Anda di halaman 1dari 6

ORTHOSIPHON ARISTATUS (B1.) Miq.

Labiatae

Sinonim
Orthosiphon grandiflorus Bold.
Orthosiphon stamineus Benth.

Nama daerah
Sumatera: Kumiskucing (Melayu) Jawa: Kumiskucing (Sunda), remujung (Jawa), se-
salaseyan, soengot koceng (Madura).

Pertelaan
Terna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi sampai
2 m, batang bersegi empat agak beralur, berambut pendek atau gundul. Helai daun
berbentuk bundar telur lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari
pangkalnya, lancip atau tumpul. panjang 1 cm sampai 10 cm, lebar 7,5 mm sampai 5 cm;
urat daun sepanjang tepi berambut tipis atau gundul, kedua permukaan berbintik- bintik
karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai 3 cm. Perbunggan
berupa tandan yang keluar di ujung cabang, panjang 7 cm sampai 29 cm, ditutupi oleh
rambut pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih; gagang berambut pendek dan
jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berambut
pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota
berwarna ungu pucat atau putih, panjang 13 mm sampai 27 mm, di bagian atas ditutupi oleh
rambut pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 mm sampai 18 mm,
panjang bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari lebih panjang
dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap,
panjang 1,75 mm sampai 2 mm.

Keanekaragaman
Dikenal 3 varietas kumiskucing:
1.Berbunga biru.
2. Berbunga putih dengan batang, tulang yang berwarna coklat kemerahan.
3. Berbunga putih. daun dan tangkai bunga.

(mmi hal.85)
Gambar 44. Orthosiphon aristatus (BL) Miq.
(mmi hal.86)

Ekologi dan penyebaran


Tumbuh di dataran rendah dan daerah ketinggian sedang. Kecuali di Indonesia ditemukan
juga di Asia Tengah, Cina, kepulauan Pasifik dan Australia.

Budidaya
Perbanyakan dilakukan dengan stek. Untuk memperbanyak tanaman digunakan stek
sepanjang 15 cm sampai 20 cm yang diambil dari tanaman yang tidak terlalu muda. Stek
terdiri dari beberapa ruas yang dapat mengeluarkan tunas baru penanganan dapat
dilakukan dengan disemaikan lebih dulu atau langsung ditanam di kebun. Jarak tanam
adalah 40 cm, lebar 40 cm tanpa menggunakan naungan. Ada juga yang menanamnya di
bawahı pohon Albizzia sp. sebagai naungan.
Pemetikan pertama dilakukan apabila tanaman mulai menge- luarkan kuncup bunga. Jika
tumbuhnya baik, setelah 4 minggu sampai 6 minggu dari waktu tanam daunnya mulai dapat
dipetik. Selama menunggu pemetikan daun, kuncup bunga dibuang, agar pembentukan
daun dapat ditingkatkan. Pemetikan dilakukan dengan memetik pucuk daun sebanyak 2
sampai 3 pasang daun dan hal ini dilakukan setiap 2 minggu sampai 3 minggu. Karena
pemetikan daun dilakukan terus menerus, pada waktu-waktu tertentu diberi pupuk organik
maupun anorganik.
Pengeringan daun dilakukan dengan alat khusus atau dengan menjemur di panas
matahari. Untuk mendapatkan daun yang bermutu baik, daun yang telah dipetik dianginkan
dulu di tempat yang teduh sebelum dijemur. Setelah kandungan airnya. berkurang dan daun
menjadi layu, dapat dijemur dipanas mata- hari. Mengeringkan daun pada suhu tinggi
secara mendadak mengakibatkan daunnya berwarna hitam. Daun yang bermutu baik
berwarna hijau setelah dikeringkan dan baunya tetap harum. Waktu menjemur harus
dihindarkan menggunakan barang logam yang menyebabkan daun berwarna hitam.
Sebagai tempat menjemur digunakan tampir yang terbuat dari bambu. Agar daun yang
sudah kering tidak menjadi lembab, daun harus segera dipres dan dikemas dalam peti yang
biasa untuk mengemas daun teh. Tiap peti dapat memuat 50 kg daun kering.

Kualitas perdagangan
Kumiskucing digolongkan dalam satu jenis mutu. Syarat mutu: (mmi hal.87)

Keterangan :
Gagang adalah semua gagang kumiskucing yang lebih besar dari 1 mmBenda asing
adalah semua benda bukan daun dan gagang seperti tanah pasir dan batu.

Pengemasan :
Kumiskucing dikemas dalam karung berbentuk persegi empat yang telah dipres lebih
dahulu, dengan berat maksimum 120 kg.

Persyaratan simplisia :

ORTHOSIPHONIS FOLIUM

Daun Kumiskucing

Daun Kumiskucing adalah daun dan pucuk Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq., dikumpulkan
pada waktu berbunga.
Pemerian. Bau aromatik; rasa agak asin, agak pahit dan kelat.
Makroskopik. Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan, warna hijau, rapuh;
bentuk bundar telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, ujung
lancip atau tumpul; panjang 2 cm sampai 12 cm, lebar 1 cm sampai 8 cm. Tangkai daun
persegi, warna agak ungu, panjang kurang lebih 1 cm. Helai daun: Tepi bergerigi kasar tidak
beraturan, kadang-kadang beringgit tajam dan menggulung ke bawah, ujung daun dan
pangkal daun meruncing, permukaan licin, pada tepi daun dan tulang daun terdapat rambut
pendek, terutama pada permukaan bawah. Tulang daun menyirip halus, tulang cabang
sedikit, warna hijau atau ungu.
Mikroskopik. Epidermis atas: Sel berbentuk persegi empat, terentang tangensial, pada
pengamatan tangensial tampak poligonal, dinding antiklinal berombak kecuali pada sel di
sekitar rambutEpidermis bawah: Sel lebih kecil, dinding antiklinal lebih berombakStomata
tipe diasitik, terdapat di kedua permukaan, lebih banyak di per- mukaan bawah. Rambut
penutup berbentuk kerucut bersel 1 sampai 2, panjang 20 μm sampai 65 pm, dinding sel
tebal dengan kutikula

(mmi hal.88)

Gambar 45. Penampang melintang daun kumiskucing. 1= Kuti kula, 2= Epidermis atas, 3=
Stomata, 4= Jaringan palisade, 5= Jaringan bungakarang, 6 Epidermis bawah, 7= Rambut
kelenjar, 8 Berkas pembuluh, 9= Kolenkim, 10= Rambut penutup
Gambar 46, Serbuk daun kumiskucing. 1= epidermis atas, 2= Epidermis bawah, 3- Rambut
penutup, 4= Mesofil, 5= Pem- buluh-kayu (diperbesar).

(mmi hal.89)

bergaris halus, terdapat pada kedua permukaan daunRambut penu- tup berbentuk kerucut
bersel 4 sampai 6, panjang 85 um sampai 130 um, dinding sel agak tebal, kutikula bergaris
halus, lebih banyak terdapat pada permukaan bawah dari pada permukaan atas terbanyak
terdapat pada ibu tulang daun pada permukaan bawah, kadang-kadang terdapat juga pada
pinggir daun. Rambut penutup umumnya berisi zat yang berwarna ungu. Rambut kelenjar:
Umumnya dengan 2 sel kepala, terdapat pula rambut kelenjar tipe Lamiaceae dengan 4 sel
sampai 6 sel kepala dan 1 sel tangkai; minyak atsiri berwarna kuning sampai kuning
kecoklatan terkumpul di bawah kutikula.
Mesofil: Jaringan palisade 1 lapis, kadang-kadang 2 lapis, batas lapisan tidak jelas; jaringan
bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel.Berkas pembuluh tipe kolateral.
Serbuk: Warna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah epidermis atas dan epidermis
bawali, rambut penutup dengan kutikula bergaris dan berisi zat berwarna ungu, rambut
kelenjar; fragmen mesofil, pembuluh kayu dengan penebalan spiral, tangga dan jala.

Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambalikan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna biru tua.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P;terjadi warna hijau
tua.
C. Pada 2 mg serbuk daun tambalikan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi
warna coklat kekuningan.
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadiwarna coklat
kekuningan.
E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes besi(III) klorida LP; terjadi warna biru.
F. Pijarkan 500 mg serbuk daun. Sisa pijar membentuk kristal dengan pereaksi yang
dibuat dengan mencampur volume sama larutan 1 dan larutan 2 sebagai berikut:
1. Larutkan 1 g tembaga (11) asetat P, 1,6 g timbal(II) asetat P dan 0,5 ml asam asetat
glasial P dalam 5 ml air.
2. Larutkan 2,5 g natrium nitrit P dalam 5 ml air.
G. Mikrodestilasikan 40 mg serbuk daun pada suhu 240° selama 90 detik menggunakan
tanur TAS, tempatkan hasil mikrodestilasi pada titik pertama dari lempeng KLT silika gel
GF254P. Timbang 500 mg serbuk daun, campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan di
atas tangas air selama 2 menit, dinginkan. Saring, cuci endapan dengan metanol P
secukupnya sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik kedua dari lem- peng KLT tutulkan 30
μl filtrat dan pada titik ketiga tutulkan 10 μl zat warna I LP. Eluasi dengan dikloroetana P
dengan jarak rambat 15 cm, keringkan lempeng di udara selama 10 menit, eluasi lagi
dengan benzen P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar
biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida-asam
sulfat LP, panaskan pada suhu 110° selama 10 menit.

(mmi hal.90)
Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Pada kromatogram tampak
bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut:

Catatan: Harga hRx dihitung terhadap bercak warna biru dari kromatograin zat warna I LP.

Kadar abu, Tidak lebih dari 12%. Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 2%..
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 11%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4%.
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.

Isi simplisia
Garam kalium, orthosiphon glikosida, minyak atsiri, saponin.

Penggunaan simplisia
Diuretik.

(mmi hal.91)

● HALAMAN : 85 sampai 91
● SUMBER : MATERIA MEDIKA INDONESIA
● JILID KE IV 1980
● DAPERTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai