Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“SUMBER DAYA FISIK LAUTAN DAN SAMUDERA”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Oseanografi Dan Lingkungan

Dosen Pengampu:

Dr. H. Sidharta Adyatama, S.Pd., M.Sc

Oleh:

Winanda Nathania

21110115220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2023

|i
BAB I

PENDAHULUAN

Air lautan adalah zat cair yang mudah berubah bentuk ketika dikenai
gaya. Bentuk permukaan lautbisa berbeda akibat dikenai gaya gravitasi bulan
ditempat yang berbeda pada laut yang berbeda. Hal ini mengakibatkan adanya
permuakaan laut yang naik (pasang) dan adanya permukaan laut yang turun
(surut). Karena bumi berotasi, maka dalam satu hari suatu tempat mengalami
dua kali pasang dan dua kali surut. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau,
dengan garis pantai sepanjang 80.791 km (Anonim, 1995). Secara genetik pulau-
pulau di Indonesia berbeda yang tercermin pada kondisi geologi, geomorfologi,
hidrologi dan terletak pada daerah tropis basah, maka di sepanjang jalur garis
pantainya terbentuk berbagai jenis bentuklahan asal marin dan berbagai tipe
ekosistem pantai. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai banyak
daerah pesisir dan pantai yang sangat potensial bagi pengembangan ekonomi
nasional, baik karena potensi ruang dan kekayaan alamnya maupun nilai
estetikanya. Dengan demikian kegiatan ekonomi penduduk Indonesia di wilayah
pantai masih berorientasi pada daratan.

Oseanografi dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang


mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang
murni, tetapi perpaduan dari berbagai macam ilmu yang lain. Kimia oseanografi
berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar
lautan dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri (Stewart, 2008).
Oseanografi kimia juga merupakan salah satu bagian dari disiplin ilmu
Oseanografi. Oseanografi kimia mempelajari tentang sifat-sifat kimia air laut yaitu
komposisi kimiawi air laut dan hubungannya dengan proses-proses siklus bahan-
bahan kimia terlarut serta tentang produktivitas baik primer, sekunder dan tersier
di laut. Komposisi air laut khususnya di perairan estuaria sangat dipengaruhi oleh
masukkan massa air dari sistem sungai yang bermuara. Kadar unsur kimia
perairan sungai yang masuk ke estuari memiliki perbedaan dengan kadar unsur
kimia air laut.

| ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Daya Laut

Sumber daya laut adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang
luas yang mencankup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme
mikroskopis hingga paus pembunuh dan habitat laut) mulai dari perairan dalam
sampai ke daerah pasang surut dipantai dataran tinggi dan daerah muara yang
luas. Berbagai orang memanfaatkan dan berinteraksi dengan lingkungan laut
mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang, ilmuwan dan lain-lain.
Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri dan
kegiatan lain yang bersifat komersial (Pasifik, 2020).

B. Jenis-Jenis Sumber Daya Laut

Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih


(renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources),
dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).

1. Sumberdaya dapat pulih, terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut,
termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture). Indonesia
dianugerahi dengan laut yang begitu luas, sehingga sumberdaya ikan di
dalamnya juga beraneka ragam. Potensi lestari ikan laut sebesar 6,2 juta ton,
terdiri ikan pelagis besar (975,05 ribu ton), ikan pelagis kegil (3.235,50 ribu ton),
ikan demersal (1.786,35 ribu ton), ikan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang
peneid (74,00 ribu ton), lobster (4,80 ribu ton), dan cumi-cumi (28,25 ribu ton).

2. Sumberdaya tidak dapat pulih, meliputi mineral, bahan tambang/galian,


minyak bumi dan gas. Sumberdaya alam lainnya yang terkadung dalam laut kita
adalah terdapatnya berbagai jenis bahan mineral, minyak bumi dan gas. Menurut
Deputi Bidang Pengembangan Kekayaan Alam, BPPT dari 60 cekungan minyak
yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40
cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara
intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan

|1
ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 milyar barel setara minyak,
namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 milyar barel di
antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 milyar barel
berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah
itu diperkirakan 57,3 milyar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari
separuhnya atau sekitar 32,8 milyar barel terdapat di laut dalam. Energi non
konvensional adalah sumberdaya kelautan non hayati tetapi dapat diperbaharui
juga memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan
Indonesia. Keberadaan potensi ini di masa yang akan datang semakin signifikan
manakala energi yang bersumber dari BBM (bahan bakar minyak) semakin
menepis. Jenis energi ini yang berpeluang dikembangkan adalah ocean thermal
energy conversion (OTEC), energi kinetik dari gelombang, pasang surut dan
arus, konversi energi dari perbedaan salinitas. Perairan Indonesia merupakan
suatu wilayah perairan yang sangat ideal untuk mengembangkan sumber energi
OTEC. Hal ini dimungkinkan karena salah satu syarat OTEC adalah adanya
perbedaan suhu air (permukaan dengan lapisan dalam) minimal 20 ー C dan
intensitas gelombang laut sangat kecil dibanding dengan wilayah perairan tropika
lainnya. Dari berbagai sumber pengamatan oseanografis, telah berhasil
dipetakan bagian perairan Indonesia yang potensial sebagai tempat
pengembangan OTEC. Hal ini terlihat dari banyak laut, teluk serta selat yang
cukup dalam di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi
pengembangan OTEC. Salah satu pilot plant OTEC akan dikembangkan di
pantai utara Pulau Bali. Sumber energi non konvensional dari laut lainnya, antara
lain energi yang berasal dari perbedaan pasang surut, dan energi yang berasal
dari gelombang. Kedua macam energi tersebut juga memiliki potensi yang baik
untuk dikembangkan di Indonesia

3. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah


pariwisata dan perhubungan laut. Potensi sumberdaya kelautan ini belum banyak
digarap secara optimal, karena selama ini upaya kita lebih banyak terkuras untuk
mengelola sumberdaya yang ada di daratan yang hanya sepertiga dari luas
negeri ini.

C. Pemanfaatan Sumber Daya Laut

|2
Laut juga termasuk yang banyak sekali memiliki berbagai sumber yang bisa
digunakan atau dimanfaatkan bagi manusia yang diantaranya seperti:

1. Sebagai Sumber Mineral

 Garam untuk dapat digunakan untuk keperluan seperti bahan masakan.


 Karbonat diambil dari sebangsa lumut ( potash ).
 Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang
makanannya ikan bisa dimanfaatkan untuk pupuk.
 Sumber minyak dilepas pantai bisa ditemukan dilaut Jawa, Sumatera,
Malaka. Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan.

2. Sebagai Sumber Daya Nabati

 Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah lautan dangkal bisa


digunakan untuk bahan pembuatan agar-agar.
 Tumbuhan laut untuk makanan ikan, yaitu plankton, nekton,
phytoplankton dan benthos. Kehidupan didalam laut ternyata tidak banyak
berbeda dengan keadaan didarat, dilaut juga terdapat makhluk hidup
yang terdiri atas tumbuhan laut dan hewan laut.

D. POTENSI SUMBER DAYA FISIK LAUTAN

1. Estuaria

Estuaria adalah perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas


dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Contoh dari
estuaria adalah muara sungai, teluk, dan rawa pasang surut. Peran ekologis dari
estuaria adalah sebagai:

a. Sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang
surut;

b. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria
sebagai tempat berlindung dan mencari makanan; dan

c. Tempat bereproduksi dan suatu tempat tumbuh besar bagi sejumlah spesies
ikan dan udang.

Sedangkan secara umum, estuaria dimanfaatkan manusia sebagai:

|3
(1)tempat pemukiman,

(2) tempat penangkapan dan budidaya sumber daya ikan,

(3) jalur transportasi, dan

(4) lokasi pelabuhan dan industri (Yonvitner et al., 2016).

2. Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang


didominasi oleh spesies pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya
tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air dan
terlindung dari gelombang dan arus pasang surut yang kuat. Karena itu hutan
mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta
dan daerah pantai yang terlindung. Sebagai suatu ekosistem wilayah pesisir,
hutan mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis penting, yaitu:

a. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi,
penahan lumpur dan penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air
permukaan;

b. Sebagai penghasil sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun dan
dahan pohon bakau yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan bagi para pemakan detritus dan sebagian lagi diuraikan
secara bakterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan
perairan;

c. Sebagai daerah asuhan, daerah mencari makanan dan daerah pemijahan


berbagai biota perairan baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai.
Hutan mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan
konstruksi, kayu bakar, bahan untuk membuat arang dan juga untuk pulp.
Disamping itu ekosistem mangrove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan
dan udang alam.

3. Padang Lamun

|4
Lamun (sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang
hidup terendam di dalam laut, yang masih dapat dijangkau cahaya matahari yang
memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan
jernih dengan sirkulasi yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk
menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme
lamun keluar daerah padang lamun. Secara ekologis padang lamun mempunyai
beberapa fungsi penting bagi perairan pesisir yaitu:

a. Produsen detritus dan zat hara;

b. Pengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem


perakaran yang padat dan menyilang;

c. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi
beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di
lingkungan ini; dan

d. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari


sengatan matahari.

Padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai:

(1) tempat kegiatan marikultur berbagai jenis ikan, kerang-kerangan, dan tiram,

(2) tempat rekreasi atau pariwisata,

(3) sumber pupuk hijau.

4. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di


perairan pesisir daerah tropis. Secara umum terumbu karang terdiri dari tiga tipe:
(1) terumbu karang tepi;

(2) terumbu karang penghalang;

(3) terumbu karang cincin atau atol. Peran terumbu karang, khususnya terumbu
karang tepi adalah sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus
kuat yang berasal dari laut. Selain itu terumbu karang terumbu karang

|5
mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat
asuhan dan pembesaran, tempat pemijahan bagi berbagai biota seperti
beraneka ragam avertebrata, beraneka ragam ikan, reptil, dan juga habitat bagi
ganggang dan rumput laut. Terumbu karang juga dapat dimanfaatkan baik
secara langsung maupun tidak langsung sebagai:

a. Tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis
ikan hias;

b. Bahan konstruksi bangunan dan pembuatan bahan kapur;

c. Bahan perhiasan; d. Bahan baku farmasi; e. Sebagai objek wisata bahari.

E. Ancaman Terhadap Sumber Daya Laut

Ekosistem laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang akhir-akhir ini mengalami ancaman kerusakan yang sebagian
besar akibat ulah manusia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya
kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai kebutuhan seperti pemukiman,
perikanan, dan pelabuhan, menyebabkan besarnya tekanan ekologis terhadap
ekosistem dan sumber daya pesisir semakin meningkat pula.

Terdapat 3 ancaman utama terhadap sumber daya laut, yaitu:

1. Sedimentasi dan pencemaran

Sedimentasi adalah proses penumpukan zat hara atau proses


pelumpuran. Pencemaran adalah kondisi dimana suatu perairan atau tempat
mendapatkan masukan zat yang berbahaya atau tidak dapat ditolerir oleh
lingkungan tersebut dalam jumlah yang berlebih. Sedimentasi dan pencemaran
bisa terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk dan adanya kebutuhan akan
lahan menyebabkan manusia mulai membuka lahan bahkan di daerah hulu dan
hilir sungai. Penebangan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai membuat
lumpur dan kotoran tidak dapat tersaring baik. Pembukaan lahan untuk pertanian
menyebabkan banyaknya zat hara atau limbah pertanian yang terbawa aliran
sungai. Selain lumpur dan zat hara berlebih yang mengandung nitrogen dan
fosfor (eutrofikasi), banyak juga sampah organik dan anorganik dari kegiatan

|6
rumah tangga yang dibuang ke laut dan jumlah sulit dikontrol Sumber
pencemaran lainnya adalah kegiatan pertambangan. Pertambangan emas yang
menggunakan air raksa dalam proses pengikatan bijih emas dapat menyebabkan
pencemaran air raksa di perairan. Air raksa merupakan sumber pencemaran
yang berbahaya, karena kandungannya terakumulasi dalam tubuh hewan yang
mengkonsumsi atau memanfaatkan perairan yang tercemar air raksa. Limbah
hasil tambang berupa lumpur, tanah, batuan yang mengandung sianida juga
mengandung timah, nikel, kadmium, dan khrom. Jika limbah- limbah ini dibuang
ke laut dalam jumlah besar, akanlah sangat berbahaya bagi ekosistem pesisir
dan lautan

2. Degradasi Habitat

Degradasi adalah proses penurunan kualitas. Jadi degradasi habitat


adalah proses penurunan kualitas habitat/tempat tinggal mahluk hidup tertentu.
Erosi pantai merupakan kondisi dimana suatu habitat telah terdegradasi. Erosi
pantai dapat dilihat dari penurunan garis pantai. Erosi pantai terjadi karena
proses alami dan tidak alami. Proses alami terjadi karena adanya arus, angin,
hujan, gelombang. Proses tidak alami terjadi karena kegiatan manusia untuk
membuka lahan hutan mangrove, dan penambangan terumbu karang untuk
kepentingan kontruksi jalan dan bangunan. Kegiatan tersebut bisa menyebabkan
degradasi habitat karena fungsi hutan mangrove dan terumbu karang sebagai
pelindung pantai dari hantaman gelombang dan badai telah rusak. Degradasi
terumbu karang terjadi karena kebutuhan manusia untuk mengeksploitasi
sumber pangan yaitu ikan-ikan karang, sumber bahan bangunan, produk
perdagangan yaitu ikan-ikan hias, anemon, dan soft coral, dan sebagai obyek
wisata. Sumber protein hewani dapat diperoleh dari ikan. Kebutuhan ini
mendorong manusia untuk mendapatkan ikan sebanyak- banyaknya dalam
waktu singkat, yaitu dengan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan
(bom, potas, sianida). Masuknya zat kimia yang mengendap di permukaan
terumbu karang bisa mengakibatkan pemutihan terumbu karang (Coral
Bleaching).

3. Degradasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati

|7
Degradasi sumberdaya alam seperti penebangan hutan mangrove,
rusaknya terumbu karang, mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di daerah
tersebut berkurang jenisnya dan lama kelamaan punah. Hilangnya jenis-jenis
hewan atau tumbuhan dalam rantai makanan bisa menyebabkan adanya
gangguan pada ekosistem.

Kegiatan reklamasi pantai yang sering dilakukan di wilayah pesisir diperkirakan


dapat merubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat menurunkan
keanekaragaman hayati perairan.

PENUTUP

Kesimpulan

Sumber daya laut adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang
luas yang mencankup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme
mikroskopis hingga paus pembunuh dan habitat laut) mulai dari perairan dalam
sampai ke daerah pasang surut dipantai dataran tinggi dan daerah muara yang
luas. Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih
(renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources),
dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). Laut juga termasuk
yang banyak sekali memiliki berbagai sumber yang bisa digunakan atau
dimanfaatkan bagi manusia yang diantaranya seperti:

Sebagai Sumber Mineral

 Garam untuk dapat digunakan untuk keperluan seperti bahan masakan.


 Karbonat diambil dari sebangsa lumut ( potash ).
 Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang
makanannya ikan bisa dimanfaatkan untuk pupuk.
 Sumber minyak dilepas pantai bisa ditemukan dilaut Jawa, Sumatera,
Malaka. Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan.

Saran

|8
Makalah mengenai Proses Sedimen Pantai, penulis belum selengkap-
lengkapnya memaparkan mengenai sumber daya fisik lautan dan samudera.
Harapannya penulis lebih banyak membaca referensi buku, jurnal ilmiah, atau
artikel mengenai pasang surut air laut. Pembaca boleh melanjutkan pembahasan
dalam makalah ini, sehingga makalah ini nantinya dapat menjadi referensi belajar
bagi pembaca lainnya.

REFERENSI

Pasifik, S. (2020). Pengertian Sumber Daya Laut Jenis-Jenis Sumber Daya Laut.
5.

Yonvitner, Susanto, H. A., & Yuliana, E. (2016). Pengertian, Potensi, dan


Karakteristik Wilayah Pesisir. Pengelolaan Wilayah Pesisi Dan Laut, 1–39.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MMPI510402-M1.pdf

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode


Analisis

Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Janzen, H. H. (2004). Carbon cycling in earth systems—a soil science


perspective.

In Agriculture, ecosystems and environment, 104, 399 – 417.

Houghton, R. A. (2005). The contemporary carbon cycle. Pages 473-513 in W. H.

Schlesinger, editor. Biogeochemistry. Elsevier Science.

Hartono.2007. Geografi : Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung : CV.


Citra Praya.

Hutabarat, Sahala, dan Stewart M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Firdaus, M. Luthfi. 2017. Oseanografi : Pendekatan dari Ilmu Kimia,


Fisika, Biologi dan Geologi. Yogyakarta : Leutikaprio.

|9
Sofiyani, Isnaini. 2009. Bahan Organik Di Laut. Bandung : Universitas
Padjadjaran Press.

Alfiah, Taty, 2009. Fisik-Kimia Oseanografi. Surabaya : Institut Teknologi


Adhi Tama.

| 10

Anda mungkin juga menyukai