Anda di halaman 1dari 4

Korektor 1 Korektor 2

TEKANAN DARAH
Probandus: Laki-laki/26 tahun

I. Tujuan
Untuk mengetahui tekanan darah seseorang dalam mmHg
II. Prinsip
Pembendungan pembuluh darah vena dengan tekanan tinggi ± 200 mmHg dimana
pembuluhdarah vena dibuka secara perlahan-lahan
III. Alat dan Bahan
1. Spignomanometer

2. Stetoskop
IV. Cara Kerja
1. Pasang spignomanometer pada lengan atas dan pompa sampai tekanan 200 mmHg
2. Lepaskan secara perlahan-lahan

3. Jika sudah mendengar denyut pertama nyatakan sebagai systole, jika sudah tidak

terdengarlagi nyalakan sebagai diastole


4. Catat hasilnya

V. Harga normal
Laki – laki : 120/80 mmHg
Perempuan : 110/70 mmHg
VI. Hasil :
Systole 120 , diastole 70 mmHg
VII. Kesimpulan :
Pada pemeriksaan tekanan darah pada pasien yang diperiksa didapatkan hasil 120/70
mmHg dan dapat dinyatakan normal
VIII. Pembahasan :

Tekanan darah maupun denyut nadi merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai
indikator untuk menilai sistem kardiovaskular seseorang. Tekanan darah diukur dalam
milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat
menggunakan tensimeter. Kesesuaian tensimeter dalam pengukuran tekanan darah
sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengukuran tekanan
darah. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan saat jantung berkontraksi dan tekanan
diastolik menunjukkan tekanan saat jantung relaksasi.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di


dalam tubuh. Secara umum, faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah dalam
tubuh kita adalah curah jantung dan tahanan perifer, hormone, umur, jenis kelamin,
keturunan, ras, kebiasaan buruk (merokok, konsumsi alkohol dan garam berlebihan,
faktor lingkungan maupun sosial). Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa
(mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan
mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel
berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium.

Tensimeter (sphygmomanometer) terbagi tiga jenis yaitu tensimeter air raksa


(mercury), tensimeter pegas (aneroid) dan tensimeter digital (automatic). Tensimeter air
raksa adalah tensimeter yang pertama kali digunakan. Tensimeter jenis ini menggunakan
air raksa dan memerlukan stetoskop untuk mendengar munculnya bunyi saluran tekanan
sistolik dan diastolik. Tensimeter ini dulu “ Gold Standard” dalam pengukuran tekanan
darah. Namun, karena masalah lingkungan tentang pembuangan limbah medis yang
tercemar air raksa dan risiko berbahaya akibat tumpahan atau pecahan air raksanya,
tensimeter air raksa dihapus dalam peraturan kesehatan. Pada tahun I998, badan
Perlindungan Lingkungan dan Rumah Sakit Amerika setuju untuk menghilangkan limbah
air raksa yang terkandung dalam industri pelayanan kesehatan pada tahun 2005.
Kesesuaian tensimeter (sphygmomanometer) dalam pengukuran tekanan darah
sangatlah penting.

Penyakit hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan


darah sistolik maupun tekanan darah diastolik, secara umum seseorang dikatakan
menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik > 140/90 mmHg (normalnya
120/80 mmHg). Penyakit hipertensi di Indonesia akan terus mengalami kenaikan insiden
dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup, mengkonsumsi makanan
tinggi lemak, kolesterol, penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Herwati, et all. Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi Berdasarkan


Pola Diet Dan Kebiasaan Olahraga Di Padang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol. 8. No. 1

Eriska, Yossi. Et all. Kesesuaian Tipe Tensimeter Pegas Dan Tensimeter Digital
Terhadap Pengukuran Tekanan Darah Pada Usia Dewasa. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Vol 5. No, 4

Myers, M. G., McInnis, N. H., Fodor, G. J. & Leenen FHH. Comparison Between an
Automated and Manual Sphygmomanometer in a Population Survey. Am J Hypertens.
2008: 280±3.

Adidarma. Yudha, M. Et all. Pengaruh Letak Tensimeter Terhadap Hasil


Pengukuran Tekanan Darah. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol 5, No. 4.

Anda mungkin juga menyukai