Anda di halaman 1dari 4

Materi presentasi (ownership of the firm )

Pengertian Struktur Kepemilikan 

Struktur kepemilikan atau ownership adalah komposisi, porsi, perbandingan atau persentase
antara modal, ekuitas termasuk saham yang dimiliki oleh orang di dalam perusahaan (insider
shareholders) dan investor (outsite shareholders) (Hansmann, 1988).
Struktur kepemilikan dapat berupa investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur
kepemilikan terbagi dalam beberapa kategori. Secara spesifik kategori struktur kepemilikan
meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan dan
individual domestik.
definisi dan pengertian struktur kepemilikan dari beberapa sumber buku:

 Menurut Haryono (2005), struktur kepemilikan adalah komposisi modal antara hutang
dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham insider shareholders dan
outsite shareholders. 
 Menurut Rozeff (1992), struktur kepemilikan adalah porsi atau persentase dari saham
perusahaan yang dimiliki oleh orang dalam perusahaan atau manajemen terhadap total
saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. 

Kepemilikan Institusional 

Menurut Nabela (2012), kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki institusi
pada akhir tahun yang diukur dengan persentase. Variabel kepemilikan institusional diukur
dengan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi lain di luar perusahaan minimal 10%
terhadap total saham perusahaan.

Kepemilikan Manajerial

Menurut Bernandhi (2013), kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham oleh
pihak
manajemen yang secara aktif terlibat di dalam pengambilan keputusan. Pengukurannya dilihat
dari besarnya proporsi saham yang dimiliki manajemen pada akhir tahun yang disajikan dalam
bentuk persentase. Kepemilikan manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang
saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang
diambil dan manajer yang menanggung risoko apabila ada kerugian yang timbul sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

Kepemilikan Publik 

Menurut Wijayanti (2009), kepemilikan publik adalah proporsi atau jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki oleh publik atau masyarakat umum yang tidak memiliki hubungan istimewa
dengan perusahaan. Kepemilikan publik merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan
maka di perlukan pendanaan yang diperoleh baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan
eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik).

Wijayanti, Ngestiana. 2009. Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, dan Kepemilikan Publik
Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan.

 Bernandhi, Riza. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,


Kebijakan Dividen, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Semarang: Universitas Diponegoro.
 Nabela, Yoandhika. 2012. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan
Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Vol.01.
 Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikan dalam Bingkai TeoriKeagenan. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, Vol.5, No.1.
 Rozeff, M. 1992. How Companies Set Their Dividend Pay-out Ratio. Oxford: Blackwell
Publishers.

 Hansmann, H. (1988). Ownership of the Firm. Journal of Law, Economic, and


Organization, vol 4 no 2.

SEJARAH

Pertama kalinya istilah corporate governance diperkenalkan oleh Komite Cadbury pada
tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadburry Report. Laporan inilah yang
menentukan praktik corporate governance  diseluruh dunia. Krisis keuangan Asia pada
tahun 1997, dilanjut dengan kejatuhan perusahaan besar seperti Enron dan Worldcom
tahun 2002, serta adanya isu terbaru yaitu krisis subprime mortage di Amerika Serikat
pada tahun 2008.  Peristiwa tersebut menyadarkan dunia akan pentingnya penerapan
good corporate governance. Dampak dari krisis tersebut, banyak perusahaan berjatuhan
karena tidak mampu bertahan.

Tujuan utama dari good corporate governance adalah untuk menciptakan sistem
pengendalian dan keseimbangan (check and balance) untuk mencegah penyalahgunaan
dari sumber daya dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan (nur ainy,
Nurchahyo, A & B, 2013).
Shaw (2012) menjelaskan bahwa terdapat dua teori utama yang terkait dengan GCG yaitu
stewardship theory dan agency theory.

Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni
bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh
tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat
dalam hubungan fidusia (kepercayaan) yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan
kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk
bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.

Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, memandang
bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan
bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak
yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.

PRINSIP-PRINSIP GCG

Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance (KNKG, 2006) yaitu :
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak
sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi
hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang
berlaku. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap
pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturanyang berlaku.
Selain itu, ada prinsip GCG menurut OECD (2004 : 17 – 24) menyangkut hal – hal sebagai
berikut:
a. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions (hak – hak pemegang saham
dan fungsi kepemilikan kunci). Kerangka tata kelolaperusahaan harus melindungi dan
memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham
b. The Equitable Treatment of Shareholders (Perlakuan yang sama terhadap para pemegang
saham). Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan 13 perlakuan sederajat terhadap
semua pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing.
c. The Role of Stakeholders in Corporate Governance (peranan semua pihakyang
berkepentingan dalam tata kelola perusahaan). Kerangka tata Kelola perusahaan harus mengakui
hak-hak para pemangku kepentingan yang didirikan oleh hukum atau melalui perjanjian yang
saling menguntungkan dan mendorong kerjasama aktif antara perusahaan dan stakeholder dalam
menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan finansial perusahaan (the sustainability of
financially sound enterprises)
d. Disclosure and Transparency (pengungkapan dan transparansi). Kerangka tata kelola
perusahaan harus memastikan pengungkapan dibuat dengan tepat dan akurat pada semua hal
materi mengenai perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola
perusahaan.
e. The Responsibilities of the Board (tanggung jawab dewan komisaris). Kerangka tata kelola
perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan, pemantauan efektif terhadap
manajemen oleh dewan, dan pertanggungjawaban dewan kepada perusahaan dan pemegang
saham.

Keterkaitan 5 prinsip GCG terhadap Sifat Rasul :

No GCG Sifat Nabi


1 Transparency Tabligh, Shiddiq
2 Accountability Amanah
3 Responsibility Amanah
4 Independency Shiddiq
5 Fairness Fatonah
Sumber : (Suqa et all, 2022)

OWNERSHIP & GCG : CASE STUDY ON JURNAL PAPER DI SYLABUS (NYUSUL YA


HAN)

Anda mungkin juga menyukai