Nim : 2220215310084
Kelas :B
Uts : Hukum Dan Kebijakan Publik Bidang Ekonomi
1. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (7), Pasal 25 ayat (3), Pasal 26
ayat (2), Pasal 35, dan Pasal 36 ayat (7), UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu
Kota Negara sehingga perlu menetapkan PP tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Anggaran dalam rangka Persiapan, Pembangunan, dan
Pemindahan Ibu Kota Negara serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara.
4. Peraturan Pemerintah (PP) ini mulai berlaku pada tanggal 18 April 2022.
6. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan keuangan negara dan perbendaharaan negara
beserta turunannya dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.
Dalam Pasal 3 PP ini disebutkan pendanaan untuk persiapan, Ibu Kota Negara,
Daerah Khusus pembangunan, dan serta Pemerintahan Ibu Kota Nusantara
bersumber dari APBN dan sumber lain yang sah. Adapun "Skema pendanaan Ibu
Kota Nusantara dapat bersumber dari APBN dan sumber lain yang sah, antara lain
berupa pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) dan/atau pemanfaatan Aset
Dalam Pengusahaan (ADP) Otorita Ibu Kota Nusantara, penggunaan skema Kerja
Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan keikutsertaan pihak lain
termasuk penugasan badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
negara, penguatan peran badan hukum milik negara, dan pembiayaan
kreatif (creative financing)," begitu bunyi sebagian Ketentuan Umum PP ini yang
termuat dalam laman Kementerian Sekretariat Negara.
Dalam Pasal 4 PP tersebut, diatur secara rinci apa saja yang menjadi sumber
pendanaan pembangunan IKN, yaitu:
a. Pendanaan yang bersumber dari surat berharga negara yang meliputi Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Surat Utang Negara (SUN) (ayat 3 dan
4);
b. Pemanfaatan BMN dan/atau pemanfaatan ADP (ayat 5 huruf a angka 1);
c. Penggunaan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) IKN
(ayat 5 huruf a angka 2);
d. Keikutsertaan pihak lain, termasuk penugasan badan usaha yang sebagian atau
seluruh modalnya dimiliki oleh negara; penguatan peran badan hukum milik
negara; dan pembiayaan kreatif (ayat 5 huruf a angka 3);
e. kontribusi swasta (ayat 6 huruf a angka 1);
f. Pembiayaan kreatif selain yang dimaksud pada ayat 5 huruf a angka 3; dan
g. Pajak Khusus IKN dan/atau pungutan Khusus IKN setelah mendapat
persetujuan DPR (ayat 6 huruf a angka 3).
Pelaksanaan skema pendanaan IKN yang bersumber dari APBN dalam bentuk
SUN dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 4
ayat 7). Sedangkan pelaksanaan pembiayaan kreatif ditetapkan oleh menteri
setelah berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional,
kementerian/lembaga, dan/atau Otorita IKN.
Selanjutnya pada Pasal 43 mengatur mengenai jenis Pajak Khusus IKN yang
dapat dipungut oleh Otorita IKN yaitu terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Alat Berat;
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
e. Pajak Air Permukaan;
f. Pajak Rokok;
g. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
h. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
i. Pajak Barang dan Jasa Tertentu atas: 1. Makanan dan/atau
Minuman; 2, Tenaga Listrik; 3. Jasa Perhotelan; 4. Jasa Parkir; dan 5. Jasa
Kesenian dan Hiburan.
j. Pajak Reklame;
k. Pajak Air Tanah;
l. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; dan
m. Pajak Sarang Burung Walet.
Catatan:
Jika dilihat dari sudut pandang lingkungan, rencana pemindahan ibu kota juga
berpotensi akan memperburuk kondisi lingkungan hidup dan merusak ruang hidup
masyarakat sekitar. Pembangunan IKN akan menghancurkan kawasan hutan
lindung Sugai Wain, Sungai Manggar, sumber air masyarakat Balikpapan. Lalu
ancaman kepunahan hewan endemik seperti pesut, bekantan, dugong.