Anda di halaman 1dari 2

Analisis Pengaruh Perang Rusia-Ukraina

Bagi Posisi Indonesia Sebagai Presidensi G20 di Bali

Menjadi suatu kehormatan bagi Indonesia, sebab pertama kalinya dalam sejarah memegang
Presidensi forum utama kerjasama ekonomi dan pembangunan berbasis internasional G20.
Acara puncak forum ini adalah agenda Konferensi Tingkat Tinggi/KTT yang diselenggarakan
pada 15-16 November 2022 lalu di Bali. Dimana momentum ini baru terjadi satu kali dalam
periode 21 tahun, semenjak bergabungnya Indonesia dengan G20 pada tahun 1999 silam.
Dengan mengusung semboyan “Recover Together, Recover Stonger”, Indonesia dengan
percaya diri serta semangat yang menggebu mengepakkan sayapnya di kancah perpolitikan
global, menggandeng seluruh negara anggota G20 untuk bersama melakukan perbaikan di
bidang ekonomi pasca lumpuhnya aktivitas perekonomian global akibat dihantam pandemi
Covid-19. Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 merupakan bukti bahwa negara ini
dipercaya oleh dunia internasional memiliki ketahan perekonomian yang baik.

Menjadi tuan rumah forum internasional di tengah panasnya konflik Rusia dan Ukraina,
membuat Indonesia menjadi pusat perhatian dunia. Dengan adanya atensi internasional
tersebut, dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk membangkitkan kembali perekonomian
negara dengan mempromosikan sektor pariwisata serta memasarkan berbagai produk UMKM
lokal yang identik dengan nusantara. Dalam forum internasional tersebut, peran Indonesia
sebagai Presidensi G20 disinyalir dapat menjadi perwakilan negara berkembang untuk
menyuarakan opini mereka, serta memberikan fasilitas berupa serangkaian agenda yang akan
digunakan untuk menjembatani berbagai konflik yang sedang berlangsung. Selama
mengemban peran sebagai Presidensi G20 Indonesia memiliki berbagai peran prioritas,
misalnya saja menjadi pendukung pengamanan anggaran nasional, menjadi wadah untuk
bertukar pengetahuan, hingga menjadi fasilitator perkumpulan forum Start-up Unicorn guna
saling bertukar ide dan pengalaman.

Sebelum KTT G20 resmi di gelar, dunia sedang menantikan siapa saja kepala negara yang
akan menghadiri forum internasional tersebut. Terlebih setelah memanasnya isu perang
Rusia-Ukraina yang menyeret nama Amerika dan NATO, membuat seolah daftar kehadiran
pemimpin dunia dalam KTT G20 di Bali menjadi suatu isu yang politisi. Poin utama resiko
yang mungkin terjadi pada saat berlangsungnya KTT G20, dengan Indonesia memegang
Presidensi forum ini ditengah memanasnya konflik invasi Rusia ke Ukraina tersebut bukan
persoalan siapa pemimpin dunia yang akan datang, akan tetapi resiko terbesar KTT G20 di
Bali adalah potensi kegagalan ketika akan menghasilkan Komunike/Deklarasi bersama. Hal
ini didasarkan pada fakta terkait tidak adanya Komunike yang berhasil dicetuskan dalam
berbagai pertemuan Working Grup selama berlangsungnya serangkaian agenda G20 sebelum
acara puncak KTT di Bali digelar. Dalam hal ini, konflik Rusia-Ukraina secara otomatis
membentuk sebuah tantangan baru bagi posisi Indonesia sebagai Presidensi KTT G20 di Bali,
terkait bagaimana Indonesia dapat merangkul negara yang terlibat konflik untuk bekerjasama
merealisasikan pemulihan dunia akibat dampak Covid-19. Terlebih Indonesia dikenal sebagai
negara yang menganut sistem politik bebas aktif dan tidak memihak blok manapun.

Keberlangsung KTT G20 di Indonesia sempat menerima ancaman boikot dari Amerika
Serikat, lantaran sebagai tuan rumah Indonesia mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin
kedalam forum internasional tersebut, dimana Amerika Serikat menganggap Rusia telah
menyebabkan ketegangan yang mengancam keamanan dan perdamaian internasional setelah
aksi invansinya ke Ukraina, bahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden melabeli Putin
sebagai sosok penjahat perang. Ancaman boikot tersebut mendapat respon dari Presiden
Indonesia Jokowi, dimana beliau menyampaikan bahwasannya Indonesia telah mengundang
Rusia jauh sebelum konflik Rusia-Ukraina berlangsung. Presiden Jokowi juga menyampaikan
bahwasannya Indonesia sebagai tuan rumah, turut mengundang Presiden Ukraina Zelensky
supaya dapat hadir dalam forum internasional KTT G20 di Bali. Sebagai negara yang netral,
Indonesia tidak ingin terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina untuk memihak dan mendukung
salah satu negara, akan tetapi Indonesia akan dengan senang hati menjadi wadah untuk
menjembatani perdamaian diantara seluruh negara yang terlibat konflik tersebut. Dimana hal
ini relevan dengan tema G20 yang di usung Indonesia “Recover Together, Recover Stonger”,
yang artinya Indonesia siap menjalin kerjasama dengan tujuan pemulihan berskala
internasional pasca terjadinya pandemi tanpa membeda-bedakan negara.

Anda mungkin juga menyukai