Anda di halaman 1dari 8

A.

Daun sendok

1. Klasifikasi Berdasarkan sistem taksonomi, tanaman daun sendok dikenal dengan nama ilmiah Plantago mayor L., famili Plantaginaceae. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Asteridae Ordo : Plantaginales Famili : Plantaginaceae Genus : Plantago Spesies : Plantago mayor L. (Soenanto, 2009) 2. Nama simplisia Plantaginis Folium (Suryo, 2010) 3. Deskripsi Daun sendok merupakan tanaman terna, atau tak berkayu, termasuk tanaman semusim, tinggi sekitar 70 cm, tegak. Biasanya tanaman ini hidup secara liar, di pinggir kali, ladang, perkebunan teh, karet, rerumputan dan bebatuan, sering dianggap tumbuhan pengganggu. Daunnya berbentuk bundar, tunggal bertepi, bagian tepi rata atau sedikit

bergerigi, sedikit kasar tumbuh tak teratur, bersilang, saling tindih, tangkai daun agak panjang (Soenanto, 2009). Daun sendok merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan dan pegunungan. Banyak dijumpai di pinggir selokan atau di halaman rumah. Tumbuh subur di daratan beriklim tropis. Bentuk daunnya bundar dan berurat. Daunnya menyebar di permukaan tanah (Dewani, 2006). Terna tahunan, tinggi 6 cm sampai 80 cm. daunnya tersusun dalam roset akar, bentuk bundar telur sampai lanset melebar, pinggir rata atau bergerigi kasar tidak teratur, panjang 3 cm sampai 22 cm, lebar 1 cm sampai 22 cm, permukaan licin atau agak berambut, panjang tangkai 1 cm sampai 25 cm (Depkes RI, 1977) 4. Kandungan Kimia Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa daun sendok memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu : plantagin, aukubin, asam ursolik, betha sitosterol, n hentriakotan, plantagluside, tannin, kalium, vitamin A, B, C, glycoside, invertine (Soenanto, 2009). 5. Pemerian Simplisia Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat. Makroskopik. Daun : Tunggal, bertangkai, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan; helai daun berbentuk bundar sampai lanset melebar, panjang 5 cm sampai 10 cm, lebar 4 cm sampai 9 cm; ujung daun dan pangkal daun agak membundar; pinggir daun rata atau bergerigi tidak teratur; permukaan atas daun licin; tulang daun 5 sampai 7, menjari menuju ujung daun, menonjol pada permukaan bawah; panjang tangkai daun sampai 25 cm (Depkes RI, 1997). 6. Efek Farmakologi Tumbuhan ini bersifat antiinflamasi (antiradang), peluruh air seni (diuretic); karena unsur K, peluruh dahak (mucolytic), menghentikan batuk (antitusif); antiseptik karena glikosid aukubin; afrodisiak memperbaiki penglihatan pada penderita kencing manis, hepatoprotektor dan menormalkan aktivitas hati. Mempunyai rasa manis dan bersifat dingin (Suryo, 2010). 7. Indikasi Membantu pengobatan kanker kandung kemih, kanker hati. Selain itu, untuk gangguan saluran kemih seperti batu dan infeksi saluran kemih, air kemih berdarah,

ganggguan fungsi kandung kemih, sakit kuning, kencing manis, bronchitis dan batuk rejan (Wijayakusuma, 2005). 8. Efek Samping Daun sendok dapat mengganggu pengobatan untuk jantung coroner, pengobatan untuk mengencerkan dan melancarkan peredaran darah (Dalimartha, 2008). 9. Data Mikroskopik Epidermis atas :Terdiri dari sel besar yang terentang tangensial, bentuk polygonal dengan dinding samping lurus atau berdinding agak

menggelombang, kutikula jelas bergaris. Stomata :Tipe anomositik, umumnya dengan 3 sel tetangga, stomata berukuran 25 m sampai 30 m banyak terdapat pada epidermis atas. Rambut kelenjar :Terdiri dari tangkai bersel 1 dan kepala kelenjar yang berbentuk jorong terdiri dari 2 sel sekresi yang berdampingan, panjang rambut kelenjar 30 m sampai 50 m. Epidermis bawah :Umumnya berukuran lebih kecil dari epidermis atas, dinding samping lebih bergelombang sampai berkelok kelok; stomata epidermis bawah lebih banyak dari stomata epidermis atas, rambut kelenjar serupa dengan rambut kelenjar epidermis atas. Mesofil :Jaringan palisade terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel palisade yang pendek dan berbentuk membulat atau agak jorong; jaringan bunga karang terdiri dari 3 sampai 5 lapisan sel yang tersusun mendatar; berkas pembuluh terdapat di bawah lapisan palisade; tidak tedapat hablur kalsium oksalat. Serbuk :Warna hijau lumut sampai hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas; epidermis bawah; mesofil; rambut kelenjar yang lepas atau masih pada fragmen daun. (Depkes RI, 1977)

B. Akar Kayu Manis

1. Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmanii BI 2. Nama Simplisia Cinnamomi Radix (Haryanto, 2006) 3. Deskripsi Kayu manis merupakan tumbuhan perdu, berkayu, tinggi tanaman mencapai 20 meter, hidup liar di hutan hutan. Semak atau pohon kecil, tinggi 5 m sampai 15 m,

pegangan (kulit) berbau khas. Cinnamomum memiliki akar tunggang dan batang yang kuat dan keras. (Depkes RI, 1997). 4. Kandungan Kimia Kayu manis mengandung minyak terbang (sinamilaldihida, eugenol felandren, terpen), lender, pati, kalsium oksalat, lemak dan zat samak. Akarnya mengandung glisiridin, gula, manit, asparagine, damar dan kalsium oksalat (Haryanto, 2006). 5. Pemerian Simplisia Bau khas aromatik; rasa agak manis, agak pedas dan kelat. Makroskopik. Potongan kulit : Bentuk gelendong, agak menggulung membujur , agak pipih atau berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur; panjang sampai 1 m, tebal kulit 1 mm sampai 3 mm atau lebih. Permukaan luar : Yang tidak bergabus berwarna coklat kekuningan atau coklat sampai coklat kemerahan, bergaris garis pucat bergelombang memanjang dan bergaris garis pendek melintang yang menonjol atau agak berlekuk; yang bergabus berwarna hijau kehitaman atau coklat kehijauan, kadang kadang terdapat bercak bercak lumut kerak berwarna agak putih atau coklat muda. Permukaan dalam : berwarna coklat kemerahan tua sampai coklat kehitaman. Bekas patahan tidak rata. (Depkes RI, 1977) 6. Efek Farmakologi Kayu manis memiliki khasiat sebagai peluruh kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), antirematik, meningkatkan nafsu makan (istomachica) dan menghilangkan sakit (analgesik) 7. Indikasi Mengatasi tumor dalam perut, membantu kanker serviks, sakit lambung, gangguan pencernaan, tidak dating haid, batuk karena paru paru dingin, demam, sesak napas, rematik, serta diare karena kondisi badan lemah dan dingin. (Wijayakusuma, 2005). 8. Efek Samping Jika mengonsumsi kayu manis secara berlebihan bias menyebabkan jantung berdebar debar dan denyut jantung lebih cepat dari normal, melebihi 100 denyutan per menit. Selain itu, bagi mereka yang kulitnya sensitif maka minyak atsiri yang ada dalam

kayu manis bias menyebabkan alergi pada kulit dan mukosa (jaringan lunak basah yang melapisi bukaan tubuh, terutama mulut, hidung, rectum dan vagina) (Permadi, 2008) 9. Data Mikroskopik Pada kulit yang lapisan luarnya belum dibuang akan tampak; Lapisan epidermis dengan kutikula berwarna kuning; lapisan gabus terdiri dari beberapa sel berwarna coklat, dinding tangensial dan dinding radial lebih tebal dan berlignin; kambium gabus jernih tanpa penebalan dinding. Korteks :Terdiri dari beberapa lapis sel parenkim dengan dinding berwarna coklat, diantaranya terdapat kelompok sel batu, sel lender dan sel minyak. Sel parenkim :Di dalamnya banyak terdapat butir pati atau hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Lapisan sklerenkim :Terdapat di bawah parenkim korteks, hampir tidak terputus putus, terdiri dari 3 atau lebih lapisan sklereida, diantaranya terdapat sejumlah kelompok kecil serabut perisikel. Sklereida :Berbentuk isodiametric, kadang kadang agak terentang tangensial, penebalan dinding berbentuk huruf U dengan dinding dalam dan dinding radial lebih tebal dari dinding luar, berlapis lapis, warna kekuningan, bermoktah, berlignin tebal, lumen agak lebar, kadang kadang berisi butir pati. Serabut perisikel :Berdinding sangat tebal, agak jernih, belignin, lumen sempit, garis tengah serabut lebih kecil dari garis tengah sel batu. Floem sekunder :Terdiri dari jalur jalur tangensial jaringan tapis, berseling dengan parenkim floem; diantara parenkim terdapat sel minyak dan sel lendir seperti pada korteks. Serabut floem sekunder :Umumnya tunggal atau dalam kelompok kecil berderet kea rah tangensial, dinding serabut sangat tebal, jernih, agak berlignin, garis tengah serabut sampai 3,5 m, lumen sempit.

Jari jari empulur

:Terdiri dari 1 sel sampai 2 sel, mengandung butir pati atau hablur kalsium oksalat bentuk prisma kecil; hablur di jari jari empulur lebih banyak dari pada hablur di parenkim floem.

Serbuk

:Warna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah sklereida dengan penebalan dinding tidak rata; serabut perisikel dan serabut floem; butir butir pati dan hablur kalsium oksalat bentuk prisma, lepas atau dalam parenkim; jaringan parenkim dengan sel lendir atau sel minyak; sel gabus dan serabut sklerenkim. (Depkes RI, 1977)

DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, Setiawan. 2008. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Puspa Swara Gembong : Jakarta Depkes, RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta Dewani. 2006. Terapi Jus & 38 Ramuan Tradisional Diabetes. Agromedia Pustaka : Jakarta Haryanto, Sri. 2006. Sehat dan Bugar Secara Alami. Penebar Plus : Jakarta Permadi, Adi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Pustaka Bunda : Jakarta Soenanto, Hardi. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat dan Obesitas. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Impotensi & Ejakulasi Dini. Penerbit B First : Yogyakarta Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Puspa Swara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai