Anda di halaman 1dari 10

PENGANGGARAN MODAL ( CAPITAL BUDGETING )

A. Capital Budgeting (Penganggaran Modal)


Istilah penganggaran modal digunakan untuk melukiskan tindakan
perencanaan dan pembelanjaan pengeluaran modal, seperti untuk
pembelian equipmen baru untuk memperkenalkan produk baru, dan untuk
memodernisasi fasilitas pabrik.
Penganggaran modal merupakan suatu konsep investasi. Dikatakan
sebagai suatu konsep investasi, sebab penganggaran modal melibatkan
suatu pengikatan (penanaman) dana di masa sekarang dengan harapan
memperoleh keuntungan yang dikehendaki di masa mendatang. Investasi
membutuhkan dana yang relatif besar dan keterikatan dana tersebut
dalam jangka waktu yang relatif panjang, serta mengandung resiko.
Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang
untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Dalam penggantian
atau pembahasan kapasitas pabrik misalnya : dana yang sudah ditanamkan
akan terikat dalam jangka waktu yang panjang, sehingga perputaran dana
tersebut kembali menjadi uang tunai tidak dapat terjadi dalam waktu satu
atau dua tahun, tetapi dalam jangka waktu yang lama.

B. Resiko Dalam Penganggaran Modal


Ada 3 (tiga) jenis dalam proses penganggaran modal. Masalahnya
adalah sulit untuk mengukur resiko-resiko tersebut secara tepat.
Kelemahan ini menyebabkan perhitungan resiko dalam keputusan
penganggaran modal menjadi sulit. Pada dasarnya ada 2 (dua) metode
untuk memasukkan pertimbangan risiko kedalam keputusan penganggaran
modal, yaitu :
1. Metode Certainly Equivalent (CE)
Konsep Certainty Equivalent adalah merubah sesuatu yang tidak
pasti menjadi sesuatu yang pasti. Pada umumnya metode ini semakin
tinggi resiko maka semakin kecil certainly equivalentnya. Metode ini
memasukkan unsur resiko pada arus kas proyek dan tidak pada tingkat
diskonto. Metode CE sangat sederhana dan mudah dimengerti, namun
kelemahan dari metoda ini adalah faktor subyektif dalam menentukan
CE sangat tinggi karena setiap orang punya pandangan dan
keengganan terhadap risiko yang berbeda. Kelebihan CE adalah kita
dapat mempertimbangkan resiko yang tidak sama setiap tahun.

2. Metode Risk Adjusted Discount Rate (RADR)


Metode Risk Adjusted Discount rate (RADR) memasukkan unsur
risiko kedalam Discount rate. Menurut metoda ini untuk menghitung
NPV suatu proyek, kita tetap menggunakan arus kas yang diharapkan.
Arus kas yang diharapkan ini lalu didiskontokan dengan discount rate
yang sudah disesuaikan dengan resiko proyek.  Metoda CE sangat
sederhana dan mudah dimengerti, namun RADR lebih sering
digunakan karena lebih mudah diperkirakan berdasarkan data yang ada
pada pasar daripada menentukan arus kas CE.

C. Keseluruhan Peranan Capital Budgeting


1. Pentingnya Penganggaran Modal
1) Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu panjang.
2) Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil
penjualan di waktu yang akan datang.
3) Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi
jumlah yang besar.
4) Kesalahan dalam pengambilan keputusan pengeluaran modal
tersebut akan berakibat panjang dan sulit diperbaiki.
5) Penganggaran modal yang efektif akan menaikkan ketepatan waktu
dan kualitas dari penambahan aktiva.
6) Pengeluaran modal sangatlah penting.

2. Klasifikasi Proyek
1) Replacement : Perawatan bisnis
Mengganti peralatan yang rusak.
2) Replacement : Pengurangan biaya
Mengganti peralatan yang sudah ketinggalan jaman sehingga
mengurangi biaya.
3) Ekspansi produk atau pasar yang sudah ada
Pengeluaran-pengeluaran untuk meningkatkan output produk yang
sudah ada atau menambah toko.
4) Kontrak-kontrak jangka panjang
Kontrak untuk menyediakan produk atau jasa pada customer
tertentu.
5) Lain-lain
Bangunan kantor, tempat parkir, pesawat terbang perusahaan.

3. Tahap – Tahap Penganggaran Modal


1) Biaya proyek harus ditentukan.
2) Manajemen harus memperkirakan aliran kas yang diharapkan dari
proyek, termasuk nilai akhir aktiva.
3) Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi (memakai distribusi
probabilitas aliran kas).
4) Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus
menentukan biaya modal (cost of capital) yg tepat untuk
mendiskon aliran kas proyek.
5) Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang
diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva.
6) Nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan
biayanya.

4. Manfaat Penganggaran Modal


1) Untuk mengetahui kebutuhan dana yang lebih terperinci, karena
dana yang terikat jangka waktunya lebih dari satu tahun.
2) Agar tidak terjadi over invesment atau under invesment
3) Dapat lebih terperinci, teliti karena dana semakin banyak dan
dalam jumlah yang sangat besar.
4) Mencegah terjadinya kesalahan dalam decision making.

D. Teknik Keputusan Penganggaran Modal


1. Payback Periode
Merupakan waktu yang diperlukan oleh satu proyek investasi
untuk mengembalikan seluruh dana yang telah diinvestasikan dalam
proyek tersebut, semakin cepat modal dapat diperoleh kembali berarti
semakin kecil resiko yang harus diambil atau dihadapi. Metode PP ini
merupakan metode yang paling sederhana untuk mengevaluasi layak
tidaknya suatu proyek dijalankan karena metode perhitungan yang
cepat, berdasarkan intuisi serta umum digunakan dalam bisnis. Metode
payback period memiliki beberapa kelemahan. Salah satu diantaranya
adalah tidak adanya pertimbangan akan adanya time value of money.
Time value of money sangat penting mengingat konsep ini menilai
bahwa nilai uang saat ini berbeda dengan nilai uang dimasa yang akan
datang yang disebabkan oleh adanya berbagai hal, diantaranya adalah
tingkat inflasi. Untuk proyek jangka panjang hal ini menjadi perhatian
penting dikarenakan adanya perbedaan nilai uang tersebut yang akan
berdampak pada nominal yang akan mereka terima di kemudian hari.
Investasi Tunai Awal
Rumus : Periode pengembalian =
Arus KasTahunan
Contoh Payback Period :
Suatu perusahaan berencana untuk menginvestasikan $100.000
untuk meningkatkan proses produksinya. Ini memiliki dua opsi yang
saling independen di depan : Produk A dan Produk B. Produk A
menunjukkan kontribusi sebesar $25 dan Produk B sebesar $15.
Rencana ekspansi tersebut diproyeksikan akan meningkatkan output
sebanyak 500 unit untuk Produk A dan 1.000 unit untuk Produk B.
Payback Period untuk Produk A dihitung sebagai :
100.000
Produk A= =8 tahun
12.500

Payback Period untuk Produk B dihitung sebagai :


100.000
Produk B= =6,7 tahun
15.000
Hal ini membuat perusahaan menyimpulkan bahwa Produk B
memiliki periode pengembalian yang lebih pendek dan oleh karena itu,
perusahaan akan berinvestasi pada Produk B.

2. Net Present Value (NPV)


Menurut Hayes (2002), Net present value (NPV) adalah salah satu
teknik dalam capital budgeting untuk mengukur profitabilitas rencana
investasi proyek dengan menggunakan faktor nilai waktu uang. NPV
merupakan selisih antara present value yang didapat dari investasi
yang ditanamkan dengan nilai sekarang dari penerimaan arus kas
masuk dimasa yang akan datang. Aturan dasar investasi adalah sebagai
berikut : terima proyek (investasi layak dilakukan) jika nilai NPV lebih
besar dari nol (0) sedangkan jika nilai NPV leih kecil dari nol (0),
proyek tersebut harus ditolak (investasi tidak layak untuk dilakukan).
Hal tersebut biasa dikenal dengan sebutan ‘NPV Rule’ (Ross,
Westerfield, Jaffe, 2005).
Menurut Hayes (2002) terdapat kekuatan dan kelemahan pada
penggunaan keuntungan metode NPV ini selain penggunaannya yang
sederhana diantaranya adalah penggunaan nilai waktu uang untuk
menghitung nilai sesuai dengan arus kas yang diperoleh pada masa
yang akan datang sehingga terdapat gambaran profitabilitas proyek
yang lebih mendekati kenyataan. Kekuatan kedua dari metode evaluasi
proyek ini adalah penggunaan suku bunga kredit yang dipinjam oleh
investor untuk membiayai proyek sebagai faktor pendiskonto. Hal
tersebut menyebabkan penggunaan metode NPV menjadi fleksibel
karena dapat disesuaikan dengan tingkat suku bunga kredit yang dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi dilain pihak, dalam
melakukan evaluasi profitabilitas proyek dengan menggunakan metode
NPV dimana dalam menghitung NPV diperlukan keahlian financial
analyst sehingga penggunaannya terbatas.
Rt
Rumus : Nilai Sekarang Bersih (NPV) =
(1+i) t
t = waktu arus kas
i = tingkat diskonto
Rt = arus kas bersih

Contoh :
Net Present Value (dengan 9% Discount Rate) Untuk sebuah
perusahaan, mari kita asumsikan kondisi berikut :
Investasi modal = $10.000
Aliran Masuk yang Diharapkan di Tahun Pertama = $1.000
Arus Masuk yang Diharapkan di Tahun Kedua = $2.500
Arus Masuk yang Diharapkan di Tahun Ketiga = $3.500
Arus Masuk yang Diharapkan di Tahun Keempat = $2.650
Arus Masuk yang Diharapkan pada Tahun Kelima = $4.150
Tingkat Diskonto = 9%
Berikut Tabel Perhitungannya :
Tahun Mengalir Nilai Saat Ini Perhitungan
0 -$10.000 -$10.000 -
1 1.000 9.174 1.000/(1,09 ¿ ¿1
2 2.500 2.104 2.500/(1,09 ¿ ¿2
3 3.500 2.692 3.500/(1,09 ¿ ¿3
4 2.650 1.892 2.600/(1,09 ¿ ¿4
5 4.150 2.767 4.000/(1,09 ¿ ¿5
Total $18.629

Net Present Value yang dicapai pada akhir perhitungan adalah :


Dengan Tingkat Diskon 9% = $18.629
Hal ini menunjukkan bahwa jika NPV keluar menjadi positif dan
menunjukkan profit. Oleh karena itu, perusahaan akan melanjutkan
proyek tersebut.

3. Internal Rates Of Return (IRR)


Metode Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode penilaian
investasi untuk mencari tingkat bunga (discount rate) yang
menyematkan nilai sekarang dari aliran kas neto (present value of
procceds) dan investasi (initial outlays). Terdapat kelebihan pada
perhitungan IRR menurut Peterson (2000). Kelebihan dari penggunaan
metode IRR adalah dampak dari investasi dapat dilihat dengan jelas
dalam perhitungan, menghitung semua arus kas masuk yang ada,
mempertimbangkan konsep time value of money dan risiko investasi
yang mungkin terjadi di masa mendatang. Kelemahan dari penggunaan
metode IRR adalah membutuhkan nilai dari cost of capital, tidak dapat
memberikan hasil yang maksimal pada pemilihan proyek dengan
modal yang berupa rasio serta kurang dapat memberikan keputusan
yang tepat untuk proyek mutual exclusive.
Rumus:
Tingkat Pengembalian Internal = Tingkat diskonto yang membuat
NPV = 0; menyiratkan arus kas masuk yang didiskontokan sama
dengan arus kas keluar yang didiskontokan.
Internal Rate of Return Rule = Terima investasi jika IRR lebih
besar dari Threshold Rate of Return, selain itu tolak.
Contoh :
Kami akan mengasumsikan kemungkinan yang ditampilkan dalam
tabel di sini untuk perusahaan yang memiliki 2 proyek : Proyek A dan
Proyek B.
Berikut Tabel Perhitungannya :
Tahun Proyek A Proyek B
0 -$10.000 -$10.000
1 $2.500 $3.000
2 $2.500 $3.000
3 $2.500 $3.000
4 $2.500 $3.000
5 $2.500 $3.000
Total $12.500 $15.000
IRR 7,9% 15.2%

Di sini, IRR Proyek A adalah 7,9% yang berada di atas Tingkat


Pengembalian Ambang Batas (Kami berasumsi 7% dalam kasus ini.)
Jadi, perusahaan akan menerima proyek tersebut. Namun, jika
Threshold Rate of Return adalah 10%, maka akan ditolak karena IRR
akan lebih rendah. Dalam hal ini, perusahaan akan memilih Proyek B
yang menunjukkan IRR lebih tinggi dibandingkan dengan Threshold
Rate of Return.

4. Profitability Index
Metode profitability index adalah metode yang menghitung
perbandingan antara present value dari penerimaan dengan present
value dari investasi. Bila profitability index lebih besar dari 1 maka
proyek investasi layak untuk dijalankan.
Rumus :
Nilai sekarang Arus Kas Masuk
Indeks Profitabilitas=
Investasi Awal
Contoh :
Dengan asumsi nilai yang diberikan dalam tabel, kita akan menghitung
indeks profitabilitas dengan tingkat diskonto 10%.
Berikut Tabel Perhitungannya :

Tahun Arus Kas Diskon 10%


0 - $10.000 - $10.000
1 $3.000 $2.727
2 $5.000 $4.132
3 $2.000 $1.538
4 $6.000 $4.285
5 $5.000 $3.125
Total $15.807

Jadi, Indeks Profitabilitas dengan diskon 10% = $15.807/$10.000 =


1,5807
Sesuai aturan metode, indeks profitabilitas positif untuk tingkat
diskonto 10%, dan oleh karena itu akan dipilih.

5. Accounting Rate Of Return


Metode ini mengukur besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang
digunakan untuk memperolah keuntungan tersebut. Keuntungan yang
diperhitungkan adalah keuntungan bersih setelah pajak. Kelebihan
metode ini terletak pada kesederhanannya yang mudah dimengerti
karena menggunakan data akuntansi yang tersedia. Sedangkan
kelemahan metode ini tidak memperhatikan time of money value dan
hanya untuk proyek yang ada rata-rata laba bersihnya.
Rumus :
Pendapatan Bersih dari Investasi
ARR=
Biaya Investasi

Atau

Rata−rata Pendapatan Bersih dari Investasi


ARR=
Rata−rata Biaya Investasi

Contoh :
Sebuah bisnis sedang mempertimbangkan proyek yang memiliki
investasi awal sebesar $250.000 dan memperkirakan akan
menghasilkan pendapatan selama lima tahun ke depan. Inilah cara
perusahaan dapat menghitung ARR :
Investasi awal : $250.000
Pendapatan yang diharapkan per tahun : $70.000
Kerangka waktu : 5 tahun
Perhitungan ARR : $70.000 (pendapatan tahunan) / $250.000 (biaya
awal)
ARR = 0,28 atau 28%

Anda mungkin juga menyukai