurikulum 2013 adalah mencetak generasi yang memiliki kemampuan
berpikir kritis. Generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak akan sekedar percaya dengan
fakta disekitarnya tanpa dilakukannya suatu pembuktian sehingga fakta tersebut benar-benar dipercaya.
Selain itu, berpikir kritis telah menjadi salah satu alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memecahkan beberapa masalah karena melibatkan kemampuan menalar, menafsirkan dan kemampuan
mengevaluasi informasi untuk memungkinkan mengambil suatu keputusan yang valid dan terpercaya
(Chukwuyenum dalam Muliana, 2016)
Menurut Susanto (Jumaisyaroh, 2014) berpikir kritis matematis adalah suatu kegiatan berpikir tentang ide
atau gagasan yang berhubungan dengan konsep atau masalah yang diberikan. Sedangkan menurut Ennis
(Jumaisyaroh, 2014) berpikir kritis matematis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan mengambil
keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini berupa kebenaran dapat dilakukan dengan benar.
Keterampilan berpikir kritis matematis sangat penting bagi siswa karena dengan keterampilan ini siswa
mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Selain itu, menanamkan
kebiasaan berpikir kritis matematis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai
persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Jumaisyaroh, 2014). Jadi dapat disimpulkan berpikir
kritis matematis adalah suatu proses berpikir tingkat tinggi yang membuat peserta didik mengambil
keputusan yang mengarah pada penarikan kesimpulan yang tepat.
Data
Soal kemampuan berpikir kritis matematis yang diberikan adalah materi Matriks pada kelas XI-ADP yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP dalam
menyelesaikan soal pemahaman konsep.
Soal kemampuan berpikir kritis matematis
1. Mari kita amati Masalah berikut ini
Sebuah perusahaan garmen memiliki dua buah pabrik yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Perusahaan
itu memproduksi dau jenis produk, yaitu baju dan jas. Biaya untuk bahan ditangani oleh sebuah
departemen dan upah buruh ditangani oleh pabrik departemen lainnya. Biaya untuk setiap jenis produk
diberikan pada matriks berikut.

Pabrik di Surabaya
Produk Baju Jas
Komponen
Biaya
Bahan Rp200 juta Rp600 juta
Buruh Rp20 juta Rp80 juta

Pabrik di Jakarta
Produk Baju Jas
Komponen
Biaya
Bahan Rp125 juta Rp450 juta
Buruh Rp25 juta Rp90 juta

2. Perusahaan garmen “Indah” tiap bulannya mengekspor 3 macam model busana ke-4 negara tujuan.
Berikut ini adalah tabel daftar barang pesanan pada bulan Mei 2018 dalam satuan lusin.

Jenis Model Negara Tujuan


Jepang Korea Cina Taiwan
A 0 25 10 0
B 20 30 11 24
C 15 0 12 16
Jika pada bulan Juni 2013 pesanan dari jepang meningkat 3 kalinya dan pesanan dari Cina meningkat 2
kalinya, sedangkan pesanan dari Korea dan Taiwan tetap, berapakah total pesanan baju masing-masing
model pada bulan Juni 2018 tersebut dengan menggunakan matriks.

Scope
Jurnal elektronik yang memuat hasil-hasil penelitian bidang pendidikan

Tempat
Kelas XI ADP SMKS Nurul Falah Pekanbaru

Metode
Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
Hasil
Tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan pleh peneliti terkait masalah matriks, hasil dari
tes tersebut diperoleh data berupa hasil pekerjaan siswa yang kemudian dianalisis berdasarkan
rubric yang telah disusun peneliti berdasarkan jawaban siswa terhadap permasalahn, siswa yang
mampu mencapai nilai KKM hanya 19% dari seluruh siswa yang ada (7 dari 36 siswa) dan 81%
belum mencapai KKM.
Berikut penjelasan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan aspek:
Menginterprestasi
Pada aspek pertama kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menginterprestasi sebanyak 19 siswa
dapat memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun yang ditanyakan
soal dengan tepat. Artinya siswa mampu memahami masalah dengan baik. Selain itu sebanyak
17 siswa tidak dapat memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun
yang ditanyakan soal dengan tepat. Dari hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan siswa
menginterprestasi masih rendah karena hanya 52,77% siswa yang mampu memahami masalah
dengan baik.
Menganalisis
Pada aspek kedua kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menganalisis sebanyak 15 siswa dapat
mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan, pertanyaan pertanyaan, dan
konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika
dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat. Artinya siswa tidak dapat menggunakan
konsep matriks dengan baik. Selain itu sebanyak 21 siswa tidak dapat mengidentifikasi
hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan, pertanyaan pertanyaan, dan konsep-konsep
yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat
dan memberi penjelasan dengan tepat. Dari hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan siswa
menganalisis masih rendah karena hanya 41,66% siswa yang mampu menggunakan konsep
matriks dengan baik.
Mengevaluasi
Pada aspek ketiga kemampuan berpikir kritis siswa yaitu mengevaluasi sebanyak 11 siswa dapat
menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam
melakukan perhitungan. Artinya siswa tidak dapat menggunakan strategi yang tepat dengan baik.
Selain itu sebanyak 25 siswa tidak dapat menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan
soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan. Dari hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan siswa menganalisis masih rendah karena hanya 30,55% siswa yang mampu
menggunakan strategi yang tepat dengan baik.
Menginferensi
Pada aspek ketiga kemampuan berpikir kritis siswa yaitu mengevaluasi sebanyak 7 siswa dapat
membuat kesimpulan dengan tepat. Selain itu sebanyak 29 siswa tidak dapat Membuat
kesimpulan dengan tepat. Dari hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan siswa menganalisis
masih rendah karena hanya 19,44% siswa yang mampu Membuat kesimpulan dengan tepat
dengan baik.
Dari penjelasan diatas diketahui hamper semua siswa tidak dapat menyimpulkan dari
permasalahan, hal ini menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang diberikan,
sehingga ini enunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Sesuai dengan pendapat
Ennis (2001) ketika seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis maka secara otomatis
seseorang tersebut dapat bertahan dalam menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir krits matematis
peserta didik masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan siswa yang memenuhi aspek
masing-masing kemampuan berpikir kritis siswa masih banyak yang dibawah 50%. Kindisi
seperti ini disebabkan konsep matriks siswa belum optimal.

4.
JUDUL

Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa: Studi pada Siswa SMPN Satu Atap

TAHUN

2022

JURNAL

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia

TOPIK

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, dikarenakan siswa/i
SMPN satu Atap keterlibatan dalam matematika sangat minim.

PERTANYAAN PENELITIAN

1. Apakah ada penghambat siswa dalam belajar matematika?

2. mengapa berpikir kritis itu sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar?

KONSTRIBUSI

Kemampuan berpikir kritis sebagai kemampuan dalam melakukan Analisa secara hati-hati untuk menghindari
bias kognitif dan ketidaktepatan pengambilan keputusan

JENIS ARTIKEL

Pengawasan, penelitian dan perkembangan, penelitian eksperimental, penelitian tindakan kelas.

TEORI

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan melalui jenjang
sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis

DATA

kemampuan berpikir kritis matematika siswa belum maksimal untuk setiap aspeknya, sehingga
diperlukan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis. Pernyataan tersebut didukung pula
dengan hasil pekerjaan siswa dan wawancara terhadap siswa. Berikut ini disajikan hasil
pekerjaan siswa untuk masing-masing aspek:
Aspek Menginterpretasi
Soal:
Atul adalah seorang tukang kayu yang hendak membuat wadah berbentuk kubus dengan panjang
rusuk bagian dalam 30 cm. Atul ingin mengetahui berapa banyak balok yang dapat ditampung
dalam wadah tersebut.
apakah informasi yang telah tersedia sudah cukup untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
Atul? Jika belum, tentukan informasi tersebut dan hitunglah!” Jabawan siswa:
informasi lain yang dibutuhkan rizal ialah ukuran balok :
ukuran balok
p= 8
l= 4
t= 4
Vb = p x l x t
=8x4x4
= 128
Berdasarkan gambar 1 tersebut, soal untuk aspek menginterpretasi siswa diminta untuk
mengidentifikasi informasi yang diberikan sudah dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan
banyaknya balok yang dapat ditampung dalam suatu wadah berbentuk kubus atau belum. Dari
hasil pekerjaan siswa menunjukan bahwa siswa sudah memiliki kecenderungan mampu
menyatakan informasi dengan baik, dimana mereka sudah mengetahui apakah informasi yang
diperlukan sudah cukup atau tidak. Dari gambar tersebut diperoleh juga bahwa mereka sudah
mampu menambahkan informasi tentang ukuran balok serta mampu menghitung apa yang ingin
dicari dalam soal tersebut. Sebagaimana wawancara dengan siswa yang mengatakan bahwa tidak
ada kendala lebih untuk menyelesaikan soal no 1. Berikut kutipan wawancaranya:
Peneliti : Apa yang dibutuhkan soal no 1 dan Apa yang menjadi kesulitan untuk menyelesaikan
soal no 1?
Siswa : informasi yang dibutuhkan pada soal nomor 1 belum cukup sehingga diperlukan
penambahan informasi ukuran balok. Kalau kesulitannya hanya memahami soal.
Aspek Menganalisis
Soal: Jika diketahui bahwa K = Kubus, dan B = Balok, maka: Apakah K B ? Jelaskan
jawabanmu!” Jabawan siswa: K dan B tidak sama karena rusuk keduanya berbeda, rusuk B lebih
Panjang dari rusuk K.
Berdasarkan gambar 2 tersebut, dimana siswa dituntut untuk menganalisis unsur-unsur yang
terdapat pada kubus dan balok. Siswa melakukan analisis apakah kubus merupakan himpunan
bagian dari balok. Hasil jawaban siswa menunjukan bahwa mereka belum mampu menganalisis
dengan baik kesamaan unsur pada kubus dan balok. Dari jawaban yang mereka berikan bahwa
kubus bukan merupakan himpunan bagian dari balok karena kubus dan balok memiliki panjang
rusuk yang berbeda. Hasil tersebut juga diperkuat dengan wawancara siswa sebagai berikut:
Peneliti : Kenapa anda menjawab kubus bukan merupakan bagian dari balok?
Siswa : karena beda ukurannya pak.
SCOPE
Penelitian yang berkualitas tinggi dalam Pendidikan matematika termasuk dalam Penelitian dan
pembelajaran, pengembangan, pengembangan kurikulum, pembelajaran lingkungan.
TEMPAT
SMPN Satu Atap 1 Kabawo
METODE
Penilitian kualitatif
HASIL
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa SMPN
Satu Atap 1 Kabawo masih tergolong rendah yaitu 0 % dengan katogori tinggi, 5.6% (2 siswa)
dengan kategori sedang, dan 94.4% (34 siswa) dengan kategori rendah. Selain itu, jika ditinjau
dari setiap aspek kemampuan berpikir kritis matematika, diperoleh hasil bahwa 30,2% mampu
menyelesaikan soal pada aspek interpretasi, 20,1% mampu menyelesaikan soal pada aspek
mengalisis, 20,1% menyelesaikan soal pada aspek mengevaluasi, dan 1,7% menyelesaikan soal
pada aspek menyimpulkan.

5.
JUDUL
Korelasi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dengan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Materi Bangun Ruang
TAHUN
2020
JURNAL
Jurnal ilmiah pendidikan matematika
TOPIK
Korelasi kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis peserta didik dengan kemampuan
pemecahan masalah mtematika materi bangun ruang.
PERTANYAAN PENELITIAN
1.mengapa matematika itu sangat penting dalam kehidupan ?
2.kenapa kita harus mempelajarinya dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi?
KONSTRIBUSI
Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik untuk memberikan berbagai macam cara
dan jawaban dalam menyelesaikan masalah matematika.
JENIS ARTIKEL
Artikel ilmiah
TEORI
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis ide atau
mengevaluasi informasi untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang relevan.
DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan berpikir kritis
matematis (X1), kemampuan berpikir kreatif matematis (X2) dan kemampuan pemecahan
masalah matematis (Y). Sajian data kemampuan berpikir kritis matematis, kemampuan berpikir
kreatif matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Statistik Deskriptif Skor Setiap
Kemampuan Matematis
Kemampuan N Xmin Xmaks X SB
X1 30 21 Ŷ44 34,33 4,78
X2 30 28 60 40,77 7,07
Y 30 13 48 29,97 8,48
Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui skor
rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis (X1) sebesar 34,33 dengan simpangan baku 4,78.
Sedangkan skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis (X2) sebesar 40,77 dengan
simpangan baku 7,07 dan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis (Y) sebesar
29,97 dengan simpangan baku 8,48.
Tabel 2. Uji Normalitas
Kemampuan X1 , X2 , Y
Kolmogorov-Smirnov 30, 30, 30
Kesimpulan Normal, normal, normal
Df Sig. (2-tailed) 0,200 – 0,069 – 0200
Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig (2-tailed) untuk 3
variabel penelitian yaitu 0,200 untuk kemampuan berpikir kritis, 0,069 untuk kemampuan
berpikir kreatif dan 0,200 untuk kemampuan pemecahan masalah, nilai tersebut lebih dari taraf
signifikan yaitu 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian diambil dari populasi yang
berdistribusi normal.
SCOPE
Mengajar dan belajar, Pengembangan kurikulum, Lingkungan belajar, Pendidikan guru,
Perkembangan Pendidikan
TEMPAT
SMPN 1 Warunggunung
METODE
Kuantitatif
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwasan nya peserta didik dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis yang akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
matematika.

6.
JUDUL
Efektifitas LKS berbasis Etnomatematika dengan Pendekatan STEM terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis
TAHUN
2022
JURNAL
Jurnal pendidikan matematika dan matematika
TOPIK
Kegiatan pendekatan TEM terhadap berpikir kritis
PERTANYAAN PENELITIAN
Mengapa perlu adanya uji keefektifan LKS setelah dilakukannya validitas ?
KONSTRIBUSI
Penggunaan LKS berbasis etnomatematika dengan pendekatan STEM dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa secara efektif.
JENIS ARTIKEL
Jurnal eksperimen
TEORI
LKS berfungsi ntuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, sjalan dengan itu, LKS dapat
membantu siswa melatih keterampilan proses dan berpikir, baik dalam keterampilan berpikir
kritis, kreatif, maupun inovatif.
DATA
Analisis Data Deskriptif Statistik
Berikut adalah hasil deskriptif statistik berdasarkan data post-test dan pre-test kelas kontrol dan
eksperimen yang nampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskriptif Statistik Kelas Kontrol dan Eksperimen
N Min. Max. Mean Std.
Deviation
Post- 30 37 69 53,20 8,872
Test KK
Post-Test 30 61 81 70,47 5,894
KK
Pre-Test 30 33 71 53,20 7,170
KE
Post-Test 30 77 95 85,40 4,994
KE
Valid N (listwise) 30
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa rata-rata hasil pre-test kelas kontrol dan eksperiman
memiliki nilai yang sama adalah 53,20. Sedangkan, rata-rata hasil post-test diperoleh 70,47
untuk kelas kontrol dan 85,40 untuk kelas eksperimen. Dengan nilai minimal dan maksimal yang
ditunjukkan pada Tabel 1 terlihat bahwa pada kelas kontrol masih terdapat siswa yang
mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan miniamal (KKM = 75). Sedangkan, pada kelas
eksperiman semua siswa mendapatkan nilai di atas KKM dengan kata lain persentase ketuntasan
siswa adalah 100%.
Analisis Data Inferensial
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penyajian hasil uji normalitas dan homogenitas nampak pada Tabel 2 dan
Tabel 3. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Kelas Kolmogorov- Shapiro-Wilk
Smirnova
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pre- .098 30 .200* .969 30 .520
CTAT Test
KK
(Tanpa
LKS)
Post- .112 30 .200* .953 30 .201
Test KK
(Tanpa
LKS)
Pre-Test .113 30 .200* .962 30 .358
KE
(Dengan
LKS)
Post- .102 30 .200* .958 30 .282
Test KE
(Dengan
LKS)

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Based on 1.081 1 58 .303
CTAT Mean
Based on 1.115 1 58 .295
Median
Based on 1.115 1 56.932 .295
Median and
with
adjusted df
Based on 1.085 1 58 .302
trimmed
mean
Berdasarkan pada Tabel 2, diperoleh hasil uji shapiro-wilk dan kolmogorov-smirnov pada kelas
kontrol maupun eksperimen yang menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 (α), sehingga diperoleh
kesimpulan bahwa data sampel penelitian berdistribusi normal. Sedangkan, Tabel 3
menunjukkan bahwa variasi data post-test kelas eksperimen maupun kontrol adalah homogen.
Hal ini dinyatakan sebagai nilai signifikan pada Based on Mean adalah sebesar 0,303 > 0,05 (α).
Oleh karena itu, data dapat dilakukan uji independen untuk melihat pengaruh pretest terhadap
hasil CTAT siswa untuk setiap kelas kontrol dan eksperimen.
SCOPE
Penelitian Pendidikan matematika dengan uang lingkup realistic mathematics education (RME).
Penelitian matematika dengan ruang lingkup statistika dn matematika terapan, analisis dan
geometri, serta aljabar dan kombinatorik.
TEMPAT
SMA Kelas IX
METODE
Subjek peneitian eksperimen semu
HASIL
Penggunaan LKS berbasis etnomatematika dengan pendekatan STEM dalam pembelajaran
memperoleh hasil CTAT lebih tinggi dibandingkan dengan hasil CTAT siswa yang menerapkan
pembelajaran tanpa LKS etnomatematika dengan pendekatan STEM.

7.
JUDUL
Berpikir Kritis Siswa Dalam Materi Segiempat
TAHUN
2019
JURNAL
prosiding seminar nasional matematika
TOPIK
Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk membantu melatih siswa dalam
memecahkan dan menyelesaikan masalah matematika.
PERTANYAAN PENELITIAN
Mengapa dalam berpikir kritis kita harus mempunyai kemampuan memahami, membedakan,
mengingat, mrnganalisis?
KONSTRIBUSI
Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda. Maka dari itu untuk mengukur
sejauh mana kemampuan berpikir kritis guru perlu mengetahui indicator berpikir kritis.
JENIS ARTIKEL
Artikel ilmiah
TEORI
Materi segiempat merupakan materi yang banyak menuntut siswa dalam menemuka konsep,
menemukan prinsif, dan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal segiempat atau menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
DATA
indikator kemamapuan berpikir kritis adalah a) menginterpretasi, b) menganalisis, c)
mengevaluasi dan d) menginferensi.
a. Menginterpretasi
Menginterpretasi artinya memahami masalah yang ditunjukan dengan menulis diketahui maupun
yang ditanyakan soal dengan tepat. menyatakan bahwa siswa mengalami kesalahan dalam
menginterpretasi tentang permasalahn yang dihadapi, siswa kesulitan dalam menyelesaiakan soal
nomor 2. Pada soal no 1 siswa mampu mencari keliling persegi namun tidak menggunakan
rumus keliling persegi dengan tepat. Dalam menyelesaikan permasalahan siswa
mencampuradukan pengetahuan yang dimilikinya tentang luas dan keliling sedangkan pada soal
no 2 siswa mengerjakan sampai mencari luas kolam, namun siswa tidak dapat melanjutkan
karena tidak mampu menangkap dan memahami maksud dari pertanyaan.
Dari hasil jawaban siswa diketahui bahwa siswa kurang memahami permasalahan yang terdapat
dalam soal. Siswa tidak menuliskan unsur-unsur yang terdapat dalam soal, seperti diketahui dan
ditanya akibatnya siswa salah dalam menerapkan rumus antara rumus luas persegi panjang dan
rumus keliling bangun datar. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa belum bisa menginterpretasi
soal dengan baik.
b. Menganalisis
Menganalisis artinya mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataanpernyataan,
pernyataanpernyataan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukan dengan
membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.

Dari hasil jawaban yang diberikan siswa terlihat bahwa siswa sudah mampu menganalisis soal
dengan baik. Siswa mengetahui apa yang ditanyakan dalam soal bahwa untuk mengtahui berapa
meter panjang wallpaper yang harus dibeli maka harus mencari masing-masing luas dari dinding
yang ingin dipasang wallpaper yaitu dengan mencari L1, L2 dan L3 (L= luas ), kemudian
jumlahkan hasil masing-masing luasnya. Setelah itu, bagi dengan luas wallpaper yang dijual. Hal
tersebut menunjukan bahwa siswa sudah memenuhi indikator menganalisis yaitu mengkritisi,
subjek tidak mampu menspesifikasikan aspek-aspek yang terkait untuk dapat menyelesaikan soal
tersebut.
c. Mengevaluasi
Kemampuan mengevaluasi adalah mampu menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan.

menyatakan bahwa siswa masih kurang dalam menuliskan informasi yang terdapat dalam soal
akibatnya siswa memberikan satu strategi namun dalam prosedurnya mengarah pada kesalahan
perhitungan atau mengarah pada jawaban yang salah. Sehingga dari hasil jawaban siswa
diketahui bahwa siswa melakukan kesalahan dalam tahap perhitungan, dalam hal ini siswa salah
dalam mengalikan suatu bilangan, akibatnya kesimpulan jawaban yang diberikan salah.
d. Menginferensi
Pada tahap menginferensi, siswa mampu membuat kesimpulan dengan tepat menyatakan bahwa
siswa sudah dapat menggabungkan potonganpotongan puzzle menjadi sebuah puzzle secara utuh
berbentuk persegi panjang, namun siswa mengalami kesulitan dalam mencari keliling bidang
datar tersebut karena kurangnya pemahaman yang mendalam akan konsep keliling sebuah
bidang datar.

Dari hasil jawaban siswa diketahui bahwa siswa kesulitan dalam menentukan keliling bangun
datar persegi panjang disebabkan karena dalam bangun datar persegi panjang tersebut terdiri dari
beberapa susunan puzzle berbentuk bangun datar. Sehingga siswa masih kurang mampu dalam
membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi dan konsep dari suatu pernyataan yang
didapat dengan mempertimbangkan informasi yang relevan dalam soal sehingga strategi dan
taktik yang digunakan dalam menentukan suatu kesimpulan masih belum tepat.
SCOPE
Model pembelajaran matematika, media pembelajaran matematika, kurikulum dalam
pembelajaran matematika, penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran matematika, etnomatika
dalam pembelajaran matematika.
TEMPAT
siswa SMP kelas VII
METODE
Kajian pustaka yang berisi kajian-kajian ilmiah yang relevan
HASIL
Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis yang memungkin kan seseorang untuk
mwrumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapatnya sendiri .

8.
TAHUN

JUDUL

1. MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA


MAHASISWA MELALUI PEMANFAATAN VIDEO PADA PEMBELAJARAN VIRTUAL
FLIPPED CLASSROOM

Jurnal

Topic

Pertanyaan Penelitian

Kontribusi

Keterampilan berpikir kritismatematis merupakan serangkain proses kognitif untuk mengambil


keputusan dan memecahkan masalah matematis melalui proses berpikir mengidentifikasi,
menghubungkan, menganalisis, serta merancang alternatif penyelesaian untuk memecahkan
masalah

Jenis artikel

Teori

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran terpenting dalam perkembangan pendidikan di
dunia.

Data

data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Instrumen Yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk tes keterampilan berpikir kritis matematika yang terdiri atas tes awal (pretest) dan tes
akhir (posttest).

SCOPE

Model pembelajaran matematika, Media & teknologi dalam pembelajaran matematika, Proses
berpikir matematis, penilaian pembelajaran matematika, Kurikulum dalam pembelajaran
matematika

Tempat

Metode

Hasil

9.

Tahun

2020

Judul

Analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal matematika


Jurnal

Universitas PGRI Madiun

Topik

Menganalisis cara berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal matematika

Pertanyaan Pneliian

1. Apa peran penting yang ada dalam mempelajari ilmu matematika,dan bagaimana cara kita
agar dengan mudah paham dengan soal matematika ini?

2. Mengapa ketrampilan berpikir kritis yang sistematis diperlukan dalam dunia pendidikan saat
ini?

Kontribusi

Berpikir kritis merupakan proses berpikir secara logis dengan memanfaatkan pengetahuan,
pemahaman atau keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau
pengambilan keputusan yang tepat disertai alasan dan bukti

Jenis Artikel

Teori

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran terpenting dalam perkembangan pendidikan di
dunia.

Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan uji tes dan wawancara

Metode

Penelitian deskriptif kualitatif

Tempat

SDN klumpit

Scope
HASIL

Observasi

Hasil observasi yang dilakukan terhadap 14 orang siswa kelas V SDN Klumpit dalam
mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa yang
mampu mengerjakan soal secara tepat, sebagian siswa lagi terlihat masih mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal meskipun telah mampu menyebutkan rumus dengan benar. Secara
keseluruhan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap 14 siswa kelas V dalam mengerjakan
soal tes kemampuan berpikir kritis materi bangun datar dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
semua siswa kelas V SDN Klumpit telah mengerti dan mampu merumuskan pokok-pokok
permasalahan yang ada dalam soal, akan tetapi hanya ada beberapa siswa yang mampu
menjawab secara tepat serta membuat kesimpulan diakhir jawaban.

Hasil Tes

Tes dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Klumpit untuk mengetahui kemampuan berfikir
kritis siswa dalam pelajaran matematika materi bangun datar. Lembar tes berupa soal uraian
yang berisi 3 nomer soal dan akan dibagikan kepada siswa untuk dikerjakan dengan waktu 60
menit. Lembar soal kemudian akan dievaluasi dan diklasifikasikan kedalam tingkat berpikir
kritis (TBK) sesuai dengan hasil jawaban siswa untuk kemudian dilakukan penyekoran. Berikut
ini skor hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Klumpit yaitu sebagai berikut.

TABEL 1. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SDN Klumpit

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sistem pengelompokan yang dipakai dalam
penelitian ini mengacu pada indikator yang digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir
kritis. Secara lebih lengkap sistem pengelompokan dalam mengukur kemampuan berpikir kritis
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kategori tingkat berpikir kritis 3 (TBK 3), mengindikasikan bahwa siswa mampu
menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan 5 indikator kemampuan berpikir kritis.

b. Kategori tingkat berpikir kritis 2 (TBK 2), mengindikasikan bahwa siswa mampu
menyelesaikan soal dengan tepat akan tetapi belum disertai dengan adanya kesimpulan. Jawaban
siswa dalam kategori ini sesuai dengan 4 indikator kemampuan berpikir kritis.
c. Kategori tingkat berpikir kritis 1 (TBK 1), mengindikasikan bahwa siswa mampu merumuskan
pokok masalah dan mengungkapkan fakta, siswa juga terkadang mampu memilih argumen yang
logis dan relevan dalam menyelesaikan soal atau permasalahan.Jawaban siswa dalam kategori ini
sesuai dengan 2 atau 3 indikator kemampuan berpikir kritis.

d. Kategori tingkat berpikir kritis 0 (TBK 0), mengindikasikan bahwa siswa sama sekali tidak
mampu dalam mengerjakan soal termasuk dalam merumuskan pokok masalah dan
mengungkapkan fakta dengan tepat. Jawaban siswa dalam kategori ini tidak ada yang sesuai
dengan satupun indikator kemampuan berpikir kritis.

Hasil Wawancara
Secara keseluruhan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa telah mampu untuk
merumuskan pokok-pokok permasalahan yang ada dalam soal serta mampu mengungkap fakta
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada dalam soal. Akan tetapi
hanya sedikit siswa yang mampu sampai pada kesimpulan akhir atau Tingkat Berpikir Kritis 3
(TBK 3).

10.

Tahun

2015

Judul

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMECAHKAN


MASALAH BERBENTUK SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN GAYA
BELAJAR

Jurnal

Math Educator Nusantara Volume 01 Nomor 02, Nopember 2015


Topik

Mengembangkan cara berpikir kritis siswa sekolah dasar dalam upaya pemecahan masalah
dalam soal cerita matematika yang berbentuk gaya belajar

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana upaya yang harus dilakukan guru untuk mengatasi siswa/i yang kurang paham
dengan pelajaran matematika dengan cara berfikir kritis?
Kontribusi

Kemampuan Berpikir kritis tidak berarti orang yang suka berdebat dengan mempertentangkan
pendapat atau asumsi yang keliru, akan tetapi pemikir kritis juga dapat memberikan suatu solusi
dari permasalahan dan pendapat yang disampaikan memiliki dasar yang tepat, rasional dan hati-
hati.

Jenis artikel

Data

pengumupulan data yang digunakan terdiri dari tes, wawancara, dan observasi.

SCOPE

JMEN memuat artikel tentang pendidikan matematika yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris. Naskah berupa diseminasi hasil penelitian yang dihasilkan oleh para ahli,
ilmuwan, praktisi, dan mahasiswa di bidang Pendidikan Matematika dengan ruang lingkup:

1 Desain Pembelajaran Matematika

2 Pengembangan Bahan Ajar atau Model Pembelajaran

3 Media Pembelajaran Matematika

4 Alat Bantu Belajar Matematika

5 Analisis Kesulitan Siswa Dalam Belajar

6 Evaluasi Pembelajaran Matematika

7 Kurikulum Pendidikan Matematika

8 Teori Belajar Matematika

9 Sejarah dan Filsafat Matematika

10 Analisis Penerapan Model/Pendekatan/Metode/Strategi Pembelajaran

11 Media Pembelajaran Berbasis IT

12 Penelitian Tindakan Kelas

13 Kreativitas dan Inovasi Pembelajaran Matematika

14 Lesson Study Belajar Matematika


15 Etnomatematika

Tempat

SDN penatarsewu kabupaten Sidoarjo

Metode

Penelitian deskriptif pendekatan kualitatif

Hasil
11.

Tahun

2017

Judul

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Masalah Matematika Materi Simetri Dan
Pencerminan
Jurnal

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Masalah Matematika Materi Simetri Dan
Pencerminan
Topik

Menganalisis proses berpikir kritis siswa sekolah dasar dalam masalah matematika materi simetri
dan pencerminan

Pertanyaan Penelitian

Apa yang harus dilakukan siswa/i sekolah dasar agar selalu mampu mengerjakan soal dengan
berfikir kritis?

Kontribusi

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk memahami suatu permasalahan dan
mencari solusi pemecahan masalahnya, serta selalu membuka pikiran terhadap hal-hal baru
untuk menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi.

Jenis artikel

Teori

Data

Analisis data penelitian dilakukan dengan cara reduksi data, pemaparan data, dan simpulan.

Scope

Tempat
SD Negeri Karang Tanjung kecamatan Candi, Sidoarjo .

Metode

penelitian deskriptif pendekatan kualitatif

Hasil

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa proses berpikir kritis siswa yang menjadi subjek dalam
penelitian ini pada pemecahan masalah matematika materi simetri dan pencerminan bangun datar
berbeda-beda. Tabel dibawah ini menunjukkan rangkuman karakteristik yang dimiliki oleh setiap
subjek.

Hasil observasi pada tabel 1 di atas maka dapat dikatakan bahwa subjek yang mempunyai
kemampuan matematika tinggi dapat melalui seluruh tahap proses berpikir kritis, yaitu
klarifikasi, assesmen, inferensi, dan strategi pada semua soal. Sedangkan dua subjek lainnya
yang memiliki kemampuan matematika sedang dan rendah tidak dapat melalui salah satu atau
lebih dari empat tahap proses berpikir kritis.
12.

Tahun

2022

Judul

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MAHASISWA


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTED MATHEMATICS PROJECT
(CMP)

Jurnal

Pendidikan matematika Judika education

Topic

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang menggunakan model


CMP, mahasiswa teknik mesin semester 3 tahun 2021/2022

Pertanyaan penelitian

Apakah pembelajaran CMP dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa?

Kontribusi

Memberikan tes (evaluasi) hasil belajar matematika mahasiswa pada materi trigonometri

Jenis artikel

Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi

Teori

Proses pembelajaran matematika merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses
pedidikan, yang diselenggarakan dari pendidikan dasar sampai ke perguran tinggi.

Model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) adalah suatu pembelajaran yang
berpusat pada masalah, membuka kelas matematika untuk launching, exploring, summarizing
serta dapat membantu mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan pembelajaran.

Data

Tabel 1.
Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Mahasiswa
No Data Tes awal Tes siklus I Tes siklus II
1 Tuntas secara individu 9 17 26
2 Tidak tuntas secara individu 21 13 4
3 Nilai Maksimum 80 88 97
4 Nilai Minimum 50 63 63
5 Jumlah Nilai 2070 2257 2505
6 Rata-rata 69 75,2 83,5
7 Ketuntasan secara klasikal 40% 56,67% 86,67%
Jumlah mahasiswa yang tuntas belajar berawal dari 9 orang setelah diberi tindakan I diperoleh
jumlah mahasiswa yang tuntas 17 orang hingga dilanjutkan dengan tindakan II dengan jumlah
mahasiswa yang tuntas belajar sebanyak 26 orang dari 30 orang mahasiswa. Ketuntasan hasil
belajar ini dengan ketentuan nilai ≥ 75.

Tabel 2.
Skor Aktifitas Mahasiswa Siklus
Aspek yang dinilai Siklus I Siklus I
Pert I Pert II Pert I Pert II
Mahasiswa termotivasi untuk 3 3 3 3
belajar
Memperhatikan instruksi dosen 3 3 4 4
Menjawab pertanyaan dosen 3 3 3 3
Memahami materi yang disajikan 2 3 3 3
dosen
Melaksankan perintah dosen 3 2 4 4
dalam membentuk kelompok
Kesiapan dan kesungguhan 2 3 4 4
mahasiswa dalam belajar
Berpartisipasi dalam kerja 2 2 3 4
Kelompok
Kemampuan mengeluarkan 2 2 2 3
pendapat
Keberanian mengajukan 1 2 2 3
pertanyaan serta berani menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari dosen
juga dari temannya.
Menyimpulkan materi 2 1 3 3
Menyelesaikan tes yang diberikan 2 3 3 3
dosen
Jumlah Skor 23 27 34 37
Rata-Rata 2,09 2,45 3,09 3,36
Berdasarkan tabel di atas, terlihat adanya aspek berkategori kurang yang hanya diperoleh pada
siklus I yaitu aspek tentang keberanian mengajukan pertanyaan serta berani menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari dosen juga dari temannya. Namun, aspek ini berhasil ditingkatkan
pada pertemuanpertemuan be
rikutnya sehingga diakhir pertemuan diperoleh aspek tersebut dengan kategori baik.

Tabel 3.
Respon Mahasiswa Terhadap Proses Pembelajaran
Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
B(%) B(%) B(%) B(%)
Materi yang dipelajari 53 47 70 30
Model pembelajaran 60 40 77 23
Model pembelajaran Baru 100 - - 100
Suasana belajar di kelas 53 43 73 27
Keinginan menggunakan model 60 40 73 27
pembelajaran baru pada materi lain
Dari tabel di atas, pada siklus 1 diketahui bahwa terdapat 53 % atau 16 orang mahasiswa dari 30
mahasiswa menyukai materi pada siklus ini dan 47 % atau 14 orang mahasiswa yang tidak
tertarik pada materi yang dipelajari. Namun, terjadi peningkatan pada siklus II bahwa ada 70 %
atau 21 orang yang menyukai materi dalam pembelajaran tersebut. Demikian pula dengan
bertambahnya mahasiswa yag menyukai model pembelajaran CMP begitu juga dengan
mahasiswa yang menyukai suasana belajar di kelas pada setiap siklus.

Scope
Mengetahui aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CMP. CMP dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis.

Tempat
Teknik mesin politeknik reflesia

Metode
Penelitian tindakan kelas (classroom action research)

Hasil
Hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan dengan pembelajaran Connected Mathematics
Project (CMP) semakin meningkat dari sebelum diberi tindakan, tindakan I sampai tindakan II.

13.

Tahun
2022/2023

Judul
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari
Gaya Kognitif Reflective Dan Impulsive

Jurnal
Pendidikan matematika

Topic
Kemampuan berpikir kritis siswa yang menunjukkan gaya kognitif reflective dan siswa yang
bergaya kognitif impulsive dalam menyelesaikan masalah matematika
Pertanyaan penelitian
Apakah ada hubungan antara jenis gaya kognitif dengan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah?

Kontribusi
Melakukan pengumpulan data meliputi tes Gaya Kognitif MFFT (Matching Familiar Figures
Test), tes berpikir kritis matematika, dan wawancara.

Jenis artikel
Tes dan wawancara

Teori
Menurut Riding dan Rayner yang dikutip oleh (Ismaeel & Mulhim, 2021) Gaya kognitif
menggambarkan cara berpikir dan pemrosesan informasi seseorang. Karakteristik seseorang saat
menerima, menyimpan, atau mengolah informasi untuk menanggapi masalah atau keadaan
lingkungan itulah yang dinamakan gaya kognitif (Susanto, 2017).
Gaya reflectiveimpulsive mengacu pada gaya kognitif yang berbeda yang didefinisikan sebagai
variabel tempo konseptual yang mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan individu untuk
membuat solusi alternatif dalam situasi permasalahan dengan ketidakpastian hasil yang tinggi,
menurut Kagan yang dikutip oleh (Ismaeel & Mulhim, 2021) Individu reflective membutuhkan
lebih banyak waktu untuk membuat penilaian dan menangani masalah yang rumit, tetapi mereka
juga menganalisis kebenaran solusi dan mengingat informasi dengan lebih akurat.

Data
Tabel 1
Kriteria dan Indikator Berpikir Kritis
Kriteria Berpikir Kritis Indikator
Fokus (Focus) Identifikasi focus atau poin utama, siswa
memahami permasalahan matematika yang
diberikan.
Alasan (Reason) Memberikan alasan berdasarkan fakta/bukti
yang relevan pada setiap langkah dalam
menyelesaikan masalah.
Proses Penarikan Kesimpulan (Inference) Memberi kesimpulan dengan tepat. Memilih
reason (R) yang tepat untuk mendukung
kesimpulan yang dibuat.
Situasi (Situation) Menggunakan semua informasi yang sesuai
dengan permasalahan
Kejelasan (Clarity) Menggunakan penjelasan yang lebih lanjut
tentang apa yang dimaksudkan dalam
kesimpulan yang dibuat. Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa dapat menjelaskan istilah
tersebut.
Meninjau Kembali (Overview) Memeriksa atau mengecek kembali
penyelesaian secara menyeluruh mulai dari
awal sampai akhir (yang dihasilkan FRISC)
Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk menggali lebih jauh kemampuan berpikir kritis
siswa dalam penelitian ini. Kemudian reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi
yang masuk dalam model Miles dan Huberman digunakan untuk analisis data (Sugiyono,
2020:133). Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi metode, yaitu
untuk mengetahui data yang diperoleh valid, maka peneliti membandingkan data yang diperoleh
dari hasil tes tertulis dan data hasil wawancara

Tabel 2
Hasil Perhitungan Gaya Kognitif Siswa Kelas VII G
Kelas Banyak Waktu (t) (*detik) Frekuensi
siswa
Max Min Med Max Min Med
VII G 31 195,41 30,42 65,21 2,77 1,31 2
Keterangan: Max : Data Maximum
Min : Data Minimum
Med : Median

Dua siswa (S21 dan S22) dipilih untuk penelitian ini karena gaya kognitif reflective mereka, dan
dua siswa (S11 dan S31) dipilih karena gaya kognitif impulsive mereka. Keempat siswa tersebut
kemudian diberikan tes kemampuan berpikir kritis dan diwawancarai. Pengumpulan data hasil
tes kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukkan pada tabel 3 berikut setelah dilakukan analisis
terhadap hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara pada masing-masing 2 siswa
dengan gaya kognitif reflective dan impulsive.
Tabel 3
Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Subjek Penelitian Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
ennis
Indikator karakteristik Subjek Berdasarkan Kognitif
berpikir kritis gaya
S21(Reflective) S22(reflective) S11(impulsive) S31(impulsive)
Focus   - 
Reason   - -
Inference   - -
Situation   - -
Clarity   - -
Overview   - -

Hasil analisis kemampuan berpikir kritis siswa dengan gaya kognitif reflective, yaitu subjek S21
dan S22 akan disajikan berikut
Subjek S21 mampu memenuhi semua indikasi berpikir kritis FRISCO seperti terlihat pada
gambar 1, sehingga subjek S21 dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis yang kuat.
Subjek S21 secara akurat menuliskan dan mengartikulasikan apa yang diketahui dan diminta
dalam soal. Subjek S21 menyelesaikan permasalahan dengan mencari luas persegi panjang
dengan hasil 80 m2 . Kemudian, subjek S21 menghitung luas kolam dan jalan, didapatkan luas
120 m2 dengan panjang sisi 12 m, yang diperoleh dengan menambahkan 10 m dengan 2 m dan
lebar sisi 10 m, yang diperoleh dengan menambahkan 8 m dengan 2 m. Kemudian subjek S21
mengurangkan luas gabungan kolam dan jalan dengan luas kolam, yaitu 120 m2 dikurangi 80 m2
, diperoleh 40 m2 . Subjek S21 mampu menyelesaikan permasalahan dengan langkah yang runtut
dan proses perhitungan yang benar, serta kesimpulan yang diberikan tepat (inference). .
Selanjutnya, untuk menghitung biaya, subjek S21 mengali luas jalan dengan harga permeter,
yaitu 40 × 50.000 = 𝑅𝑝 2.000.000. Subjek S21 dapat membuat kesimpulan dengan tepat, yaitu
jadi biaya yang pemasangan keramik seluruhnya adalah 𝑅𝑝 2.000.000.

Dengan menghitung panjang dan lebar setelah masing-masing sisi dipanjangkan 2 m, Subjek S22
mencari solusinya. Jadi masing-masing sisi panjang dan lebarnya ditambah 2 m, sehingga
dipeoleh 𝑝 = 12 𝑚 dan 𝑙 = 10 𝑚. Lalu subjek S22 menghitung luas ks. (keseluruhan) dan
diperoleh hasil 120 m2 . Kemudian subjek S22 menghitung luas kr. (kolam renang) dengan hasil
80 m2 . Untuk mencari luas jalan, subjek S22 mengurangkan luas keseluruhan dengan luas
kolam renang, yaitu 120 m2 dikurangi 80 m2 , diperoleh 40 m2 Subjek S21 mampu
menyelesaikan permasalahan dengan langkah yang runtut dan proses perhitungan yang benar,
serta kesimpulan yang diberikan tepat (inference). Subjek S22 dapat membuat kesimpulan
dengan tepat, yaitu jadi biaya yang dibutuhkan Pak Ahmad adalah 𝑅𝑝 2.000.000.
Hasil analisis terhadap siswa yang berinisisal S11 dan S31 menunjukkan bahwa mereka yang
memiliki gaya kognitif impulsive memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis yang lebih rendah.
Menurut tanggapan yang ditulis di S11 dan S31, yang tidak terlalu panjang dan biasanya singkat,
kedua subjek impulsive mengerjakan soal yang cenderung cepat.

Scope
siswa dapat memenuhi kriteria berpikir kritis untuk mengenali ideide utama dengan
menggunakan gaya kognitif reflective (focus).

Tempat
MTs N 1 Bojonegoro kelas VII G

Metode
kualitatif deskriptif
Hasil
Didapat bahwa ketika menyelesaikan masalah matematika persegi dan segitiga, siswa dengan
gaya kognitif reflective mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis FRISCO Ennis. Gaya
kognitif reflective dan impulsive memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah matematika, sehingga guru disarankan untuk
memperhatikan karakteristik gaya kognitif siswa saat mereka belajar matematika, sehingga guru
dapat memilih strategi dan model pengajaran yang efisien sesuai dengan preferensi kognitif
siswanya, yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan preferensi
kognitif reflective dan impulsive.

14.

Tahun
2021
Judul
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Dalam Menyelesaikan Masalah Logaritma
Berdasarkan Gaya Kognitif Visualizer-Verbalizer

Jurnal
Ilmiah edukasi matematika

Topic
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Dalam Menyelesaikan Masalah Logaritma Berdasarkan
Gaya Kognitif Visualizer-Verbalizer

Pertanyaan penelitian
Bagaimana siswa menyelesaikan masalah logaritma dengan gaya kognitif visualizer-verbalizer?
Apakah siswa dapat memahami gaya kognitif visualizer-verbalizer?

Kontribusi
Membagikan angket VVQ berisi 20 soal yang berhubungan dengan gaya kognitif visualizer-
verbalizer. Melakukan wawancara pada siswa SMA

Jenis artikel

Teori
Bidang matematika khususnya materi logaritma memuat banyak sifat, sehingga diperlukan
kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalahnya. Sementara, kemampuan berpikir
kritis dipengaruhi oleh gaya kognitif siswa, seperti gaya kognitif visualizer dan verbalizer.
Gaya kognif visualizer: seseorang dengan gaya kognitif ini akan memanfaatkan indera
penglihatannya, sehingga mempermudah dalam menerima, mentransformasi dan
mengaplikasikan informasi dalam bentuk visua.
Gaya kognitif verbalizer: seseorang dengan gaya kognitif ini akan memanfaatkan indera
pendengarannya, sehingga dapat memepermudah dalam menerima, mentransformasi dan
mengaplikasikan informasi dalam bentuk teks.

Data
1. Pemapaparan Analisis Data Berpikir Kritis Siswa dengan Gaya Kognitif Vsualizer

Wawancara subjek visualizer TPM 1:


P.1.1.1 : Silakan baca dan diperhatikan kembali soalnya. (Sambil memberikan lembar soal
TPM)
VS.1.1.1 : Baik ibu. (Sambil mengambil lembar soal TPM)
P.1.1.2 : Apakah kamu sudah mengerti yang dimaksud dari soal?
VS.1.1.2 : Mengerti
P.1.1.3 : Kira-kira informasi apa yang didapat dari soal?
VS.1.1.3 : Yang didapat ini kedua tali. Kan disini ada kedua tali, nah masing-masing talinya itu
bu ukurannya ada yang log 2 x trus sama log(3x − 4) x , ini ukuran masing-masing talinya. Jika
dijumlahkan maka hasilnya 2 m. (Sambil menunjuk lembar soal)
P.1.1.4 : Pokok permasalahan dari soal apa?
VS.1.1.4 : Permasalahannya tidak diketahui panjang talinya.
P.1.1.5 : Kalau yang diketahui dari soal apa?
VS.1.1.5 : Yang diketahui itu bu panjang talinya, yang dibentuk dalam logaritma. (Sambil
menunjuk lembar soal TPM)
P.1.1.6 : Apa yang ditanyakan?
VS.1.1.6 : Yang ditanyakan itu kemungkinan panjang tali pertama.
P.1.1.7 : Berarti poin d yang menjadi pertanyaan pokok ya? Kenapa kamu menyebutkan bahwa
itu yang menjadi pertanyaan pokok?
VS.1.1.7 : Iya bu, karena semua ada hubungannya bu dari poin a sampi c itu berhubungan untuk
menjawab poin d.
P.1.1.8 : Bagaimana kamu menyelesaikan soal poin a?
VS.1.1.8 : Kan sudah ada bu di soal gambarannya, jadi yang pertama saya lakukan adalah
menentukan persamaannya bu. Selanjutnya menyederhanakan persamaan, dan menentuka nilai x,
selanjutnya mencari kemungkinan panjang tali pertama.
P.1.1.9 : Bagaimana persamaannya?
VS.1.1.9 : log 2 + log(3x − 4) = 2 x x
P.1.1.10 : Mengapa kamu menyatakan itu sebagai persamannya?
VS.1.1.10 : Karena sudah jelas bu pada soal terdapat dua tali ukurannya ada yang log 2 x dan
log(3x − 4) x , ini ukuran masing-masing talinya. Jika dijumlahkan maka hasilnya 2 m. Jadi bila
digambarkan maka seperti itu bu persamaannya.
Wawancara subjek visualizer TPM 2 :
P.1.2.1 : Silakan baca dan dipahami lagi soalnya. (Sambil memberikan lembar soal TPM)
VS.1.2.1 : Baik ibu. (Sambil mengambil lembar soal TPM)
P.1.2.2 : Apakah kamu sudah mengerti maksud dari soal?
VS.1.2.2 : Sudah ibu.
P.1.2.3 : Informasi apa yang kamu dapatkan dari soal?
VS.1.2.3 : Informasi dari soal adalah ini bu persamaan p x y x y = = = 81 1 log 1 log 1 log 81
P.1.2.4 : Pokok permasalahan dari soal apa?
VS.1.2.4 : Pokok permasalahannya mencari nilai 2x-3y. P.1.2.5 : Yang diketahui dari soal apa?
VS.1.2.5 : Yang diketahui itu persamaan logaritma. (Sambil menunjuk lembar soal TPM)
P.1.2.6 : Apa yang ditanyakan?
VS.1.2.6 : Yang ditanyakan ini bu dari poin a sampai dengan d.
P.1.2.7 : Kenapa kamu menyebutkan bahwa itu yang ditanyakan?
VS.1.2.7 : Iya bu, karena sudah tertulis di soal bahwa “Tentukanlah”, maka itu yang harus dicari
jawabannya. (Sambil menunjuk lembar soal)
P.1.2.8 : Bagaimana kamu menyelesaikan soal poin a?
VS.1.2.8 : Yang diketahui yaitu persamaan Selanjutnya menyederhanakan persamaan, dan
menentuka nilai x, dan mencari nilai dari 2x-3y.
P.1.2.9 : Di soal diberikan petunjuk b c d d a b c a log . log . log = log Bagaimana kamu
mengaitkan antara informasi dari soal dengan adanya petunjuk itu untuk menjawab soal poin a?
VS.1.2.9 : Menurut saya tetap bu persamaannya sesuai dengan soal.
P.1.2.10 : Mengapa tidak menggunakan petunjuk itu?
VS.1.2.10 : Iya bu, karena menurut saya karena pada persamaan yang diketahui dari soal bentuk
logaritmanya x 1 log 81 atau dibelakangnya (numerus) berbentuk pecahan saya langsung teringat
sifat logaritma ini bu, kalau berbentuk pecahan atau dibagi berarti selanjutnya bisa diubah
menjadi pengurangan. (Sambil menunjuk lembar jawaban)

Namun terdapat beberapa langkah yang kurang tepat, baik di TPM 1 ataupun TPM 2. Rencana
pada TPM 1 di poin b seharusnya penyederhanaan tidak bisa langsung menjadi 2(3x-4) = 2,
sebab dalam persamaan logaritma agar dapat disederhanakan maka kedua sisinya (kanankiri)
harus memuat fungsi logaritma, perlu disamakan terlebih dahulu, bagian kanan yang semula 2
menjadi 2 log x x dan penyederhanaannya menjadi 2(3x-4) = x 2 .
Sedangkan TPM 2 pada poin b subjek mengalami kesulitan saat mengaplikasikan rencana yang
telah dibuat dalam poin a, sehingga keterkaitan antara sifat yang dipakai justru kembali kepada
persamaan awal yang diketahui dalam soal. Diberikan dalam soal bahwa p x y x y = = = 81 1 log
1 log 1 log 81 , dan subjek menyatakan kembali bahwa nilai p adalah x 1 log 81 bukan
menyatakan dalam bentuk bilangan bulat.
2. Pemapaparan Analisis Data Berpikir Kritis Siswa Dengan Gaya Kognitif Verbalizer
Wawancara subjek verbalizer TPM 1 :
P.1.1.1 : Silakan baca dan diperhatikan kembali soalnya. (Sambil memberikan lembar soal
TPM)
VB.1.1.1 : Iya ibu. (Sambil mengambil lembar soal TPM)
P.1.1.2 : Apakah kamu sudah mengerti yang dimaksud dari soal?
VB.1.1.2 : Sudah bu.
P.1.1.3 : Informasi apa yang kamu dapat dari soal?
VB.1.1.3 Ini ibu. (Sambil menunjuk lembar soal TPM)
P.1.1.4 Coba kasih tau ibu, dijelaskan!
VB.1.1.4 : Ada panjang tali bu log 2 x trus dan log(3x − 4) x .
P.1.1.5 : Pokok permasalahan dari soal apa?
VB.1.1.5 : Permasalahannya panjang talinya bu.
P.1.1.6 : Diketahui dari soal apa?
VB.1.1.6 : Panjang tali bu log 2 x trus dan log(3x − 4) x . (Sambil menunjuk lembar soal TPM)
P.1.1.7 : Apa yang ditanyakan?
VB.1.1.7 : Yang ditanyakan persamaan, disederhanakan, tentukan nilai x
dan ada berapa kemungkinan panjang tali pertama.
P.1.1.8 : Bagaimana kamu menyelesaikan soal poin a?
VB.1.1.8 : Saya buat persamaannya bu.
P.1.1.9 : Bagaimana persamaannya?
VB.1.1.9 : log 2 + log(3x − 4) = 2 x x
P.1.1.10 : Mengapa kamu menyatakan itu sebagai persamannya?
VB.1.1.10 : Sudah ada di soal terdapat kalau dua tali ukurannya log 2 x m dan log(3x − 4) x m,
dan jumlahnya 2 m.,

Wawancara subjek verbalizer TPM 1 :


P.1.2.1 : Silakan baca dan dipahami lagi soalnya. (Sambil memberikan lembar soal TPM)
VB.1.2.1 : Baik ibu. (Sambil mengambil lembar soal TPM)
P.1.2.2 : Apakah kamu sudah mengerti maksud dari soal?
VB.1.2.2 : Mengerti bu.
P.1.2.3 : Informasi apa yang kamu dapatkan dari soal?
VB.1.2.3 : Persamaan p x y x y = = = 81 1 log 1 log 1 log 81 bu.
P.1.2.4 : Pokok permasalahan dari soal apa?
VB.1.2.4 : Pokok permasalahannya mencari nilai x dan y.
P.1.2.5 Untuk apa mencari nilai x dan y?
VB.1.2.5 Untuk mengetahui hasil 2x-3y bu.
P.1.2.6 : Yang diketahui dari soal apa?
VB.1.2.6 : Ini bu, persamaan. (Sambil menunjuk lembar soal TPM)
P.1.2.7 : Apa yang ditanyakan?
VB.1.2.7 : Yang ditanyakan sederhanakanlah persamaan, menentukan nilai p, menentukan nilai x
dan y, dan menentukan nilai 2x-3y bu.
P.1.2.8 : Kenapa kamu menyebutkan bahwa itu yang ditanyakan?
VB.1.2.8 : Karena jelas di soal bu.
P.1.2.9 : Bagaimana kamu menyelesaikan soal poin a?
VB.1.2.9 : Menyederhanakan persamaan bu.
P.1.2.10 : Bagaimana kamu menyedrhanakan persamaannya?
VB.1.2.10 : Mengikuti petunjuk ini bu .
P.1.2.11 : Mengapa tidak menggunakan petunjuk itu?
VB.1.2.11 : Karena menurut saya lebih mudah pakai itu bu, dan sepertinya berkaitan dengan
soal.

Hasil yang diperoleh subjek visualizer dalam TPM 1 adalah 14 (Kategori berpikir kritis baik),
dan TPM 2 bernilai 12 (Kategori berpikir kritis cukup). Sedangkan subjek verbalizer dalam TPM
1 memiliki nilai 13 (Kategori berpikir kritis cukup), dan TPM 2 bernilai 9 (Kategori berpikir
kritis cukup). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 5

Temuan lain yang didapatkan peneliti terhadap berpikir kritis siswa dalam langkah
menyelesaikan masalah logaritma adalah ditemukannya gaya menjawab oleh masing-masing
gaya kognitif visualizer dan verbalizer. Subjek visualizer cenderung menuliskan rumus serta
oret-oretan dalam menganalisa jawaban. Sedangkan, subjek verbalizer menuliskan poin penting
dari langkah penyelesaian tanpa oret-oretan.
Scope
memahami permasalahan subjek visualizer lebih menggambarkan imajinasinya dalam bentuk
objek visual, memahami subjek verbalizer lebih memahami dengan membaca tanpa
mengimajinasikan objek visualnya

Tempat
SMAN 1Kamal

Metode
Pendekatan kualitatif

Hasil
subjek visualizer lebih dominan berpikir kritis dengan mengembangkan informasi yang didapat
secara sistematis dan konsisten. Sedangkan subjek verbalizer dapat berpikir kritis dengan cukup
baik, namun kurang konsisten menentukan hasil jawaban dan terpaku pada informasi yang
diketahui saja.

15.

Tahun
2018

Judul
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PESERTA DIDIK SMK PADA
MATERI MATRIKS

Jurnal
Pendidikan tambusai

Topic
Kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa didik SMK pada matriks

Pertanyaan penelitian
Apa yang dimaksud kemampuan berpikir kritis matematika?
Apakah siswa SMK dapat memahami tentang matriks?

Kontribusi
Melakukan tes kepada siswa yang diteliti

Jenis artikel

Teori
Ennis (1996) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan agar
kita dapat membuat keputusan- keputusan yang masuk akal, sehingga apa yang kita anggap
terbaik tentang suatu kebenaran dapat kita lakukan dengan benar.
Keterampilan berpikir kritis matematis sangat penting bagi siswa karena dengan keterampilan ini
siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Selain
itu, menanamkan kebiasaan berpikir kritis matematis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka
dapat mencermati berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Jumaisyaroh,
2014).
konsep matriks dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah digunakan, baik yang disadari maupun
tidak disadari khususnya bagi mereka yang pernah menempuh jenjang pendidikan, tapi
kenyataan di lapangan menunjukkan hasil yang tidak memuaskan dalam pembelajaran matriks.
Banyak siswa yang meminta guru untuk mengulangi penjelasannya dalam setiap proses
pembelajaran matriks dan masih banyak siswa sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan
persoalan yang terkait dengan matriks. Hal inilah yang menjadi indikator bahwa masih banyak
siswa yang tidak dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) saat mempelajari matriks.

Data
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator berpikir kritis matematis
siswa pada tabel berikut
Tabel 1. Indikator kemampuan berpikir kritis

Tabel 2. Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


Tabel 3. Kategori hasil skor tes kemampuan berpikir kritis matematis

Mengembangkan instrument pengukuran kemampuan pemahaman konsep matematis


Soal kemampuan berpikir kritis matematis
1. Mari kita amati Masalah berikut ini

Berapakah biaya masing-masing bahan dan upah buruh yang dikeluarkan oleh perusahaan
tersebut untuk memproduksi baju dan jas?

Berikut penjelasan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan aspek:


Menginterprestasi
Pada aspek pertama kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menginterprestasi sebanyak
19 siswa dapat memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun yang
ditanyakan soal dengan tepat. Artinya siswa mampu memahami masalah dengan baik. Selain itu
sebanyak 17 siswa tidak dapat memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui
maupun yang ditanyakan soal dengan tepat. Dari hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan
siswa menginterprestasi masih rendah karena hanya 52,77% siswa yang mampu memahami
masalah dengan baik.
Menganalisis
Pada aspek kedua kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menganalisis sebanyak 15 siswa
dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan, pertanyaan
pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat
model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat. Artinya siswa tidak dapat
menggunakan konsep matriks dengan baik. Selain itu sebanyak 21 siswa tidak dapat
mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan, pertanyaan pertanyaan, dan
konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika
dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat. Dari hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan siswa menganalisis masih rendah karena hanya 41,66% siswa yang mampu
menggunakan konsep matriks dengan baik.
Mengevaluasi
Pada aspek ketiga kemampuan berpikir kritis siswa yaitu mengevaluasi sebanyak 11
siswa dapat menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar
dalam melakukan perhitungan. Artinya siswa tidak dapat menggunakan strategi yang tepat
dengan baik. Selain itu sebanyak 25 siswa tidak dapat menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan. Dari hal ini
mengindikasikan bahwa kemampuan siswa menganalisis masih rendah karena hanya 30,55%
siswa yang mampu menggunakan strategi yang tepat dengan baik.
Menginferensi
Pada aspek ketiga kemampuan berpikir kritis siswa yaitu mengevaluasi sebanyak 7 siswa
dapat membuat kesimpulan dengan tepat. Selain itu sebanyak 29 siswa tidak dapat Membuat
kesimpulan dengan tepat. Dari hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan siswa menganalisis
masih rendah karena hanya 19,44% siswa yang mampu Membuat kesimpulan dengan tepat
dengan baik.

Scope
Dapat memahami berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah

Tempat
SMKS Nurul Falah Pekanbaru

Metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Hasil
kemampuan berpikir krits matematis peserta didik masih tergolong rendah. Hal tersebut
disebabkan siswa yang memenuhi aspek masing-masing kemampuan berpikir kritis siswa masih
banyak yang dibawah 50%. Kindisi seperti ini disebabkan konsep matriks siswa belum optimal.

Anda mungkin juga menyukai