Anda di halaman 1dari 243

 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 
1

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 1/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

  


   
   
 
  

   


   
  
   
  
 
    
  
   
    
  
   
  

   


    
  
  
 
     

  


     
    
    
     

 
2

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 2/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

  


    
    
  
  
   
 

KATA PENGANTAR

 Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat karunia
kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada nabi
Muhammad Saw.

Didalam Al-Qur‟an Allah Swt memerintahkan manusia untuk memohon


kepada-Nya dengan menyebut Asma-asmaNya Yang Mulia. Menurut Ulama asma-
asma yang dimaksud adalah 99 yang sering dinamakan  Asmaul Al-Husna. Rasulullah
Saw menganjurkan kepada setiap muslim untuk menghafalkan Asmaul husna itu agar
 bisa tersimpan didalam hatinya. Tujuannya adalah agar asma-asma tersebut menyinari
dan membimbing sikap, tingkah laku, dan tutur kata seorang muslim dalam

kehidupannya. Ketika hal demikian telah terjadi pada diri seorang muslim, maka
dapat dikatakan bahwa dia memiliki akhlakul karimah.

Setelah membaca buku ini, saya menangkap maksud penulis ingin mengajak
 pembaca berakhlakul karimah melalui pengamalan  Asmaul Husna itu. Tentu saja
upaya itu sangat mulia. Sebuah upaya membina masyarakat melalui kegiatan
membaca, saya kenal penulis sebagai mahasiswa STAIN Curup yang idealis.
Aktifitasnya sebagai seorang mahasiswa STAIN ktidak hanya sebatas mengikuti
 perkuliahan, tetapi juga diisi dengan kegiatan-kegiatan organisasi kemahasiswaan dan
kemasyarakatan. Kegiatan-kegiatan yang penulis lakukan itu rupanya dapat

mengantarkan penulis kepada kesadaran pentingnya berakhlakul karimah dalam


menjalani kehidupan didunia ini.

Sebagai hasil karya seorang penulis, memang banyak kelemahan yang ditemui
dalam buku ini. Tetapi dengan melihat status dan kegiatan keseharian penulis sebagai
mahasiswa semester VII, maka karya tulis berupa buku ini menjadi sebuah prestasi
yang patut diapreasisasi. Belum ada penulis lain dari kalangan mahasiswa STAIN
Curup yang menyodorkan karya ilmiah kepada masyarakat dalam bentuk buku seperti
yang ada ditangan pembaca ini. Oleh karena itu saya menyambut baik atas terbitnya

 
3

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 3/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 buku ini, dan harapan saya semoga buku ini memberikan manfaat sebesar-besarnya
 bagi penulis khususnya dan kaum muslimin pada umumnya.

 Nun wal Qalami wama Yasthurun

Curup, 3 Oktober 2013

Ketua STAIN Curup

DR. H. BUDI KISWORO, M. Ag.


  NIP. 195501111976031002 

MUQADIMMAH

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Seru sekalian Alam. Allah
Tuhanku dan Tuhan mereka. Sesungguhnya Aku bersaksi tiada Tuhan
Melainkan Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya.
Semesta Alam bertasbih kepadaNya baik di langit dan dibumi mensucikan
AsmaNya, Matahari, bulan, bumi, bahkan tanah yang diinjak manusia
sekalipun bertasbih kepada Allahu Rabbul Izzati. Dan kami berlindung

kepadaNya dari Nafsu dan perbuatan jelek.

Dan Aku bersaksi sesungguhnya junjungan kita Nabi Muhammad


adalah seorang hamba dan utusanNya yang terpilih. Yang telah
menyampaikan wahyu yang diturunkan kepadanya dengan kegembiraan
dan peringatan. Limpahkanlah rahmat, keselamatan dan keberkahan Ya
 Allah, kepada junjungan kami nabi Muhammad Saw. Beserta para keluarga
dan sahabatnya serta orang yang mengikutinya sampai akhir zaman.

 
4

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 4/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

PENGANTAR PENULIS

 Alhamdulillah, wa Syukurillah  atas nikmat yang diberikan Allah


Subhanahu wa ta‟ala akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan
izinNya. Limpahan rahmat hidayah dan inayahNyalah yang menuntun
penulis dalam menyelesaikan buku ini, tiada ucapan selain syukur
kepadaNya.

Selanjutnya penulis berterima kasih kepada keluarga, sahabat sanak


saudara yang terus mendukung dalam penulisan buku ini. Dan kepada
lembaga STAIN Curup yang mendukung dalam penerbitannya, dan kepada
rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang memberikan support
baik mental maupun material. Tidak lebih penulis hanyalah manusia biasa
yang banyak kekurangan. Penulis sadar banyak kesalahan dan kekurangan
yang terdapat dalam diri penulis. Maka penulis memohon maaf.

Buku ini sengaja diterbitkan untuk memandu pembaca sekalian untuk


lebih dekat kepada Allah Azza wa Jalla, yang mengatur segala kehidupan
kita. Buku ini diperuntukkan untuk semua kalangan baik anak-anak, orang
tua, mahasiswa, pelajar dan masyarakat pada umumnya.

Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dan didalamnya terdapat
keberkahan dalam AsmaNya dan menuju jalan kepada Allahu Rabbul Izzati,
sekali lagi penulis ucapakan banyak syukur dan terima kasih kepada Allah
dan kepada semua yang mau terlibat dalam penulisan dan pembaca buku ini.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Penulis

Curup, 20 Sya‟ban 1434 H/29 Juni 2013 M 

 
5

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 5/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

DAFTAR ISI
SAMPUL

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ . x


PENGANTAR PENERBIT.................................................................................................   xi 

MUQADDIMAH ..............................................................................................................   xii 

1.  Syahadat ............................................................................................................................ 4 

Sebuah Pondasi ......................................................................................................... 5

Apa Dalil Syahadat Muhammadar Rasulullah? ,Apa Makna Syahadat


Muhammadar Rasulullah? ...................................................................................... 7

Apa Syarat-syarat Muhammadar Rasulullah?, Syarat dan Rukun Syahadat


..................................................................................................................................... 8

2.  Tauhid
Fitrah ....................................................................................................................... 11
Hakikat dan Dimensi tauhid ............................................................................... 13
FUNGSI AQAL, ILMU TAUHID DAN IMAN ................................................. 14
Berbagai Figur Ketauhidan, Pahlawan ketauhidan ......................................... 16
a.  Tauhid Rububiyah
  Memahami Rububiyah Allah ........................................................... 18

b.  Tauhid Mulkiyah ...................................................................................... 20


c.  Tauhid Uluhiyyah
  Uluhiyyah Allah ................................................................................. 21

d.  Tauhid Ubudiyyah


e.  Tauhidullah dalam Asma dan SifatNya ................................................ 22
f.  Kapan Iman terhadap Asma dan
SifatNya mencadi cacat?........................................................................... 23
3.  Akidah Membentuk Jiwa
Akidah Ahlul Sunnah ........................................................................................... 25

 
6

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 6/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

4.  Dasar dan Pokok Agama ............................................................................................. 30 


5.  Meniti Jalan Hidayah .................................................................................................. 36 
 
6. ISLAM, IMAN, ILMU DAN AMAL ......................................................................... 41 
ISLAM/ (Tunduk dan Berserah diri) ................................................................. 42
IMAN/ (Penerimaan oleh hati) ........................................................................... 43
ILMU ....................................................................................................................... 45
AMAL
  Amanah dan kewajiban Dakwah ................................................... 47

7.  Jalan Mengenal Allah


 Jalan Mengenal Allah dengan jalan naluri ........................................................ 49
 Jalan Mengenal Allah dengan jalan wahyu ....................................................... 50
Mengenal Allah dengan jalan Hikmah (Pikiran) .............................................. 54
8.  Laa Ilaha Ilallah Muhammadur Rasulullah
Pemahaman La Ilaha Ilallah ................................................................................... 56
9.  ALLAH
A.  Pensucian Allah (Tanzih) .............................................................................. 61
B.  Maha Hidup dan Maha Kuasa
C.  Maha Mengetahui
D.  Maha Berkehendak (Iradat) .......................................................................... 62
E.  Maha Mendengar dan Maha Melihat
F.  Al-Kalam (Bicara) ........................................................................................... 63
G.  Perbuatan-perbuatan Allah .......................................................................... 64

“MUTIARA KHOTBAH ALI BIN ABI THALIB” 

Gambaran Tentang Allah ...................................................................................... 65

Sifat-sifat Allah Menurut Gambaran Al-Qur‟an

Tentang Ciptaan Allah .......................................................................................... 67

Tentang Kesempurnaan terbesar dalam Ciptaan Allah .................................. 68 

SIFAT TUHAN “AZZA WA JALLA” ............................................................................ 70 


“ASMAAUL HUSNA” ..................................................................................................... 73 

Rahman-Rahim ........................................................................................................... 75

Al-Malik ....................................................................................................................... 77

Al- Quddus .................................................................................................................. 79

As- Salam ..................................................................................................................... 80

Al- Mukmin ................................................................................................................. 82

Al- Muhaimin .............................................................................................................. 84

Al- Aziz ........................................................................................................................ 86

Al- Jabbar ..................................................................................................................... 88

Al- Mutakabbir ............................................................................................................ 89

Al- Khaliq, Al- Bari‟, Al- Mushawwir ...................................................................... 91

Al- Ghafar .................................................................................................................... 93

 
7

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 7/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al- Qahhar ................................................................................................................... 96

Al- Wahhab .................................................................................................................. 98

Al- Razzaq .................................................................................................................. 100

Al- Fattah .................................................................................................................... 102

Al- „Alim .................................................................................................................... 104

Al- Qabith Wal Al- Basith ....................................................................................... 107

Al- Khafidh Wa Ar- Rafi‟ ........................................................................................ 109

Al- Mu‟iz Wa Al- Muzil .......................................................................................... 112

As- Sami‟ .................................................................................................................... 114


Al- Bashir .................................................................................................................. 116

Al- Hakam ................................................................................................................. 118

Al- Adl ..................................................................................................................... 120

Al- Lathif ................................................................................................................. 122

Al- Khabir ............................................................................................................... 124

Al- Halim ................................................................................................................ 126

Al- Azhim ............................................................................................................... 128

Al- Ghafur ............................................................................................................... 130

Asy- Syakur ............................................................................................................. 132

Al- Aliyy .................................................................................................................. 134

Al- Khabir ................................................................................................................ 136

Al- hafidz ................................................................................................................. 138

Al- Muqit .................................................................................................................. 141


Al- Hasib ................................................................................................................... 143

Al- Jalil ....................................................................................................................... 145

Al- Karim ................................................................................................................... 147

Al- Raqib .................................................................................................................... 149

Al- Mujib .................................................................................................................... 151

Al- Wasi‟ ..................................................................................................................... 154

Al- Hakim ................................................................................................................... 156

Al- Wadud .................................................................................................................. 159

Al- Majid ..................................................................................................................... 161

Al- Ba‟ist ..................................................................................................................... 162

Asy- Syahid ................................................................................................................ 164

 
8

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 8/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al- Haq ....................................................................................................................... 166

Al- Wakil .................................................................................................................... 168

Al- Qawiyy ................................................................................................................. 172

Al- Matin ..................................................................................................................... 174

Al- Waliyy ................................................................................................................... 175

Al-Hamid .................................................................................................................... 177

Al- Muhsiy .................................................................................................................. 179

Al- Mubdi‟u Wa Al- Mu‟id ....................................................................................... 181

Al- Muhyiy Wa Al- Mumit ....................................................................................... 183


Al- Hayu ...................................................................................................................... 185

Al- Qayyum ................................................................................................................ 186

Al- Wajid .................................................................................................................... 188

Al- Majid ................................................................................................................... 190

Al- Wahid, Al- Ahad ............................................................................................... 191

As- Shamad ............................................................................................................... 193

Al- Qadir Wa Al- Muktadir .................................................................................... 195

Al- Muqaddim Wa Al- Muakhir ............................................................................ 198

Az- Zahir Wa Al- Bathin ......................................................................................... 202

Al- Waliyy .................................................................................................................. 205

Al- Muta‟ali ................................................................................................................ 207

Al- Barr ........................................................................................................................ 209

At- Tawwab ............................................................................................................... 212


Al- Mutaqim .............................................................................................................. 215

Al- Afuww ................................................................................................................. 218

Al- Rauf ...................................................................................................................... 220

Al- Malikal Mulk ....................................................................................................... 222

Dzuljalal Wal Ikhram ............................................................................................... 223

Al- Muqhsit ................................................................................................................ 225

Al- Jami‟ ...................................................................................................................... 227

Al- Ghaniy Wa Al- Mughniy ................................................................................... 230

Al- Mani‟ .................................................................................................................... 232

Ad- Dhar, Al- Nafi‟ ................................................................................................... 235

An- Nur ...................................................................................................................... 239

 
9

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 9/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al- Hadiy .................................................................................................................... 242

Al- Badi‟ ...................................................................................................................... 244

Al- Baqi‟ ..................................................................................................................... 246

Al- Warits ................................................................................................................... 249

Ar- Rasyid .................................................................................................................. 252

As- Shabur ................................................................................................................. 254

1.  SYAHADAT

“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu1  dan
(begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sholat , tunaikanlah zakat
dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik
 pelindung dan sebaik- baik penolong”. (QS. Al-Hajj : 78). 

Syahadat adalah kalimat kesatuan, pembebasan dan persaksian, syahadat


adalah kalimat sumpah dan perjanjian. Orang yang bersyahadat telah menjual diri
dan hartanya dijalan Allah dengan ganjaran Surga dari sisi Allah. Swt.

“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah
dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka
Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)". (QS. Ali Imran : 64). 

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada

1
 Maksudnya: dalam Kitab-Kitab terdahulu yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum

 Nabi Muhammad s.a.w.

 
10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 10/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah
kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah : 111). 

Syahadat adalah kalimat yang baik ( Thoyyibah). Menurut Imam Suhaemi


dalam kitab Sapinatun Naza kalimat thoyyibah adalah kalimat takhziyah, kalimat
yang mensucikan bagi siapa saja yang membenarkannya dalam hati,
mengucapkannya dengan lisan, dan membuktikannya dengan amal perbuatan.

Syahadatain (dua kalimat persaksian) yaitu „Laa ilahaa ilallah Muhammadur


Rasulullah”  adalah azas pokok Dinnul Islam  dan yang pertama kali diperintahkan
kepada manusia Mu‟allaf untuk melaksanakannya. 

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


 pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman : 13). 

Dalam kitab Ihya Ulumudin Al Ghazali menyatakan “ketauhilah apa


yang kami tuturkan dalam terjemahan Aqidah sebaiknya diajukan kepada
anak kecil pada permulaan pertumbuhannya” lalu beliiau melanjutkan “
apabila seseorang sudah baligh maka permulaan wajib atasnya ialah mempelajari
dua kalimat syahadat dan memeahami artinya”. 

SEBUAH PONDASI
Perbuatan apapun –  yang bersifat kebaikan, kalau mau bernilai disisi Tuhan, dan
mempunyai pengaruh kebaikan bagi si pelaku harus dilandasi keimanan.

Dalam proses membangun sebuah rumah atau apapun bentuknya,


membuat pondasi yang kokoh menjadi sebuah keharusan. Begitu juga dalam
konsep keberagaman yang lurus, diperlukan adanya sebuah pondasi yang
dapat meluruskan arah atau jalan bagi kehidupan beragama itu. Pondasi
tersebut adalah iman atau ketauhidan, yang kelak melandasi segala aplikasi
keberagamaan dalam bentuk amal baik sehari-hari.
“Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan

ketaatan-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah:5).

Rasulullah Saw pernah mengilustrasikan Agama Islam seperti sebuah


bangunan, yang bagian-bagiannya satu sama lain saling menguatkan.
Syahadat bagi bangunan Islam itu merupakan pondasi, sebab disanalah
muatan iman dan ketauhidan bermuara. Kemudian shalat sebagai tiangnya,
puasa sebagai dinding, zakat jendela dan pintu dan haji sebagai atapnya.

 
11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 11/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Semua itu adalah Rukun Islam yaitu bagian atau unsur-unsur utama yang
harus ada dalam ke-Islaman seseorang.

Dalam syahadat kita mempersaksikan bahwa Tiada Tuhan selain


Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Berungkali kalimat syahadat ini
kit abaca setiap hari dalam shalat. Tapi, sudahkah ia mengendalikan segala
perilaku kita? Sudah benarkah persaksian kita? dua pertanyaan sederhana ini
harus mulai kita pertnyakan pada diri sendiri, karena keimanan bukan hanya
sebuah ucapan dan keyakinan dalam hati, tetapi juga pembuktian riil dalam
bentuk pengamalan.

Syahadat sebagai sebuah pondasi, berfungsi sebagai control yang


memberi nilai spirit dan orientasi dalam segala perbuatan kita. Amal
perbuatan apapun yang kita lakukan harus bertujuan kepada Allah. Sebab
apapun yang kita lakukan tidak akan bernilai dan sia-sia saja, jika yang
mendasarinya bukan syahadat. Jika syahadat tidak mendasari perilaku kita,
berarti kekuatan iman dan tauhid belum tertanam dalam diri kita.

Kita harus merenungkan dalam-dalam makna syahadat tersebut. Bayangkan, betapa


banyak kenyataan yang terjadi dalam perilaku keberagaman kita tidak sesuai dengan apa
yang telah kita persaksikan.. (Syahadatkan).

Tanpa Syahadat, sama saja kita sedang membangun sebuah rumah


yang rapuh, sebuah bangunan yang sia-sia. Kita menggangap bahwa
bangunan itu sudah betul dan kuat, akan tetapi kenyataanya tidak!, sebab,
kita tidak sadar bahwa pondasinya tidak benar atau tidak berpondasi sama

sekali. Begitulah perumpamannya, jika kita tidak mampu memahami


syahadat yang kita ucapkan lewat bibir kita.

Ketika itulah, bangunan yang dibangun tidak mampu memberikan


perlindungan apa-apa bagi yang membangun. Ia tidak dapat memayungi
penghuninya dari sengatan matahari dan siraman air hujan. Bangunan itu
mudah roboh dan rusak. Sehingga dalam segala hal didunia ini merupakan
ujian bagi kita. Pada posisi ujian, kita harus menghadapi kesusahan dengan
kekuatan iman, doa, kesabaran dan tunduk berserah diri kepada yang Maha
Kuasa. Insya Allah, segala rupa kesusahan akan diangkat oleh-Nya, dan
diganti dengan kebaikan demi kebaikan. 2 

2
  Ustd. Yusuf Mansur. Mencari Tuhan yang hilang. 35 Kisah Perjalanan Spritual Menepis
 Azab dan Menuai Rahmat . Cet. -4. Hal. 88-9l.

 
12

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 12/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanyalah


untuk Allah, Tuhan Semesta alam”. (Al-An‟am: 162). 

Syahadat pun berarti mempersaksiakan bahwa Muhammad


Rasulullah Saw adalah pembawa risalah-Nya, yakni melaui kitab suci-Nya,
Al-Qur‟anul Karim melalui malaikat Jibril. As dan dan mewariskan As-
Sunnah kepada umat agar untuk diikuti dan diteladani.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”  (QS. Al-Ahzab : 21)

Apa Dalil Syahadat Muhammadar Rasulullah?

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman


ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah…” (QS. Ali-Imran : 164).

 Juga Firman Allah;


“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat
belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah : 28).

Lalu firman Allah:


“Dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar -benar Rasul-Nya”. (QS.
Al-Munafiqun : 1)

Apa makna Syahadat Muhammadar Rasulullah?

Maknanya adalah sebuah pembenaran yang kokoh, lahir dari lubuk


hati yang mendalam, lalu diucapkan dengan lisan bahwa Muhammad adalah
hamba dan Rasul Allah kepada seluruh makhluk, jin dan manusia, firman
Allah:
“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar
 gemgira dan pemberi peringatan, Dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-
Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.”  (QS. Al-Ahzab : 45-46).

Oleh sebab itu kita wajib mempercayai beliau dalam setiap apa yang
beliau beritakan, baik yang terjadi dimasa lampau ataupun yang akan
datang, demikian juga yang berkaitan dengan penjelasan halal dan haram.
Kita juga harus tunduk dan melaksanakan segala perintah beliau, mengikuti

 
13

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 13/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

ajaran syariat beliau, berpegang teguh pada sunnah beliau dalam kesendirian
atau ditengah keramaian, disamping kita juga harus ridha dan pasrah
terhadap semua putusan beliau. Karena mentaati beliau berarti Taat terhadap
semua putusan beliau. Dan melanggar aturan beliau berarti bermaksiat
kepada Allah. Karena beliau hanya menyampaikan Risalah dari Allah. Allah
baru mewafatkan beliau, setelah beliau menyampaikan ajaran agama-Nya
secara sempurna, menyamapaikan risalhnya secara gamblang, lalu
meninggalkan umatnya diatas jalan yang putih bersih, tak ada beda siang
dan malamnya, barang siapa yang menyeleweng sepeninggal beliau pasti
akan binasa.3 

Apa Syarat-syarat Syahadat  Muhammadar Rasulullah?

Sebelumnya telah dipaparkan bahwa seseorang baru bisa masuk


agama Islam setelah mengucapkan Dua Kaliamat Syahadat, jadi kedua jenis
syahadat tersebut saling mengikat. Semua syarat syahadat pertama juga

merupakan syarat syahdat kedua, demikian juga sebaliknya.


Nabi Saw bersabda: “Ada tiga perkara apabila ada pada diri seseorang, maka ia akan
merasakan manisnya iman; hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya; bila
hanya mencintai seseorang hanya karena Allah semata; dan benci kembali kepada kekafiran setelah
 Allah menyelamatkannya, seperti halnya seseorang benci ketika dicampakkan kedalam naar.” (HR.
Al-Bukhari: 1/9-10; Muslim: 1/48).

Syarat dan Rukun Syahadat

“Terangkat pena (belum dicatat sebagai amal baik atau buruk) dari anak-anak
sampai baligh, orang tidur sampai bangun, dan orang gila samapi waras (HR. Abu
Dawud, Nasa‟I dan Ibnu Majah).” 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya”(QS. Al-Israa ; 36) 

Syarat dan rukun merupakan Istilah dalam Syariat Islam. Namun,


dalam pembahasanya memiliki perbedaan. Syarat-syarat untuk bersyahadat
1. Telah baligh (dewasa) 2. Berakal (tidak gila), 3. Telah sampai ilmunya
(perintah Allah dan Rasul untuk suatu amalan). tidak mungkin anak kecil,

3
  Syaikh Al-Allaamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami.  Buku Pintar Aqidah Ahlus Sunnah.
Penerbit At-Tibyan. Hlm. 48-49.

 
14

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 14/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

orang gila, atau orang yang tidak mengetahui dimintai kaliamt perjanjian
sumpah setia, menjual diri dan dan hartanya untuk ber-syahadat.

Rukun Syahadatain ada lima, yaitu; 1. Ada orang yang menjadi saksi,
2. Ada orang yang bersaksi, 3. Ada yang dipersaksikan, 4. Menetapkan
(mengisbatkan) yang dipersaksikan, dan, 5. Mengikrarkan persaksian dengan
lisan. Muhammad bin Abdul Wahhab menjabarkan bahwa dalam
bersyahadat „Laa ilahaa ilallah Muhammadur Rasulullah” harus memenuhi tujuh
syarat. “ketauhilah tiada bermanfaat syahadat bagi orang yang
mengucapkannya, kecuali dengan kesemuannya ini, yaitu ilmu, yakin,
menerima, pelaksanaan, ikhlas, benar (tidak berbohong), dan cinta.

Dalam menterjemahkan tugasnya sebagai saksi Rasulullah. Saw


menyatakan :

a.  Dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah. Saw bersabda : Islam dibangun atas
lima dasar; 1. Bersyahadat bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad
Rasul Allah 2. Mendirikan Shalat, 3. Membayar Zakat, 4. Mengerjakan

Haji, 5. Berpuasa dibulan Ramadhan. (H.R. Muslim)


b.  Dalam hadist yang panjang tentang pertanyaan malaikat Jibril yang
datang menemui Rasulullah. Saw menyerupai manusia dihadapan
para sahabat menanyakan tentang Islam, Iman, dan Ihsan dan tanda
kiamat. “Ya Muhammad khabarkan kepadaku apakah Islam itu?
Rasulullah menjawab Islam yaitu; ; 1. Bersyahadat bahwa tiada ilah selain
 Allah dan Muhammad Rasul Allah  2. Mendirikan Shalat, 3. Membayar
Zakat, 4. Berpuasa dibulan Ramadhan. 5. Engkau kerjakan Haji jika
telah mampu menempuhi sabil-nya. Lalu apakah Iman itu? Rasulullah
menjawab; Engkau Mengimani Allah, Malaikat-Nya, Rasul-Nya,
Kitab-kitab-Nya, engkau mengimani Qada dan Qadar-Nya (ketentuan-
Nya), dan engkau mengimani Hari Kiamat. Lalu bertanya kembali apa
Ihsan itu? Rasulullah menjawab; engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, lalu jelaskan padaku tentang hari
kiamat? Rasulullah menjawab ; tiada yang lebih tau dari pada yang
ditanya akan tetapi boleh jadi waktunya sudah sangat dekat” lalu
orang tersebut pergi, kemudian kepada sahabat Rasulullah. Saw
berkata, “Tahukah kalian siapakah orang tersebut” ? lalu para sahabat
menjawab” Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui” lalu

 
15

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 15/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Rasulullah Menjawab ia adalah Malaikat Jibril yang menanyakan


tentang Agamanya.
c.  Dari Ibnu Umar r.a. rasulullah. Saw bersabda. “Aku diperintah
memerangi manusia Rasulullah. saw sehingga mereka bersyahadat
bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah,
meneggakan shalat dan mengeluarkan zakat. Maka apabila mereka
telah mengerjakan semua itu, berarti telah terjaga dari padaku darah
dan harta mereka, kecuali dalam kewajiban Islam. Dan perhitungan
(masalah hati) mereka terserah kepada Allah (H.R. Bukhari-Muslim).
d.  Dalam hadist yang senada dari Abu Hurairah r.a Rasulullah. Saw
bersabda ; “ Aku diperintah untuk memerangi manusia  sehingga
mereka mengucapkan laa ilaha ilallah. Barangsiapa yang telah
mengucapkan Laa ilaha ilallah, maka telah terpelihara padaku jiwa
dan hartanya kecuali menurut kewajibannya dalam Islam. Dan
perhitungannya (masalah Hatinya) terserah kepad Allah (HR.

Bukhari-Muslim).
e.  Hadist tentang nabi mengajak pamannya Abu Thalib untuk Islam,
Nabi Muhammad. Saw menyatakan “wahai pamanku, ucapkanlah laa
ilaha ilallah, suatu kalimat agar aku menjadi saksi  bagimu dengan
kalimat itu di sisi allah (H.R. Bukhari-Muslim).

“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun

hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang


diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; Maka janganlah kamu bersedih hati
terhadap orang-orang yang kafir itu.” 

Konsekuensi  pelaksanaan syahadatain  dengan keyakinan dan tidak ragu-

ragu adalah menjadi syuhada‟, pelanjut risalah, meneggakan diri sehingga


 Al-Qur‟an dan Sunnah teramalkan secara baik dan benar.   Allah tidak
memandang kepada ahli kitab (kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur‟an)
sebelum Qur‟an dan sunnah teraktualisasikan dengan paripurna
(sebelum tegaknya Madinah). (QS. Al-Ma‟idah ; 68).

 
16

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 16/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

2.  TAUHID
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan
orang-orang yang berilmu 4  (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi
 Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran Ayat 18)
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan
(yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku".(QS. Al Anbiyaa Ayat 25)
Tauhid merupakan asal yang pertama dari seluruh keyakinan dalam
ajaran Islam. Tauhid adalah suatu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
bahwa di sajalah sebagai Pencipta Tunggal, Yang berkehendak dan tidak
dapat dibantah, yang berkemauan tanpa dipengaruhi, mempunyai sifat
menentukan garis hidup makhluk-Nya, sebagai raja, member hokum,
pemberi petunjuk yang mutlak, memelihara, menjaga, dan mengatur
perkembangan makhluknya.

Tauhid bagi kehidupan manusia menjadi sumber kehidupan jiwa dan


pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid-lah yang mampu mendidik
 jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya

4
 Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.  

 
17

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 17/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kepada Allah semata. Konsekuensi bertauhid adalah terbinanya Akhlak,


Karakter, menjadi manusia suci, jujur, dan teguh dalam memegang amanah.
Orang yang bertauhid, „Aqalnyaberfungsi dengan baik dan benar, terbimbing
oleh wahyu dan tujuan hidupnya adalah Allah. Swt semata. Harapan dan
cita-cita semata untuk mendapat Keridhaan-Nya.

Fitrah

Fitrah (Khilqah), yang memiliki arti “ciptaaan”. Suatu bentuk perasaan

yang terdapat dalam diri manusia yang dalam perwujudannya tidak


memiliki perwujudannya tidak memerlukan latihan serta pengajaran dari
seorang pendidik atau pengajar dan perasaan tersebut senantiasa
bersemayam dalam jiwa seluruh manusia diberbagai tempat dan masa.
Perasaan tersebut terkadang disebut fitrah, dan terkadang pula disebut
 gharizah (Insting).

Misalnya, kecintaan seorang ibu terhadap anaknya yang merupakan


sesuatu yang bersifat fitriah. Perasaaan kasih sudah tertanam dalam jiwa
sang ibu, salah satu yang dihasilkan fitriah adalah ralah rasa bangga diri.
Seseorang yang berjalan digaris fitriah. Akan memiliki jiwa yang tenang.
Seorang ibu yang suka mengendong putranya akan merasa bangga dengan
puterannya itu, dan sang ibu akan marah ketika menyaksikan seorang ibu
yang lainnya tidak mengasihi anaknya sendiri. Rasa bangga dan marah
tersebut bentuk sikap yang dihasilkan oleh Fitah manusia. 5 

Dan secara fitrah, jiwa-jiwa yang selamat itu tercipta dan terbiasa
untuk mencintai, mengagungkan, dan menyebmbah Allah. Dan tidaklah jiwa
yang suci itu akan mencintai, menagungkan, dan menyembah selain kepada
Dzat yang diketahuinya menyandang sifat-sifat kesempurnaan yang sesuai
dengan rububiyah dan uluhiyahNya. Dan apabila ada suatu sifat yang
berupa sifat kekurangan yang tidak mengandung kesempurnaan
didalamnya, maka sifat yang seperti ini tertolak dari Allah. Seperti sifat mati,
bodoh, lupa, lemah, buta, tuli dan yang semisalnya. 6  Hal ini sebagaimana
firmanNya:

5
  Prof. Muhsin Qiraati, Ushuluddin. Hlm.14
6
  Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. AQIDAH SALAF “Di dalam Nama-
 Nama dan Sifat-Sifat Allah Azza Wa Jalla”. Hlm. 77-78.

 
18

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 18/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan : 58).

“Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam


sebuah kitab,7   Tuhan Kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa;”  (QS. Thaha :
52).
“Dan Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana
kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah
lebih besar kekuatannya dari mereka? dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan
 Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
 Maha Kuasa.” (QS. Fathir : 440)

“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-
bisikan mereka? sebenarnya (kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-
malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.”  (QS. Az-Zukhruf : 80).

Nabi Saw bersabda tentang Dajjal,

“Sesungguhnya dia itu buta sebelah. Dan sesungguhnya Rabb kalian itu
tidak buta sebelah.”8 

Nabi Saw juga bersabda,


“Wahai manusia, rendahkanlah suara kalian karena sesungguhnya kalian
tidak sedang berdo‟a kepada Dzat (yang) buta maupun tidak hadir.” 9 

Hakikat dan Dimensi Tauhid

Dalam wawasan Islam, istilah “Tauhid”  memiliki makna yang sangat


agung dan luas. Kalangan Cendikiawan Muslim pada umumnya
menggolongkan jenis- jenis ketauhidan menjadi “Tauhid dalam zat” (Dzati),
“Tauhid dalam sifat (Shifati), dan Tauhid dalam perbuatan ( Fi‟li).

Arti Tauhid adalah mengakui hanya Allah-lah “Raja bagi Manusia”


beriman kepada ketunggalan Allah dan meyakini Allah itu esa. Dalam
maknanya yang lain, Tauhid berarti menafikkan berbagai nafsu. Seseorang

yang memuja nafsunya berarti telah keluar dari lingkup ketauhidan.

7
 Maksudnya: Lauh Mahfuzh.
8
  HR Bukhari dalam kitabul Fitan,  Bab:  Dzikrud Dajjal (7131) dan Muslim dalam  Kitabul
 Fitan wa Asyratus Sa‟ah, Bab: Dzikrud Dajjal wa Shifati ma Ma‟ahu (2933) (101) dari hadist Anas. ra.
9
 HR Al-Bukhari dalam Kitabul Maghazi, Bab Ghazwatu Khaibar (4205) dan Muslim dalam
 Kitabudz Dzikr wad Du‟a,  bab: Isthbabu Khafdhis shaut bidz Dzikr (2704) (44) hadist Musa Al-
Asy‟ari. Ra. 

 
19

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 19/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya


sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya10  dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
 penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS.Al-
 Jatsiyah : 23).

Orang yang tunduk pada desakan hawa nafsunya (yang keliru) pada
hakikatnya telah menuhankan hawa nafsu itu sendiri. Tauhid berarti pula
penolakkan dan penentangan terhadap kepemimpinan tiran dan lalim.
Slogan dan tujuan para nabi adalah dalam Firman Allah. Swt.:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut 11 itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya, aka berjalanlah kamu dimuka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-
rasul).” 

Dalam pengertian lain, Tauhid berarti tidak melanggar segenap


perintah Allah menyerahkan diri secara total dan menjadi hamba-Nya.
Tauhid juga bisa dimengerti sebagai upaya merontokkan seluruh berhala
yang bersemayam didalam dan diluar diri; berhala gelar, title, kedudukan,
materi, harta (yang mana semua itu berpotensi untuk menghalangi kita
menerima dan berada dalam kebenaran).

FUNGSI „AQAL 

Yang mampu menerima, membahas, dan mempertahankan ajaran


Tuhan Yang Maha Esa adalah „Aqal. Tugas Aqal yang utama ialah menerima
tauhid dan meyakininya. „Aqal mestinya mampu memahami Ilmu Tauhid
untuk menghantarkan seseorang bertauhid. „Aqal hanyalah satu atom saja
dari ataom wujud yang keluar dari Tuhan (ciptaan tuhan). „Aqal tak pantas
menjadi wasit atau hakim untuk menghukum pekerjaan Tuhan, hikmat
rahasia-Nya pada makhluk-Nya, pengurusan-Nya, dan ketentuan takdir-

 
10
 Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa Dia
tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
11
 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

 
20

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 20/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Nya. Memahami ilmu tauhid seseorang kepada iman, „Aqal mestinya


berfungsi untuk menangkap dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

„Aqal juga sebagai sarana penangkap ilmu pengetahuan. „Aqal juga


merupakan alat untuk berpijaknya manusia dalam menerima Diin. „Aqal
yang telah sesat dalam menjalankan tugasnya, „Aqal hendaklah dituntun oleh
Naql (Wahyu).

ILMU TAUHID DAN IMAN

Ilmu tauhid adalah bagian dari Diiinul Islam yang menjelaskan tentang


ke-Maha Esaan Tuhan. Menurut ilmu Tauhid, ada dan terjadinya sesuatu,
apakah benda dan peristiwa nyata maupun tak nyata, tidaklah secara
kebetulan. Tak ada sesuatupun yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu
terjadi karena ada kesengajaan yang didorong oleh kehendak. Adanya
kehendak menunjukkan adanya kebijaksanaan dan kekuasaan yang tak
terlepas dari zat.

Menurut Ilmu Tauhid, Tuhan wajibul Wujud, adanya adalah sesuatu


yang wajib. Tuhan tak boleh tak mesti ada. Tak adanya tuhan adalah
mustahil. Selain tuhan adalah ciptaan-Nya yang disebut alam atau mahluk,
termasuk ruang dan waktu. Tuhan tak diciptakan, sedangkan alam dan
makhluk diciptakan-Nya dari tiada. Maka dalam sudut pandang dan
penghormatan (aspect dan respect)  apapun, tuhan tidak dapat disamakan
dengan alam atau mahluk, dan tak terikat oleh ruang dan waktu. Tak ada
persamaan tuhan dengan suatu unsur alam atau dengan sesuatu yang
bersifat alami. Oleh karena itu, bentuk-Nya tak mungkin dilukiskan atau
digambarkan, namaun yang pasti DIA ADA, berwujud dan bersifat.
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat kamu tinggal” QS. Muhammad ; 19 
“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-
kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?
bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari
kebenaran)”. QS. An-Naml ; 60 

 
21

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 21/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin
 Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
 petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu “  QS. At-
Taghaabun ; 11 

“Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak
menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).  QS. Al-Israa; 22 

“Itulah sebagian Hikmah yang  diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan


 janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan
kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam Keadaan tercela lagi dijauhkan (dari
rahmat Allah).” QS. Al- Israa ; 39  

Berbagai Figur Ketauhidan

Diantara pelbagai cirri khusus pernyataan al-qur‟an yang cukup


menarik ditelaah, selain memerintah dan melarang, adalah mem-perkenalkan
figure, sosok panutan, atau model. Isteri Fir‟aun yang merupakan figure
sekaligus teladan bagi orang-orang beriman.

Sebagaimana diketahui, isteri Fir‟aun bertahan hidupm (dalam


kebajikan) dikepung oleh situasi penuh tipu daya dan marabahaya. Dirinya
tetap tegar dan tidak sampai terpengaruh harta dan kedudukan sang suami
(Fir‟aun), bahkan imannya justru bertambah kokoh dari hari ke hari ia
senantiasa memohon kepada Allah agar dirinya terbebasakan dari (belenggu
Fir‟aun) keadaan yang menghimpitnya.12 

Pernyataan tentang sosok yang kafir. Salah satunya, isteri nabi Nuh
As. Dan isteri Nabi Luth. As Sungguh betapa keras pembangkangan dan
perlawanan yang dilakukannya terhadap kebenaran. Hawa nafsu telah betul-
betul menaklukkan dirinya sehingga menghalangi jalan masuk hidayah
(petunjuk). Meskipun ia mendiami rumah tempat Nabi Nuh. As (tempat
turunnya wahyu). Namun dirinya tetap berkubang dalam kekafiran.

Pahlawan Ketauhidan
Dalam kesempatan lain, Al-Qur‟an menampilkan sosok Nabi Ibrahim.
As. Dan katakanlah “Dan bukanlah ia termasuk orang-orang Musyrik”. 13 Kita tengok

12
 Fir‟aun berkata, „Sesungguhnya jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar -benar aku
akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” (Asy-Syu‟ara: 29) 
13
  Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang
lurus, dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang musyrik. (Ali-Imran: 95)

 
22

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 22/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kisah sejarah Nabi Ibrahim. As. Sungguh, kita akan mengetahui dengan jelas,
betapa beliau hidup sebagai pahlawan ketauhidan.

Nabi Ibrahim. As senantiasa berserah diri kepada Allah beliau tak


pernah gentar menghadapi pelbagai rintangan yang menghadang. Bahkan
,beliau berhasil melampaui dan mengatasi ujian-ujian yang dating dari Allah.

1.  Berkenaan dengan putera kecintaannya, Ismail, yang lahir


setelah menunggu selama seratus tahun. Pada suatu ketika Allah
memerintahkan beliau untuk menyembelih Ismail yang kala itu masih belia.

Disertai kepasrahan diri seutuhnya pada Allah. Beliau (Nabi Ibrahim)


langsung melaksanakan perintah tersebut tanpa pikir panjang.
Dengan hati yang tegar, beliau membaringkan Ismail, seraya
menempelkan sebilah belati yang tajam dileher puterannya tersebut. Sebelum
belati itu mengoyak leher Ismail. Allah memerintahkan Jibril untuk
menganntikan Ismail dengan seekor Kibas (seekor lembuh yang gemuk).
Inilah salah satu bukti beliau menghancurkan hawa nafsu yang bersemayam

dalam dirinya14 
2.  Dalam upayanya melawan pemimpin yang zalim, Nabi
Ibrahim. As berhasil menjatuhkan raja Namrud dengan menggunakan
senjata argument dan hujjah. 15 
3.  Dalam upayanya menghancurkan pelbagai patung dan berhala
fisik, beliau tanpa diliputi rasa takut menghadapi para penyembah bulan,
matahari dan bintang. Saat itu, saat itu Nabi Ibrahim. As melontarkan
pernyataan beliau adalah “ Aku Tidak menyukai kepada yang tenggelam” (inni la
uhibbul afilin).16 Berkat pernyataannya , beliau berhasil menyingkirkan hal-hal
merusak fitrah selama ini.
4.  Beliau juga memutuskan hubungan dengan kerabat dekat
dikarenakan Allah.17 
5.  Demi keagungan agama Allah, beliau rela mengorbankan
meninggalkan isteri dan anaknya yang masih menyusui ditengah padang
tandus yang kering (gurun).18 

14
  “Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya Demikianlah Kami
memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (As-Shafaat: 105)
Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah
s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
15
  Al-Baqarah: 258
16
  “Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
(Al-An‟am: 76) 
17
 At- Taubah: 104

 
23

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 23/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

6.  Dirinya tak pernah putus asa (tatkala ia dilemparkan kedalam


Kobaran api.19 
Selanjutnya kita tengok kisah Baginda Rasulullah. Saw dalam
menyeru kepada kafir Quraisy untuk meninggalkan sesembahan kaum
 jahiliyah (berhala) dan mengajak mereka kepada Allah. Akan tetapi
Rasulullah mendapat penolakkan secara keras dari kaum Quraisy hingga
Rasulullah. Saw. Di lempari batu, kotoran unta hingga ia berlumuran darah.

Tugas utama Rasulullah. Saw adalah menyeru manusia kepada


keimanan yang benar. Sabda Rasulullah. Saw “Tafakkaru fi khalqillah wa laa
tafakkaru fi zaatihi fatuh liku  “Berpikirlah kamu tentang makhluknya
(ciptaanya) dan janganlah kamu berpikir tentang Zat-Nya. (H.R. Abu
Nu‟aim). Dari Abu Sufyan Bin Abdullah, katanya, “Kataku kepada
Rasulullah Saw., Ajarkanlah kepadaku prinsip tentang Islam sehingga akau
tak perlu lagi bertanya kepada orang lain. Jawab Rasulullah. Saw Qul
aamantu billahi fastaqim (ucapkanlah aku beriman kepada Allah, kemudian

berpegang teguh, Istiqomah, berlaku jujurlah (H.R. Muslim).


Saudaraku, jaganlah kita tertipu oleh orang yang mengatakan bahwa
tak semua kegiatan (amal) memerlukan Iman. Semua amal harus bersandar
kepada Iman, baik amal jiwa, amal badani, maupun amal melalui harta dan
ilmu. Keperluan hakiki manusia adalah SALAM (selamat, sejahtera dan
harmonis).

Kemantapan Ke-Imanan/Keyakinan yang tersimpul dalam hati


(AQIDAH) dibangun dengan Iman yang bersandar kepada jalan untuk
mengenal Allah.

a.  Tauhid Rububiyah


Kata Rububiyah berasal dari akar kata Rabb secara etimologi
pengertiannya, menumbuhkan, mengembangkan, mencipta, memelihara,
memperbaiki, mengelola, memiliki.  Secara Terminologi Tauhid Rububiyah,
bahwa Allah. Swt adalah Tuhan pencipta semua makhluk dan pencipta alam
semesta. Dia juga memelihara makhluk-Nya, memberi hidup, kehidupan dan
mengendalikan segala urusan. Menghidupkan seluruh kehidupan dan yang

18
 Ibrahim : 37
19
  Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim",(Al-Anbiyaa: 69)

 
24

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 24/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

mematikan seluruh kematian. (Qs. An-Naas : 1) ayat lain yang berkaitan


dengan Tauhid Rububiyah yakni (Qs. Luqman : 2) dan (Qs. Fathir : 3).

  Memahami Rububiyah Allah


Setiap orang, baik muslim maupun kafir, pasti mengakui bahwa yang
menciptakan alam ini ialah Allah, sang Maha Pencipta. Tapi ironisnya
diantara sekian banyak penduduk bumi yang mengakui Rububiyah Allah,
hanya sedikit yang mengabdikan diri kepadaNya.
Rububiyah Allah juga mengandung pengertian bahwa Allah Swt
adalah pelaku mutlak dalam setiap kejadian, misalnya dalam penciptaan,
pengaturan, perubahan, penambahan, pengurangan, penentuan langkah,
dalm menghidupkan, mematikan dan membuat sesuatu. Tidak ada sekutu
bagiNya.
Predikat Al-Khalik, Al-Malik dan Al-Mudabbir hanya layak disandang
oleh Allah Swt. Karena dialah yang menyandang sifat kesempurnaan,

keagungan, dan keindahan. Zat Yang Maha Sempurna itu pasti hidup,
mendengar, melihat, berkuasa dan mempunyai kalam. Allah Swt berfirman:
“Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan
semesta alam.” (QS. Al-Jatsiyah : 36).
“Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah (yang sebenarnya)
 petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam”. (QS.
Al-An‟am : 71). 

Pengabdian manusia terhadap manusia adalah pekerjaan yang


menyesatkan. Bukan itu saja, pkerjaan itu juga mendudukan kita pada
derajat yang sangat rendah, karena berarti hal itu telah mengingkari karunia
yang diberikanNya. Oleh karena itu kita harus mengarahkan niat hanya
untukNya, karena dialah yang pantas menerimanya.
Allah Swt berfirman:
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An‟am : 162). 


Manusia harus menyadari bahwa segala gerak-gerik dan diamnya
berjalan atas qudrat dan iradatNya. Baginya tak ada sesuatupun yang raib.
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya” (QS. Qaaf : 16).

 
25

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 25/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan
atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk :
14).
Oleh karena itu orang mentauhidkan Rububiyah Allah tapi tidak
disertai dengan mentauhidkan UluhiyahNya, bahkan dia sengaja membuat
aturan yang menentang, maka Tauhidnya itu tidak akan memberi manfaat
sedikitpun. Bahkan ia telah berada dalam daerah kemusyrikan.20 
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup21  dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-
Nya)?" (QS. Yunus : 31).
 Jelaslah bagi kita, ternyata sejak manusia berada dalam rahim ibunya
dan tatkala Allah hendak memasukan roh kedalam jiwanya, dia telah
mengakui Rububiyah Allah. Allah bertanya, “Bukankah Aku ini Rabbmu?”
Manusia menjawab, “Benar, wahai Rabbku, Engkaulah Rabbku.” 
Manusia memang tak pandai mensyukuri nikmat Allah Swt. Mereka
bahkan membalas kenikmatan dengan keangkuhan dan kesombongan.
Mereka membuat aturan sendiri sesuai dengan kehendak nafsunya. Mereka
tidak saddar bahwa dirinya diciptakan dari bahan yang tidak ada harganya,
hina dan menjijikan, yaitu air mani (air yang dipancarkan), tetapi mengapa

setelah menginjak dewassa dan setelah mampu berpikir, mereka justru


menjadi pembangkang?
Allah Swt berfirman :
“...tiba-tiba menjadi pembangkang yang nyata.” (QS. Yaasin : 76).

b.  Tauhid Mulkiyah


Kata Mulkiyah berasal dari akar kata malaka”. Isim failnya dapat dibaca

dengan dua macam cara : 1.  Malik dengan huruf  Mim dibaca panjang, berarti
yang memiliki. 2.  Malik  dengan huruf  Mim dibaca pendek artinya yang

20
  Muhammad Said Al-Qathani, Muhammad Bin Abdul Wahab, Muhammad Qutub.
“Memurnikan Laa Ilaaha Illallah”, Gema Insani Press. Hlm.14.
21
  Sebagian Mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam dari
telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa
dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.

 
26

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 26/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menguasai (menguasa maknanya lebih luas dari pada memiliki, karena


dalam menguasai sudah barang tentu memiliki).
Pengertian secara terminology Tauhid  Mulkiyah adalah suatu
keyakinan bahwa Allah. Swt adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki,
karena dalam menguasai seluruh makhluk dan alam semesta. Ia berhak dan
bebas melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Firman-Nya dalam Al-
Qur‟an Al-Fatihah : 4.

c.  Tauhid Uluhiyyah


Adalah pengakuan dan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya
Zat yang berhak disembah. Pengakuan tersebut selanjutnya direalisasikan
dalam bentuk penyembahan, Ibadah dan pengharapan dari setiap doa-
doanya. Sebagian ulama mendefinisikan Tauhid  Uluhiyyah ini seorang hamba
bias disebut Muslim. Karena telah melaksanakan perintah-perintah agama,
yaitu ibadah. Maka bias dikatakan bahwa bentuk lahir Tauhid Uluhiyyah

adalah menjalankan rukun-rukun Islam. Seorang hamba bias saja telah


mencapai Tauhid Rububiyah, namun belum mencapai Tauhid Uluhiyah,
seperti seorang yang telah mempercayai keberadaan Allah namun belum
mau meneggakan rukun-rukun Islam.

  Uluhiyyah Allah
Uluhiyyah Allah adalah suatu pernyataan tegas dari hambaNya yang

menyatakan bahwa Dia lah Ilaahul haqq, tak ada ilah selain Dia dan kita wajib
mengilahkanNya, rasa rendah diri terhadapNya dan diikuti oleh kepatuhan
kepadaNya.
Orang yang bertauhid uluhiyyah Allah harus mengabdi semata-mata
kepada Allah dan tidak menyembah yang lain. Ia hanya takut kepadaNya,
dan hanya Dia lah sandaran harapanya. Mencintai dan membenci manusia
pun harus karena Allah, bukan karena kemauan naluri dan nafsunya.

Oleh karena itu tauhid uluhiyyah merupakan bagian dari tauhid


Rububiyyah dan asma sifatNya. Dia lah Rabb dan ilah yang menguasai
semesta alam. Dia pula yang memiliki sifat kesempurnaan dan keagungan
sebagaimana yang tercakup dalam tauhid asama dan sifatNya.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tauhid inilah yang membedakan
orang yang bertauhid murni dengan orang musyrik. Barang siapa yang tidak

 
27

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 27/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

memenuhi kriteria tauhid uluhiyyah maka ia masih terikat kedalam


kemusyrikkan. Konsep laa ilaaha illallah juga diberikan kepada para rasulNya
dalam rangka menyeru umat manusia agar mengabdikan diri hanya kepada
Rabbnya semata dan menolak segala bentuk ilah.
Allah Swt berfirman:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut22itu", (QS. An nahl :
36).
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
 Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-Anbiya‟ : 25). 

Kemudian nabi Ibrahim. As mengatakan:


“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan” (QS. Al-Anbiya‟ : 79). 

Yang dituntut dari kalimat Tauhid itu adalah agar manusia mengikuti
 Manhaj para nabi. Untuk mencapai tuntutan itu kita harus memusatkan niat
dan tujuan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla dengan melakukan berbagai
aktifitas ibadah yang disertai dengan keikhlasan.23 

d.  Tauhid Ubudiyyah


Kata Ubudiyyah24 ,  berasal dari akar kata „Abada” secara Etimologis

berarti menyembah, mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat, patuh memuja yang
diagungkan (Al- Ma‟bud). Sedangkan secara terminology Tauhid Ubudiyyah
adalah suatu keyakinan bahwasanya Allah. Swt. Merupakan Tuhan yang
patut disembah, dipatuhi, ditaati, dipuji dan diagungkan, tidak ada yang
berhak disembah melainkan Allah. Swt.

e.  Tauhidullah dalam Asma dan SifatNya

1.  Mensucikan dan mengagungkan Allah dalam hal kesempurnaanNya


untuk tidak menyamakanNya dengan MakhlukNya.

22
  Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
23
  Ibid. Hlm.19
24
  LSI UMS. Hal.26

 
28

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 28/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Allah menyerukan kepada setiap muslim agar mensucikanNya,


yakni memiliki sifat tidak beristri, tidak bersekutu, tidak memiliki
tandingan dan menyuruh kita agar hanya berlindung kepadaNya. Dia
tidak memerlukan istirahat, tidak mengantuk dan tidak lelah. Dia tidak
mati, tidak bodoh, tidak zalim, tidak lupa dan tidak memiliki sifat-sifat
kekurangan lainnya. 
 2.  Menerima keterangan yang sudah jelas datangnya dari kitabullah dan
 Rasulullah tanpa membatasinya.
Kita wajib menerima ketetapan nama-nama dan sifat-sifat Allah,
seperti yang disebutatkan dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah. Ini harus
dikaitkan dengan pendengaran bukan dengan pendapat akal kita.
Kita harus mensifati Allah sesuai dengan sifat-sifat yang
diberkanNya, atau sifat-ssifat yang telah ditetapkan Rasulullah. Kita juga
harus memberi nama sesuai yang telah ditentukan dalam kitabNya,
sebab Allah Azza Wa Jalla lebih mengetahui dirinya sendiri, baik

mengenai sifat-sifat maupun nama-namaNya.


Allah Swt berfirman :
"Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah,?“ (Al-Baqarah : 140). 
3.  Tidak menafsirkan asma dan sifatNya berdasarkan pendapat dan
akalnya sendiri, dan tidak menggambarkanNya.

f.  Kapan Iman terhadap Asma dan Sifat Allah menjadi cacat?

1.  Meyerupakan sifat Khalik (Maha Pencipta) dengan MakhlukNya. 


Hal ini terjadi misalnya dengan mengatakan bahwa Allah itu
beranak, mempunyai ibu-bapak, atau menyamaiNya dengan patung-
patung. Ada juga menyerupakan “tangan Allah” dengan tangan
makhlukNya, menyerupakan “wajah Allah” dengan wajah makhlukNya,
atau menyerupakan “singgasana Allah” dengan singgasana

makhlukNya.
 2.  Menafsirkan serampangan dan menyimpang dari kaidah yang
dikehendaki syariatNya. 
Hal ini dilakukan dengan membelokkan, menambah atau
mengurangi bahkan merubah harakat (bahasa) asli Qur‟an tentang Asma
dan sifatNya. Misalnya, kalimat “wa kallamallahu Musa takliimaa...”

 
29

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 29/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

diganti dengan “wa kallamallaha Musa takliimaa..” (An-Nisa: 164).


Mereka menganggap bahwa yang berbicara itu bukan Allah tapi Musa.
3.  Mengingkari sebagian sifat dan asmaNya. 
Ini berarti telah mengingkari sifat kesempurnaanNya dan juga
mengingkari aktifitasNyaa. Ia menyangkal dan mengatakan bahwa Allah
itu tidak berkuasa atas segala sesuatu. Ia menganggap bahwa Allah tidak
mampu menghilangkan kemiskinan atau jenis-jenis penyakit tertentu.
Dll.
 4.  Menggambarkan bentuk sifat Allah dengan rekaan nafsunya sendiri, dan
menggambarkan asma dan sifatNya secar visual.  
Hal ini tidak pernaah dilakukan oleh kaum salaf dari para sahabat
Nabi Saw, para tabi‟in dan penerusnya yang shaleh, yang tidak
menyombongkan ilmunya. Mereka yakin bahwa pekerjaan mengira-
ngira, menafsirkan, menyerupakan dan menggambarkan Allah hanya
akan menjauhkan diri dari keimanan yang teguh, dan hal itu akan
memusingkan kepala sendiri. Bagi mereka apa yang tercakup didalam
Al-Qur‟an dan As-Sunnah mengenai keterangan Asma dan SifatNya
sudah cukup meyakinkan.
Kini yang perlu kita yakini sepenuh hati addalah mengenai sifat
dzatiyyahNya. Kita harus yakin bahwa Allah itu hidup, berkuasa,
mendengar, melihat, berilmu, kalam, qidam, baka, maalik dan
mempunyai sifat Udzmah, takabbur, rahman dan rahim, serta hikmah. 25 

Peringatan

Dalam usahanya membelokkan umat manusia dari garis lurus dan lingkaran
ketauhidan, mereka (musuh-musuh ketauhidan) senantiasa mengembar-gemborkan
berbagai propaganda dan slogan yang sedemikian memikat, sembari pula menebar janji-janji
membual. Akan tetapi, al-Qur‟an mengatakan bahwa semua itu pada hakikatnya nihil, tidak
memiliki arti, dan hanya sebentuk istilah-istilah belaka. 26 

25
  Ibid . Hlm. 23-26.
26
  Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-
adakannya. (An-Najm: 23)

 
30

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 30/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

3.  Akidah Membentuk Jiwa

Akidah menurut ketentuan (bahasa Arab), ialah sesuatu yang


dipegang teguh dan terhujam kuat didalam lubuk jiwa dan tidak dapat
beralih padanya.

Sesuatu yang telah tumbuh kuat dalam jiwa (hati) dengan sesuatu
yang dianut dan dipercaya oleh manusia tanpa melihat kepada asal-usul
pertumbuhannya.

Allah. Swt . berfirman:


“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan
 Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah
Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".  (QS. Al. Baqarah : 170)

“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di  langit dan di bumi. tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman".  (QS. Yunus ; 101)

Akidah Ahlul Sunah

Akidah Ahlul Sunnah ialah Allah Ta‟ala yang Maha Tinggi dan Maha
Suci adalah Esa tiada sekutu bagi-Nya, tunggal tiada yang menyerupai-Nya,
sendirian tiada bandingan-Nya, bersifat Qadim tanpa awal, Azal tanpa
permulaan, hidup terus tanpa akhir, Abadi tanpa penghabisan. Hidup terus
tanpa terputus, sejak dulu sampai sekarang tetap memiliki sifat keagungan.
Allah tidak dapat binasa dan tidal dapat terputus dengan terputusnya abad-

 
31

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 31/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

abad, tetapi Dialah yang Permulaan dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang
Batin.27 

Dalam kitab  Al- Araa‟ wal u‟taqadat, mentakrifkan   bahwa akidah itu,


ialah keimanan yang tumbuh dari suatu sumber yang tak dapat dirasakan
yang memaksa manusia mempercayai sesuatu. Akidah merupakan ilham
yang tumbuh dengan sendirinya yang tak dapat dirasakan, tumbuh dari
sebab-sebab yang terlepas dari pengaruh kemauan.aguan. bersatunya Akidah
antara bangsa-bangsa atau berdekatan akidah itu antara dengan satu dengan
yang lain, membawa kepada bersatunya tujuan dan pikiran serta
menghasilkan kerjasama diantara sesame mereka.

Akidah mempunyai pengaruh besar terhadap pikiran dan kehendak


manusia. Seorang yang ingin melakukan sesuatu tak dapat menghindari
pengaruh akidahnya saat ia merencanakan. Karena itu cara-cara yang
ditempuh manusia dalam merencanakan sesuatu atau dalam menetapkan
hokum adalah mengikuti akidahnya. Iradat  yang digerakkan oleh akidah

lebih kuat dan lebih bekerja dari pada Iradat yang dipengaruhi ker
Akidah yang benar, merupakan sendi bagi pikiran yang lurus,
pendapat yang benar dan usaha yang penuh bijaksana. Dialah tiang tonggak
bagi kesempurnaan manusia dan sandaran yang kuat bagi budi pekerti
manusia. Akidah adalah makanan rohani yang sangat diperlukan jiwa seperti
halnya badan memerlukan makanan. (Qalbu) hati hanya bisa merasakan dan
 juga wadah yang sangat rentan terhadap masuknya akidah yang salah.

Seringkali kita baca diharian-harian diradio, berita yang kita dengar.


Ada yang tertipu dengan orang yang pandai (mengaku sakti) Dukun, Tukang
Teluh (Santet), Peramal, Paranormal dan sebagainya. Mengicuh dan
menyerupakan dirinya sebagai wali Allah. Yang dapat melakukan sesuatu
didunia ini diluar batas kemampuan manusia lainnya. Seseorang yang
Akidahnya yang rusak dan lemah maka ia akan lekas percaya spontan
menyerahkan hartanya pada si wali. Agar ia memperoleh berkat dari sang
wali.28 Naudzuubillah.,

Allah. Swt Berfirman :

27
 Imam Al-Ghazali. Ringkasan , IHYA ULUMUDIN, Pustaka Amani. Hal. 16.
28
 Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahibnya sebagai Tuhan selain Allah.
(At- Taubah: 31)

 
32

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 32/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


 pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ” (QS. Al-Israa : 36).

Begitu juga, pada jaman sulit pada saat ini, minyak dan harga
melambung tinggi, orang yang Aqidah dan keyakinan agama nya lemah, bila
ada misionaris Kristen yang menawarkan bantuan dana kepada kaum
muslim miskin asalkan mereka murtad dan keluar dari Islam. Pilihannya ada
pada diri mereka. Ada orang yang menolak mentah-mentah. Dari pada
murtad lebih baik hidup apa adanya. Namun, boleh jadi, ada orang yang rela
mengorbankan Aqidahnya hanya demi perut dan harta serta jabatan dan
murtad keluarlah ia dari Islam. Naudzuubillah,. 

Seperti halnya cerita di zaman Firaun, Siti Masitho yang ditawarkan


Raja Firaun untuk merubah Aqidahnya dari menyembah Allah dan tunduk
patuh menyembah Firaun Laknatullah sebagai Tuhannya. Bila ia menyembah
Firaun maka ia dan keluargannya akan selamat dari siksa Firaun, sebalikknya

apabila ia menyembah Allah maka ia dan keluarganya akan dimasukkan


dalam bejanah besar dimana dalam bejanah tersebut ia dan keluargannya
akan direbus didalam air yang mengelegak, akan tetapi Siti Masitho tidak
mau menukar Aqidahnya dengan menyembah Firaun sebagai Tuhannya, ia
lebih memilih direbus bersama anak-anaknya didalam bejanah, demi
mempertahankan Aqidah. Allah lukiskan kisahnya didalam Al-Qur‟an.
Sehingga hingga akhir zaman kuburan ( Maqom) Siti Masitho harum

semerbak kasturi, yang diceritakan dalam kisah Isra Mi‟raj Nabi Muhammad.
Saw. Subhanallah,.

Dan diantara tekanan akidah yang rusak, ialah penyembahan berhala


dan menempatkan berhala ditempat yang lebih tinggi dari martabat manusia,
padahal berhala itu lebih rendah dari pada hewan. Allah. Swt. Berfirman:
“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah
makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala
itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang
orang-orang yang benar.”
“Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan,
atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau
mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang
dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang

 
33

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 33/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)-
ku. tanpa memberi tangguh (kepada-ku)". (QS.Al-A‟raf : 194-195).

Saat ini berhala yang dibuat Syaithan dalam menipu umat manusia
agar tersesat dari jalan Allah sudah sangat modern, akidah sudah tidak
dihiraukan lagi, tidak sedikit orang yang menjadikan uang sebagai tujuan
hidupnya, ia berpikir bahwa uang adalah segalanya, dengan uang semua
dapat dibeli, hidupnya dihabiskan untuk mencari uang, mereka tidak
mensyukuri pemberian Allah selalu merasa kekurangan terus-menerus,
dalam hal harta benda, akhirnya ia lalai dalam menjalankan perintah Allah,
karena sibuk dengan mencari uang siang dan malam, tanpa ia sedari ia telah
menjadi budak budak uang dan menyembah uang. Begitupun dengan
 jabatan semua berlomba-lomba untuk mendapatkannya hingga ia lupa
bahwa jabatan adalah amanah siapa memangku jabatan adalah musibah
yang sebenarnya. Akan tetapi mereka tidak menghiraukan untuk
mendapatkan jabatan mereka rela mengorbankan apa saja, asalkan

memperoleh jabatan. tanpa mereka sedari mereka telah menjadi budak-


budak jabatan (budak Hawa Nafsu), itulah tipu daya syaithan kepada umat
manusia. Naudzuubillah.,

Nyatalah sudah kepada kita pengaruh akidah dalam kehidupan


perorangan atau masyarakat dan bangsa bernegara dan tentang kebutuhan
kita kepada Akidah yang benar, dan telah nyata pula bahwa dari orang-
orang yang sah akidahnya dan sejahtera pikirannya, terbina umat dan bangsa
yang kuat.
Maka diantara kewajiban atas seseorang yang mencari kesempurnaan,
adalah berusaha memperoleh Akidah yang benar luruslah jalan pikirannya
dan amal usahanya. Dan diantara yang wajib atas ulul Amri, baik dia
penguasa, para cendikiawan dan ahli-ahli pikir, memerangi aneka khurafat
dan persangkaan-persangkaan yang berkembang dalam masyarakat serta
mengarahkan umat kepada akidah-akidah yang benar agar berwujudlah
kesatuan dan kekuatan atas sendi kebenaran.

Menyerukan manusia kepada meng-Esakan Khaliq  (pencipta) dan


mengitikadkan bahwa Allah sendirilah yang menciptakan makhluk,
menyelesaikan segala kebutuhannya dan tak ada sesuatu pun makhluk
dimuka bumi ini yang mempunyai kekuasaan ghaib atau nama Allah,
memberi rezeki, memuliakan dan menghinakan hamba-Nya.

 
34

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 34/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al


Quran itu. pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah
orang-orang yang melupakannya, sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang Rasul-
rasul Tuhan Kami membawa yang hak, Maka Adakah bagi Kami pemberi syafa'at
yang akan memberi syafa'at bagi Kami, atau dapatkah Kami dikembalikan (ke dunia)
sehingga Kami dapat beramal yang lain dari yang pernah Kami amalkan?". sungguh
mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-
tuhan yang mereka ada-adakan.” ( QS. Al-A‟raf : 53). 

Dengan Ketauhidan seorang hamba hanya menjadi hamba bagi Allah.


Swt semata. Dia tidak akan tunduk pada uang, wanita, jabatan, harta benda,
sawah ladang perhiasan dan sebagainya. Dengan faktor ini manusia
memperoleh kebebasan berpikir, kebebasan Iradat. Dua hal inilah asas
kesempurnaan manusia dan kemajuannya. Dari manusia-manusia yang
demikianlah tersusun umat Islam yang teguh dan kuat. Insya Allah.

 
35

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 35/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

4.  Dasar Dan Pokok Agama

Segala puji hanya bagi Allah apa yang dilangit dan apa yang ada
dibumi semua bertasbih kepada Allah. Bumi berputar pada porosnya dan
tidak pernah berubah dan berhenti dan tidak pernah ia keluar jalur edarnya,
Matahari, Bulan berotasi dan berevolusi, semua bertasbih tunduk pada
perintah Allah. Air di samudera membentuk pusaran bertasbih kepada Allah,
Angin bahkan tanah sekalipun yang diinjak-injak oleh manusia pun bertasbih

kepada Allah. Inilah persembahan untuk umat terbaik yang ada dimuka
bumi ini, umat Muhammad. Saw. Shalawat dan salam baginnya beserta
keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

 Ashl (Dasar) dan Qaa‟idah (Pokok Agama) itu ada dua.

Pertama : Perintah untuk beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, mengajak untuk mengerjakannya, serta memiliki  Al-Muwalaah 

(kepedulian) terhadapnya, dan siapa yang menentang maka ia adalah kafir”


Naudzbillah_

Suatu hal yang pertama kali diperintahkan kepada setiap Rasul yang
diutus Allah Ta‟alaa kepada kaumnya adalah supaya mereka menyebah
Allah saja tidak menyembah lainnya.

Di Makkah Nabi Muhammad. Saw sempat menetap sepuluh tahun

lebih untuk berdakwah agar umat manusia hanya beribadah kepada Allah,
tidak ada sekutu baginya, sebelum memberikan kewajiaban shalat dan
kewaajiban syariat lainnya, tauhid merupakan landasan agama dan dasar
pokoknya.

       


      

 
36

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 36/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

      


    

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.2. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.3. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan,4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."  (QS. Al-Ikhlas
: 1- 4).

Itulah konsep ketuhanan dalam Islam yang mengajarkan akan keesaan


Tuhan Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa, tidak ada sesuatupun
yang setara dengan-Nya. Dengan pendekatan logika saja akan dapat kita
pahami dengan jelas, andaikata Tuhan itu berbilang maka akan terjadi
persaingan dan perebutan kekuasaan. Dan itu pasti akan berakibat pada
kehancuran alam dan segala isinya. Dia tidak mungkin (Mustahi)  memiliki
sifat-sifat yang sama atau mirip dengan yang lain (Makhluk), misalnya
mengalami proses kelahiran, beranak atau menjelma. DitanganNya otoritas
Iradah dan Qudrah secara mutlak. Andaikata kemutlakan otoritas itu terbagi,
atau Tuhan memiliki sifat-sifat yang mirip dengan pihak lain, maka
kelangsungan kehidupan ini niscaya akan hancur.29 

Tauhid merupakan asal yang pertama dari seluruh keyakinan dalam


ajaran Islam. Tauhid adalah suatu keyakinan kepada Tuhan yang maha Esa.
Mempunyai sifat menentukan garis hidup makhluknya, ia sebagai raja,
pemberi hukuman/ganjaran, pemberi petunjuk, yang mutlak ,memelihara,
menjaga dan mengatur seluruh gerak-gerik makhluknya bahkan sekecil
apapun tidak akan pernah luput dari pengawasannya, bahkan isi yang ada
dalam hati manusia.

Tauhid bagi manusia menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan


kemanusian yang tinggi, tauhid-lah yang mampu mendidik jiwa manusia
untuk mengikhlaskan seluruh hidupnya kepada Allah saja. Tauhidlah yang

mampu konsekuensi bertauhid adalah terbinanya akhlak, karakter, menjadi


manusia jujur sesuai fitrahnya, teguh memegang amanah. Orang yang
bertauhid akalnya sehat dan berfungsi dengan benar, terbimbing oleh wahyu,
tujuan hidupnya hanya untuk Allah semata. Dan harapan dan cita-cita
dikejar dan diperjuangkan untuk mendapat kerihaan-Nya.

29
 Ustdaz. Mohammad Farhad dan Ustd. Abdullah Farouk. “Membangun Moralitas Umat”.
Penerbit Amelia. Januari. 2005. Surabaya. hlm. 66.

 
37

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 37/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Dalam surah Ali Imran ayat 18;  

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu,
(juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 

Dan dalam surah Al-Anbiyaa Allah. Swt berfirman;

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan


Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
 Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".

Kedua ; mengingatkan agar tidak berbuaat syirik dalam beribadah kepada


Allah, tegas dalam menyingkapi kesyirikan keras dalam memusuhinya, dan
mengkafirkan orang yang mengerjakannya.

Maksudnya, peringatan keras untuk tidak berbuat syirik dalam


beribadah kepada Allah Ta‟alaa  karena kesyirikan merupakan dosa yang
paling besar. Kata asy-syirk berarti bagian. Syirk adalah bagian (serikat). Kata
syaaraktuhu berarti jika anda bersekutu dengannya, sedangkan yang berbuat
sekutu berarti dia seorang musyrik, yakni jika dia menjadikan sekutu bagi-
Nya. Nau‟uudzubillaah. 

Syirik yang besar adalah menyamakan selain Allah,


mempersekutukannya dengan hal-hal yang istimewa bagi seseorang. Ayat

yang pertama turun kepada Nabi. Saw untuk memberi peringatan akan
kesyirikan adalah firman Allah Ta‟alaa:

“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!” (QS.
Al-Mudatstsir:1-2).

Peringatan untuk tidak berbuat syirik kepada Allah Ta‟alaa. Hal itu
menunjukkan bahwa larangan berbuat syirik merupakan larangan yang
paling keras disampaikan. Ia merupakan dosa pertama yang diperingatkan

untuk tidak dilakukan. Tegas dalam menyikapi kesyirikan. Maksudnya


tegas dalam menegakkan larangan berbuat syirik dan mendekati berbagai
sarana yang mengantarkan kepada kesyirikan. Sebab kesyirikan adalah
kezhaliman yang paling zhalim dan kebathilan yang paling bathil.
Kesyirikkan menghancurkan keimanan menghinakan Tauhid, sekaligus
bentuk Su-Uzhzhan   (berburuk sangka) kepada Allah Rabbul Izzati, yang

 
38

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 38/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

maha mulia, tinggi, maha suci tuhan semesta seru sekalian Alam. Syirik
merupakan kemaksiatan yang paling buruk dan kejahatan yang paling jahat
diatas semua kemaksiatan.

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta‟alaa:


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.” (QS. An Nisaa : 48).

Sebagaimana di Firmankan dalam surat lainnya:


“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
 Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai
Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim
itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maaidah: 72).

Oleh karena itu, setiap Muslim berkewajiban untuk melawan, dan


memusuhi jalan para pelaku kesyirikan baik mereka sebagai keluarga dekat
maupun jauh. Pasalnya, kedekatan itu pada hakikatnya adalah kedekatan
agama, bukan kedekatan Nasab. Dengan demikian, seorang Muslim
meskipun rumahnya berjarak jauh dengan saudaranya, maka dia tetap
saudara seagama. Sementara orang kafir, sekalipun dia saudara kandung
anda, sebenarnya dia adalah musuhmu dalam hal agama. Maka dari itu,
diharamkan bagi setiap muslim untuk menjadikan orang-orang kafir sebagai
penolong, tetapi sebaliknya ia harus dijadikkan sebagai musuh dan orang
yang paling dibenci.

Allah Ta‟alaa telah menafikkan keimanan dari orang yang


menyayangi dan mencintai orang-orang kafir, sebagaimana dalam Firman-
Nya: 
“ Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan

 
39

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 39/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan 30  yang
datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka,
dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah
 golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan
yang beruntung.” (QS. Al-Mujaadilah: 22).

Dengan demikian, Keimanan dan kecintaan kepada musuh-musuh


Allah tidak akan pernah bersatu, bahkan anda tidak akan mendapatkan
orang-orang Mukmin, melainkan selalu menentang orang-orang yang
melawan Allah dan rasul-Nya, serta memusuhi orang-orang yang memusuhi
Allah dan Rasul-Nya. Wallahu Alam.

30
  Yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan
terhadap musuh dan lain lain. 

 
40

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 40/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

5.  Meniti Jalan Hidayah

Secara bahasa,  Al-Huda atau al-Hidayah bermakna al-bayan (penjelasan


petunjuk). Kata-kata Hada-Yahdi berarti ar-syada, yakni menunjuki,
memberikan hidayah, memberikan penjelasan dan petunjuk. Turunan dari
kata Hada adalah Ihtada‟  artinya naulul hidayah (memperoleh hidayah),
tholabul hidayah (mencari hidayah), dan  Aqama alal hidayah

(menetapi/meneggakan dan berjalan diatas hidayah).


“Tunjukilah Kami jalan yang lurus,”  (QS. Al-fathihah : 6)

Pengertian Ihdina  (tunjukilah kami), dari kata hidayat: memberi


petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan
sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”  (QS. Al-Balad : 10)

Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan.
“(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan
menunjukinya kepada jalan yang lurus.”  (QS. An- Nahl : 121).

Dalam Surat lain Allah. Swt Berfirman:


“Selain Allah; Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.” 

(QS. Ash- Shaffat : 23).

Allah. Swt telah memberikan hidayah kepada manusia, sementar itu


manusialah yang berupaya untuk mencari, mendapatkan dan menetapi
hidayah tersebut. Mereka yang berupaya untuk mencari dan memperoleh
hidayah Insya Allah  akan mendapatkan hidayah tersebut. Jadi sama-sama
diberi hidayah, tapi ada yang mendapatkannya ada juga yang tidak.

Diumpamakan sebagai berikut; ada dua orang yang mengendarai


mobil, kedua sopir tersebut sama-sama bertujuan ke Merak. Mereka sama-

 
41

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 41/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

sama berangkat dari Bogor. Ketika masuk dijalan tol, disana tertera petunjuk
Lurus-Jakarta, Belok kanan-Bandung. Keduannya sama-sama diberi
petunjuk. Namun, bila sopir tadi yang ingin ke Merak tadi belok kanan, maka
ia tidak akan sampai di Merak, sekalipun mendapatkan arah petunjuk.
Namun, bila sopir yang akan sampai ke Merak hanyalah sopir yang setiap
ada petunjuk menuju merak ia ikuti, maka ia akan sampai di Merak. Merka
sama-sama diberi petunjuk namun tidak semuannya memperoleh petunjuk.
Mereka yang mendapat petunjuk, mereka yang benar-benar mencari dan
berjalan sesuai petunjuk yang diberikan padanya itulah makana kata Hada-
Yahdi (Hidayah) dan Ihtada‟ Yahtadi. 

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu  Al kitab (Al Quran) untuk


manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk Maka
(petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia
semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah
orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.”  (QS. Az-Zumar : 41).

 Jadi manusialah yang mencari hidayah dan mengikuti hidayah, dia


pulalah yang sesat akibat memilih kesesatan. Apabila ia mencari dan
mengikuti hidayah niscaya ia sampai pada hidayah melalui akal, pikiran,
usaha dari upayanya itu.

Hal yang sama, saat seseotrang berada dalam kesesatan sesungguhnya


ia berada dalam kesesatan akibat akal, pikiran, usaha dan upayanya mencari
dan mengikuti kesesatan. Seseorang berada dalam hidayah terserah dia, hak
memilih ada padanya. Seorang manusia dalam hidayah ataukah kesesatan
tidak sama halnyadengan keberadaan dia didunia, mau berjalan diatas
hidayah (petunjuk Allah. Swt) atau melanggarnya sehinga sesat, terserah
pilihannya.

Allah. Swt memerintahkan Shalat, ada yang memilih menunaikannya


ad juga yang mengabaikannya. Allah memerintahkan puasa di bulan
Ramadhan, ada yang memilih melaksanakannya ada juga yang tidak
menghiraukannya.  Allah Rabbul Izzati mewajibkan menerapkan Islam secara
total (kaffah), ada yang memilih netral, ada juga yang menentangnya habis-
habisan. Itulah realitas manusia dalam memilih petunjuk (hidayah) atau
kesesatan (dholalah), jadi petunjuk dan kesesatan berada dalam daerah yang
dapat dipilih manusia itu sendiri.

 
42

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 42/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka


Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat
 petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". 
(QS. An-Naml : 92).
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk Maka
(petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia
semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah
orang yang bertanggung jawab terhadap mereka”. (QS. Az-Zumar : 41).

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
 perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat,
sesat yang nyata”. (QS. Al- Ahzab : 36).

“Barangsiapa yang mengerjakan amal  yang saleh Maka (pahalanya) untuk


dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya)
untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-
hambaNya”. (QS. Fushshilat : 46).

Nyatalah Allah Subhannahu wata‟ alaa  telah memberikan petunjuk


kepada setiap orang. Kecendrungan baik atau buruk dalam diri manusia
(Qabliyah). Setiap manusia dikaruniai hidayah berupa akal, dari akal inilah

yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia yang tidak


menggunakan akalnya untuk memahami kebenaran akan jauh tersesat,
bahkan lebih sesat dari binatang. Naudzuubillah min Dzalik,.
“ Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka

mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat


 Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka
Itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A‟raf : 179). 

Adanya akal pada diri manusia akan lahir dua jenis manusia. Ada
manusia yang menggunakan akalnya untuk memahami dan mengikuti

 
43

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 43/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Firman Allah. Swt yang dibawa RasulNya. Ada juga orang yang justru
menggunakan akal untuk menentangnya. Astagfirullah,.

Pada sisi lain siapapun yang hilang akalnya atau belum sempurna
akalnya seperti orang tidur, orang gila dan anak-anak maka akan diangkat
catatan amal perbuatannya, dalam hal ini Rasulullah. Saw Bersabda : “telah
diangkat pena (catatan amal) dari tiga orang manusia : “orang gila hingga sembuh,
dari anak-anak hingga Baligh, dan dari orang tidur hingga ia bangun” .31 

Dalam Hadist dijelaskan: “Sesungguhnya malaikat  Jibril turun menemui

 Adam, dan berkata kepadanya: Sesungguhnya Allah SWT menyuruhku untuk


menawarkan satu pilihan dari tiga pilihan yang ditawarkan-Nya, yaitu: Akal,
 Agama, dan rasa malu. Adam menjawab: Aku memilih Akal. Maka rasa malu dan
 Agamapun berkata: kalau begitu, kami bersamaa kamu wahai adam, sebab Allah telah
menyuruh kami agar selalu bersama Akal dimanapun ia berada” 

Allah. Swt Berfirman dalam Al-Qur‟an: 


“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat

 petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan


mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”.  (QS.
Al-Kahfi : 17).

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan, terang sekali bahwa tidak


sesuatu apapun yang dapat lepas dari kehendak Allah.  Azza wa Jalla.
Diantaranya berkaitan dengan hidayah Allah. Swt. Seperti yang Dia
firmankan-adalah bahwa manusia bebas memilih petunjuk atau kesesatan,
hidayah atau dholalah , lalu dia juga membalas apa yang dipilih oleh manusia
tersebut.

Semoga Allah.  Azza wa Jalla  menunjukkan kebenaran kepada kita,


memahami dan meyakininya sebagai kebenaran, serta memberikan
kemampuan untuk mengikutinya. Semoga pula, dia menunjukkan kepada
kita kebatilan, memahami bahwa hal tersebut adalah kebatilan, serta
memberikan kemampuan untuk menjauhinya. Amin.

  Maksud jalan yang lurus yang diperintahkan Allah Swt untuk kita
ikuti, dan kita dilarang mengikuti jalan lainnya.
Maksud jalan yang lurus adalah agama islam yang merupakan
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw, yang tercakup dalam kitab-
 
31
  (HR. Bukhari, Abu Dawud, Nasa‟I, Tirmidzi, Ibnu majah, Ahmad).  

 
44

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 44/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kitab yang Allah turunkan, yang Allah tidak menerima agama selainnya,
yang siapapun hanya selamat dengan meniti ajaran tersebut. Barangsiapa
meniti jalan lain, maka jalan hidupnya akan bercerai-berai. Allah
berfirman:
“Dan bahwa ( yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus,
 Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)32 ,
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An‟am: 153). 
Nabi Saw membuat garis (diatas tanah), kemudian beliau
bersabda: “Inilah jalan Allah yang lurus.” Lalu beliau membuat beberapa
garis disisi kanan dan sisi kirinya, kemudian beliau bersabda: “Ini adalah
beberapa jalan, dimasing-masing jalan tersebut pasti ada syetan yang
mengajak kearahnya.” Kemudian beliau membaca firman Allah:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus,
 Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”   (QS. Al-An‟am: 153).
Diriwayatkan oleh Ahmad: 1/435, 465.

Rasulullah Saw juga bersabda: “Allah memberikan perumpaan jalan yang


lurus, dikedua sisi jalan tersebut terdapat pagar, dimasing-masing pagar
terdapat beberapa buah pintu yang terbuka, sementara dipintu-pintu tersebut
terdapat tabir terulur. Diujung jalan tersebut ada yang memanggil: “Hai umat

manusia! Masuklah kejalan yang lurus ini seluruhnya, jangan kalian bercerai-
berai.” Sementara diarah atas jalan juga ada suara yang apabila seseorang ingin
membuka salah satu pintu tersebut, suara itu berkumandang: “Jangan buka!
Kalau engkau membukanya, engkau pasti masuk kedalamnya.” Arti jalan yang
lurus tersebut adalah Islam. Pagar-pagar tersebut adalah hukum-hukum Allah.
Pintu-pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Pintu-
 pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Sementara

suara panggilan di ujung jalan adalah kitabullah. Dan suara dari atas adalah
 peringatan Allah yang terdapat dihati setiap muslim.” Diriwayatkan oleh
Ahmad: IV / 182-183.

32
  Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang
 berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan
ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

 
45

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 45/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

   Bagaimana kiat meniti jalan tersebut dan bagaimana cara agar


kita tidak menyimpang darinya?

Hal itu hanya bisa dicapai dengan berpegang teguh pada ajaran
Kitabullah dan Sunnah rasulullah, serta berusaha menjalani keduanya
serta bertahan pada aturan-aturannya. Dengan cara itulah tercapai
permurnian Tauhid dan pemurnian ittibaa‟ kepada Rasulullah Saw.
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orang-
orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.”  (QS. An-Nisaa‟:
69).

Mereka yang mendapat anugerah kenikmatan yang disebutkan


disini secara rinci adalah yang berada dibalik kata „jalan‟ dalam surat Al-
Fatihah:
“TunjukilahKami jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang-orang yang telah

Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Al-Fatihah: 6-7).

Tidak ada kalimat yang lebih besar bagi seorang hamba selain
hidayah yang diberikan kepadanya menuju jalan yang lurus serta
dijauhkan dari jalan-jalan yang menyimpang. Rasulullah Saw telah
meninggalkan kita diatas jalan yang putih bersih, siang dan malamnya
sama, setiap orang yang menyimpang dari jalan tersebut pasti binasa.”
Diriwayatkan oleh Ahmad: IV / 126; Ibnu Majah: 43; At-Tirmidzi: 2676;
Abu Dawud; 4607.33 

33
  Syaikh Al-Allaamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami. Buku Pintar Aqidah Ahlussunnah. 
Edisi Indonesia. Pustaka At-Tibyan . Op. Cit. Hlm. 265-268.

 
46

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 46/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

6.  ISLAM, IMAN, ILMU DAN AMAL

Secara bahasa, Iman berarti pembenaran hati. Sedangkan istilah Iman;


membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan
dengan anggota badan. Membenarkan dengan hati apa yang dibawa
Rasulullah. SAW. Mengikrarkan dengan lisan maksudnya mengucapkan dua
kalimah Syahadah ( Asyhadu ala ila ha Ilallah wa asyhadu ana Muhammadan
Rasulullah). Mengamalkan dengan anggota badan maksudnya hati
mengamalkan dalam bentuk Keyakinan, sedangkan anggota badan
mengamalkanya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

Dan Allah menjanjikan surga bagi orang-orang beriman dan beramal


sholeh sesuai dengan firmanNya: “Dan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amalan-amalan shaleh, kelak akan kami masukkan mereka kedalam
surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal didalamnya; mereka
didalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan kami masukkan mereka ketempat
yang teduh lagi nyaman” (QS. An-Nisa: 57)

Dalam firman lain didalam Al-Qur‟an Allah.Swt memerintahkan: “


Wahai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan sebelumnya, barangsiapa kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”. (QS. An-Nisa {4} 136).

Pada hakikatnya iman itu tidak stabil, kadang kuat dan kadang lemah,
iman yang sebenarnya berkait dengan hijrah dan perjuangan. Iman tidak
sekedar diucapkan dengan lisan tetapi memerlukan pembuktian dalam
bentuk menjalankan serangkaian ujian dan cobaan.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:


“kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang
dusta.” (QS. Al-Ankabut {29} :2-3).

 
47

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 47/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ketika membedakan makna Islam, Iman dan Ihsan, dalam Hadits Jibril
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah
SAW bersabda :

“Ketika Rasulullah SAW pada suatu hari keluar dan berkumpul


dengan para sahabat, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril menyerupai manusia
datang dan duduk disamping Rasulullah. Saw dan bertanya, Apakah Iman
itu? Beliau menjawab : Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan engkau beriman

dengan Hari Kebangkitan. Dia bertanya lagi apakah Islam itu ? beliau
menjawab : Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat Syirik
kepadaNya, engkau mendirikan Sholat, membayar Zakat yang diwajibkan,
Puasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.

Dia bertanya lagi, apakah Ihsan itu ? beliau menjawab, engkau


menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Maka sesungguhnya ia
melihatmu. Dia bertanya lagi, lalu kapankah kiamat tiba ? beliau menjawab,
orang yang ditanya tentang kiamat tidak lebih mengetahui dari pada si
penanya. Tetapi saya beritahukan kepada beberapa tandanya jika wanita
budak melahirkan tuannya, jika pengembala unta hitam telah berlomba-
lomba meninggikan bangunan (ilmu tentang) hari kiamat termasuk dalam
lima perkara yang tidak diketahui kecuali Allah.

Kemudian dia pergi, lalu nabi berkata pada sahabat tahukah kalian
siapakah orang tersebut, Para sahabat menjawab; Allah dan Rasul-Nya yang
lebih mengetahui, Rasulullah. Saw berkata; Dia adalah malaikat jibril, datang
kemari untuk mengajari manusia tentang agamanya.”

ISLAM/(Tunduk dan Berserah Diri)


Allah Ta‟ala menyebut keduanya di dalam Al-Qur‟an sekali dan yang
dimaksudkan-Nya adalah satu hal. Maka Allah Ta‟ala berfirman: 

“Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth
itu. Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah(Rumah Nabi Luth dan
Keluarganya) dari orang yang berserah diri”. (QS. Adz-Dzaariyat: 35-36).
Tidak ada disitu kecuali sebuah rumah. Allah menyebut pula
keduanya sekali dengan dua makna yang berbeda dalam firman Allah Ta‟ala: 

 
48

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 48/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami telah beriman. “Katakanlah


(kepada mereka): Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”. (QS.
Al-Hujuraat : 14). 

5 rukun Islam adalah mengerjakan 5 Amalan.


1.  Bersaksi (mengucapkan dua kalimah Syahadah) “Asyhadu Allah ilaha
illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”. 
2.  Mengerjakahn Shalat lima waktu (Isya, Shubuh, Dluhur, Ashar,
maghrib). 
3.  Berpuasa di bulan Ramadhan.  
4.  Membayar Zakat. 
5.  Mengerjakan haji bagi yang mampu sekali seumur hidup. 

Rukun Islam adalah rukun amal dalam menjalankan kelima rukun Islam
hendaklah mengetahui 5 kualitas amalan yang harus dibawa.

 
1. Iman : yakin dan percaya dengan sepenuh hati setiap amalan yang
dikerjakan hana dengan seizing Allah. Swt.
2.  Ilmu : dengan Ilmu manusia dapat membedakan mana yang haq dan
yang Bathil, yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah. Swt.
3.  Ihsan : Dengan Ihsan seumpama melihat Allah dan Allah pun
melihat.
4.  Ihtisab : Membayangkan akan janji-janji Allah dan yakin pada janji

Allah.
5.  Ikhlas : berniat hanya semata-mata kerana Allah. Dan berusaha Agar
Allah menjadi Ridho.

IMAN/(Penerimaan Oleh hati)

Iman tidak bisa dipisahkan dari Islam. Hal ini dapat dipahami dari
iman yang sering disandingkan dengan amal sholeh. Iman banyak
cabangnya, lebih dari 70 cabang, dinyatakan oleh

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam


Muslim dari Abu Hurairah ra. : “ Iman itu 70 cabang lebih atau 60 cabang lebih,
yang paling utama adalah ucapan “laa ilaaha ilallahu” dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan rintangan dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga)
salah satu cabang dari iman”  

 
49

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 49/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Rasulullah SAW tidak menyebutkan cabang-cabang iman itu secara


keeluruhan tetapi hanya menyebutkan yang paling utama dan yang paling
rendah . diantara kedua itu cabang-cabang iman yang lain seperti cinta
kepada Rasulullah SAW, cinta kepada saudara muslim seperti cinta terhadap
diri sendiri dan jihad. 

Kalimah Iman ialah “Laa ilaha illallah”  yang artinya Tiada Tuhan
melainkan Allah. Yang maksudnya berkuasa atas seluruh Manusia di muka
bumi yang memberikan faedah dan bahaya melainkan pada diriNya. Tiada
yang mengatur seisi bumi, menentukan Baik dan Buruk melainkan Allah.
Dan memberi Ganjaran atas orang yang berbuat baik dan jahat melainkan
Allah.

Kata “Iman” Berarti percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan
sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-
Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam.

Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan Yang Maha
Esa (3:19). Pelakunya disebut “Muslim”. Tidak lagi oleh sesame manusia atau
sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia
yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada tuhan
YME (33:39). Semangat Tauhid (memutuskan pengabdian hanya Kepada
Tuhan Yang Maha Esa) menimbulkan kesatuan Tujuan hidup, kesatuan
kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid adalah parsial dan
terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan sempurna yang
kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas. “amal shaleh” (harfiah:
pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan)merupakan pancaran langsung
daripada Iman (lihat Qur‟an : aamanu wa‟amilushaalihaat, tidak kurang yang
tidak kurang dari 50 x disebutkan dalam Al-Qur‟an. 34 

6 Rukun Iman

1.  Percaya Kepada Allah


2.  Percaya kepada Rasul Allah
3.  Percaya kepada Malaikat
4.  Percaya kepada Kitab Allah

34
  Nurcholis madjid, Nilai-nilai Dasar perjuangan, (PB HMI) Periode 1429 –  1431 H/ 2008 –  2009,
Jakarta.

 
50

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 50/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

5.  Percaya Pada Hari Kiamat


6.  Percaya pada Qada dan Qadar

Iman itu tidak ada batasnya sebagaimana tidak ada kebesaran Allah
yang tiada batasnya. Manusia yang paling kuat Imannya Adalah Rasulullah.
Saw. Untuk meningkatkan Iman maka setiap umat Muslim hendaklah
melakukan 5 rukun Islam. Rukun Islam adalah rukun amal dan kalimah “Laa
ilaha illallah Muhammadur Rasulullah” kalimah amal yang tidak boleh
dipisahkan dengan kalimah Iman. Sejauh mana kita mengamalkan 5 rukun
Islam maka sejauh itulah Iman kita maka sejauh itulah kita mengamalkan 5
rukun Islam. Dengan Iman yang lemah lahirlah amal yang lemah dan dengan
amal yang lemah lahirlah iman yang lemah.
Sebagai mana kita ketahui Rukun Islam merupakan Asas dalam Islam,
kekurangan dalam mengamalkan Rukun Islam mengakibatkan atas
kurangnya Iman yang mengakibatkan kekurangan dalam melakukan

mengamalkan keseluruhan ajaran agama. Iman tidak bisa dibeli, ganjaran


bagi orang yang beriman adalah Syurga, sebanyak apapun harta kita didunia
ini bila tidak memiliki iman maka Allah akan haramkan baginya Bau Syurga.

ILMU
Rasulullah Saw bersabda:
„Asyaddun naasi adzaa baan yaumal qiyamati alimun laa yanfauhu llah bi‟ ilmihi.

(“Orang yang paling keras siksanya dihari kiamat ialah orang alim yang tidak diberi
man faat oleh Allah dengan ilmunya” ).
Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk yang
diperolehnya, maka ia pun semakin jauh dari Allah” 

Orang alim yang menekuni suatu ilmu akan mengalami dua kemungkinan:
kebinasaan atau kebahagian abadi.

Al-Khalil bin Ahmad berkata bahwa manusia itu ada 4 macam:

1.  Ada orang tahu dan tahu bahwa ia mengetahui, maka itulah orang
alim dan ikutilah dia.
2.  Ada orang yang tahu dan tidak tahu bahwa ia mengetahui, maka
itulah orang yang tidur dan bangunkanlah dia.

 
51

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 51/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

3.  Ada orang yang tidak tahu dan ia tahu bahwa ia tidak mengetahui,
maka itulah orang yang memerlukan bimbingan dan ajarilah dia.
4.  Ada orang yang tidak tahu dan ia tidak tahu bahwa ia tidak
mengetahui, maka itulah orang yang bodoh dan waspadalah
terhadapnya. Sufyan berkata, “Ilmu memanggil amal” 
 Jika ia menjawab, ilmu itu akan bermanfaat. Jika ia tidak menjawab,
maka ilmu itu pergi. Allah Ta‟ala berfirman: 
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan
kepadanya ayat-ayat kami(pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an). Kemudian ia
melepaskan diri daripada ayat-ayat itu” (QS. Al-A‟raf: 175). 
Apabila Iman Meningkat Maka Rasa ingin tahu akan meningkat, terhadap
perintah Allah. Swt. Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari
dan menemukan kebenaranan-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relative
namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui
dalam perjalanan sejarah menuju kebenarani amal mutlak. Ilmu pengetahuan

adalah persyaratan dari amal shaleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh
ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran. Dengan Iman
dan kebenaran Ilmu Pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan
yang tertinggi.
Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai manusia secara benar
dan tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar
antara manusia dan alam sekelilingnya adalah hubungan dan pengarahan.

Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya


kepada yang lebih baik.35 

AMAL
   Amanah Dan Kewajiban Dakwah
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang
yang menyerah diri?" (QS Fushilat : 33)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”( QS Ali Imran: 110).
Seperti dalam sabda Rasulullah SAW; “Ballighuu annii walau aayah “
sampaikanlah yang (kamu terima) walaupun satu ayat.

35
  Ibid

 
52

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 52/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar 36 

merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran : 104).


Nabi Saw bersabda:
“Man ra‟ay minkum munkaraan falyu ghoiiruhu biyadihi fain lam yastathi‟
 fabilisan nihi fainn lam yastathi‟ fabi qalbihi wa dzalika adh‟aful iimaani.” 
Artinya:
“Barang siapa yang menjumpai kemungkaran, maka rubahlah dengan
tangan. Apabila dia tidak sanggup, maka robahlah dengan lisan (nasihat). Apabila
dia tidak sanggup, maka ingkarilah perbuatan itu dengan hati, dan yang demikian itu
adalah selemah-lemah iman.” (Muslim: 1/50), (Abu Dawud: 4340), (At-Tirmidzi:
2172), (An-Nasa‟i: VIII/111), (Ibnu Majah: 4013) dan (Ahmad: III/10,20). 
Dalil mengenai hal itu dari Al-Qur‟an dan Sunnah tidak terhitung
 jumlahnya. Seluruhnya mewajibkan untuk menyuruh berbuat baik dan
melarang dari kemungkaran bagi orang yang menjumpainya. Jika hal itu
didiamkannya maka hanya dengan usaha orang lainlah dia tidak akan
berdosa.

Setiap ada seorang hamba yang mengetahui hal itu dan memiliki
kemampuan maka dia harus dan wajib untuk mencegahnya. Pelaku maksiat
itu akan selamat hanya jika ada orang yang melarangnya dari perbuatan itu.
Sangat sederhana bagi orang yang mencari amal dan kebenaran. Hanya bagi
Allah-lah segala puji dan keutamaan.37 

36
  Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. 
37
 Syaikh Al-Allaamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami. Buku Pintar Aqidah Ahlussunnah . Ibid.
Hlm. 290-291.

 
53

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 53/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

7.   JALAN MENGENAL ALLAH

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidaah :35). 

 Jalan mengenal Allah bersumber dari diri sendiri, bukan dari


kemampuan Rasional manusia, keimanan yang bersandarkan kemantapan
Aqidah. Jalan mengenal Allah. Swt (Ma‟rifat) harus dipahami oleh setiap
orang yang beriman karena awal dari ber-„ad-diin (beragama dan berbudaya).
Ada tiga jalan mengenal Allah melalui tiga jalan, yaitu jalan naluri, wahyu,
dan hikmah.

 Jalan Mengenal Allah dengan jalan naluri


 Jalan naluri adalah atau pembawaan sejak lahir biasa juga Disebut
fitrah. Keyakinan tentang adanya tuhan pencipta alam semesta ini adalah
fitrah yang tertanam dalam naluri manusia.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
 peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui38 

(QS. Ar-Ruum: 30).


Dari Abu Malik dari bapaknya, katanya, “saya mendegengar Rasulullah Saw.
Bersabda “Siapa yang mengucapkan Syahadat dan mengingkari penyembahan
kepada selain Allah, maka terjagalah harta dan darahnya, sedangkan perhitungan
batin itu terserah kepada Allah.
(HR. Muslim).
Dalam surat Saba‟ Ayat 37 Allah. Swt berfirman : 
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang

berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa
di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).” 

38
  Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
 beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar.
mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

 
54

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 54/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Fitrah ber-Tuhan akan terus berkembang sejalan dengan


perkembangan pemikiran manusia. Bila naluri mendapat bimbingan risalah
(wahyu) yang diantarkan oleh para nabi atau aqal yang sehat, kerinduan
makhluk kepada khaliknya adalah kerinduan yang haq yang telah menjadi
fitrahnya. Kian kuat kerinduan itu berarti kian kuat pula kecintaan Tuhan
kepadanya.

 Jalan mengenal Allah dengan jalan wahyu


Allah menurunkan Kitab (wahyu) sebagai keterangan terperinci dan
pengarahan yang lebih tuntas dalam Al-Qur‟an Allah ajarkan secara jelas
guna menyelamatkan manusia dari kekeliruan.
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci,39  yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha tahu”,  (QS. Huud : 1)

Karena itu ketika Abubakar Asshidiq ditanya “Bagaimana En gkau

mengenal Tuhanmu?” Beliau menjawab “Aku mengenal Tuhan melalui Tuhanku.


Seandainya ia tak Ada, Aku tak mengenal-Nya”. Beliau menjawab “Al‟ajezu „Anil
Idraki idraku (ketidakmampuan mengenal-Nya adalah pengenalan)”. 

Apakah dengan demikian persoalan telah selesai? Jelas tidak, karena


kita ingin berinteraksi dengan-Nya, kita tidak hanya ingin patuh, tetapi juga
kagum dan cinta. Jika demikian, dibutuhkan proses pengenalan.

Sebagai makhluk berakal, kita tidak dapat memahami atau mengenal


sesuatu yang mengabaikan cara yang selama ini terbiasa kita tempuh, yakni
mengaitkannya dengan sesuatu yang bersifat material agar dengan demikian
pengenalan menjadi hidup dan terasa. Tanpa cara tersebut kita tidak dapat
memahami dan mengenal-Nya. Sekian banyak usaha cerdik cendikia, filosof
atau para sufi untuk mengenal atau memperkenalkan Tuhan tanpa
menggunakan cara tersebut, namun pada akhirnya mereka gagal mengenal
atau memperkenalkan-Nya.

Tuhan yang diperkenalkan oleh Al-Qur‟an tentu saja diperkenalkan-


Nya dengan cara yang dijelaskan diatas agar manusia dapat mengenal dan

39
  Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum, kisah,
akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain.  

 
55

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 55/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

berinteraksi dengan-Nya,..dapat takut, kagum, cinta serta memnuhi


panggilan-Nya.

Namun demikian, pengenalan yang dilakukan Al-Qur‟an sangat unik


dan mengagumkan. Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat
materi, karena jika demikian pastilah ia berbentuk, dan bila berbentuk pasti
terbatas dan membutuhkan tempat, dan ini menjadikan Dia bukan Tuhan
karena Tuhan tidak membutuhkan sesuatu dan tidak pula terbatas. Di sisi
lain pasti juga- bila demikian – dia ada di satu tempat dan tidak ada ditempat
lain. Pasti Dia dapat dilihat oleh sebagian dan tidak terlihat oleh sebagian
yang lain. Semua ini akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya,
bahkan bertentangan dengan idea tentan Tuhan dalam benak manusia.
Matahari pernah suatu ketika dipertuhan, tetapi akal manusia (Ibrahim. As),
enggan mengakui-Nya setelah melihatnya terbenam.40 

Tapi ini bukan berarti Al-Qur‟an memperkenalkan Tuhan sebagai


sesuatu yang bersifat idea atau immaterial yang tidak dapat diberi sifat atau

digambarkan dalam kenyataan, atau dalam keadaan yang dapat dijangkau


akal manusia. Karena jika demikian, bukan saja hati manusia tidak akan
tenteram terhadap-Nya, akal pun tidak dapat memahami-Nya, sehingga
keyakinan tentang wujud dan sifat-sifat-Nya tidak akan berpengaruh pada
sikap dan tingkah laku manusia.

Karena Al-Qur‟an menempuh cara pertengahan dalam


memperkenalkan Tuhan. Dia, menurut Al-Qur‟an, antara lain  Maha
 Mendengar, Maha Melihat, Hidup, berkehendak, Menghidupkan dan mematikan,
dan “Ar -Rahman (Allah) bersemayam ditas Arsy” “tangan-Allah diatas tangan
mereka (manusia)”  bahkan Nabi. Saw menjelaskan bahwa Dia bergembira,
berlari dan sebagainya dan kesemuannya mengantar manusia kepada
pengenalan yang dapat terjangkau oleh akal, atau potensi-potensi manusia.
Namun demikian ada juga penjelasan Al-Qur‟an yang menyatakan bahwa

40
  76. Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."

77. Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah
 bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu,
 pastilah aku Termasuk orang yang sesat."

78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih
 besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas
diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS. Al- An‟am) . 

 
56

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 56/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Tidak ada yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,
(QS. As-Syuara: 11).  Sehingga, jika demikian ápapun yang tegambar dalam
benak, atau imajinasi siapapun tentang Allah maka Allah tidak demikian‟.
Dengan membaca dan menyadari makna ayat ini, luluh semua gambaran
yang dapat dijangkau oleh indera dan imajinasi manusia tentang zat Yang
Maha Sempurna itu.

Ali bin Abi Thalib pernah ditanya oleh sahabatnya Zi‟Iib Alyam ani,
“Amirul Mukminin, Apakah Engkau pernah melihat Tuhanmu? Apakah Aku
menyembah apa yang tidak kulihat?”  jawab beliau, “Bagaimana Engkau melihat-
Nya?”, ”Dia tidak dapat dilihat dengan  pandangan mata, tetapi dijangkau oleh akal
dengan hakekat keimanan”. 

Yang beliau maksud ddengan kata akal pada ungkapan beliau


“dijangkau oleh akal dengan hakekat keimanan”  bukan-sebagaimana pemahaman
kita dewasa ini tentang makna akal yang merupakan daya nalar – tetapi akal
dalam pengertian “gabungan antara daya kalbu dan daya nalar yang

mengjhasilkan ikatan yang menghalangi manusia melakukan hal-hal negative”.


Ungkapan beliau itu menunjukkan bahwa jangkauan itu bukan bukan
 jangkauan nalar secara langsung, tetapi jangkaun nalar dan kalbu berdasar
keimanan tentang sesuatu yang tidak ddapat terjangkau. Jawaban ini serupa
ddengan jawaban Abu Bakr Asshiddiq. Ra. Yang telah dikutip sebelum ini,
“ketidakmampuan mengenal-Nya adalah pengenalan” 

Benar apa yang diucapkan oleh AlJunaid (Q. 910 M) – tulis Al-ghazali

selanjutnya –  bahwa “Tidak ada yang mengenal Allah kecuali Allah yang maha
Tinggi sendiri. Karena itu Dia tidak menganugerahkan kepada hamba-hambanya
yang termulia (Muhammad. Saw) kecuali nama yang diselubungi dengan Firman-
Nya, “Sabbhisma Rabbika Al-A‟la”, “Sucikanlah nama Tuhanmu yang maha
Tinggi (QS.Al- A‟la : 1). Demi Allah tidak ada yang mengetahui Allah – didunia dan
akhirat – kecuali Allah”. 

Karena itu –  tulis Al-Ghazali pada bagian lain dari buku-nya di atas
“Jika Anda bertanya apakah puncak pengetahuan orang-orang „Arif tentang Allah?”
saya menjawab – kata Al-Ghazali, “Puncak pengetahuan orang-orang arif adalah
ketidak mampuan mengenal-Nya”  itulah yang dimaksud dengan Abu Bakar
ashiddiq dengan ucapan diatas, bahkan itulah yang diisyaratkan oleh Nabi
Muhammad. Saw dengan sabda beliau: “Saya –  Ya Allah –  tidak menjangkau

 
57

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 57/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 pujian untuk-Mudan mencakup sifat-sifat ketuhan-Mu. Hanya engkau sendiri yang


mampu untuk itu (HR. Ahmad). 

Dengan naluri saja mungkin manusia bisa keliru dan sesat dalam
perjalanannya mengenal Allah. Bila hanya mengandalkan naluri saja,
manusia kadang-kadang dapat dipandang sebagai orang yang berjalan
dimalam buta. Jika tiada pembimbing dan penuntun sewaktu-waktu dapat
terjerembah dalam kesesatan. Itulah hikmahnya Allah. Swt menurunkan Al-
Qur‟an guna mengeluarkan manusia dari kegelapan dan menyinari mereka
dengan cahaya-Nya yang terang benderang.

“Alif,  laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi
 Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim : 1)
Dengan wahyu ilahi, manusia dapat mengetahui lebih terang
benderang persoalan ke-Tuhanan, misalnya Ke-Esaan-Nya, sifat-sifat wajib
yang ada pada-Nya, sifat-sifat mustahil bagi-Nya, dan juga nama-nama yang

terindah dan mulia (Asma‟ul Husna). 


“Hanya milik Allah asmaa-ul husna41Maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya42. nanti
mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al- A‟raaf : 180).

Mengenal Allah dengan Jalan Hikmah (Pikiran)


“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
 Allah).” 
(QS. Al Baqaraah : 269).
Berakal artinya orang yang mempunyai pikiran yang dapat memetik
hikmah dari segala apa yang terjadi dan dijadikan sebuah pelajaran yang
baik.

41
  Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.
42
 Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan Nama-nama
yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi
dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain
Allah.

 
58

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 58/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Pikiran adalah potensi karunia Allah yang dimiliki oleh setiap


manusia yang normal. Dengan piirannya manusia dapat mengerti dan
memehami wahyu atau kitab suci yang diturunkan Allah. Swt. Dengan
pikiran, manusia dapat membanding-bandingkan bukti-bukti alam yang
maujud ini sebagai keterangan apa yang terdapat dalam Kitab (Al-Qur‟an). 

Sesunguhnya Allah telah mengabungkan apa yang dia sifatkan untuk


diri-Nya sendiri antara penafian global dan penetapan rinci. Maka dari itu,
kita harus menafikkan dari-Nya segala kekurangan dan aib, menafikkan
tandingan dan sekutu, mengantuk, tidur, mati dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Kita pun
menetapkan bagi-Nya sifat-sifat kesempurnaan, sifat keperkasaan dan
keindahan secara rinci yang telah disebutkan Allah Ta‟ala didalam kitabnya
dan diberitahukan kepada Rasulullah. Saw melalui hadist-hadist shahih.
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. „Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.‟Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan,‟. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." ( QS. Al-Ikhlas
: 1-4).

Peringatan

Wahai para pemilik akal, bertakwalah kalian kepada Allah agar buah kemenangan
dapat diraih. Pada dasarnya, jagat ini dianugerahkan untuk kita (manusia), sebagaimana
penegasan al-Qur‟an, Sakhkhara lakum (Dia telah menundukkan bagi kalian) Khalaqa lakum
(Dia telah menciptakan bagi kalian).

Dengan demikian, alur kehidupan kita menjadi begitu gambling; jagat raya ini untuk
kita, kita untuk beribadah, beribadah untuk ketakwaan, dan ketakwaan demi meraih
kemenangan. Darinya kitapun menjadi tahu, apa arti penting dari  falaah (kemenangan).
Kemenangan yang dimaksud adalah keterbatasan dari pelbagai belenggu dan ikatan, baik
dari musuh luar maupun dalam. 43 

43
 Prof. Muhsi Qiraati. Ketauhidan Ushuluddin. Hlm. 45.46

 
59

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 59/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

8.  “La Ilaha Illallah


 Muhammadur Rasulullah”  

Pemahaman La Ilaha Ilallah

La Ilaha Illallah merupakan sendi pertama dan terbesar dalam Islam


sebelum, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Sebelum segala hal hal dalam agama
ini dibicarakan. Prinsip Tauhid La Ilaha Illallah menepati porsi terbesar dari
keseluruhan Al-Qur‟an. 

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan


Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
 Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka
Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”. (Qs. Al-Baqarah : 136).

Prinsip La Ilaha Illallah merupakan prinsip yang abadi dalam


kehidupan manusia, dimana yang diseru bukan hanya orang kafir agar

beriman, orang musyrik pun agar meluruskan keyakinannya. Tetapi orang


yang beriman juga diseru untuk beriman dan mengingatnya agar La ilaha
Illallah selalu hidup didalam Qalbu mereka.

Tidak mengherankan kalau prinsip La Ilaha Illallah merupakan prinsip


sejati, sebab yang mendorong Al-Qur‟an begitu memberikan titik tekan
kepada La Ilaha Illallah  bukanlah karena Al-Qur‟an merupakan kitab
keagamaan. Melainkan Al-Qur‟an adalah kitab yang menentukan metode
kehidupan manusia.

Allah. Swt berfirman dalam sebuah Hadist Qudsi : “Wahai hamba-


hamba-Ku walaupun yang beriman maupun orang kafir diantara kalian, orang yang
 paling baik maupun yang paling dzalim diantara kalian, ketakwaanya melebihi kalbu
orang yang paling bertakwa diantara kalian, sungguh semua ini tidak akan
menambah apa-apa didalam kerajaan-Ku. Sebaliknya, kalau saja orang yang beriman
dan orang yang kafir diantara kalian berlaku sebagai orang yang paling dzalim
diantara kalian, sungguh ini semua tidak akan mengurangi kerajaan-Ku” (HR.
Muslim).

La Ilaha Illallah merupakan Dakwah semua Rasul Allah, Dakwah para


Nabi terdahulu dari Adam. As, Nuh. As sampai Muhammad. Saw dan misi
dakwah pembawa Risalah-Nya yang sesungguhnya hingga akhir zaman.
Sikap orang-orang Jahiliah dalam mengatisipasinya juga sama, tidak berubah
menolak, menghalang-halangi berpaling dan menyingkir.

 
60

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 60/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

”Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia


berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, 26.

 Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Al-Baqarah : 25-26.

“Dan kepada kaum 'Ad (kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu
hanyalah mengada-adakan saja.” QS. Al-Baqarah : 50.

“Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya 44 
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)." QS. Al-Baqarah : 61

“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia


berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.
dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya aku melihat
kamu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya aku khawatir
terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."

“Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan


dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan
 janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” QS.
Al-Baqarah : 84 – 85.

Rasulullah. Saw pernah berkata kepada pamannya, Abu Thalib. Ia


amat berharap pamannya masuk Islam “katakanlah duhai pamanku/kalimah
yang akan memberikan Syafaat kepada anda disisi Allah”  

Apakah bisa digambarkan bahwa Abu Thalib menolak kalimah La


Ilaha Illallah, kalau memang hanya sekedar kalimah yang mesti diucapkan..
artinya kalau tidak punya konsekuensi pengucapan itu menyatakan
perubahan. Atau justru Abu Thalib menolak mengucapkannya justru
menyadari bahwa ia mesti berubah total segala hidupnya sampai pada hal
yang paling kecil.

Kisah Rasulullah. Saw di Mekkah, persoalan yang dihadapi antara


kaum Quraisy dan penguasa yang menghalangi Dakwah”, mereka berpaling
dan menabuh gendering perang. Hakekatnya ini bukanlah peperang antara

44
 Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.

 
61

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 61/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Quraisy dan Muhammad. Saw, akan tetapi peperangan mereka dengan


dakwah yang dibawa Nabi Muhammad. Saw.

Ditengah sengitnya peperangan, Kafir Quraisy mengirimkan utusan


kepada Muhammad. Saw, untuk menawarkan kekuasan harta benda dan
seluruh harta dunia dengan syarat beliau menghentikan dakwahnya. Sekali
lagi ini bukan permusuhan antar Quraisy dan Muhammad tetapi
permusuhan itu dilancarkan karena beliau memegang teguh dan tidak mau
meninggalkan dakwahnya. Akhirnya menjadi peperangan dengan tokoh

dakwah ini.

Perjuangan Rasulullah. Saw di Mekkah ditunjukkan untuk memerangi


semua jenis kemusyrikan dengan perintah Allah. Swt. Terhadap
kemusyrikan –  disamping penyembahan terhadap berhala-berhala dan
dalam taraf kepentingan yang sama inilah, Al-Qur‟an menyerukan kalimah
La Ilaha Illallah. Manakala jiwa mereka telah dibersihkan dengan La Ilaha
Illallah dari segala macam kemusyrikan itu, maka didalam diri mereka terjadi
perubahan dahsyat. Pengaruh tuhan-tuhan palsu yang mendominasi kalbu,
 jiwa dan kehidupan mereka telah sirna. Tidak ada yang menyibukkan kalbu
dan jiwa mereka selain beribadah kepada Allah Yang Maha Esa yang tidak
bersekutu.

Kemudian Rasulullah. Saw yang menunjuki La Ilaha Illallah  kepada


mereka sekaligus sebagai tokoh dakwahyang tercermin padanya risalah
Allah kepada mereka. Mengajar mereka di Darul Arqam guna melaksanakan
kerja terbesar yang dilakukan oleh manusia individu didalam seluruh sejarah
manusia. Yakni mendidik generasi berdasarkan La Ilaha Illallah.

Ketika Muadz bin Jabal ra. Diutus Rasulullah. Saw pergi ke Yaman :
“Engkau akan datang ketengah penduduk yang Ahli Kitab. Oleh sebab itu, dakwah
yang harus engkau sampaikan kepada mereka adalah menyembah Allah Aza Wa Jalla .

 Jika mereka sudah mengetahui (kewajiban ini), maka beri tahulah mereka
bahwa Allah mengharuskan mereka menunaikan Shalat lima kali dalam
sehari semalam. Jika mereka (sudah mau) melaksanakannya, maka beri
tahulah mereka menunaikan zakat yang diambil dari orang-orang kaya
diantara mereka” (HR. Muslim). 

 
62

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 62/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ketika pemahaman La Ilaha Illallah,  juga pemahaman dihati


generasi-generasi belakangan ini mulai kendur tidak direalisasi dalam
kehidupan nyata, maka Rasulullah. Saw memberi peringatan: “Dikhawatirkan
kalian akan dilahap oleh umat-umat (lain), seperti ketika makanan dimasukkan
kedalam mulut. Mereka pun bertanya:? Wahai Rasulullah apakah dikarenakan pada
waktu itu jumlah kita (umat Islam) sedikit? Beliau menjawab, pada waktu itu, kalian
 justru banya. Namun, kalian bagaikan buih (yang ditabrak) Banjir/ombak.

Umat ini menjadi barang mainan ditangan musuh-musuhnya

yang hendak menghancurkan dengan segala sarana, baik melalui perkataan


maupun perbuatan. Mereka memfitnahnya, dikarenakan agama yang
diperlukan padahal fitnah itu lebih keji dari pada pembunuhan. (Al-Baqarah :
217). Mereka pun semakin kacau ketika mengikuti jalan yang kacau.

Peringatan

Pemahaman atas konsekuensi La Ilaha Illallah yang ditempa generasi


pertama oleh Rasulullah. Saw, sebagai ajaran dari Allah. Swt dan rasulullah.
Saw.

Pertama,adalah Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah, dan Tauhid nama dan


sifat (Allah) –  yakni, Tauhid I‟tiqad. Kedua, adalah menuju-kan ibadah hanya
kepada Allah, tanpa ada sekutu –  yaitu Tauhid Ibadah.  Ketiga , adalah
memberlakukan hanya hukum Allah saja, bukan hukum-hukum yang lain – 
yakni, Tauhid Hakimiah.45 

Keempat, melaksanakan apa yang diwajibkan Allah. Swt atas orang-


orang beriman. Diantaranya adalah mencari Ilmu, memakmurkan bumi
dengan, konsekuensi metode Rabbani, mempersiapkan diri untuk
menghadapi musuh, menyebarkan dakwah dibumi, dan yang paling inti
adalah Jihad fisabilillah.

Kelima, bermoral dengan ajaran-ajaran akhlak La Ilaha illallah, yang


disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Hadist.46 

“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya


(terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah

45
  Satu, dua dan tiga disini bukanlah sistematika yang baku. Hanya disesuaikan dengan
 pembahasan. Sebab, jika tidak, maka semua itu berada dalam satu standard karena eksistensinya
 berkaitan dengan akidah-yakni, pokok iman dan keberadaan orang yang meberontaknya berarti syirik
dan = keluar dari Islam.

46
  Demikian pula, empat dan lima, bukanlah sistematikan yang baku. Ia harus ada dalam
rangka merelisir iman yang benar: “mereka itulah orang -orang yang benar-benar beriman”. 

 
63

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 63/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Tuhanku. kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku


kembali”. QS. Asy- Syuraa : 10.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” Qs. An-Nisa : 59

“ Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu


berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. (Qs. Al-Anfal : 46).

“Dan berpeganglah  kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan


 janganlah kamu bercerai berai,” (QS. Ali-Imran : 103).

 
64

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 64/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Allah
 Allah Adalah nama tuhan yang paling popular. Para Ulama berbeda
pendapat menyangkut lafal mulia ini, apakah ia termasuk Asma‟ AlHusna
atau tidak. Yang tidak memasukkannya beralasan bahwa Asma‟ AlHusna
adalah nama/sifat Allah. Bukankah Yang Maha Mulia itu sendiri
menyatakan dalam kitab-Nya bahwa, “Wa lillahil Asmaul Husna/Milik Allah
nama-nama terindah”? karena Asmaul Husna  Nama/sifat Allah, maka tentu
saja kata “Allah” bukan termasuk didalamnya. Tetapi lain pendapat bahwa
kata tersebut sedemikian agung, bahkan yang teragung, sehingga tidaklah

wajar jika ia termasuk Asma Alhusna. 


Betapapun perbedaan itu, secara tegas Tuhan yang Maha Esa itu
sendiri yang menamai dirinya dalam Al-Qur‟an: “Sesungguhnya Aku adalah
 Allah, tiada tuhan selain aku, maka sembahlah aku” (QS. Thaha :14).

A. Pensucian Allah (Tanzih)


Allah bukan merupakan tubuh yang berbentuk maupun  Jauhar yang

terbatas dan tertentu. Allah tidak menyerupai tubuh-tubuh, baik dalam


ukuran maupun dala hal dapat terbagi. Allah bukan merupakan  Jauhar  
dan tidak oleh jauhar-jauhar dan bukan merupakan ardl  serta tidak
ditempati oleh benda-benda.
Allah bersemayam diatas tahta dengan cara seperti yang dikatakan-
Nya dan dengan arti diinginkan-Nya, semayam-Nya suci dari persentuhan
dan tidak menetap serta tidak berdiam maupun berpindah dan tidak

dipikul oleh Arsy. Bahka, Arsy dan para malaikat pemikulnya dipikul
dengan kekuasaan-Nya yang lembut dan tunduk dalam gengaman-Nya.
Allah suci dari perubahan dan perpindahan. Tidaklah Dia ditempati
oleh hal-hal yang buruk dan tidak ditimpa musibah oleh awaridh, bahkan,
Allah tetaap memiliki sifat-sifat keagungan dan suci dari kebinasaan. Allah
tidak memerlukan penyempurnaan dalam sifat-sifat-Nya yang sempurna.

 
65

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 65/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Dalam Zat Allah diketahui wujud-Nya dengan akal dan dapat dilihat Zat-
Nya dengan pandangan sebagai kenikmatan dari-Nya dan karunia bagi
orang-orang shaleh di akhirat serta sebagai pelengkap kenikmatan dengan
memandang kepada wajah (Zat)-Nya yang mulia.

B. Maha Hidup dan Maha Kuasa


Allah Ta‟ala itu hidup kekal, Maha berkuasa, Maha Perkasa, dan Maha
menaklukan. Allah tidak mengalami kekurangan dan kelemahan. Dia
tidak pernah merasa mengantuk dan tidak pernah tidur, tidak mengalami
kebinasaan maupun kematian. Allah pemilik kekuasaan dan kerajaa,
keperkasaan, penciptaan, dan perintah, sedangkan langit terlipat dengan
kekuasaan-Nya. Hanya Allah yang berkuasa menciptakan makhluk dan
amal-amal dan Dia menentukan rezeki dan ajal mereka. Kekuasaan-Nya
tidak terhitung dan pengetahuan-Nya tidak berakhir.

C. Maha Mengetahui
Allah mengetahui segala pengetahuan. Ilmu-Nya meliputi segala yang
terjadi dari perbatasan bumi hingga langit tertinggi. Tidak tersembunyi
dari pengetahuan-Nya benda seberat debu pun dibumi maupun dilangit.
Bahkan, Allah mengetahui jalannya semut hitam diatas batu keras
dimalam yang gelap. Allah mengetahui gerakan debu diudara dan
mengetahui rahasia maupun yang lebih bersembunyi dari itu. Allah

mengetahui suara hati nurani dan gerak suara hati dengan ilmu yang
suatu yang baru dan terjadi pada Zat-Nya dengan masuknya sesuatu
maupun perpindahan.

D. Maha Berkehendak (Iradat)


Allah Ta‟ala menghendaki segala makhluk, alam semesta dan
mengatur segala peristiwa. Semuanya ketetapan dan takdir-Nya, hikmah

dan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki-Nya telah terjadi dan yang


tidak dikendaki-Nya tidak terjadi. Dialah Yang memulai penciptaan dan
Yang Menghidupkan kembali serta yang Melakukan apa yang
dikehendaki-nya. Tiada yang dapat menolak keputusan-Nya dan tiada
yang menambah ketetapan-Nya. Tiada jalan bagi hamba untuk
menghindar dari bermaksud kepada-Nya. Kehendak-Nya berdiri sendiri

 
66

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 66/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

dalam sejumlah sifat-Nya dan tetap memiliki sifat itu, Dia menghendaki
dalam azal-Nya dan tetap memiliki sifat itu, dia menghendaki dalam azal-
Nya akan adanya segala sesuatu pada waktu-waktunya yang ditakdirkan-
Nya, sehingga muncul dalam azal-Nya tanpa maju maupun mundur.
Allah mengatur segala urusan bukan dengan menggunakan pikiran
maupun menunggu waktu. Oleh karena itu, Allah tidak disibukkan suatu
urusan dari urusan lainnya.

E.  Maha Mendengar dan Maha Melihat


Allah ta‟ala Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Tidaklah
tersembunyi dari pendengaran-Nya suatu suara walaupun sangat pelan.
Dan tidaklah menghilang dari penghliatan-Nya suatu benda, betapapun
kecilnya. Pendengaran dan penghliatan-Nya tidak terhalang oleh sesuatu
apapun. Allah mengetahui sesuatu dan bekerja tanpa anggota serta
menyerupai sifat-sifat makhluk sebagaiman Zat-Nya tidak menyerupai

zat-zat makhluk.

F.  Al-Kalam (Bicara)


Allah Ta‟ala berbicara, menyuruh, melarang, berjanji, mengancam
dengan Kalam Azali yang qadim  (lama) dan berdiri sendiri tidak
menyerupai kalam (pembicaraan) makhluk. Kalam-Nya bukan merupakan
suara yang timbul dari aliran udara atau benturan benda-benda dan tidak

berupa huruf yang terputus dengan menggerakkan bibir dan lisan.


Al-Qur‟an, Taurat dan Injil serta Zabur adalah Kalam-Nya dan kitab-
kitab-Nya yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya, sedangkan Al-Qur‟an
dibaca dengan lisan tertulis dalam mushaf-mushaf dengan Zat Allah
Ta‟ala tidak bias terlepas maupun terpisah dengan mendengar kalam
Allah tanpa suara maupun huruf sebagaimana orang-orang saleh melihat
Zat Allah Ta‟ala tanpa jauhar maupun ardl. Apabila  Allah memiliki sifat-

sifat ini, maka Dia hidup kekal, Maha Mengetahui, Berkuasa,


Berkehendak, Maha Mendengar dan Maha Melihat serta berbicara dengan
kehidupan, pengetahuan, kekuasaan, kehendak, pendengaran,
penghliatan, dan perkataan, bukan dengan Zat semata-mata.

G. Perbuatan-Perbuatan Allah

 
67

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 67/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Allah Ta‟ala Maha Bijaksana dalam perbuatan-Nya dan Maha Adil


dalam Keputusan-Nya. Tidak dapat keadilan dan kebijaksanna-Nya
disamakan dengan makhluk. Didalam Azal (Sejak lama tak terhingga),
Allah Ta‟ala hanya ada sendirian. Kemudian Allah menciptakan makhluk
untuk menampakkan kekuasaan-Nya dan demi mewujudkan kehendak-
Nyaa dan karena perkataan-Nya yang hak diwaktu azal, bukan karena
Allah membutuhkannya. Allah Ta‟ala member karunia dengan penciptaan
dan taklif, bukan karena wajib, dan member kenikmatan serta kebaikan.
Seandainya Allah menurunkan siksa kepada mereka dengan hebat niscaya
hal itu merupakan keadilan.
Allah Ta‟ala memberi pahala kepada hamba-hamba-Nya atas
ketaatan mereka sebagai kemurahan-Nya, bukan karena harus dan wajib
diberi. Allah Ta‟ala mewajibkan makhluk taat kepada-Nya melalui lisan-
lisan Nabi-nabi-Nya, bukan dengan akal semata-mata. Akan tetapi Allah
mengutus Rasul-rasul dan menampakkan kebenaran mereka dengan

mukjizat-mukjizat yang jelas. Maka, mereka pun menyampaikan perintah,


larangan, janji, dan ancaman-Nya, dan wajiblah manusia mempercayai
apa-apa yang mereka sampaikan.

”MUTIARA KHOTBAH ALI BIN ABI THALIB” 


(Khotbah Al-Asybah) 

GAMBARAN TENTANG ALLAH

Khotbah ini, yang dikenal sebagai Khotbah Tengkorak (Khotbah Al-Asybah),47 


berkedudukan tinggi diantara khotbah-khotbah Imam Ali ra. Mas‟adah bin Shadaqah
meriwayatkan dari Imam Ja‟far Shadiq  ra. Seraya mengatakan, “Imam Ali ra.
Menyampaikan khotbah ini dari mimbar (Masjid) Kufah ketika seorang bertanya
kepadanya, „Hai Amirul Mukminin, gambarkanlah Allah bagi kami sedemikian rupa
sampai kami dapat membayangkan bahwa kami melihat Dia dengan mata telanjang
sehingga cinta dan pengetahuan kami mengenai Dia dapat bertambah. Imam Ali
marah karena (permintaan si penanya) itu lalu memerintahkan kaum Muslim
berkumpul dimasjid sehingga tempat itu penuh sesak. Imam Ali ra. Naik ke mimbar

sementara dia masih dalam keadaan marah dan ronahnya berubah. Setelah memuji
Allah dan menyanjung-Nya serta memohon Shalawat-Nya atas Nabi, Dia berkata,

47
 Khotbah ini dinamakan Khotbah Al-Asybah. Asybah adalah bentuk jamak dari syabah yang
 berarti kerangka. Dinamakan demikian karena mengandung gambaran tentang malaikat dan makhluk-
makhluk lain.
Alas an kemarahannya kepada sipenanya adalah bahwa permintaanya tidak berhubungan dengan
kewajiban syariat dan diluar batas kapasitas manusia.

 
68

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 68/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Segala puji bagi Allah yang (bagi-Nya) penolakan untuk memberi


dan kepelitan tidak memperkaya, dan yang (bagi-Nya) kemurahan dan
kedermawanan tidak memiskinkan, walaupun setiap yang menyerahkan
akan kehilangan (sebanyak yang diberikan), kecuali Dia, dan walaupun
setiap orang kikir disalahkan karenan kekikirannya. Dia menolong melalui
karunia dan yang bermanfaat dan pemberian serta anugerah yang
melimpah. Semua ciptaan bergantung kepada-Nya48  Dia menjamin
kehidupan dan mengatur rezeki mereka. Dia menyediakan jalan bagi yang
berpaling kepada-Nya dan yang mencari apa yang ada pada-Nya. Dia
sama pemurah-Nya terhadap apa yang dimintai maupun apa yang tidak
dimintakan pada-Nya terhadap apa yang diminta maupun apa yang tidak
dimintakan kepada-Nya. Dia Yang Awal yang bagi-Nya tak ada „sebelum‟,
sehingga mustahil ada sesuatu sesudah Dia. Dia mencegah bola mata dari
memandang atau melihat-Nya. Waktu tidak mengubah-Nya, sehingga
mustahil mengakui suatu perubahan keadaan mengenai Dia. Dia tidak
berada disuatu tempat sehingga mustahil Dia berpindah (dari satu tempat
ketempat lainnya). JIKA Dia memberikan semua yang dimuntahkan
tambang dibukit-bukit, atau emas, perak, mutiara, dan potongan karang
yang dimuntahkan kerang dilautan, hal itu tidak akan mengurangi milik-

 
48
 Allah Yang menjamin Rezeki dan Memberi Kehidupan sebagaaimana difirmankan-Nya,
 Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya . (Q.
11:6)
Kedudukan-Nya sebagai Pemberi Rezeki berarti bahwa ia menyediakan jalan-jalan atau kemudahan
untuk hidup dan beroleh rezeki, dan mengizinkan setiap orang beroleh bagian yang sama dihutan,
gunung, sungai, tambang dan dibumi yang luas, dan memberikan kepada setiap orang untuk
memanfaatkannya. Karunia dan nikmat-Nyaa tidak hanya terbatas pada seseorang tertentu, dan tidak
 pula pintu rezeki-Nya tertutup bagi seseorang. Maka Firman Allah,
 Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, kami berikan
bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Q.
17:20).
Apabila seseorang tidak berusaha mendapatkannya, karena kemalasan atau kelengahan tidaklah
mungkin rezeki akan sampai ke pintu rumahnya. Allah telah menyediakan meja dengan berbagi jenis
makanan, tetapi untuk mendapatkannya perlulah orang mengulurkan tanganya. Ia telah menyimpan
mutiara di dasar laut, tetapi perlu menyelam untuk mengeluarkannya. Ia telah mengisi gunung-gunung
dengan intan permata serta batu-batu berharga, tetapi semua itu tak dapat dimiliki tanpa mengali batu.
Bumi mengandung khazanah tumbuh-tumbuhan, tetapi manfaat tak dapat ditarik darinya tanpa
menabur benih. Tumpukkan bahan makanan terletak bertaburan di empat penjuru bumi, tetapi semua
itu tak dapat dikumpulkan tanpa bersusah payah melakukan perjalanan, maka Firman Allah,
…maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki -Nya.. (Q.
67:15)
Allah menyediakan rezeki, tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha mencari rezeki dan
 bahwa rezeki harus mencari jalan kepada kita. Dia pemberi rezeki bermakna bahwa ia telah
memberikan kepada bumi sifat untuk pertumbuhan, menciptakan buah-buahan, sayuran dan gaba.
Semua ini dari Allah, tetapi untuk mendapatkannya diperlukan usaha manusia. Orang yang berusaha
akan memetik manfaat dari usahanya, sedang yang lengah dan malas akan menghadapi akibat
kelengahan dan kemalasannya. Sekaitan dengan itu Allah berfirman,
 Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah dius ahakannya.
(Q. 53:39).

 
69

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 69/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Nya. (sesungguhnya) Dia masih mempunyai khazanah karunia


berkelimpahan yang tak akan berkurang dengan permintan hamba-Nya,
karena Dia wujud Yang Pemurah yang permintaan para peminta tidak
memiskinkan (Dia) dan tidak pula ketekunan para pemohon membuat
(Dia) menjadi kikir.

SIFAT-SIFAT ALLAH MENURUT GAMBARAN AL-QUR‟AN 

Maka lihatlah, wahai penanya, bataskanlah diri (Anda) pada sifat-


sifat-Nya yang telah digambarkan Al-Qur‟an dan carilah cahaya dari sinar
petunjuknnya. Tinggalkan kepada Allah pengetahuan yng telah
didesakkan iblis untuk kalian cari, yang tidak disuruh Al-Qur‟an untuk
kalian cari dan tidak ada pula jejaknya dalam perbuatan atau ucapan nabi
Saw dan para Imam. Ini adalah batas ujung hak Allah atas kalian.
Ketahuilah bahwa orang yang bersiteguh dalam ilmu adalah orang yang
menahan diri dari membuka tirai-tirai yang mendustakan yang gaib, dan
pengakuan mereka akan ketidaktahuan tentang seluk beluk hal-hal Gaib
yang tersembunyi mencegah mereka meraba-raba lebih jauh. Allah
memuji mereka karena pengakuan merka akan ketidaktahuan akan
ketidakmampuan mendapatkan pengetahuan yang tidak diperkenankan
kepada mereka. Mereka tidak mendalami pembahsan atas apa yang tidak
disuruh kepada mereka. Mereka tidak mendalami pembahasan atas apa
yang tidak disuruh kepada mereka tentang mengenai Dia dan janganlah
membatasi kebesaran Allah menurut akal kalian sendiri, agar kalian tidak
termasuk orang yang dibinasakan.
Dia maha Kuasa, sehingga bila khayalan menembakkan panahnya
untuk memahami ujung kekuasaan-Nya, dan pikiran, dengan
membebaskan diri dari bahaya-bahaya pemikiran jahat, berusaha
mendapatkan-Nya dalam kedalam kerajaan-Nya, dan hati berhasrat untuk

menangkap hakikat dari sifat-sift-Nya, dan lorong-lorong akal menembus


kebatas terjauh untuk mendapatkan pengetahuan tentang wujud-Nya,
melewati lubang gelap perangkap kegaiban dan memusatkan kepada-Nya,
maka Dia akan mengembalikkan mereka. Mereka akan kembali dengan
kekalahan seraya mengakui bahwa hakikat pengetahuan.-Nya tidak dapat
dipahami oleh usaha-usaha serampangan semacam itu, tak dapat pula

 
70

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 70/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

setitik kemuliaan dari kehormatan-Nya memasuki pengertian para


pemikir.

TENTANG CIPTAAN ALLAH

Dia memulai penciptaan tanpa contoh yang mungkin diikuti-Nya,


dan tanpa contoh yang disediakan oleh suatu pencipta yang diketahui
yang ada sebelum-Nya. Dia menunjukkan kepada kita kerajaan dari
kekuasaan-Nya dan hal-hal menakjubkan yang berbicara tentang
kebijaksanaan-Nya. Pengakuan ciptaan bahwa keberadaan-Nya terjadi
karena Dia, sehingga tak ada alasan untuk menentang-Nya tanda-tanda
kekuasaan penciptaan-Nya dan panji Kebijaksanaan-Nya menetap pada
hal-hal menakjubkan Yang Dia ciptakan. Segala sesuatu yang telah
diciptakan-Nya adalah Hujah yang membenarkan-Nya dan petunjuk
menuju kepada-Nya. Bahkan benda yang membungkam seakan berkata,
dan petunjuknya kepada Sang pencipta jelas.
Aku bersaksi bahwa orang yang menyerupakan Engkau dengan
keterpisahan anggota-anggota badan, atau dengan memadukan ujung-
ujung jasadnya, tidaklah mengenalkan batinya dengan pengetahuan
tentang Engkau, dan tidaklah hatinya mendapat keyakinan bahwa tida
serikat bagi-Mu. Seakan dia belum mendengar para pengikut (yang salah)
menyangkali dewa-dewa mereka dengan mengatakan, “Demi Allah,
sungguh kami dahulu dalam kesesatan yang nyata, karena kami dahulu
mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta Alam” (Q. Asy-Syu‟ara: 97-98).
Salahlah mereka yang menyerupakan Engkau dengan berhala mereka, dan
membusanai-Mu dengan busana para makhluk dengan khyalan mereka.
Aku bersaksi bahwa barangsiapa menyamakan engkau dengan sesuatu
dari antara ciptaan-Mu (maka dia) mengambil saingan dari-M, dan barang
siapa mengambil saingan dari-Mu (maka dia) kafir. Aku bersaksi bahwa

Engkau Allah tak dapat dibataskan dalam (belengu) pikiran sehingga


mengakui perubahan kondisi dengan memasuki imajinasi pikiran, tidak
pula dalam belenggu akal sehingga menjadi terbatas dan dapat berubah
ubah.

 
71

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 71/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

TENTANG KESEMPURNAAN TEBESAR DALAM CIPTAAN ALLAH

ia telah menetapkan batas-batas bagi segala sesuatu Yang Dia


D
ciptakan dan mengukuhkan batas-batas itu. Dia telah menetapkan
bekerjannya dan membuat bekerjanya halus. Dia telah menetapkan
arahnya dan (arah) itu tidak melanggar batas-batas kedudukan-Nya, tidak
pula kekurangan untuk mencapai akhir tujuannya. Dia tidak
membangkang dia diperintahkan atas kehendak-Nya; dan betapa
mungkin Dia membangkang padahal segala sesuatu diperintah oleh
kehendak-Nya. Dia pembuat aneka ragam hal tanpa menggunakan
khayalan, tanpa dorongan gerak hati yang tersembunyi pada-Nya, tanpa
(penggunaan) suatu eksperimen yang diambil dari pasang surutynya
waktu, dan tanpa suatu mitra yang dapat membantu-Nya dalam
menciptakan hal-hal yang menakjubkan.

Demikianlah penciptaan disempurnakan dengan perintah-Nya, dan

ciptaan itu tunduk dengan taat kepada-Nya dan menjawab seran-Nya.


Kemalasan seorang pemalas atau keengganan seorang pencar dalih tidak
menghalangi ciptaan itu mentaati-Nya. Demuikianlah dia meluruskan
lekukan-lekukan dan menetapak batas-batasnya. Dengan kekuasaan-Nya
Dia menciptakan hubungan dalam bagian-bagiannya yang saling
bertentangan dan memadukan factor-faktor kesamaan. Kemudian dia
memisahkan dalam aneka ragam yang berbeda dalam batas, jumlah, sifat

dan bentuk. Semuanyaadalah ciptaan baru. Dia mengukuhkannya dan


membentuknya, dan mengadakannya menurut kehendak-Nya.

 
72

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 72/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Sifat Tuhan “Azza Wa Jalla” 

 WUJUD QIDAM BAKA‟ 

Artinya Ada maka Artinya; Sedia maka Artinya; Kekal maka


mustahil, dalil firman mustahil didahuluiAdam mustahil Dia sementara
Allah Ta‟ala :”Allahu ladzi dalilnya firman Allah dalilnya Firman Allah
khalaqas samaawati wal Ta‟ala “Huwal Awwalu Ta‟ala: “Wa yab‟ kaa
ardl” Allah yang wal Akhiru” artinya; Zat wajhu Rabbika Dzul
menjadikan tujuh lapis yang terdahulu dan yang  jalalli wal ikram” artinya;
langit dan bumi dan terkemudian dan patut Kekal Zat Tuhanmu
bergantung antara bagi Mukmin meng- yang mempunyai
keduanya, dan patut bagi i‟tikadkan bahwa ia Kebesaran dan
Mukmin meng-i‟tikadkan bersyukur kepada Allah Kemuliaan dan patut
bahwa ia ingat akan yang telah bagi Mukmin meng-
Tuhan Allah Ta‟ala pada menjadikannya seorang i‟tikadkan bahwa ia
tiap-tiap mewujud Muslim/Mukmin- ingat akan mati karena
adanya. Muslimat dengan boleh ia banyak
Taufiqnya.  Istighfar dan Taubat
kepada Allah Ta‟ala
adanya.

MUKHA‟ LA FATUHU KIYAMUHU BI‟  WAHDANIYAH


LIL HAWA‟A DITSI  NAFSIHI

Artinya; Berlainan  Artinya ; Berdiri Sendiri  Zat-Nya


Artinya; Maha
Maka Satu
Mustahil
dengan segala yang Maka Mustahil Dia
Dia Berbilang Zat Dan
baharu maka mustahil Dia Bergantung Kepada Yang
Sifat-Nya, Dalilnya
menyerupai segala yang Lain Dalilnya Firman Firman Allah: “Surah
baharu firmannya: “Laisa Allah: “Innallaha La  Al-Ikhlas”artinya
kamist lihi Syai‟un” artinya; Ghaniyun Anil „Alamin”  katakanlah olehmu
Tiada sesuatu yang Artinya; Bahwa Allah Itu Allah itu satu dan patut
seumpama Allah Azza Wa Kaya Tidak Bergantung bagi Mukmin meng-
 Jalla dan patut bagi Kepada Sekalian Alam I‟tikadkan bahwa ia
senantiasa melihat
Mukmin meng-i‟tikadkan Dan Patut Bagi Mukmin Allah pada tiap-tiap
bahwa ia banyak meng-i‟tikadkan bahwa kejadian dan tidak
menerima nikmat Allah ia fakir maka berhajat mempersekutukan-
hendaknya bertasbih (bermohon) kepada Allah Nya.
kepada Allah Ta‟ala.  Ta‟ala. 

QUDRAT IRADAT‟  „ILMU 

 
73

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 73/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Artinya; Kuasa maka Artinya; Berkehendak  Artinya; Mengetahui 


maka mustahil Dia Jahil
mustahil Dia lemah maka mustahil Dia dalilnya Firman Allah;
dalilnya Allah Ta‟ala Tergoyah dalil firman
Wa‟allahu bikulli syai‟in
berfirman: “Inna allaha Allah: “Fa‟aalu lima alim” artinya; allah itu
„alaa kulli syai‟in yuridu”artinya; berbuat mengetahui segala
qadir”artinya; bahwasanya sekehendak-Nya dan sesuatu dan patut bagi
Allah itu Maha Kuasa atas patut bagi Mukmin Mukmin meng-
tiap-tiap sesuatu dan meng-i‟tikadkan bahwa i‟tikadkan bahwa ia
ia bersyukur kepada amat takut berbuat
patut bagi Mukmin meng-
maksiat karena Allah
i‟tikadkan bahwa ia Allah atas segala nikmat
mengetahui akan
tawadhu tiada takabur dan kiranya sabar atas perihalnya itu.
dan amat takut kepada segala hal yang
Allah Ta‟ala adanya.  menimpanya.

HAYAT SAMA‟I  BASHAR

Artinya; Hidup maka Artinya; Mendengar  Artinya; Melihat maka


mustahil Dia Mati dalilnya maka mustahil Dia Tuli mustahil Dia buta
Allah Ta‟ala berfirman: dalilnya firma Allah: “Wa dalilnya Firman Allah
Ta‟ala: “Wa allahu
“Wa Tawakal alal hayil ladzi allahu Sami‟un alim”  Bashirun bimaa
la yamuutu” artinya; artinya; itu mendengar ta‟malun” artinya; Allah
hendaklah bertawakal dan mengetahui dan itu melihat segala
kepada Allah yang hidup patut bagi Mukmin perbuatanmu dan patut
tidak mati dan patut bagi meng-i‟tikadkan bahwa bagi Mukmin meng-
Mukmin meng-i‟tikadkan ia berkata yang baik I‟tikadkan bahwa ia
bahwa ia Bertawakal dan (harum) sebab takut tidak berbuat maksiat
sebab takut dilihat
pasrah kepada Allah didengar perkataanya itu
Allah akan
Ta‟ala adanya.  oleh Allah Azza wa jalla. perbuatanya.

KALAM KIDAM MURIDU

Artinya; Berkata maka Artinya; Yang Kuasa  Artinya; Yang


mustahil Dia bisu dalilnya maka mustahil Dia lemah Berkehendak maka
mustahil Dia yang
Firman Allah Ta‟ala: “Wa dalilnya ialah sifat
tertolak, dalilnya sama
kalama allahu muusa Kudrat dan patut bagi
dengan dalil Iradat dan
taklimaa” artinya; Allah Mukmin meng- patut bagi Mukmun
berbicara dengan Nabi I‟tikadkan bahwa ia meng-I‟tikadkan bahwa
Musa dengan sangat takut kepada ia senantiasa berdoa
sempurnanya dan patut Tuhannya Yang Maha kepada tuhannya
bagi Mukmin meng- Kuasa itulah besar meminta segala
kebaikan dan minta
I‟tikadkan bahwa ia pengharapan kepada-
ditolak dari segala
berdzikir kepada Allah Nya dengan segala bahaya dunia akhirat.
Ta‟ala dengan kebaikan adanya.
pengharapan kepada-Nya. 

 
74

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 74/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

ALIM HAYU SAMI‟U 

Artinya: Yang Artinya: Yang Hidup  Artinya: Maha


Mengetahui maka maka mustahil Dia mati Mendengar maka
mustahil Dia Tuli
mustahil Dia jahil dalilnya dalilnya sama dengan
dalilnya sama dengan
sama dengan dalil sifat dalil sifat Hayat patut dalil sifat Sama‟ dan
Alim dan patut bagi bagi Mukmin meng- patut bagi Mukmin
Mukmin meng-I‟tikadkan I‟tikadkan bahwa ia meng-I‟tikadkan bahwa
bahwa ia senantiasa senantiasa tawakal dan ia senantiasa banyak
meminta kepada pasrah kepada Allah memuja dan memuji

Tuhannya pertolongan Ta‟ala dalam segala hal kepada


dan Allah
banyak Ta‟ala
berterima
dalam segala halnya dan olehnya. 
kasih dan berdoa
minta dipelihara dari kepada-Nya
segala kejahatan Dunia
Akhirat.

BASHIRU MUTAKKALIM
Artinya: Yang Melihat  Artinya:Yang Berkata 
maka mustahil Dia Buta maka mustahil Dia Bisu

dalilnya sama dengan dalilnya sama dengan


dalil sifat bahwa ia sifat Kalam dan patut
senantiassa banyak malu bagi Mukmin meng-
kepada Allah Ta‟ala yang I‟tikadkan bahwa ia
melihat apabila berbuat senantiasa banyak
dosa atau meninggalkan membaca Qur‟an dengan
fardu adanya.  khusyu‟ serta hormat dan
ta‟zim dan dengan tajwid
bukan untuk beradu
kiraat adanya.

 
75

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 75/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 
76

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 76/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Rahman-Rahim
Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang
 Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua nama Allah yang amat dominan,
karena kedua nama inilah yang ditempatkan menyusul penyebutan nama
Allah. Ini pula agaknya, yang menjadi sebab sehingga Nabi Saw melukiskan

setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan Bismillahir Rahmanir Rahim 


adalah bunting, hilang berkatnya. Basmalah yang diperintahkan itu
mengandung dalam kalimatnya kedua nama tersebut dengan penyebutan
sifat Allah.

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang
 Maha Rahman (Penyayang)", mereka menjawab:"Siapakah yang Maha Rahman
(penyayang) itu? Apakah Kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan
kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari
iman).” QS. Al-Furqan : 60.

Banyak ulama yang berpendapat bahwa baik Ar-rahman maupun Ar-


rahim keduanya terambil dari akar kata “Rahmat” dengan alas an bahwa
“Timbangan” kata tersebut dikenal dengan bahasan Arab. Sedangkan kata
Rahim yang dapat dijamak dengan Ruhama, sebagaimana ia dapat juga
menjadi sifat Allah dan sifat makhluk. Dalam Al-qur‟an kata Rahim
digunakan untuk menunjuk sifat Rasul Muhammad Saw. Sebagaimana
firman Allah. Swt.

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” QS.

At-Taubah : 128.
Rasulullah Saw memberikan suatu ilustrasi menyangkut besarnya rahmat
Allah sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah:Aku mendengar rasulullah Saw
bersabda: „Allah Swt menjadikan Rahmat itu seratus bagian disimpan disisi-Nya. ke bumi
ini satu bagian; yang satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk, (yang tercermin
antara lain) pada seekor binatang yang mengangkat kakinya dari anaknya terdorong oleh
rahamat kasih saying, kuatir jangan sampai menyakitinya. (HR. Muslim).

 
77

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 77/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Malik
Maha Raja/Yang Maha Berkuasa

Kata “Malik” terdiri dari huruf-huruf  Mim, Lam dan Kaf   yang
rangkaianya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Kata itu pada
mulanya berarti ikatan penguatan.

Al-Malik mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan


oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya “Malik‟ yang biasa
diterjemahkan dengan raja adalah “yang menguasai dan menangani perintah
dan larangan. Karena itu kerajaan terarah kepada manusia, tidak kepada
barang atau sifatnya tidak dapat menerima perintah atau larangan. Salah satu
ayat dalam Al-qur‟an adalah yang terdapat dalam surah An-Naas Yakni
“Malikin Naas” (Raja Manusia).

“Dan Maha suci Tuhan yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa
yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” QS. Az-Zukhruf : 85.

Allah juga Penguasa dan raja dalam kehidupan dunia. Bukankah telah
ditegasskan oleh-Nya, “Allah yang menganugerahkan kerajaan-Nya (di dunia ini)
kepada siapa yang Dia kehendaki danDia Maha luas anugerah-Nya lagi Maha
 Mengetahui” QS. Al- Baqarah : 247.

Di Surah lainnya Allah. Swt berfirman :

“Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan


kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”  QS. Ali-Imran : 26.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah Saw


melalui Abu Hurairah ra. Bahwa :

 
78

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 78/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Allah Yang Maha Mulia lagi Agung „mengenggam‟ bumi pada har
kemudian dan melipat‟ semua langit dengan „tangan kanan-Nya, kemudian berseru
„Aku adalah Al- Malik/raja, (maka dimanakah mereka yang mengaku) Raja.?” 

Allah adalah Raja dan Penguasa lahir bathin Dalam Al-qur‟an


ditemukan istilah malakut.  Kata inilah diartikan dengan “Kerajaan dan
kekuasaan menyangkut hal-hal yang tidak terjangkau oleh panca indra”
Allah. Swt berfirman “Maha suci Allah yang dalam genggaman tangan-Nya
malakut/kerajaan segala seseuatu (yang tidak terjangkau oleh indra)” QS. Yasin : 63.

Salah satu do‟a yang menggunakan kata “Malik” di dalam Al-Qur‟an Surah
Ali-Imran : 26.

  


   
  
   
    
   
      

26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan


kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan

Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala


kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 
79

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 79/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Quddus
Yang Maha Suci

Imam Al-ghazali menjelaskan makna salah satu Asma Alhusna ini


dengan menyatakan bahwa Dia yang Quddus itu maha suci dari segala sifat
yang dapat dijangkau oleh indra, dikhayalkan oleh imajinasi, diduga oleh
waham, atau yang terlintas dalam nurani dan pikiran. “: 

Bertasbih” dalam pengertian agama, berarti “menjauhkan Allah dari


segala sifat kekurangan, dan kejelekkan”. Dengan mengucapkan “Subhanallah”, si
pengucap mengakui bahwa tidak ada sifat atau perbuatan Tuhan yang
kurang sempurna atau tercela, tidak ada ketetapan-Nya yang tidak adil, baik
terhadap orang/mahluk lain maupun terhadap siapa yang mengucapkannya.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya


aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:


"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah
: 30).

Ada juga yang memahami sifat Allah sebagai Quddus dalam arti
bahwa Dia mengkudduskan hamba-Nya. Dalam arti mensucikan hati
manusia-manusia pilihan-Nya, para Nabi, Rasul dan Aulia-Nya.

 
80

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 80/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

As-Salam
Yang Maha Sejahtera

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Malik, yang Quddus, yang
Salam, yang Mukmin, yang Muhaimin, yang Aziz , yang Jabbar, yang Mutakkabir,
 Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. Al-Hasyr : 23).

 As-Salam sebagai sifat Allah hanya sekali disebut dalam Al-Qur‟an


yaitu pada QS. Al-hashr : 23. Kata ini berasal dari akar kata Salimah  yang
maknanya pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela
Allah adalah  As-Salam,  karena Yang Maha Esa itu terhindarkan dari segala
aib, kekurangan dan kepunahan yang dialami oleh para makhluk. Demikian

tulisan Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya “Maqayisul Lughah”. 

Seluruh ulama sepakat bahwa nama As-Salam yang dinisbatkan


kepada Allah berarti „Zuz zalamah‟, yang memiliki keselamatan-
keterhindaran”. Sejalan dengan firman-Nya: “Salam sebagai ucpan dari Tuhan
Yang Maha Pengasih (kepada Penghuni surge)” QS. Yasin : 58.

Al-ghazali menjelaskan bahwa maknanya adalah keterhindaran zat

Allah dari segala aib, sifat-Nya dari segala kekurangan dan perbuatan-Nya
dari segala kejahatan dan keburukan, sehingga dengan demikian tiada
keselamatan/keterhindaran dari keburukan aib yang terdapat di dunia
kecuali merujuk kepada-Nya dan bersumber dari pada-Nya.

Seorang yang meneladani Allah dalam sifat  As-Salam, dituntut untuk


menghindarkan hatinya dari segala aib dan kekurangan, dengki dan hasud

serta berkehendak untuk berbuat kejahatan, seperti ditulis Al-ghazali, “siapa


yang selamat hatinya dari hal-hal tersebut – maka akan selamat pula anggota
badannya dari segala kejahatan dan selamat pula hatinnya dari  Al-intikas

 
81

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 81/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

(kejungkir balikkan)  dan Al-in‟ikas (Ketolak belakangan), dan dengan


demikian ia akan datang menghadap Allah dengan hati yang salim/selamat.49 

Tentang makna yang dikandung nama ini, Ibn Qayyim memberikan


penjelasan: “Allah yang paling berhak menyandang nama  As-Salam  ini,
Dialah yang secara nyata terhindarkan dari setiap aib dan kekurangan. Dia
Yang Maha Sejahtera, Yang Sejati dari sudut pandang manapun. Sementera
manusia, memang ada yang bersifat „sejahtera‟ tapi hanya dalam satu sisi
saja; Dzat, sifat dan af‟alNya, semuanya tiada sedikitpun bersinggungan

dengan apa yang disebut aib, kedzaliman, keburukan, ketidakadilan,


ataupun tindakan yang lahir tanpa dasar hikmah yang Agung.

Islam, dalam arti tunduk dan patuh, masih seakar dengan kata  As-
Salam  ini; tunduk dan patuh kepadaNya sehingga mendapat keselamatan
dan kesejateraan yang dijanjikan olehNya. Rasulullah Saw bersabda: “Seorang
 Muslim yang sejati ialah yang dapat menjaga lisannya, sehingga menjadi jalan
keselamatan bagi Muslim yang lain, baik melalui lisan, maupun tanganya”   (HR.
Bukhari-Muslim). 

“Ya Allah, Engkaulah As-Salam, dari-Mu bersumber As-Salam, dan kepada-


 Mu pula kembalinya. Hidupkanlah kami, Ya Allah, di dunia ini dengan As-Salam
dengan kesejahteraan, dan masukkanlah kami kelak di negeri As-Salam (Surga
Darussalam) bersama orang yang suka menebar Salam. Maha Suci Engkau, Maha
 Mulia Engkau, Yaa Zal Jalali wal Ikhram”. 

49
  Dalam Al-Qur‟an dinyatakan bahwa “pada hari (kiamat) tidak berguna harta dan anak -
anak kecuali orang-orang yang datang dengan hati yang selamat (dari aneka keburukan khususnya
 syirik dan kemunafikkan)”. 

 
82

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 82/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mukmin
Yang Maha Terpercaya

 Al-Mukmin terambil dari akar kata “amina”. Semua kata yang terdiri

dari huruf-huruf alif, mim dan  nun, mengandung arti “pembenaran” dan
“ketenangan hati”. Seperti antara lain „Iman, Amanah dan aman. Amanah
adalah lawan dari kata khianat yang melahirkan ketenangan bathin, serta
rasa aman karena adanya pembenaran dan kepercayaan terhaddap sesuatu;
sedang iman adalah pembenaran hati dan kepercayaan terhadap sesuatu.

Agama mengajarkan bahwa amanat/kepercayaan adalah asas


keimanan, berdasarkan hadist, (Tiada Iman bagi yang tidak memiliki amanah”.
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. Al-An‟am : 82. 

Al-Qur‟an menginformasikan dihilangkannya rasa takut dari kalbu


orang-orang yang taat kepada-Nya dan bahwa dengan iman dan amal saleh,
Allah menukar rasa takut dengan rasa aman. “Siapa yang takut kepada Allah,
 Allah menjadikan segala seseuatu takut keppada-Nya dan siapa yang tiada takut pada
 Allah, Allah menjadikan dia takut kepada segala sesuatu.

Demikianlah kata-kata hikmah. Ungkapan lain menyatakan “Kalau


pemeliharaan Tuahan telah tertuju padamu, maka tidurlah, karena ketakutan
telah beralih menjadi ketenangan.” Ketenangan yang dirasakan itu oleh Al-
Qur‟an dinamai As-Sakinah. Firman-Nya antara lain, “Dia (Allah) yang

menurunkan sakinah/ketenangan batin kedalam hati orang-orang yang beriman agar


bertambah keimanan mereka disamping keimanan yang sebelumnya telah ada”. QS.
Al-A‟raf : 189 dan Ar-Rum : 21.

Ketenangan dan ketentraman itulah antara lain yang menjadikan


seseorang bersedia mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan
pribadinya walaupun ia berada dalam kesulitan. “Mereka mengutamakan 

 
83

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 83/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

(orang lain) atas diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam kesusahan”
QS. Al-Hasyr : 9. Ketika rasa aman serta ketenangan yang dirasakan itu
mengalir kepada pihak lain, karena itu Rasul Saw mengingatkan :

“Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak
beriman”. Para sahabat bertanya, “siapa wahai rasulullah?‟ nabi Menjawab: „yang
tidak member rasa aman tetangganya dari gangguannya‟. (HR. Bukhari dan
Muslim dari Abu hurairah ra.).

 
84

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 84/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muhaimin
Yang Maha memelihara

Kata  Al-Muhaimin  menurut ulama  Almua min. Huruf “a” (baca


hamzah) yang kedua diganti dengan huruf “Ya” sehingga menjadi
“Muaimin”. Selanjutnya huruf “a” (hamzah) yang pertama diubah menjadi ha 
sehingga menjadi “Muhaimin”. Jika pendapat ini diterima makna kata ini
sama dengan makna “Mukmin” .

Ada juga yang berpedapat bahwa kata ini terambil dari “Haimana-
Yuhaiminu”, yang artinya antara lain : memelihara, menjaga, mengawasi dan
menjadi saksi terhaddap sesuatu serta memeliharanya.  

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujianterhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah
 perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
 Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al-
Maidah : 48).

Ya Allah Tuhanku, Engkau pengawas sempurna lagi saksi yang pengetahuan-


Nya mencakup semesta alam raya,.. Engkau pula yang terlaksana kudrat-Nya

diseluruh wujud ini. Tuhanku limpahkan cahaya rahassia nama- Mu “Al-


 Muhaimin”; sehingga aku mengetahui gejolak hatiku, dan sisi terdalam hatiku, serta
rahasia penutup diriku… agar aku mampu mengawasi niat dan motivasiku,
meluruskan Langkahku dengan apa yang ada dalam pemeliharaan-Mu. Ya Allah beri
himmat/keinginanku melalui qudrat-mu terhadap segala sesuatu yang ada pada
diriku sehingga akau dapat menuju Syari‟at-Mu. Amin

 
85

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 85/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Aziz
Yang Maha Perkasa

Kata  Al-Aziz dan  Aziz terulang dalam Al-Qur‟an sebanyak 99 kali,


antara lain bermakna;  Angkuh, tidak terbendung, kasar, keras, dukungan dan
semangat membangkang.

Allah adalah Al-Aziz dan tidak terkalahkan oleh siapapun yang


melawan-Nya dan tidak ada sama-Nya, serta tidak pula dapat dibendung
kekuatan-Nya atau diraih kedudukan-Nya. „Izzat (sifat yang disandang oleh
yang Aziz), menjadikan Dia bebas ari segala cela dan kerendahan yang
mengurangi kehormatan-Nya.

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan


itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik 50  dan
amal yang saleh dinaikkan-Nya51  dan orang-orang yang merencanakan
kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan
hancur.” QS. Al- Fathir :10.

Nabi Saw bersabda : “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari;


 Akulah Al-Aziz (Yang Maha Mulia), siapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan
akhirat, hendaklah dia taat kepada Al- Aziz.”  Jika kemuliaan adalah milik Allah,
maka allah pula yang menganugerahkannya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, Allah menegaskan bahwa kemuliaan iu dianugerahkan-Nya kepada
Rasul dan orang-orang mukmin sebagaimna Firman-Nya dalam QS. Al-
Munafiqun : 8

Ini berarti bahwa kemuliaan manusia tidak terletak pada kekayaan atau

kedudukan sosialnya, tetapi pada nilai hubungannya kepada Allah Swt.


Siapa menghendaki kemuliaan, maka hendaklah dia menghubunggkan diri

50
  Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid Yaitu
laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan
semua Perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah.
51
 Maksudnya ialah bahwa Perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima
dan diberi-Nya pahala.

 
86

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 86/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

dengan Allah dan tidak mengandalkan manusia guna meraihnya; Sabda


Nabi Saw : “Siapa yang merendah diri demi kekayaan, maka dua pertiga Agamanya
telah hilang.52 

52
  Hadist dikutip dari Menyingkap Tabir Ilahi, M. Quraish Shihab. Hlm. 63  

 
87

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 87/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Jabbar
Yang Kehendaknya tidak Diingkari

 Al-Jabbar terambil dari kata yang terdiri dari ketiga huruf  jim, ba dan
ra, yang mengandung makna keagungan, ketinggian dan istiqamah.
  Ada yang berpendapat bahwa kata “Al- Jabbar”  yang disandang oleh
Allah itu mengandung makna “ketinggian yang tidak dapat terjangkau” . Allah
 Jabbar karena ketinggian sifat-sifat-Nya yang menjadikan siapapun tidak
mampu menjangkau-Nya.

Al-Biqa‟iy pakar tafsir Al-Qur‟an dalam bukunya “Nazem Addurar” 


menafsirkan kata Jabbar dengan, Yang Maha Tinggi sehingga memaksa yang
rendah untuk tunduk kepada apa yang dikehendakinya dan tidak terlihat
atau terjangkau oleh yang rendah. Ini berarti kalaupun ada yang berusaha
menjangkau ketinggian-Nya, maka Dia akan memaksanya sehingga semua
bertekuk dihadapan-Nya. “Semua muka tunduk kepada Yang Maha Hidup lagi
 Maha Pengatur dan sungguh celakalah orang-orang yang berbuat kezaliman”. QS.
Thaha : 111.

Salah satu ayat yang menguraikan keperkasaan Allah adalah firman-


Nya, “Kemudian Dia (Allah) menuju langit (yang ketika  itu) berupa asap lalu
berfirman kepadanya dan kepada bumi , „Datanglah berdua dengan patuh dan
terpaksa!‟ keduanya berkata, „Kami dating dengan patuh” Qs. Fushshilat. 11.

 Al-jabbar bisa diartikan Yang maha Perkasa”, karena keperkasaan dan


pemaksaan berkaitan dengankekuatan, kekuasaan, kekerasan. Sifat  Jabbar
teraktualisasi jika ada yang bermaksud menyaingi kemuliaan-Nya. Allah.
Swt berfirman dalam sebuah Hadist Qudsi, “Kemuliaan adalah pakaian-Ku,
Keangkuhan adalah selendang-Ku, siapa yang yang mencoba merebutnya dari-Ku
maka akan ku siksa” (HR. Muslim).

 
88

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 88/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mutakabbir
Yang Memiliki Kebesaran

 Al-Mutakkabir   sebagai sifat Allah- sebagaimana halnya terambil dari

akar katayang mengandung makna kebesaran serta lawan dari kemudaan


atau kekecilan. Mutakkabir‟ biasanya diterjemahkan dengan “Angkuh”. 

”Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang
 Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang
 Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan”. QS. Al-Hashr : 23

Ulama berpendapat bahwa makna asal dari kata ini adalah


“Keenganan” dan “ketidaktundukkan”.  Jadi Allah yang bersifaat  Mutakkabir
berarti Yang Maha Besar. Imam Al-Ghazali berpendapat  Al-Mutakkabir
adalah yang memandangnya selainnya hina dan rendah, bagai pandangan
raja kepada hamba sahayanya bahkan merasa bahwa keagungan dan
kebesaran hanya miliknya. Sifat ini tidak mungkin disandang oleh makhluk
kecuali Allah. Swt sendiri yang menyandangnya.

Manusia sangat tercela bila memiliki sifat, Takabur, betapaakan


takabur, padahal asalnya adalah nuftah yang menjijikan, akhirnya menjadi
bangkai yang menyebalkan dan masa awal hingga akhir hidupnya selalu
membawa urine dan kotoran yang menusuk baunnya. Manusia yang takabur
mengabungkan dirinya dalam kebodohan dan kebohongan.akibat
kebodohannya ia menduga dirinya besar. Selanjutnya dia melakukan
kebohongan, karena takubbarnya ia membohongi dirinya sendiri.

Hanya disuatu tempat dibenarkan seorang bertakabur membuat-buat


kebesaran pada diri sendiri yakni dihadapan orang yang Takabur .”Bertakabur
atas orang –orang yang takabur adalah sedekah” . Bertakabur maksudnya diatas
agar orang yang bertakabur itu sadder dan tidak berlarut dalam
keangkuhannya. Itu pulah sebabnya ada seseorang yang berjalan angkuh saat

 
89

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 89/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

peperangan, dibenarkan oleh Rasulullah. Saw. Beliau sambil memperhatikan


seorang yang berjalan angkuh saat peperangan beliau bersabda:
“Sesungguhnya ini adalah cara jalan yang dibenci Allah, kecuali dalam situasi
seperti ini”. 

Tapi sekali lagi itu adalah takabur, atau membuat-buat kebesaran pada
diri sendiri, bukanya lahir dari kibir (keangkuhan) yang ada dalam hati,
karenanya sabda Nabi. Saw ; “Tidak akan masuk surge seseorang yang terdapat
didalam hatinya sebesar zarrah keangkuhan”.  Menurut Al-Ghazali manusia yang

 Mutakkabir ‟ adalah hamba Allah yang Zahid menjauhkan diri dari


kenikmatan dunia lagi „arif. Zuhudnya seorang arif‟ dia membeli akhirat
dengan menjual kenikmatan duniawi, dia meninggalkan sesuatu yang
bersifat sementara untuk memperoleh yang berlipat ganda juga kekal
diakherat sana. Hamba Allah yang  Mutakkabir 53  adalah yang memandang
hina dan rendah, semua syahwat dan perolehan yang dapat diraih juga oleh
binatang. Jika tidak mampu melakukan hal yang demikian, maka jauhkan
diri dari sifat takabur.

53
 Bagi yang berupaya yang meneladani sifat Al-Mutakkabir.

 
90

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 90/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Khaliq, Al-Bari‟, Al-Mushawwir


Yang Maha Pencipta, Yang Mengadakan dari Tiada,
Yang Membuat Bentuk

 Al-khaliq, Al-bari‟, Al-Musawwir adalah tiga sifat Allah yang diduga


sementara bermakna sama. Memang ketiganya sama tapi tidak sepenuhnya
sama. Ketiganya berkaitan dengan ciptaan, tetapi masing-masing
mengandung makna tersendiri.

Khaliq  terambil dari akar kata “khalq”  yang arti dasarnya “mengukur”
atau “memperhalus‟ . Makna ini berkembang antara lain menjadi;
“menciptakan dari tiada‟, “menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu”,
“mengatur”, “membuat”. Dalam Qur‟an surah Al-Mukminun : 14.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
 jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta

yang paling baik.” 

Sedang ayat-ayat yang berbicara tentang Khalqu As-Samawati Wa Al-


 Ardhi,  dapat diartikan dengan mencipta (tanpa melihat suatu contoh lebih
dahulu). Dalam konteks uraian tentang ketiga Asma AlHusna yang dibahas
ini, kata “Khaliq” difahami dalam arti “mengukur” sehingga dengan demikian
menurut pakar bahassa Az-Zajjaj kata “Khalq” jika dimaksudkan dengannya
sifat Allah, maka dia adalah awal proses penciptaan.

 Al-Bari‟,  terambil dari akar kata  AlBar-u yang berarti memisahkan


sesuatu dari sesuatu. Itu sebabnya bila anda sembuh dari penyakit dengan
kata lain penyakit itu dipishkan dari diri anda.   “Bara‟tu Minal Maradh”.
Demikian jika tuduhan dipisahkan/dilepasakan dari diri seseorang tersangka
maka yang bersangkutan dinamai. “Bari‟un”.

 
91

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 91/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Disisi lain Al-ghazali mewujudkan sesuatu saja, berbeda dengan


mewujudkannya dengan ukuran tertentu. Allah sebagai Khaliq adalah yang
mewujudkan sesuai dengan ukuran yang ditetapkan-Nya, sedang
mewujudkannya saja dari ketiadaan menuju ada, tanpa ukuran-itulah  Al-
Bari‟. 

Adapun Al-Musawwir, ia terambil dari akar kata Shawwara yang berarti


“memberi rupa cara dan substansi bagi sesuatu”, sehingga berbeda dengan
selainnya. Allah. Swt menciptakan segala seseuatu secara sempurna dan

dalam bentuk yang sebaik-baiknya sesuai firman-Nya; (Allah) Yang membuat


segala sesuatu yang Dia ciptakan dengan sebaik-baiknya” QS. As-Sajadah : 7.
Manusia diciptakan-Nya dalam “Ahsani Taqwim” (QS. At-Tin : 4). Kata taqwin 
diartikan sebagai menjadikannya memiliki   qiwam yang dapat diartikan
“bentuk” fisik sebaik-baiknya. Disini bertemu dengan makna ayat As-Sajadah
diatas, Allah menciptakan segala sesuatu sebaik-baiknya dalam arti, Dia
menciptakannya dalam bbentuk dan ukuran tertentu dan untuk peranan
tertentu.

Al-Qur‟an secara tegasa menyatakan bahwa Allah adalah “Ahsanul


 Alkhaliqin” (sebaik-baik pencipta). QS. Al-Mukminun : 14. Seperti “Khalaqna
 Al-Insana” (kami menciptakan manusia),

Imam Al-Ghazali melihat bahwa setang hamba Allah yang


menghayati ketiga Asmaul Husna ini tercermin dibenaknya gambaran dari
seluruh wujud, sesuai dengan susunan dan bentuknya. Sehingga tercakup
olehnya alam raya dia hendaknya menuju kerincian. Dia memandang
manusia dari segi jasmani, anggota tubuh, bentuk dan penenempatan serta
hikmah dan tujuan penciptaanya. Juga pada qalbu manusia dalam
menyampaikan hidayah dan petunjuk, serta bimbingan ilham kpada
binatang guna memenuhi kebutuhan mereka. Itulah ilham yang dapat diraih
saat seseorng meneladani sifat ini.Rasulullah. Saw bersabda :

“Sesungguhnya dari Tuhanmu pada hari/saat-saat tertentu dalam perjalanan


masa, siraman-siraman rahmat, maka usahakanlah mendapatkannya, siapa tahu
kamu memperoleh percikan dari siraman itu, sehingga kamu sama sekali tidak akan
celaka, sesudah mendapatkannya” (HR. At-Tabhrani dari Muhammad bin
Maslamah dan juga Anas bin Malik).

 
92

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 92/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Ghaffar
Yang Maha Pengampun

 Al-Ghaffar   terambil dari akar kataa “Ghaffara” yang berarti “menutup”.


 Al-Ghaffaru ”sejenis tumbuhan yang mengobati luka”. Maka makna Allah
Ghaffar berarti antara lain; Dia menutupi dosa hamba-hamba-Nya karena
kemurahan dan anugerah-Nya.. sedang kedua Allah menganugerahi hamba-
Nya penyesalan atas dosa-dosanya, sehingga penyesalan itu berakibat
kesembuhan dalam hal ini terhapusnya dosa.

Dalam Al-Qur‟an kata “Ghaffar” seperti dalam QS. Nuh : 10. Yang
mengabadikan ucapan Nabi. Nuh. As atas kaumnya, “Beristighfarlah kepada
Tuhanmu sesungguhnya Dia senantiasa Ghaffara (Maha Pengampun) dan QS.
Thaha : 83. “Sesungguhnya Aku Ghaffar bagi yang bertaubat, percaya dan beramal
shaleh, lalu memperoleh hidayah”. Bukan hanya menutupi kesalahan dan dosa-
dosa hamba-Nya, tetapi yang ditutupi-Nya itu, dapat mencakup banyak hal
selain dosa.

Allah. Swt berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas Maghfirah-


Nya”. QS. At-Taubah : 117. Imam Al-Ghazali lebih jauh mengarah kepada apa
yang dikemukakan diatas. Hujjatul Islam menjelaskan  ghaffari adalah “yang
menampakkan keindahan dan menutupi keburukan”.

Hal kedua yang ditutupi Allah. Swt adalah bisikan hati serta kehendak-
kehendak manusia yang buruk. Tidak ada seorang pun yang mengetahui isi

hati manusia kecuali Allah. Swt dan dirinya sendiri. Hal ketiga, yang ditutupi
Allah, adalah dosa dan pelanggaran manusia yang dapat diketahui umum.
Sedemikian besar anugerah-nya sampai-sampai Dia menjanjikan
menukarkan kesalahan dan dosa dengan kebaikan jika bersangkutan
berupaya kembali kepada-nya.

 
93

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 93/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Allah. Swt menyambut permohonan tulus hamba-hamba-Nya yang


berdosa, betatapun besar dan banyaknya dosa. Allah. Swt berfirman:
“Sampaikanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri: „Janganlah berputus asa dari rahmat Allah‟. Sesungguhnya Allah
mengampuni semua dosa, Dia-lah Al-Ghaffur Ar-Rahim” QS. Az-Zumar : 53.
Bahakan yang tidak bermohon pun- selama dosanya bukan
mempersekutukan Allah. “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa yang
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dan mengampuni dosa selain dari itu bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. QS. An-Nisa : 48 dan 116.

Sahabat Nabi, Anas. ra berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah.


Saw. Bersabda: Allah berfirman: “Wahai putra (putri) adam.. selama engkau
berdo‟a kepada-Ku dan mengharapkan ampunan-Ku, aku ampuni untukmu,
apa yang engkau telah lakukan dimasa lampau dan Aku tidak peduli
(betapapun banyaknya dosamu). Wahai Putra (putrid) Adam.. seandainya
dosa-dosamu telah mencapai ketinggian langit, kemudian engkau memohon

kepadaku ampunan, aku ampuni untukmu. Seandainya engkau dating


kepadaku membawa seluas wadah bumi ini dosa-dosa dan engkau
menjumpaiku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu, niscaya
aku dating kepadamu dengan seluas wadah itu pengampunan” (HR.
Tirmidzi dan Ahmad).

“tidaklah dinamai bertekad mengulang-ulangi dosa, siapapun yang

beristighfar – waktu ia mengulangi dosa tujuh puluh kali sehari”,  demikian sebuah
riwayat. “walaupun Abu Dzar keberatan”. Dengan komentar Nabi. Saw kepada
sahabatnya Abu Dzar ra. Yang terheran-heran dan keberatan dengan
 jawaban Nabi Saw atas pertanyaan seseorang yang berulang-ulang berbuat
dosa kemudian berulang-ulang pula bertaubat. Namun tetap taubatnya
diterima Allah.

Allah. Swt memerintahkan manusia meneladani-Nya dalam member


maghfirah, “Katakanlah kepadda orang-orang yang beriman agar Yaghfiru,
memberi maghfirah(maaf)/menutupi aib/memaafkan orang-orang yang tidak
mengharapkan hari-hari Allah”. QS. Al-Jatsiyah : 14. Dalam firman lain-Nya:
“Siapa yang bersabar dan menutupi kesalahan orang lain/memaafkan, maka sungguh
hal yang demikian itu termasuk yang diutamakan”. QS. ASy-Syuara : 43.
Rasulullah. Saw bersabda:

 
94

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 94/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya
didunia dan diakhirat. Dalam riwayat lain, “tidak seorang manusiapun menutupi
aib orang lain didunia kecuali Allah akan menutupi aibnya di hari kemudian
 Akhirat). (HR. Muslim melalui Abu Hurairah).

 
95

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 95/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Qahhar
Yang Maha Perkasa

Kata  Al-Qahhar   terambil dari akar kata “Qahhara”  yang dari segi
bahasa berarti “Menjinakkan, menundukkan untuk mencapai tujuannya” atau
“mencegah lawan mencapai tujuannya serta merendahkannya”. 

Kata Qahir yang seakar dengan kata Qahhar juga menunjuk kepada
Allah. Sedangkan kata Qahirun yang berbentuk jamak merupakan ucapan
yang diabadikan dalam Al-Qur‟an dari seorang yang mengaku Tuhan, yakni
Fir‟aun.

“Fir‟aun berkata, „Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan
hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita Qahirun/berkuasa
 penuh atas mereka” . QS. Al-A‟raf : 127.

“Aku diciptakan sebagaimana adanya, tidak diberi pilihan. Seandainya Aku


diberi, pastilah aku makhluk sempurna. Aku ingin tapi tidak diberi dan aku diberi
yang tak kuinginkan. Sungguh dangkal pengetahuanku tentang yang gaib”. 

Demikian, Maha benar Allah yang menegaskan bahwa, “Hanya kepada


 Allah sujud siapapun yang berada dilangit dan dibumi secara patuh atau terpaksa”
(QS. Ar-Rad : 15).“Dia (Allah) yang menundukkan malam dan siang, matahari dan
bulan” (Qs. An-Nahl : 12).

Mampukah manusia dengan kekuatan fisiknya menundukkan laut


dengan ombak dan gelombang yang membahana? Kuasakah manusia
dengan ilmunya menahan peredaran matahari untuk menambah secercah
cahayanya? “Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami
 padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya” QS. Az-Zukhruf : 12-13.

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang berada diantara
keduanya untuk bermain-main. Kami tidak menciptakannya kecuali dengan hak
(untuk tujuan yang baik) tetapi kebanyakan mereka (manusia) tidak mengetahui”
Qs. Ad-Dukhan : 38-39.

 
96

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 96/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Dialah Alqahir/Yang berkuasa menundukkan, menjinakkan dan


mengalahkan hamba-hamba-Nya dan Dia Yang Maha Bijaksana lagi Maha
 Mengetahui” Qs. Al-An‟am : 18. 

Yang meneladani sifat Allah ini hendaknya terlebih dahulu menyadari tujuan
penciptaan sebagai manusia”Sesungguhnya Aku akan menjadikan Khalifah
dimuka bumi” Qs. Al-baqarah : 30. “Aku tidak menciptakan dari golongan jin dan
manusia melainkan untuk beribadah kepadaku” Qs. Adzariyat : 56. Manusia
diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah dimuka bumi, 54  dalam arti

memakmurkannya, membimbing, memelihara dan mengarahkan makhluk-


makhluk agar mencapai tujuan hidup mereka dalam rangka beribadah
kepada Allah. Swt.

Ya Allah Ya Tuhanku,... Enkau telah menundukkan dan menjinakkan seluruh


alam, yang tinggi maupun yang rendah, yang dekat maupun yang
 jauh,..Anugerahilah aku sekelumit dari rahasia nama-Mu Al-Qahhar, agar tunduk
dan kukendalikan nafsuku dan agar bertekuk dihadapanku seluruh penjahat,…Ya
Ilahi,..Anugerahilah kepadaku kemampuan menguasai diriku agar aku mampu
menghadapi Iblis dan selamat dari rayuan nafsu syahwat. Ya Allah, jadikanlah aku
selalu memandang gemerlapan cahaya nama-Mu Al-Qahhar, sehingga aku tidak
terperdayadengan semua yang agung dan perkasa dibumi ini. Wahai Tuhan Yang
 Maha Agung,Yang menundukkan segala yang agung. Wa Shallahu „Ala Sayyidina
 Muhammad Wa „Ala Alihi Wa Shahbihi Wa Sallam. 

54
  Untuk maksud tersebut, manusia harus dapat menyiasati dirinya serta menundukkan,
menjinakkan dan menguasai segala sesuatu yang dapat menghalagi tujuan penciptaan itu, salah satu
yang dapat menghalangi tujuan adalah hawa nafsunya sendiri.

 
97

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 97/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Wahhab
Yang Maha Pemberi

 Al-Wahhab, terambil dari akar kata “Wahaba” iyang berarti “Memberi”


dan “Memberikan sesuatu tanpa imbalan”. Al-Wahhabadalah yang member-
walau tanpa dimintai banyak dari miliknya. Dia memberikan berulang-ulang,
bahkan terus-menerus tanpa mengharap imbalan, baik duniawi maupun
ukhrawi.

“(Mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan

karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya


Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". Qs. Ali-Imran : 8.

Ayat kedua adalah do‟a Nabi Sulaiman. As yang  diabadikan dalam Al-
Qur‟an: “Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku,
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi". Qs. Shad : 35.

Bukankah Allah sendiri dalam Al-Qur‟an menggunakan kata-kata


“tijarah” (perniagaan), “ba‟i (jual-beli), “Qardh” (kredit) dan sebagainya.
Dalam firman lainnya Allah. Swt menyerukan: “Wahai orang-orang yang
beriman maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan
kamu dari siksa  pedih?” Qs. Ash-Shaf : 10. Lanjutan ayat tersebut, “Hendaklah
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjuang dijalan Allah dengan harta
dan jiwa kamu,..anda bertanya apa keuntungan dari perniagaan ini dengarkan

 jawaban pada ayat selanjutnya. “Dia (Alllah) akan mengampuni dosa-dosa kamu
dan akan memasukkan kamu kedalam surge yang sungai-sungai mengalir
dibawahnya serta tempat tinggi yang baik di And. Itulah keintungan yang besar”
Qs. Ash-Shaf : 12.

Memang, masyarakat umumj memahami ketiadaan pamrih sebagai


melakukan sesuatu demi karena Allah semata, sehingga siapa yang

 
98

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 98/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

melakukan sesuatu untuk tujuan yang lain bukan untuk-Nya semata, maka
itulah pamrih. Seseorang yang bekerja untuk mendapatkan uang, pada
hakekatnya tujuannya bukanlah uang, tetapi ketenangan dan kenyamanan
hidup. Pemberian yang tertinggi yang dapat dilakukan manusia adalah
member tanpa rasa takut neraka atau mengharap surge, namun sekali lagi-
itupun tidak menjadikannya Wahhab, karena hanya Allah  Al-Wahhab . karena
itu meneladani sifat ini menuntut upaya untuk terus-menerus (Istiqamah)
member sekuat kemampuan. Cirri orang bertaqwa menurut Qs. Ali-Imran :
134. Anatara lain adalah, “Menafkahkan (miliknya) baik dalam keadaan senang
(lapang) maupun susah (sempit). Itu dilakuakn dengan kerelaan dan penuh ke-
ikhlasan semata untuk Allah. Swt.

 Jika demikian dapatkah seseorang meneladani sifat Allah ini? Kita


menjawab? Bukankah Allah-seperti telah diuraikan telah member toleransi?
Karena hanya sampai disana kemampuan manusia. Dan telah ditegaskan,
“Laisa ka mistlihi Syaiun?” (tidak ada yang serupa/sebanding dengan-Nya)?.

 
99

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 99/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ar-Razzaq
Maha Pemberi Rezeki

Kata  Ar-Razzaq, terambil dari akar kata “Razzaqa‟ atau “Rizq‟  yakni
rezeki. Sebagaimana ditulis oleh pakar bahasa Arab Ibnu faris “Pemberian
untuk waktu tertentu”. Perbedaan antara Ar-Razzaq dan Al-Wahhab, Ar-
Razzaq berkembang, sehingga rezeki diartikan antara lain sebagai; pangan,
sandang, pemenuhan kebutuhan, gaji, hujan dan lain-lain. Sedemikian luas
makna Ar-Razzaq sehingga pengertiannya berkembang “anugerah kenabian”
pun dinamai rezeki. Nabi Syuaib yang berkata kepada kaumnya, “Wahai

kaumku bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku
dan Dia menganugerahi aku dari-Nyaa rezeki yang baik? (yakni kenabian). Qs. Hud
: 88.

 Ar-Razzaq, adalah Allah yang berulang-ulang dan banyak sekali


member rezeki kepada makhluk-makhluknya. Imam Ghazali ketika
menjelaskan makna  Ar-Razzaq  menulis bahwa, “Dia yang menciptakan rezeki
dan menciptakan yang mencari rezeki, serta Dia pula yang mengantarnya kepada
mereka dan menciptakan sebab-sebab sehingga mereka dapat menikmatinya”. 

Setiap makhluk telah dijamin Allah rezeki mereka, yang memperoleh


sesuatu secara tidak sah/haram dan memanfaatkannya pun telah disediakan
oleh Allah rezeki yang halal. Karena itu agama menekankan perlunya
berusaha dan bila tidak dapat karena terhalangi oleh satu sama lain, maka
manusia diperintahkan berhijrah. Tetapi disisi lain dalam mencari rezeki
manusia harus memiliki sifat qanaah‟, bersyukur   tetapi ini bukan sekedar
berarti puas atas apa yang telah diperoleh dari yang halal.

Allah  Ar-Razzaq,  juga menjamin rezeki dengan menghamaprkan bumi


dan langit dengan segala isinya. Menciptakan segala wujud dan
melengkapinya dengan apa yang mereka butuhkan sehingga memperoleh
rezeki yang dijanjikan Allah itu. Firman Allah. Swt :

 
100

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 100/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Dia yang menjadikan bagi kamu bumi itu mudah (untuk dimanfaatkan) maka
berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya. Qs. Al-Mulk : 15.
Allah.  Ar-Razzaq menguraikan pemberian rezeki-Nya dikemukakan dengan;
“Nahnu narzuqukum Wa Iyyahum” (Kami member rezeki kepada kamu dan kepada
mereka anak-anak kamu)” Qs. Al-An‟am : 151. 

Allah mengisyratkan bahwa jaminan itu untuk semua “Dab‟ah‟ (yang


bergerak). Dalam firman-Nya : “Wa Ma Min Dabaten Fil Ardhi illa „Ala Alaihi
Rizquha” (Tidak satu daabat (binatang yang melata sekalipun) pun dibumi, kecuali

 Allah yang menjamin Rezekinya”. Qs. Hud : 6.

Al-Qur‟an mensifati Allah dengan  Ar-Razzaq, yaitu : “Tiada pemberian


(rezeki) dari mereka tidak pula Aku menghendaki diberi makan oleh mereka.
Sesungguhnya Allah adalah Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) yang memiliki
kekuatan yang kukuh” Qs. Az-Dzariyat : 58.

Dan dalam Firman lainnya : “dan dari sebagian apa yang kami rezeki kan

kepada mereka, mereka nafkahkan” atau perintah-Nya yang berbunyi, “Dan


nafkahkanlah sebahagian dari apa yang telah kami rezekikan kepadamu”   Qs. Al-
Baqarah ; 54.

Ya Allah Yang Maha Razzaq, engkaulah yang melapangkan rezeki bagi siapa
yang Enkau kehendaki, dan Engkau Yang pula yang menyempitkannya. Maka Ya
 Allah lapangkanlah rezeki kami menuju rahmat-Mu. Lapangkanlah pula rahmat-Mu
yang membebaskan kami darimurka-Mu. Jadikanlah kami puas (bersyukur) atas
rezeki yang telah Engkau berikan pada kami. Serta akhirilah hidup kami dengan
bahagia sebagaimana engkau mengakiri para Auli-Mu. Yang terbaik dan paling
bahagia adalah hari pertemuan dengan- Mu. Wa Shallallahu „Ala Sayyidina
 Muhammad Wa „Ala Alihi Wa Shahbihi Wa Sallam. 

 
101

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 101/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Fattah
Yang Maha Pembuka

Kata Al-Fattah terambil dari akar kata “fataha” yang artinya “membuka”.


Makna ini berkembang menjadi “Kemenangan”   tersirat atas apa yang
diperjuangkan menghadapi sesuatu yang dihalangi dan ditutup. Air yang
keluar dari bumi (mata air), dinamai “fatah‟,tatkala sesuatu yang terbuka
didalam tanah sehingga ia memancar keluar. irfan” (pengetahuan) juga
dimaknai demkian. Bukankah sesuatu yang dibuka adalah sesuatu yang
sebelumnya tertutup?

Allah. Swt sebagi  Al-Fattah  adalah Dia yang membuka dari hamba-
hamba-Nya segala apa yang tertutup menyangkut perolehan yang mereka
harapkan. Pintu rezeki yang tertutup bagi seseorang dibuka-Nya. Sehingga ia
menjadi berkecukupan dan kaya.

Imam Al-Ghazali mengartikan Al-Fattah sebagai “Dia yang dengan


inayah/pertolongan dan perhatian-Nya terbuka segala yang tertutup serta dengan
hidayat/petunjuk-Nya terungkap segala yang musykil (Samar/sulit). 

Suatu saat Allah member kemenngan dalam peperangan memperebutkan


satu kota. Itu adalah “fatah‟. Firman-Nya:  “Inna Fataha Laka Fathan Mubina”
(Sesungguhnya Kami telah memenangkan Engkau (Muhammad) dengan
kemenangan yang jelas). Qs. Al-Fath : 1. Bahkan segala rahmat yang diraih
manusia, setelah sebelumnya tertutup. Adalah “fatah”. “apa-apa yang
dianugerahkan Allah kepada manusia adalah rahmat maka tidak ada satupun yang
dapat menahanya” Qs. Father : 2. Allah membuka hati  Aulia-Nya  untuk
menerima curahan Rahmat “Irfan”, (Pengetahuan).

Memang, Irfan lebih banyak berkaitan dengan hal ini. Dalam firman
Allah : “Kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang
lahir/fenomena kehidupan duniawi, sedang mereka lalai dalam kehidupan akhirat”
Qs. Ar-Ruum : 5-6. Pengetahuan tentan nomena (yang tidak tampak secara

 
102

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 102/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 jelas) amat sulit, tidak ada yang mapu membukannya, kecuali Allah. Swt.
Karena, “Ditangan Allah kunci-kunci pembuka gaib, tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia”. Qs. Al-An‟am : 59.

Imam Al-Qusyari menambahkan bahwa siapa yang menyadari bahwa


Allah adalah penghampar semua sebab. Pembuka semua pintu; fikirannya
tidak mungkin akan mengarah ke selain Allah. Hatinya tidak akan
disibukkan kecuali untuk-Nya. Dan dia akan terus hidup bersama-Nya.
Walau dalam penantian terbukanya pintu dan terhamparnya jalan, bahkan

kalau dia mengalami cobaan, cobaan itu akan menambah kedekatan dan
keimanan dalam diririnya kepada Allah. Swt.

Ya Allah ya Tuhan Seru sekalian Alam,.. Ya Fattah, Ya „Alim, Bukalah


 pintu-pintu hatiku dengan siraman cahaya-Mu,..Rahmatilah aku dengan ketaatan
kepada-Mu, lindungilah aku dari kedurhakaan terhadap-Mu. Karunikanlah aku
curahan Ma‟rifat-Mu. Jadikan aku berkecukupan dengan qudrat-Mu, dengan ilmu-
 Mu, dengan kehendak-Mu, dengan sifat-Mu, yang menghiasai diriku dari segala
kebaikan-Mu. Ya Allah Engkaulah pemilik bantuan dan anugerah dan engakau Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Wa Shallallahu „Ala Sayyidina Muhammad Wa „Ala Alihi
Wa Shahbihi Wa Sallam. Amin.

 
103

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 103/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-„Alim
Yang Maha Mengetahui

Kata  Alim terambil dari kata “ilm” yang menurut pakar bahasa

 Menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaanya yang sebenarnya”.  Kata yang


tersusun dari huruf “ain, „lam, mim” dalam berbagai bentuknya
mengambarkan sesuatu secara jelas. Allah. Swt dinamai „Alimkarena
pengetahuannya yang amat jelas. Sebagaimana redaksi “A‟lam”  (lebih
mengetahui).

Ilmu-Nya mencakup seluruh wujud. “Ilmu Tuhanku meliputi segala


sesuatu”. Qs. Al-An‟am : 80. “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-
pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)". Qs. Al-An‟am :
59.

segala aktiftas lahir dan batin manusia diketahui-Nya. “Dia mengetahui


(pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam hati”. Qs.
Ghafir : 19. Bahkan jangankan rahasia, yang “lebih tersembunyi dari rahasia”,
yang dilupakan manusia yang berada dibawah sadarnya diketahui Allah.
Swt. “Jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia (mengetahui
serta) mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi (dari rahasia)”. Qs. Thaha :
19.

“ Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang


mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar”. Qs. Al- Baqarah : 255.

 
104

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 104/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Manusia memperoleh kehormatan karena ilmu yang dianugerahkan


oleh Allah. Swt. “31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. Mereka menjawab: "Maha
suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana." QS. Al- Baqarah : 31-32.

Dalam meneladani sifat  Al-„Alim, manusia hendaknya terus menerus


berupaya menambah ilmunya. Rasulullah. Saw pertama kali diperintahkan
“Iqra” (Baca). Ilmu seorang ilmuwan harus mengantarkanya kepada iman,
selanjutnya mengantarkan pada keikhlasan dan ketundukan pada Allah. Swt.
“Supaya orang-orang yang mempunyai ilmu mengetahui bahwa Dia (Al-Qur‟an)
adalah benar-benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman, kemudian hati mereka
tunduk kepada-Nya”. Qs. Al-Hajj : 54.

Rasulullah. Saw berdo‟a memohon perlindungan Allah dari ilmu yang


tidak bermanfaat. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu‟, dari diri (perut) yang tidak kenyang dan
dari do‟a yang tidak diterima” (HR. Muslim).

Bagi ilmuwan yang meneladani Allah dalam sifat-nya, tidaklah


bernilai, maka ia harus, “Bismi Rabbika”.  Rasulullah Saw bersabda : “Siapa
yang mencari ilmu untuk memamerkan diri/ menunjukkan kebolehan dihadapan
cendikiawan, atau untuk berbantah-banthan, maka ia di neraka” (HR. At-Thabrani
dari Ummu Salamah). Suatu ketika Rasulullah. Saw mengimami sahabat-
sahabat beliau shalat shubuh di Hudaibiyah, setelah pada malamnya hujan
turun. Seusai shalat beliau mengarah kepada hadirin dan bersabda:

“Tidakkah kamu sekalian apa yang dikatakan Tuhan (Pemelihara) kamu?”.

 Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”, Allah berfirman-sabda


Rasul menjelaskan –  pagi (ini) ada hamba-Ku yang percaya paad-Ku dan kafir dan
ada juga yang kafir dan percaya (selain aku). Adapun yang berkata: “kami
memperoleh curahan hujan atas anugerah Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang
 percaya pada-Ku serta kafir terhadap bintang‟, sedangkan yang berkata, “kami
memperoleh curahan hujan oleh bintang ini dan itu, maka itulah yang kafir dan
 percaya kepada bintang”. (HR. Bukhari melalui Zaid bin Khalid Al-Juhani).

 
105

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 105/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Qabith Wal Al-Basith


Yang Maha Menyempitkan, Yang Maha Melapangkan

 Al-Qabidh terambil dari akar kata yang maknanya “sesuatu yang


diambil” dan”keterhimpunan pada sesuatu”. Dari sini lahir makna seperti,
menahan/menggenggam, menghalangi, “kikir”, dan “menyempitkan”.
Sedang  Al-Basith terambil dari akar kata yang makna dasarnya
“keterhamparan”; makna yang luas seperti “memperluas”, dan
“melapangkan”. Azzajaj pakar bahasa menulis tentang Asmaul Husna
berpendapat bahwa tidak etis menyebut Al-Qabidh tanpa menyebut Al-Basith. 

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan
 pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Qs. Al-Baqarah
: 245).

Dalam sebuah hadist Rasulullah. Saw bersabda : “Sesungguhnya allah adalah


Pencipta, Dia Al-Qabidh, Al-Basith dan Ar-Razzaq,  Penetap harga.
Sesungguhnya aku mengharap bertemu dengan Allah dan ketika itu tidak
seorangpun dari kalian yang menuntutku menyangkut penganiyayaan darah atau
harta”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah melalui Anas bin
Malik).

Imam Al-Ghazali menyimpulkan bahwa  Al-Qabidh adalah yang


menggengam jiwa saat kematian dan menghamparkanya saat kebangkitan.
Dia juga yang menggenggam sedekah dari orang kaya dan menghamparkan
kepada yang miskin. Dia memperluas (Al-Basith) kepada si kaya, serta
menahannya (Al-Qabidh) dari si miskin, dia juga melapangkan dada
sehingga hati terasa sesak dan melapangkannya sehingga segala sirna
keresahan . demikianlah Allah sebagai Al-qabidh dan Al-basith.

 
106

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 106/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ditemukan juga sabda Rasulullah. Saw: “Sesungguhnya Allah menahan


nyawa/jiwa kamu bila Dia menghendaki dan mengembalikannya jika Dia
menghendaki”. Sejalan dengan firman-nYa dalam Al-Qur‟an surat Az-Zumar
ayat 42.

Dua nama ini terdapat dalam Hadist Anas ra., ia berkata, “orang-
orang berkata, „Wahai Rasulullah, harga-harga mahal, maka tetapkanlah
harga bagi kami.” Maka Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah,
Dialah yang menentukan harag,  Al-Qabiidh (Yang Menyempitkan),  Al-Basith

(Yang Melapangkan),  Ar-Razzaaq (yang Memberikan rezeki). Dan aku benar-


benar memohon kepada Allah agar aku menjumpai-Nya dalam keadaan
tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezhaliman
dalam masalah darah ataupun harta.‟ 55 

55
 Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Dawud (3451), At-Tirmidzi (1314), Ibnu Majah (2200),
Ad-Darimi (2/249), Ahmad (3/156, 286), Al-baihaqi (6/29), dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir 
(22/125) dari hadist Abu Jahuaifah ra. At-tirmidzi berkata, “Ini adalah hadist hasan Shahih.” Al-Hafizh
dalam At-Talkhis (3/14) mengatakan, “Isnadnya Shahih diatas syarat Muslim.” Dan Al-Albani
menshahikan dalam Ghayatul Maram (323).
Faedah : dalam Tafsir Asma illahil Husna (hal. 40), Az-Zajjaj mengatakan, “Adab dalam
kedua nama ini adalah harus disebutkan secara bersama-sama, karena kesempurnaan
kemampuaerwujud dengan baru dapat terwujud dengan menyebutkan keduanya bersamaan. Tidakkah
anda melihat ketika Anda mengatakan, „Kepada Fulanlah disempitkan dan dilapangkan
 permasalahannya ucapan ini menunjukkan bahwa dengan mengumpulkan keduanya, anda memang
menginginkan untuk menyerahkan segala perkara Anda mengatakan, „Permasalahanku bukanlah
urusanmu sedikitpun, baik dilapangkan atau disempitkan pemecahannya atau perjanjiannya‟, Anda
 bermaksud bahwa tidak ada sedikitpun masalah Anda yang perlu diurusnya.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-utsaimin, AQIDAH SALAF di dalam Nama-nama dan
Sifat- sifat Allah Azza Wa Jalla”  PUSTAKA SUMAYYAH. Dzulhijjah 1427 H/Januari 2007 M.
Pekalongan. Hal.65.

 
107

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 107/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Khafidh Wa Ar-Rafi‟ 
Yang Merendahkan dan Yang Meninggikan

 Al-Khafidh”, terambil dari akar kata “khafada”  yang merupakan asal

kata “Rafa‟a”. “Khafadha”  berarti “Merendahkan”.  Al-Khafidh adalah yang


merendahkan, sedang  Al-Rafi‟ adalah yang meninggikan. Baik perendahan
dan peninggian itu menyangkut tempat maupun kedudukan kehinaan
maupun kemuliaan.

Dalam Al-Qur‟an menyatakan bahwa Allah “Rafi‟ud darajat”. Firman-


Nya: Qs. Ghafir : 15, “Dia Rafi‟ud darajat” (Yang Maha Tinggi derajat-Nya),
Yang memiliki „Arsy, menganugerahkan/(mengutus ruh) melalui (jibril) dengan
 perintah-Nya, agar dia peringatkan tentang hari pertemuan (kiamat)”. Kata Rafi‟ 
berarti “Yang Maha Tinggi”  dan jika demikian ia berbicara tentang Allah
bukan dari sisi keterkaitan-Nya dengan makhluk. Allah adalah wujud Yang
Maha Tinggi, bahkan setinggi-tinggi wujud dalam segala sifat keagungan-
Nya.

Dalam Al-Qur‟an ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang


peninggian derajat para Nabi dan Wali, serta makhluk-makhluk-Nya dari
segi pengetahuan, rezeki dan sebagainya, sebagaimana juga ia meninggikan
langit, bintang-bintang dan lain-lain. Ada juga manusia-manusia tertentu
secara khusus disebut-Nya. Allah. Swt berfirman kepada Nabi Isa. As,.:  
“Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan meninggikanmu” (Qs. Ali Imran
:55).

Nabi Muhammad Saw juga ditinggikan Allah bukan saja dihari


kemudian, tetapi didunia nama beliau ditinggikan, sesuai Firman-Nya, “Dan
Kami telah meninggikan Namamu” Qs. Al-Insyirah : 3. Peninggian nama ini
bukan saja nama Nabi Muhammad Saw digandengkan dengan nama Allah
dalam ucapan Syahadat, tetapi juga menjadikan beliau terpuji oleh
ummatnya dan juga yang bukan ummatnya.

 
108

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 108/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Hari kiamat dilukiskan sebagai “Khafidhatun Rafiah” (Qs. Al-Waqiah :


3). Pada hari itu Allah “merendahkan dan meninggikan”. Apa yang
direndahkan dan ditinggikan? Dia merendahkan orang-orang yang tadinya
didunia dalam kedudukan tinggi, dan ia meninggikan orang-orang yang
tadinya rendah dan dilecehkan didunia. Umar Ibnu Khattab mengartikannya
meninggikan sebagai “Awliya‟ (orang-orang yang bertaqwa) dan merendahkan
 Alfujjar (orang-orang durhaka) dineraka.

“Dia muliakan orang yang Dia kehendaki dan Dia hinakan orang yang

dikehendaki-Nya. di tangan-Nya segala kebajikan. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa


atas segala sesuatu”. Qs. Ali-Imran : 26

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-


orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. Qs. Al-Mujadalah : 11.

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu

Dia dalam kesibukan”.56  (Qs. Ar-Rahman : 29). Rasulullah. Saw pernah ditanya
tentang makna tersebut, beliau bersabda.

“Termasuk kesibukan-Nya adalah mengampuni dosa, menghilangkan


keresahan, meninggikan kelompok-kelompok manusia dan merendahkan yang lain”
(HR. Ibnu Majah melalui Abu Addarda).

Imam Al-ghazali mengemukakan bahwa  Al-Khafidh dan  Ar-Rafi‟

adalah, “Dia yang merendahkan orang-orang kafir dengan kesengsaraan


neraka, serta meninggikan orang-orang mukmin dengan kebahagian surge”
seperti halya yang diisyaratkan Allah. Swt dalam Al-Qur‟an: “Kemudian kami
kembalikan ia ketempa yang serendah-rendahnya”. Qs. At-Tin : 5.

Dalam bukunya tentang makna Asmaul Husna Al-Qurtuby


menyampaikan; “Ketahuilah bahwa yang direndahkan Allah adalah dia yang
terhindar dari taufiq dan pertolongan, yang diperintah oleh nafsunya, yang tidak
memperoleh kebajikan dari Tuhannya; apabila dia berusaha kembali kepada-Nya, dia
tidak mendapatkan bisikan hati tentang kekuasan-Nyadan apabila ia berusaha

56
  Maksudnya: Allah Senantiasa dalam Keadaan Menciptakan, menghidupkan, mematikan,
Memelihara, memberi rezki dan lain lain.

 
109

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 109/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

mendengar bisikan-bisikan hatiny, tidak meraih percaya diri/kelezatan dalam


bermunajat dengan-Nya”. 

Ya Allah, Engkaulah yang merendahkan dan Meninggikan derajat hamba-


hamba-Mu, engkau menjatuhkan kehinaan kepada setiap pembangkang, engkau
menganugerahkan kemuliaan kepada yang bertaqwa, sesungguhnya kami hanya
hamba yang lemah maka kutkanlah kami, kami adalah orang yang hina maka
muliakanlah kami dan kami adalah fakir maka kayakanlah kami,.Ya Allah Ya Khafidh
wal Basith. Aku bermohon berilah aku kekuatan sehingga mampu merendahkan

 pembangkang yang angkuh dan setan yang durhaka. Aku bermohon jalan yang
Engkau yang ridhoi, sehingga Engkau meninggikan derajatku, mempermudah
urusanku, perkenanlah do‟a hamba yang hina ini. Sesungguhnya Engkau berkuasa
atas segala sesuatu. Wa Shallallahu „Ala Sayyidina Muhammad Wa „Ala  Alihi Wa
Shahbihi Wa Sallam. Amin.

 
110

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 110/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mu‟iz Wa Al-Muzil
Yang Memuliakan dan Menghinakan

 Al- Mu‟iz adalah “Yang menganugerahkan”  “Iz” (Kemuliaan)”.

Lawannya adalah  Al-Muzil, yakni “Yang menimpakan kehinaan”.  Firman-Nya


dalam Al-Qur‟an surah Ali-Imaran ayat 26:

“Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan


kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki”. 

“ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-K”. (Qs. Al-Fajr : 27-
29).

Terhadap orang-orang Yahudi yang durhaka Allah berfirman, “Ditimpakan


kepada mereka kehinaan dimana saja mereka berada kecuali dengan (berpegang pada)
tali yang terulur dari Allah dan tali/hubungan (yang terulur) dari manusia, mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan ditimpakan kepada mereka kehinaan
(kerendahan). Yang demikian itu karena mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh nabi-nabi tanpa alas an yang benar. Yang demikian itu disebabkan karena
mereka durhaka dan melampaui batas” Qs Ali Imran : 27  

Ya Allah, muliakanlah kami seperti engkau memuliakan para Aulia‟-Mu dan


 jangan Engkau rendahkan kami kecuali hanya kepada-Mu. Dan hiasi kami dengan
mahkota kewibawaan dan peliharalah kami dari kebodohan dan kedurhakaan. Ya

 Allah permudah segala yang sulit dan singkirkanlah kami dari segala yang kelam. Ya
 Allah, Ya Mui‟z wal Muzil.  Lepaskanlah kami dari belenggu syahwat, amarah dan
nafsu, lidah, .mata, telingga,tangan dan seluruh anggota badanku yang dapat
merendahkan diri kami. Engkaulah penjaga hati kami Ya rabbul Izzati. Engkau
berkuasa atas segala sesuatu. Wa Shallallahu „Ala Sayyidina Muhammad Wa „Ala
 Alihi Wa Shahbihi Wa Sallam. Amin

 
111

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 111/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

As-Sami‟ 
Yang Maha mendengar

 Al-Sami‟  terambil dari kata “Sami‟a” yang berarti “mendengar”. Ini

dapat berarti menangkap suara/bunyi, dapat juga berarti mengindahkan dan


mengabulkan. “As-Sami‟” adalah Yang Maha mendengar dalam maknanya.

Allah Maha Mendengar, dalam arti tidak ada sesuatupun yang dapat
terdengar wailau sangat halus, yang tidak tertangkap oleh-Nya atau luput
dari jangkauan-Nya. “Dia Mendengar jejak semut hitam yang berjalan diatas
batu halus dimalam yang gelap” demikian tulis Al-Ghazali. Dia mendengar
pujian yang memuji-Nya, maka diberinya ganjaran, doa yang berdoa.

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa


yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun
mereka berada” (QS. Mujadilah : 7).

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku dihari tua (ku)
Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan)
do‟a” Qs. Ibrahim : 39. Sekelumit dari pendengaran Ilahi. Rasul Saw
bersabda:“Seorang hamba terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-
amalan sunnah, sehingga aku mencitainya. Dan bila Aku mencintainya, menjadilah aku
 pendengarannya, yang digunakannya mendengar; penghliatannya yang digunakan melihat;
tangannya yang digunakan menghajar dan kakinya yang digunakan melangkah” (HR.

Bukhari dari Abu Hurairah).

Al-Ghazali mengarisbawahi bahwa sifat maha mendngar Allah ini


hendaknya, “dapat mengantar manusia memelihara lidahnya dan Allah
menciptakan untukknya pendengaran kecuali untuk mendengar Firman-Nya (Kitab
suci yang diturunkan-Nya). Salah satu sifat seorang Ulul Albab yang dipuji Allah,
adalah, “yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya”
( Qs. Az-Zumar : 18).

 
112

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 112/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Bashir
Yang Maha Melihat

Kata “Al-Basir” terambil dari akar kata “bashara”, yang tersusun dari
huruf-huruf “ba, “shad, dan  “Ra”, Pertama, “ilmu atau pengetahuan tentang
sesuatu”. Dari segi bahasa, kata “Ilm” dalam makna sifat  Al-„Alim-
mengandung makna “kejelasan”. Kata “Bashirah” tersusun dari akar kata
yang sama diartikan dengan “bukti yang sangat jelas dan nyata”. Kedua
bermakna “kasar”, seperti kata “Basrah” yang berarti tanah yang kasar atau
 juga berarti batu yang lunak dan berwarna keputih-putihan. Salah satu kota
yang besar di Irak dinamai “Basrah”.  

“Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari
 Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi
saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil
dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Qs. Yunus : 61)

Tetapi Allah melihat bukan dengan indera mata- sebagai mana halnya
makhluk, dan karena itu, Maha Melihat bagi Allah difahami dalam arti sifat
yang azali yang dengan sifat itu terungkap bagi-Nya segala sesuatu. Al-
Qur‟an menegaskan bahwa: “Dia tidak dapat dicapai oleh penghliatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala penghliatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi
 Maha Mendengar” (Qs. Al-An‟am :103). 

Selanjutnya, hamba yang ingin meneladani Allah dalam sifat ini, juga
harus menyadari bahwa Allah selalu melihatnya dalam keadaan apapun.
Siapa yang menyembunyikan sesuatu dari pandangan makhluk, tapi tidak
dengan menyembunyikan dari pandangan Allah sekecil apapun. Al-Qur‟an
mengecam Fir‟aun dan Abu Jahal yang menduga bahwa Allah tidak
melihatnya, dengan firman-Nya, “Apakah dia tidak mengetahui bahwa

 
113

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 113/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

sesungguhnya Allah melihatnya?” (Qs. Al-Alaq : 14). Tuhan mengantarnya dan


mengantar semua manusia untuk menyadari bahwa tidak ada satupun yang
luput dari penghliatan-Nya. Kesadaran inilah yang hendaknya menjadi
akhlak manusia dalam upaya meneladani sifat Allah. Swt. Wa Allahu „Alam. 

 
114

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 114/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Hakam
Yang Memutuskan Hukum

Kata  Al-hakam terambil dari akar kata “hakama”. Kata yang

menggunakan huruf ha‟, kaf dan mim berkisar maknanya pada “menghalangi‟.
Seperti “Hukum”, yang menghalangi terjadinya penganiyaan. Kendali bagi
hewan dinamai “Hakamah”, karena ia menghalangi hewan mengarah kearah
yang tidak diinginkan, atau liar.

Dalam Al-Qur‟an ditemukan kata Hakam menujuk kepada Allah yakni;


“Maka aku mencari hakam selain dari Allh, padahal Dialah yang telah menurunkan
kitab (Al-Qur‟an) kepadamu dengan terperinci?” sebagaimana dalam ayat
lainnya Allah Swt berfirman:

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka


kirimlah seorang hakam57   dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
 perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya
 Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. An-Nisa : 35).

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga


mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
 putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (Qs. An-
Nisa : 65).

Dengan demikian Qada‟ dan Qadarnya dikandung oleh sifat  Al-hakam,

bahkan sifat-Nya ini menyangkut segala sesuatu didunia dan diakhirat, lahir
dan batin, termasuk hokum-hukum syariat yang ditetapkan-Nya, bahkan Dia
adalah  Al-hakam, sebelum Dia menetapkan sesuatu. Seperti peredaran bumi
dan benda dialam raya adalah Qadha‟. Selanjutnya yang mengarahkan sebab-
sebab yakni menggerakkanya dengan pergerakan yang telah sesuai dengan

57
  Hakam ialah juru pendamai.

 
115

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 115/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kadar penuh menuju akibat-akibat yang terjadi dari saat ke saat –  adalah
Qadar-Nya. “Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala
 penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan58. (Qs. Al- Qashash : 70).

58
 Maksudnya: Allah sendirilah yang menentukan segala sesuatu dan ketentuan-ketentuan itu
 pasti Berlaku dan Dia pulalah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak.

 
116

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 116/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Adl
Yang Maha Adil

Kata  Al-Adl terambil dari kata „adalah yang terdiri dari huruf „ain, dal,

dan lam. Mengandung dua makna yang bertolak belakang, yakni “lurus dan
sama” dan “bengkok, berbeda”.  Seorang yang adil adalah yang berjalan lurus
dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda.
Persamaan itulah yang menjadikan seorang yang adil tidak berpihak kepada
salah seorang yang berselisih.

Para ulama mendefinisikan “Adil” dengan “penempatan sesuatu pada


tempat yang semestinya” ada juga yang menyatakan “Adil” adalah
“memberikan kepada pemilik hak, haknya, melalui jalan yang terdekat”.
Demikian, juga jika kita berkata Allah adalah  Al-Adl (keadilan) maka ini
berarti bahwa Dia adalah pelaku keadilan yang sempurna. Seringkali dalam
kehidupan ini, ada saja yang tidak menyadari keadilan ilahi, seperti halnya
lalat, nyamuk, kecoa kita pikirkan untuk apa Allah menciptakannya?
Ternyata bila ditelaah bila tidak ada lalat, nyamuk, dan kecoa mungkin tidak

akan berdiri pabrik-pabrik besar yang mengatasi serangga, dan karena


nyamuk, lalat dan kecoa sudah ribuan karyawan yang dipekerjakan. Dalam
Firman-Nya: “Wa Yakhluqu Mala ta‟lamun” (Dia Menciptakan apa yang tidak
kamu ketahui) Qs. An-Nahl : 8.

Allah. Swt telah menciptakan manusia, menyempurnakan ciptaanya


dan menjadikannya adil dalam arti seimbang dan cenderung kepada
keadilan. Demikian kandungan Firman-Nya dalam Qur‟an (Qs. Al-Iftithar :
7).

Manusia yang bermaksud meneladani sifat Allah ini, setelah meyakini


keadilan Ilahi, dituntut untuk menegakan keadilan walau terhadap keluarga,
ibu bapak (baca Qs. An- Nisa : 135) bahkan terhadap musuhnya sekalipun
(baca Qs. Al-Maidah : 8). Seseorang dengan jalan meletakkan Syahwat dan
amarahnya sebagai tawanan yang harus mengikuti akal dan agama. Yakni

 
117

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 117/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menempatkan sesuatu pada tempatnya. Bukan menjadikannya tuan yang


mengarahkan akal dan agama. Karena jika demikian, ia tidak berlaku adil.

Ya Allah, Aku bermohon kiranya Engkau melindungiku dengan keadilan-Mu


dengan kelemah lembutan-Mu dengan kemurahan-Mu dari Keadilan-Mu,dengan
Kasih Sayang-Mu,. Wahai Tuhan Yang Maha Adil lagi Maha Lembut.

 
118

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 118/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Lathif
Yang Maha Lembut

Kata “Al-Lathif” terambil dari akar kata “lathafa” yang menurut pakar
bahasa yang artinya “lembut”, “halus” atau “kecil”. Dari makna ini kemudian
lahir makna “ketersembunyian” dan “ketelitian”. Pakar bahasa Al-Zajjaj dalam
bukunya “Tafsir Asma AlHusna”  menyatakan bahwa seorang yang bebadan
kecil dinamai lathif , juga dapat berarti  penipu atau “mencapai tujuannya dengan
cara yang sangat tersembunyi/tak terduga”. 

Firman Allah. Swt dalam Al-Qur‟an yang menyatakan Sifat Allah “Al-Lathif”
sebagaimana: 

“(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)


seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
 Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus59 
lagi Maha mengetahui”. (Qs. Luqman : 16).

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui”.   (Qs.

Al- An‟am : 103).

Allah tidak dapat dilihat paling tidak dalam kehidupan dinia ini. Nabi
Musa. As pernah bermohon untuk melihatnya tetapi begitu Allah
menampakkan kebesaran dan kekuasaan-Nya atau pancaran cahaya-Nya
kesebuah gunung, maka gunung itupun hancur berantakan (Baca Qs. Al-
A‟raf : 143). 

“Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit,


lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui”. (Qs. Al-Hajj : 63).

59
  Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu
 bagaimana kecilnya.

 
119

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 119/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Sekelumit dari bukti Kemaha “lembah lembutan” Ilahi (jika dibenarkan)


dapat terlihat bagaimana Dia memelihara janin dalam perut ibu dan
melindunginya dalam kegelapan dalam rahim. Termasuk juga dalam bukti-
bukti kewajaran-Nya menyandang sifat ini adalah dihamaprkan bumi, alam
raya beserta isi untuk makhluk-Nya. Memberi (rezeki) kelebihan dari apa
yang dibutuhkan. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya rezeki itu bukan
hanya berupa material saja, tetapi dalam bentuk menyatukan keluarga dalam
suasana harmonis seperti hal yang dialami Nabi Yusuf. As yang terpisah
dengan orang tua dan saudatanya (Qs. Yusuf : 100). Karena itu yang
meneladani sifat Allah ini, hendaknya menghiasi diri dengan Akhlak mulia,
serta menjalin hubungan (tali silahtirahim) yang harmonis dengan semua
pihak. Dan bersikap lemah lembut terhadap makhluk-makhluk Allah.

Karena itu nabi Saw berpesan, “Hendaklah segala sesuatu kalian hiasi
dengan kelemah lembutan, karena tidak sesuatupun yang dihiasi dengannya kecuali
menjadi baik dan indah, dan tidak sesuatupun yang luput dari kelemah lembutan

kecuali menjadi buruk. Mutafaqa Alaih.,

 
120

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 120/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Khabir
Yang Maha Mengetahui

Kata “Al-Khabir”, terambil dari akar kata “khabara”. Yang dirangkai


oleh huruf-huruf kha, ba‟ dan ra‟  berkisar maknanya pada dua hal, yaitu;
 pengetahuan  dan kelemah lembutan. Khabir dari segi bahasa dapat berarti “yang
mengetahui”  dan juga “tumbuhan lunak”. Kata Khabir”, digunakan untuk
mendalami masalah. Seorang pakar dalam bidangnya dinamai “Khabir”,
karena menunjuk pengetahuan yang dalam dan rinci menyangkut hal-hal
yang tersembunyi. Menurut Imam Al-Ghazali Khabir adalah yang tidak
tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam dan disembunyikan, tidak
terjadi didunia maupun dialam raya kecuali diketahui-Nya.

“Tidak seorangpun yang mengetahui dibumi mana ia akan mati.


Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal („Alimun Khabir)”
Qs. Luqman :34.

“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling


bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal. Qs. Al-
hujurat : 13.

Dalam hal ini kasus pembicaraan rahasia antara isteri-isteri Nabi Saw, Aisyah
dan Hafsah menyangkut sikap mereka kepada rasulullah Saw yang lahir dari
kecemburuan mereka terhadap isteri nabi yang lain, Zainab Ra. “Tatkala dia
(Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu dia
(Hafsah) bertanya, “Siapakah yang  telah memberitahu hal ini kepadamu? “ Dia
(Muhammad) menjawab, „Telah diberitahu kepadaku oleh Al-„Alim, Al-Khabir (yang
 Maha mengetahui lagi Maha Mengenal)” Qs. At-Tahrim : 3.

Ya Allah.. Ya Khabir.. yang mengetahui apa yang ada didalam lubuk hati
kami yang terdalam, Yang Mengetahui sekecil apapun yang ada di Alam Raya dan di
Bumi ini, berilah kami sedikit pengetahuan Ilmu Agama ajaran dari-Mu. Agar kami
lebih memahami dari Kitab-Mu dan dari Sunnah Muhammad yang kau utus untuk
rahmat seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Yang Lebih Mengetahui dari pada
kami. Allah Ya Rabbul Izzati.  

 
121

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 121/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Halim
Yang Maha Penyantun

Kata Al-Halim terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf Ha,
lam, dan mim yang mempunyai tiga makana yaitu, “tidak bergegas”, “lubang
karena kerusakan” serta “mimpi”. 

“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak
lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu.
 Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka
Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang

sangat lembut hatinya lagi Penyantun”. (Qs. At-Taubah : 114).

“Sesungguhnya Ibrahim itu benar -benar seorang yang Penyantun lagi


 penghiba dan suka kembali kepada Allah”. (Qs. Huud : 75).

“Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat
sabar 60.”  (Qs. As-Shafat : 10). Sangat wajar bila Ibrahim dan Ismail. As
menyandang pujian, karena mereka diuji Allah dengan ujian kemarahan,

kesedihan yang begitu mendalam, namun mereka dapat menahan gejolak


hatinya. Tidak tergesa-gesa dalam bertindak.

“Mereka ber kata: "Hai Syu'aib, Apakah sembahyangmu menyuruh kamu


agar Kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami atau melarang
Kami memperbuat apa yang Kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya
kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi beraka61.” (Qs. Hud : 87).

Konon Al-Ahnaf bin Qais adalah manusia biasa yang mencapai


puncak dalam sifat Halim. Ketika seseorang membunuh putranya dan ia
bertemu dengan pembunuhnya yang masih berlumuran darah, akan tetapi ia
menahan amarahnya sambil berucap “kuburkanlah anak pamanmu”. Kisah

60
 Yang dimaksud ialah Nabi Ismail a.s.

61
 Perkataan ini mereka ucapkan untuk mengejek Nabi Syu'aib a.s.

 
122

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 122/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

ini sedemikian berkesan, sehingga ia ditunjukkan kepadanya “Ahlam mim


 Ahnaf” (Dia melebihi Ahnaf dalam kelapangan dada).namun betapapun
tinggi toleransi dan kemampuan menahan amarah dari makhluk, maka tidak
dapat mencapai sifat Allah Al-Halim.

Imam Al-Ghazali menjelaskan sifat  Al-Halim  yang disandang Allah


sebagi, “Dia yang menyaksikan kedurhakaan para pendurhaka, melihat
pembangkangan mereka, tetapi kemarahan tidak mengundang-Nya
bertindak, tidak juga ia langsung murka atau langsung menjatuhkan sanksi – 

padahal ia amat kuasa”. “Seandainya Allah menjatuhkan sanksi (di dunia ini)
terhadap manusia sebagai balasan atas perbuatan mereka, maka Dia tidak akan
membiarkan diatas permukaan bumi ini satu binatang melatapun (manusia). (Qs.
Fathir : 45). Sifat Allah ini, tercermin dari penangguhan siksa terhadap
mereka yang bergelimang dalam dosa atau terhadap yang tak mau tahu akan
perintah-Nya, walau demikian rezeki-Nya tidak diputus untuk mereka.

 
123

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 123/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Azhim
Yang Maha Agung

Kata  Al-Azhim terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf ‟ain, zha 
dan mim yang menunjuk kepada makna “agung dan besarnya sesuatu”. Kalau
yang ditunjuk itu materi maka ia berarti “panjang, lagi tinggi, besar, lebar
atau dalam luas dalam jangkauan mata.

Allah maha Agung, karena mata tidak mampu memandang-Nya dan


akal tidak dapat menjangkau hakekat wujud-Nya. Allah Maha Agung,
karena keagungan-Nya melebihi segala yang agung, bahkan keagungan

segala yang agung adalah berkat Anugerah-Nya. Ada yang mensifati Al-
Qur‟an, „ Arsy (Singgasana), kata Azim yang menjadi sifat allah adayang
berdiri sendiri, dan ada juga yang dirangkaikan dengan Al-Aliy (Maha
tinggi) seperti pada akhir kalimah ayat Al-Kursi. 

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa

izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi62 Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.  (Qs. Al-Baqarah : 255).

Rasulullah Saw bersabda ; “Alkibriya u Ridai y, Wa Al Azhamatu Izary


(kebesaran adalah selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-Ku). “Fa sabbih
Bismi Rabbikal Azhim”(Maka sucikanlah nama Tuhanmu yang maha Agung).

Mengandung pesan agar mensucikan Tuhan dari segala kekurangan, dalam sifat, zat
dan perbuatan-Nya; serta jangan menamai-Nya kecuali dengan nama-nama yang
terbaik. Allah Swt berfirman : “Dan barangsiapa mengagungkan syiar -syiar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (Qs. Al-Hajj : 32).

62
  Kursi dalam ayat ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula
yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

 
124

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 124/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Ghafur
Yang Maha Pengampun

Kata Al-ghafur sama dengan Al-Ghafar ditinjau dari akar katanya yakni

“ghafara”, dengan segala makna yang telah diuraikan ketika menjelaskan


tentang  Al-ghaffar drangkaikan dengan sifatnya yang lain, khususnya  Ar-
Rahim, Al-Halim, Al-Afuw  dan lainnya. Banyaknya disebut dalam Al-Qur‟an
 Al-Ghafur member kesan bahwa Allah membuka pintu seluas-luasnya bagi
hamba-Nya yang bermohon. Dinyatakan, “Allah mengajak ke surge dan
 pengampunan-Nya atas izin-Nya” (Qs. Al-baqarah : 221). Allah bukan mengajak
hamba-Nya pada surga juga ampunan dan mendorng, sebagaimana Firman-
Nya: “Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”
(Qs. Ali-Imran ; 133).

Ibnu Al-Arabi mengemukakan akar kata ini adalah Ghafir, Ghafar,


Ghafur.  Sifat Ghafir   memandang menutupi untuk diampuni aib dan
kesalahan. Ghafar   menutup aib dan kesalahan didunia, dan Ghafur   menutup

aib dan kesalahan di akhirat. Pendapat lain mengatakan bahwa Ghafir  


menutupi “sebahagian”, Ghafar   menutupi “Kebanyakan,   dan Ghafur   menutupi
“keseluruhan”.  

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri


mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
 Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. Qs. Az-Zumar : 53.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia


mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar”. Qs. An-Nisa : 48

 
125

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 125/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Imam Al-Ghazali membedakan sifat Ghafur   mengandung semacam


mubalaghah (kelebihan penekanan),  Al-Ghaffar   menunjukkan kepada
Maghfirah (Pengampunan menyeluruh/penutupan yang rapat), sedang
Allah  Al-Ghafur   dalam arti sempurna pengampunan-Nya hingga mencapai
puncak tertinggi dalam Maghfirah.

 
126

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 126/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Asy-Syakur
Yang Maha Menerima Syukur

Syakur terambil dari akar kata “Syakara” yang maknanya pada “pujian


atas kebaikan”, serta “penuhnya sesuatu”. Dalam Al-Qur‟an kata”Syukur” biasa
diperhadapkan dengan kata “kufur” seperti firman-Nya :

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,  pasti Kami akan menambah (nikmat)


kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (Qs. Ibrahim : 7).

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
 Maha mengetahui”. (Qs. Al- Baqarah : 261).

Syukur juga berarti ”puji”. Setiap pekerjaan yang baik yang lahir dari
alam raya semuanya atas izin Allah. Pujian apapun yang kita sampaikan

kepada pihak lain, akhirnya kembali jua kepada Allah. Itu sebabnya kita
diajarkan untuk mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji hanya bagi Allah),
Allah juga memuji Nabi_nabi-Nya, hamba-hamba-Nya yang Shaleh dan taat,
“Inna Allaha Syakirun „Alim (Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri Hambanya 
yang berbuat kebaikan, lagi Maha mengetahui)”. (Qs. Al-Baqarah : 2).

Manusia yang bersyukur kepada makhluk/manusia lain, adalah dia


yang memuji kebaikan serta membalasnya dengan yang lebih baik atau lebih
banyak dari apa yang dilakukan oleh yang disyukurinya. Syukur yang
demikian dapat juga merupakan syukur kepada Allah. Memang manusia
tidak dapat melakukan syukur dengan sempurna, bagaimana tidak pujian
tersebut juga akan kemabali kepada Allah jua. Kemudian betapapun apa
yang diusahakan tidak sesuai atas limpahan karunia-Nya, “Subhanaka La
Nuhshi Tsanan „alaika Anta Kama Asnaita „Ala Nafsika” (Maha Suci Engkau Ya

 
127

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 127/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Allah, kami tidak mampu memuji-Mu Pujian terhadap-Mu adalah sebagaimana


 pujian-Mu atas diri-Mu). Itu ucapan yang diajarkan Nabi Muhammad Saw
kapada kita.

Dalam ruku‟ dan sujud pun kita merangkaikan pujian terhadap Allah
“Subhana Rabbiyal Azim Wa Bihamdihi”, dan “Subhana rabbiyal „Alaa Wa
Bihamdihi”. 

 
128

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 128/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Aliy
Yang Maha Tinggi

Kata  Al-Aliy yang terdiri dari huruf-huruf ain, lam, ya‟ atau wauw,

menunjuk kepada makna “ketinggian”. Dari sini lahir makna-makna lain


seperti “sombong”, karena yang bersangkutan mersa dirinya lebih tinggi dari
yang lain. “menaklukkan” dan “mengalahkan”, karena keduanya
berkedudukan lebih tinggi dari yang ditaklukkan dan dikalahkan. Allah Swt
Maha Tinggi, sekaligus menaklukkan seluruh makhluk-Nya. Allah Maha
Tinggi dan tidak ada ketinggian kedudukan yang melebihi ketinggian-Nya.

“Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan
Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi”. QS. Maryam : 50.

“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi”. Qs. Maryam : 57. 

Ketika Allah. Swt Berfirman:  “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah


yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di
atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi
syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan
kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Qs.
Yunus : 3). 

Bersemayam diatas Arsy bukan berarti dia menampati tempat itu,


Arsy adalah makhluk yang tertinggi, lagi tidak dapat disentuh kecuali oleh
yang memiliki kedudukan suci lagi tinggi. Karena itu, Allah Maha Tinggi,
sedemikian tinggi-Nya serta sedemikian kuat-Nya pula sehingga tidak ada
yang dapat mengalahkan-Nya, bahkan tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak
 juga kedudukan yang serupa bahkan yang mendekati kedudukan-Nya.

Hendaknya disadari pula bahwa jalan menuju ketinggian. Atau


menurut istilah Al-Qur‟an Al-Aqabah” (Jalan mendaki). “Tahukah kamu
Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?”. Adalah jalan yang setiap
langkahnya menuntut ketegaran dan tekad. Sepanjang perjalanan mendekati

 
129

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 129/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

puncak, akan terdengar sorak-sorai menakut-nakuti pendaki atau rayuan


agar membatalkan perjalanan apalagi jalan awalnya belum terbentang luas,
nikmatnya pun dikecup. Tetapi bila himmah kuat dan tekad membara,
sehingga perjalanan dilanjutkan, akan ditemukan –  setelah mendekati
puncak jalan yang terbentang luas. Juga tersedia telaga-telaga air yang jernih
serta tempat peristirahatan yang sejuk dan ketika itu sorak-soraipun mulai
berkurang atau hanya terdengar sayup-sayup, sehingga perjalanan akan
terasa mudah dan santai63.

Seseorang dapat meneladani sifat Allah ini sesuai kemampuannya


sebagai makhluk, dengan jalan menghiasi dirinya dengan “himmah” (Ambisi
Positif) guna meraih kemuliaan dan ketinggian serta menjauhi perkara-
perkara yang tidak berarti dan sia-sia, sehingga dapat mencapai ketinggian
kemanusiaan, sesuai dengan tuntunan Allah. Swt. Imam Ali ra. Berpesan :
“Ketinggian Himmah adalah manifestasi Iman”.  

63
 Begitu uraian Abu Yazid AlBustamy, Al-Aliy. Menyingkap Tabir Ilahi. Hal. 182

 
130

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 130/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Kabir
Maha Besar

Kata  Al-Kabir terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf

Kaf, Ba, dan Ra. Yang berarti “Besar”. Al-Ghazali mengemukakan pendapat.
Menurut Hujjatul Islam itu, kebesaran adalah “kesempurnaan zat”,  yang
dimaksud dengan zat adalah wujud-Nya sehingga kesempurnaan zat-Nya
adalah kesempurnaan wujud-Nya. Selanjutnya, kesempurnaan Wujud,
ditandai oleh dua hal yaitu keabadian, dan sumber wujud.

Salah satu ayat yang menyebut sifat ini menyatakan bahwa, “(Kuasa
 Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil dan
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. Al-Hajj :
62).

Sifat  Al-Kabir   ini, juga mencakup makna ketiadaan kebutuhan (maha


kaya), sehingga pada akhirnya tiada Yang Maha Besar kecuali Allah. Swt.
Seperti ucapan putrid Yaqub yang diabadikan dalam Al-Qur‟an, “Kami tidak
dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu
memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut
umurnya” (Qs. Al-Qashash : 23).

Al-Qur‟an mengisyaratkan berbagai keangkuhan dan kebesaran yang


tercela yang disandang manusia. (Keangkuhan) terhadap Allah terhadap
ayat-ayat-Nya, terhadap nabi dan rasul-Nya. Seperti halnya Raja Namrud

penguasa pada zaman nabi Ibrahim. As.


“Apakah kamu tidak memperhatikan orang 64 yang mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan
(kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan

64
 Yaitu Namrudz dari Babilonia.

 
131

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 131/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". 65 
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka
terbitkanlah Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi
 petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. Qs. Al- Baqarah : 258.

Kemudian yang meneladani sifat-Nya hendaknya menyadari bahwa


Allah dengan kebesaran-Nya terhadap semua makhluk. Maka ia harus
berusaha untuk menjadikannya besar dihadapan Allah. Swt, seperti
penguasaan Ilmu serta mengamalkannya, keluhuran akhlak, keutuhan jati

diri, kekayaan yang diperoleh dari hasil yang halal, kemudian menyalurkan
dan membagikannya. Kepada yang lain. Melalui ucapan dan keteladanan
yang baik. Wa Allahu „Alam. 

65
  Maksudnya raja Namrudz dengan menghidupkan ialah membiarkan hidup, dan yang
dimaksudnya dengan mematikan ialah membunuh. Perkataan itu untuk mengejek Nabi Ibrahim a.s.

 
132

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 132/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al- Hafidz
Yang Maha Penjaga

“Berkata Ya'qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin)

kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada


kamu dahulu?"66  Maka Allah adalah Sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha
Penyanyang diantara Para Penyanyang”. (QS. Yusuf : 64).

“Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar
Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari
siapa yang ragu-ragu tentang itu. dan Tuhanmu Maha memelihara segala sesuatu”. 
(Qs.Saba‟:21). ”Tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada
 penjaganya.(pemeliharanya).  QS. At-Thariq : 4.

“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar ”. (Qs. Al-Baqarah :255).

Ayat Al-Qur‟an yang secara langsung menyebutkan nama ini sebagai


NamaNya adalah: “…‟ maka Allah lah sebaik-baik Yang Menjaga.” (QS. Yusuf :
64). Dan ayat: “Sungguh Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an, dan kami pula
yang senantisa Menjaganya.” (QS. Al-Hijr : 9).  Al-hafidz  mempunyai makna:
“…Dzat Yang Maha Menjaga hamba-hambaNya secara khusus dari segala

hal yang menjerumuskannya kedalam kerusakan dunia maupun akhiratnya.


“Dalam arti luas, nama tersebut member informasi bahwa Dia Menjaga
seluruh yang ada di bumi dan langit dari segala hal yang tidak
dikehendakiNya dan yang tidak diRidhaiNya.

66
  Maksudnya: bahwa Ya'qub A.s. tidak dapat mempercayakam Bunyamin kepada saudara-
saudaranya, karena Dia kuatir akan terjadi kejadian seperti yang dialami oleh Yusuf dahulu.

 
133

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 133/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Atas dasar ini, Rasulullah Saw pernah member anjuran: “Bila salah
seorang diantara kalian ada yang hendak menuju ke peraduan, sebaiknya ia
raih jariknya untuk selimut, lalu merebahkan badan dengan berbantal tangan
kanannya, seraya berdoa: “Bismika Rabbi wa dhia‟ti janibii wa bika arfa‟ihi in
amsakhtuha faar hamha wa in arsaltuha faa hafidziha bimaa tahfidzu bihi ibadika.”
Artinya : “Dengan Menyebut namaMu, aku letakkan lambungku untuk merbahkan
badan. olehMu jua aku mengangkatnya. Kiranya Engkau mengengam ruhku kala
tidur,rahmatilah ia; jika Engkau melepasnya kembali kedalam jasadku, jagalah ia
dengan penjagaan yang selalu Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang
shaleh” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah dan Muslim).

Kata „menjaga‟ dalam bahasan ini juga berti „memberikan


pemeliharaan.‟ Dengan begitu, nama  Al-Hafidz selain menjadi nama, ia juga
merupakan sifat dari dzat dan mencerminkan af‟alNya. Dan lagi, „menjaga‟
ini adalah lawan dari „membiarkan tidak terawatt, sehingga hancur
dikemudian hari.‟ Allah Swt tidak pernah membiarkan makhlukNya

kepadaNya. Sekedip pun, tidak. “Katakanlah siapa yang akan melindungi kalian
dari siksa Dzat Yang Maha Pengasih kala Malam dan siang? (QS. Al-Anbiya‟ : 42).
Dia mengutus malaikat Hafadzah untuk menjaga kalian.” (QS. Al-An‟am : 61). 

Demikianlah; dan siapa pun yang telah meresapkan nama ini kedalam
sanubarinya, ia akan enggan berbuat kerusakan dimuka bumi. Ia kan
tergugah untuk menjaga aturan-aturan Allah Swt. Makna Iman dan Islam

mengendap dalam dadanya. Ia juga akan merasa berkewajiban menjaga dan


mengurus segala yang Allah titipkan padanya untuk diurus, dirawat dan
dijaga. Ada sepatah kata bijak: “Barangsiapa yang memelihara anggota
badannya hanya untuk Allah, maka dia akan memelihara hatinya; dan siapa
pun yang menjaga hak-hak Allah, maka Dia akan menjaga hak-haknya.
“Dalam hadist riwayat Ibn‟ Abbas, Rasulullah Saw bersabda: “Berlindunglah
 pada Allah, maka Dia akan melindungimu. Indahkanlah aturan-aturanNya, maka

kau akan dapati Dia selalu mendukungmu.” 


Dalam Al-Qur‟an, Allah Swt menjanjikan kenikmatan surge diakhirat
kelak kepada orang-orang yang senantiasa mengindahkan aturan-aturaNya.
Segudang kabar gembira untuk mereka: “Inilah surge yang dijanjikan  untuk
kalian, untuk orang-orang yang selalu kembali padaNya dan menjaga aturan-
aturanYa.” (QS. Qaf : 21).

 
134

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 134/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muqit
Yang Maha Pemelihara

“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik niscaya ia akan


memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang
buruk niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (QS. An-Nisa : 85)

Nama ini tercatat sebagai  Asmaul Husna  berlandaskan ayat diatas.


Makna dari nama ini adalah Maha menjaga (memelihara), mengawasi dan
Maha Kuasa member rizki pada setiap makhlukNya. Para ulama member

berbagai macam arti untuk kata ini. Ibn „Abbas mengartikan kata ini dengan
Maha Kuasa dan Maha Membalas. Sedangkan Qatadah memaknai kata ini
dengan  Al-Hafidz (Maha Menjaga). Imam Mujahid mengartikan kata ini
dengan  Al-Syahid (Maha Mengawasi). Dialah Allah yang Maha
menyemurnakan rizki kepada semua makhlukNya sesuai dengan kehendak
dan kebijaksanaanNya.

 Al-Muqit, yang bermakna Maha Memelihara, Allah Menjaga semua


ciptaanNya dari kejahatan dan mengantikannya dengan kebaikan. Allah
memelihara kita dari segala kesesatan melalui kalamNya dengan
petunjukNya yakni Al-Qur‟anul karim. Maka patut bagi Mukmin yang
meneladani sifat ini memelihara dirinya dari segala perbuatan yang sia-sia,
yang tidak berguna, memelihara dirinya dari perbuatan jahat dan syirik. Ia
menjadikan malam kepada makhlukNya untuk beristirahat, Allah menjaga

bumi dari benda-benda asing yang jatuh kebumi dengan lapisan Atsmosfir.
Begitu banyak pemeliharaan Allah terhadap makhlukNya, Nikmat yang
manakah yang kita dustakan? Allah Adalah sebaik-baikNya Pemelihara
patutlah kita bersyukur kepadaNya, jangan melangar perintahNya.
Subhanallah., 

 
135

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 135/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Hasib
Yang Maha Mencukupi
Yang Maha Pembuat Perhitungan

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu". (Qs. Al- Isra : 14).

“(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah mereka takut


kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah.
dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan”. (Qs. Al- Ahzab : 39).

“ Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka


balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
 penghormatan itu (dengan yang serupa)67 . Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu”. (QS. An-Nisa : 86).

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka
Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat
biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai

Pembuat perhitungan”. (QS. Al- Anbiya‟ : 47). 

Allah Berfirman : “Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian


itu). Ketahuilah bahwa segala hokum (pada hari itu) kepunyaanNya. Dialah Pembuat
 perhitungan yang paling cepat” (QS. Al-An‟am : 62). Makna Al-Hasib ialah Dzat
yang Maha mencukupi semua yang dibutuhkan hamba-hambaNya dalam hal
urusan agama, dunia dan sesuatu yang bermanfaat maupun yang
membahayakan. Dia hanya mencukupi pada hamba-hambaNya yang
bertakwa yang berpasrah hanya padaNya. Khususnya keperluan yang
mengacu pada perbaikan amaliah agama dan dunianya.

Kemudian Dia menghitung amal mereka: jika baik, maka akan dibalas
dengan kebaikan; sebaliknyaapabila jelek, maka akan diblas dengan

67
  Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum. 

 
136

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 136/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kejelekan pula. Seorang hamba yang merenungkan nama ini lengkap dengan
kandungan isinya, akan mengetahui bahwa Allah Maha Cepat menghitung
amal perbuatan hambaNya. Dia pula yang membalas semua amal yang
mereka perbuat.

Diriwayatkan dari “Umar bin Khaththab bahwa ia pernah berkata :


“Evaluasi diri kalian sebelum Allah yang mengevaluasi kalian; timbanglah
mal perbuatan kalian sebelum Allah menimbangnya; dan bersiaplah untuk
menghadapi Hari Kiamat, Allah Swt berfirman: “Pada hari itu kau dihadapkan

(kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (Bagi
 Allah).” (QS. Al-haqqah : 18).

Hamba yang sadar akan selalu merasa butuh hanya kepada Allah
dalam setiap keperluannya; semua yang ia dapatkan langsung dari Allah,
atau melalui perantara makhlukNya- karena Allah juga menjadikan sebab-
sebab didalam memenuhi kebutuhan, pada hakikatnya semua itu semata
adalah milik dan anugerahNya. Selain itu, ia juga akan selalu menyibukkan
hati dan dirinya untuk mengabdi kepada Allah, sehingga semua keinginan
dan harapanya disandarkan hanya kepadaNya. Allah berfirman: “Bukankah
 Allah yang mencukupi hambaNya”. (QS. Az-Zumar : 36).

Ya Allah., Ya Hasib Yang maha Cepat PerhitunganNya, sungguh kami tidak


mampu membawa akan dosa-dosa yang melampaui. Ya Rabb ampunilah dosa-dosa
kami, dosa ibu bapak kami, dosa-dosa saudara kami yang seiman, kaum muslimin dan
muslimat yang hidup maupun yang wafat,kelak kami akan dihadapkan padaMu,
kami malu akan segala dosa kami Ya Rabbu Izzati, sesungguhnya Engkaulah yang
mencukupi atas segala keperluan kami, kami lalai,lupa dan sering tidak bersyukur
atas pemberian nikmatmu. Sesungguhnya engkau Maha Mendengar lagi maha
melihat. Wa Shalallahu alaa Sayyidina Muhammad wa alaa alihi wa ashabihi wa
sallam. Amin

 
137

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 137/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Jalil
Yang Maha Luhur

“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan,
 Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”.  (Qs. Ar-
Rahman : 27-28).

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
 Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi

lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya
kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu 68 
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah
 Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau
dan aku orang yang pertama-tama beriman".  (Qs. Al-A‟raf : 14).

Kata  Al-Jalil berakar dari kata Yujil yang berarti; membesarkan atau
mengagungkan seseorang atau mengangapnya besar. Sifat  Al-Jalil diturunkan
dari kemulian, martabat, dan kebesaran. Dia terlalu agung untuk berbuat
sesuatu yang tidak sesuai dengan kemuliaanNya, Yang menyucikan hati
dengan memanifestasikan sifat keagunganNya.  Al-Jalil yang berhak
memerintah dan melarang; selainNya, setiap tokoh besar sama memberikan
kejayaan kepada mereka yang mendekatiNya dan berendah hati kepada
orang-orang yang Dia bebaskan dari kehadiranNya.

 Al-jalil mutlak adalah Allah. Sifat  Al-Jalil mengambarkan


kesempurnaan dari sifat-sifatNya. Semua sifat kepunyaaNya disebutkan
sesuai dengan tingkatan orang yang bisa membayangkannya; sehingga, Dia

68
  Para Mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan
kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah.
Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai
sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.

 
138

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 138/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menggunakan pikiran tersebut dan tidak keletihan; Dia tidak pernah bisa
dilihat oleh siapapun, namun Dia menyaksikan segalanya. Ketika kualitas-
kualitas keagungan disandarkan pada nalar yang berpikir yang mapu
membayangkan mereka, mereka disebut indah, dan yang mereka gambarkan
disebut keindahan.

Pada mulanya, sifat  Al-Jalil secara linguistik diterapkan pada sebuah


gambar yang bisa dilihat oleh mata tak peduli apa yang ia lambangkan,
gambar yang sesuai dan cocok dengan penghliatan. Selanjutnya, hal itu

diterapkan kepada gambar batin yang bisa dibayangkan oleh minda seperti
seseorang yang mungkin membicarakan “perilaku indah”, karena ia bisa
dibayangkan oleh pikiran ketimbang penghliatan mata. Kemudian, gambar-
gambar batin sekiranya harmonis dan menggabungkan sifat-sifat  
kesempurnaan yang sesuai dengan mereka-sebagaimana seharusnya mereka
demikian memberi suatu keindahan batin sebagaimana mereka
menyampaikan kepada siapa saja yang memperhatikan dan memandang
mereka sebagai kesenangan visual. Tentunya, keindahan batin lebih kuat
ketimbang keindahan lahiriahnya.

Bagian seorang hamba Allah yang mungkin turun dari inspirasi sifat
ini adalah bahwa ia menghiasi dirinya sendiri dengan keindahan dan
mencamkan dalam pikiran bahwa Dialah yang telah mengaruniakan
kepadanya rahmat keindahan, menjadikan keindahan dari suatu citra yang

dapat terlihat dari bati. Rasulullah Saw biasa mengucapkan doa berikut
setiap selesai shalatnya:  Allahuma jalali wal ikram (Ya Allah, Engkaulah
(sumber) keselamatan, dan dariMu keselamatan. Mahasuci Engkau dan
Mahatinggi Engkau, Wahai Yang memiliki keagungan dan kemuliaan).

Rasulullah Saw juga telah bersabda, “Tempatkanlah Allah dalam


kedudukan yang tinggi supaya Dia mengampunimu,” Yakni, agungkanlah
Dia dengan menaatiNya dan jauhkanlah dirimu sendiri dari melakukan
kedurhakaan kepadaNya dan carilah kedekatan kepadNya, agungkanlah Dia
dengan mengerjakan apa yang telah diperintahkanNya kepadamu.

 
139

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 139/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Karim
Yang Maha Mulia

“Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk


(kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya
Tuhanku (Ghaniyun karim) Maha Kaya lagi Maha Mulia".  (Qs. An- naml : 40).

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Al- hujurat : 4).

Allah berfirman: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu


(sehingga berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.” (QS. Al-
Infithar : 6). “Maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Pemurah.” (QS.
Al-Naml : 40). Makna dari kata ini adalah Dzat yang member sesuatu tanpa
ada ukuran dan takaran serta mengerti keinginan para pelaku maksiat
sebelum mereka. Bukti dari sifat kemurahan Allah adalahsaat seorang taubat
dari dosa, maka Allah akan melebur semua dosa yang dikerjakannya dan dia
ditempatkan ditempat yang bagus, sebagaimana firman Allah: “kecuali orang-
orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh, karena itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
 Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan : 70).

Abu Dzar pernah mendengar cerita dari Rasulullah Saw sedikit

tentang prosesi perhitungan amal di Hari Kiamat kelak.


Sungguh aku tahu siapa yang paling paling terakhir masuk surge sekaligus
 paling terakhir keluar dari neraka,” kata Rasulullah Saw mulai bercerita, “Kau
tahu siapa dia?” tenang. Beliau lalu melanjutkan ceritanya.

“Dialah orang yang didatangkan bersama selur uh amal perbuatannya untuk


diadili. Kemudia terdengar suara perintah kepada para malaikat: „Perluhatkan semua

 
140

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 140/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

dosa kecilnya dan hindarkan dosa besarnya buat sementara waktu!‟ Orang itu lantas
ditanya: „Kau telah berbuat ini dan itu? Kau telah pula berbuat ini dan itu di hari
kesekian?‟ Orang itu menjawab: „Ya! „ia tidak dapat mengelak sedikitpun; ia
ketakutan kalau-kalau dosa besarnya juga diungkit, diperlihatkan pula padanya.” 

Abu Dzar masih mendengarkan. Beliau meneruskan:

“….suara dating dan bertanya pada orang itu: „… tapi, pada setiap tempat
 perbuatan burukmu , kau masih punya sejemput kebaikan!‟ Ia lantas mengadu pada
Tuhan: „Duhai Tuhanku, aku dulu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
kulihat kini disini!” 

“Sungguh aku melihat Rasulullah Saw tertawa hingga tampak gigi


geraham beliau, “ Kata Abu Dzar69 

Termasuk bukti kemurahan Allah adalah Dia menyamarkan dosa


yang diperbuat hambaNya, menutup aib mereka dan melupakan apa yang
mereka kerjakan. Ketika mereka melakukan sedikit ketaatan, maka Allah
member pahala yang berlimpah.

69
  Hadis Riwayat Muslim (190) tentang al-iman dalam bab penjelasan tentang calon
 penduduk di surga yang paling bawah.

 
141

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 141/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ar-Raqib
Yang Maha Mengawasi 

“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu,

Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan
ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan tunggulah azab
(Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu ." (Qs. Hud : 93).

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya


 Malaikat Pengawas yang selalu hadir ”. (Qs. Qaaf : 18).

Qs. Al-Maidah : 17-18

Al-Qur‟an member kita isyarat jelas bahwa nama ini tergolong  Asmaul
 AlHusna, dalam ayat: “Sungguh Allah Maha Mengawasi kalian”  (QS. An-Nisa:
1).  Allah senantiasa mengawasi semua makhlukNya.”  (QS. Al-Ahzab: 52).  Al-
Raqib, Dialah Yang mengawasi semua yang terjadi di alam raya ini tanpa
kecuali. Bahkan, pengawasaNya hingga seluk-belu apa pun yang
tersembunyi dalam dada.

PengawasaNya juga berarti pemeliharaaNya akan keteraturan alam


semesta. Semua tindakan yang dilakukan manusia bahkan tidak ada
kesempatan luput dari rekamanNya. “Dia „bersama‟ kalian dimanapun kalian
berada.”  (QS. Al-Hadid: 4). Tiadakah ia, si durhaka itu, tahu bahwa Allah
senantiasa melihatNya?”. (QS. Al-Alaq: 14). “Sungguh, engkau selalu berada dalam
 pengawasan kami”. (QS. At-Thuur: 48). Demikianlah penjelasan yang diberikan
oleh Al-Qur‟an mengenai makna nama Allah  Al-Raqib ini.

Keyakinan bahwa Allah senantiasa mengawasi gerak-gerik


hambaNya, inilah yang disebut muraqabah; suatu kesadaran yang terlahir dari
penghayatan mendalam tentang nama  Al-raqib ini. Rasulullah Saw pernah
ditanya perihal ihsan; dan beliau menjawab: “Ihsan ialah bahwa engkau
menghamba padaNya seakan engkau melihatNya. Bila tiada engkau melihatNya,
maka sesungguhnya Dia senantiasa melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim).

 
142

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 142/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Untuk meningkatkan sikap muraqabah ini, perlu diingat bahwa Allah


telah menugaskan dua malaikat untuk setiap manusia guna „mencatat‟
seluruh amal perbuatannya. Dia juga perlu tahu bahwa balasan
perbuatannya sebenarnya bergantung pada sebesar apakah „rasa‟ muraqabah
dalam setiap sesi kehidupan dunianya. Dan siapa pun telah sempurna
muraqabahnya, ada jaminan bahwa umurnya tidak akan hilang sia-sia. Justru
sebaliknya, ia akan semakin naik hingga menuju suatu tingkatan, dimana ia
tiada melihat dan merasakan melainkan kehadiranNya.

Orang yang taat atas muraqabah dan karena malu padaNya akan lebih
banyak meninggalkan maksiat. Sebab siapa saja yang menjaga dan
menyeimbangkan gerak hatinya, maka akan memberikan arti dari setiap
helaan nafasnya lantaran akan pengawasaNya. Atau bahkan anda sama
sekali tiada berpikir bahwa Dia sekarang telah mengawasi anda, bahkan saat
yang sekali-kali tidak pernah kita sadari.

Ya Allah.. Ya Raqib, sungguh kami ini selalu diawasi oleh malaikatMu Raqib
dan Atit, setiap hari, setiap kejadian yang mencatat amal baik dan buruk dikanan dan
dikiri kami, kami malu akan dosa-dosa kami Ya rabb, yang kelak catatan itu akan
dipertanggung jawabkan dihadapkan padaMu, Ya Rabb. Kami tidak mampu
membawa catatan buruk, Ya Raqib.,setiap kami bangun dari tidur dosa selalu
menghampiri maka aku bermohon tuntunlah aku selalu dalam kebaikan, agar
senantiasa aku bertambah cinta padaMu Ya Ilahi Rabbi.,. Wa shalallahu alaa
Sayyidina Muhammad wa ala alihi wa ashabihi wa salam. Alhamdulillahi rabbil
alamin.

 
143

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 143/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mujib
Yang Maha Memperkenankan

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka

(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
 perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran”. (Qs al- baqarah ; 186).

“Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: Maka Sesungguhnya Sebaik-baik


yang memperkenankan (adalah Kami)”. (Qs. As-Shafat : 75).

“Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh


berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
 pemakmurnya karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)." (Qs. hud ; 61).

Membahas  Al-Mujib, Allah, mengabulkan permohonan mereka yang


memohon kepadaNya dan membantu mereka. Dialah yang menjawab
munajat orang-orang yang bermunajat kepadaNya, Yang memenuhi
kebutuhan orang-orang yang membutuhkan sebelum mereka sendiri berdoa
kepadaNya, dan sejak keabadian Dia mengetahui semua keperluan mereka,
sehingga Dia telah menyiapkan bagi merka sarana-saran guna memenuhi
semua kebutuhan mereka.  Al-Mujib menjawab permohonan orang yang

memohon kepadaNya. Sejak masa pra-keabadian, Dia tahu selanjutnya apa


yang dibutuhkan mereka. Dia mengabulkan permintaan orang-orang yang
dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan, dan Dia tidak
mengecewakan siapapun yang memohon kepadaNya.

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):


"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara

 
144

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 144/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari
sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai
 pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali-Imran :
195).

Allah mampu menjawab dengan berbagai jalan. Ketika sebagian

sahabatNya butuh sesuatu, Dia memenuhi kebutuhan mereka dan bahkan


mungkin Dia menciptakan keadaan-keadaan sulit dengan sengaja bagi
mereka karena tekad mereka dan untuk terima kasih mereka kepadaNya
ketika masa mudah dan masa sulit. Maka ketika mereka hampir putus asa,
Dia mengabulkan permintaan mereka dengan ganjaran yang indah dan
dengan isyarta keridhanNya bahwa Dia akan menjawab doannya dengan
baik dimana Dia mengetahui kepentingan terbaiknya dan disaat Dia memilih,

ketika waktu itu dipilih oleh hambaNya. Karena itu jangan kehilangan
harapan karena penangguhanNya dalam menjawab doamu. Sebab,
penangguhan semacam itu bisa membuktikan sebagai yang lebih baik
bagimu. Bahkan Allah mungkin memilih untuk memberimu sesuatu yang
lebih baik dari apa yang engkau minta kepadaNya. Maka, mintalah
kepadaNya sebagai orang yang yakin akan pengabulanNya yang
menyenangkan.

Rasulullah Saw biasa berkata, “Berdoalah kepada Allah, percayalah akan


 jawabanNya atas doamu, dan hati-hatilah Allah tidak menjawab permohonan orang-
orang yang lalai dan acuh.” (HR. At-Tirmidzi). Beliau juga bersabda, “Tak
seorang Muslim pun yang mengajukan permohonan kepada Allah yang
didalamnya tidak ada keinginan untuk melakukan dosa atau
menyambungkan tali kasih sayang (silahturahmi) melainkan Allah akan

memberinya satu dari tiga ganjaran: Dia akan mengabulkan doa tersebut
secara langsung, atau Dia menyimpan ganjaran baginya diakhirat, atau Dia
menjauhkan darinya keburukan.” Para sahabat berkata. “sesungguhnya kami
akan banyak berdoa kepadaNya.” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah 
Maha Besar.” Juga Rasulullah Saw bersabda: “Ketika engkau memiliki sebuah
 permintaan, maka mintalah kepada Allah.” 

 
145

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 145/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Wasi‟ 
Yang Maha Luas

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu

menghadap di situlah wajah Allah70 Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)


lagi Maha mengetahui”. (Qs. Al- Baqarah : 115).

"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu


yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha
mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah ; 247).

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian 71  diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
mengetahui”. (Qs. An-Nur : 32).

 Al-Wasi‟ adalah salah satu dari sifat Allah yang akar katanya
diturunkan dari si‟a, keluasan, kelapangan, daya tampung, kelimpahan, dan
seterusnya. Dalam buku  Al-Nihayah, Ibn Al-Atsir, yang mendiskusikan sifat-
sifat Allah, mengatakan bahwa  Al-Wasi‟ bisa memperkaya setiap orang
miskin, Yang RahmatNya meliputi segala sesuatu. otoritasNya tidak pernah
berakhir. rahmatNya tidak terbatas, kerajaanNya abadi. Dia tidak pernah
menghentikan pemberian. Dia tak pernah kebingungan karena
pengetahuanNya meliputi segala sesuatu; kekuasaanNya mencukupi segala

sesuatu; Pengetahuan, kekuasaan, dan rahmatNya adalah paling besar.


Dialah Zat yang sifat-safatNya tidak terbatas. pengetahuanNya luas, dan
demikian juga rahmat serta ampunanNya; wilayahNya begitu besar.

70
  Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di
mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.

71
  Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak
 bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

 
146

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 146/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Al-Wasi‟ Mutlak adalah Alla Swt. Tidak ada batas pantai bagi
samudera ilmuNya yang luas. Seandainya lautan menjadi tinta, niscaya
lautan habis sebelum kata-kataNya sendiri mengering.

Allah Swt berfirman : “Dan Kami meneggakan langit dengan kekuatan (Kami) dan
sesungguhnya Kamilah yang meluaskan (Nya) segala keperluan.” (QS. 51:47).

Kita seyogyanya merenungkan Allah yang Maha Luas, Karena Dia  Al-
Wasi‟ Mutlak yang kemulianNya meliputi segala sesuatu. Karena Dia
senatiasa ada bagi segenap keabadian. ilmuNya meliputi segala sesuatu.
Tiada masalah yang mengalihkanNya dari yang lain.
pendengaranNyamencakup segala sesuatu; tak satupun permohonan
seseorang bisa mengalihkanNya dari mendengar permohonan orang lain.
kasihNya melingkupi semua ciptaanNya; pertolonganNya terhadap orang
miskin tentu tidak mencegahnya dari membantu orang lain.

Salah satu mensifatinya  Al-Wasi‟, adalah bahwa anda harus

merangkumsemua hamba Allah dengan perlakuan baik dan kebaikan anda


disepanjang waktu; murah hatilah kepada setiap orang. Seorang hamba Allah
semestinya mengingat dan mencari kearifan dan mencontoh Rasulullah Saw.
Ketika Rasulullah mendengar Salah satu doa Badui dalam shalatnya; Ya
 Allah, limpahkanlah rahmat kepadaku dan Muhammad dan janganlah berkasih
sayang kepada siapapun selain kami.” Nabi Saw berkata kepadanya , “Engkau
telah berdoa kepadaNya untuk membatasi sesuatu yang tidak terbatas,” Yakni
rahmat Allah. Rasulullah Saw pun berkata, “ Apabila Allah melimpahkan
kepadamu suatu penambahan (rahmatNya), maka berilah dirimu sendiri suatu
 penambahan.” 

 
147

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 147/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Hakim
Yang Maha Bijaksana

“ Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al


Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
 Allah)”. (Qs Al-Baqarah : 269).

“Demi Al Quran yang penuh hikmah” , (Qs. Yasin : 2)

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”  (Qs Ad-
Dukhan : 4).

Allah berfirman dalam al-qur‟an terkait nama ini: “Dialah Yang Maha
Qahhar atas hamba-hambaNya; dan dia Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui”.
(QS. Al-An‟am). „Bijak‟ bukan saja menyangkut firmanNya, melainkan juga
menunjuk langsung kepada setiap af‟alNya. Semua nama-namaNya
mengandung kemaha-Bijaksanaan yang tiada duanya. Penciptaan,
pengaturan, pemeliharaan alam semesta, perintah dan laranganNya, semua

itu sama sekali tidak mengandung unsur main-main. “Dia Yang


 Memperlakukan semua yang telah Dia ciptakan dengan cara baik”. (QS. As-
Sajadah:7).

Imam Muslim meriwayatkan dari Mush‟ab bi sa‟id bahwa Sa‟id, ayah


Mus‟ab, bercerita: suatu ketika seseorang Arab pedalaman meminta saran
kepada Rasulullah Saw seraya berkata: “Ya Rasul, kiranya engkau berkenan,
ajarilah aku ini sepotong doa yang bias kubaca setiap saat!” Rasulullah Saw
menjawab : begini saudaraku:

“Laa ilaha illallah wahdahu laa syarikalahu, Allahu kabiiru wal hamdulillahi
katsiran wa subhanallahi rabbil alamin, wa laa hauwla quwata illa billahil adzizil
hakim”. 

 
148

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 148/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Hanya Allahlah Tuhan, Tiada duaNya. Sungguh tiada duaNya. Allah


Maha Besar. Segala puji Milik Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta Alam.
Tiada daya dan upaya melainkan berkat pertolongan Allah Yang Maha
Perkasa lagi Bijaksana”. 

Lantas orang Arab pedalaman itu bertanya balik pada beliau: “Ya
Rasulullah, itu untuk hak-hak Allah sebagai Tuhan saya. Bagaimana hak saya
sebagai hambaNya?” beliau lalu bersabda: “Mohonlah padaNya dan
ucapkan:

“Allahummagh firlii wa rahmaan wah ahdini wa a‟fini war dzukni” 

“Ya Allah, anugerahilah hambaMu ini sebentuk kasih saying. Beri hamba hidayah.
Dan curahkanlah pada hamb kesehatan dan rizki , zhahir dan batin”.  

Demikianlah Rasulullah Saw memberikan isyarat sopan-santu dalam


berdoa. Sekaligus, secara tidak langsung, telah memperkenalkan  Al-hakim 
sebagai salah satu namNya. Sudah sepantasnya seorang hamba
mengutamakan TuhanNya, sehingga tidak melulu menuntutNya, tapi juga
memperkokoh keyakinan bahwa Allah Maha Bijaksana apakah akan
mengabulkan doa atau menundanya.

Kebijakan-kebijakan Allah Swt.

Ada dua kebijakan yang diberikan oleh Allah;  pertama, kebijakan yang
berhubungan dengan syari‟at dan keberagamaan. Didalam kebijakan ini
terdapat perintah, larangan, juga anjuran, baik yang difirmankanNya dalam
Al-Qur‟an maupun yang disabdakan oleh rasulullah. Saw. Disini kewajiban
seorang hamba untuk tunduk dan patuh kepada setiap perintahNya dan
bersedia menjauhi larangaNya.

Kedua, kebijakan kauni; yakni kebijakan yang telah Allah tetapkan


dalam qadla dan qadar Nya. Tiada satu pun yang tahu. Hanya dialah
pemegang kunci rahasia keduanya. Seorang hamba hanya berusaha dan
berdoa. Keputusan mutlak ada ditanganNya. Syekh „Bdul Qadir Al-Jaelani
pernah berujar: “Manusia, bila telah termasuk dalam persoalan Qadla  dan
Qadar, pasti mati kutu, terkukung, dan tidak akan bias keluar. Tetapi, saya
diberi „jendela‟ untuk  keluar. Saya „mengugat‟ takdirNya yang satu untuk
sebentuk takdirNya yang lain. Orang arif ialah orang yang senatiasa

 
149

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 149/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menggugat takdirNya, bukan malah putus asa padahal mampu. Ini pun saya
lakukan demi meraih ridhoNya dengan melakukan taqdir Nya yang lain.” 

Mengenal nama ini secara serius akan mengantar seseorang untuk


meyakini bahwa tiada hakim yang bijak selain Allah semata. Semua af‟alNya
adalah kebijakan dan ketentuan bijaksana. Seluruh dFirmanNya penuh
hikmah dan sarat akan nasehat. Ia pun akan menyadari bahwa semua
rasulNya adalah tambang hikmah; dan Dia tidak memasrahkan hikmah-
hikmah ini kecuali pada mereka.

Allah menyinggung mereka yang membangkang dari ketetapanNya


ini dalam FirmanNya:

“Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah72  dan Rasul-Nya, agar Rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak
untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka
datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena)

dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena)
takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya Berlaku zalim kepada mereka? sebenarnya,
mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS. An-Nur:48-50)

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di


muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
 janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
 Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”.  (QS. Shad: 26).

Seorang sekapasitas nabi saja, yang sudah merupakan manusia shaleh,


masih diperintahkan tentang kewajiban memberikan kebijakan hokum secara
benar; lantas bagaimana dengan kita?

72
 Maksudnya: dipanggil utnuk bertahkim kepada Kitabullah.

 
150

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 150/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Wadud
Yang Maha Mencintai-Mengasihi
Yang Mah Dicintai

“Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-


Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih”.  (Qs. Hud :
90). Kata  Al-Wadud  diambil dari kata waddai yang bermakna cinta yang
murni. Maka al-wadud  dapat bermakna yang mencintai sekaligus dicintai.
Allah mencintai para nabi, malaikat dan hamba-hamba-Nya yang Mukmin.
Dia juga dicintai, bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai melainkan
Dia. Tidak ada satupun yang bias menandingi kecintaan Allah pada kekasih-
Nya, baik dalam hal cara ataupun sesuatu yang berhubungan denganya.

Merupakan sebuah kewajiban bagi setiap hamba untuk


mendahulukan cinta mereka kepada Allah daripada cinta mereka kepada
selain-Nya, cinta seorang hamba pada Tuhanya bias dibuktikan dengan cara
bersyukur pada-Nya atas segala yang telah Dia anugerahkan. Juga dengan
memperbanyak dzikir serta pasrah dan mendekatkan diri pada-Nya dengan
beribadah wajib dan sunnat. Mengikuti apapun yang dibawa oleh Rasulullah
Saw, sebagaimana Firman Allah: “Katakanlah (wahai Muhammad): jika kalian
mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah pun akan mencintai kalian”. (QS.Ali-
Imran: 31).

Ada dua pendapat tentang kata al-wadud. Pertama, bermakna aktif


(mencintai), dalam artian mencintai para nabi, utusan, malaikat dan kekasih-

kekasihNya. Kedua, bermakna  pasif (dicintai), dalam artian bahwa Allah


dicintai oleh setiap makhlukNya dengan cinta yang sesungguhnya.

“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras, Sesungguhnya Dia-lah


yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali)”. (Qs.
Al-Buruj : 12-13).

 
151

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 151/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah


yang Maha Pemurah73  akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih saying”.
(Qs. Maryam : 96).

73
  Dalam surat Maryam ini nama Allah  Ar Rahmaan  banyak disebut, untuk memberi
 pengertian bahwa, Allah memberi ampun tanpa perantara.

 
152

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 152/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Majid
Yang Maha Mulia

“Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan
 Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai
ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."  (QS. Hud : 73).

“Qaaf 74  demi Al Quran yang sangat mulia”. (QS. Qaaf : 1).

Dalil dari nama ini adlah firman Allah: “Dan rahmat serta berkah Allah
senatiasa dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji
lagi Maha pemurah”. (QS. Hud: 73).

Dialah Allah yang mempunyai kemurahan yang aguing. Setiap sifat


yang ada pada Allah merupakan sifat Agung. Dia Maha Sempurna
pengetahuan-Nya. Dia Maha Penyayang, yang kasih saying-Nya mencakup
segala hal. Dia Maha Kuasa dan tidak ada satu pun yang bias mengalahkan-
Nya. Dia Maha Bijaksana atas segala sesuatu sehingga tidak ada satupun
kekurangan yang hinggap pada sifat-sifat-Nya.

74
  Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran
seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad  dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir
ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang
memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu
gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari
huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya
 buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

 
153

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 153/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Ba‟ist 
Yang Membangkitkan 

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa
yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia Yab‟astukum membangunkan kamu
 pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan75 , kemudian
kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang
dahulu kamu kerjakan”. Qs. Al-An‟am : 60 

“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi
 Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”.  (Qs. Az-
Zumar : 68).

“Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan


seakan-akan mereka belalang yang beterbangan”. (Qs. Al-Qamar : 7).

Nama ini ditetapkan berdasarkan firman Allah: “Kemudian Dia


 Membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah

ditentukan”. (QS. Al-An‟am: 60). “Dialah Yang Mengutus pada kaum yang buta
huruf seorang rasul di antara mereka”   (QS. Al-Jumu‟ah : 2). “Kemudian Dialah
Yang Membangkitkan kalian semua setelah mati” (QS. Al-Baqarah: 56). Serta
firman-Nya, memberitakan tentang orang kafir: “Mereka berkata: „Aduh!
Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami
(kubur)?. Para penyembah Allah berkata pada mereka ini sebagiaman yang dijanjikan
 Ar-Rahman (Allah) dan dibenarkan oleh para Rasul”.

Dia menentukan untuk menghidupkan kembali ruh-ruh, tubuh-tubuh,


para utusan dan segala yanhg ada. Makna kata ini dekat dengan makna
menumbuhkan dan menciptakan. Ini termasuk dari sifat-sifat af‟al. 

75
  Kamu ditidurkan di malam hari dan dibangunkan di siang hari, supaya dengan perputaran
waktu itu habislah umurmu yang telah ditentukan.

 
154

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 154/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Sedangkan esensi dari Ba‟ats (membangkitkan) ialah: menggerakan


sesuatu dalam pendaya gunaan dan peringatan. Dialah Yang Menggerakkan
orang-orang mati,menampakkannya dan menggerakkan para utusan untuk
mendoakan makhluk. Dialah Allah Yang Menghidupkan, menumbuhkan,
menjadikan, mengembalikan orang mati kepada sedia kala di Hari Kiamat.
Dialah mengutus para utusan untuk mengajak manusia menuju kebenaran.
Dia membangkitkan segala sesuatu kemudian meneggakkanya sebagaimana
yang Dia utuskan kepada Bani Isra‟il seornag hamba. 

Mengenal nama ini secara baik akan membawa seseorang hamba


untuk segera membangunkan dirinya dan keluarganya dari gelapnya
kebodohan. Hal ini bias dicapai dengan ilmu yang akan menjelaskan tentang
makna kehidupan yang sebenarnya. Sehingga hatinya akan dibangun diatas
cahaya keyakinan, lisannya selalu berzikir dan seluruh anggota tubuhnya
selalu digerakkan untuk beramal shalih. Allah telah menyebut sifat „ilm
(mengetahui) dan  jahil (bodoh) dalam kitab suci-Nya bersama dengan al-
hayah (hidup) dan al-maut (mati). Dia berfirman: “Dan apakah orang yang sudah
mati kemudian kami hidupkan kembali”. (QS. Al-An‟am : 122). Jugaberfirman:
“Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah)”. (QS.
Ghafir: 3).

Maka, barangsiapa yang berhasil mengubah sifat manusia dari  jahil


pada al-„ilm, sungguh dia telah memberikan kehidupan yang baik. Siapa yang

ingin memberikan manfaat pada makhluk dengan ilmu hendaknya dia


menyegerakan niat baiknya itu. Juga mendoakan mereka adalah sebagian
dari jenis memberikan manfaat. Dia pun termasuk dalam rombongan para
Nabi dan Ulama, pewaris mereka. Hal ini sudah jelas dan menjadi
kesepakatan para ulama. Kemudian wajib baginya untuk meyakini Allah
sebagai Pembangkit kebenaran, dan Pembangkit kebatilan. Tidak ada
pertentangan dalam hal ini.

 
155

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 155/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Asy-Syahid
Yang Maha Menyaksikan/Disaksikan

“Katakanlah: "Upah apapun yang aku minta kepadamu, Maka itu untuk
kamu76  Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha menyaksikan segala sesuatu".
(Qs. Saba‟ : 47).

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Qs. Al-A‟raf : 172)

“ Janganlah kamu menyembunyikan persaksian” Qs. Al-Baqarah : 283

“Hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah”  (Qs. At-Thalaq : 2).

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan77  agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
 petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
 Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.  Qs. Al-baqarah :
143.

Allah Maha menyaksikan segala tindak tanduk manusia, berbeda


dengan  Al-raqib  “Yang Mengawasi‟,  Asy-Syahid akan membawa sesorang
untuk senantiasa bersikap penuh tanggung jawab, sebab kelak akan diminta
pertanggung jawaban atas persaksian-Nya. Tangan, kaki, mata, telinga pun
akan bersaksi kepada Allah terhadap tingkah lakunya selam didunia.

76
  Yang dimaksud dengan Perkataan ini ialah bahwa Rasulullah s.a.w. sekali-kali tidak
meminta upah kepada mereka. tetapi yang diminta Rasulullah Saw. sebagai upah ialah agar mereka
 beriman kepada Allah. dan iman itu adalah buat kebaikan mereka sendiri.

77
 Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas
 perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.

 
156

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 156/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Haq
Yang Maha Pasti/Benar

“ Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun

yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu
 pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah
kamu dikembalikan”. (Qs Al-Qashash : 88).

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di


segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi
saksi atas segala sesuatu?”.( Qs. Fushshlat : 53).

“ Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
 Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
 Maha mengetahui”.( Qs. Al- Anfal : 17).

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
 gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".   (Qs.
Fushshilat : 30).

Salah satu sifat Allah adalah  Al-Haqq, Maha Benar, EksistensiNya

terbukti benar dan demikian pula ketuhananNya. Dia menjadikan kebenaran


menjelma melalui kekauatan firmanNya, Yang mendukung mereka yang
dicintaiNya melalui tanda-tandaNya. Allah adalah  Al-Haqq, yang pantas
untuk diibadahi, Yang senantiasa ada dan tak pernah lenyap hilang, Yang
KehadiranNya terbukti senantiasa ada dan tak pernah lenyap hilang, Yang
KehadiranNya merupakan suatu realitas yang tegak diatas kebaikannya

 
157

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 157/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

sendiri, dan tidak ada eksistensi kecuali melaluiNya, dan olehNya. Dia tak
pernah bergerak dan diatas gerakan (itu sendiri) ataupun sesuatu yang fisikal
atau material. Dia membiarkan kebenaran untuk menjelma
dengansendirinya. Dia menciptakan segala sesuatu sebagaimana kearifanNya
menitahkan. Dia ada dengan sedemikian cara yang tidak mengizinkan
adanya celah bagiNya untuk tidak ada, tidak sama, atau punah. Segala
sesuatu yang ada berasal dariNya dan kepadaNya tujuan berakhir.

 Al-Haqq adalah antitesis dari kebatilan. Menurut sebuah hadist,

Rasulullah Saw telah berkata, “Labbayka Haqqan Haqqa!” yakni, “Disinilah


aku, Wahai Yang Maha Benar, Wahai Zat Yang Mahabenar, disini aku, dalam
ketaatan kepadaMu! Disinilah aku, wahai lawan dari kebatilan!”
Sesungguhnya Dialah kebenaran yang menembus setiap keraguan.

 Juga, “Dan Allah akan membuktikan kebenaran sebagai kebenaran dengan


kata-kataNya.” (QS. 10:82).

 janjiNya sangat benara. Dalam hal ini Allah Swt berfirman :


“Sesungguhnya janji Allah itu benar.” (QS. 31:33).

Doa Rasulullah Saw dalam shalat Tahajudnya;

“Ya Allah, segala puji untukMu! Engkaulah Tuhan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang ada diantara keduanya! Segala puji untukMu! Engkaulah Zat yang
memberi rezeki langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada pada keduanya!

Engkaulah Yang Mahabenar; FirmanMu benar; janjiMu benar; perjumpaan


denganMu bnar; surgaMu adalah benar; nerakaMu adalah benar; hari kiamat adalah
benar! Ya Allah kepadaMua aku berserah diri; kepadaMu aku beriman; kepadaMu
aku bertawakal; kepadaMu aku kembali;karenaMu aku berselisih dengan yang lain,
berdasarkan kebenaranMu aku bertahkim; maka, aku memohon kepadaMu untuk
mengampuni kesalahan-kesalahn ku di masa lalu maupun dimasa datang, apa yang
kusembunyikan dan apa yang kunyatakan! Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan selain

Engkau.”78 

78
  Dalam riwayat lain doa senada dengan redaksi yang lebih panjang diriwayatkan dari Ibn
Abbas oleh Bukhari.

 
158

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 158/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Wakil
Yang Maha Mewakili/Pemelihara

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak
ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah
segala sesuatu menjadi wakil”. (Qs. Al-An‟am : 102). 

“Cukuplah Allah sebagai wakil”. (Qs. An-Nisa : 81).

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-
Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan
bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu

kerjakan”. (Qs. Hud : 123)

"Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Qs. Al-Maidah : 23).

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu


yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu,

dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah 216).

 Al-Wakil adalah satu dari sekian banyak sifat Allah. Sifat-sifat (Allah)
ini menghubungkan siapapun, yang membacanya secara berkali-kali
sekaligus memahami makna-maknanya, dengan taman-taman Allah, Yang
Mahabenar, Yang Memiliki segenap keindahan, kesempurnaan dan

keagungan.  Al-Wakil adalah Pemberi Rezeki, Zat yang mewujudkan diriNya


sendiri guna menyediakan rezeki bagi hamba-hambaNya.  Al-Wakil adalah
Dia yang dipercayai untuk mengatur semua urusan, Yang menyediakan
hamba-hambaNya segala sesuatu yang mereka butuhkan.

Secara linguistik, seorang wakil adalah orang yang kepadanya


seseorang percaya dan bersandar. Itulah mengapa dikatakan bahwasanya

 
159

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 159/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

orang yang bersandar (bertawakal) kepada Allah akan mengetahui bahwa


Allah mencukupi sejauh rezekinya dan sejauh masalahnya dierhatikan, maka
ia bersandar kepadaNya dan hanya kepadaNya, dan tidak bergantung
kepada selainNya. Wakil dari seseorang yang secara efisien mewakili orang
lain atau berbuat atas nama orang lain itu atas apa yang tidak mampu
dilakukannya.

Dalam surat Hud : 12, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Saw.
“Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara

segala sesuatu.” Yakni, “Tanggung  Jawabmu sebatas menyampaikan wahyu,


untuk mengingatkan akibat-akibat menyedihkan dari menolak wahyu,
mengajak manusia untuk menerimannya, sedangkan Allah mengatur semua
urusan hambaNya dan mengawasi mereka, sesuatu yang engkau tidak
punya keharusan melakukannya.  Al-Wakil, Al-hafidz, mengingatkan para
sahabat dan pengikutnya agar jangan pernah mengabaikan penyebutan sifat
agung Rasulullah berkata, “Bagaimana bisa aku merasa bahagia mengetahui
bahwa malaikat yang dipercayai meniup terompet (yakni malaikat Israfi) telah
mengeluarkan terompet itu dan membungkukkan dahinya mendengarkan perintah
untuk meniup terompet?” para sahabat berkata kepadanya, “Lantas apa yang
dianjurkan untuk kami baca, wahai Rasulullah?”  Beliau menjawab, katakanlah:
“Hasbunallah wa ni‟mal-wakil (cukuplah Allah bagi kita, sebaik-baik tempat
bersandar).

Rasulullah Saw selalu berdoa kepada Tuhannya,  Al-Wakil, disetiap


kesempatan, dengan doa berikut, “Ya Allah, aku memohon kepadaMu janganlah
Engkau membiarkan diriku bersandar pada diriku sendiri barang sekejap matapun
yang niscaya menyebabkan aku binasa.”79 

Allah telah menjadikan RasulNya sebagai model peran untuk


mencontoh dalam ketawakalannya kepada Tuhannya, lantaran Allah telah
memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman untuk menjadi orang-orang
yang bertawakal kepadaNya. Dalam surat Yusuf, Allah berfirman:
“Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah, kepada-Nyalah aku
bertawakal dan hendaklah kepadaNya saja orang-orang yang bertawakal berserah
diri.” (QS. 12:67).

79
  Dalam riwayat lain doa yang dimaksudkan-berdasaarkan riwayat Fatimah azZahra as-
adalah sebagai berikut:  Bismillahirahmanirrahim. Ya Hayyu Ya Qayyum. Birahmatika astaghits fa-
aghitsni wa latakilni ila nafsi tharfata „ayni abada(n) wa ashlihil sya‟ni kullahu. --penerj

 
160

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 160/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Siapa saja yang memilih Allah sebagai pelindungnya adalah ia yang


 juga harus melindungi kepentingan Allah dalam dirinya sendiri dengan
menunaikan hak-hak dan perintah-perintahNya dan apa saja yang telah Dia
minta, maka ia harus menjadi musuh bagi nafsunya sendiri yang
mengelincirkannya siang dan malam, tenpa kehilangan sedetik pun, atau
binasa bahkan sekejap matapun.

 Hasbunallah wa Ni’mal Wakil (Cukuplah Allah Swt bagi kita..


 )

"Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik


 Pelindung". (QS. Ali-Imran ; 173).

 Nabi Ibrahim As, ketika akan dilemparkan kedalam Api raja Namrudz yang
siap meluluhlantahkan tubuhnya, tiba-tiba didatangi oleh Malikat Jibril dengan
meberi ebuah tawaran: “Mintalah padaKu, niscaya kubantu kamu dari api.” Tetapi
dijawab oleh Ibrahim: “Aku tidak butuh bantuanmu.”Yang kubutuhkan adalah
 bantuan Allah. Cukuplah Allah tempatku bersandar dan pelindungku.” (Hasbunallah
wa Ni‟mal Wakil 
 ) Seketika api yang membakar itu menjadi dingin. Nabi Muhammad

Saw juga mengucapkan „Hasbunallah wa Ni‟mal wakil‟ ketika musuh-musuh beliau


mengancam akan menyerang beliau dan kaum muslimin. Ucapan ini telah
membangkitkan yang luar biasa bagi kaum muslimin hingga memenangkan
 peperangan.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa „Hasbunallah wa Ni‟mal wakil‟


diucapkan oleh par istri Nabi, „Aisyah ra. Ketika berhadapan dengan  madunya.
Ummul Mukminin Zainab. Dan Zainab berkata, “Allah lah yang menikahkanku dari
langit sementara kalian dinikahkan oleh kebersihan dan kesucianku langsung dari
langit dan hal itu termaktub dalam Al-Qur‟an.” 

Mendengar ucapan tersebut Zainab menyerah. Lalu Zainab tanya lagi: “Apa
yang engkau ucapkan ketika menaiki kendaraan Shafwan ibn al-Mu‟athal?” Aisyah
menjawab, “ Hasbunallah wa Ni‟mal Wakil, cukuplah Allah menjadi penolongk kami
dan Allah sebaik-baik pelindung.” Zainab un berkata, “Engkau telah mengucapkan
80
ucapan orang-orang yang beriman.”  

80
 Dr. Sulaiman Al-Kumayi, M. Ag. Bersama Allah yang tak mungkin menjadi mungkin,-cet.
1-Semarang; Pustaka Nuun, 2012. Hlm. 35-36.

 
161

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 161/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Qawiy
Yang Maha Kuat

“ Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-

orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari
itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa ”.  (Qs.
Hud : 11).

“ Mereka tidak Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya


 Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha Perkasa”. (Qs. Al- Hajj ; 74).

“ Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan

 perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab
itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."  
(Qs. Al-Anfal ; 52).

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
 persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (Qs. Al- Anfal : 60).

“Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi


 Allah yang mempunyai 'Arsy, Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi
dipercaya”. (Qs. At-Takwir : 20-21).

 Al-Qawiy diturunkan dari kata quwwa, kekuatan, kekuasaan,


kemampuan, kesanggupan dan seterusnya. Karena Dia Mahakuat, Allah
mempunyai kekuasaan yang sangat sempurna dan kekuatan serta
kesempurnaan yang mutlak; Dia berfirman; “...Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS. 11:66).

 
162

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 162/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Al-Qawiy  adalah Zat yang kekuasaan dan kebesaranNya adalah


sempurna: Dia menundukkan dan tidak dikalahkan; dia membantu dan tidak
pernah mempunyai kelemahan dalam DiriNya sendiri. Dalam sifat-sifatNya,
atau dalm perbuatan-perbuatanNya, dan kekuasaanNya merupakan isyarat
dari kekuasaanNya yang sempurna.

Apabila kita mempertimbangkan ayat-ayat suci yang dikutip


sebelumnya. Kita akan menemukan sifat  Al-Qawiy ada pada surat (Al-Anfal :
52), dan (Al-Mukmin : 22). Sebagai Zat Yang amat keras siksaanNya. Sifat  Al-

Qawiy telah tujuh kali dipadukan dengan sifat  Al-Azizi; kekuatanNya tidak
cocok kecuali bagi mereka yang mulia kekuatan diiringi dengan kepedihan.

 
163

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 163/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Matin
Yang Maha Pemelihara

“Dan aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat


teguh”. (Qs. Al-A‟raf : 183).

“Dan aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat


tangguh”. (Qs. Al-Qalam : 45).

“Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan


lagi sangat kokoh”. (Qs. Az dzariyat : 58).

Akar kata, matana, mengandung arti kepadatan dengan


pengembangan dan perluasan. Ia bisa diterpkan pada batu yang keras, atau
garis melintang yang lurus.  Al-Matin adalah  Al-Qawiy, yang Mahakuat, Yang
bisa berbuat apapun sebagaimana Dia kehendaki, Yang tidak membutuhkan
suatu tentara untuk memperkuat otoritasNya. Dia tidak membutuhkan
bantuan, pendukung ataupun pembantu.  Al-Matin adalah Zat yang
kekuasaanNya sempurna; tak sesuatu pun dilangit ataupun dibumi bisa
tegak dijalanNya. Dialah Allah yang menjalankan kehendakNya. Yang
memiliki kekuasaan abadi; Dia menjalankan segala sesuatu meski tak sesuatu
bisa mempengaruhiNya.

Selain ayat tersebut, penetapan nama ini juga didasarkan pada hadist
Rasulullah Saw: “Beliau membacakan padaku suatu ayat: “Sesungguhnya Aku
 Maha Pemberi Rezeki, Yang Punya Kekuatan lagi sangat kokoh”  Al-halimi berkata:

“Dialah Allah Dzat yang tidak pernah punya sifat lemah sebagaimana
makhlukNya. Jika Dia seperti makhluk (baharu), bersifat lemah, niscaya Dia
tidak akan bias merubah sesuatu. Maka sifat makhluk (berubah-ubah) tidak
pantas bagiNya. Sedangkan Ibn „Abbas berpendapat: “bahwa selain makna
tersebut, Al-Matin dapat berarti yang kokoh.”. 

 
164

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 164/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Waliy
Yang Maha Melindungi

“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa

yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya”, (Qs. Qaf : 16).

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-A‟raf : 56). 

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka


(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang

berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
 perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. (Qs. Al- Baqarah : 186).

“Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah


kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang
 penolong”. (Qs. Al-Baqarah : 107).

“Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat
(saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-
Nya. dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan
tidak pula seorang penolong”. (Qs. Asy-Syura : 8.).

“ Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi


sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak melaksanakan apa yang
telah diperintahkan Allah itu81  niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar ”. (Qs. Al-Anfal : 73).

 Al-Waliyy Yang Maha pelindung, Yang menolong dan mengendalikan


seluruh urusan hamba-hambaNya yang beriman.

Berakhlak dengan isim ini menghendaki agar anda meneggakan


kebaktian kepada Allah dan menjadi wali bagiNya. Makna wali di sini ialah
orang yang segala keadaanya diurus oleh Allah dan tidak dibiarkannya
diurus selainNya.

81
  Yang dimaksud dengan apa yang telah diperintahkan Allah itu: keharusan adanya
 persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin.

 
165

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 165/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Hamid
Yang Maha Terpuji

“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak
bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".   (Qs.
Luqman : 12).

“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di
bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. dan Dia-lah yang Maha Bijaksana
lagi Maha mengetahui”. (Qs. Saba‟ : 1). 

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
 Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun
lagi Maha Pengampun. (Qs. Al- Isra‟ ; 44). 

“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil
memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali
sebentar saja. (Qs. Al-isra : 52).

 Jika seorang yang keimanan, ibadah dan sifatnya sejalan dengan


seorang muslim membaca Asma Allah sebanyak 99 kali setelah sholat subuh,
Allah akan menerangi hati orang tersebut pada hari itu. Jika seseorang
membaca Asma Allah ini sebanyak 66 kali setelah sholat subuh dan sholat
isya, maka Allah akan memperindah ucapan dan perbuatannya. Jika

seseorang membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali setiap setelah
melaksanakan sholat lima waktu, Allah akan memasukkan orang tersebut ke
dalam golongan hamba–hamba-Nya yang saleh yang akan dicintai dan akan
dilayani oleh semua orang dan setiap makhluk hidup Jika seseorang memiliki
mulut yang kotor, dengan menuliskan yaa Hamiid pada sebuah gelas dan
minum dari gelas ini secara teratur, maka ucapannya akan menjadi baik.

 
166

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 166/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

(Setan dan setan diri seseorang, hawa nafsu, adalah pencuri yang beroperasi
di dalam kegelapan dan masuk ke dalam rumah yang gelap. Mereka tidak
akan masuk ke dalam rumah Tuhan, hati yang disinari oleh cahaya iman.
Pintu menuju hati adalah pikiran; cahaya pintu itu adalah ilmu. Cahaya itu
menghalangi jahatnya kebodohan, khayalan, kemunafikan dan
kesombongan. Jika cahaya jiwa adalah kesadaran, maka kegelapannya adalah
kelalaian).

 Jika seseorang membaca Yaa Hamiid dalam keadaan menyendiri sebanyak 93x

selama 45 hari, maka kebiasaan dan sifat-sifatnya yang buruk akan berubah
menjadi baik. Insya Allah. Membaca Ya Hamiid setiap hari, Insya Allah kita
akan dikaruniai perbutan yang mulia dan terpuji. Apabila dibaca sebanyak
66x selesai shalat Maghrib dan Subuh, Insya Allah segala perkataannya akan
selalu terpuji.

Dialah Zat Yang Maha terpuji, yaitu Dia yang berhak dipuji dan
mendapat pujian yang kita berikan kepada manusia itu hakikatnya tertuju
kepada-Nya.82 

Berzikir kepada Al-Hamid  

 Jika sesorang sunguh-sunguh bersikir Yaa Hamiid (Wahai Zat Yang


Maha Terpuji) sebanyak 99 kali setelah shalat fardhu dan tahajud dengan
meresapi maknanya dan melakukannya secara rutin, maka Allah akan

mencerahkan dan memperindah jiwa dengan segala hal yang terpuji dan
menghindarkannya dari segala kebencian dan kedengkkian makhlukNya.
Zikir ini juga bermanfaat untuk meraih pertolongan Allah bagi mereka yang
ingin merubah dirinya dari akhlak yang tercela menjadi akhlak yang terpuji.

Perbanyaklah zikir memujiNya sebagai pengakuan bahwa hanya


Allah saja yang paling berhak menerima segala pujian.83 

82
 Aisyah Nayla Sabriah. 1001 Fadilah Asmaul Husna dan Shalawat Rasulullah saw. PT.
Mahadaya. Jakarta. 2013. Hlm. 74.
83
 Muktafiah. Asmaul Husna for Succesful & Happy Life. Penerbit Real Book. April 2013.
Hlm. 94. 

 
167

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 167/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muhsiy
Yang Maha Menghitung

“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya


kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (menghitung)
amal perbuatan itu, Padahal mereka telah melupakannya. dan Allah Maha
menyaksikan segala sesuatu”. (Qs. Al-Mujadalah : 6).

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri


(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.

dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi
keringanan kepadamu.“ (Qs. Al- Mujadalah ; 20).

“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah


ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai
celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula)
yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah
mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun".  
(Qs. Al-Kahfi : 49).

Dia yang Maha Memperhitungkan setiap amal perbuatan manusia, baik


besar maupun kecil, untuk kemuduian dibalas dengan pembalasan yang
setimpal.

Berakhlak dengan isim mengharuskan Anda selalu menghisab


(memperhitungkan baik buruk) diri anda, dan senantiasa waspada terhadap
hawa nafsu anda.

 
168

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 168/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mubdiu Wa Al- Mu‟id 


Yang Maha Memulai dan Maha Mengembalikan

“Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar
daripada Allah, Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi
 pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan
adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih
disebabkan kekafiran mereka”. (Qs. Yunus ; 4).

“ Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian


mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan
bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti
kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar". (Qs. An-naml : 64).

“ Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan


(diri mereka sendiri)”? (Qs. At-Thur : 35).

"Apakah bila Kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur,
 Apakah Kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?" (Qs. Al-Isra‟ :

98).
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih
mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. Ar-Rum : 27).

 Al- Mubdi‟u Yang Memulai penciptaan segala makhluk, atau yang menciptakan apa
yang sebelumnya tidak ada, lalu menjadi ada.

 Al- Mu‟iid Yang Mengembalikan kepada asalnya. Manusia yang sudah menjadi


tulang belulang didalam kubur, kemudian dikembalikannya kepada asalnya berupa
manusia utuh.84 

84
 Idrus H. Alkhaf. Jalan Menuju Makrifat. Penerbit Amelia Surabaya. Hlm.101.

 
169

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 169/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muhyiy, Al-Mumit
Yang Maha Menghidupkan dan Yang Maha Mematikan

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau Lihat bumi kering dan
 gersang, Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang
mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs. Fushshilat : 39).

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-


olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”. (Qs. Al-Maidah : 32).

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”.  
(Qs. Al- Anfal : 24).

“Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang
yang berpenyakit so pak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; “  
(Qs. Ali-Imran : 49).

"Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah


Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim”. (Qs. Al-baqarah : 258).  

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu
Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan
dikeluarkan (dari dalam kubur)”. (Qs. Az-Zukhruf : 11).

 Al-Muhyiy Yang Menghidupkan. Dia memberikan kehidupan kepada


makhluk-makhlukNya. Dialah pusat kehidupan, segala kehidupan
bersumber dariNya. Dari sperma yang mati menjadi manusia yang hidup
dan sesudah manusia mati. Dia pulalah yang menghidupkannya kembali
pada saat kebangkitan dihari kiamat.

 
170

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 170/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Al-Mumiit Yang Mematikan berakhlak dengan isim ini dan isim sebelumny
(Al-Muhyiy), mengharuskan seseorang agar selalu menyerahkan dan
menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali kepadaNya
dengan menghidupkan segala petunjuk hamba dengan perbuatan taat dan
tawakal kepadaNya.

 
171

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 171/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Hayu
Yang Maha Hidup

“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan
di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi85 Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.   (Al-
Baqarah : 255).

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?” Qs. Al-Anbiya‟ : 30 

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya”. 9Qs. Al-Furqan : 58 ).

“ Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit
sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu
rezki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu,
 Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. 65. Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan
ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.  (Qs. Ghafur 40 :
64-65).

 Al-Hayu Yang Hidup Kekal, berakhlak dengan isim ini menghendaki agar
anda bersikap dihadapanNya seolah-olah orang yang telah meninggal dunia
berada dihadapanmu, serta Dia yang membolak-balikkan sebagaimna
kehendakNya.
85
  Kursi dalam ayat ini oleh sebagian  Mufassirin  diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula
yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

 
172

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 172/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Qayyum
Yang Maha Berdiri Sendiri/Yang Memenuhi
Kebutuhan Makhluk

“ Alif laam miim, Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya86 

“Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;


membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan
Injil, (Qs. Ali-Imran : 1-3).

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang
hidup kekal lagi Senantiasa mengurus (makhluk-Nya). dan Sesungguhnya telah
merugilah orang yang melakukan kezaliman”. (Qs. Thaha : 111).

Ayat Al-Qur‟an yang menyebutkan nama ini telah disinggung dalam


pembicaraan sebelumnya tentang nama-namaNya,  Al-Hayy. Salahsatunya
ialah: …(di Hari Kiamat) semua muka tertunduk pada yang Maha Hidup dan Maha
Qayyum”  sebagai namNya,  Al-Qayyum mengandung arti‟… yang
menyelesaikan semua urusan yang berhubungan dengan pengaturan seluruh
ciptaanNya. Dia menangani setiap perbuatan yang dilakukan oleh masing-
masing individu secara adil; diberiNya balasan setimpal di Hari Kiamat
kelak‟.

 Al-Qayyum, yang bermakna Yang Berdiri Sendiri, memiliki sifat-sifat


yang Agung, dan tidak membutuhkan makhluk. Justru makhluklah yang

tiada punya tempat bergantung yang tepat dan benar kecuali hanya
padaNya.‟ Mengenai hal ini, Allah Swt berfirmaan: “Sebagian dari ayat-
ayatNya ialah langit dan bumi yang kokoh oleh kekuasaanNya.”   (QS. Ar-Ruum:
25).

86
 Maksudnya: Allah mengatur langit dan bumi serta seisinya.

 
173

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 173/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Teramat nyata lewat ke-QayyumNya ini bahwa Dia tiada tidur; dan
memang, secara akal, tidak pantas untuk tidur. Dia merendahkan  Al-Qisth87  
dan meninggikannya kembali. Dia tidak ceroboh‟ dan tidak pula lupa. Maka
dari itu, manakala hanya Allahlah Yang Maha Qayyum, sungguh tidak
mungkin bagi makhluk untuk menghamba pada Tuhan selainNya. Dialah
puncak segala harapan dan pelabuhan terakhir dari semua bentuk
permohonan. Dan dengan demikian, tidak seorangpun yang memohon agar
tuntas seluruh kebutuhan hidupnya, lenyap semua kesedihannya, dan
berakhir segala kelalaiannya, melainkan hanya kepadaNya.

87
  Al-Qisth  ialah Neraca yang bakal memperhitungkan seluruh amal perbuatan manusia di
Hari Kiamat nanti. Apakah lebih berat kebaikan sehingga Dia rendahkan salah satu dari dua sisinya
ketimbang keburukannya sehingga meninggikan sisinya yang lain; semua itu Allah sendiri yang
mengaturnya -.penerj.

 
174

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 174/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Wajid
Yang Maha Menemukan

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut


kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka. “ Qs. Thalaq : 6.

“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu
dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub)
seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat
(kepada Tuhan-nya)88. (Qs. Shad : 122).

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia


melindungimu?. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung 89 , lalu Dia
memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu
Dia memberikan kecukupan.” (Qs. Ad-Dhuha : 6,7,8).

Dialah Zat Yang Matha Menemukan, yaitu Dia dapat menemukan segala
sesuu yang dikehenn, dariNya sehingga tiada satu pun makhluk yang lolos
dari penemuaanya.

88
  Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya dan Dia memohon
 pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah kemudian memperkenankan doanya dan memerintahkan agar
Dia menghentakkan kakinya ke bumi. Ayyub mentaati perintah itu Maka keluarlah air dari bekas
kakinya atas petunjuk Allah, Ayyub pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah Dia dari
 penyakitnya dan Dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudia
 berkembang biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu ketika
Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa Dia akan memukul isterinya bilamana sakitnya sembuh
disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu Dia masih sakit. akan tetapi timbul dalam
hatinya rasa hiba dan sayang kepada isterinya sehingga Dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh
sebab itu turunlah perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di atas, agar Dia dapat
memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya Yaitu memukulnya dengan dengan seikat
rumput.

89
  Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran
yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai
 jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.

 
175

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 175/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Berdzikir dengan Al-Waajid  

 Jika seseorang sunguh-sunguh membaca Yaa Waajid (Wahai Zat Yang


Maha Menemukan) minimal 145 kali atau sebanyak mungkin setelah shalat
fardhu atau sunnah atau dalam kondisi tertentu dengan meresapi maknanya
dan melakukannya secara rutin, maka Allah akan memberinya kekuatan
sehingga dapat menemukan segala sesuatu yang ingin Dia temukan dengan
baik. Dzikir ini juga bermanfaat untuk meraih pertolongan Allah bagi mereka
yang kehilangan spirit, motivasi, dan hal yang baik lainnya dalam rangka

membangun kesalehan. Zikir ini juga bermanfaat untuk menemukan jodoh,


pekerjaan, pembimbing, teman yang shaleh dan lainnya.

 
176

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 176/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mãjid
Yang Maha Mulia

Allah. Swt  Majid, karena perbuatan-Nya semua indah, agung, lagi


Maha Pemurah. Imam Al-Ghazali ketika menjelaskan sifat Allah ini meminta
pembaca bukunya merujuk kepada uraian tentang sifat Al-Majid itu, sambil
menjelaskan dalam satu baris bahwa Al-majid mengandung makna
penekanan lebih banyak dank eras (mubalaghah) daripada Al-Majid.

Dalil dari nama ini adalah Firman Allah: “Dan rahmat serta berkah Allah
senatiasa dicurahkan atas kamu, hai. Ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha terpuji

lagi Maha Pemurah. QS. Mukminun: 116.


 Al-Majid, Dialah Allah yang mempunyai kemurahan yang agung.
Setiap sifat yang ada pada Allah merupakan sifat Agung (Mulia). Dia Maha
Sempurna pengetahuan-Nya. Dia Maha penyayang yang kasih sayangnya
mencakup segala hal. Dia Maha Mulia sehingga semua ciptaannya tunduk
dan patuh kepada-Nya, Bumi, Bulan, Matahari segala apa yang ada dilangit
dan dibumi bertasbih memuja dan memuji ke-Agungan dan kemuliaan-Nya.

 
177

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 177/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Wahid-Al-Ahad
Yang Maha Tunggal

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.2. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.3. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan,4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Qs. Al-Ikhlas :
1-4

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan
Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Qs Al-baqarah ; 163).

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar dan melihat”. Qs. Asy-Syura ; 11.

Sayidina Ali ra. Pernah menyampaikan khutbah yang menguraikan


sifat-sifat Allah. Swt. Berikut dari khutbah panjang beliau berkaitan dengan
makna keesaan_nya, sebagaimana termaktub secara lengkap dalam buku
“Nahjul Balaghah” (Puncak Kefashihan).

Barangsiapa yang mengaitkan Allah dengan berbagai kondisi, maka


sesungguhnya ia tidak mempercayai keesaan-Nya. Yang menyerupakan Dia dengan
sesuatu, sebanarnya tidak mengenal-Nya sedikitpun. Siapapun yang menduga, dapat
melukiskan-Nya sedikitpun. Siapapun menduga dapat melukiskan-Nya maka bukan
Dia yang ia lukiskan. Orang yang menghayalkan-Nya, sebanarnya bukan ia yang
Dia khyalkan.

Waktu tidak bersama Dia. Wujud-Nya mendahului waktu, Keberadaan-Nya


tidak mendahului permulaan. Dari penciptaan-Nya atas indra diketahui bahwa Dia
tidak berindra. Dengan pertentangan dengan berbagai hal, diketahui bahwa Dia tidak
mempunyai pertentangan dan dengan persamaan dengan berbagai hal diketahui
bahwa tak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Dia terbatas oleh batas, tidak terhitung
dengan jumlah. Kata munzu (sejak) ditolak oleh sifat Qadim-Nya, kata
Qad/(sesudah), tidak sejalan dengan sifat Azali-Nya. Kata Lauwla (seandainya),
tidak dikenal oleh kesempurnaan-Nya. Dia tak melahirkan apapun, sehingga Dia tak

 
178

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 178/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

dapat dipandang telah dilahirkan. Dia terlalu tinggi untuk punya putra, terlalu suci
untuk punya isteri. Khayalan tak dapat menjangkau-Nya, maka mustahil member
kuantitas pada-Nya. Pengertian tak dapat memikirkan-Nya, maka bagaimna member
bentuk untuk-Nya. Indra tidak dapat menangkap-Nya, sehingga bagaimanaDia dapat
diraba? Malam dan siang tidak menjadikannya tua, terang dan gelap tidak
menjadikannya berubah. Dia tidak didalam sesuatu, tetapi juga tidak diluarnya…
Dia menyampaikan berita tetapi bukan dengan lidah, tidak juga dengan bunyi … Dia
mendengar bukan bukan dengan lubang telinga atau organ pendengar … Dia
melihat bukan dengan alat pelihat … Dia mengingat bukan dengan menghafal, Dia
bertekad tetapi bukan dengan ketetapan hati. Dia mencintai tanpa perasaan dan
menaruh kasih tanpa perih, Dia membnci tanpa derita dan Dia marah tanpa gejolak
hati. Demikian antara lain Khutbah Sayyidina Ali ra.

 
179

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 179/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Shamad
Yang Maha Dibutuhkan

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami dalam
Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, Dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak
 pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan”. (Qs. Yunus. : 12).

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya),
dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan”. (Qs. An-Nahl : 53)

“Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru


selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah
berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah
hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?.
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang
yang berserah diri”. (Qs. Az-Zumar : 38).

Rasulullah. Saw pernah mengajar Ibnu Abbas, “Apabila engkau


meminta, mintalah kepada Allah, Apabila engkau membutuhkan pertolongan
mintalah kepada Allah”. 

 Al-Shamad adalah sifat Allah yang pengertian linguistiknya meliputi;


tujuan ultimate, Tuhan yang ditaati perintahNya tak sesuatupun bisa terjadi,
penolong orang yang membutuhkan untuk ditolong, Zat yang kepadaNya
semua urusan dirujuk, Zat yang kepadaNya semua masalah dikembalikan
dan yang tentangnya tak seorang pun bisa memutuskan, Zat yang
kepadaNya semua permohonan diarahkaan.  Al-Shamad didekati untuk
mengabulkan permohonan dan diminta untuk menjadikan keinginan

 
180

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 180/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menjadi kenyataan. Dialah Pemilik yang diminta selama masa kebutuhan.


Tuhan adalah tujuan final, tujuan ultimate. Zat yang kepada siapa Allah
memudahkan untuk diminta guna memuaskan kebutuhan manusia,
khususnya kebutuhan uyang relevan dengan keyakinan mereka juga
kebutuhan-kebutuhan mereka sehari-hari; orang yang melayani kebutuhan-
kebutuhan manusia dengan kata-kata dan sarana-sarana sesungguhnya
adalah orang yang kepadanya Allah telah limpahkan banyak kebaikan
adalah kebaikan yang diilhami oleh sifat ini.

Siapapun yang memakrifati Allah sebagai Yang mahahidup tidak


pernah akan berpaling pada perhiasan-perhiasan dunia yang sementara ini
dan niscaya tidak punya keinginan akan benda-benda materialnya... slah satu
akhlak mulia dari seorang mukmin yang diilhami oleh sifat ini adalah bahwa
ia tidak meminta bantuan dari siapapun selain Allah untuk membantunya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawiNya, atau ia tidak bersandar pada
siapapun selain pada dia. Dia membangun perilakunya menurut (citra) Nya
dan menjadi orang yang diminta oleh sesama untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan mereka. Menurut sebuah hadis, Rasululullah Saw bersabda.
“Orang yang paling dicintai diantara manusia adalah ia yang memberi manfaat
banyak kepada orang lain.” 

 
181

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 181/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Qadir Wa Al-Muktadir
Yang Maha Kuasa

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang


semestinya” , (Qs. Al-An‟am : 91)

“Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata: "Mengapa tidak


diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya Allah Kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui." (Qs. Al-An;am :37).

“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang


menciptakan langit dan bumi adalah Kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan
mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu90  bagi mereka yang tidak ada
keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali
kekafiran”. (Qs. Al-Isra‟ : 99). 

“Dan Sesungguhnya Kami benar-benar Kuasa untuk memperlihatkan


kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka”. (Qs. Al-Mukminun : 95).

 Al-Qadir maupun  Al-Qadir termasuk dari sifat-sifat Allah keduanya


mungkin diturunkan dari taqdir, etimasi atau perkiraan, atau dari qudrah,
kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan.  Al-Qadir melakukan apapun yang

Dia kehendaki menurut kebutuhan kearifan, tidak lebih tidak kurang.  Al-
Qadir tidak termasuk dari sembilan puluh sembilan sifat Allah sekalipun ia
diulang-ulang lebih dari 30 kali sepanjang Al-Qur‟an suci. 

Akar kata Al-Qadir iadalah dari kata benda qudrah, kekuatan, kekuasaan,


keperkasaan, kesanggupan. Lailatul Al-Qadr, malam kekuasaan atau takdir
sesungguhnya merupakan malam kehormatan yang agung. Dalam Al-
Qur‟an, kita membaca ayat berikut, “Dan mereka tidak menghormati Allah
dengan penghormatan semestinya.” (QS. 6:91). Yakni mereka tidak
menghormatiNya sebagaimana seharusnya Dia dihormati. Kata Qadr artinya
bahwa Allah mampu melakukan sesuatu tanpa mengendalikannya atau
menggunakan sarana apapun, dan lain-lain; karena itu, ia tidak mendesak

90
 Maksudnya: waktu mereka mati atau waktu mereka dibangkitkan.

 
182

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 182/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

atau melelahkanNya untuk melakukan apapun yang Dia kehendaki. Ia


berarti otoritas dan kekuasaan, yakni pengendalian utuh seluruh alaam
semesta, kosmos, tanpa ditentang oleh seorang penentang. Siapakahj yang
dapaat menentangNya? PerintahNya adalah bahwa setiap kali Ia
menitahkan sesuatu, Dia berkata kepadanya: “Jadilah” maka “terjadilah” ia. Ia
berarti Zat yang memiliki kekuatan sempurna. Yang tidak dikecewakan oleh
sesuatu apapun. Menakar perintahNya, Yang mengatur alam semesta dengan
kekuasaan dan kearifan. “Lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah
sebaiknya-sebaiknya yang menentukan.” (QS. 77:23) dan juga “Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. 54:49). Qadar adalah apa
yang Allah Azza wa Jalla titahkan.

 Al-Muqtadir adalah superlatif dari  Al-Qadir yang mempertinggi


martabat dan pesona yang diilhami oleh yang belakangan.  Al-Muqtadir
mengendalikan segala sesuatu melalui kekuasaanNya yang meliputi semua
penciptaanNya. kekuasanNya abadi, Yang mengatur semua urusan, yang
mengejawatkan kekuasaanNya kepada jiwa-jiwa melalui cahaya sifatNya,  Al-
 Muqtadir dan dengan demikian memberi mereka kedamaian dan
keselamatan. Mereka mengenal dan mengakui kekuasaanNya diakhir malam
(waktu shalat tahajud) dan di kedua tepi siang (yakni pagi hari waktu shalat
subuh dan setelahnya) dan sore hari (waktu shalat maghrib dan setelahnya).
Dia menaklukkan setiap orang dan segala sesuatu berada dalam
kekuasaanNya. Dia memerintahkan, sehingga eksistensi muncul sebagai
manifestasi dari kekuasaanNya: “...dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. 18:45).

Salah satu rtanda dari akhlak mulia dari seorang mukmin sejauh  Al-
 Muqtadir dihiraukan adalah bahwa sifat ini akan selalu mengisi hatinya dan
ia selalu mengingatnya, sedemikian sehingga selintas cahaya akan
menyinarinya dan akan selalu mengitarinya. (HR. Jabir bin Abdullah as-

sallami).

Sifat  Al-Muqtadir, Maha terpuji dan Mahasuci Ia, disebutakan secara


harfiah dalam dua ayat dalam Al-Qur‟an surat Al-Qamar ayat 42 dan 55 serta
sekali dalam surat Al-Kahfi ayat 45.

 
183

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 183/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muqaddim Wa Al-Muakhir
Yang Mendahulukan Dan Yang Mengakhirkan

Dalam Al-Qur‟an kata “Al- Muqaddim”  dan “Almuakhir”, tetapi kata


Qaaddama” yang menunjuk kepada Allah sebagai pelaku, ditemukan hanya
sekali yaitu firman-Nya “Allah berfirman, „janganlah kamu bertengkar dihadapan-
Ku, padahal Qad Qaddamtu sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman
kepadamau” (QS. Qaf : 28).

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (QS. Al-Hashr : 18).

“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan
apa yang dilalaikannya”. (Qs. Qiyamah : 13).

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu
itu) datang azab kepada mereka, Maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya
Tuhan Kami, beri tangguhlah Kami (kembalikanlah Kami ke dunia) walaupun dalam

waktu yang sedikit, niscaya Kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan
mengikuti rasul-rasul". (kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah
bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa”?  (QS.
Ibrahim : 44).

 Al-Muqaddim secara linguistik, taqdim, akar kata dari sifat ini, berarti
memajukan, mengangkat, atau mendahulukan;  Al-Muqaddim artinya: Zat
yang menghadirkan benda-benda dan menempatkan mereka ditempat
mereka yang benar. Barangsiapa yang berhak untuk dimajukan,
didahulukan, atau dikaruniai atas yang lain, Yang Mahakuasa,  Al-Muqaddim,
menaikkan peringkat atau kedudukannya. Dan Dia memajukan taraf
kehidupan manusia, masing-masing menurut keikhlasan dalam beribadah
kepadaNya.  Al-Muqaddim, menaikkan peringkat dan kedudukannya. Dia
membuka pintu-pintu iman bagi setiap orang. Dia mengutamakan manusia-

 
184

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 184/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

manusia (tertentu) ketimbang yang mengutamakan manusia-manusia


(tertentu) ketimbang yang lain, mendahulukan, lebih mengutamakan,
memberi karunia para ulama atas orang-orang bodoh, menjadikan kelompok
pertama seperti bintang-gemintang yang menghidayahi orang lain kepada
kebajikan.

Dengan demikian,  Al-muqaddim mengutamakan siapa saja yang Dia


kehendaki berdasarkan kesalehan seseorang dan kekerapannya bertaubat
kepadaNya, kepada jalaNya, menjadikan mereka benar.  Al-Muqaddim

menaikkan derajat manusia yang menyembahNya (dalam kehidupan ini juga


dalam kehidupan yang akan datang), melindungi mereka dari kedurhakaan
atau azab-Nya.

 Al- Mua‟akhir menyebabkan orang-orang musyrik tertinggal ketika


menaikkan derajat orang-orang mukmin. Dia menanguhkan azab bagi
penindas karena Dia Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Setiap kali
hatimu diterpa cahaya sekilas dari sifatNya  Al- Mu‟akhir, engkau akan
menangani semua urusanmu dengan amat baik. Allah swt berfiman: “Dan
 janganlah berpikir bahwa Allah lalai dari apa-apa yang dikerjakan kaum yang zalim.
Dia hanya menanguhkan mereka sampai pada hari ketika mata-mata akan terbelalak.”
((QS. 14:42).

Baik  Al-Muqaddim dan  Al- Mu‟akhir tidak disebutkan dalam teks Al-


Qur‟an. Pembahasan pemajuan sesuatu dan penagguhan sesuatu yang lain
telah disitir dalam Al-Qur‟an dengan merujuk pada manusia dalam ayat-ayat
berikut;

“dan Kami tidak mengundurkannya, sampai waktu tertentu. (QS 11:104).

“Dan sesungguhnya Kami mengetahui orang-orang yang terdahulu diantara


kamu dan kami benar-benar mengetahui orang-orang terkemudian.” (QS. 15:24).

“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan
 pa yang dilakukannya. (QS.75:31).

Salah satu tanda akhlak mulia seorang mukmin menyangkut kedua


sifat ini ia harus mengambil jalan tengah antara kecemasan dan harapan
berlebihan, senantiasa bersikap waspada.

 
185

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 185/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Al-Muqaddim dan  Al- Mu‟akhir Dua nama ini dalam hadist Ali bin Abi
Thalib ra. Tentang sifat shalat Rasulullah Saw. Bahwa di akhir ucapan antara
tasyahhud dan salam, beliau mengucapkan

“Allahummagh fir lii maa qaddamtu wa maa akhkhartu wa maa asrartu wa


maa a‟lantu wa maa asraftu, wa maa anta a‟lamu b ihi minni, antal muqaddamu wa
antal mu‟akhiru laa ilaha illallah anta” 

Artinya :“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu maupun yang akan
dating, yang kusembunyikan maupun yang kulakukan dengan terang-terangan,
yang kulakukan dengan berlebihan, serta apa saja yang Engkau ketahui daripada aku,
Engkau yang mengajukan (Al-Muqaddim) dan engkau pula yang menangguhkan
(Al- Mu‟akhir), Tiada Ilah yang haq selain Engkau.” 

Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Kitabul


 Musafirin,  Bab:  Ad-Du‟a fi shalatil Lail  wa Qiyamihi (771) (201). Dan dalam
pembahasan ini terdapat pula hadist dari Ibnu Abbas ra. Yang diriwayatkan

pula oleh Al-Bukhari (1120).91 

91
 Ibid. Hlm.66.

 
186

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 186/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Awwal Wa Al-Akhir
Yang Pertama dan Yang Terakhir

“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin 92 , dan Dia
 Maha mengetahui segala sesuatu.  (QS. Al-Hadid : 3).

“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah aku turunkan (Al Quran) yang
membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang
yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku
dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.

“tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu93 dijadikannya gunung itu


hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia
berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang
 pertama-tama beriman".  (QS. Al-A‟raf : 143). 

“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku


dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" . (QS.
Al-An‟am : 163). 

Sifat Al-Awwal artinya; Zat yang kepadaNya segala sesuatu bersandar,


Zat yang mendahului semua yang lain. Diterapkan kepadda Yang
Mahakuasa, ia berarti Dia tidak pernah didahului oleh siapapun dalam
keberadaan; Dia sama sekali tidak membutuhkan siapapun. Dia terlepas dari
segala sesuatu dan setiap orang.

 Al-Awwal adalah yang pertama dari sesuatu yang berbeda dariNya.

Dia mempunyai kekuasaan atas musuh-musuhNya, suatu keutamaan bukan


92
 Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang
akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang  Zhahir  ialah, yang nyata adanya karena
 banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.

93
  Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan
kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah.
Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai
sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.

 
187

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 187/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

karena waktu ataupun tempat atau sesuatu yang lainnya yang bisa
dibayangkan oleh pikiran ataupun bisa dicapai oleh pengetahuan.  Al-Awwal
berarti Yang Abadi, dawam ( perpetual ), Zat yang tidak mempunyai awal
maupun akhir. Dialah yang Awal tanpa suatu permulaan. Dia ada karena
diriNya sendiri bahkan sebelum makhluk-makhlukNya ada.

Dialah Zat yang abadi yang senantiasa ada dan yang tidak pernah
didahului oleh siapapun. Allah berfirman, “Kamilah yang telah menentukan
kematian diantara kalian dan Kami tidak akan  pernah dapat dikalahkan.” (QS.

56:60). Ayat ini memperlihatkan bahwa Dia, dan hanya Dia, memiliki
kekuasaan semacam itu untuk memberlakukan kematian pada hamba-
hambaNya, dan Dialah yang pertama untuk berbuat demikian tanpa
siapapun mendahuluiNya.

 Al-Akhir adalah yang terakhir tanpa memiliki suatu permulaan, yang


terakhir dalam sifatNya berupa keabadian dan kedawaman; Dia
menanguhkan sesuatu yang datang belakangan. Dialah Yang terakhir tanpa
siapapun telah menundaNya dan menjadikanNya demikian. Dialah Yang
terakhir karena pemberian rezekiNya kepada kita. Dialah Yang Terakhir
menurut aturan keniscayaan; Dialah Yang Pertama yang memberi petunjuk
dan Dialah Yang Terakhir yang melindungi siapa saja yang Dia bimbing.

Allah membiarkan ganjaran mencapai orang-orang yang berusaha


meraihnya dan hukuman bagi mereka yang pantas menerimanya; jadi,
sebagaimana Dia Yang Pertama sejak masa azali, ketika tidak ada sesuatu
pun disisNya sama sekali, maka Dia akan tetap Yang Terakhir dan tak akan
ada sesuatu pun disisiNya.

Diantara perilaku baik seorang mukmin menyangkut sifat ini adalah


bahwa ia terus mengingatnya (Dzikir) sesering mungkin sehingga cahayanya
menjelma kedalam kalbunya dan sehingga ia akan lari dari tempat tinggal

yang sementara ini (dunia) dan mencari tempat tinggal yang abadi; ia hijran
dari dirinya sendiri mencari Allah, Tuhan langit dan bumi.

 
188

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 188/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Zahir Wa Al-Bathin
Yang Maha Nyata dan Maha Tersembunyi

“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.


Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada
hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan”. (QS. Al-An‟am : 120). 

“ Mereka hanya mengetahui yang lahir saja (Zahir) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat (bathin) adalah lalai”. (QS. Ar-Ruum :
7).

“Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka,


kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka
(pemuda- pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka”.  (QS. Al-Kahfi : 22).

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui”. (QS.
Al-An‟am : 103). 

 Al-Zhahir diturunkan dari zhuhar, manifestasi penampakan,


pengamatan, dan seterusnya. Ia berarti sesuatu yang tersembunyi yang
kemudian menampakkan diri. Ia memiliki pengertian “kemenangan.” Makna
ini terdapat dalam ayat ini.”...maka mereka jadi berjaya.” (QS 61:14). Sesuatu
Zhahir sangatlah kuat. Menurut hadist; “Tiada satu ayat pun dalam Al-
Qur‟an suci melainkan ia memiliki pengertian lahirnya dan pengertian
bathinya.” Sesuatu yang tampak adalah perkataan dan sesuatu yang
tersembunyi adalah pengertiannya. Atau, ia bisa berarti bacaan atau
ungkapan lawan dari pemahaman dan pengetahuan.

Sifat Allah  Al-Zhahir mempunyai lebih dari satu tafsiran: (1) Dia
menundukkan ciptaanNya. (2) Dia mengetahui segala sesuatu yang tampak,
sebagaimana sifat Al-Bathin artinya Dia mengetahui segala sesuatu yang gaib;
(3) Dialah  Al-Zhahir   karena banyaknya  bukti yang mempesona dan

 
189

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 189/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

keterangan-keterangan yang mencerahkan yang membenarkan


keagunganNya.

Anggaplah seseorang berkata bahwa sekiranya Dia  Al-Zhahir, Zat


yang tentangNya tidak ada keraguan, kebanyakan orang tampaknya
meragukan eksistensiNya bagaimanapun; lantas Dia bisa tetap Yang Maha
Kaya?

Allah adalah  Al-Bathin (Yang Maha Tersembunyi), jika dicari melalui


indra-indra (lahir) dan imajinasi. Dia  Al-Zhahir,  jika dicari melalui khazanah
akal dengan cara deduksi. wujudNya yang samar bagi banyak pikiran,
kendati wujudNya sedemikian nyata, karena kekuatan bukti seperti itu.
wujudNya yang jelas adalah alasan mengapa Dia tersembunyi, dan
cahayaNya pun sama (terangnya) sehingga menghalangi kilauNya: apa saja
yang melampaui batasnya berubah menjadi lawannya.

Dialah  Al-Zhahir yang dikenal melalui kecukupan,  Al-Bathin melalui

objektivitas,  Al-Zhahir karena karunia-karuniaNya,  Al-bathin melalui


rahmatNya. Dialah Zat Yang Nyata yang menaklukkan segala sesuatu, Zat
Yang Tersembunyi yang mengetahui kebenaran ihwal segala sesuatu, Zat
Yang Nyata bagi segala sesuatu melalui bukti-bukti yang meyakinkan, Zat
yang tersembunyi dari penampakkan fisik apapun. Maka mahasuci Zat yang
telah menyembunyikan dari penampakkan fisik apapun. Semua ciptaan
melalui cahayaNya, Yang Tersembunyi dari mereka lantaran intesitas
penampakanNya.

 Al-Bathin artinya Zat Yang tersembunyi dari pandangan mata


makhluk-makhlukNya karena kekuatan penampakanNya, Yang tersembunyi
karena ZatNya yang menentang akal dan pikiran.

Yang Maha Kuasa berfirman, “...dan menyempurnakan karuniaNya


kepada kalian, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi?” (QS. 31:20).
(karunia) Yang nampak adalah segala sesuatu yang bisa kita lihat, saksikan,
pandang, perhatikan, amati, sedangkan yang tersembunyi adalah segala
sesuatu yang dengannya kita tidak mengetahuinya. Dia menunjukkan fakta
bahwa “jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, kalian tidak akan mampu
menghitungnya; sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. 16:18). Semuanya jelass bagi indra, namun tertolak dari akal kita.

 
190

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 190/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Manusia merupakan, pengejawatan dari sifat  Al-Zhahir dan di saat


yang sama,juga adalah pengejawatahan dari sifat lain,  Al-Bathin. Isecara
ragawi pengejawatahan dari Cahaya Nyata,  Al-Bathin. Dan secara ruhani
pengejawatahan Tersembunyi.  Al-Bathin, sukmanya akan merasakan
ketundukan kepada Penciptanya. Pada gilirannya, ia akan menyadari bahwa
ia atas usahanya sendiri-sesungguhnya sama sekali tidak mapu melakukan
apapun; maka, barulah yang Maha Benar yakni Yang Maha Pengasih dan
Penyayang datang kepadanya dan akan mengaruniakannya kesucian jiwa
dan raga.

 
191

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 191/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Waliy
Yang Maha Memerintah

“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani

melainkan dengan kewajiban kamu sendiri 94  Kobarkanlah semangat Para mukmin
(untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir
itu. Allah Amat besar kekuatan dan Amat keras siksaan(Nya)”. (QS. An- Nisa : 84).

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain


 Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang
 paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui”. (QS. Al- Ankabut :
41).

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,


di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah 95 ,
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan96 , yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.  (QS. Ar-Raed : 11).

 Al-Wali adalah Pemilik segala sesuatu; Dia mengurus segala sesuatu


sebagaimana Dia kehendaki.  Mawla  juga berarti pendukung atau penolong.
 Al-Wali mengatur segala urusan-urusan semua makhluk. Dia memerintahkan
apa saja yang menumbuh kembangkan keadaan makhluk-makhlukNya.

94
  Perintah berperang itu harus dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w karena yang dibebani
adalah diri beliau sendiri. ayat ini berhubungan dengan keengganan sebagian besar orang Madinah
untuk ikut berperang bersama Nabi ke Badar Shughra. Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan
supaya Nabi Muhammad s.a.w. pergi berperang walaupun sendirian saja.

95
 Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan
ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini
ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
96
  Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab
kemunduran mereka.

 
192

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 192/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Dengan kata lain, Dialah Penguasa Mutlak dan tak terbantahkan.  Al-Wali
ialah satu-satunya Zat yang mengatur semua urusan. Yang melakukan segala
sesuatu, dan tidaklah ada kesinambungan ataupun keberadaan tanpa iziNya;
segala sesuatu terjadi menurut keputusanNya dan atas perintahNya.  Al-Wali
memberi segala sesuatu secara murah hati dengan menghentikan timbulnya
kecelakaan dan musinah.

Di antara ciri-ciri  Al-Wali adalah bahwa Dia mengatur, punya


kemampuan, dan pelaku apapun yang Dia kehendaki. Jika semua sifat ini

tidak ditemukan pada diri seseorang. Ia tidak bisa disebut wali, dan tidak
ada wali bagi urusan-urusan kita kecuali Allah. Dia, dan hanya Dia, secara
sendirian mengatur semuanya pertama-tama dan yterutama serta
melindungi kelangsungan dan ekstensi mereka. Adalah mungkin untuk
menyandarkan wali pada pengertian: Zat Yang memberi secara melimpah,
Yang menghindarkan keburukan.

 
193

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 193/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muta‟ali
Yang Maha Tinggi

“Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan


menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka,
menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan
mereka97 . Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.  
(QS. Al-Qashash : 4).

“ Maka Dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil


kaumnya.,(seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi".  (QS. Al-Nazi‟at
: 23-24).

“Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha besar
lagi Maha tinggi. Al-Kabir Al- Muta‟al” (QS. Ar-Raed : 9).

Akar kata  Al- Muta‟ali adalah „uluww, ketinggian, keagungan. Kata


kerjanya juga berarti ia yang merasa bangga, atau bahkan sombong,
berkenaan dengan orang lain, dan penggunaan ini bagi manusia.  Al- Muta‟ali

adalah Maha Mulia dalam kebesaran dan keagunganNya, suatu keagungan


yang tak seorang pun yang mampu mencapainya selain Dia sendiri.

 Al- Muta‟ali adalah Maha lembut diatas segala sesuatu karena


kekuasaan dan kesempurnaaNya. Ia amat jauh dari sifat kekurangan dan
cacat; Dia amat sangat Tinggi di atas semua makhlukNya atau sesuatu pun
dari apa yang diciptakanNya atau sesuatu yang tidak ia ciptakan. Dia tidak
memerlukan ibadah orang-orang yang menyembahNya; Dia menjadikan
kebaikanNya tersedia bagi semua orang yang berjuang keras untuk
menggapaiNya.

97
 Golongan yang ditindas itu ialah Bani Israil, yang anak- anak laki-laki mereka dibunuh dan
anak-anak perempuan mereka dibiarkan hidup.

 
194

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 194/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Al- Muta‟ali  jauh dari kebatilan si congkak. derajatNya adalah Maha


Tinggi; Dia mempunyai otoritas atas semuanya. Dia Maha Sombong dan
Maha Besar. kesucianNya terlalu tinggi untuk dipahami atau dibayangkan
oleh makhlukNya.

Imam kedua kita, Hasan bin Ali bin Abi Thalib, berkata bahwa
kakeknya, Rasulullah Saw, mengajarinya sejumlah doa yang dibaca dalam
qunut shalat witir sebagai berikut;

“Ya Allah, aku memohon kepadaMu untuk membimbingku (sebagaimana)


diantara mereka yang telah engkau bimbing, berilah aku kesehatan yang baik
(sebagaimana) orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan yang baik, lindungilah
aku (sebagaimana) orang-orang yang telah Engkau lindungi! Aku memohon
kepadaMu agar memberkati apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Hindarkan
keburukan dariku dari apa yang Engkau telah tetapkan kepadaku, karena Engkaulah
yang menetapkan sementara tak seorang pun yang bisa memaksakan ketetapannya
kepadaMu! Sesungguhnya tak seorang pun bisa meremehkan orang-orang yang telah
Engkau lindungi; Mahasuci Engkau, Tuhan dan Maha Mulia” 

 
195

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 195/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Barr
Yang Maha Dermawan

“Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan
dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa,14. Dan seorang yang (Barr-an) berbakti
kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”. 
(QS. Maryam : 13-14).

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim : 34).

Seorang yang meneladani sifat ini hendaknya;

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di


antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan
 Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang98 , (QS. An-Nur : 22).

“Maka Allah memberikan karunia kepada Kami dan memelihara Kami dari
azab neraka, Sesungguhnya Kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah
yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang”. (QS. At-Thuur : 27-28).

 Al-Barr adalah sifat Allah yang diturunkan dari Barr, pelaku kebaikan
disebut ; al-birr artinya perbuatan-perbuatan baik.  Al-Barr merupakan suatu

kata inkludif yang mengandung semua sifat kebaikan, kasih sayang, dan
kemurahan. Orang yang  Al-Barr kepada orang tuanya adalah sangat

98
  Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa Dia tidak akan memberi apa-
apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri
'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh
mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka
itu.

 
196

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 196/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

memuliakan dan mengasihi mereka. Mereka yang al-barr adalah orang-orang


yang perbuatan-perbuatan baiknya diharapkan.  Al-Birr  juga mengandung
arti ikatan, jalinan, atau hubungan. Seorang yang al-barr menyangkut
kekerabatanya berarti ia memelihara hubungan-hubungan baik dengan
mereka. (QS. Al-Mumtahanah : 8).

 Al-Birr adalah apa yang terbaik di kehidupan dunia sekarang dan di


akhirat kelak. Yang terbaik dalam kehidupan ini adalah apa saja yang Allah
sediakan kepada hamba-hambaNya seperti petunjuk, karunia-karunia, dan

benda-benda yang dinikmati. Yang terbaik dalam kehidupan akhirat adalah


rahmat abadi yakni kediaman di surga; semoga Allah memudahkan kita
untuk menikmati kedua rahmat itu, dengan keagungan dan kemuliaanNya.
“Tetaplah mengatakan kebenaran, karena ia akan mengantarkanmu kepada
al-birr.” 

 Al-Birr artinya kebaikan, suatu kata yang menyatukan semua sifat


baik. Ia mengimplikasikan pada segala perbuatan baik yang lebih
mendekatkan seseorang kepada Allah, Yang Mahaberkah lagi Mahatinggi.
Sumur Zam-zam disebut barra lantaran manfaatnya yang melimpah.

Seorang hamba Allah bisa digambarkan sebagai al-barr. Seorang hamba


 Allah adalah al-barr menurut tingkat kebaikannya. Kebaikan pertama dan
utama adalah memenuhi hak-hak orang tuanya, gurunya dan
pembimbingnya. Salah satu cara yang didalamnya seorang hamba Allah bisa
menunjukkan perilakunya setelah mengikuti cahaya sifat ini adalah
melindungi dan mencintai orang-orang mukmin yang ikhlas dalam
keimanan mereka.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang

dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang


memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”  (QS. Al-
Baqarah : 177).

 
197

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 197/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Siapapun yang kepadaNya Allah adalah al-barr akan dijaga dari


melakukan sesuatu yang tidak disenangiNya. Dan Dia, pada gilirannya, akan
meridhainya dengan hal-hal yang sangat indah; dalam kehidupan yang
ditempuhnya akan Dia penuhi dengan keberhasilan; Dia akan menjadikan
tujuan-tujuannya senantiasa baik. Dia akan menjadikannya mandiri melalui
nikmat dan amal kebaikan dariNya.

 
198

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 198/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Tawwab
Yang Maha Penerima Taubat 

“ Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah


suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri99  dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci100 apabila
mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah : 222).

“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala 101  dan
(dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan

yang durhaka” , (QS. An-Nisa : 117).

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka,
(barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula
diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi
orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”. (QS. An- Nisa‟ : 18).

Rasulullah. Saw bersabda : “Kegembiraan Allah menerima Taubat hamba-


Nya, melebihi kegembiraan sang Musafir” (HR. Muslim)

 At-Tawwab adalah kata sifat yang akar katanya adalah tawbah,


penyesalan, yakni kembali kepada Allah. Artinya, Dia menerima penyesalan
hamnbanya, yaitu dia melimpahkan karuniaNya kepada mereka. Dalam Al-
Qur‟an Allah berfirman: 

99
 Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.

100
 Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.

101
  Asal makna Inaatsan ialah wanita-wanita. patung-patung berhala yang disembah Arab
Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan Nama-nama perempuan sebagai Laata, Al Uzza dan Manah.
dapat juga berarti di sini orang-orang mati, benda-benda yang tidak berjenis dan benda-benda yang
lemah.

 
199

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 199/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

“kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam


taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”.  (QS. At-Taubah : 118). Dengan demikian, dimaklumi bahwa
sekiranya Allah tidak menerima penyesalan dari salah seorang hambaNya,
yang terakhir ini tidak dipandang orang bertaubat, karena asal-muasal
penyesalan dalam realitasnya berasal dari Allah yang menutupnya dengan
penerimaanNya atas taubat itu sendiri.

 At-Tawwab memudahkan taubat bagi hamba-hambaNya berkali-kali

dengan tanda-tanda yang Dia jelmakan pada mereka, dan peringatan yang
dengan itu Dia mengingatkan mereka; sehingga, ketika mereka mengetahui
hukuman atas dosa-dosa mereka, mereka menjadi ketakutan, dan mereka
kembali bertaubat, dan karunia-karunia Allah kembali kepada mereka saat
Dia menerima pertaubatan mereka.

 At-Tawwab menerima pertaubatan hamba-hambaNya dan


mengampuni dosa-dosa mereka. Dia menerima taubat dari hambaNya yang
mendurhakaiNya kemudian kembali mentaatiNya. Dan jika ia melakukan
suatu dosa kemudian kembali kepadaNya, niscaya Dia menyambutnya. Dia
memaafkan orang yang menyimpang dari jalan lurus lalu meminta maaf
kepadaNya, sehingga Dia mengampuni dosa-dosanya. Selama hamba Allah
meminta Tawbah , Tuhan tetaplah Maha Mengampuni.

Rasulullah Saw sangat menginginkan orang-orang meng-Imaninya


akan senantiasa meminta ampunanNya. dalam sebuah hadist, beliau berkata:
“Demi Allah, aku memohon ampun (beristighfar) kepada Allah, dan aku bertaubat
kepadaNya, setiap hari lebih dari 70 kali.” Allah telah mengampuni semua
kesalahan dari pemimpin kita, Muhammad Saw. Namun beliau meminta
ampunanNya dan bertaubat kepadaNya lebih dari 70 kali sehari, bahkan
lebih dari 100 kali sehari! Lantas, bisakah kita mengatakan tentang
bagaimana seringnya kaum Muslim harus bertaubat kepadaNya dan
meminta ampunanNya? 

Anas bin Malik mengatakan bahwa dirinya mendengar Rasulullah


Saw menukil firman Tuhannya, “Wahai anak Adam!  Selama engkau berdoa
kepadaku dan menempatkan semua harapanmu kepadaKu, Aku akan
mengampunimu, dan aku tak memikirkan, Wahai anak Adam!. Kendati dosa-
dosamu bertumpuk dan mencapai langit, kemudian engkau meminta

 
200

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 200/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

ampunanKu, niscaya aku mengampuni. Wahai anak Adam! Jika engkau


datang kepadaKu setelah berbuat banyak dosa sebanyak yang menutupi
bumi, mengimaniKu, tidak menyekutukanKu, niscaya akan Aku karuniakan
kepadamu ampunan yang setara (dengan banyaknya dosa).

 
201

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 201/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muntaqim
Yang Memberi Ancaman/Maha Penyiksa

“Allah telah memaafkan apa yang telah lalu dan barangsiapa yang kembali
mengerjakannya (Membunuh binatang buruan, ketika sedang berihram setelah
sebelumnya telah dilarang) Fa yantaqimu/niscaya Allah akan menyiksanya. Allah
 Maha Kuasa lagi Zizun Dzun Tiqami (Pemilik hari pembalasan)” QS. Al-
Maidah : 95.

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya

Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa”.  (QS. As-
Sajadah : 22).

“Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai


kemenangan) Maka Sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat). (QS.
Az-Zukhruf : 41).

“(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang

keras102 Sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan”. (QS. Ad- Dukhan : 16).

 Al-Muntaqim, Yang Maha Membalas dan memberi ancaman, yang


menambah hukuman pada orang-orang yang menindas dinegerinya. Kata  Al-
 Muntaqim diturunkan dari kata benda intiqam, membalas dendam atau
berusaha  membalas dengan hukuman terhadapan seseorang. Sebuah
hukuman tidak disebut demikian kecuali jika syarat-syarat berikut terpenuhi:

1.  Kasih sayang mencapai batas kekejaman yang ekstrim. Allah telah
berfirman, “Pada hari itu kami akan menghatam (mereka) dengan hantaman
yang keras. Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan (kepada mereka).
(QS. 44:16).
102
  Hantaman yang keras itu terjadi di peperangan Badar di mana orang-orang musyrik
dipukul dengan sehebat-hebatnya sehingga menderita kekalahan dan banyak di antara pemimpin-
 pemimpin mereka yang tewas.

 
202

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 202/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

2.  Suatu hukuman dijalankan setelah satu periode kelonggaran. Allah


Tabaraka wa Ta‟ala telah berkata, “...dan barangsiapa yang kembali
(kepdanya); maka Allah akan menimpakan siksa kepadanya, dan Allah Maha besar,
Tuhan Yang Maha memberi Balasan.” (QS. 5:95).
3.  Hukuman semacam itu semestinya memerlukan bentuk perasaan benci
ketika melihat seseorang terluka. Sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam
manusia yang ganas dan pembenci. Intiqam, membalas dendam dengan
hukuman, dari seorang hamba Allah. Balas dendam semacam ini
ditimpakan pada musuh-musuhNya (orang-orang yang mengingkari).
Balas dendam semacam ini patut dipuji. Seburuk-buruknya musuh
manusia adalah diri-diri mereka sendiri yang halus, nafs, yakni dalam
setiap dan semua orang dari kita.ia harus berusaha membalas melawan
nafs semacam itu.

Sifat  Al-Muntaqim mengejawatkan dirinya sendiri dalam tubuh: dalam


sarana-sarana untuk sistem pertahanan almiahnya ketika kuman-kuman
menganggu kemurnian tubuh. Sarana-sarana ini kemudian akan membunuh
kuman-kuman tersebut sebagai suatu hukuman atas perusakan semacam itu,
kemudian mereka akan membersihkan tubuh itu darinya. Selanjutnya,  Al-
 Muntaqim memudahkan pemusnahan sesuatu yang buruk, berbahaya dan
merusak. Banyak ayat rujukan didalam Al-Qur‟an mengenai sifat ini
diantaranya; (QS. Al-Maidah: 95), (QS.Al-A‟raaf : 136), (QS. Al-Hijr : 79), (QS.
Ar-Ruum : 47), (QS. Az-Zukhruf : 25), (QS. Az-Zukhruf :55), (QS. Ali-Imran
:3-4), (QS. Al-Maidah : 95), (QS. Ibrahim : 47), (QS. Az-Zumar ; 37), (QS. As-
Sajadah : 22), (QS. Az-Zukhruf : 41), (QS. Ad-Dukhan : 16).

 Al-Muntaqim memperkuat hukumanNya terhadap para penindas,


menyebabkan para pelaku kejahatan ditundukkan pada pembalsanNya. Dia
mengutus para rasulNya, yang didukung oleh tanda-tanda dan mukjizatNya,
untuk mengingatkan orang-orang. Karena itu, jika peringatan tidak memberi

dampak positif kepada seseorang, maka sesungguhnya Dia akan


menimpakan azabNya dan balas dendam kepadaNya.

Ketika seseorang menyadari bahwa tak ada sesuatu yang besar


ataupun kecil selain bahwa ada hukuman untuk setara dengan ukuran dan
 jenis (perbuatan0, niscaya ia akan takut pada dalam pelanggaran batas.

 
203

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 203/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Afuww
Yang Maha Pemaaf

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub103 , terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun. (QS. An-Nisa : 43).

“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu


dua pasukan itu104 , hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan
sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan Sesungguhnya
 Allah telah memberi ma'af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun. QS. Ali-Imran : 155.

“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta

berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A‟raf : 199.). 

“Mudah-mudahan Allah memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi


 Maha Pengampun”. (QS. An-Nisa‟ : 98-99).

 Al-Afuww, diturunkan dari akar kata  „afuw pengertiannya; “pergi ke


sesuatu untuk menerima sesuatu, memberi tanpa diminta, menambah,
menyapu sesuatu.” Sebagai kata benda, ia berarti penghapusan dosa-dosa
dalam keseluruhannya. Siapapun bisa berdoa dan berkata, “Tuhan, aku
memohon kepadaMu untuk meberiku „afuww dan  „afiya” yakni,

103
 Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang
 bagi orang junub yang belum mandi.

104
  Dua pasukan itu ialah pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum musyrikin.

 
204

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 204/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menghukumku karena dosa-dosaku dan menjadikanku aman dan


terlindungi dari siksaMu.” 

 Al-Afuww mengikis habis jejak-jejak dosa, menghilangkan mereka


dengan hembusan angin ampunanNya. Ia mengikis habis dosa dari catatan-
catatan yang dipelihara oleh para malaikat penjagaNya. Bahkan Dia
memupus habis dari para malaikat ingatan-ingatan dari hamba yang
melakukan dosa-dosa.

Teks Al-Qur‟an suci, mengenai sifat dari  Asmaul Husna, Al-Afuww


muncul berdampingan dengan sifat  Al-ghafur dan berdampingan dengan
sifat Al-Qadir ditunjukkan dalam ayat-ayat sebagai berikut: (QS. An-Nisa :43),
(QS. An-Nisa : 99), (QS. An-Nisa :149)   dan (QS. Al-Hajj :60), (QS. Al
Mujaadalah : 2).

Barangsiapa ingin menerima sekilas cahaya yang diilhami oleh sifat


ini, pertama-tama harus memaafkan orang-orang yang telah berbuat jahat

kepadaNya atau memperlakukannya secara zalim. Barangsiapa ingin sifat ini


semestinya menghalau perasaan buruk apapun terhadap seseorang dari
hatinya yang telah berbuat jahat kepadanya dan memperlakukannya dengan
baik orang-orang yang berlaku salah kepadanya.

 
205

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 205/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Rauf
Yang Maha Pelimpah Kasih

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha


Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah 143).

“Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena


mencaari keridhan Allah; dan Allah Rauf Bil ibad  Maha penyantun terhadap
hamba-hamba (yang taat) . (QS. Al-Baqarah : 207).

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan


(dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau
kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan
kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya”. 
(QS. Ali- Imran :30).

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”.  (Qs.

At-taubah : 128).

“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-


Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
terhadapmu.” (QS. Al-Hadid :9).

Sifat Al-Rauf merujuk pada Zat yang tidak henti-hentinya berbuat baik

dan kasih kepada para pendosa dengan menerima taubat mereka serta
kepada para kekasihNya dengan melindungi mereka dari melakukan dosa.
Pengertian sifat ini memiliki kesamaan dengan  Ar-Rahim. Diantara
manifestasi rahmatNya kepada hambaNya adalah bahwa Dia melindungi
mereka dari melakukan perbuatan yang menyebabkan hukumanNya. Dia
mungkin Maha pengasih kepada salah seorang hambaNya dengan secara

 
206

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 206/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

lahiriah menimpakan kepadanya kesulitan, namun secara bathiniah ada


banyak rahmat dan kasih sayang tersembunyi baginya dalam kesulitan
semacam itu, sementara ia tidak mengetahuinya.

Allah Yang Maha mulia telah mendahulukan sifat  Al-Ra‟uf iketimabang


 Ar-Rahim, mendahulukan ra‟fah ketimbang Rahmah dan memberikan priritas
pada yang pertam ketimbang yang belakangan. Banyak ayat yang merujuk
pada sifat  Al-Ra‟uf. (QS. Al-Baqarah :143). (QS. Al-Hadid : 27), (QS. At-
Taubah : 128). Sifat ini diturunkan dari “pengasih” dan “penyayang”. Hal ini

menuntut kita untuk membedakan antara kedua kata ini. Juga, setiap kali
Yang Maha Kuasa menggunakan kedua kata ini. Dia menyebutkan sifat  Al-
Ra‟uf sebelum  Ar-Rahim. Dengan demikian, kita harus menjelaskan
perbedaan antara istilah tersebut dan alasan untuk prioritas semacam itu.

 Jika seorang hamba Allah ingin memola perilakunya menurut


inspirasi sifat ini, pertama-tama ia harus ingat dan melapalkannya
sedemikian sering, sehingga cahaya  Al-Ra‟uf akan mengejawatkan dirinya
sendiri kedalam hatinya, untuk selanjutnya ia akan menjadi sangat belas
kasih kepada semua manusia-baik orang-orang kebanyakan maupun lapisan
khusus-dengan selalu mengingat ucapan Rasulullah Saw, “Sayangilah
 penduduk bumi agar penduduk langit menyayangimu.” 

 
207

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 207/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Malikal Mulk
Pemilik Kerajaan

“Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.  (QS. Ali-
Imran : 26).

“Kursi105 , Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.  (Al-Baqarah : 255)

“Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri,


niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia Jadi
hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat”. (QS. An-Naml : 34.).

 Jika hanya Allah Tuhan kita, Penguasa dan Tuhan yang kita sembah
yang memiliki Kerajaan, maka tidak ada tempat minta tolong ketika dalam
kesusahan melainkan padaNya. Lantas bagaimana seorang hamba tidak
berlindung padaNya? ketika ada musibah dan datangnya musuh, padahal
hanya Dialah Penguasa dan pemilik Kerajaan Yang Maha Luas, tidak ada
tempat bernaung dan ketentraman yang paling damai kecuali pada
PenguasaaNya, bukankah kita banyak mendapat kesusahan dalam hidup ini
dan mengadu pada orang yang dianggap berkuasa dan mampu mengatasi
masalah kita, akan tetapi Kekuasaan Makhluk itu terbatas? Lantas Mengapa
kita tidak meminta kepada yang memiliki Penguasaan dan Pemilik Kerajaan
yang tidak terbatas.?

105
  Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula
yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

 
208

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 208/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Dzuljalal wal Ikhram


Pemilik Keluhuran dan Kemurahan

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan 106  Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan”. (Qs. Al-Isra‟ : 70).

“ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya


dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku",Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka
Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku" 107 . (QS. Al-Fajr : 15-16).

Zuljalal wal Ikhram “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang


mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar-Rahman : 27).

Zuljalal wal Ikhram “Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai


kebesaran dan karunia”. (QS. Ar-Rahman : 78).

Dzuljalali wal Ikhram, merupakan sebuah sifat agung yang memadukan

keagungan dan keindahan, karena ada suatu pesona keagungan dan


keindahan dari Yang Mahakuasa; tidak seorang hamba Allah pun bisa
mencapai pengetahuan kecuali jika ia memahami pengertian (sifat) Dzuljalali
wal Ikhram. Sesungguhnya sifat ini menggabungkan didalamnya antisipasi,
daya pesona, harapan, dan kecemasan.

Dzuljalali wal Ikhram, berarti: Zat yang memiliki semua kebesaran.


Tidak ada kekhususan, keagungan, kebesaran, kecuali jika Allah
mengizinkannya; sesungguhnya semua realitas adalah milikNya, dariNya,

106
  Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan
dan di lautan untuk memperoleh penghidupan  

107
  Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu
adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan
16. tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

 
209

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 209/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

dan karenaNya. Keagungan dan kemuliaan adalah kepunyaanNya. Zat yang


merupakan sumber dan muara dari segenap keagungan, kesempurnaan,
kehormatan, martabat, dan kebesaran. Tidak ada kebesaran, karunia, rahmat,
atau kebaikan-kebaikan melainkan semua itu bersumber dariNya.

Rasulullah Saw bersabda: “Tegakanlah Dzuljalali wal Ikhram.” Yakni:


“Ikutilah jalanNya dan bersabrlah dalam melakukan  demikian dan ucapkanlah
berulang-ulang sifat ini dalam doa-doamu.”  Jika seorang hamba Allah teus
mengulang-ulang sifat ini dan cahayanya pada akhirnya akan bersinar dalam

batinya, maka ia akan menjadi sangat terhormat dikalangan kaumnya.


Barangsiapa menyadari kebesaran Allah, akan menjadi sangat rendah hati
dihadapanNya.

Salah satu tanda perbuatan baik dari seorang hamba Allah adalah
bahwa ia meminta kedekatan kepadaNya dengan menyadarkan dirinya
sendiri kepadaNya. Dengan menjadi sangat rendah hati, dengan
menampilkan kerendahan hatinya dihadapan Allah. Dia harus menyadari
bahwa segenap kebesaran dan kesempurnaan adalah milikNya dan bahwa
Dia memuliakan hamba-hambaNya dengan memberi mereka karunia-
karuniaNya.

 
210

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 210/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Muqhsit
Yang Maha Adil

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa


bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. (Qs. Al-Hadid : 25).

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
 perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat Berlaku adil108 Maka (kawinilah) seorang saja 109 , atau budak-budak
yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.
(QS. An- Nisa :3)

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar
Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu
 perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil;
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil”. (QS. Al-Hujurat :
9).

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Ali-Imran : 18).

 Al-Muqhsit pengertian akar kata sifat ini, yakni Qisth (keadilan atau
kejujuran) adalah sebagai berikut: aqsatha artinya keadilan yang terwujudkan;

108
  Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.

109
  Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini
 poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat
ini membatasi poligami sampai empat orang saja  

 
211

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 211/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

qasatha artinya menjadi tidak jujur atau tidak adil; Qasith  merupakan orang
zalim atau tidak jujur, seorang penindas,  Muqhsit adalah orang yang adil
dalam keputusan atau ketetapannya, dan qisth artinya bagian, kesatuan, atau
porsi sesuatu. Qasithun, kata benda pluralnya, adalah orang-orang yang
menyimpang dari keadilan. Allah berfirman: “Dan adalah bagi mereka yang
menyimpang, mereka akan menjadi bahan bakar mereka.” (QS 72:15). Qisth artinya
penerapan keadilan dengan mengambil sesuatu yang telah diperoleh
seseorang secara tak sah dan mengembalikkanya kepada pemiliknya yang
sah. Iqsah artinya seseorang diberi bagiannya sendiri yang halal dimana
orang lain telah mengambilnya secara tak sah (secara paksa atau lainnya); ia
pun disebut inshaf, menjalankan persamaan. Qasatha artinya seseorang
menjadi zalim, sedangkan  Aqsatha artinya bahwa ia menjadi jujur dan adil.
 Al-Muqhsit adalah yang Maha Kuasa, yakni Zat yang jujur dan adil dalam
semua keputusan dan ketetapannya.  Al-Muqhsit muncul untuk
menyelamatkan orang-orang tertindas dan meneggakan keadilan.

Kesempurnaan dalam melakukan hal demikian merupakn fakta bahwa Dia


mengabulkan permohonan orang-orang yang tertindas juga yang merupakan
tujuan akhir persamaan, sesuatu yang tak bisa berbuat apapun selainNya,
Allah Swt berfirman: “...dan jika engkau memutuskan di antara mereka, maka
 putuskanlah mereka dengan adil. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat adil.” (QS.5:42)

Al-Ghazali menulis,  Al-Muqhsit adalah “Yang memenangkan/membela


yang teraniyaya .dari yang menganiyaya. Kesempurnaan sifat ini adalah dengan
menjadikan yang teraniyaya dan menganiyaya sama-sama rela. Ini, tidak dapat
dilakukan secara sempurna kecuali oleh Allah. Swt.

 
212

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 212/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al- Jami‟ 
Yang Maha Penghimpun

“Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan


orang-orang kafir di dalam Jahannam”,  (Qs. An-Nisa : 140).

“Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan orang-orang yang kemudian


Benar-benar akan dikumpulkan (dihimpun) di waktu tertentu pada hari yang
ditentukanl”. (QS. Al-Waqi‟ah : 50). 

“Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang


mendustakan.38. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan
kamu dan orang-orang terdahulu”. (QS. Al-Mursalat : 37-38)

“(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari


 pengumpulan, Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. dan Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-
kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar ”. (QS.

At-Taghabun : 9).
“Dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.
dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.  (QS. Az-
Zukhruf : 32).

"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk

(menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya
 Allah tidak menyalahi janji”. (Qs. Ali-Imran : 9).

 Al- Jami‟ Adalah sebuah sifat Allah diturunkan dari  jami‟, akar katanya,
yang berarti: mengumpulkan, menyatukan, atau menggabungkan. Hari
perkumpulan adalah hari pengadilan. Ia sebut demikian karena Allah akan
mengumpulkan seluruh makhluknya dari generasi pertama hingga generasi

 
213

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 213/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

terakhir, dari golongan jin dan manusia, semua penduduk langit dan bumi,
dan setiap hamba Allah dan perbuatannya, setiap penindas dan yang
ditindas, dan setiap nabi dan kaumnya. Dia juga akan menggabungkan
antara ganjaran bagi mereka yang menaatiNya dan hukuman bagi mereka
yang mendurhakaiNya.

Siapapun yang pengetahuannya sempurna dan akhlaknya baik berhak


untuk disebut  Jami‟. Atas alasan ini, seorang yang sempurna adalah orang
yang tidak memadamkan cahaya kesalehan dengan cahaya pengetahuan.

Dengan demikian, artinya ia menghimpun penghliatan (batin) yang


sempurna dengan nubuwat (foresight).

 
214

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 214/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Ghaniy Wa Al-Muqhniy
Yang Maha Kaya dan pemberi Kekayaan

“Dan jika kamu khawatir menjadi miskin110  Maka Allah nanti akan

memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki.


Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.  (QS. At-Taubah :
28).

“ Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.


dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui, Dan orang-orang
yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang
memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka 111  jika
kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu”. (QS. An-Nur : 32-
33).

“Hartaku sekali-kali tidak menjadikan aku kaya” (dalam arti berkecukupan


dan mampu menolak siksa Tuhan). ( QS. Al-Haqah 28). 

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah
yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (QS. Fathir : 15).

Secara linguistik,  ghina, akar kata  Al-Ghaniyy, artinya kemandirian


yakni mempunyai mampu mencukupi. Lawanya adalah  faqr, miskin,
berkeinginan, perlu, membutuhkan, dan sejenisnya. Kemaandirian atau self-
sufficiency. Al-Ghaniyy tidak punya kebutuhan, pada diriNya sendiri atau

dalam sifat-sifat atau perbuatan-perbuatanNya, pada siapapun sementara

110
  Karena tidak membenarkan orang musyrikin mengerjakan haji dan umrah, karena
 pencaharian orang-orang Muslim boleh Jadi berkurang.

111
  Salah satu cara dalam agama Islam untuk menghilangkan perbudakan, Yaitu seorang
hamba boleh meminta pada tuannya untuk dimerdekakan, dengan Perjanjian bahwa budak itu akan
membayar jumlah uang yang ditentukan. Pemilik budak itu hendaklah menerima Perjanjian itu kalau
 budak itu menurut penglihatannya sanggup melunasi Perjanjian itu dengan harta yang halal.

 
215

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 215/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

segala sesuatu membutuhkanNya.  Al-Ghaniy adalah Zat Maha sempurna


karena apa yang ia miliki dan apa yang ada disisiNya. Tuhan kita, Yang
Maha Terpuji. Kekurangan tidak berlaku bagi  Al-Ghaniyy Mutlak dan
ketidakmampuan tidak bisa dinisbatkan kepadaNya.

Segala sesuatu selain Allah membutuhkan ( faqr ), sementera Dia,  Al-


Ghaniyy, tidak membutuhkan siapapun. Nabi Saw diriwayatkan telah
berkata, “kekayaan bukanlah berlimpahnya segala sesuatu; sebaliknya,
kekayaan terdapat pada jiwa seseorang.” Tingkat Tertinggi dari kekayaan

adalah kebahagian, kepuasan, dengan apa yang tersedia di sisimu.


Karenanya, sesungguhnya tidak ada kekayaan seperti perasaan bahagia.
Seseorang boleh jadi amat miskin, namun ia mencoba tampil sebaik-baiknya
dihadapan manusia. Firman Allah: “...orang-orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya karena memelihara ddiri dari meminta-minta.” (QS. 2:273).

Kemudian  Al-Mughniy, telah berkata: “...dan jika kamu takut menjadi


miskin, maka Allah akan memberikan kekayaan kepadaamu melalui karuniaNya jika
ia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui dan Mahabijaksana.” (QS.
9:28).

 Al-Mughniyy telah melimpahkan karunia-karuniaNya kepada para


hambaNya secara melimpah dan memfasilitasi mereka dalam pencapain
tujuan dan maksud mereka serta pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari.
Tidak ada kemandirian selain bahwa Dia menjadikan maujud. Dia
memperkaya para sahabatNya (wali) dengan kekayaan cahayaNya.

Allah adalah Maha pemberi Kekayaan, sekecil apapun urusan


makhluk membuktikan sekecil apapun bahwa ia membutuhkan  Al-Mughniy.
 Al-Mughniyy menjadikan siapapun dari kalangan hambaNya dapat
mencukupi dirinya sendiri. Dia melimpahkan kemandirian dan keswadayaan
kepada hamba-hambaNya. Dia bisa dianggap sebagai memberi mereka

kesanggupan untuk berdiri sendiri. Dan Allah pun menjadikan sebagian


hambaNya tidak bergantung pada yang lain. Lantaran semua kebutuhan
sesungguhnya telah dipenuhi olehNya. Makhluk-makhlukNya tidak bisa
berbuat apa-apa bagio diri mereka sendiri tanpa pertolongaNya; lantas
bagaimana bisa mereka dinilai mampu membantu yang lain ketika mereka
sendiri perlu ditolong? Dia melimpahkan kemandiriaan dan keswadayaan

 
216

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 216/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

kepada siapa saja yang Dia kehendaki dikalangan hamba-hambaNya


menurut kearifan dan kehendakNya; Dia berfirman: “...Tuhan Kami adalah
yang telah memberikan kepada setiap sesuatu bentu-bentuknya (yang sesuai) dan
kemudian (juga) memberinya petunjuk (yang benar).” (QS. 20:50).

Salah satu cara kepada makhluk mengenai  Al-Ghaniyy dan  Al-


 Mughniyy adalah bahwa ia menyadari bahwassanya ia membutuhkanNya
secara dawam (terus menerus), dan bahwa ia lebih percaya pada apa Allah
miliki ketimbang percaya apa yang ia sendiri miliki, serta bersikap baik

dalam memberikan kemurahan dan kasih sayang terhadap hamba-hamba


Allah. Salah satu norma perilaku seorang mukmin menyangkut sifat  Al-
 Mughniyy adalah ketika ia menyadariNya sebagai Zat satu-satunya yang
bebas dari kebutuhan apapun. Zat yang memenuhi semua kebutuhan hamba-
hambaNya, ia akan bersandar dan bertawakal kepadaNya dalam segala
sesuatu dan merujuk kepadaNya dalam setiap masalah.

 
217

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 217/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Mani‟ 
Yang Maha Mencegah/Membela

“Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan


siang hari dari (azab Allah) yang Maha Pemurah?" sebenarnya mereka adalah orang-
orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka, Atau Adakah mereka
mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) kami. tuhan-
tuhan itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka
dilindungi dari (azab) Kami itu?  (QS. Al- Anbiya‟ : 42-43).

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya112 harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
 pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. (QS. An-Nisa : 5).

“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari


kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama 113  kamu tidak
menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-
benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah
mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-
sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang
mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang
yang mempunyai wawasan”. (QS. Al-Hasyr : 2).

 Al- Mani‟ adalah satu dari sekian sifat Allah yang diturunkan dari
 Mani‟, lawan dari memberikan atau melimpahi. Ia juga berarti melindungi,
menghentikan sesuatu dari gangguan dari yang lain atau satu kelompok
manusia dari gangguan manusia lainnya.

112
  Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang
dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.

113
  Yang dimaksud dengan ahli kitab ialah orang-orang Yahudi Bani Nadhir, merekalah yang
mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah.

 
218

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 218/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 Al- Mani‟ melindungi dan menolong orang-orang yang menaatiNya


dan Dia menghentikan sebagian hambaNya dari melakukan sesuatu dan Dia
menghentikan sebagian hambaNya dari melakukan sesuatu yang Dia tidak
ingin mereka melakukannya. Dia mencegah sebab-sebab kehancuran dan
penyusutan dalam masalah-masalah yang terkait dengan keyakinan-
keyakinan dan umat karena apa yang Dia ciptakan berupa sebab-sebab bagi
pemeliharaan mereka. Halangan dari sebab-sebab kebinasaan dan
pemeliharaan dari apa yang dibimbing melawan kepunahan merupakan
matalamat (objective) man dan merupakan tujuan ultimate.

 Al- Mani‟ melarang kesulitan dari mencapai para waliNya, atau


abstensi utuh dari memberikan sesuatu kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. Apabila Dia melarang penderitaan dari mencapai para
sahabatNya, ini karena kemurahan indahNya, dan jika dia melarang
pemberian kepada mereka, itu pun masih merupakan karunia besar dariNya.
Allah memberikan kesenangan-kesenangan kehidupan didunia ini kepada
orang-orang yang Dia cintai dan kepada orang-orang yang tidak Dia cintai,
namun Dia tidak melindungi hati seorang hambaNya kecuali jika yang kedua
termasuk dari salah satu waliNya.

 Al- Mani‟ menghindarkan sebab-sebab kebinasaan dan penyusutan


keyakinan dan tubuh dengan menciptakan sarana-sarana yang
melindungiNya dari kebinasaan dan penyusutan. Maka, dia menciptakan

beberapa sebab dan melarang yang lain; Dia memberikan segala sesuatu
yang menghasilkan manfaatnya dan melarang yang menimbulkan
kerusakannya. Dia memberi sebagian dan menahan kepada sebagian yang
lain. Daialah  Al- Mu‟ti, iMaha Pemberi, sekaligus Al-Mani‟, Maha menahan. Dia
menunda pemberian kepada siapa saja yang dia kehendaki dan penundaanya
bisa mengandung pemberian terselubung. Dia menjadikan sebagian orang
kaya dengan memberikan mereka kekayaan, dan Dia menghentikan

pemberian kepada siapa saja yang Dia kehendaki untuk menguji mereka
pada penderitaan. Dia bisa mencabut dari seorang hambNya kenikmatan
kesehatan dan kecantikan yang baik dan menjadikannya ridha akan
keputusanNya.  Al- Mani‟  adalah sekaligus juga  Al- Mu‟ti: karena dalam
penahanan ada peberian, dan dalam pemberian ada penahanan.

 
219

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 219/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Rasulullah Saw biasa berdoa selepas shalat dengan doa: “Ya Allah,
tiada Tuhan selain Engkau, Mahaesa dan Tuhan satu-satunya,kepunyaanNya adalah
kerajaan, bagiNya segala pujian dan Dia bisa melakukan segala sesuatu. Ya Allah,
tak seorang pun yang bisa menghalangiMu sesuatu yang kauberikan atau tak
seorang pun yang bisa memberi sesuatu yang kau tahan, dan tak seorang pun yang
mampu menghentikan terlaksananya kehendakMu.” 

 
220

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 220/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Dhar, Al-Nafi‟ 
Yang Memberi Derita, Memberi Manfaat

“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka
dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu
berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata." (QS. Al-An‟am : 7). 

“ Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain nya jika (Allah) yang
 Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka
tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat
menyelamatkanku?” (QS. Yasin :23).

Atau ucapan-ucapan hamba Allah yang menyertai Nabi Musa. As


(Nabi Khidir. As). Ketika membocorkan perahu-perbuatan yang yang
lahirnya buruk – beliau berkata : 79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan
bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-
tiap bahtera. QS. Al-Kahfi : 79. Tetapi ketika membangun tembok untuk
melindungi harta peningalan untuk dua orang anak yatim yang ayahnya

shaleh, beliau berucap, “Maka Tuhan_mu menghendaki agar mereka mencapai


usia dewasa dan mengambil harta peninggalan itu” (QS. Al-Kahfi : 82).

“Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat


 pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang
ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah
yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan” ,  (QS. Al-
Mukminun : 21).

 Ad-Dharr dalam bahasa mengatakan bahwa Dharr, bahaya adalah


lawan dari Nafi‟  yakni manfaat.  Ad-Dharr, yakni Zat yang bisa memberikan
bahaya kepada siapapun yang Dia kehendaki, dia menjadikan miskin
sebagian dari hamba-hambaNya atau menyebabkan mereka jatuh sakit dan
sulit untuk diobati menurut kebijaksanaanNya. Dengan begitu, Dia
menentukan segala sesuatu, dan hanya Dia yang memfasilitasi sarana-sarana

 
221

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 221/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

bahaya sebagai suatu ujian dariNya yang denganNya Dia membersihkan


para pendosa atau menundukkan salah seorang hambaNya kepada suatu
ujian untuk meningkatkan kedudukannya. Dia menetapak bahaya kepada
sebahagian hambaNya dan mewujudkan perintahNya melalui sarana-sarana
tertentu. Dialah Maha bijak dalam setiap perbuatan melalui hikmah dibalik
segala ujian yang diberikan kepada hambaNya. Dia yang maha Penyayang
dalam keputusanNya. Sekiranya Dia menitahkan bahaya suatu penyakit atau
musibah, tiada lain itu merupakan pengobatan yang berguna dalam
kehidupan di dunia dan akhirat yang akan datang.

Allah berfirman: “Dan jika Allah menimpahkan suatu kemudharatan


kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia..” (QS. 6:17).

 An-Nafi adalah sumber faedah dan kebaikan bagi kehidupan didunia


ini dan bagi keyakinan. Hanya Dia yang menganugerahkan kesehatan yang
baik, kekayaan, kebahagiaan, otoritas, petunjuk, dan kesalehan. Dia
mempermudah semua makhlukNya dari manfaat yang Dia ciptakan untuk
mereka. Dia telah memfasilitasi jalan menuju kepadaNya bagi orang-orang
yang ingin menempuhnya. Yang menolong jiwa-jiwa melalui para nabiNya,
yang menutrisi tubuh melalui makanan, Yang menjauhkan penyakit dari
obat, yang menjauhkan musibah melalui karunia dan kebaikan, dan
melimpahkan manfaat kepada setiap orang, baik ia seorang malaikat,
manusia, ataupun jin.

Ibn „Abbas berkata, “suatu ketika saya tengah duduk dibelakang


Rasulullah Saw yang kemudian beliau berkata kepadaku, „Hai anak muda,
aku ingin mengajari beberapa petuah (kebijaksanaan): apabila engkau
melindungi hak-hakmu pada Allah, niscaya ia akan melindungi; apabila
engkau memperhatikan hak-hak Allah terhadapmu, engkau akan
menjumpaiNya (sebagai Zat) yang memeliharamu; apabila engkau
mempunyai suatu permintaan, maka mintalah kepadaNya jika engkau
meminta pertolongan, mintalah pertolongan dariNya. Dan camkanlah dalam
pikiran bahwa seandainya semua orang berkumpul untuk mendapatkan
manfaat darimu akan sesuatu, mereka tidak akan mampu berbuat demikian,
selain pada apa yang telah dia alokasikan untukmu, dan jika mereka semua
berkumpul bersama untuk membahayakanmu, mereka tidak akan pernah

 
222

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 222/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

mampu berbuat demikian kecuali jika Dia telah memerintahkannya


kepadamu; tinta-tinta telah mengering, dan lauh-lauh telah dipindahkan.” 

 Ad_Dharr, Al-Nafi‟ adalah Zat yang dariNya segala sesuatu yang baik
ataupun yang buruk terpancar; semuanya disandarkan kepada Allah dan
dijalankan melalui para malaikat, manusia, benda-benda tak bernyawa, atau
melalui sarana-sarana lain; maka, janganlah mengira bahwa racun, misalnya,
membunuh dengan sendirinya memuaskan rasa lapar. Malaikat, manusia,
setan atau segala sesuatu yang ada seperti planet-planet, atau benda-benda

lainnya. Dibawah kendaliNya; mereka tak mampu berbuat apa-apa selain


apa yang telah Allah perintah kepadda mereka. Disamping kekuatan abadi,
laksana sebuah pena yang ada ditangan penulis ketika dilihat oleh seorang
yang buta huruf. Apabila seorang penguasa menandatangani perintah untuk
menghukum atau menganjar seseorang. Pena yang ia pakai untuk
menandatangani perintah seperti itu tidak bisa menyampaikan perbedaan
antara perintah yang satu dan perintah yang lainnya, atau antara apa yang
menimbulkan bahaya dan yang membawa manfaat, atau bahkan perbedaan
antara penggunanya dan yang lainnya, ini merupakan masalah dengan
semua sarana dan sebab.

Baik  Al-Dharr maupun  Al-Nafi‟ disebut di pelbagai tempat dalam Al-


Qur‟an: (QS 7:188), (QS. 10:49). (QS.16:54), (QS. 30;36). 

Andil seorang hamba Allah bisa memperoleh inspirasi sifat-sifat ini


adalah bahwa ia menjadi “berbahaya” bagi musuh-musuh Allah sambil
mendatangkan manfaat bagi para kekasih Allah. Dalam surat Al-Maidah,
Yang Maha Kuasa menggambarkan orang beriman sebagai “... yang bersikap
lembut dihadapan orang-orang yang beriman, bersikap keras terhadap orang-orang
kafir.” (QS.5:54). Mukmin seperti ini tidak memohon kepada siapapun, tidak
 juga takut pada siapapun selain TuhanNya; ia sepenuhnya bertawakal
kepada Allah. Barangsiapa yang benar-benar menyadari bahwa Tuhannya,
Zat Yang Maha Mulia, adlah Zat satu-satunya yang menciptakan dan
mengadakan segala sesuatu, yang menciptakan benda-benda baru, maka ia
akan tunduk kepadaNya dan bertawakal kepadaNya dalam semua
urusannya. Dia akan menikmati pikiran yang damai; ia akan aman dari
manusia, dan ia akan aman dari manusia, dan ia akan memberikan

 
223

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 223/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

bimbingan kepada setiap orang. Hatinya tidak menyisakan ruang sedikitpun


untuk tipu daya atau penghianatan.

Kiranya baik menghimpun sifat  Al-Dharr dan  An-Nafi‟, lantaran pada


keduanya dikatakan bahwa semua sifat berakhir; Dia, Mahasuci, Dia
mengendalikan sarana-sarana untuk kemanfaatan dan kemudharatan
manusia, dan tak seorang pun bisa mendatangkan bahaya kepada siapa saja
ataupun memberi manfaat kepada siapapun selain DiriNya: “...tetapi cukuplah
Tuhanmu sebagai pemberi petunjuk dan penolong (bagi kamu).” (QS. 25:31).

Barang siapa mengingat kedua sifat ini akan tunduk sepenuhnya kepada
Allah dan akan senantiassa merasa bahwa segala sesuatu berasal dariNya
dan kembali kepadaNya.

 
224

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 224/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Nur
Yang Maha Pemberi/Pemilik Cahaya

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,


supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak 114  Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS. Yunus : 5).

“Dan Apakah orang yang sudah mati 115  kemudian Dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
 padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. Al-An‟am : 122). 

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya


 Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus 116 yang di dalamnya ada pelita
besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)

seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu)
 pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya)117   yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-

 
114
  Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma,

melainkan dengan penuh hikmah.


115
 Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya Yakni orang-orang kafir dan sebagainya.
116
  Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah
yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang
lain.

117
  Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di
waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan
 buahnya menghasilkan minyak yang baik.

 
225

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 225/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

 perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui se gala sesuatu”.  (QS. An-
Nur : 35).

Dalam bahasa  An-Nur artinya cahaya, segala sesuatu yang kemilau,


cahaya, atau pantulan yang terjadi. Cahaya membantu penghliatan, ada dua
 jenis cahaya yang terkait dengan kehidupan akhirat. Pertama, sebut saja
duniawi, juga ada dua jenis: cahaya yang bisa dilihat oleh akal, intelek; ia
adalah cahaya Ilahi, cahaya akal, dari Al-Qur‟an suci. Jenis lainnya terkait
dengan cahaya fisik. Yakni cahaya dari benda-benda yang memancarkan atau

memantulkan cahaya seperti matahari, bulan, bintang. Dalam sebuah ayat


dalam Al-Qur‟an menjelaskan: “...telah datang kepadamu dari Tuhamu cahaya
dan kitab yang jelas (Al-Qur‟an).” (QS. 5:15). Rujukan pada cahaya fisik
terdapat dalam ayat : “Dialah yang menjadikan matahari memancar dan bulan
bercahaya.” (QS.10:5).

 An-Nur adalah Zat Yang Maha jelas yang telah memanifestasikan


diriNya sepenuhnya. Zat yang jelas pada diriNya sendiri dan yang
menjadikan segala sesuatu dari ketiadaan dan menciptakan mereka.  An-Nur
telah memenuhi dunia ini dengan cahaya dan menjelmakannya. Yang
menerangi Alam ruh melalui Rasulullah, pemimpin generasi pertama dan
terakhir, dan Dia telah menerangi hati-hati melalui cahaya kitab suciNya. Dia
menerangi orang-orang, yang dilimpahi dengan pengetahuan, dengan
cahaya keilmuannya.

Nur memiliki banyak makna. Salah satu darinya adalah cahaya


pengetahuan dan keilmuan, yakni fajar kebenaran sebagaimana terlihat oleh
mukmin yang berilmu. Sifat  An-Nur telah disebutkan dalam teks Al-Qur‟an
dalam (QS.24:35).

Ibn „Abbas mengatakan bahwa arti ayat ini adalah bahwasanya Allah
adalah pembimbing para penduduk langit dan bumi; perumpamaan

bimbinganNya dalam hati seorang mukmin laksana minyak murni yang


bersinar bahkan sebelum api menyentunya. Sifat  An_Nur adalah isyarat akan
fakta bahwa Allah merupakan cahaya langit dan bumi. Banyak ayat lain yang
merujuk pada cahaya Allah di dalamnya diantarannya: (QS. 9:32), (QS. 39:22),
(QS. 39:22)., (QS.39:69).

 
226

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 226/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Rasulullah Saw biasa memohon kepada Tuhannya di pagi hari dengan


doa berikut, “Ya Allah, Aku memohon kepadaMu untuk menjadikan cahaya dalam
hatiku, cahaya diseluruh tubuhku, cahaya pada pendengaranku, cahaya pada
 penghliatanku, cahaya pada rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada dagingku,
cahaya pada darahku, cahaya pada tulangku, cahaya didepanku, cahaya dibelakangku,
cahaya pada sisi kananku, cahaya pada sisi kiriku, cahaya diatasku, cahaya
dibawahku! Ya Allah, aku memohon kepadaMu untuk menambah cahayaku,
memberiku cahaya, dan menjadikan cahaya bagiku.” 118 

118
 Doa senada dengan redaksi yang lebih pendek diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas oleh
Bukhari: Allahumaj‟alfi qalbi nuran, wa fi bashari nuran, wa fi sam‟i nuran, wa „an yamini nuran, wa
„an yasari nuran, wa fauqi nuran, wa tahti nuran, wa amami nuran, wa khalfi nuran, waj‟alli
nuraa(n).

 
227

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 227/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Hadiy
Yang Maha Pemberi Petunjuk

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al

Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus”. (QS. Al-hajj : 54).

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari
orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan
 penolong”. (QS. Al-Furqan : 31)

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-
orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. dan kamu tidak dapat
memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman
dengan ayat-ayat Kami, mereka Itulah orang-orang yang berserah diri (kepada
Kami)”. (QS. Ar-rum : 53).

“Barangsiapa yang Allah sesatkan 119 Maka baginya tak ada orang yang akan
memberi petunjuk. dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam
kesesatan”. (QS. Al-A‟raf : 186). 

“Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya


(Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu
hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang
memberi petunjuk”. (QS. Ar-Raed : 7).

 Al-Hadi adalaha sebuah sifat yang diturunkan, secara linguistik, dari


hidayah, petunjuk, yang artinya: menarik seseorang kepada sesuatu, seperti
menarik hati seorang mukmin kepada  Al-Hadi, kepada Zat yang memberikan

119
  Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau
memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau
memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi
sesat.

 
228

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 228/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

petunjuk tersebut. Bimbingan atau petunjk artinya membawa hati lebih dekat
kepada Yang Maha Kuasa.

 Al-Hadi memberi petunjuk kepada ia yang berslah untuk bertaubat,


dan mereka yang diberkati dengan pengetahuan kepada fakta-fakta berkaitan
dengan kedekatan kepadNya.  Al-Hadi menepati hati-hati dengan kejujuran
dan keadilan, tubuh-tubuh dengan kehidupan dan kematian.  Al-Hadi telah
memberikan segala sesuatu bentukbentuk dan ciri-cirinya, dan Dia
membimbing siapa yang Dia ciptakan kepada tujuan-tujuan dibalik

penciptaan mereka. Dia membimbing hati-hati untuk memakrifatiNya dan


 jiwa-jiwa untuk mematuhiNya; Dia membimbing orang yang bersalah
kepada jalan taubat, orang-orang yang ikhlas kepada kedekatan denganNya
setelah mereka jauh dariNya. Dia terus mengisi hati-hati dengan cinta akan
keadilan dan kebenaran; Dia memudahkan mereka untuk memperlakukan
manusia secara adil.  Al-hadi dalam realitas sesungguhnya adalah Allah (itu
sendiri).  Al-Hadi dalam realitas sesungguhnya adalah Allah (itu sendiri).  Al-
Hadi telah membimbing orang-orang khusus diantara hamba-hambaNya
kepada kearifan dan pengetahuan.

Setiap kali Rasulullah Saw bangun malam untuk shalat, ia selalu


berdoa kepada Tuhannya sebagai berikut, “Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan
Isafil, Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang gaib dan saksi,
Engkau mengadili diantara hamba-hambaMu berkaitan dengan apa yang didalamnya

mereka berbantahan! Aku memohon kepadaMu untuk membimbingku kepada yang di


dalamnya mereka berselisih, dengan kehendakMu, karena Engkau membimbing siapa
saja yang Kau kehendaki kepada jalan yang lurus.”

 
229

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 229/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Badi‟ 
Pencipta Permata

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk

menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:


"Jadilah!" lalu jadilah ia”. (QS. Al-Baqarah : 117)

“Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan


aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadapmu. aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan
aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".   (QS. Al-
Ahqaf : 9).

“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia
tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala
sesuatu”. (QS. Al-An‟am : 101). 

Dalam bahasa, menciptakan artinya mewujudkan sesuatu tanpa


meniru suatu contoh atau model (sebelumnya).  Al-Badi‟ adalah Zat yang
Mahaunik. Tiadak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya dalam hal ZatNya,
sifatNya, atau perbuataNya; Dia telah memanisfetasikan keajaiban-keajaiban
yang telah Dia ciptakan sebagai isyarat yang paling indah. Dia telah
menciptakan seluruh dunia kosmik tanpa (meniru) pola sebelumnya. Allah
Berfirman dalam Al-Qur‟an : “(Dialah) Pencipta langit dan bumi; bagaimana  ia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri; Dia-lah yang menciptakan
segala sesuatu, Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. 6: 101).

Badi‟ artinya pencipta, ia yang melakukan hal-hal baru, mewujudkan


keberadaanya. Bid‟ah artinya sesuatu yang baru, suatu inovasi. Allah adalah
Pencipta semua benda tanpa meniru pola sebelumnya. Dialah yang memulai
penciptaan semua makhluk, sehingga Dialah Pencipta mereka, Zat Yang
Maha Kuasa,  Al-Badi‟ telah menciptakan segala sesuatu tanpa menggunakan

 
230

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 230/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

suatu alat atau material apapun, tanpa dibatasi ruang dan waktu agar bisa
melakukannya.

 Al-Badi‟ telah mewuudkan benda-benda menakjubkan dari apa yang


dilakukanNya dan bukti-bukti luar biasa dari kearifanNya. Dialah Zat yang
Mutlak yang tidak punya bandingan yang menyamaiNya dalam sifat-
sifatNya, kearifanNya, atau apapun yang terkait denganNya; Dia, dan hanya
Dia, adalah Al-Badi‟ yang telah menciptakan segala sesuatu.

Anas bin malik diriwayatkan mengatakan bahwa suatu saat


Rasulullah Saw mendengar seseorang berdoa seperti ini, “Ya Allah aku
memohon kepadaMu karena fakta bahwa kepadaMu segala pujian tertuju; Tiada
Tuhan selain Engkau; Engkaulah zat yang tak pernah berhenti memberi, Yang
menciptakan langit dan bumi, Zat yang memiliki semua kesucian dan kemulian! Aku
memohon kepadaMu untuk memberiku tempat disurgaMu, dan aku berlindung
kepadaMu dari neraka,” lalu Nabi Saw berkata, “Sesungguhnya dia telah
memohon kepada Allah dengan sifatNya dengan sifat itu, Dia mengabulkan
 permohonan tersebut dan memberi apa yang dimintanya.” 

Apabila seorang mukmin mengulang-ulang sifat mulia ini sedemikian


sering, niscaya Allah akan memunculkan mata air kearifan yang mengalir
dari lisannya; dia akan bijaksana dalam niat-niatnya, karena niat adalah dasar
perbuatan. Maka akan disingkapkan keindahan cahayaNya.  Allah, Al-haqq,
Tabaraka wa ta‟ala. Salah satu norma perilaku dari siapapun yang sering

membaca sifat ini adalah penghindarn dari bid‟ah-bid‟ah dalam keyakinan


dan kesetiaan penuh pada Sunnah.

 
231

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 231/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Baqi‟ 
Yang Maha Kekal

“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun

yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu
 pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah
kamu dikembalikan”. (QS. Al-Qashash : 88).

“Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan


(kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia
Termasuk orang yang yakin, Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang
(lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia
berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam, Kemudian tatkala Dia melihat
bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia
berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah
aku Termasuk orang yang sesat."  (QS. Al-An‟am : 75-77).

“Dan apa saja120 yang diberikan kepada kamu, Maka itu adalah ke- nikmatan
hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan

lebih kekal. Maka Apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al-Qashash : 60).


“ Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di
dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang
beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal”. (QS. Asy-Syurra :
36).

 Al-Baqi‟ adalah salah satu sifat-sifat Allah yang akar katanya adalah

baqa‟ : lawan kata dari kebinasaan. Ia juga berarti: ketaatan kepada Allah dan
mengharap ganjaran-ganjaranNya, atau kedudukan kebaikan yang tak akan
hilang-hilang.

120
  Maksudnya: hal-hal yang berhubungan dengan duniawi Seperti, pangkat kekayaan
keturunan dan sebagainya.

 
232

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 232/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Hakiakat  Al-Baqi‟, Mahasuci Ia, eksistensiNya Yang abadi; keabadian


merupakan salah satu ciri-ciriNya.  Al-baqi, Dia selalu Maha Ada, yang tetap
ada selamanya, dari permulaan setiap permulaan dan untuk keabadian.  Al-
Baqi‟ mutlak adalah Zat yang durasiNya tak pernah berakhir dan dijelaskan
sebagai, abadi, terus-menerus, lestari, tak berakhir.  Al-Qadim Mutlak adalah
Zat yang masa permulaanNya, jika waktu semacam itu ada, kembali pada
“Kesangatmulaan” waktu. Dan durasi seperti itu disebut azali, langgeng.
Bahwa eksistensiNya tergantung pada kebaikan-kebaikanNyaa sendiri, sifat
ini akan mencakup kedua pengertian tersebut (abadi dan azali).

Sesuatu yang mengalami perubahan karena gerakan dipengaruhi oleh


waktu; oleh sebab itu, baik “Masa lalu” ataupun “Masa depan” tidak berlaku
bagiNya. Dia mendahului waktu dan Dia tetap setelah penciptaaNya atas
waktu sebagaimana Dia senantiasa ada dan akan senantiasa ada. Eksistensi
Allah tegantung pada kebaikannya sendiri. Ia tidak terkena kebinasaan
apapun. Durasi dari sesuatu yang mencukupi-dirinya sendiri selama di masa
lalu dan akan tetap demikian dimasa depan dan itu juga terjadi dimasa lalu
disebut lama. Dan durasinya dimasa depan disebut eksistensi.

Subjek dari ketahanan dan durasi yang disandarkan Allah dalam Al-
Qur‟an: 

“...amal-amal saleh yang kekal itu paling baik pahalanya disisi TuhanMu dan
 paling baik tempat kembalinya (penghabisan). (QS. 19:76).

“...karena ketentuan Allah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. 42:36).

“...dan apa yang ada pada Tuhan adalah lebih baik dan lebih abadi bagi orang-
orang yang percaya dan pada Tuhan mereka berserah diri.” (QS. 42 : 36).

“Dan wajah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia akan kekal selama-
lamanya.” (QS. 55:27).

Nasib baik yang bisa dicapai seorang hamba Allah apabila ia sering
mengingat sifat ini adalh bahwa Yang Maha Kuasa akan menyingkapkan
kepadanya fakta-fakta abadi dan akaan menjadikannya melihat jalan-jalan
kebinasaan, maka ia akan lari segera ke  Al-Baqi‟ dan menghiasi perilakunya
dengan makna sifat-sifat petunjuk moralnya.

 
233

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 233/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Al-Warits
Yang Maha Mewarisi

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri
bahagian timur bumi dan bahagian baratnya 121 yang telah Kami beri berkah padanya.
dan telah sempurnalah Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani
Israil disebabkan kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat
Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka” (QS. Al-A‟raf : 137) 

“Sesungguhnya Kami mewarisi bumi122 dan semua orang-orang yang ada di


atasnya, dan hanya kepada kamilah mereka dikembalikan”. (QS. Maryam : 40).

“Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang
selalu bertakwa”. (QS. Maryam :63).

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-


orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang
menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka  
dalam hal ini tiada terceIa.7. Barangsiapa mencari yang di balik itu 123 Maka mereka
Itulah orang-orang yang melampaui batas.8. Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.9. Dan orang-orang yang
memelihara sembahyangnya.10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi” , 
(QS. Al-Mukminun 1-10)

Akar kata sifat  Al-Warits adalah Waratsa, mewarisi: Dia akan mewarisi

semua makhluk setelah kehancuran mereka. Segala sesuatu telah dia berikan
kepada mereka-akan musnah; eksistensi mereka juga apa-apa yang telah Dia

121
  Maksudnya: negeri Syam dan Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah
dikuasai Fir'aun dahulu. sesudah kerjaan Fir'aun runtuh, negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil.

122
  Mewarisi bumi Maksudnya: setelah alam semesta ini hancur semuanya, Maka Allah-lah
yang kekal.

123
 Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya.

 
234

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 234/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

berikan kepada mereka, bergantung kepadaNya, dan bukan pada sesuatu


yang lain. Dia berfirman, “Dan sesungguhnya hanyalah Kami (dan tak seorang
 punyang lain)  yang menghidupkan dan mematikan dan Kami adalah satu-satunya
yang mewarisi.” (QS. 15:23).

Apa yang hamba Allah miliki akan kembali kepadaNya; tidak ada
sekutu bagiNya,  Al-Warits  adalah Zat yang kepadaNya semua kepemilikan
akan kembali setelah kematian “para pemiliknya”. Dialah Zat yang akan
menyeru pada hari itu, sebagaimana dalam (QS. Al-Mukminun : 16) .

“Kepunyaan siapakah kerajaan hari ini? Dan Dialah akan menjawab dengan
mengatakan, “(Kerajaan ini)  adalah kepunyaan Allah Yang Mahaesa, Maha
 Mengalahkan!”. Kebanyakan orang keliru bahwa mereka memiliki
kepemilikan yang menjadi milik mereka sendiri, namun hakikat materi akan
disingkapkan di depan mata mereka pada hari itu.

Rujukan pada subjek Warisan, Yang Mewarisi diterapkan kepada Yang Maha


Kuasa terdapat dalam beberapa ayat:

“Dan sesungguhnya hanyalah kami (dan tak seorang pun yang lain) yang 
menghidupkan dan mematikan dan kami adalah satu-satuNya yang mewarisi.” (QS.
15:23).

”Sesungguhnya kami mewarisi bumi dan semua orang yang diatasnya, dan
hanya kepada Kamilah mereka akan dikembalikan.” (QS. 19:40).

“Ya TuhanKu! Janganlah Engkau tinggalkan aku seorang diri (tanpa seorang
anak) dan Engkaulah adalah Waris Yang paling Baik!” (QS. 21:89).

“Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di


bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan orang-orang yang
mewarisi bumi.” (QS. 28:5).

Rasulullah Saw biasa berdoa seperti ini , “Ya Allah, aku memohon

kepadaMu agar memberiku kepuasan atas pendengaran dan penghliatanku dan


menjadikan mereka pewarisku.” 

 
235

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 235/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ar-Rasyid
Yang Maha Tepat Tindakan-Nya

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke

sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang
mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka
Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu
tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya”. (QS. Al-Kahfi : 17)

“(Ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam


 gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami
(ini)." (QS. Al-Kahfi : 10).

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia


menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan

keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus” , (QS. Al-Hujurat : 7).

“Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah"124 dan ingatlah kepada Tuhanmu


 jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku
 petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".  (QS. Al-Kahfi : 24).

124
  Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w.
tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab,
datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya
 jika Allah menghendaki). tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk
menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas,
sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut insya Allah
haruslah segera menyebutkannya kemudian.

 
236

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 236/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Sifat  Al-Rasyid  diturunkan dari Rusyd, akar katanya, yang artinya;


petunjuk, kesalehan, dan kejujuran. Lawannya adalah penyimpangan dan
kelicikan.derivasinya memiliki dua kemungkinan;  Al-rasyid, yang artinya
Mahabijak, sehingga mahabijak adalah Dia yang tidak satupun dari
perbuatan-perbuatanNya yang bisa dipandang sebagai keliru atau sia-sia.  Al-
Rasyid adalah Zat Yang pengaturannya atas semua masalah mencapai
sasarannya tanpa siapapun selainNya yang mengarahkan atau
membantunya, tiada siapapun selain Allah. Al-Rasyid menghendaki siapapun
yang Dia kehendaki dengan menyediakan baginya petunjukNya, dan
menjadikan siapapun Dia kehendaki sengsara dengan menjauhkannya dari
petunjukNya.

 Al-Rasyid dicirikan oleh kesempurnaan yang utuh, kearifan yang


besar, petunjuk yang ultimate. Dialah Zat yang pengaturannya atas semua
masalah mencapai tujuan ultimate dan kesuksesan. Dia membimbing mereka
melalui kebijaksanaanNya terhadap pencapaian kesejahteraan mereka dalam
kehidupan dunia ini dan kehidupan mendatang.  Al-Rasyid telah menjadikan
orang-orang yang denganya Dia kehendaki bahagia, Yang membimbing para
waliNya kepadaNya, dan Dia diketahui karena keadilan dan karunia-
karuniaNya.

 Al-Rasyid adalah  Al-mursyid, Zat Yang mengilhamkan petunjuk nan


lurus bagi mereka yang mentaatiNya. Diaa telah mengarahkan semua

makhluk pada petunujuNya. Zat yang taliNya demikian kuat, Yang


perintahnya adalah bijaksana. Firman Allah dalam Al-Qur‟an; Wahai Tuhan
kami! Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
 jalan yang benar dalam urusan kami” (QS. 18:10). Dan, “...dan barangsiapa yang
disesatkaNya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin untuk
menunjuki (kamu) jalan yang lurus.” (QS. 18:17).

 Jika seorang ingin berada diatas jalan yang benar, petunjukNya, akan
sebanding dengan pengaturan singkatnya dalam pencapaian tujuan-tujuan
duniawi dan agamanaya.  Al-Rasyid, dalam suatu cara dimana sepatutnya ia
bersandar kepada Tuhannya,  Al-Rasyid  untuk membimbingnya. Kemudian
Tuhannya akan memimpinnya untuk memperbaharui dirinya. Dan
mengembalikan segala nurusan kepadaNya. Sebagaimana ia (Musa)
memalingkan wajahnya kearah Madyan dan berkata, “Mudah-mudahan

 
237

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 237/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Tuhanku akan memberi petunjuk kepadaku yang lebih dekat dari pada ini ke (jalan)
yang benar.” (QS.18:24).

Dengan demikian, semestinya seorang hamba Allah berperilaku:


ketika ia bangun, seyogyanya ia bersandar kepada Tuhannya, dan setiap kali
persoalan apapun menghadangnya, ia harus memohon pertolongan Allah
dalam hal ini kemudian menunggu sinyal hatinya yang akan menjawabnya.
Setelah itu Ia akan membantunya dengan memenuhi kebutuhan apapun
yang dimintanya dan mencukupinya. Jika ia berbuat sesuatu yang bertolak

belakang dengan apa yang dibimbingkan Allah kepadanya, maka ia akan


menegurnya sehingga ia akan mengetahui bahwa Tuhannya mendapatkanya
sebagai pemurka. Seorang hamba Allah semestinya sering sifat  Al-Rasyid dan
berpegang teguh pada pengertiannya sehinga ia berperilaku yang
dianjurkan. Dengan itu, Allah memberinya kearifan dan melimpahkan
Rahmat kepadanya.

 
238

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 238/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

As-Shabur
Yang Maha Penyabar

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi


 petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar 125. dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami”. (QS. As-Sajadah : 24)

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri
bahagian timur bumi dan bahagian baratnya 126 yang telah Kami beri berkah padanya.
dan telah sempurnalah Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani
Israil disebabkan kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat

Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-„A‟raf : 137.). 
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
 pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar : 10).

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.  (QS. Al-
Baqarah : 177).

Penetapan nama ini kedalam Asmaul Husna didasarkan pada isyarat


yang dikandung dalam sabda Rasulullah Saw: “Tiada satupun yang lebih sabar
atas setiap cercaan menyakitkan yang didengar daripada Allah; mereka

125
 Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran.
126
  Maksudnya: negeri Syam dan Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah
dikuasai Fir'aun dahulu. sesudah kerjaan Fir'aun runtuh, negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil.  

 
239

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 239/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

menundukkan bahwa Dia beranak, tetapi Dia justru memaafkan dan malah masih
member rezeki pada mereka” (HR. Muslim).

Dia Maha penyabar, tidak berarti bahwa Dia lemah. Kesabaran-Nya


tidaklah sama dengan kesabaran makhluk. Kesabaran-Nya bukan karena
tidak mampu membalas keangkuhan mereka yang menuduh-Nya sebagai
Tuhan yang punya anak dan istri. Tapi Dia hanya memberikan kesempatan
mereka untuk menarik perkataanya; bila masih tetap pada keangkuhannya,
maka siksa akan Dia tumpahkan kepada mereka diakhirat kelak. Dia tidak

“terburu” atau “gegabah” dalam segala af‟al-Nya. Sementara makhluk


memiliki sifat terburu lantaran khawatir akan terlewatkan bila ia tidak segera
membalas perlakuan jahat yang diterimanya.

Banyak para ulama yang mempersamakan makna (Al-Hilm) yang


menjadi akar kata dari nama-Nya  Al-Halim dan makna (As-Shabr)  yang
menjadi akar kata dari nama-Nyaa  Al-Shabur . Diantara Al-Muzani. Ia
mengatakan: “Al-Hilm” hakekatnya berarti „bertahan‟ untuk tidak membalas
dendam‟. Sedangkan Al-Shabr sendiri ialah merupakan pengejawatan dari  Al-
hilm.”  Sehingga dapat dikatakan al-hilm  adalah sumber; sementara al-shabr  
adalah airnya yang mengalir. Atas dasar ini, maka al-halim  member kita
penjelasan bahwa Dia Maha Penyantun: pemaaf atas setiap kesalahan
manusia dan Maaha Kuasa untuk segera mengirimkan siksa; hanya saja Dia
al-Shabr yang menahan dan menunda siksa-Nya.

Seorang muslim tidak sepatutnya mengenyahkan makna yang


dikandung nama ini dengan mebiarkan biji dendam tumbuh subur dihatinya.
Sungguh sangat disayangkan setelah ia mengenal bahwa Allah Maha
Penyabar namun tetap memendam kesumat atas kejahatan yang diperbuat
sesame terhadapnya. Secara tidak langsung, ia lupa akan ke-Shaburan-Nya.
Begitu banyak kemaksiatan yang telah dilakukan makhluk-Nya, sementara
Allah menunda siksa-Nya. Maka dari itu kita sebagai Muslim sudah
selayaknya bersikap sabar atas apapun. Allah telah menegaskan dalam Al-
Qur‟an: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah selalu, kuatkan kesabaran
kalian, bersiap siagalah selalu, dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian
beruntung.” (QS. Ali‟ Imran : 200)

 
240

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 240/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Dan As –   Sunnah

TAFSIR Setup QUR‟AN in WordInd. Digital

Ibrahim bin Asy-Syaikh Shalih bin Ahmad Al-Khuraishi,

“Hal - Hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim”  Cet. III Th. 1417 H  –   1997 M,
Pustaka Imam Asy-Syafi‟i. Penerbit Penebar Sunnah. Jakarta. 2007.

 Nurcholis Madjid,  Nilai-nilai Dasar Perjuangan, (PB HMI) Jakarta. Periode


1429 –  1431 H/ 2008 –  2009 M,

M. Quraish Shihab, “Menyingkapi Tabir Ilahi”,Pen. Lentera Hati, Catakan I,


Ramadhan 1419 H- Desember. Jakarta, 1998.

Prof. Muhsin Qiraati. Ushuluddin.  Cet. 1, Penerbit CAHAYA. Jakarta.


Jumadil Tsani 1428 H/Juni 2007 M.

Imam Al-Ghazali. Ringkasan , IHYA ULUMUDIN, Cetakan I. Pustaka Amani.


Jakarta. Jumadil Ula 1416 H/ Oktober 1995 M.

MR. Kurnia. “ Meroformasi Diri Dengan Tauhid”.Al Azhar Press, Cetakkan I,


Bogor. 2003

Muhammad Jawad Mughniyah. Penerjemah: Masykur A.B., Alif Muhammad,


Idrus Al-Kahfi.  FIQIH Lima Mazhab” diterjemahkan dari al- Fiqh „ala al -madzahib
al-Khamsah. Cet. 18, Penerbit Lentera, Beirut Januari 1960.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.  Ilmu Tauhid/ Kalam. I. Judul.


PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang. 2009.

Muhammad Quthub, koreksi atas pemahaman  “La Ilaha Illallah”.  Cet. I.


Pustaka Al-Kautsar, penerbit buku Islam utama. Jakarta. 1989.

Dra. Safni Rida. M.Pd. I.” Ilmu  Kalam”.  Cet,-I. Lembaga Percetakan


Penerbitan STAIN. Curup. 2010.

Ustdaz. Mohammad Farhad dan Ustd. Abdullah Farouk. “Membangun


 Moralitas Umat”. Edisi khotbah. Penerbit Amelia. Januari. Surabaya. 2005

Kitab Perukunan Melayu; yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.


“ Himpunan segala doa-doa dan dzikir amalan-amalan yang sangat berfaidah bagi
kaum Muslimin dan Muslimat untuk bertuju kepada Allah”. Jakarta. Diterbitkan dan
disusun oleh; Yayasan Sosial dan penelitian Ulama Islam. Ma‟ab Jaya.

Terbitan Ahlul Bait Digital Library Project Team. NAHJ AL-BALAGHAH,


“Mutiara Sastra Ali”.  Cetakan I:. Edisi Khotbah. Penerbit Al-Huda. Jakarta. Rajab
1430/Juli 2009

 
241

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 241/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

Ustd. Yusuf Mansur. Mencari Tuhan yang hilang. 35 Kisah Perjalanan


Spritual Menepis Azab dan Menuai Rahmat . Cet. -4. Penerbit Zikrul Media
Intelektual. Jakarta. Februari 2006/ Muharram 1427 H.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah..  Berkenalan dengan ALLAH lewat Asma‟ul


 Husna. Cetakan,-I. Mitra Pustaka. Yogyakarta. 2009

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. AQIDAH SALAF “Di


dalam Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah Azza Wa Jalla”.  Cetakan,-I. Pustaka
Sumayyah. Pekalongan.. Dzulhijjah 1427H/Januari 2007 M.

Syaikh Al-Allaamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami.  Buku Pintar Aqidah


 Ahlussunnah. Cetakan,-I, Edisi Indonesia. Pustaka At-Tibyan. Solo. 2005.

Muhammad Said Al-Qathani, Muhammad Bin Abdul Wahab, Muhammad


Qutub. “Memurnikan Laa Ilaaha Illallah”, Cetakan,-VI. Gema Insani Press. Jakarta.
Dzulhijjah 1413 H/ Juni 1993 M.

Yasin T. Al-jibouri.  Bercermin pada 99 Asma Allah ikhtiar Menuju Akhlak


 Ilahi. Cetakan I. Diterjemahkan oleh; The God of God in Islam. Terbitan Ansariyan
Publications Qum-Iran (versi Proyek Perpustakaan Islam Digital Ahlul Bayt).

Penerbit Al-huda. Jakarta. Rajab 1424 H/September 2003 M.


Dr. Sulaiman Al-Kumayi, M. Ag.  Bersama Allah yang tak mungkin menjadi
mungkin,-Cet. 1- Pustaka Nuun, Semarang, 2012.

Muktafiah.  Asmaul Husna for Successful & Happy Life. Cetakan I, Penerbit
Real Books. Yogyakarta. 2013.

Aisyah nayla Sabriah. (Penulis/Penerbit). 1001 Fadilah Asmaul Husna dan


Shalawat Rasulullah Saw. Jakarta. 2013.

Idrus H Alkhaf. Jalan Menuju Makrifat. Penerbit Amelia. Surabaya. 2013.

 
242

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 242/243


 

5/20/2018 Asma ul Husna .doc x - slide pdf.c om

Teladan Akhlak
 Azza‟ Wa Jalla‟ 

TENTANG PENULIS

Ajrul Mukhsinin lahir pada Hari/Tanggal; Di Curup, Senin, 01 September


1986. Anak ke-7 dari 7 bersaudara ini menempuh pendidikan SD, SLTP, dan
SLTA di Curup kemudian melanjutkan Studi di STAIN Curup pada Jurusan
Dakwah/Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Mahasiswa yang juga aktif di

organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menjadi Ketua Komisariat


Dakwah, Ketua Bidang Eksternal dan Sekretaris Umum juga menimba ilmu
diAsrama Haji diberbagai kota di Indonesia melalui jalur organisasi, dalam
bukunya yang pertama,  Al-ihsan wal Asmaul Husna (menjadi baik mengenal
 Allah dengan Asmaul Husna). Ajrul Mukhsinin berharap agar dapat bermanfaat untuk semua kalangan
dan menambah keimanan pada Allah.

 Ajrul Mukhsinin juga aktif dalam Dakwah Remaja Islam Masjid, dan Lembaga Dakwah
Mahasiswa Islam yang lagi dibentuk dan dikembangkannya melalui jalur organisasi kemahasiswaan.

diCurup-Bengkulu.

 Akhirnya penulis bemunajat kepada Allah semoga apa yang menjadi cita-cita tercapai dan
mendapat RidhoNya. Do’a dari pembaca sangat diharapkan, semoga Allah Subhanallah wa Ta’ala  

senantiasa memberi kita RahmatNya. Amin.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a sma ul-husna doc x-561982d969ba 3 243/243

Anda mungkin juga menyukai