Anda di halaman 1dari 8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada hakikatnya telah dikaruniai kecerdasan, tidak hanya dalam


bidang akademik saja, tetapi setiap manusia memiliki kecerdasan lain atau yang
biasa disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Kecerdasan
majemuk terdiri dari kecerdasan bahasa (verbal/linguistik), logis-matematis
(logical/mathematical), visual spasial (visual/spatial), naturalis (naturalist),
kinestetik (bodily/kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal
(interpersonal), musikal (musical/ rhythmic), dan eksistensial (existential)
(Gardner, 1999). Potensi kecerdasan majemuk pada tiap diri seseorang memiliki
tingkat yang berbeda-beda dan dapat dikembangkangkan secara optimal, tidak
terkecuali pada anak usia dini. Anak usia dini akan dapat mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan majemuk yang dimilikinya apabila mendapatkan
stimulasi yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Salah satu kecerdasan majemuk yang perlu dikembangan dalam diri anak
adalah kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik adalah keterampilan untuk
menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat
sesuatu, mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik sangat hebat dalam
menggerakkan otot-otot besar dan kecil, serta senang dalam melakukan aktivitas
fisik dari berbagai jenis olahraga (Yaumi & Ibrahim, 2013). Aspek-aspek yang
ada dalam kecerdasan kinestetik yang dipaparkan Armstrong (2013) ialah adanya
kemampuan untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh seseorang seperti kekuatan,
kelenturan dan keseimbangan, serta kemampuan menangani objek secara
terampil.
Anak usia 5-6 tahun yang memiliki kecerdasan kinestetik dapat dilihat dari
beberapa indikator antara lain anak dapat melompat (hopping) setinggi 40 cm,
dapat berlari secara zig-zag, dapat meloncat (jumping) sejauh 1 meter, dan
commit to user
sebagainya (Yus, 2011). Sejalan dengan indikator ahli di atas, kecerdasan

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kinestetik masuk ke dalam lingkup bidang pengembangan yang ada di Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini yaitu fisik motorik kasar,
dengan indikator tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun sebagai
berikut (1) melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih
kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan; (2) melakukan koordinasi gerakan
mata-kaki-tangan-kepala; (3) melakukan permainan fisik dengan aturan; dan (4)
terampil menggunakan tangan kanan dan kiri. Indikator kecerdasan kinestetik
menurut Yus (2011) masuk dalam tingkat pencapaian perkembangan anak pada
lingkup bidang perkembangan fisik motorik kasar di Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013 pada
bagian 1 yaitu anak mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk
melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.
Kecepatan perkembangan anak berbeda-beda, hal ini dibuktikan dari hasil
observasi awal dan wawancara terhadap guru kelas kelompok B1 yang peneliti
lakukan pada bulan Januari 2019 di TK Pelita 1 Mudal Boyolali mengenai
kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun. Berdasarkan hasil observasi awal pada
tanggal 12 Januari 2019 (lampiran 5 halaman 88), ketika kegiatan pembelajaran
fisik gerak dan lagu, anak sudah mampu melakukan koordinasi gerakan mata-
kaki-tangan-kepala dalam menirukan guru, tetapi gerakan secara spesifik yang
dihasilkan anak kurang maksimal. Terlihat ada anak yang cukup kesulitan saat
melakukan gerakan meloncat, melompat, dan sebagainya. Saat istirahat
berlangsung anak-anak sudah mampu melakukan permainan fisik dengan aturan
ketika bermain bola, tetapi anak masih kesulitan menyeimbangkan tubuh saat
berbalik badan secara cepat untuk menghampiri bola. Peristiwa lain yang
membuktikan kurangnya keseimbangan anak adalah ada anak yang kesulitan
menyeimbangkan tubuh untuk berjalan di atas titian sehingga harus dibantu oleh
orang tuanya. Anak kelompok B1 TK Pelita 1 Mudal Boyolali sudah terampil
menggunakan tangan kanan dan kiri seperti saat melakukan permainan konstruktif
menyusun lego dan arena mobil hotwheels.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil wawancara (lampiran 6 halaman 90) terhadap guru kelas


B1 TK Pelita 1 Mudal Boyolali mengungkapkan bahwa kecerdasan kinestetik
anak masih tergolong kurang optimal karena jarang dilakukan kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik. Anak sudah mampu dan
cukup terampil dalam menggunakan tangan kanan dan kiri ketika bermain bola,
lego, atau saat pembelajaran menggunting, menggambar, dan mewarnai.
Hasil prasiklus yang dilakukan tanggal 22 Februari 2019 (lampiran 8
halaman 93) pada anak kelompok B di TK Pelita 1 Mudal Boyolali tahun ajaran
2018/2019 dengan jumlah 14 anak. Aspek kecerdasan kinestetik dijabarkan dari
tingkat pencapaian perkembangan anak dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2013 pada lingkup perkembangan fisik motorik
kasar yaitu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih
kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Aspek yang mencakup kecerdasan
kinestetik tersebut adalah aspek kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Aspek
lainnya seperti kemampuan koordinasi mata-kaki-tangan-kepala, melakukan
permainan fisik dengan aturan, dan terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
terlihat sudah cukup baik, hal tersebut terbukti berdasarkan hasil pengamatan
terhadap subjek yaitu anak kelompok B1 TK Pelita 1 Mudal Boyolali dan
berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas B TK Pelita 1 Mudal Boyolali.
Indikator yang diamati dalam penelitian ini yaitu meloncat (jumping) jarak
1 meter sebagai turunan dari aspek kelenturan, melompat (hopping) setinggi 40cm
sebagai turunan dari aspek keseimbangan, dan berlari secara zig-zag sebagai
turunan dari aspek kelincahan (Yus, 2011). Hasil unjuk kerja prasiklus
menunjukkan hanya 35,71% atau 5 anak yang mendapat nilai tuntas pada
indikator meloncat sejauh 1 meter sebagai turunan dari aspek kelenturan, 42,85%
atau 6 anak yang mendapat nilai tuntas pada indikator melompat setinggi 40cm
sebagai turunan dari aspek keseimbangan, dan 42,85% atau 6 anak yang mendapat
nilai tuntas pada indikator berlari secara zig-zag sebagai turunan dari aspek
kelincahan. Data ini menunjukkan bahwa kecerdasan kinestetik pada anak
kelompok B di TK Pelita 1 Mudal Boyolali tahun ajaran 2018/2019 masih rendah
dan perlu ditingkatkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kurangnya kecerdasan kinestetik dapat disebabkan oleh beberapa faktor,


faktor ini terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi adalah genetika dan mental, sedangkan faktor eksternal adalah
perawatan, stimulasi lingkungan, dan makanan sehat atau asupan gizi (Widayati &
Widijati, 2008). Salah satu faktanya stimulasi kecerdasan kinestetik yang
diterapkan di TK Pelita 1 Mudal Boyolali hanya dilakukan pada hari Jumat yaitu
dengan jalan-jalan mengelilingi lingkungan sekolah dan kerja bakti di sekolah,
selain itu guru hanya menerapkan aktivitas fisik seperti gerak dan lagu untuk anak
pada sisipan awal atau dalam sesi pembelajaran sebagai ice breaking ketika anak
terlihat bosan atau kurang semangat ketika kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
fisik terbimbing seperti senam tidak pernah dilakukan di TK ini. Kurangnya
perhatian khusus terhadap pengembangan kecerdasan kinestetik tersebut
mengakibatkan kurang optimalnya kecerdasan kinestetik anak kelompok B di TK
Pelita 1 Mudal Boyolali.
Lwin, dkk (2004) mengungkapkan banyak penelitian telah membuktikan
bahwa kemampuan fisik atau kecerdasan kinestetik ini dibawa sampai masa
dewasa. Apabila pengembangan kecerdasan kinestetik pada masa kanak-kanak
kurang optimal, maka hal ini akan mempengaruhi kemampuan fisik atau
kecerdasan kinestetiknya ketika dewasa nanti sehingga menjadi pribadi yang
kurang aktif. Meliala (2004) mengutarakan beberapa manfaat dari kecerdasan
kinestetik yaitu untuk meningkatkan keterampilan psikomotor, keterampilan
sosial, kekebalan tubuh, percaya diri, dan harga diri, serta menjadi dasar dari
kehidupan aktif. Lismadiana (2013) memaparkan bahwa sangat penting
mempelajari keterampilan fisik untuk kegiatan atau aktivitas olahraga pada awal
perkembangan karena perkembangan motorik menjadi salah satu faktor penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Melihat berbagai alasan betapa
pentingnya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak seperti yang dipaparkan
oleh beberapa ahli di atas, maka kecerdasan kinestetik anak hendaknya dapat
ditingkatkan secara optimal.
Banyak cara yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kecerdasan
kinestetik anak, seperti dengancommit to user permainan-permainan, tari, dan
melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

olahraga (Mursid, 2015). Salah satunya dengan gymnastic atau senam. Senam
atau gymnastic merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang
perkembangan kecerdasan kinestetik anak usia dini. Karakteristik aktivitas
olahraga yang baik untuk anak usia dini yaitu memberi bermacam-macam
pengalaman gerak (multilateral training) dalam bentuk permainan dan
perlombaan, merangsang perkembangan seluruh pancaindra, mengembangkan
imajinasi atau fantasi, dan bergerak mengikuti irama atau lagu atau cerita (Mursid,
2015). Gymnastic activities menurut Margono, dkk (2009) ialah aktivitas fisik
yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Melalui gymnastic
activities, dapat mengembangkan kemampuan anak dalam hal fisik motorik, sosial
emosional, dan kognitif anak. Latihan tubuh dalam gymnastic direncanakan dan
disusun secara sistematis.
Kalinski, dkk (2011) memaparkan bahwa belajar keterampilan gymnastic
di masa kecil dapat meningkatkan kapasitas anak untuk kinerja keterampilan dan
meningkatkan kemampuan motorik anak. Penelitian ini menyebutkan bahwa
keterampilan-keterampilan gerak seperti gerak lokomotor, non-lokomotor, dan
manipulatif yang dimiliki oleh anak usia 6-7 tahun dapat diasah melalui gymnastic
activites seperti artistic gymnastics (senam artistik). Pernyataan tersebut
dibuktikan dengan adanya peningkatan keterampilan gerak yang lebih signifikan
pada kelompok yang mendapatkan tindakan berupa penerapan artistic gymnastics
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diterapkan artistic gymnastics.
Trajkovic, dkk (2016) mengungkapkan bahwa gymnastic activities harus
direkomendasikan sebagai kegiatan dasar yang positif bagi anak-anak usia
sekolah, dari anak usia dini hingga dewasa. Gymnastic activities yang diterapkan
menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam semua aspek yang diuji yaitu
kelenturan, kecepatan, kelincahan, kebugaran aerobik, kekuatan perut dan tubuh.
Terbukti dari adanya peningkatan keterampilan gerak meloncat, melompat, dan
sebagainya. Elnawati & Nugraheni (2017) memaparkan bahwa terdapat
efektivitas yang signifikan antara pembelajaran senam irama dalam meningkatkan
kecerdasan kinestetik jasmani anak. Penelitian ini mengungkapkan bahwa rata-
rata tingkat kecerdasan kinestetikcommit to user penerapan pembelajaran senam
anak sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

irama adalah 55,5 kemudian setelah adanya penerapan pembelajaran senam irama
meningkat menjadi 62,6. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran senam
irama berpengaruh pada peningkatan kecerdasan kinestetik.
Menyimpulkan dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan
hanya menerapkan gymnastic activites yang digunakan untuk meningkatkan gerak
motorik anak (Kalinsi, dkk., 2011) serta hanya untuk melakukan perbaikan dalam
berbagai aspek (Trajkovic, dkk., 2010). Gerak motorik yang ditingkatkan berupa
gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Perbaikan aspek yang
dilakukan meliputi aspek kelenturan, kecepatan, kelincahan, dan lain-lain. Kedua
penelitian tersebut menerapkan gymnastic activities yang tidak dispesifikkan
untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik, sehingga penelitian ini akan lebih
fokus dalam penerapan gymnastic activities untuk meningkatkan kecerdasan
kinestetik anak. Elnawati & Nugraheni (2017) melakukan penelitian untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik menggunakan kegiatan senam irama. Senam
irama sudah sering diterapkan dalam pembelajaran di TK, sehingga peneliti
memilih akan menggunakan kegiatan-kegiatan gymnastic activities yang mengacu
pada kegiatan gymnastic activities dari buku “Gymnastics Companion Book”
(Australian Sports Commision, 2007).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipapakan sebelumnya, penulis
merasa perlu mengadakan penelitian tentang peningkatan kecerdasan kinestetik
melalui gymnastic activities pada anak kelompok B TK Pelita 1 Mudal Boyolali.
Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu
dengan lebih spesifik untuk meningkatkan kecerdasan menggunakan kegiatan-
kegiatan gymnastic activities yang mengacu pada kegiatan gymnastic activities
dari buku “Gymnastics Companion Book” (Australian Sports Commision, 2007)
dengan harapan lebih menarik antusiasme anak agar efektif dalam meningkatkan
kecerdasan kinestetik anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan diatas, maka masalah


commit
dari penelitian ini dapat dirumuskan to user
sebagai berikut: “Apakah gymnastic activities
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok B TK Pelita 1


Mudal Boyolali?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan kecerdasan kinestetik anak melalui gymnastic activities pada anak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:


1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian tentang meningkatkan
kecerdasan kinestetik anak melalui gymnastic activities pada anak
kelompok B TK Pelita 1 Mudal Boyolali ini dapat dijadikan sebagai
rujukan serta pembanding bagi penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak terkait, khususnya:
a. Bagi Anak
Meningkatnya kemapuan kecerdasan kinestetik anak melalui
gymnastic activities, menambah pengalaman langsung bagi anak
untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui gymnastic
activities yang menyenangkan.
b. Bagi Guru
Bertambahnya pengalaman dan mengetahui alternatif
kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk peningkatan
kecerdasan kinestetik anak, serta meningkatnya kecerdasan
kinestetik anak melalui gymnastic activities sehingga pembelajaran
dapat lebih bermakna.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
menentukan kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kecerdasan
kinestetik anak melalui gymnastic activities pada anak.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai