Dummy Paper Erp Kompek 25
Dummy Paper Erp Kompek 25
Disusun oleh :
1. M. Fathur Rahman (NISN)
2. Zulfandi Yahya (NISN)
3. Raisa Kendria (NISN)
i
Peserta WAJIB mengisi Lembar Pengesahan
dan Pernyataan Orisinalitas dengan format
berikut sebagai SYARAT PENILAIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui, Depok, 4
September 2021
Guru Pembimbing Ketua Tim
ii
Peserta WAJIB mengisi Lembar Pengesahan
dan Pernyataan Orisinalitas dengan format
berikut sebagai SYARAT PENILAIAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis
adalah benar-benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh penulis dan belum
pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar KOMPeK 25 FEB UI. Demikian
pernyataan ini kami buat dengan sebenar benarnya, dan apabila terbukti terdapat
unsur plagiarisme dan pelanggaran lain yang tidak sesuai dengan pernyataan ini,
maka kami siap untuk menerima konsekuensi yaitu didiskualifikasi dari kompetisi
sebagai bentuk tanggung jawab kami.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya, kami mampu merampungkan sebuah karya ilmiah yang berjudul “Mengulik
Gagasan Bukit Algoritma: Penerapan Ekosistem Inovasi Terpusat dalam
Mendukung Transformasi Industri 4.0 di Indonesia”. Adapun tujuan pembuatan
karya tulis ini adalah sebagai dummy paper dalam KOMPeK 25 FEB UI cabang
lomba Economic Research Paper (ERP). Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada guru, sanak saudara, kerabat, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis mengetahui bahwa karya tulis ini masih belum sempurna, baik dari
segi isi maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangatlah diharapkan untuk karya tulis yang lebih baik kedepannya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
ABSTRAK vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
1.5 Metodologi Penelitian 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Konsep Bukit Algoritma 4
2.2 Permasalahan Bukit Algoritma 5
2.3 Potensi pembangunan Bukit Algoritma di Indonesia 6
2.4 Rekomendasi terhadap Gagasan Bukit Algoritma Indonesia 7
2.4.1 Pentingnya peran sektor swasta 7
2.4.2 Implementasi Triple Helix 8
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA vii
LAMPIRAN x
v
Penulisan abstrak maksimal
memuat 250 kata
ABSTRAK
Di tengah tren Industry 4.0, Indonesia sebagai negara berkembang terus
berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,
salah satunya melalui kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat
didukung oleh ekosistem inovasi yang unggul seperti Silicon Valley di Amerika
Serikat sehingga banyak negara mencoba mengadaptasi model inovasi tersebut
sebagai best practice, tak terkecuali Indonesia dalam proyek Bukit Algoritma.
Proyek Bukit Algoritma mengimplementasikan konsep economics of
agglomeration, yaitu keunggulan dari kedekatan geografis antarperusahaan dalam
satu klaster industri (Kawasan Ekonomi Nasional) sehingga meminimalisir biaya
(economies of scale) dan menciptakan aktivitas produksi yang lebih efisien
(increasing return to scale). Namun, Bukit Algoritma dinilai belum optimal dalam
membangun ekosistem inovasi berbasis Triple Helix, mendorong kontribusi
pendanaan swasta yang masih minim pada riset dan pengembangan, serta
ketersediaan sumber daya manusia yang kurang akibat fenomena brain drain.
Dengan menggunakan metode studi literatur, penelitian ini berupaya menganalisis
secara detail terkait permasalahan dan mengangkat beberapa rekomendasi
kebijakan yang dapat dimanifestasikan dalam perancangan Bukit Algoritma.
vi
Paper disusun di atas kertas berukuran A4 Bagian Substansi Paper mencakup
dengan batasan pengetikan (margin) yaitu Bab I, II dan III memuat maksimal
kiri 4 cm, serta kanan, atas, dan bawah 3 sepanjang 15 halaman
cm. Naskah diketik dengan font Times
New Roman; 12, pt: line spacing 1,5
BAB I PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan asal muasal dan mendeskripsikan Bukit Algoritma
2. Menjelaskan tujuan dari dibangunnya Bukit Algoritma
3. Mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi dalam pendirian Bukit
Algoritma
4. Menjelaskan model yang dapat digunakan dalam pembangunan projek itu
5. Merekomendasikan kebijakan apa yang dapat diberikan atas pendirian
Bukit Algoritma
3
BAB II PEMBAHASAN
4
teknologi, seperti Google, Apple, Facebook, dan startup lainnya. Menurut Budiman
Sudjatmiko, Bukit Algoritma diharapkan bisa menjadi pusat penelitian dan
pengembangan (Research and Development) dan pengembangan sumber daya
manusia untuk kedepannya, serta mencakup teknologi lebih lanjut, seperti Artificial
Intelligence, Nanotechnology, Biotechnology, hingga Energy Storage (Idris, 2021).
Dengan ini, Bukit Algoritma diharapkan menjadi wadah para cendekiawan
Indonesia untuk berkontribusi di Indonesia dengan lebih optimal, sekaligus
mengatasi fenomena brain drain – perpindahan orang-orang pintar ke negara lain
yang lebih maju untuk bekerja dan menetap karena lingkungan kerja yang lebih
baik dan kesejahteraan yang lebih terjamin. In-Text-Citation sangat
direkomendasikan untuk komponen
penilaian kredibilitas pada substansi
paper menggunakan APA Style
2.2 Permasalahan Bukit Algoritma
Inovasi sangat penting bagi sebuah negara untuk dapat memperkaya
komoditas dan membuat merek yang lebih kompetitif di pasar global, substitusi
impor, dan meningkatkan pelayanan masyarakat. Akan tetapi, inovasi Indonesia
cenderung tertinggal dari negara - negara ASEAN. Berdasarkan data Global
Innovation Index, peringkat Indonesia masih di bawah negara Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam, dan Filipina dalam 10 tahun terakhir. Pada tahun 2021,
Singapura berada pada peringkat 8, Malaysia 36, Thailand 43, Vietnam 44, Filipina
51 dan Indonesia berada pada peringkat 87. Kesuksesan suatu bangsa dalam
melakukan inovasi ditentukan oleh jejaring sosial global yang memberikan akses
kepada peneliti, pengetahuan, teknologi, peralatan dan dana dalam melakukan riset,
dan pengembangan sponsor dari yayasan filantropi global. Studi Global
Development Network (GDN) menunjukkan bahwa peneliti dan akademisi
Indonesia masih terperangkap di komunitas mereka dan tidak bisa memperkaya diri
dengan jejaring sosial yang ada. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki mobilitas
yang cukup untuk berinteraksi dengan sejawat akademisi global.
Masih terdapat berbagai pandangan kontra terkait proyek Bukit Algoritma.
Pemerintah dinilai terburu-buru membangun infrastruktur seperti Bukit Algoritma,
padahal dukungan dana untuk R&D Indonesia sendiri tergolong masih rendah.
Berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics (UIS), alokasi anggaran R&D
5
Indonesia hanya 0,22% terhadap PDB atau setara USD 7,05 miliar pada 2018.
Sumber daya peneliti di Indonesia masih tergolong sangat rendah dibandingkan
dengan negara ASEAN. Data menunjukkan jumlah peneliti di Indonesia masih
sangat rendah. Hanya 396 dari 1 juta penduduk pada tahun 2020
(data.worldbank.org). Hal tersebut dikarenakan alokasi dana riset Indonesia
tersebar di 52 Kementerian/Lembaga (K/L) menyebabkan kegiatan riset pun
terbatas. Rendahnya anggaran itu berdampak pada jumlah peneliti indonesia.
Dengan kondisi peneliti yang rendah, juga menyebabkan paten di Indonesia pun
juga sangat sedikit. Implikasi dari faktor tersebut menyebabkan inovasi di Indonesia
belum menjadi praktik keseharian manusia di dalam lapangan kehidupan
6
masyarakat, kesehatan, kebijakan baru, layanan publik, resilience, dan cost
avoidance (Terleckyj, 1980).
8
kreatif karena didukung oleh kelembagaan dan didanai sangat besar. Teknologi
yang telah berevolusi tidak diciptakan oleh mereka sendiri tanpa keterlibatan yang
lain. Sebaliknya, hal tersebut terjadi dikarenakan kolaborasi antara pihak pihak
pengusaha dan teknisi, politisi dan akademisi, bahkan peretas dan aktivis. Silicon
Valley menjelma menjadi tempat penuh mitologi yang penuh dengan inovasi
teknologi dan perusahaan (Margaret O’Mara, 2019). Untuk memainkan peran
sebagai pusat teknologi, Silicon Valley memiliki beberapa pihak yang terlibat
dalam konsep Triple Helix disebutkan sebagai sebuah konsep kolaborasi kerjasama
sinergitas Pemerintah, Universitas dan Industri yang bersinergi dimana Pemerintah
sebagai pembuat kebijakan (sumber hubungan kontraktual yang menjamin interaksi
dan pertukaran yang stabil), Universitas sebagai pusat pengembangan penelitian
dan pengetahuan baru, dan industri sebagai pusat produksi (penyedia kebutuhan
layanan masyarakat) untuk mencapai tujuan bersama. Konsep sederhananya adalah
pemerintah dan industri akan menyumbang dana untuk melakukan penelitian di
universitas. Jika berhasil, maka inovasi dan teknologi baru akan dipatenkan. Setelah
itu properti intelektual yang dihasilkan akan dikomersialkan sehingga menjadi
pendapatan universitas. Adapun triple helix dapat dianalisis secara detail
berdasarkan tiga pihak, yaitu:
1) Universitas
Universitas dipandang secara tradisional sebagai struktur pendukung untuk
inovasi, menyediakan pelatihan, hasil riset dan pengetahuan untuk industri.
Pendekatan yang lebih jauh diambil oleh konsep Triple Helix adalah
Equivalent Status to all boards of Universities. Yang dimaksudkan disini
adalah semua universitas adalah sama dan tidak memiliki secondary status.
Universitas tidak berada di bawah pemerintahan ataupun swasta (industri)
sehingga universitas-universitas bergabung dan memiliki peran sebagai
aktor pendukung atau partner yang setara.
9
IV) pada tingkatan investasi. Perusahaan pada tahap ini dapat bersaing
dengan rival mereka. Periode ini ditandai dengan perkembangan struktural,
perluasan keterampilan manajerial, rutinitas dan peran organisasi, dan
membangun hubungan yang stabil dengan pemasok dan pelanggan sambil
mengembangkan sumber daya. Akses modal diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan cepat yang berkelanjutan dan siap berkembang menjadi skala
besar.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di tengah industri 4.0 yang dicirikan dengan adanya disrupsi teknologi,
Indonesia sebagai negara berkembang selalu berusaha memaksimalkan potensi
inovasi mereka. Namun, dalam persaingannya dengan negara lain, Indonesia masih
tertinggal sangat jauh dalam membangun ekosistem inovasinya. Adapun salah satu
cara yang dilakukan Indonesia dalam menggenjot inovasi yaitu dengan mengadopsi
sistem Silicon Valley Amerika Serikat. Harapannya, dengan terbentuknya Bukit
Algoritma dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat menghasilkan ekosistem
inovasi yang semakin berkualitas sebagai penerapan dari konsep economics of
agglomeration dan cluster of innovation.
Setelah groundbreaking yang telah dilaksanakan, belum ada tahap
pembangunan lanjutan terhadap proyek Bukit Algoritma. Hal tersebut dikarenakan
belum adanya suntikan dana yang masuk dari para investor. Pemerintah dinilai
terburu-buru dalam membangun Bukit Algoritma dikarenakan investasi Indonesia
dalam bidang R&D masih sangat rendah. Ditambah, faktor lain yang membuat
Indonesia masih belum siap membangun Bukit Algoritma adalah ekosistem inovasi
dan mekanisme triple helix yang belum dibangun secara sempurna, yaitu
direfleksikan dari minimnya kontribusi swasta, kurangnya jumlah peneliti, serta
skema peran universitas dan kerangka pendanaan inovasi yang belum matang.
3.2 Saran
Adopsi peran serta dukungan investasi dari sektor swasta seperti contoh
negara Jerman, perlu terlibat lebih banyak dalam mendukung era industrialisasi
Indonesia. Sektor swasta berperan sangat penting karena keinginan masyarakat
secara umum dapat diketahui langsung oleh mereka. Regulasi dan pemberian
insentif agar sektor swasta dapat terjun langsung ke masyarakat merupakan faktor
yang harus ditetapkan terlebih dahulu agar perusahaan yang ada pada sektor
tersebut lebih leluasa dan kompetitif untuk menciptakan ekosistem inovasi yang
berkualitas.
Triple Helix adalah konsep kolaborasi dari Pemerintah, Industri, dan
Universitas untuk berperan dalam keberlangsungan suatu ekosistem inovasi.
Komponen tersebut akan saling bersinergi menciptakan simbiosis mutualisme
11
dimana ekosistem penelitian dan inovasi dapat terwujud nyata, alih-alih hanya
sekedar membangun “monumen” infrastruktur Bukit Algoritma saja. Penelitian ini
menyarankan agar pemerintah juga fokus membangun sinergi, integrasi, dan
kesinambungan ketiga pihak pada Triple Helix dalam menciptakan ekosistem
inovasi yang berkualitas tinggi.
12
Direkomendasikan untuk
menggunakan APA Style
dalam penulisan Citation
DAFTAR PUSTAKA
https://money.kompas.com/read/2021/04/11/232100526/mengenal-bukit-
algoritma-sukabumi-tiruan-silicon-valley-ala-indonesia?page=all
Indonesia needs to get serious about R&D - Science & Tech. (2019, February 18).
The Jakarta Post. Retrieved September 11, 2022, from
https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/18/indonesia-needs-to-get-
serious-about-rd.html
Indonesia needs to get serious about R&D - Science & Tech. (2019, February 18).
The Jakarta Post. Retrieved September 11, 2022, from
https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/18/indonesia-needs-to-get-
serious-about-rd.html
Malmberg, A., Malmberg, B., & Lundequist, P. (2000). Agglomeration and firm
performance: economies of scale, localisation, and urbanisation among
Swedish export firms. Environment and Planning a, 32(2), 305-321.
Membedah 'Bukit Algoritma': Pemilik Tanah sampai Penyandang Dana. (2021,
April 13). Tirto.ID. Retrieved August 26, 2022, from
https://tirto.id/membedah-bukit-algoritma-pemilik-tanah-sampai-
penyandang-dana-gcdq
Mengarungi Era Revolusi Industri 4.0 Berbekal Transformasi Digital - Nasional
Katadata.co.id. (2022, April 20). Katadata. Retrieved August 26, 2022,
from
https://katadata.co.id/dinihariyanti/berita/625f79a5b6960/mengarungi-era-
revolusi-industri-40-berbekal-transformasi-digital
Mengarungi Era Revolusi Industri 4.0 Berbekal Transformasi Digital - Nasional
Katadata.co.id. (2022, April 20). Katadata. Retrieved September 11, 2022,
from
https://katadata.co.id/dinihariyanti/berita/625f79a5b6960/mengarungi-era-
revolusi-industri-40-berbekal-transformasi-digital
Purparisa, Y. (2021, April 28). Seberapa Besar Peluang Bukit Algoritma Jadi
Silicon Valley Indonesia? - Analisis Data Katadata. Katadata.
https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/6088bca4b8b1e/seberapa-
besar-peluang-bukit-algoritma-jadi-silicon-valley-indonesia
viii
Direkomendasikan untuk
menggunakan APA Style
dalam penulisan Citation
Rahasia yang disembunyikan dari Silicon Valley. (2021, January 22). ANTARA
News. Retrieved September 11, 2022, from
https://www.antaranews.com/berita/1963360/rahasia-yang-
disembunyikan-dari-silicon-valley
Rakhmani, I., & Siregar, M. F. (2016). Reforming research in Indonesia: Policies
and practices. New Delhi: Global Development Network.
Simandan, D. (2019). Competition, delays, and coevolution in markets and
politics. Geoforum, 98, 15-24.
Susila, J. (2019). Industrialisasi dan Pembangunan Berkesinambungan. Jurnal
Jurisprudence, 8(2), 42-47.
Terleckyj, N. (1980). Direct and indirect effects of industrial research and
development on the productivity growth of industries. New developments
in productivity measurement, 357-386.
ix
LAMPIRAN
1. Pertanian, 10.20
Peternakan, Perburuan dan Jasa
Pertanian
d. Peternakan 1.69
3. Perikanan 2.80
1. Pertambangan 2.15
Minyak, Gas dan Panas
Bumi
2. Pertambangan 1.83
Batubara dan Lignit
x
1. Industri Batubara 1.99
dan Pengilangan Migas
xi