Anda di halaman 1dari 3

DIA

Aku bingung bagaimana menjelaskan perasaan


ini. Sungguh berat untuk mengingat semuanya,
sungguh lelah untuk berusaha merelakannya.
Rasa saat aku jatuh cinta kepadanya, serasa
semesta membantu ku. Hingga aku merasa
beruntung setiap hari bisa melihatnya.

Walau aku berusaha untuk tidak menunjukan


perasaan ku saat itu, aku tahu dia tahu. Walau
hanya beberapa detik menatap matanya, dia tahu
aku tahu.
Oh dia, sungguh dia yang aku mau. Sementara
aku sibuk dengan perasaanku, semesta mulai
menuliskan takdir kita.
Tanpa sadar, waktu dengan kejam
memperlihatkan kalau kita memiliki jalan yang
berbeda. Dengan kejamnya memperlihatkan
kepada kita bahwa kebahagian kita masih jauh di
depan sana.
Waktu menyiksaku karena aku jujur dengan
perasaanku, dan waktu menyiksaku karena dia
berbohong dengan perasaannya.
Kaki ini harus tetap melangkah, ya memang
selayaknya begitu. Tapi, hati ini merindukannya.
Hey, bayangan ku merindukan bayangan mu.
Aku juga rindu mengatakan “hey” padamu.
Tapi bayanganmu sudah tidak ada lagi.
Dan takkan akan pernah ada “hey” untuk mu.

Aku harap akan ada seseorang yang menuliskan


lagu untuk mu. Menyanyikannya untuk mu.
Aku harap akan ada seseorang menceritakan
keindahan mu. Mengagumi mu seutuhnya.
Aku harap akan ada seseorang yang mencintai
mu. Mencintaimu selamanya.

Kepada dia, kepada cinta pertama ku.


Kamu … tetaplah dia.

Anda mungkin juga menyukai