Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH

ANTARA LENGAN KANAN DENGAN LENGAN KIRI

Andriano Maulana Cristanto1


1
Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia

Abstrak
Secara teori dianjurkan untuk melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua lengan kanan
dan kiri khususnya pada kasus-kasus baru. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
dan menganalisis perbedaan hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan di lengan
kanan, dan yang dilakukan di lengan kiri pada penderita hipertensi. Desain penelitian yang
dipakai adalah studi analitik dengan pendekatan observasional. Instrumen pengukuran
menggunakan oscillometry. Sampel terdiri dari 31 responden yang diambil dengan teknik
consecutive sampling. Dari hasil analisa statistik menggunakan t-test (uji mean), diketahui
bahwa rata-rata selisih hasil pengukuran tekanan darah pada kedua lengan >10 mmHg,
dengan test value = 10, didapatkan nilai p = 0,012 (< 0,025/½). Oleh karena itu, diambil
kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran tekanan darah
yang dilakukan di lengan kanan dan lengan kiri pada penderita hipertensi.

Kata kunci: tekanan darah, hipertensi, hasil, lengan


PENDAHULUAN berkaitan erat dengan pengukuran tekanan
darah.
Hipertensi sering merupakan kondisi
asimptomatik. Penemuan kasus secara dini METODE PENELITIAN
akan sangat membantu dalam tindakan
Data dikumpulkan dengan
penatalaksanaan dan sebagai upaya untuk
menggunakan alat pengukur tekanan darah
mencegah kerusakan/kecacatan lebih
secara otomatis jenis oscilometry, dengan
lanjut. Salah satu cara yang paling tepat
selang waktu tidak lebih dari 5 menit
untuk dapat menegakkan diagnosa
antara lengan kanan dan lengan kiri, dalam
hipertensi secara pasti adalah dengan
posisi berbaring dengan area pemeriksaan
melakukan pengukuran tekanan darah,
setinggi jantung dan posisi responden tidak
baik secara langsung maupun tidak
berubah sampai dengan pengukuran
langsung. Diagnosa hipertensi pada
selesai, kemudian hasil pengukuran dicatat
dewasa ditegakkan ketika dua kali
dalam lembar observasi.
kunjungan pasien tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih, atau tekanan sistolik Data sosiodemografik (usia, jenis kelamin,
lebih dari 135 mmHg (Potter & Perry, waktu masuk, dan diagnosa medik)
2001). Pelaksanaan pengukuran tekanan diperoleh dari kartu folder/ data pasien.
darah, beberapa literatur menekankan Pada proses pengambilan data, peneliti
pentingnya mengukur tekanan darah pada dibantu oleh seorang perawat senior di
kedua lengan (kanan dan kiri). Ketentuan ruangan yang sebelumnya telah diberi
ini sangat beralasan karena tekanan darah penjelasan tentang penelitian yang akan
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu dilakukan dan prosedur pengambilan data.
curah jantung, tahanan pembuluh darah
perifer, elastisitas arteri, dan volume darah Analisa data menggunakan alat bantu
(Perry & Potter, 2001; Marieb, Branstrom, komputer melalui program SPSS. Uji
Burner, Hughes, & Cochran, 1996). statistik menggunakan uji-t (t-test) untuk
Literatur yang lain menyebutkan tentang uji beda. Hal ini karena syarat-syarat
keharusan melakukan pengukuran tekanan populasi berkaitan dengan jumlah sampel,
darah pada kedua lengan (Corwin, 1996; kenormalan distribusi dan bentuk data
Price & wilson, 1995). yang digunakan dalam uji statistik
parametrik terpenuhi. Uji kenormalan
Untuk mengetahui sejauh mana distribusi yang dipakai adalah Uji
perbedaan hasil ukur tekanan darah pada Kolmogorov-Smirnov. Jumlah sampel
kedua lengan (kanan dan kiri), serta memenuhi standar penelitian kuantitatif
apakah kebiasaan yang ada di lapangan yaitu 31 responden dan data yang
selama ini bisa dibenarkan atau tidak, digunakan dalam bentuk numerik.
maka peneliti sangat tertarik untuk
menemukan jawabannya dengan Uji beda dengan t-test ini digunakan
melakukan pembuktian secara ilmiah untuk menganalisis perbedaan rata-rata
melalui sebuah penelitian yang difokuskan hasil pengukuran tekanan darah antara
untuk mengetahui sejauh mana perbedaan lengan kanan dan lengan kiri pada seluruh
tekanan darah antara lengan kanan dan kiri responden. Sementara itu untuk
pada penderita hipertensi yang baru masuk mengetahui apakah selisih hasil
di bagian gawat darurat. Penyakit pengukuran pada masing-masing individu
hipertensi dipilih karena penyakit ini bermakna dan lebih dari 10 mmHg atau
tidak, digunakan uji mean dengan t-test.
Batasan 10 mmHg dibuat berdasarkan Tabel 1 memperlihatkan bahwa
perbedaan tekanan darah antara lengan tekanan sistolik tertinggi pada lengan
kanan dan lengan kiri yang bisa mencapai kanan adalah 236 mmHg dan yang
10 mmHg pada orang normal (Potter & terendah adalah 141 mmHg, sehingga
Perry, 2001). didapatkan rata-rata sistolik kanan
sebesar 182,1290 mmHg dengan
standar deviasi sebesar 22,6697. Untuk
tekanan sistolik kiri, nilai tertingginya
adalah 224 mmHg dan nilai
HASIL terendahnya adalah 149 mmHg,
sehingga didapatkan rata-rata tekanan
a. Karakteristik Sampel
sebesar 186,7097 mmHg dengan
Tiga puluh satu responden yang standar deviasi sebesar 22,1859.
berpartisipasi dalam penelitian, berjenis Dengan demikian selisih dari rata-rata
kelamin laki-laki (58,06 %), sedangkan tekanan sistolik pada kedua lengan
berjenis kelamin perempuan (41,93 %). kanan dan kiri adalah sebesar 4,0716
Usia responden 60 – 70 tahun (41,93 %). mmHg.
Seluruh responden merupakan penderita
hipertensi sedang sampai berat,
diantaranya yang menderita hipertensi Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan
berat yaitu 21 orang (67,74 %) dengan diastolik pada lengan kanan dan
tekanan sistolik > 180 mmHg dan atau kiri.
tekanan diastolik > 110 mmHg, sedangkan Lokasi Nilai terendah Nilai terting
yang menderita hipertensi sedang dengan pengukuran (mmHg) (mmHg)
tekanan sistolik 160 – 179 mmHg dan atau Lengan kanan 60 137
tekanan diastolik 100 – 109 mmHg hanya Lengan kiri 60 130
10 orang (32,25 %).

Tabel 2 menunjukkan bahwa


b. Hasil Pengukuran Tekanan Sistolik tekanan diastolik tertinggi pada lengan
dan Diastolik kanan adalah 137 mmHg dan yang
terendah adalah 60 mmHg, sehingga
Tabel 1. Hasil didapatkan rata-rata tekanan diastolik
pengukuran tekanan kanan sebesar 102,0323 mmHg dengan
sistolik pada lengan standar deviasi 18,5031. Untuk tekanan
kanan dan kiri. diastolik pada lengan kiri, nilai
Lokasi pengukuran tertingginya adalah 130 mmHg dan
Nilai terendah nilai terendahnya adalah 60 mmHg,
Nilai tertinggi sehingga didapatkan rata-rata tekanan
Mean SD diastolik kiri sebesar 98,6129 mmHg
(mmHg) dengan standar deviasi sebesar
(mmHg) 20,7150. Oleh karena itu selisih dari
Lengan kanan 141 rata-rata tekanan diastolik pada kedua
182,1290 22,6697 lengan (kanan dan kiri) adalah sebesar
Lengan kiri 149 3,4194 mmHg.
186,7097 22,1859
perbedaan rata-rata tekanan diastolik
c. Analisa Statistik antara pengukuran pada lengan kanan
dan lengan kiri adalah 3,4194 mmHg
Tabel 3. Distribusi rata-rata tekanan dengan standar deviasi sebesar
sistolik menurut pengukuran pada 14,0612. Hasil uji statistik
lengan kanan dan kiri. menunjukkan nilai p = 0,186 (> 0,05),
Variabel Mean SD maka dapat disimpulkan bahwa tidak
Tekanan Sistolik ada perbedaan yang signifikan antara
- Lengan kanan 182,1290 22,6697 hasil pengukuran pada lengan kanan
- Lengan kiri 186,7097 22,1859 dan lengan kiri.
Dari dua uji yang telah
Tabel 3 memperlihatkan bahwa dilakukan, jelas bahwa tidak ada
rata-rata tekanan sistolik pada lengan perbedaan yang signifikan antara hasil
kanan adalah 182,1290 mmHg dengan pengukuran tekanan darah pada lengan
standar deviasi sebesar 22,6697, kanan dengan hasil pengukuran
sedangkan tekanan sistolik pada lengan tekanan darah pada lengan kiri. Akan
kiri adalah 186,7097 mmHg dengan tetapi hal ini hanya dipakai untuk
standar deviasi sebesar 22,1859. menunjukkan parbedaan dari rata-rata
Diketahui bahwa nilai perbedaan rata- tekanan darah baik sistolik maupun
rata tekanan sistolik antara lengan diastolik secara kelompok. Namun
kanan dan lengan kiri adalah 4,5806 demikian hasil uji statistik dengan uji t
mmHg dengan standar deviasi sebesar (uji mean) dengan menggunakan test
13,9446. Hasil uji statistik value sebesar 10, didapatkan nilai p
menunjukkan nilai p = 0,077 (> 0,05), sebesar 0,012 (< 0,025 / ½ α) yang
maka dapat disimpulkan bahwa tidak berarti mengiindikasikan adanya
ada perbedaan yang signifikan antara perbedaan yang signifikan (> 10
hasil pengukuran pada lengan kanan mmHg) antara hasil pengukuran
dan lengan kiri. tekanan darah pada lengan kanan dan
hasil pengukuran tekanan darah pada
Tabel 4. Distribusi rata-rata tekanan lengan kiri dari masing-masing
diastolik menurut pengukuran pada responden yang diukur secara terpisah
lengan kanan dan kiri. (dapat dilihat pada tabel 5).
Variabel Mean SD
Tekanan Diastolik Tabel 5. Distribusi rata-rata
- Lengan kanan 102,0323 18,5031hasil tekanan darah antara lengan
- Lengan kiri 98,6129 20,7150kanan dan kiri.
Variabel Mean Sd Se
Dari tabel 4 diketahui bahwa Test value P. Value N Selisih
rata-rata tekanan diastolik pada lengan tekanan 15,2581 10,9483 1,9664
kanan adalah 102,0323 mmHg dengan = 10 0,012 31 darah DISKUSI
standar deviasi sebesar 18,5031,
Hasil analisa statistik menggunakan uji
sedangkan tekanan diastolik pada
mean (t-test) menunjukkan bahwa ada
lengan kiri adalah 98,6129 mmHg
perbedaan yang signifikan antara hasil
dengan standar deviasi sebesar
pengukuran tekanan darah yang dilakukan
20,7150. Diketahui bahwa nilai
di lengan kanan dengan yang dilakukan di
lengan kiri pada penderita hipertensi di 10 mmHg sebanyak 14 orang, sedangkan
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Propinsi yang selisih tekanan diastoliknya lebih
Lampung. Hal ini ditunjukkan dengan dari 10 mmHg hanya 10 orang.
menggunakan test value = 10, didapatkan
Dalam berbagai penelitian telah terbukti
nilai p sebesar 0,012 (< 0,025 /
bahwa besarnya variasi tekanan sistolik
½ α). Dari 31 responden yang diteliti, dan tekanan rata-rata berbanding terbalik
didapatkan rata-rata selisih tekanan darah dengan kepekaan baroreseptor. Adanya
antara lengan kanan dan lengan kiri pseudo hipertensi pada orang tua dengan
sebesar 15,2581 mmHg dan sebanyak 20 kekerapan yang tidak diketahui juga turut
responden yang selisih tekanan darahnya berperan. Selain itu pada usia lanjut
lebih dari 10 mmHg dengan selisih dengan perkapuran tidak jarang terjadi
tertinggi sebesar 47 mmHg. Adanya suatu auscultatory gap. Kondisi ini sering
perbedaan tekanan darah antara lengan dijumpai pada usia lanjut dengan tekanan
kanan dan lengan kiri ini bisa disebabkan sistolik tinggi. Oleh karena itu sebaiknya
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tekanan darah mula-mula diukur pada
faktor usia, adanya oklusi pembuluh darah, kedua lengan, dan semua pengukuran
penyakit pembuluh darah perifer, adanya berikutnya dilakukan pada lengan dengan
pulsus paradoksus, dan adanya gangguan tekanan darah yang lebih tinggi. Pada
pada jantung. Kesemuanya ini berkaitan penelitian ini, usia responden sebagian
erat dengan masalah hipertensi (Burnside besar adalah usia lanjut (60 – 70 tahun),
& Mc.Glynn, 1993; Price & Wilson, 1995; sehingga memang terjadi variasi tekanan
Wahidayat Iskandar, dkk., 1991; Rilantono darah antara lengan kanan dan lengan kiri.
Lily Ismudiati, dkk. 1995).
Sementara itu, pada oklusi akut dari suatu
Variasi tekanan darah dapat ditemukan pembuluh darah besar yang disebabkan
pada arteri yang berbeda. Variasi normal oleh emboli maupun trombosis, tekanan
sering ditemukan pada kedua lengan, darah akan naik pada bagian proksimal
tetapi tidak boleh lebih dari 5 – 10 mmHg. oklusi dan turun pada bagian distal oklusi.
Perbedaan yang lebih dari 10 mmHg Kemudian akan terjadi dilatasi fungsional
merupakan indikasi terjadinya gangguan arteri prakolateral di daerah post stenosis,
vaskuler, dan bila perbedaan lebih besar sehingga tekanan arteri akan kembali naik.
dari 20 – 30 mmHg pada kedua belah Namun demikian, pada oklusi pembuluh
lengan menunjukkan suatu kecurigaan darah besar, walaupun telah terbentuk
terhadap adanya gangguan organis aliran kolateral tetap tidak cukup memberikan
darah pada daerah yang tekanan darahnya kompensasi aliran, sehingga tekanan darah
rendah (Potter & Perry, 2001; Rilantono bagian distal tetap rendah (Rilantono Lily
Lily Ismudiati, dkk. 1995). Variasi tekanan Ismudiati, dkk. 1995. Oklusi arteri
darah bertambah seiring dengan subklavia yang paling sering terjadi adalah
bertambahnya tingkat tekanan darah dan oklusi arteri subklavia kiri. Pada stenosis
usia. Keadaan ini lebih nyata pada tekanan yang berat terlihat perbedaan tekanan
sistolik daripada tekanan diastolik darah sampai 30 mmHg atau lebih
(Rilantono Lily Ismudiati, dkk. 1995). dibandingkan sisi yang lain.Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini menunjukkan adanya selisih
dari 31 responden yang diteliti, sebagian tekanan darah antara lengan kanan dan
besar menderita hipertensi berat, yaitu lengan kiri sebesar 30 mmHg dan bahkan
sebanyak 21 orang (67,74%). Responden sampai 47 mmHg yang mungkin dapat
yang selisih tekanan sistoliknya lebih dari
disebabkan oleh adanya oklusi pada arteri dilakukan pengukuran tekanan darah pada
(Rilantono Lily Ismudiati, dkk. 1995). kedua lengan (kanan dan kiri) khususnya
untuk kasus-kasus baru yang menderita
Ada hubungan timbal balik antara
hipertensi. Hal ini sesuai teori yang
kejadian hipertensi dan penyakit pembuluh
menyatakan bahwa bijaksana melakukan
darah perifer. Kerusakan vaskuler akibat
pengukuran tekanan darah pada kedua
hipertensi terlihat jelas pada seluruh
lengan (kanan dan kiri) khususnya untuk
pembuluh perifer. Hipertensi
penyakit hipertensi baru, bahkan di dalam
menyebabkan perubahan struktur dalam
literatur yang lain disebutkan tentang
arteri-arteri kecil dan arteriola yang
keharusan melakukan pengukuran tekanan
mengakibatkan terjadinya penyumbatan
darah pada kedua lengan (Ganong, 1999;
pembuluh progresif. Adanya
Price & Wilson, 1995). Prosedur ini perlu
atherosklerotik yang dipercepat oleh
dilakukan untuk menghindari terjadinya
hipertensi dan nekrosis medial aorta
kesalahan dalam interpretasi hasil,
merupakan predisposisi terjadinya
menegakkan diagnosa, dan menentukan
aneurisma dan diseksi (Price & Wilson,
serta mengevaluasi tindakan (Rilantono
1995). Kelainan pembuluh darah perifer
Lily Ismudiati, dkk. 1995).
lainnya adalah koartasio aorta yang
Berkenaan dengan hal tersebut, teori lain
merupakan salah satu penyebab hipertensi,
bahkan mengungkapkan bahwa idealnya
disamping atherosklerotik obliteratif,
setiap pasien harus diukur tekanan darah
kompresi arteri ekstrinsik, dan diseksi
pada ke-4 ekstremitasnya. Pemeriksaan
aorta. Kondisi-kondisi ini dapat
pada satu ekstremitas bisa dibenarkan bila
menimbulkan perbedaan tekanan darah
pada palpasi teraba denyut nadi yang
diantara anggota-anggota tubuh.(Burnside
normal pada ke empat ekstremitas. Bila
& Glynn, 1993). Apabila terdapat
terdapat keraguan pada palpasi atau
koartasio aorta pada bagian proksimal dari
terdapat hipertensi pada pengukuran 1
arteri subklavia kiri, maka tekanan darah
ekstremitas, maka pengukuran tekanan
pada lengan kanan meninggi, sedangkan
darah harus dilakukan pada keempat
pada ketiga ekstremitas lainnya menjadi
ekstremitas (Wahidayat Iskandar, dkk.
rendah (Wahidayat Iskandar, dkk. 1991).
1991). Pada penderita-penderita hipertensi,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
selisih tekanan darah antara lengan kanan
kemungkinan adanya koartasio aorta dan
dan lengan kiri bervariasi antara 1 mmHg
penyakit Takayashu (Rilantono Lily
sampai dengan 47 mmHg. Oleh karena itu,
Ismudiati, dkk. 1995). Untuk pemeriksaan
tidak menutup kemungkinan adanya
angiologi juga harus dilakukan
pengaruh dari kelainan pembuluh darah
pengukuran tekanan darah pada kedua
perifer terhadap perbedaan tekanan yang
belah lengan dan kaki (Wahidayat
terjadi.
Iskandar, dkk. 1991).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
Pada penelitian ini, selain uji mean juga
pada penyakit hipertensi khususnya
digunakan uji beda rata-rata. Akan tetapi
hipertensi sedang dan berat akan sangat
hasil uji ini tidak dijadikan landasan untuk
besar kemungkinan terjadi gangguan
mengetahui adanya perbedaan tekanan
vaskuler yang dapat menyebabkan
darah pada masing-masing individu. Hal
perbedaan hasil pengukuran tekanan darah
ini dikarenakan boleh jadi terdapat
antara lengan kanan dan lengan kiri. Oleh
perbedaan atau selisih yang
karena itu, sangatlah beralasan untuk
besar/signifikan antara tekanan darah pada
lengan kanan dan lengan kiri pada masing- yang diungkapkan oleh Constan (1991)
masing responden akan tetapi setelah diuji dalam Nursalam dan Siti Pariani (2001),
hasilnya dinyatakan tidak ada perbedaan bahwa perbedaan tekanan sistolik antara
apabila rata-rata tekanan darah pada kedua lengan kanan dan kiri sebesar 10
lengan kanan dari seluruh responden dan mmHg atau lebih terjadi pada 25%
rata-rata tekanan darah pada lengan kiri penderita, sedangkan pada tekanan
dari seluruh responden menunjukkan hasil diastolik terjadi pada 15% penderita.
yang hampir sama. Oleh karena itu uji Hasil serupa didapatkan pada penelitian
tersebut hanya digunakan untuk lain yang dilakukan pada penderita Stroke
mengetahui adanya kemungkinan bahwa dengan Hemiparese, bahwa dari 33
pengukuran pada salah satu lengan lebih responden yang diteliti, ada 10 orang
tinggi atau lebih valid hasilnya. (30,3%) memiliki perbedaan tekanan
sistolik sebesar 10 mmHg atau lebih,
Hasil uji beda rata-rata tekanan sistolik
sedangkan yang memiliki perbedaan
dan diastolik dari 31 responden
tekanan diastolik sebesar 10 mmHg atau
menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-
lebih sebanyak 7 orang (21,2%) (Nursalam
rata hasil pengukuran tekanan darah pada
& Siti Pariani, 2001). Sementara itu, pada
lengan kanan dan kiri. Padahal hasil
penelitian ini sebagaimana telah
analisa menggunakan uji mean
diungkapkan bahwa dari 31 responden
membuktikan bahwa ada perbedaan yang
yang diteliti sebanyak 14 orang (45,16%)
signifikan antara hasil pengukuran tekanan
memiliki selisih tekanan sistolik lebih dari
darah yang dilakukan pada lengan kanan
10 mmHg dan sebanyak 10 orang
dan lengan kiri. Hal ini menunjukkan
(32,26%) yang selisih tekanan diastoliknya
bahwa baik lengan kanan maupun lengan
lebih dari 10 mmHg.
kiri mempunyai peluang atau
kemungkinan yang sama untuk Adanya perbedaan hasil penelitian
memberikan hasil yang lebih tinggi atau ini dengan hasil penelitian dan teori yang
lebih rendah. Hasil ini juga digunakan terdahulu kemungkinan disebabkan oleh
untuk membuktikan bahwa pengukuran beberapa hal, misalnya perbedaan tempat
tekanan darah pada salah satu lengan tidak dan waktu, karakteristik sampel, instrumen
bisa mewakili pengukuran pada kedua serta uji yang digunakan. Sedangkan
lengan karena kelainan pembuluh darah adanya kesamaan hasil penelitian ini
dapat terjadi dimana saja baik kanan dengan hasil penelitian dan teori terdahulu,
maupun kiri, sehingga pemeriksaan pada selain dimungkinan oleh adanya kesamaan
salah satu lengan saja bisa menyebabkan metodologi penelitian, hal ini juga
interpretasi hasil yang kurang tepat. membuktikan dan mendukung kebenaran
Sedangkan pendapat yang menyatakan serta keotentikan hasil penelitian maupun
bahwa pengukuran tekanan darah pada teori terdahulu yang tidak terbatas oleh
lengan kiri cenderung memberikan hasil perbedaan tempat dan waktu.
yang lebih tinggi, tidak dapat dibuktikan
dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Jadi dapat kita simpulkan bahwa
Ada beberapa penelitian lain yang penghitungan secara kelompok
mendukung hasil penelitian ini walaupun menunjukkan selisih rata-rata tekanan
dengan hasil yang sedikit berbeda. Salah sistolik antara lengan kanan dan lengan
satu diantaranya adalah hasil penelitian kiri sebesar 4,0716 mmHg dan selisih rata-
rata tekanan diastolik sebesar 3,4194 keperawatan. Jakarta: Sagung Seto,
mmHg. Sedangkan penghitungan secara 2001.
terpisah pada masing-masing individu
menunjukkan ratarata selisih tekanan darah Potter Patricia & Perry Anne Griffin.
antara lengan kanan dan lengan kiri 2001. Fundamentals of nursing.
sebesar 15,2581 mmHg. Hasil analisa Piladelphia: Mosby.
statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil
pengukuran tekanan darah yang dilakukan Price Sylvia A. & Wilson Lorraine M.
di lengan kanan dan hasil pengukuran 1995. Patofisiologi: konsep klinis
tekanan darah yang dilakukan di lengan proses-proses penyakit. Jakarta:
kiri pada penderita hipertensi di RSUD EGC.
DR. H. Abdul Moeloek Lampung (p =
0,012/< ½ ). Rani (editor). 1996. Interactive physiology
cardiovascular system. USA:
Adam Softwere, Inc. &
Benjamin/Cumming Publishing.

Rilantono Lily Ismudiati.(et.all). 1995.


Buku ajar kardiologi. Jakarta: FK UI
DAFTAR PUSTAKA

Burnside & Mc. Glynn. 1993. Diagnosis Sujarwa Mateus. 2004. Tingkat perbedaan
fisik. Jakarta: EGC. tekanan darah antara lengan yang
sehat dengan lengan yang
mengalami parese pada penderita
Corwin, E.J. Handbook of stroke dengan hemiparese di RS
pathophysiology. 1998 Philadelphia : Panti Rapih Yogyakarta (Skripsi).
Lippincott-Raven Publishers. Yogyakarta: UGM. Tidak
dipublikasikan.

Hastono Sutanto Priyo. Analisa data.


Jakarta: FKM UI, 2001. Tidak Wahidayat Iskandar, Matondang Corry S.,
dipublikasikan. Sastroasmoro Sudigdo (editor).
1991. Diagnosis fisis pada anak.
Jakarta: FK UI.
Nursalam & Siti Pariani. Pendekatan
praktis metodologi riset

Anda mungkin juga menyukai