Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN EKSPLORASI

EXPLORATION
JANUARI
REPORT
2022
DI WILAYAH IUP
PT. LAWAKI TIAR RAYA

Desa Lawaki Jaya


Dan Patikala
Kecamatan Tolala
Kabupaten Kolaka
Utara Provinsi
Sulawesi
Tenggara

PT. LAWAKI TIAR RAYA

1
KATA PENGANTAR

laporan ini merupakan hasil eksplorasi pendahuluan di wilayah IUP PT


Lawaki Tiar Raya Desa Lawaki Jaya Dan Patikala Dan Patikala Kecamatan Tolala
Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kegiatan yang dilakukan meliputi kajian regional, survey permukaan,


pekerjaan pengawasan dan deskripsi kegiatan bor dan pemodelan untuk
perhitungan sumberdaya awal dan untuk pedoman kegiatan tahap
selanjutnya.

Kami berharap semoga dokumen ini dapat memberikan gambaran


mengenai hasil kegiatan eksplorasi di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT.
Lawaki Tiar Jaya Nikel, yang berlokasi di Desa Lawaki Jaya Dan Patikala ,
Kecamatan Tolala, Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara,
dengan luas 404 Ha.

Pada kesempatan ini kami team eksplorasi PT Lawaki Tiar Jayamengucapkan


terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bupati Kolaka Utara, Camat Tolala,
dan Kepala Desa , yang telah memfasilitasi kegiatan eksplorasi sehingga
dapat berjalan dengan lancar.

Pemrakarsa,

PT Lawaki Tiar Jaya

Direktur Utama

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
1.1 LatarBelakang ................................................................ 4
1.2 Perizinan ......................................................................... 5
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................ 6
1.4 Jadwal dan PelaksanaanPenyelidikan ........................... 7
1.5 Data yang Tersedia......................................................... 8

BAB II GEOGRAFI DAN GEOLOGI REGIONAL........................................ 14


2.1 Geografi Daerah Penyelidikan...................................... 10
2.1.1 Luas Lokasi dan Kesampaian Daerah................................ 10
2.1.2 Penduduk ....................................................................... 17
2.1.3 Mata PencaharianPenduduk ............................................. 17
2.1.4 Iklim .............................................................................. 17
2.1.5 Curah Hujan ................................................................... 18
2.1.6 Temperatur dan Kelembapan .......................................... 18
2.1.7 Topografi ....................................................................... 18
2.1.8 Vegetasi ......................................................................... 22
2.1.9 Tata Guna Lahan ............................................................ 22
2.2 Geologi Regional .......................................................... 22
2.2.1 Geomorfologi .................................................................. 22
2.2.2 Litologi ........................................................................... 25
2.2.3 StrukturGeologi .............................................................. 27
2.2.4 PotensiNikel.................................................................... 29
2.2.5 Mineralisasi .................................................................... 34
2.2.6 Geomorfologi .................................................................. 35
2.2.7 Litologi dan Stratigrafi ........ Error! Bookmark not defined.
2.2.8 Struktur ......................................................................... 35
2.2.9 Mineralisasi ....................... Error! Bookmark not defined.

BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN ........................................................ 36

3
3.1 Persiapan .......................................................................... 36
3.2 KegiatanLapangan ............................................................ 36
3.2.1 PengamatanSingkapan dan Pemboran ................................. 36
3.2.2 Pengambilan dan PenangananSampel Densitas .......... 37
3.3 Kegiatan Studio ............................................................ 38
3.3.1 AnalisisLaboratorium ....................................................... 38
3.3.2 Rekonstruksi Geologi dan Perhitungan Sumberdaya .......... 38

BAB IV HASIL PENYELIDIKAN ............................................................. 39


4.1 Geologi Daerah Penelitian ............................................ 39
4.1.1 Morfologi ........................................................................ 39
4.2 EndapanPotensi ............................................................ 40
4.3 KualitasPotensi ............................................................. 41
4.4 Perhitungan Cadangan Potensi ............Error! Bookmark not
defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44


5.1 Kesimpulan ................................................................... 44
5.2 Saran ............................................................................ 44

4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01

 Peta Penyebaran Potensi Nikel


 Section Potensi Blok 1

Lampiran 02

 Log Plot

Lampiran 03

 Hasil Analisa Lab Independent

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Bahan galian merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati
yang keterjadiannya disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan
keterjadian (genesa) dan sifat bahan galian dapat dibagi menjadi 5 (lima)
kelompok/ komoditas tambang, yaitu: mineral logam, mineral non logam,
mineral radioaktif, batuan dan juga batubara. Karakteristik kelima
komoditas tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan
juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai macam metode untuk
mengetahui keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Kegiatan
eksplorasi bahan galian khususnya mineral logam dalam hal ini Bijih Nikel
umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai dari survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap
eksplorasi yang dilakukan melibatkan ahli yang berkompeten dibidangnya
untuk mendukung kegiatan tersebut misalnya orang geologi,
pertambangan dan sebagainya.
Hasil dari kegiatan eksplorasi tersebut harus dapat memberikan
informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/ bahan
galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada, agar studi kelayakan
untuk pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan
dengan teliti dan benar (akurat). Dengan adanya kenyataan seperti
diuraikan di atas, maka PT.Lawaki Tiar Jaya akan melakukan kegiatan
eksplorasi untuk bahan galian bijih nikel di Desa Lawaki Jaya Dan Patikala
Kecamatan Tolala Kabupaten Kolaka Utara.

1.2 Perizinan
PT. Lawaki Tiar Raya merupakan pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi berdasarkan SK Bupati Kolaka

6
Utara No 540/114 Tahun 2013 yang mana telah dirubah dengan SK
Bupati Kolaka Utara No. 540/325 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Keputusan Bupati Kolaka Utara Nomor 540/114 Tahun 2013 Tentang
Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Lawaki Tiar Raya.
Luas WIUP PT. Lawaki Tiar Raya adalah 404 Ha yang berlokasi di
Kecamatan Tolala Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dasar hukum dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi yang dipakai


sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan eksplorasi ini antara lain:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017


tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
2. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (KEPMEN ESDM)
Republik Indonesia Nomor 3673/K/30/MEM/2017 Tanggal 13
Oktober 2017 tentang Penetapan Wilayah Pertambangan Pulau
Sulawesi.
3. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (KEPMEN ESDM)
Republik Indonesia Nomor 1806/K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksana Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja dan
Anggaran Biaya, serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Nikel.
4. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (KEPMEN ESDM)
Republik Indonesia Nomor 1827/K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik.
5. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Nomor 4 Tahun 2018
Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Nikel.

7
Gambar I,1 Peta Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi

8
Gambar I.2. Peta Tata Guna Lahan PT Lawaki Tiar Raya

9
1.3 Maksud dan Tujuan
Laporan ini disusun sebagai laporan hasil penyelidikan atau
eksplorasi yang dilakukan di Desa Lawaki Jaya Dan Patikala Kecamatan
Tolala Kabupaten Kolaka Utarayang merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 23 tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara pasal 101 ayat 1 bahwa
pemegang Izin Usaha Pertambangan wajib menyerahkan seluruh data
yang diperoleh dari hasil ekeplorasi kepada Bupati, Gubernur sesuai
dengan kewenangannya dan juga berdasarkan Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor :
1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.

Maksud dari kegiatan eksplorasi bahan galian bijih nikel ini adalah
untuk mengetahui mengenai:
1. Kondisi dan sebaran zona pelapukan potensi.
2. Stratigrafi serta struktur geologi dan pengaruhnya terhadap zona
pelapukan potensi.
3. Ketebalan zona pelapukan potensi.
4. Kualitas potensi.
5. Cadangan yang ada.
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi geologi khususnya
potensi nikel sehingga apakah lokasi ini perlu ditindak lanjuti ketahap
berikutnya atau tidak. Tahapan ini juga bisa dijadikan acuan untuk
mempermudah tahap selanjutnya, antara lain sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi kepada pihak pemerintah baik itu
pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi bahkan sampai ke pemerintah
pusat;

10
b. Untuk memenuhi persyaratan teknis dalam peningkatan ke IUP Operasi
produksi.

1.4 Jadwal dan Pelaksanaan Penyelidikan


Penyelidikan ini meliputi tiga tahapan utama yaitu persiapan,
kegiatan lapangan dan pekerjaan studio.
Tahap persiapan kegiatannya meliputi:
1. Inventarisasi dan evaluasi data hasil penyelidikan terdahulu.
2. Melakukan kajian regional menggunakan peta SRTM dan Peta
Geologi Lembar Kendari
3. Pengadaan bahan-bahan untuk inventarisir seperti peta dasar, peta
geologi regional, dan peta-peta lain yang terkait.
4. Persiapan fisik di lapangan yang meliputi pengecekan awal kondisi
jalan, pengetahuan kondisi sosial, logistik, persiapan camp, dan
prasarana lainnya.
5. Dalam tahap persiapan dilakukan juga perencanaan-perencanaan
yaitu perencanaan distribusi titik pemboran.

Tahap kegiatan lapangan, meliputi:


1. Pengamatan Geologi di lapangan
2. Kegiatan Pemboran
Tahap pekerjaan laboratorium dan studio, meliputi :
1. Analisa laboratorium, sampel langsung dipreparasi dan diuji
2. Penataan database geologi
3. Rekonstruksi geologi dan perhitungan sumber daya
Tabel berikut lingkup kerja, peralatan dan pelaksana pekerjaan kegiatan
ini
Tabel 1. 1Pekerjaan dan Peralatan Yang Digunakan
PEKERJAAN METODA PERALATAN
1. Inventarisasi GPS handheld, palu,
GPS tracking
Singkapan kompas

11
2. Pengamatan dan GPS handheld, palu,
Pengambilan sampel Pengukuran Langsung kompas, pahat, linggis,
densitas dan kadar ember

3. Pemboran Full Coring Jackro 175 2 unit

4. Analisis Kualitas Standard JIS Niton

1.5 Data yang Tersedia


Kegiatan ini memerlukan gambaran awal dan referensi mengenai
karakteristik formasi pembawa Nikel di lokasi penyelidikan. Diperlukan
juga data penunjang lainnya atau kelengkapan sebagai penunjang untuk
bahan persiapan kerja, studi literatur dan perencanaan eksplorasi.
Berikut merupakan beberapa data, referensi dan kelengkapan
sebagai penunjang untuk pelaksanaan penyelidikan ini:
1. Peta Indeks Sulawesi Tenggara yang dibuat oleh Pusat Pelayanan Jasa
dan Informasi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Tahun
2006.
2. Peta Geologi Lembar Kendari skala 1 : 250.000 yang dibuat oleh
S.Supriatna, A.S. Hakim dan T. Apandi dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G), 1995.
3. Peta Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) yang diubah menjadi
peta kontur EDM, yang digunakan untuk interpretasi struktur dan
satuan batuan.
4. Peta Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan
Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, dan Penunjukkan Bukan
Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan di Provinsi Maluku Utara
skala

12
5. 1:250.000 yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : SK.490/Menhut-II/2012, Kementerian
Kehutanan.
6. Referensi terkait yang membahas tatanan geologi regional daerah
prospek.
7. Hasil eksplorasi terdahulu yang dikerjakan oleh PT. Lawaki Tiar Jaya..

13
BAB II
GEOGRAFI DAN GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geografi Daerah Penyelidikan


2.1.1 Luas Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penyelidikan secara administratif berada di Desa Lawaki

Jaya Dan Patikala, Kecamatan Tolala Kabupaten Kolaka Utara dengan

luas wilayah 404 Ha sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Kolaka Utara

nomor : 540 tahun 2014, sementara secara geografis wilayah IUP

Eksplorasi PT. Lawaki Tiar Jaya terletak antara 2° 50´ 58” sampai 2°

49’46.1” Lintang Selatan dan 121°4’34” sampai 121° 4’ 34” Bujur

Timur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Daftar Koordinat IUP Eksplorasi

BUJUR TIMUR Lintang Selatan


No
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 121 4 34 -2 50 58
2 121 3 12.29 -2 50 58
3 121 3 12.29 -2 50 28.29
4 121 3 30.94 -2 50 28.29
5 121 3 30.94 -2 50 36.14
6 121 3 52.89 -2 50 36.14
7 121 3 52.89 -2 50 22.83
8 121 3 44.42 -2 50 22.83
9 121 3 44.42 -2 49 58.44
10 121 3 49.33 -2 49 58.44
11 121 3 49.33 -2 49 46.1
12 121 4 34 -2 49 46.1

Kesampaian daerah ke lokasi penyelidikan dari Kantor ESDM Provinsi Sulawesi


Tenggara menuju Tolala 8 jam Perjalanan, dengan kondisi jalan aspal yang
cukup baik, dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan (roda dua

14
maupun roda empat).

Peta IUP PT. Lawaki Tiar Raya

15
Transportasi udara dari Jakarta dapat melalui Bandara Kendari
(Sulawesi Tenggara) dengan waktu tempuh ±2 jam 30 menit, selanjutnya
perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dengan waktu tempuh 8 jam,
dengan kondisi jalan aspal sampai Kecamatan Tolala (Kolaka Utara).

Peta Jalur Udara Dari Kota Jakarta Menuju Kendari

Nama Perusahaan : PT. Lawaki Tiar Raya


Desa/Kelurahan : dan Sekitarnya
Kecamatan : Tolala
Kabupaten : Kolaka Utara
Provinsi : SulawesiTenggara
Komoditas : Mineral Logam (Nikel)
Kode Wilayah :-
Luas : 404 (empat ratus empat) Ha

Lokasi daerah penyelidikan berada pada wilayah administrasi Desa


Lawaki Jaya Dan Patikala kecamatan Tolala Kabupaten Kolaka Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Blok IUP seluas 404 Ha terletak
disebelah utara memanjang keselatan Desa Lawaki Jaya Dan

16
Patikala.Untuk mencapai lokasi daerah penelitian dapat ditempuh dengan
mobil dari Kota Kendari kearah Utara melalui jalan Poros Kendari – Tolala
dengan waktu tempuh maksimal 7 – 8 Jam.
2.1.2 Penduduk
Secara umum penduduk yang bermukim di sekitar Wilayah IUP PT.
Lawaki Tiar Jaya berasal dari Suku Tolaki, Bugis, Toraja serta beberapa
warga pendatang dan atau transmigrasi dari Suku Jawa. Agama yang
dianut Penduduk 94,24% Islam, 0,90% Hindu, 1,36% Katolik, 3,78
Protestan. Bahasa keseharian menggunakan Bahasa Tolaki, Bahasa Bugis
dan Bahasa Indonesia.

2.1.3 Mata PencaharianPenduduk


Mata pencaharian penduduk pada umumnya tergantung pada sub
sektor nelayan dan perkebunan terutama dari tanaman kakao, cengkeh,
nilam dan buah-buahan serta sayuran. Ternak seperti sapi, kambing dan
ayam memberikan dukungan pada perekonomian setempat.
.
2.1.4 Iklim
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Kolaka Utara
dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan
musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas
wilayahnya. Pada Bulan November sampai dengan April, angin banyak
mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik,
setelah sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut
terjadi musim Penghujan. Sekitar bulan September, arus angin selalu tidak
menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang
lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal sebagai musim
Pancaroba. Sedangkan pada Bulan Mei sampai dengan Oktober,
angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang
mengandung uap air. Hal tersebut mengakibatkan minimnya curah hujan

17
di daerah ini. Pada Bulan Agustus sampai dengan September terjadi
musim kemarau. Sebagai akibat perubahan kondisi alam yang sering
tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
2.1.5 Curah Hujan
Hasil analisa curah hujan selama 10 tahun (2011-2020)
menunjukkan bahwa rata-rata bulan basahnya sebanyak 8,6 bulan dengan
jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100 mm, dan rata- rata bulan
keringnya sebanyak 2,8 bulan dengan jumlah curah hujan bulanan kurang
dari 80 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 259,5 mm terdapat
pada bulan April dengan hari hujan rata- rata 20,1 hari. Rata-rata curah
hujan terendah sebesar 39,18 mm terdapat pada bulan September
dengan hari hujan rata-rata 8,9 hari.
2.1.6 Temperatur dan Kelembapan
Data iklim yang meliputi temperatur kelembaban udara, kecepatan
dan arah angin untuk wilayah studi diperoleh dari pengukuran sesaat di
bulan September 2020, dan hasilnya dapat disajikan pada tabel. Data
tersebut menunjukkan bahwa suhu udara terendah 20,40 ˚C dan suhu
udara maksimum 31,10 ˚C dengan rata-rata 26,80 ˚C. Kelembaban
nisbah berkisar antara 73% - 90% terjadi pada areal terbuka.
2.1.7 Topografi
Seperti halnya dengan kondisi topografi kabupaten lainnya di
Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka Utara memiliki topografi permukaan
tanah yang pada umumnya bergunung, bergelombang dan berbukit yang
mengelilingi dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan
sektor pertanian dan perkebunan. Jenis tanah meliputi Litosol 116.829
Ha atau 23,35 persen, Podzolik 140.845 Ha atau 28,15 persen, Organosol
23.566 Ha atau 4,71 persen, Mediteran 16.961 Ha atau 3,39 persen,
Aluvial 24.067 atau 4,80 persen dan tanah campuran 178.071 Ha atau
35,59 persen.

18
Menurut tingkat kelerengan wilayah ini sebesar 52,30% memiliki
kemiringan topografi lebih besar dari 40% (curam sampai dengan sangat
curam), sebesar 11,70% memiliki kemiringan di bawah 2% (datar agak
landai), sebesar 12,56% memiliki kemiring antara 16% sampai dengan
40% (miring agak curam) dan danau seluas 0,14%. Akibat curah hujan
yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama, serta
topografi dengan dominasi kemiringan curam, maka wilayah ini memiliki
pula kawasan yang rawan bencana, khususnya bencana banjir, longsor
maupun rawan gempa.

19
PETA TOPOGRAFI KAB. KOLAKA UTARA

20
PETA TOPOGRAFI WIUP PT. LAWAKI TIAR RAYA

21
2.1.8 Vegetasi
Vegetasi di daerah ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
vegetasi di daerah lainnya. Vegetasi yang tumbuh baik di daerah adalah
pepohonan lokal seperti rambutan, kelapa, pisang, durian dan tumbuh-
tumbuhan lainnya terutama ilalang.
2.1.9 Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT
Lawaki Tiar Jaya terdiri dari agri ladang dan agri kebun. Merupakan
daerah yang digunakan untuk pertanian lahan kering seperti ladang dan
perkebunan sehingga masyarakat mayoritas melakukan aktifitas untuk
berkebun dan sebagian kecilnya bekerja sebagai nelayan.

Geologi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara


2.1.10 Morfologi
Geologi Regional lokasi IUP merupakan bagian dari fisiografi Geologi
Regional Lembar Lasusua – Kendari dalam skala 1 : 250.000. Geologi

22
regional Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia
,dan Eurasia, Pasifik dan Indo Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil
(Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat
kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, kepulauan batuan
bancuh, bancuh ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama
proses penunjaman, tumbukan, serta proses tektonik lainnya (Van
Leeuwen, 1994). Lokasi IUP termasuk Bagian Timur Sulawesi yang
sebagian besarnya terdiri dari komplek batuan basa dan ultrabasa yang
mengalami deformasi yang kuat sehingga sebagian besar ditempati oleh
jalur batuan ophiolit. Morfologi lembar Lasusua – Kendari dapat
dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan, perbukitan, kras
dan dataran rendah (Rusmana, dkk, 1993). Pegunungan menempati
bagian tengah dan barat lembar, perbukitan terdapat pada bagian barat
dan timur, morfologi kras terdapat di Pegunungan Matarombeo dan di
bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengkie.

23
Gambar 2.1 Peta morfologi regional lengan tenggara P.Sulawesi

24
Daerah penelitian terdapat pada morfologi perbukitan dan dataran
rendah. Satuan perbukitan ini umumnya tersusun oleh batuan sedimen
dengan ketinggian berkisar 75 – 750 meter diatas permukaan laut.
Puncak yang terdapat pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu
(517 meter) dan beberapa puncak lainnya yang tidak memiliki nama,
sungai di daerah ini umumnya berpola aliran meranting (dendritik).
Dataran rendah terdapat didaerah pantai dan sepanjang aliran sungai
besar dan muaranya, seperti Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan Aalaa
Lasolo.

Umumnya tersusun atas Bijih Nikel dan konglomerat oleh Molassa


Sulawesi. Satuan ini umumnya membentuk perbukitan bergelombang
yang di tumbuhi semak dan alang-alang. Sungai di aliran ini berpola aliran
meranting.
2.1.11 Litologi
Berdasarkan litologi lembar lasusua (Rusmana, dkk 1993) batologi
yang menyususn IUP adalah ultramafik kompleks.

Lokasi IUP eksplorasi hampir separuhnya merupakan laut, yang mana


bagian daratannya terdiri atas 1 jenis litologi, yakni litologi batuan
ultramafik peridotite. Peridotite satuan batuan ini menenmpati sekitar 35
,45 % dari total luas IUP eksplorasi . btuan ini menenmpati bagian
selatan dan barat, dengan kenampakan dilapangan berwarna hijau gelap,
kuning kemerahan coklat , struktur massif, dan afanitik.

Dengan kenampakan mineral garnierite dalam jumlah yang besar ,


sedangkan pada bagian utara dan selatannya yakni pada daerah sapiri
kecil yang berbatasab langsung dengan IUP eksplorasi PT Lampia mandiri
dab PT Karya Alam Raya didominasi dengan kemunculan dari mineral
bronzonite yang merupakan mineral dari group piroksin , dengan tingkat
pelapukan yang rendah sehingga memiliki layer limonit yang tipis.

25
PETA GEOLOGI REGIONAL PT. Lawaki Tiar Jaya

26
2.1.12 Struktur Geologi
Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut –
tenggara yang berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik. Sesar
Palu–Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke
bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi
benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu – Koro merupakan sesar
mendatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973;
Sukamto, 1975), arah gerak sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur
Sesar Sorong. Sesar Sadang yang terletak di bagian barat dan
sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan Sulawesi,
menghasilkan lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang
sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1979). Sesar
Gorontalo merupakan sesar mendatar dekstral (Katili, 1969; Sukamto,
1975) yang berlawanan arah dengan Sesar Palu– Koro dan pola
sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang konsekuen terhadap
platform Banggai – Sula sehingga memberikan gambaran adanya
kemungkinan kompresi mendatar yang disebabkan oleh dorongan
platform Banggai – Sula kearah barat. Matano merupakan sesar
mendatar sinistral berarah barat laut – timur memotong Sulawesi
Tengah dan melalui Danau Matano, merupakankelanjutan dari Sesar
Palu ke arah timur yang kemudian berlanjut dengan prisma akresi Tolo
di Laut Banda Utara. Sistem Sesar Lawanopo berarah barat laut –
tenggara, melewati Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini
kemungkinan berperan dalam pembukaan Teluk Bone, seperti
pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi Tenggara yang
merupakan zona sesar mendatar sinistral Neogen. Sesar Lawanopo
memisahkan mintakat benua Sulawesi Tenggara pada lengan Tenggara
Sulawesi dengan metamorf Sulawesi Tengah. Sesar naik Batui terletak
pada bagian timur lengan Timur Sulawesi, merupakan hasil dari

27
tumbukan platform Banggai – Sula dengan Sulawesi yang
menyebabkan pergeseran secara oblique sehingga Cekungan Gorontalo
menjadi terangkat. Kompleks Pompangeo diduga telah beberapa
kali mengalami masa perlipatan. Perlipatan tua diperkirakan
berarah utara – selatan atau baratdaya – timurlaut, sedangkan
lipatan muda berarah baratlaut – tenggara atau barat – timur, serta
ada pula yang berarah hampir sama dengan lipatan tua. Perdaunan
atau foliasi juga umumnya berkembang baik dalam satuan batuan
malihan Kompleks Pompangeo dan di beberapa tempat dalam
amfibolit, sekis glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam
Kompleks Ultramafik. Secara umum perdaunan berarah barat –
timur dan baratlaut – tenggara. Di beberapa tempat perdaunan
terlipat dan pada jalur sesar mengalami gejala kink banding. Struktur
geologi yang dijumpai di daerah kegiatan adalah sesar, lipatan dan
kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut–tenggara
searah dengan Sesar g e s e r jurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo aktif
hingga kini, yang dibuktikan dengan adanya mata air panas di
Desa Sonai, Kecamatan Pondidaha pada Bijih Nikel terumbu yang
berumur Holosen dan jalur sesar tersebut di tenggara Tinobu. Sesar
tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali
pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di
daerah Wawo, sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala di
selatan Lasolo; yaitu beranjaknya batuan ofiolit ke atas Batuan Malihan
Mekonga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Sesar Anggowala juga
merupakan sesar utama, sesar mendatar menganan (dextral),
mempunyai arah baratlaut-tenggara. Kekar terdapat pada semua jenis
batuan. Pada Bijih Nikel kekar ini tampak teratur yang membentuk
kelurusan (E. Rusmana dkk,2010). Kekar pada batuan beku umumnya
menunjukkan arah tak beraturan.

28
2.1.13 PotensiNikel
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov
batuan ultra basa rata- rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur
nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan
muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit
atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari
udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2
berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-
mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa,
menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari
partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral
seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-
mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

29
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah
selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana
cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada
kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang
terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang
mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-
rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan
larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang
berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan
Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas
pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan
urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan
zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of
weathering).
Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan bijih nikel potensi
ini adalah:

1. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk


terbentuknya endapan nikel potensi, macam batuan asalnya adalah
batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: -
terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara batuan lainnya -
mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil,
seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah
larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

a. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan


dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga
dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi
unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu
terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan

30
dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia
pada batuan.

b. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-


reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang
membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang
mengandung CO2 memegang peranan penting di dalam proses
pelapukan kimia. Asam- asam humus menyebabkan dekomposisi
batuan dan dapat mengubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat
kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan
mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah
dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan
lebih banyak • humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu
petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan
terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih
tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil
pelapukan terhadap erosi mekanis.

c. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah ini


adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur
patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka
dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan
masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

d. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi


sirkulasi air beserta reagen- reagen lain. Untuk daerah yang landai,
maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai
kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-
rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya

31
terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang,
hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoretis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
e. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang
cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 5 zona gradasi
sebagai berikut:

1. Iron Capping: Merupakan bagian yang paling atas dari suatu


penampang potensi. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus,
oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua
kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga
tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-
rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa
goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi
tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral- mineral
hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer: Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku
ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan
magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8–15 m. Dalam limonit dapat
dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang
sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada
zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-
mineral di batuan beku basa- ultrabasa telah terubah menjadi serpentin
akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat
atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area.
Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.
Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,

32
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous,
quartz, gibsite, maghemite.

3. Silika Boxwork: putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang


fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine
fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari
batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi
dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore
yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.

4. Saprolite: Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya


berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur
batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5–18 m.
Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan- rekahan
batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah
batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO
yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan,
butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika
boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock.
Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral
primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya
diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

5. Bedrock: bagian terbawah dari profil potensi. Tersusun atas bongkah yang
lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara
umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah

33
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan
batuan asal dari nikel potensi yang umumnya merupakan batuan beku
ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh
oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas
batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.
Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral
garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab
adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya
tersembunyi.

Gambar II.10 Profile potensi nikel

2.1.14 Mineralisasi

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut


Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel
sebesar 0,2%. Unsusr nikel tersebutterdapat dalam kisi-kisi Kristal mineral
olivine dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg.
Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan

34
karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-
unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit
menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit. Sedangkan
proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang
bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan
induk.
2.1.15 Morfologi
Berdasarkan hasil pemetaan topografi yang kemudian
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, 1979, diketahui bahwa
lokasi IUP Eksplorasi PT. Lawaki Tiar Jaya memilki 2 (dua) satuan relief,
yaitu Relief bukit bergelombang lemah-sedang/topografi miring (lereng)
dengan kemiringan lereng 8-13% dan beda tinggi 25 - 75 m, serta Relief
berbukit bergelombang sedang - perbukitan/topografi cukup curam
dengan kemiringan lereng 14-20% dan beda tinggi 50-200 m.

2.1.16 Struktur

Struktur utama di daerah ini adalah Sesar dan lipatan. sesar meliputi
sesar turun, sesar geser, sesar naik, sesar sungkup. Penyesaran diduga
berlangsung sejak mesozoikum, sesar matano merupakan sesar utama
dengan arah barat laut – tenggara. Sesar ini menunjukkan gerakan mengiri
(sinistral), diduga bersambung dengan sesar sorong. Keduanya merupakan
system sesar jurus yang mungkin telah terbentuk sejak oligosen.
Kelanjutannya diperkirakan pada sesar Palu- Koro yang menunjukkan gerakan
mengiri 9di luar lembar Bungku; diperkirakan masih aktif)’

Berdasarkan Peta Regional Lembar Poso oleh Simandjuntak dkk, (1997)


daerah penelitiian terdapat struktur sesar yang bersifat regional, dimana
jenis sesar regional ini bersifat mendatar (geser), sesar ini berada pada
bagian barat pada daerah penelitiian.

35
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
3.1 Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal yang meliputi
beberapa persiapan penting diantaranya :
 Studi Literatur.
- Mengumpulkan data-data hasil penelitian terdahulu, baik secara regional
maupun lokal daerah penelitian.
- Melakukan kajian literatur semua data-data yang telah terkumpul.
 “Verifikasi“ data
- Desk study data-data yang diperlukan meliputi ; data singkapan
batuan. Melakukan peremajaan/update database dan evaluasi data hasil
penyelidikan terdahulu.
 Melakukan kajian regional menggunakan peta SRTM dan Lembar Peta
Kendari
 Pengadaan bahan-bahan untuk inventarisir seperti peta dasar, peta
geologi regional, dan peta-peta lain yang terkait.
 Membuat Perencanaanpembuatan titik pemboran.
 Perijinan ke perangkat desa, sebelum masuk lokasi (dilakukan oleh
client).
 Pembuatan dokumen perencanaan eksplorasi.
Tahapan ini untuk memberikan gambaran awal dan strategi pekerjaan
lapangan agar pelaksanaan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

3.2 KegiatanLapangan
3.2.1 PengamatanSingkapan dan Pemboran
Pelaksanaan pemboran di wilayah IUP PT. Lawaki Tiar Raya
sebagai berikut :
 Inventarisir singkapan di sekitar Blok 1 PT. Lawaki Tiar Raya.
 Alat yang digunakan GPS Handheld, palu geologi, kompas geologi, plastik
sampel, meteran, kamera, pita dan alat tulis kantor (ATK).
 Pelaksanaan kegiatan meliputi :
- Penelurusan singkapan, pengecekan tataguna lahan dan
pengamatan morfologi.

36
- Melakukan tracking lintasan dengan GPS.
- Mengamati dan mencatat informasi yang dijumpai pada singkapan atau
dari sampel hasil pemboran tersebut.
- Mencatat koordinat singkapan atau pemboran dengan menggunakan
GPS handheld.
- Grid plan drill awal 100 meter x 100 meter. Setelah mendapatkan
beberapa potensi nikel ore yang bagus, dilakukan inline 50 meter
3.2.2 Pengambilan dan Penanganan Sampel Densitas
Pelaksanaan pemboran di wilayah IUP PT. Lawaki Tiar Rayasebagai
berikut :
 Inventarisir singkapan di sekitar Blok PT. Lawaki Tiar Jaya.
 Alat yang digunakan GPS Handheld, palu geologi, kompas geologi, plastik
sampel, meteran, kamera, pita dan alat tulis kantor (ATK).
 Pelaksanaan kegiatan meliputi :
- Penelurusan singkapan, pengecekan tataguna lahan dan pengamatan
morfologi.
- Melakukan tracking lintasan dengan GPS.
- Mengamati dan mencatat informasi yang dijumpai pada singkapan atau
dari sampel hasil pemboran tersebut.
- Mencatat koordinat singkapan atau pemboran dengan menggunakan
GPS handheld.
- Grid plan drill awal 100 meter x 100 meter. Setelah mendapatkan
beberapa potensi nikel ore yang bagus, dilakukan inline 50 meter

37
3.3 Kegiatan Studio
3.3.1 AnalisisLaboratorium
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium sampel Nikel dilakukan oleh PT. Lawaki Tiar Jaya
dengan metode X - Ray Fluorescence (metode pendar sinar X). Masing-masing
conto akan dianalisa yang meliputi : nilai kandungan unsur Ni, Fe, Mn, Mg, Cr,
Cu, Zn, Co, Si, dan Ca.
3.3.2 Rekonstruksi Geologi dan PerhitunganSumberdaya
Kegiatan rekonstruksi geologi meliputi rekontruksi struktur geologi lokal,
stratigrafi lokal, penyebaran dan gambaran potensi geologi nikel potensi
daerah penyelidikan, termasuk verifikasi terhadap data-data geologi dan
secara simultan dilakukan evaluasi dan pengolahan menggunakan software
sehingga dihasilkan penampang untuk perhitungan sumberdaya regional.
Rekontruksi kebawah permukaan menggunakan data data coring sampel
pemboran berupa stratigrafi dan hasi analisa berupa Grade Nikelnya.

38
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Geologi Daerah Penelitian
4.1.1 Geomorfologi
Secara umum morfologi lokal IUP PT. Lawaki Tiar Raya di bagi
dalam satu jenis bentang alam (klasifikasi van zuidam,1983) yaitu
perbukitan bergelombang.

Tabel 3.1 klasifikasi van zuidam, 1983

SATUAN RELIEF SUDUT BEDA TINGGI


Datar hampir datar LERENG
0 -2(%) (M) < 5
Bergelombang miring landai 3– 5 – 50
Bergelombang miring 87– 50 – 75
13
Berbukit bergelombang/miring 14 - 75 – 200
20
Berbukit tersayat tajam/terjal 21 – 200 – 500
55
Pegunungan tersayat tajam/sangat 56 – 140 500 – 1000
Pegunungan/sangat
tajam curam > > 1000
140

39
4.2 Endapan Potensi
Proses-proses dan kondisi yang mengatur dan mengendalikan laterisasi
dari batuan ultrabasa begitu banyak dan beragam, akibatnya kondisi alamiah
dari tiap profil berbeda secara detail dari satu tempat ke tempat lainnya
dalam hal ketebalan, kimiawi, komposisi mineralogi dan perkembangan relatif
dari zona profil secara individu.
Endapan potensi di blok timur ini berkisar 2 sampai 6 meter dengan
ketebalan obe sekitar 20 meter. Di daerah pengamatan inipengayaan mineral
nikel terdapat pada zona sedimen yang berisi floting gampingan
(kalkkerudit) dan floting ultramafik. Zona laterisasi tidak berkembang
dengan baik hanya sedikit didaerah selatan tepatnya pada hole A18 ke
selatan, karena bedrock di hole ini adalah endapan pasiran pada formasi QA.
Karakter dari nikel disini tidak dijumpai adanya redish limonit maupun
yelow limonit, tetapi dijumpai endapan clay gouds yang menerus langsung ke
stratigrafi Ferro saprolit bahkan langsung ke saprolitekuning kehijauan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit:

a. Batuan Asal

adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya


endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultrabasa.
Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut terdapat elemen Ni yang
paling banyak diantara batuan lainnya; mempunyai mineral-mineral yang
paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivine dan piroksin;
mempunyai komponen- komponen yang mudah larut dan memeberikan
lingkungan penegendapan yang baik untuk nikel.

40
b. Iklim

adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana


terjadi kenaikan dan penuruna permukaan air tanah jug dapat
menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi. unsur-unsur.
Perbedaan temperature yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan batuan yang
akan mempermuda proses atau reaksi kimia pada batuan.

c. Topografi

keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi


air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan
bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahanatau pori-pori
batuan. Akumulasi endapanumunya terdapat pada daerah –daerah yang
landaisampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan
pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara
teoritis, jumlah air yang meresap ini dapat menyebabkan pelaukan kuran
intensif.

d. Struktur

struktur yang sangat dominanyang terdapat didaerah ini adalah


struktur kekar(joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti
diketahui batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas kecil sekali
sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanyarekahan-rekahan
tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.

e. Waktu
waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang
cukup intensif karena akumulasi unsure nikel cukup tinggi.

41
4.3 Neraca Sumber Daya dan Cadangan
Perhitungan sumberdaya dan cadangan bijih nikel laterit PT.
Lawaki Tiar Raya berdasarkan pada titik bor dan peta penyebaran bijih
nikel laterit yang di buat mengacu pada Kode KCMI-2017 dan SNI 4726
tahun 2019 tentang pedoman pelaporan hasil eksplorasi sumberdaya dan
cadangan mineral.

Setelah CoG ditetapkan dan luas area dihitung, maka volume


dihitung dengan asumsi density dan kadar setiap area dari data
pemboran. Kadar keseluruhan dihitung dengan melakukan pembobotan
tonase.

Sumberdaya Nikel di area Blok 1 dihitung dengan


menggunakan metoda Inverse Distance Weighting (IDW) sesuai
dengan sifat geologi dan kontinuitas korelasi titik bor disekitarnya.
Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

a) Secara vertikal dari poligon blok model sebelum dipotong


dengan topografi untuk menentukan tebal lapisan penutup. Tebal
zona bijih saprolit dengan batasan Cut Off Grade (Ni) ≥ 1.5 % dan
(Fe) < 18 %.

b) Secara lateral berdasarkan korelasi dari masing-masing


lubang bor. c) Cut Off Grade untuk Blok 1 adalah ≥1.5
% (Ni).

Tahun 2021 sumberdaya terukur PT. Lawaki Tiar Raya yaitu


7.410.541 MT dengan kadar rata-rata 1,65% Ni. Perhitungan sumberdaya
ini di dasarkan pada hasil pengeboran yang di estimasi blok model
menggunakan software surpac 6.3.

42
Sedangkan cadangan terbukti PT. Lawaki Tiar Raya yaitu 7.107.091 MT
dengan kadar rata-rata 1,75% Ni. Perhitungan cadangan ini di dasarkan
pada hasil pengeboran yang di estimasi blok model menggunakan
software surpac 6.3.

43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hal – hal yang dapat dijadikan kesimpulan adalah sebagai
berikut :
1. Morfologi daerah penyelidikan terdiri dari 2 satuan morfologi yaitu
satuan morfologi bergelombang dan morfologi pedataran.
2. Secara geologi, daerah penyelidikan terutama tersusun litologi
ultramafic, seperti Dunit, peridotir dan harzburgit dan endapan
alluvial.
3. Lokasi prospek untuk rencana penambangan seluas 320 Ha atau
sekitar 68.96 % dari luas IUP Eksplorasi PT. Lawaki Tiar Jaya.
4. Berdasarkan data pemetaan geologi, test pit dan hasil
pengeboran didapatkan hasil untuk perhitungan Sumber daya
terukur bijih nikel laterit sebesar 7.410.541 MT dan cadangan terbukti
sebesar 7.107.091 MT.
5.2 Saran

44

Anda mungkin juga menyukai