Anda di halaman 1dari 11

1

Bahan Bacaan Peluang

A. Kaidah Pencacahan
Kaidah pencacahan digunakan untuk menentukan banyaknya cara sesuatu dapat terjadi.
1. Prinsip dasar kaidah pencacahan
Ada beberapa cara yag dapat dilakukan untuk mendata kejadian yang mungkin muncul,
diantaranya dengan menggunakan tabel atau diagram pohon.
Contoh:
Sebuah merek mobil (misalkan merek “X”) diptoduksi dalam 3 tipe: tipe E, G dan V. Setiap tipe
ini terdiri atas tiga pilihan warna, yaitu hitam, silver da putih. Jika seseorang hendak membeli
mobil “X”, tipe dan warna apa yang mungkin dibeli orang itu?
Jawab:

Tabel
Warna
Hitam Silver Putih
Tipe
E E, Hitam E, Silver E, Putih
G G, Hitam G, Silver G, Putih
H H, Hitam H, Silver H, Putih

Diagram Pohon
Tipe Warna

Hitam
Tipe E Silver
Putih
Hitam
Tipe G Silver
Putih
Hitam
Tipe H Silver
Putih
Jika yang ingin diketahui adalah banyak kejadiannya, teknik mendata dengan menggunakan
diagram pohon atau tabel tentu tidak efektif. Ada dua kaidah dasar yang dapat digunakan, yaitu
kaidah perkalian dan kaidah penjumlahan. Dua kaidah ini memiliki peruntukan yang berbeda.
Kaidah perkalian digunakan pada suatu kejadian yang dapat dipecah menjadi beberapa bagian
dengan tiap bagian itu harus dikerjakan pada waktu bersamaan. Jika suatu prosedur dapat dipecah
menjadi beberapa kejadian (misalnya kejadian 1, 2, 3, ...) seperti kejadian pertama terjadi dengan a
cara, kejadian kedua dengan b cara, kejadian ketiga dengan c cara, dan seterusnya. Dengan
demikian, banyaknya kejadian-kejadian dengan urutan tersebut adalah (𝑎 × 𝑏 × 𝑐 × …) cara.
Contoh:
Seorang pengusaha katering menerima nasi boks berisi nasi, lauk (termasuk lalapan), dan buah.
Ada berapa pilihan lauk dan jenis buah yang dapat dipilih, seperti pada tabel berikut.
Nasi Lauk (termasuk sambal dan lalapan) Buah
Nasi Putih Ayam goreng Jeruk
Ayam bakar Pisang
Ikan goreng Semangka
Ikan bakar
Berapa banyak variasi isi nasi boks yang dapat dipesan konsumen? Apa sajakah itu?
3

Jawab:
Dari tabel pilihan menu, diperoleh:
Banyak jenis nasi Banyak pilihan lauk Banyak pilihan buah
1 4 3
Variasi nasi boks berdasarkan jenis nasi, jenis lauk dan jenis buah yang digunakan secara
bersamaan. Dengan demikian, masalah ini merupakan penerapan dari kaidah perkalian.
Banyak variasi nasi boks yang dapat dipesan = 1 × 4 × 3 = 12 jenis.
Untuk mengetahui variasi isi nasi boks yang dapat dipesan, dapat dilakukan dengan cara
membuat diagram pohon seperti gambar berikut.
Jeruk

Ayam Pisang
Goreng

Semangka

Jeruk

Ayam Pisang
Bakar

Semangka
Nasi
Jeruk

Ikan Pisang
Goreng

Semangka

Jeruk

Ikan Bakar Pisang

Semangka

Kaidah penjumlahan digunakan pada suatu kejadian yag dapat dikerjakan dengan
beberapa cara, tetapi cara-cara ini tidak dapat dikerjakan pada waktu bersamaan. Jika suatu
prosedur dapat dilakukan dengan a cara atau b cara atau c cara dan seterusnya, banyaknya
kejadian-kejadian tersebut dapat terjadi adalah (𝑎 + 𝑏 + 𝑐 + ⋯) cara.
Contoh:
Pak Anton selalu menggunakan kendaraan pribadi saat berangkat kerja. Ia memiliki dua
sepeda motor dan satu sepeda untuk pergi bekerja. Berapa banyak cara Pak Anton dapat pergi
bekerja?
Jawab:
Dari tabel pilihan kendaraan, diperoleh:
Banyak pilihan sepeda motor Banyak pilihan sepeda
2 1
Karena Pak Anton tidak mungkin mengendarai dua kendaraan sekaligus, masalah ini
merupakan penerapan dari kaidah penjumlahan. Banyaknya cara Pak Anton dapat
bekerja = 2 + 1 = 3 cara, yaitu:
1. Menggunakan sepeda
2. Menggunakan sepeda motor I
3. Menggunakan sepeda motor II
2. Permutasi dan Kombinasi
Dalam materi permutasi dan kombinasi, akan banyak ditemui notasi faktorial. Notasi
Faktorial adalah notasi yang digunakan untuk menyatakan perkalian bilangan-bilangan asli yang
berurutan. Jika terdapat bilangan asli n, faktorial dari n dinyatakan sebagai
𝑛! = 𝑛 . (𝑛 − 1). (𝑛 − 2). … . 3 . 2 . 1
a. Permutasi
Permutasi adalah banyaknya susunan berurutan yang mungkin dibuat dari sekumpulan objek.
Kapankah permutasi digunakan? Dari definisi tersebut, jelas terlihat bahwa ciri khas dari
permasalahan yang berkaitan dengan permutasi adalah masih mempertimbangkan urutan. Oleh
karena itu, penerapan dari permutasi berkenaan dengan permasalahan dimana kemungkinan
kejadian yang muncul sangat bergantung pada penempatan objek. Permutasi terbagi menjadi tiga,
yaitu permutasi dengan unsur yang berbeda, permutasi dengan unsur yang sama dan permutasi
siklis.
4

1) Permutasi dengan unsur yang berbeda


Permutasi dengan unsur yang berbeda digunakan saat unsur yang tersedia semuanya berbeda.
Banyak permutasi r dari n unsur yang berbeda dinotasikan dengan 𝑛𝑃𝑟 atau 𝑛𝑟𝑃 atau 𝑃(𝑛, 𝑟).
𝑛!
𝑛𝑃𝑟 =
(𝑛 − 𝑟 )!
dengan n dan r bilangan bulat positif dan 𝑟 ≤ 𝑛.
Contoh:
Sebuah kemeja didesain terdiri atas dua warna seperti gambar.
Jika tersedia 3 pilihan warna kain, yaitu hitam, merah dan abu-
abu, ada berapa banyak model yang bisa dibuat?
Jawab:
Kebutuhan warna untuk kemeja tersebut ada 2:
 Warna I untuk warna mayoritas (pada contoh gambar
ditunjukkan dengan warna abu-abu)
 Warna II untuk warna minoritas (pada conoth gambar ditunjukkan dengan warna hitam)
Model dibuat dengan mengombinasikan 2 warna dari 3 warna yang tersedia. Namun, 2 warna
yang dibutuhkan ini peruntukannya berbeda. Mislanya yang terambil warna hitam dan merah,
penempatan hitam sebagai warna I dan merah sebagai warna II berbeda model dengan
penempatan merah sebagai warna I dan hitam sebagai warna II. Dengan demikian,
permaslahan ini adalah masalah permutasi.
Dengan rumus Dengan diagram pohon
Warna I Warna II
Banyak model yang dapat dibuat =
3! 3! 3. 2 . 1 Merah
3𝑃2 = (3−2)! = 1! = 1
=6 Hitam
Abu-abu

Hitam
Merah
Abu-abu

Merah
Abu-abu
Hitam

2) Permutasi dengan unsur yang sama


Permutasi dengan unsur yang sama digunakan untuk mencari banyak susunan yang mungkin
muncul jika diantara unsur yang tersedia ada unsur yang sama. Banyaknya permutasi n unsur yang
memuat 𝑟1 , 𝑟2 , . . . , 𝑟𝑛 unsur yang sama dinotasikan dengan 𝑛𝑃𝑟1,𝑟2,…,𝑟𝑛 .
𝑛!
𝑛𝑃𝑟1 ,𝑟2 ,…,𝑟𝑛 =
𝑟1 ! 𝑟2 ! … 𝑟𝑛 !
dengan n dan 𝑟1 , 𝑟2 , . . . , 𝑟𝑛 bilangan bulat positif dan 𝑟1 , 𝑟2 , . . . , 𝑟𝑛 ≤ 𝑛.
Contoh:
Sebuah password 4 digit terdiri atas huruf A dan B. Dua digit diantaranya harus huruf A. Dua
digit sisanya harus dari huruf B. Berapa banyak password yang dapat dibuat?
Jawab:
Password yang dibuat 4 digit dengan dua digit diantaranya huruf A dan dua digit huruf B. Ini
artinya huruf pembentuk password tersebut adalah A, A, B, B.
Dari 4 unsur yang tersedia, dua diantaranya adalah unsur yang sama, masing-masing sebanyak
2 buah. Oleh karena itu, rumus permutasi yang digunakan adalah permutasi dengan unsur yang
sama.
Banyak password yang dapat dibuat = 4𝑃2,2
4!
=
2! 2!
4 . 3 . 2!
= 2! 2!
4 . 3
= =6
2
3) Permutasi siklis
Permutasi siklis digunakan untuk menyusun n unsur berbeda secara melingkar atau mengelilingi
daerah tertutup. Banyaknya permutasi r dari n unsur yang berbeda dinotasikan dengan 𝑛𝑃(𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠)
𝑛𝑃(𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠) = (𝑛 − 1)!
dengan n bilangan bulat positif.
2

Contoh:
Roti seperti gambar di samping terbentuk dari 4 roti dengan
isian berbeda yang ditempatkan melingkar. Keempat varian
isi rasa yang tersedia, yakni nanas, keju, cokelat, dan almon.
Selain penempatan isian seperti gambar, ada berapa cara lagi
keempat isian itu bisa ditempatkan?
Jawab:
Varian is yang tersedia ada 4: nanas, keju, cokelat dan almon. Keempat isian itu ditempatkan
secara melingkar. Dengan demikian, banyak cara untuk menempatkan keempat isian dihitung
menggunakan permutasi siklis.
Banyak cara untuk menempatkan keempat isian itu = 4𝑃(𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠) = (4 − 1)!
= 3! = 3 . 2 . 1 = 6
b. Kombinasi
Permutasi adalah banyak cara yang mungkin untuk memilih sekumpulan objek. Apa bedanya
dengan kombinasi? Pada permutasi, susunan objek dipertimbangkan. Sementara pada kombinasi,
susunan dari objek tidak lagi dipertimbangkan. Banyak kombinasi r dari n unsur yang berbeda
dinotasikan dengan 𝑛𝐶𝑟 atau 𝑛𝑟𝐶 atau 𝐶(𝑛, 𝑟).
𝑛!
𝑛𝐶𝑟 =
𝑟! (𝑛 − 𝑟)!
dengan n dan r bilangan bulat positif dan 𝑟 ≤ 𝑛.
Contoh:
Seorang penjual makanan membuat salad buah dari kombinasi 5 jenis buah berbeda setiap
harinya. Ada 8 jenis buah yang biasa ia pakai: semangka, melon, nanas, stroberi, anggur, kiwi,
mangga dan jeruk. Jika setiap hari ia membuat kombinasi buah yang berbeda, ada berapa
macam salad buah yang dapat dibuat?
Jawab:
Ketersediaan buah = 8 macam
Kebutuhan buah untuk setiap jenis salad = 5 macam
Untuk membuat satu jenis salad, penjual makanan tersebut mengambil 5 macam buah dari 8
macam buah yang tersedia. Dari 5 macam buah yang terambil, penentuan buah mana dulu
yang diambil tidak membuat isi salad menjadi berubah, sehingga masalah ini adalah masalah
kombinasi.
Banyak jenis salad yang dapat dibuat = 8𝐶5
8!
= 5!(8−5)!
8!
= 5! 3!
8 . 7 . 6 . 5!
= = 8 . 7 = 56 macam
5! 3 . 2 . 1
B. Peluang Suatu Kejadian
1. Kejadian dan Ruang Sampel
Untuk memahami hubungan antara kejadian dan ruang sampel, simak contoh berikut.
a. Seseorang mengikuti sebuah ujian. Hasilnya, ia lulus.
b. Seseorang melontarkan sebuah dadu (masing-masing sisinya bertuliskan angka 1 – 6) sebanyak
satu kali. Hasilnya, muncul mata dadu 3.
Orang tersebut lulus pada contoh (a) dan munculnya mata dadu 3 pada contoh (b) adalah
kejadian. Kejadian adalah hasil yang muncul setelah melakukan sebuah percobaan. Percobaan
yang dimaksud disini adalah prosedur tertentu yang dilakukan untuk memperoleh hasil.
Nah, kejadian pada contoh (a), apakah hanya kejadian orang tersebut lulus saja? Tentu tidak.
Kejadian yang mungkin terjadi pada contoh (a) adalah kejadian orang tersebut lulus atau tidak
lulus. Begitu pula pada contoh (b), kejadian yang mungkin muncul tidak hanya munculnya mata
dadu 3 saja, tetapi bisa juga munculnya mata dadu 1, 2, 4, 5 atau 6. Kejadian orang tersebut lulus
atau tidak lulus pada contoh (a) dan munculnya mata dadu 1, 2, ..., atau 6 pada contoh (b) disebut
sebagai ruang sampel.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang sampel (S) adalah himpunan semua
kejadian yang mungkin muncul setelah melakukan sebuah percobaan. Banyaknya ruang sampel
(n(S)) adalah banyaknya anggota himpunan dari ruang sampel.
Pada contoh (a), yang dihitung ruang sampelnya hanya satu orang. Bagaimana jika yang
dihitung ruang sampelnya tiga orang, kejadian apa saja yang mungkin muncul? Untuk menjawab
permasalahan tersebut, ingat kembali beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendata
3

kejadian apa saja yang mungkin muncul, diantaranya dengan menggunakan tabel atau diagram
pohon.
Contoh:
Ada 3 orang sahabat mengikuti sebuah ujian. Terkait dengan hasil yang mungkin (lulus atau
tidak lulus), tuliskan semua kejadian yang mungkin muncul dari hasil ujian ketiga orang
tersebut.
Jawab:
Himpunan semua kejadian yang mungkin = 𝑆
Banyaknya semua kejadian yang mungkin muncul = 𝑛(𝑆)
Misalkan kejadian seseorang lulus = 𝐿, tidak lulus = 𝑇𝐿
Untuk menentukan banyaknya semua kemungkinan dari lulus dan tidaknya ketiga orang
tersebut menggunakan kaidah perkalian.
Kejadian yang mungkin muncul dari masing-masing orang tersebut:
Orang I Orang II Orang III
L, TL (2 kemungkinan) L, TL (2 kemungkinan) L, TL (2 kemungkinan)
Sehingga, untuk mencari banyaknya kemungkinan dari lulus dan tidaknya ketiga orang
tersebut menggunakan kaidah perkalian.
Banyak kejadian yang mungkin muncul dari ujian ketiga orang tersebut
= 𝑛(𝑆) = 2 × 2 × 2 = 8 kemungkinan.
Diagram Pohon Tabel
Orang I Orang II Orang Kemungkinan hasil yang diperoleh untuk
III orang I dan II.
Orang I
L L TL
Orang II
L L (L, L) (L, TL)
TL TL (TL, L) (TL, TL)
L Kemungkinan hasil orang I dan II
dipasangkan dengan orang III
L
Orang III
TL L TL
Orang I, II
TL (L, L) (L, L, L) (L, L, TL)
(L, TL) (L, TL, L) (L, TL, TL)
L (TL, L) (TL, L, L) (TL, L, TL)
L (TL, TL) (TL, TL, L) (TL, TL, TL)
TL
𝑆 = {(L, L, L), (L, L, TL), (L, TL, L), (L, TL, TL),
TL (TL, L, L), (TL, L, TL), (TL, TL, L), (TL, TL, TL)}
L
TL
TL
2. Peluang Suatu Kejadian
Definisi klasik peluang suatu kejadian adalah perbandingan antara banyaknya kejadian yang
muncul terhadap semua kemungkinan yang mungkin muncul dari suatu percobaan.
Misalkan A adalah sebuah kejadian dalam suatu percobaan, peluang kejadian A:
𝑛(𝐴)
𝑃 (𝐴 ) =
𝑛(𝑆)
dengan:
P(A) : peluang kejadian A
n(A) : banyaknya kejadian A
n(S) : banyaknya ruang sampel
Contoh:
Ada 3 orang bersahabat mengikuti sebuah ujian. Terkait dengan hasil yang mungkin (lulus atau
tidak lulus), berapa peluang jika hanya dua orang diantara mereka yang lulus?
Jawab:
Misal A: kejadian yang mungkin muncul jika hanya dua orang diantara mereka yang lulus
S: himpunan semua kejadian yang mungkin
𝐴 = {(L, L, TL), (L, TL, L), (TL, L, L)}
𝑆 = {(L, L, L), (L, L, TL), (L, TL, L), (L, TL, TL), (TL, L, L), (TL, L, TL), (TL, TL, L), (TL, TL, TL)}
2

𝑛 (𝐴 ) = 3
𝑛 (𝑆 ) = 8

𝑛(𝐴) 3
𝑃 (𝐴 ) = =
𝑛(𝑆) 8
3
Jadi, peluang jika hanya dua orang diantara mereka yang lulus adalah 8

C. Peluang Kejadian Majemuk


Kejadian majemuk adalah kejadian yang terdiri atas lebih dari satu titik sampel. Oleh karena
itu, untuk menentukan peluang kejadian majemuk dapat dilakukan dengan mengoperasikan
peluang kejadian yang menjadi pendukungnya. Ada dua aturan yang dapat dikenakan terhadap
kejadian majemuk, yaitu aturan penjumlahan dan aturan perkalian. Aturan penjumlahan
melahirkan konsep peluang kejadian saling lepas dan peluang kejadian tidak saling
lepas. Sementara itu, aturan perkalian melahirkan konsep peluang saling bebas dan peluang
tidak saling bebas (peluang bersyarat).
1. Peluang Kejadian Saling Lepas dan Tidak Saling Lepas
Dua kejadian dikatakan saling lepas jika dua kejadian
tersebut tidak dapat terjadi secara bersamaan. Contohnya pada
pelemparan sebuah dadu sebanyak satu kali. A adalah kejadian
munculnya bilangan genap. B adalah kejadian munculnya
bilangan ganjil. A dan B merupakan dua kejadian saling lepas
karena tidak akan mungkin terjadi A dan B sekaligus. Jika
diilustrasikan dengan diagram Venn, hasilnya seperti gambar di
samping.
Sebaliknya, dua kejadian dikatakan tidak saling lepas jika dua
kejadian tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Contohnya
pada pelemparan sebuah dadu sebanyak satu kali. C adalah
kejadian munculnya bilangan ganjil. D adalah kejadian munculnya
bilangan prima. C dan D merupakan dua kejadian yang tidak
saling lepas karena C dan D dapat terjadi sekaligus (muncul
bilangan yang sama, yaitu bilangan 3 dan 5). Jika diilustrasikan
dengan diagram Venn, hasilnya seperti gambar di samping.
Peluang kejadian tidak saling lepas
Misalkan A dan B adalah dua kejadian tidak saling lepas, maka 𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) −
𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) sehingga
𝑛(𝐴 ∪ 𝐵)
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) =
𝑛(𝑆)
𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) =
𝑛(𝑆)

𝑛(𝐴) 𝑛(𝐵) 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)


𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = + −
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃 (𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
Peluang kejadian saling lepas
Misalkan A dan B adalah dua kejadian saling lepas, maka 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) = 0.
𝑛 𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)
(
𝑛 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑛 (𝐴 ) + 𝑛 (𝐵 ) − 0
𝑛 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑛 (𝐴 ) + 𝑛 (𝐵 )
𝑛 (𝐴 ) + 𝑛 (𝐵 )
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) =
𝑛(𝑆)
𝑛 (𝐴 ) 𝑛 (𝐵 )
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = + = 𝑃 (𝐴) + 𝑃(𝐵)
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)
Jadi, jika terdapat kejadian A dan B tidak saling lepas, peluang kejadian tersebut adalah
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃 (𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
Jika terdapat kejadian A dan B saling lepas, peluang kejadian tersebut adalah
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) + 𝑃(𝐵)
3

dengan:
𝑃 (𝐴 ) = peluang terjadinya kejadian A
𝑃 (𝐵 ) = peluang terjadinya kejadian B
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = peluang terjadinya kejadian A atau B
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = peluang terjadinya kejadian A dan B
Contoh:
Bu Anita sedang memulai usaha penjualan makanan beku berbasis ikan. Untuk menarik minat
pembeli, Bu Anita mengadakan promo, yaitu memberikan kupon undian berhadiah kepada
50 pembeli pertama. Setiap pembeli mendapat kupon bernomor 1, 2, 3, dst berdasarkan urutan
kedatangan. Dari 50 peserta yang hadir, tidak ada yang mendapat nomor yang sama.
1) Jika pada pengundian untuk pertama kalinya diambil seorang pemenang, berapa
peluang pemenang tersebut adalah orang yang memegang kupon dengan bilangan
kelipatan 2 atau bilangan kelipatan 5?
2) Jika pada pengundian untuk pertama kalinya diambil dua orang pemenang sekaligus,
berapa peluang pemenang tersebut adalah orang yang memegang kupon dengan bilangan
kelipatan 10 atau bilangan ganjil?
Jawab:
1) Misalkan:
S = ruang sampel
A = kejadian yang menjadi pemenang adalah orang yang memegang kupon dengan
bilangan kelipatan 2
B = kejadian yang menjadi pemenang adalah orang yang memegang kupon dengan
bilangan kelipatan 5
Peluang pemenang undian tersebut adalah orang yang memegang kupon dengan bilangan
kelipatan 2 atau bilangan kelipatan 5, dapat dinotasikan dengan 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵).
Oleh karena pada pengundian untuk pertama kalinya diambil seorang pemenang, maka:
𝑆 = {1, 2, 3, … , 50}  𝑛(𝑆) = 50
𝐴 = {2, 4, 6, … , 50}  𝑛(𝐴) = 25
𝐵 = {5, 10, 15, … , 50}  𝑛(𝐵) = 10
Terlihat bahwa ada titik sampel pada kejadian A yang juga merupakan titik sampel
kejadian B, ditulis:
𝐴 ∩ 𝐵 = {10, 20, 30, 40, 50}  𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) = 5
Sehingga A dan B merupakan kejadian tidak saling lepas.
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
𝑛(𝐴) 𝑛(𝐵) 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = + −
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)
25 10 5
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = + −
50 50 50
30 3
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = =
50 5
Jadi, peluang pemenang undian tersebut adalah orang yang memegang kupon dengan
3
bilangan kelipatan 2 atau bilangan kelipatan 5 adalah 5
2) Misalkan:
S = ruang sampel
C = kejadian yang menjadi pemenang adalah orang yang memegang kupon dengan
bilangan kelipatan 10
D = kejadian yang menjadi pemenang adalah orang yang memegang kupon dengan
bilangan ganjil
Peluang pemenang undian tersebut adalah orang yang memegang kupon dengan bilangan
kelipatan 10 atau bilangan ganjil, dapat dinotasikan dengan 𝑃(𝐶 ∪ 𝐷).
Ingat bahwa untuk menentukan banyaknya kejadian yang mungkin muncul dari
pengambilan sejumlah titik sampel sekaligus dapat menggunakan kombinasi.
Oleh karena diambil dua pemenag sekaligus, maka:
Dengan nomor kupon  1, 2, 3, ..., 50
50!
𝑛(𝑆) = 50𝐶2 = = 1225
2! (50 − 2)!
4

Dengan nomor kupon bilangan kelipatan 10  10, 20, ..., 50


5!
𝑛(𝐶 ) = 5𝐶2 = = 10
2! (5 − 2)!
Dengan nomor kupon bilangan ganjil  1, 3, 5, ..., 49
25!
𝑛(𝐷 ) = 25𝐶2 = = 300
2! (25 − 2)!
Terlihat bahwa tidak ada titik sampel pada kejadian C yang juga merupakan titik sampel
kejadian D sehingga C dan D merupakan kejadian saling lepas.
𝑃 (𝐶 ∪ 𝐷 ) = 𝑃 (𝐶 ) + 𝑃 (𝐷 )
𝑛 (𝐶 ) 𝑛 ( 𝐷 )
𝑃 (𝐶 ∪ 𝐷 ) = +
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)
10 300
𝑃 (𝐶 ∪ 𝐷 ) = +
1225 1225
310 62
𝑃 (𝐶 ∪ 𝐷 ) = =
1225 245
Jadi, peluang pemenang undian tersebut adalah orang yang memegang kupon dengan
62
bilangan kelipatan 10 atau bilangan ganjil adalah 245
2. Peluang Kejadian Saling Bebas dan Tidak Saling Bebas (Bersyarat)
Dua kejadian disebut sebagai kejadian saling bebas jika terjadinya suatu kejadian tidak
memengaruhi terjadinya kejadian yang lain. Misalkan tersedia dua kotak, masing-masing berisi bola
berwarna merah dan putih. Dilakukan pengambilan sejumlah bola merah dari kedua kotak
tersebut. A adalah kejadian terambilnya bola merah pada kotak I. B adalah kejadian terambilnya
bola merah pada kotak II. Kejadian A dan B tidak saling memengaruhi sehingga A dan B adalah
dua kejadian saling bebas, ditulis 𝐴 ∩ 𝐵.
Sebaliknya, dua kejadian dikatakan bersyarat jika terjadinya suatu kejadian memengaruhi
terjadinya kejadian yang lain. Misalkan tersedia sebuah kotak yang berisi bola berwarna merah dan
putih. Dilakukan pengambilan sejumlah bola merah dari kotak tersebut secara berturut-turut tanpa
pengembalian. C adalah kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama. D adalah
kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua. Karena pengambilan dilakukan tanpa
pengembalian, maka setelah terjadi kejadian C, banyaknya bola akan berkurang sehingga
berpengaruh pada terjadinya kejadian D. Ini sebabnya kejadian C dan D adalah kejadian bersyarat,
yaitu kejadian D terjadi dengan syarat telah terjadi kejadian C terlebih dahulu, dituls DC.
Peluang kejadian bersyarat (tidak saling bebas)
Misalkan terdapat kejadian A dan B dengan 𝑃(𝐴) > 0. Peluang terjadinya kejadian B jika
kejadian A sudha terjadi terlebih dahulu disebut peluang kejadian B dengan syarat kejadian A,
ditulis 𝑃(𝐵𝐴).
𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(𝐵𝐴) = 𝑃(𝐴)  𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) . 𝑃(𝐵𝐴)
Keterangan:
𝑃(𝐵𝐴) = peluang kejadian B dengan syarat kejadian A
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = peluang kejadian A dan B
𝑃(𝐴) = peluang kejadian A
Contoh 1:
Tiga uang logam dilemparkan sebanyak satu kali. Misalkan:
A = kejadian munculnya semua sisi mata uang sama
B = kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang pertama
Tentukan dan interpretasikan:
a. 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
b. 𝑃(𝐵𝐴)
Jawab:
Ingat bahwa:
S = ruang sampel
A = kejadian munculnya semua sisi mata uang sama
B = kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang pertama
Pada pelemparan tiga uang logam, diperoleh:
𝑆 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐴, 𝐺𝐴𝐴, 𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐺𝐺}  𝑛 (𝑆 ) = 8
𝐴 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐺𝐺𝐺}  𝑛 (𝐴 ) = 2
𝐵 = {𝐺𝐴𝐴, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐺𝐺}  𝑛 (𝐵 ) = 4
5

𝐴 ∩ 𝐵 = {𝐺𝐺𝐺}  𝑛 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = 1
Sehingga
𝑛(𝐴) 2
𝑃 (𝐴 ) = = = 25%
𝑛(𝑆) 8
𝑛(𝐴∩𝐵) 1
a. 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝐺𝐺𝐺}  𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑛(𝑆) = 8 = 12,5%
Artinya, saat dilakukan pelemparan 3 uang logam sekaligus, peluang munculnya semua sisi
mata uang sama dan sisi mata uang pertama yang munculnya adalah sisi gambar adalah
12,5%
1
𝑃(𝐴∩𝐵) 1 8 1
b. 𝑃(𝐵𝐴) = = 8
2 = 8 × 2 = 2 = 50%
𝑃(𝐴)
8
Artinya, saat dilakukan pelemparan 3 uang logam sekaligus, peluang munculnya semua sisi
mata uang sama sebanyak 25% dengan 50% diantaranya merupakan kejadian sisi mata
uang pertama yang muncul adalah sisi gambar
Contoh 2:
Salah satu unit usaha disuatu Badan Usaha Milik Desa (MUMDes) adalah menjadi perantara
(brokering) atas produk-produk pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan yang
diproduksi di desa tersebut. Caranya, dengan membuat poster dan katalog online yang berisi
produk-produk yang tersedia, yang diposting secara periodik melalui jaringan media sosial yang
dimiliki desa tersebut. Asalkan pengelolaannya dilakukan dengan benar, diyakini akan ada 85%
pembaca yang melihat-lihat promosi barang yang diposting. Namun, setelah melihat-lihat,
kemungkinan 10% saja yang kemudian membeli. Berapa kemungkinan banyak pembaca
posting promosi yang juga melakukan pembelian?
Jawab:
Misalkan:
A = kejadian pembaca melihat posting promosi barang
B = kejadian pembaca melakukan pembelian
Jelas terlihat bahwa kejadian B terjadi jika kejadian A terjadi terlebih dahulu sehingga kejadian
pembaca melakukan pembelian setelah melihat posting promosi adalah peluang bersyarat.
Diperoleh:
𝑃(𝐵𝐴) = 10%
𝑃(𝐴) = 85%
𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(𝐵𝐴) = 𝑃(𝐴)
𝑃(𝐴∩𝐵)
 10% = 85%
 85% . 10% = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) (masing-masing ruas kalikan 85%)
 0,85 . 0,1 = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
 0,085 = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
Jadi, kemungkinan banyak pembaca yang melihat-lihat postingan promosi dan melakukan
pembelian = 0,085 = 8,5%
Peluang kejadian saling bebas
Dua kejadian disebut sebagai kejadian saling bebas jika terjadinya suatu kejadian tidak
memengaruhi terjadinya kejadian yang lain. Artinya, misalkan terdapat kejadian A dan B. Kejadian
B disebut saling bebas dengan kejadian A jika
𝑃(𝐵𝐴) = 𝑃(𝐵)
Akibatnya,
𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(𝐵𝐴) = 𝑃(𝐴)
𝑃(𝐴∩𝐵)
 𝑃(𝐵) = 𝑃(𝐴)
 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) . 𝑃(𝐵)
Jadi, jika terdapat kejadian A dan B saling bebas, maka
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) . 𝑃(𝐵)
Keterangan:
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = peluang kejadian A dan B
𝑃(𝐴) = peluang kejadian A
𝑃(𝐵) = peluang kejadian B
6

Contoh:
Dua uang logam dilemparkan sebanyak satu kali. Misalkan:
A = kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang I
B = kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang II
Tentukan nilai 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵). Apa interpretasinya?
Jawab:
Ingat bahwa:
A = kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang I
B = kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang II
A dan B adalah dua kejadian saling bebas sehingga
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) . 𝑃(𝐵)
Pada pelemparan dua uang logam tersebut, diperoleh:
𝑆 = {𝐴, 𝐺}  𝑛 (𝑆 ) = 2
1
𝐴 = {𝐺}  𝑃 (𝐴 ) = 2
1
𝐵 = {𝐺}  𝑃 (𝐵 ) = 2
Jadi,
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) . 𝑃(𝐵)
1 1 1
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = . =
2 2 4
Artinya, saat dilakukan pelemparan 2 uang logam sebanyak satu kali, peluang munculnya sisi
1
gambar pada kedua uang logam tersebut adalah 4
3) Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan adalah banyak kejadian yang diharapkan dapat terjadi pada n kali
percobaan. Misalkan A adalah sebuah kejadian dalam suatu percobaan, frekuensi harapan A :
𝐹ℎ (𝐴) = 𝑃(𝐴) × 𝑛
dengan:
𝐹ℎ (𝐴) : frekuensi harapan kejadian A
𝑃(𝐴) : peluang kejadian A
𝑛 : banyak percobaan dilakukan
Contoh:
Saat seseorang melemparkan bola ke arah ring basket, ada
dua kemungkinan yang muncul: bola masuk atau tidak
masuk. Jika pelemparan dilakukan sebanyak 20 kali, berapa
frekuensi harapan bola yang dilempar dapat masuk ke ring?
Jawab:
Misalkan kejadian bola masuk ring = M, kejadian bola tidak masuk ring = TM
1
Karena hanya ada 2 kemungkinan, yaitu M atau TM, maka 𝑃 (𝑀) = 2
Dilakukan pelemparan sebanyak 20 kali. Frekuensi harapan bola yang dilempar dapat masuk
ke ring = 𝐹ℎ (𝑀).
1
𝐹ℎ (𝑀) = 𝑃 (𝑀) × 𝑛 = 2 × 20 = 10 kali.

Anda mungkin juga menyukai