Anda di halaman 1dari 23

Halaman Sampul (COVER)

ECONOMIC RESEARCH PAPER KOMPEK 25


Mengulik Bukit Algoritma: Penerapan Ekosistem Inovasi Terpusat dalam Mendukung
Transformasi Industri 4.0 di Indonesia
Dibuat sebagai Dummy Paper cabang lomba ERP KOMPeK 25

Disusun oleh :
1. M. Fathur Rahman (NISN)
2. Zulfandi Yahya (NISN)
3. Raisa Kendria (NISN)

Nama Tim : OHANA KOMPeK JUARA 1

SMA 25 KOMPeK FEB Nomor halaman diletakkan di pojok kanan


bawah dengan font Times New Roman, 11 pt
DEPOK • Diluar Substansi Paper -> Angka Romawi
Paper disusun di atas kertas berukuran A4 (i, ii, iii, ...)
2022
dengan batasan pengetikan (margin) yaitu • Substansi Paper -> Angka Biasa (1, 2, ..)
kiri 4 cm, serta kanan, atas, dan bawah 3
cm. Naskah diketik dengan font Times
New Roman; 12, pt: line spacing 1,5

i
Peserta WAJIB mengisi Lembar Pengesahan
dan Pernyataan Orisinalitas dengan format
berikut sebagai SYARAT PENILAIAN

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Mengulik Bukit Algoritma: Penerapan Ekosistem


Inovasi Terpusat dalam Mendukung Transformasi Industri 4.0 di Indonesia
2. Subtema : 3 (sesuai urutan subtema di guideline)
3. Sekolah Asal : SMA 25 KOMPeK FEB UI
4. Ketua
a. Nama Lengkap : M. Fathur Rahman
b. NISN : XXXXX
c. Alamat Rumah : Jalan Menuju Masa Depan yang Cerah
d. No. Telp/HP : 08XXXXXX
5. Anggota
Nama anggota : Zulfandi Yahya dan Raisa Kendria
6. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap : (Jika Ada)
b. NIP : (Jika Ada)

Menyetujui, Depok, 4
September 2021
Guru Pembimbing Ketua Tim

(Nama Guru Pembimbing) (M. Fathur Rahman)


NIP. NISN. XXXX
Mengetahui,
Kepala SMA 25 KOMPeK FEB UI

(Ebenezer Harefa, S.pd, M.Pd)


NIP.

ii
Peserta WAJIB mengisi Lembar Pengesahan
dan Pernyataan Orisinalitas dengan format
berikut sebagai SYARAT PENILAIAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Judul Karya Tulis : Mengulik Gagasan Bukit Algoritma: Penerapan Ekosistem


Inovasi Terpusat dalam Mendukung Transformasi Industri
4.0 di Indonesia
Nama Ketua : M. Fathur Rahman
Nama anggota 1 : Zulfandi Yahya
Nama anggota 2 : Raisa Kendria

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis
adalah benar-benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh penulis dan belum
pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar KOMPeK 25 FEB UI. Demikian
pernyataan ini kami buat dengan sebenar benarnya, dan apabila terbukti terdapat
unsur plagiarisme dan pelanggaran lain yang tidak sesuai dengan pernyataan ini,
maka kami siap untuk menerima konsekuensi yaitu didiskualifikasi dari kompetisi
sebagai bentuk tanggung jawab kami.

Depok, 31 Juli 2022


Ketua Tim

(M. Fathur Rahman)


NISN. XXXX

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya, kami mampu merampungkan sebuah karya ilmiah yang berjudul “Mengulik
Gagasan Bukit Algoritma: Penerapan Ekosistem Inovasi Terpusat dalam
Mendukung Transformasi Industri 4.0 di Indonesia”. Adapun tujuan pembuatan
karya tulis ini adalah sebagai dummy paper dalam KOMPeK 25 FEB UI cabang
lomba Economic Research Paper (ERP). Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada guru, sanak saudara, kerabat, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penulis mengetahui bahwa karya tulis ini masih belum sempurna, baik dari
segi isi maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangatlah diharapkan untuk karya tulis yang lebih baik kedepannya.

Depok, 31 Juli 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
ABSTRAK vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
1.5 Metodologi Penelitian 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Konsep Bukit Algoritma 4
2.2 Permasalahan Bukit Algoritma 5
2.3 Potensi pembangunan Bukit Algoritma di Indonesia 6
2.4 Rekomendasi terhadap Gagasan Bukit Algoritma Indonesia 7
2.4.1 Pentingnya peran sektor swasta 7
2.4.2 Implementasi Triple Helix 8
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA vii
LAMPIRAN x

v
Penulisan abstrak maksimal
memuat 250 kata

ABSTRAK
Di tengah tren Industry 4.0, Indonesia sebagai negara berkembang terus
berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,
salah satunya melalui kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat
didukung oleh ekosistem inovasi yang unggul seperti Silicon Valley di Amerika
Serikat sehingga banyak negara mencoba mengadaptasi model inovasi tersebut
sebagai best practice, tak terkecuali Indonesia dalam proyek Bukit Algoritma.
Proyek Bukit Algoritma mengimplementasikan konsep economics of
agglomeration, yaitu keunggulan dari kedekatan geografis antarperusahaan dalam
satu klaster industri (Kawasan Ekonomi Nasional) sehingga meminimalisir biaya
(economies of scale) dan menciptakan aktivitas produksi yang lebih efisien
(increasing return to scale). Namun, Bukit Algoritma dinilai belum optimal dalam
membangun ekosistem inovasi berbasis Triple Helix, mendorong kontribusi
pendanaan swasta yang masih minim pada riset dan pengembangan, serta
ketersediaan sumber daya manusia yang kurang akibat fenomena brain drain.
Dengan menggunakan metode studi literatur, penelitian ini berupaya menganalisis
secara detail terkait permasalahan dan mengangkat beberapa rekomendasi
kebijakan yang dapat dimanifestasikan dalam perancangan Bukit Algoritma.

Kata Kunci: Bukit Algoritma, Ekosistem Inovasi, Triple Helix, Economics of


Agglomeration, Research and Development, Private Investment

Wajib memuat minimal 3 kata kunci

vi
Paper disusun di atas kertas berukuran A4 Bagian Substansi Paper mencakup
dengan batasan pengetikan (margin) yaitu Bab I, II dan III memuat maksimal
kiri 4 cm, serta kanan, atas, dan bawah 3 sepanjang 15 halaman
cm. Naskah diketik dengan font Times
New Roman; 12, pt: line spacing 1,5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


“Industrialisasi” adalah nama generik untuk serangkaian proses ekonomi
dan sosial yang terkait dengan penemuan cara yang lebih efisien untuk penciptaan
nilai. Dengan menggunakan kriteria abruptness of change, terdapat 2 jenis
perubahan ekonomi, yaitu event (perubahan tunggal secara cepat) dan process
(perubahan kumulatif yang berkepanjangan). Industrialisasi adalah sebuah proses,
bukan sebuah peristiwa. Proses adalah properti yang muncul dari suatu sistem
(negara atau wilayah) yang dihasilkan dari kumpulan peristiwa yang memiliki
kesamaan dan terungkap dalam skala waktu yang lebih lambat . Industrialisasi juga
bisa dibilang sebagai perubahan struktur suatu negara dimana terdapat kenaikan
kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan
kesempatan kerja.
Mendengar kata “Industrialisasi” tidak terlepas dengan yang namanya
Revolusi Industri. Revolusi Industri dapat dirasakan seluruh manusia dengan
adanya kemajuan teknologi saat ini. Berbagai inovasi dan penemuan di berbagai
bidang kehidupan, kita dapat menikmati akses informasi, transportasi, medis,
arsitektur, maupun kegiatan bisnis. Revolusi Industri secara global telah masuk
pada tahap keempat (Revolusi Industri 4.0), dimana terjadinya lompatan besar
teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan tidak hanya dalam proses
produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model
bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan
kualitas produk yang lebih baik. Digitalisasi menjadi kata kunci pada era ini yang
terdiri atas: digitalisasi jejaring; digitalisasi produk dan jasa; digitalisasi model
bisnis dan akses pelanggan.
Indonesia sebagai negara yang terbawa arus Revolusi Industri, telah
menyusun beberapa target. Pertama, menjadi bagian 10 besar negara dengan
ekonomi terbesar di seluruh dunia tahun 2030. Kedua, peningkatan produktivitas
sebesar dua kali lipat terhadap biaya. Ketiga, peningkatan anggaran alokasi R&D
sebesar 2% PDB (katadata.com). Untuk mengejar target tersebut, Indonesia harus
gencar melakukan inovasi digital untuk mencapai target tersebut.

Nomor halaman diletakkan di pojok kanan


bawah dengan font Times New Roman, 11 pt
• Diluar Substansi Paper -> Angka Romawi 1
(i, ii, iii, ...)
• Substansi Paper -> Angka Biasa (1, 2, ..)
Berdasarkan model ekonomi dari Joseph Schumpeter, inovasi merupakan
kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui mekanisme creative
destruction, yang didukung oleh fakta empiris (IMF, 2004). Akan tetapi, di sisi lain,
inovasi di Indonesia masih terbilang cukup rendah. Dalam Global Innovation Index
2019, posisi Indonesia dalam hal inovasi di kancah dunia berada di urutan 85, jauh
dibawah negara Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand (Bisnis.com). Selain
itu, menurut survei Global Competitiveness Report, Indonesia menduduki
peringkat ke-87 dari 137 negara yang disurvei, dengan Technology Readiness Level
(TRL) produk inovasi dari Indonesia dominan hanya pada skala 1-3
(ristekbrin.go.id). Dengan ini, untuk menghadapi era disrupsi teknologi, pemerintah
Indonesia perlu mempercepat transformasi ke arah ekosistem ekonomi berbasis
inovasi, dari yang sebelumnya hanya mengandalkan ekonomi berbasis komoditas
Salah satu upaya Indonesia dalam memainkan perannya dalam
Perkembangan Industri dan Inovasi adalah pembangunan Bukit Algoritma.
Rencananya, projek yang sudah melakukan groundbreaking pada tahun 2021 ini
akan dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pengembangan teknologi
dan industri 4.0. Menurut Budiman Sudjatmiko sebagai Ketua Pelaksana, Bukit
Algoritma diharapkan bisa menjadi pusat penelitian dan pengembangan (Research
and Development) dan pengembangan sumber daya manusia untuk kedepannya,
serta mencakup teknologi lebih lanjut, seperti Artificial Intelligence,
Nanotechnology, Biotechnology, hingga Energy Storage (Kompas.com).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Bukit Algoritma dan darimana asal muasal terbentuknya ide
tersebut?
2. Apa tujuan dibangunnya Bukit Algoritma tersebut?
3. Masalah apa yang akan muncul selama proses pendirian Bukit Algoritma
tersebut?
4. Model apa yang dapat menjelaskan pendirian Bukit Algoritma tersebut?
5. Apa rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan atas pendirian proyek
tersebut?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan asal muasal dan mendeskripsikan Bukit Algoritma
2. Menjelaskan tujuan dari dibangunnya Bukit Algoritma
3. Mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi dalam pendirian Bukit
Algoritma
4. Menjelaskan model yang dapat digunakan dalam pembangunan projek itu
5. Merekomendasikan kebijakan apa yang dapat diberikan atas pendirian
Bukit Algoritma

1.4 Manfaat Penulisan


Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih perkembangan
ilmu pengetahuan dan dapat meneliti gagasan pendirian dari Bukit Algoritma itu
sendiri. Selain hal tersebut, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan edukasi
dan informasi kepada masyarakat luas.

1.5 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Data yang digunakan bersumber dari
data sekunder berupa kajian-kajian ilmiah terdahulu dan berbagai literatur yang
mendukung. Data sekunder tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi
dalam menyusun karya tulis ini dan menjawab rumusan masalah yang ada.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bukit Algoritma


Bukit algoritma merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia
membangun ekosistem inovasi seperti Silicon Valley di Amerika. Adapun
ekosistem tersebut terbentuk dari gagasan Clusters of Innovation (COI), yaitu
sentralisasi aktivitas inovasi sekaligus pusat pengembangan model bisnis, industri,
dan modernisasi teknologi (Engel, 2015). Ide sentralisasi ini didasari oleh konsep
Economic of Agglomeration yang merefleksikan penghematan biaya yang berasal
dari faktor kedekatan jarak antar aktivitas perusahaan di satu industri yang sama
atau berkaitan (Core, 2017). Ellison dan Glaeser (1997) menekankan faktor
kedekatan secara geografis inilah mendorong adanya penyebaran informasi kepada
suatu perusahaan (localized intrafirm spillover). Penyebaran informasi yang pesat
ini akan mendorong perusahaan untuk mencapai kondisi economics of scale dan
increasing return to scale sehingga produksi menjadi lebih efisien dan hemat
(Hallencreutz, Malmberg, dan Lundequist, 2000).
In-Text-Citation sangat
direkomendasikan
Jika kita menggali lebih jauh, pembangunan Bukit Algoritma untuk komponen
di Sukabumi
penilaian kredibilitas pada substansi
memang menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mendorong inovasi APA
paper menggunakan di Style
Indonesia. Rencananya, Bukit Algoritma Sukabumi dijadikan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) pengembangan teknologi dan industri 4.0. Tepatnya 7
April 2021, penandatanganan kontrak pembangunan ini telah dilakukan oleh
Budiman Sudjatmiko selaku Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO dengan
Nikolas Agung sebagai Direktur Utama PT Amarta Karya (AMKA). Rencananya,
Kiniku Bintang Raya sebagai entitas kerja sama operasi (KSO) – penggabungan
dari PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari – akan berperan
dalam mencari dana investasi, sedangkan PT AMKA sebagai kontraktor utama
yang juga merupakan BUMN akan bertugas pada konstruksi pembangunannya.
Bukit Algoritma diproyeksikan memakan biaya proyek sebesar 1 miliar euro atau
Rp 18 triliun, yang dibangun di daerah Cikidang dan Cibadak, dengan area seluas
888 hektar. Motif pembangunan Bukit Algoritma ini bertujuan untuk mengikuti
kesuksesan Amerika Serikat dalam membangun Silicon Valley sebagai episentrum
teknologi dunia saat ini – lokasi kantor pusat dari berbagai perusahaan besar

4
teknologi, seperti Google, Apple, Facebook, dan startup lainnya. Menurut Budiman
Sudjatmiko, Bukit Algoritma diharapkan bisa menjadi pusat penelitian dan
pengembangan (Research and Development) dan pengembangan sumber daya
manusia untuk kedepannya, serta mencakup teknologi lebih lanjut, seperti Artificial
Intelligence, Nanotechnology, Biotechnology, hingga Energy Storage (Idris, 2021).
Dengan ini, Bukit Algoritma diharapkan menjadi wadah para cendekiawan
Indonesia untuk berkontribusi di Indonesia dengan lebih optimal, sekaligus
mengatasi fenomena brain drain – perpindahan orang-orang pintar ke negara lain
yang lebih maju untuk bekerja dan menetap karena lingkungan kerja yang lebih
baik dan kesejahteraan yang lebih terjamin. In-Text-Citation sangat
direkomendasikan untuk komponen
penilaian kredibilitas pada substansi
paper menggunakan APA Style
2.2 Permasalahan Bukit Algoritma
Inovasi sangat penting bagi sebuah negara untuk dapat memperkaya
komoditas dan membuat merek yang lebih kompetitif di pasar global, substitusi
impor, dan meningkatkan pelayanan masyarakat. Akan tetapi, inovasi Indonesia
cenderung tertinggal dari negara - negara ASEAN. Berdasarkan data Global
Innovation Index, peringkat Indonesia masih di bawah negara Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam, dan Filipina dalam 10 tahun terakhir. Pada tahun 2021,
Singapura berada pada peringkat 8, Malaysia 36, Thailand 43, Vietnam 44, Filipina
51 dan Indonesia berada pada peringkat 87. Kesuksesan suatu bangsa dalam
melakukan inovasi ditentukan oleh jejaring sosial global yang memberikan akses
kepada peneliti, pengetahuan, teknologi, peralatan dan dana dalam melakukan riset,
dan pengembangan sponsor dari yayasan filantropi global. Studi Global
Development Network (GDN) menunjukkan bahwa peneliti dan akademisi
Indonesia masih terperangkap di komunitas mereka dan tidak bisa memperkaya diri
dengan jejaring sosial yang ada. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki mobilitas
yang cukup untuk berinteraksi dengan sejawat akademisi global.
Masih terdapat berbagai pandangan kontra terkait proyek Bukit Algoritma.
Pemerintah dinilai terburu-buru membangun infrastruktur seperti Bukit Algoritma,
padahal dukungan dana untuk R&D Indonesia sendiri tergolong masih rendah.
Berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics (UIS), alokasi anggaran R&D

5
Indonesia hanya 0,22% terhadap PDB atau setara USD 7,05 miliar pada 2018.
Sumber daya peneliti di Indonesia masih tergolong sangat rendah dibandingkan
dengan negara ASEAN. Data menunjukkan jumlah peneliti di Indonesia masih
sangat rendah. Hanya 396 dari 1 juta penduduk pada tahun 2020
(data.worldbank.org). Hal tersebut dikarenakan alokasi dana riset Indonesia
tersebar di 52 Kementerian/Lembaga (K/L) menyebabkan kegiatan riset pun
terbatas. Rendahnya anggaran itu berdampak pada jumlah peneliti indonesia.
Dengan kondisi peneliti yang rendah, juga menyebabkan paten di Indonesia pun
juga sangat sedikit. Implikasi dari faktor tersebut menyebabkan inovasi di Indonesia
belum menjadi praktik keseharian manusia di dalam lapangan kehidupan

Disarankan mencantumkan keterangan


dibawah gambar yang disajikan pada paper,
mencakup penjelasan substansi gambar
disertai dengan sumbernya

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Peneliti dari Beberapa Negara Tetangga


(Sumber: diolah Penulis dari World Bank)

2.3 Potensi pembangunan Bukit Algoritma di Indonesia


Aset, modal, dan investasi yang ditanamkan pada proyek pembangunan
Bukit Algoritma diharapkan dapat memberi imbal hasil atau return yang sebanding.
Kita dapat mengatakan pengembalian langsung (direct return) pada pengeluaran
R&D, terutama pada Bukit Algoritma dapat menghasilkan produk, bisnis, dan
servis baru, peningkatan dalam pertumbuhan bisnis dan pekerjaan baru, serta
meningkatnya hubungan R&D dengan komunitas bisnis dan investasi. Return yang
didapat bisa juga secara tidak langsung (indirect return). Implikasi nya adalah
terhadap sosial dan budaya. Manfaat yang diberikan dapat berupa kesejahteraan

6
masyarakat, kesehatan, kebijakan baru, layanan publik, resilience, dan cost
avoidance (Terleckyj, 1980).

2.4 Rekomendasi terhadap Gagasan Bukit Algoritma Indonesia


2.4.1 Pentingnya peran sektor swasta
Pendanaan merupakan faktor yang berperan penting dalam keberlansungan
aktivitas riset dan pengembangan. Akan tetapi, berdasarkan data UNESCO Institute
for Statistics (UIS), alokasi anggaran R&D Indonesia hanya 0,22% terhadap PDB
atau setara USD 7,05 miliar pada 2018, tertinggal jauh dari negara lain seperti
Korea Selatan sebesar 4,5% PDB atau USD 98,45 miliar, Singapura sebesar 1,9%
PDB atau USD 10,26 miliar. Adapun keterlibatan swasta juga berperan penting
dalam menjaga stabilitas dan keberlangsungan ekosistem inovasi. Jika biaya riset
hanya dibebankan kepada pemerintah, maka hal tersebut dapat mengancam
stabilitas fiskal dan ketidakpastian riset meningkat di tengah dinamika politik yang
tidak stabil. Mirisnya, Indonesia terbilang cukup minim kontribusi pendanaan
risetnya oleh swasta, dimana pada tahun 2018 hanya mendapat proporsi dana R&D
0,017% dari sektor swasta sedangkan Malaysia 0,457% dan Singapura 1,149%.
(UNESCO, 2021). Oleh karena itu, upaya peningkatan kontribusi pendanaan swasta
untuk membangun ekosistem inovasi di Indonesia perlu ditingkatkan lebih jauh.

Gambar 2. Perbandingan Alokasi Dana R&D dari Beberapa Negara Asia


(Sumber: UNESCO)

Disarankan mencantumkan keterangan


dibawah gambar yang disajikan pada paper,
mencakup penjelasan substansi gambar
disertai dengan sumbernya
7
Di Indonesia, dukungan sektor swasta hanya mencapai sekitar 20% dari
total pendanaan karena kurangnya insentif bisnis, kebijakan, dan kesadaran industri
tentang pentingnya penelitian (Robertson, 2019). Sangat jauh berbeda dengan
Jerman yang mengalokasikan 70% dananya dari sektor swasta. Publikasi terbaru
dari German Academic Exchange Service (DAAD) menyatakan bahwa investasi ini
sekitar 90,3 miliar euro pada 2015 – sekitar 2,9% dari PDB-nya.
Perusahaan perusahaan Jerman sangat berpartisipasi dalam mengembangkat
riset Jerman. Perusahaan tersebut mendanai proyek di universitas atau lembaga
penelitian untuk mengembangkan produk yang dapat meningkatkan bisnis mereka.
Hal itu juga dimanfaatkan oleh sektor swasta karena insentif yang tinggi untuk
investasi dalam riset dan pengembangan. Perusahaan besar berinvestasi dengan rela
sehingga mereka bisa lebih kompetitif dan sukses.
SMERU Research Institute mengatakan bahwa perusahaan swasta perlu
terlibat lebih banyak dalam pengembangan industri riset di Indonesia. Hal ini
dikarenakan sektor swasta lebih mengetahui keinginan publik. Dengan kolaborasi
dengan mereka, perusahaan tersebut dapat meneliti dan menjawab atas kebutuhan
publik tersebut.
Riset dan penelitian dapat menjamin keberlangsungan sebuah perusahaan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dan berkolaborasi dengan
pemerintah juga dapat membuka peluang bagi perusahaan untuk membahas
kebijakan yang berdampak pada bisnis mereka.
Statistik menunjukkan bahwa negara-negara dengan industri penelitian
yang maju adalah negara-negara yang mendapat dukungan besar dari industri
swasta. Hampir 80% investasi penelitian oleh tiga pembelanja penelitian teratas
(Korea Selatan, Israel, dan Jepang) berasal dari perusahaan swasta. Oleh sebab itu,
Indonesia perlu menekankan investasi dari sektor swasta dan mempermudah
pembiayaan untuk kepentingan Research and Development.

2.4.2 Implementasi Triple Helix


Silicon Valley mengacu pada wilayah sebelah selatan San Francisco yang
mana daerah tersebut terkenal karena pusat teknologi global berada di sana. Start
up yang muncul di sana menjadi penggerak inovasi dan pembangkit utama ekonomi

8
kreatif karena didukung oleh kelembagaan dan didanai sangat besar. Teknologi
yang telah berevolusi tidak diciptakan oleh mereka sendiri tanpa keterlibatan yang
lain. Sebaliknya, hal tersebut terjadi dikarenakan kolaborasi antara pihak pihak
pengusaha dan teknisi, politisi dan akademisi, bahkan peretas dan aktivis. Silicon
Valley menjelma menjadi tempat penuh mitologi yang penuh dengan inovasi
teknologi dan perusahaan (Margaret O’Mara, 2019). Untuk memainkan peran
sebagai pusat teknologi, Silicon Valley memiliki beberapa pihak yang terlibat
dalam konsep Triple Helix disebutkan sebagai sebuah konsep kolaborasi kerjasama
sinergitas Pemerintah, Universitas dan Industri yang bersinergi dimana Pemerintah
sebagai pembuat kebijakan (sumber hubungan kontraktual yang menjamin interaksi
dan pertukaran yang stabil), Universitas sebagai pusat pengembangan penelitian
dan pengetahuan baru, dan industri sebagai pusat produksi (penyedia kebutuhan
layanan masyarakat) untuk mencapai tujuan bersama. Konsep sederhananya adalah
pemerintah dan industri akan menyumbang dana untuk melakukan penelitian di
universitas. Jika berhasil, maka inovasi dan teknologi baru akan dipatenkan. Setelah
itu properti intelektual yang dihasilkan akan dikomersialkan sehingga menjadi
pendapatan universitas. Adapun triple helix dapat dianalisis secara detail
berdasarkan tiga pihak, yaitu:

1) Universitas
Universitas dipandang secara tradisional sebagai struktur pendukung untuk
inovasi, menyediakan pelatihan, hasil riset dan pengetahuan untuk industri.
Pendekatan yang lebih jauh diambil oleh konsep Triple Helix adalah
Equivalent Status to all boards of Universities. Yang dimaksudkan disini
adalah semua universitas adalah sama dan tidak memiliki secondary status.
Universitas tidak berada di bawah pemerintahan ataupun swasta (industri)
sehingga universitas-universitas bergabung dan memiliki peran sebagai
aktor pendukung atau partner yang setara.

2) Perusahaan (Venture Capital / Entrepreneur / Firms)


Model identik atau ideal yang berada di Silicon Valley adalah perusahaan
yang berada pada tingkat full maturity atau corporate management (stage

9
IV) pada tingkatan investasi. Perusahaan pada tahap ini dapat bersaing
dengan rival mereka. Periode ini ditandai dengan perkembangan struktural,
perluasan keterampilan manajerial, rutinitas dan peran organisasi, dan
membangun hubungan yang stabil dengan pemasok dan pelanggan sambil
mengembangkan sumber daya. Akses modal diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan cepat yang berkelanjutan dan siap berkembang menjadi skala
besar.

Gambar 3. Tahapan Kematangan Sebuah Perusahaan Dari Segi Pendapatan


dan Waktu (Sumber: Nassar dan Mehta)

Disarankan mencantumkan keterangan


dibawah gambar yang disajikan pada paper,
mencakup penjelasan substansi gambar
disertai dengan sumbernya

10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di tengah industri 4.0 yang dicirikan dengan adanya disrupsi teknologi,
Indonesia sebagai negara berkembang selalu berusaha memaksimalkan potensi
inovasi mereka. Namun, dalam persaingannya dengan negara lain, Indonesia masih
tertinggal sangat jauh dalam membangun ekosistem inovasinya. Adapun salah satu
cara yang dilakukan Indonesia dalam menggenjot inovasi yaitu dengan mengadopsi
sistem Silicon Valley Amerika Serikat. Harapannya, dengan terbentuknya Bukit
Algoritma dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat menghasilkan ekosistem
inovasi yang semakin berkualitas sebagai penerapan dari konsep economics of
agglomeration dan cluster of innovation.
Setelah groundbreaking yang telah dilaksanakan, belum ada tahap
pembangunan lanjutan terhadap proyek Bukit Algoritma. Hal tersebut dikarenakan
belum adanya suntikan dana yang masuk dari para investor. Pemerintah dinilai
terburu-buru dalam membangun Bukit Algoritma dikarenakan investasi Indonesia
dalam bidang R&D masih sangat rendah. Ditambah, faktor lain yang membuat
Indonesia masih belum siap membangun Bukit Algoritma adalah ekosistem inovasi
dan mekanisme triple helix yang belum dibangun secara sempurna, yaitu
direfleksikan dari minimnya kontribusi swasta, kurangnya jumlah peneliti, serta
skema peran universitas dan kerangka pendanaan inovasi yang belum matang.
3.2 Saran
Adopsi peran serta dukungan investasi dari sektor swasta seperti contoh
negara Jerman, perlu terlibat lebih banyak dalam mendukung era industrialisasi
Indonesia. Sektor swasta berperan sangat penting karena keinginan masyarakat
secara umum dapat diketahui langsung oleh mereka. Regulasi dan pemberian
insentif agar sektor swasta dapat terjun langsung ke masyarakat merupakan faktor
yang harus ditetapkan terlebih dahulu agar perusahaan yang ada pada sektor
tersebut lebih leluasa dan kompetitif untuk menciptakan ekosistem inovasi yang
berkualitas.
Triple Helix adalah konsep kolaborasi dari Pemerintah, Industri, dan
Universitas untuk berperan dalam keberlangsungan suatu ekosistem inovasi.
Komponen tersebut akan saling bersinergi menciptakan simbiosis mutualisme

11
dimana ekosistem penelitian dan inovasi dapat terwujud nyata, alih-alih hanya
sekedar membangun “monumen” infrastruktur Bukit Algoritma saja. Penelitian ini
menyarankan agar pemerintah juga fokus membangun sinergi, integrasi, dan
kesinambungan ketiga pihak pada Triple Helix dalam menciptakan ekosistem
inovasi yang berkualitas tinggi.

12
Direkomendasikan untuk
menggunakan APA Style
dalam penulisan Citation

DAFTAR PUSTAKA

Abdini, C. (2022, February 16). Mengapa peringkat inovasi Indonesia terendah di


antara ASEAN-6. The Conversation. Retrieved September 11, 2022, from
https://theconversation.com/mengapa-peringkat-inovasi-indonesia-
terendah-di-antara-asean-6-176470
Belitz, H., Radjasa, K., & A, R. (2019, January 21). Moving Indonesian research
forward with more private sector support: lessons from Germany. The
Conversation. Retrieved September 11, 2022, from
https://theconversation.com/moving-indonesian-research-forward-with-
more-private-sector-support-lessons-from-germany-109382
CORE Team & CORE Economics Education (Project). (2017). The Economy:
Economics for a Changing World. Oxford University Press.
Ellison, G., & Glaeser, E. L. (1997). Geographic concentration in US
manufacturing industries: a dartboard approach. Journal of political
economy, 105(5), 889-927.
Engel, J. S. (2015). Global clusters of innovation: Lessons from Silicon Valley.
California Management Review, 57(2), 36-65.
GIlliam, J., Nassar, A., & Mehta, K. (2014). Failure modes for agricultural
technology ventures in developing countries. In VentureWell. Proceedings
of Open, the Annual Conference (p. 1). National Collegiate Inventors &
Innovators Alliance.
Hallencreutz, D., Lundequist, P., & Malmberg, A. (2000). Production of popular
music: on the industrial geography of the Swedish music cluster. Nordisk
Samhällsgeografisk Tidskrift, 20, 27-59.
Home. (n.d.). YouTube. Retrieved August 26, 2022, from
https://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.SCIE.RD.P6?end=2016&mo
st_recent_year_desc=false&start=2016&view=bar
Idris, M. (2021, April 11). Mengenal Bukit Algoritma Sukabumi, Tiruan Silicon
Valley Ala Indonesia Halaman all - Kompas.com. Kompas Money.
Retrieved September 11, 2022, from

Nomor halaman diletakkan di pojok kanan


bawah dengan font Times New Roman, 11 pt
• Diluar Substansi Paper -> Angka Romawi
(i, ii, iii, ...) vii
• Substansi Paper -> Angka Biasa (1, 2, ..)
Direkomendasikan untuk
menggunakan APA Style
dalam penulisan Citation

https://money.kompas.com/read/2021/04/11/232100526/mengenal-bukit-
algoritma-sukabumi-tiruan-silicon-valley-ala-indonesia?page=all
Indonesia needs to get serious about R&D - Science & Tech. (2019, February 18).
The Jakarta Post. Retrieved September 11, 2022, from
https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/18/indonesia-needs-to-get-
serious-about-rd.html
Indonesia needs to get serious about R&D - Science & Tech. (2019, February 18).
The Jakarta Post. Retrieved September 11, 2022, from
https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/18/indonesia-needs-to-get-
serious-about-rd.html
Malmberg, A., Malmberg, B., & Lundequist, P. (2000). Agglomeration and firm
performance: economies of scale, localisation, and urbanisation among
Swedish export firms. Environment and Planning a, 32(2), 305-321.
Membedah 'Bukit Algoritma': Pemilik Tanah sampai Penyandang Dana. (2021,
April 13). Tirto.ID. Retrieved August 26, 2022, from
https://tirto.id/membedah-bukit-algoritma-pemilik-tanah-sampai-
penyandang-dana-gcdq
Mengarungi Era Revolusi Industri 4.0 Berbekal Transformasi Digital - Nasional
Katadata.co.id. (2022, April 20). Katadata. Retrieved August 26, 2022,
from
https://katadata.co.id/dinihariyanti/berita/625f79a5b6960/mengarungi-era-
revolusi-industri-40-berbekal-transformasi-digital
Mengarungi Era Revolusi Industri 4.0 Berbekal Transformasi Digital - Nasional
Katadata.co.id. (2022, April 20). Katadata. Retrieved September 11, 2022,
from
https://katadata.co.id/dinihariyanti/berita/625f79a5b6960/mengarungi-era-
revolusi-industri-40-berbekal-transformasi-digital
Purparisa, Y. (2021, April 28). Seberapa Besar Peluang Bukit Algoritma Jadi
Silicon Valley Indonesia? - Analisis Data Katadata. Katadata.
https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/6088bca4b8b1e/seberapa-
besar-peluang-bukit-algoritma-jadi-silicon-valley-indonesia

viii
Direkomendasikan untuk
menggunakan APA Style
dalam penulisan Citation

Rahasia yang disembunyikan dari Silicon Valley. (2021, January 22). ANTARA
News. Retrieved September 11, 2022, from
https://www.antaranews.com/berita/1963360/rahasia-yang-
disembunyikan-dari-silicon-valley
Rakhmani, I., & Siregar, M. F. (2016). Reforming research in Indonesia: Policies
and practices. New Delhi: Global Development Network.
Simandan, D. (2019). Competition, delays, and coevolution in markets and
politics. Geoforum, 98, 15-24.
Susila, J. (2019). Industrialisasi dan Pembangunan Berkesinambungan. Jurnal
Jurisprudence, 8(2), 42-47.
Terleckyj, N. (1980). Direct and indirect effects of industrial research and
development on the productivity growth of industries. New developments
in productivity measurement, 357-386.

ix
LAMPIRAN

PDB Lapangan Usaha [Seri 2010] Distribusi


(Seri 2010) PDB Triwulanan Seri 2010
Atas Dasar Harga Berlaku
(Persen) Tahun 2020

A. Pertanian, Kehutanan, 13.70


dan Perikanan

1. Pertanian, 10.20
Peternakan, Perburuan dan Jasa
Pertanian

a. Tanaman Pangan 3.07

b. Tanaman Hortikultura 1.62

c. Tanaman Perkebunan 3.63

d. Peternakan 1.69

e. Jasa Pertanian dan 0.20


Perburuan

2. Kehutanan dan 0.70


Penebangan Kayu

3. Perikanan 2.80

B. Pertambangan dan 6.44


Penggalian

1. Pertambangan 2.15
Minyak, Gas dan Panas
Bumi

2. Pertambangan 1.83
Batubara dan Lignit

3. Pertambangan Bijih 0.85


Logam

4. Pertambangan dan 1.60


Penggalian Lainnya

C. Industri Pengolahan 19.88

x
1. Industri Batubara 1.99
dan Pengilangan Migas

Industri Pengolahan 17.89


Non Migas

1. Industri Makanan 6.85


dan Minuman

2. Industri Pengolahan 0.88


Tembakau

3. Industri Tekstil dan 1.21


Pakaian Jadi

4. Industri Kulit, Barang 0.25


dari Kulit dan Alas Kaki

Sumber: diolah Penulis dari BPS (2020)

xi

Anda mungkin juga menyukai