dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung
oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu (Pustu),
Puskesmas keliling, dan bidan desa (di dalam organisasi Puskesmas).
Jaringan
Jejaring
Fasilitas pelayanan terdiri dari Klinik, Rumah Sakit, Apotek, Laboratorium, dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Pengelolaan pelayanan, sarana prasarana dan ketenagaan bukan bagian dari
kewenangan puskesmas.
Hubungan kerja dalam bentuk horizontal, artinya jejaring puskesmas melakukan
hubungan kemitraan dengan puskesmas sehingga di puskesmas harus ada
pengelola yang bertanggungjawab atas kemitraan tersebut.
Yang mana bertujuan untuk untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara
dokter, perawat, bidan mandiri serta klinik dan RS dengan Puskesmas. Puskesmas
Gamping 1 bertindak sebagai pengawas wilayah setempat. Dengan tujuan khusus untuk
meningkatkan angka capaian SPM Puskesmas dan penurunan AKI AKB di wilayah kerja
Puskesmas Gamping 1
Dalam acara ini disampaikan strategi puskesmas dalam meningkatkan cakupan SPM
terutama P2 ISPA, diare, pneumonia, DM dan hipertensi. Dengan meminta bantuan
dari peserta untuk melakukan pencatatan dan pelaporan kasus-kasus tersebut ke
Puskesmas Gamping 1 setiap bulan.
Disampaiakan juga strategi untuk mengurangi AKI AKB dengan program SIB KAMITIM.
Diharapkan jejaring dan jaringan melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu
hamil, kunjungan persalinan maupun rujukan by name by adress. Juga diberikan format
laporan untuk diisi dan dilaporkan ke Puskesmas Gamping 1 setiap bulan.
Dalam kegiatan ini diberikan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh dokter, bidan,
perawat serta klinik dalam melaksanakan praktek mandiri. Setelah acara pertemuan ini
akan dijadwalkan kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melihat kesesuaian
syarat dengan yang dimiliki fasyankes tersebut.
Oleh karena itu, melalui kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi tentang
perbedaan keduanya sebagaimana yang tercantum pada pasal 40 PMK Nomor 75
tahun 2014.
Pada pasal tersebut disebutkan sebagai berikut:
Ayat (1) : Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung
oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
Ayat (2) : Jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.
Ayat (3) : Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Dari pasal tersebut dapat kita lihat beberapa perbedaan sebagai berikut:
Jaringan
Jejaring
Fasilitas pelayanan terdiri dari Klinik, Rumah Sakit, Apotek, Laboratorium, dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Pengelolaan pelayanan, sarana prasarana dan ketenagaan bukan bagian dari
kewenangan puskesmas.
Hubungan kerja dalam bentuk horizontal, artinya jejaring puskesmas melakukan
hubungan kemitraan dengan puskesmas sehingga di puskesmas harus ada
pengelola yang bertanggungjawab atas kemitraan tersebut.
Demikianlah yang dapat kami bagikan, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.
Silakan bagikan tulisan ini, mungkin akan bermanfaat untuk teman-teman yang lainnya.
Kita mulai selalu dari peraturannya. Kalau kita baca Permenkes 75 th 2014 tentang Puskesmas ,
pengertian jejaring dan jaringan adalah :
Pasal 40
(1) Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan
pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa. (MASIH DALAM KEWENANGAN PUSKESMAS)
(3) Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas klinik,
rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. (DILUAR
ORGANISASI PUSKESMAS).
(4) Puskesmas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan pelayanan kesehatan
secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.
(5) Puskesmas keliling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan pelayanan kesehatan yang
sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
(6) Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bidan yang ditempatkan dan
bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), (4), (5), dan (6) tercantum dalam Lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 41
Banyak manfaat jika jejaring dapat terbentuk dengan baik diantara layanan kesehatan,karena disadari
selama ini pelayanan kesehatan, termasuk di Indonesia sangat terfragmentasi- terpotong potong,
terpecah pecah. Masing masing bekerja sendiri. Okey nanti kita bicarakan manfaat jejaring dan cara
membangunnya. Kembali kepada pertanyaan awal: tugas dan fungsi . Secara manajemen berarti : PJ
jejaring dan jaringan perlu melaksanakan fungsi management yaitu IPO :
1. IPO : Input- Proses- Output.
2. I: Input : Telaah : Tenaga, Dana, sarana, prasarana, metode, sasaran/pasar : (Man,
Money, Material, Metode, Market)
3. Proses: P1( Perencanaan), P2( Pengorganisasian, Penggerakan), P3 (Pemantauan,
Pengawasan, Penilaian)
4. Out put : Angka kesembuhan, angka kesakitan, angka kematian dll
Mulailah dari :
1. Pendataan untuk keperluan perencanaan : data dikumpulkan , dikompilasi, dianalisa,
ditayangkan, dievaluasi dijadikan informasi kesehatan. tentukan ; Apa : itu jejaraing dan
jaringgan pelayanan kesehatan yang dimaksud, , siapa yang terlibat, dimana saja, kapan
akan dilakukan , dstnya.jangan lupa membuat mapping jejaring dan jaringannya.
2. Buat perencanaan : Secara sederhana buat saja KAK: Kerangka Acuan Kegiatan
Pengembangan Jejaring dan Jaringan Puskesmas .
3. Perencanaan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas, dilakukan perbaikan jikaperlu..
4. Perencanaan di share kepada Lintas Program dan Lintas Sektor untuk mendapat
masukan, saran, perbaikan dan kritikan. Dilakukan perbaikan sesuai masukan.
5. Buat sebagai bentuk inovasi: sesuatu baru atau yang beda dari tempat lain sesuai
spesifiksi , situasi, kondisi khas wilayah.
6. Lakukan launching: undang jejaring yang akan ikut : lalu mintakan lagi masukan, kritik,
saran dan masukan.
7. Proses PDCA dilanjutkan.