Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aulia Wardata

Nim : 2220215310084
Kelas :B
Uts : Hukum Dan Kebijakan Publik Bidang Ekonomi

PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 17 TAHUN 2022 TENTANG


PENDANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN DALAM RANGKA
PERSIAPAN, PEMBANGUNAN, DAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA
SERTA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBU
KOTA NUSANTARA.

Substansi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2022

1. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (7), Pasal 25 ayat (3), Pasal 26
ayat (2), Pasal 35, dan Pasal 36 ayat (7), UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu
Kota Negara sehingga perlu menetapkan PP tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Anggaran dalam rangka Persiapan, Pembangunan, dan
Pemindahan Ibu Kota Negara serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara.

2. Dasar hukum PP ini adalah:


a. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. UU Nomor 17 Tahun 2003;
c. UU Nomor 1 Tahun 2004;
d. UU Nomor 25 Tahun 2004;
e. UU Nomor 9 TAhun 2018;
f. UU Nomor 1 Tahun 2022; dan
g. UU Nomor 3 Tahun 2022.

3. PP ini mengatur mengenai 6 (Enam) hal dalam rangka Persiapan,


Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota Negara serta Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara, yaitu:
1) Sumber dan skema pendanaan dalam rangka persiapan, pembangunan, dan
pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara;
2) Rencana kerja dan anggaran Otorita Ibu Kota Nusantara yang meliputi
perencanaan dan penganggaran pendapatan dan belanja sesuai siklus
anggaran;
3) Pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran Otorita Ibu Kota Nusantara
yang mencakup pelaksanaan anggaran pendapatan, pelaksanaan anggaran
belanja, dan pertanggungjawaban yang antara lain dilakukan oleh pejabat
perbendaharaan;
4) Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) meliputi perencanaan kebutuhan
penganggaran, pengadaan, perolehan dari Barang Milik Daerah (BMD) dan
Aset dalam Penguasaan (ADP), Penggunaan, Pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, Pemindahtanganan, pemusnahan,
penghapusan, penatausahaan, serta pembinaan, pengawasan dan
pengendalian;
5) Pengelolaan ADP sebagai kekhususan pengelolaan aset oleh Otorita Ibu
Kota Nusantara yang mencakup perencanaan, pengalokasian, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, penatausahaan,
serta pengawasan dan pengendalian; dan
6) Pengalihan/penahapan dalam rangka Persiapan, Pembangunan, dan
Pemindahan Ibu Kota Negara serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara.

4. Peraturan Pemerintah (PP) ini mulai berlaku pada tanggal 18 April 2022.

5. Pendanaan untuk persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara


serta penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara
bersumber dari APBN dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

6. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan keuangan negara dan perbendaharaan negara
beserta turunannya dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Analisis Atas Substansi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2022

Presiden Joko Widodo telah menandatangani dan menerbitkan Peraturan


Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Anggaran untuk Persiapan, Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota Negara serta
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara. Peraturan
tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2022 ini sebagai
aturan turunan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
PP ini mengatur beragam sumber pembiayaan pembangunan IKN dan
Pemerintahan IKN yakni bersumber dari APBN dan sumber-sumber lain yang
sah.

Dalam Pasal 3 PP ini disebutkan pendanaan untuk persiapan, Ibu Kota Negara,
Daerah Khusus pembangunan, dan serta Pemerintahan Ibu Kota Nusantara
bersumber dari APBN dan sumber lain yang sah. Adapun "Skema pendanaan Ibu
Kota Nusantara dapat bersumber dari APBN dan sumber lain yang sah, antara lain
berupa pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) dan/atau pemanfaatan Aset
Dalam Pengusahaan (ADP) Otorita Ibu Kota Nusantara, penggunaan skema Kerja
Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan keikutsertaan pihak lain
termasuk penugasan badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
negara, penguatan peran badan hukum milik negara, dan pembiayaan
kreatif (creative financing)," begitu bunyi sebagian Ketentuan Umum PP ini yang
termuat dalam laman Kementerian Sekretariat Negara.

PP Nomor 17 Tahun 2022 tersebut ditandatangani Presiden Jokowi pada 18 April


2022. Selain itu, skema pendanaan dapat berasal dari sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain berupa skema
pendanaan yang berasal dari kontribusi swasta, pembiayaan kreatif, dan Pajak
Khusus IKN dan/atau Pungutan Khusus IKN yang ditetapkan dengan Peraturan
Otorita Ibu Kota Nusantara setelah mendapat persetujuan DPR RI.

Dalam Pasal 4 PP tersebut, diatur secara rinci apa saja yang menjadi sumber
pendanaan pembangunan IKN, yaitu:
a. Pendanaan yang bersumber dari surat berharga negara yang meliputi Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Surat Utang Negara (SUN) (ayat 3 dan
4);
b. Pemanfaatan BMN dan/atau pemanfaatan ADP (ayat 5 huruf a angka 1);
c. Penggunaan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) IKN
(ayat 5 huruf a angka 2);
d. Keikutsertaan pihak lain, termasuk penugasan badan usaha yang sebagian atau
seluruh modalnya dimiliki oleh negara; penguatan peran badan hukum milik
negara; dan pembiayaan kreatif (ayat 5 huruf a angka 3);
e. kontribusi swasta (ayat 6 huruf a angka 1);
f. Pembiayaan kreatif selain yang dimaksud pada ayat 5 huruf a angka 3; dan
g. Pajak Khusus IKN dan/atau pungutan Khusus IKN setelah mendapat
persetujuan DPR (ayat 6 huruf a angka 3).

Pelaksanaan skema pendanaan IKN yang bersumber dari APBN dalam bentuk
SUN dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 4
ayat 7). Sedangkan pelaksanaan pembiayaan kreatif ditetapkan oleh menteri
setelah berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional,
kementerian/lembaga, dan/atau Otorita IKN.

Otorita IKN juga dapat menerbitkan Obligasi dan/atau Sukuk Pemerintahan


Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara (Pasal 5 ayat 1). "Penerbitan Obligasi
dan/atau Sukuk Pemerintahan Daerah Khusus IKN dilakukan dengan persetujuan
menteri dan mendasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan,"
demikian disebutkan dalam aturan tersebut.

Selanjutnya pada Pasal 43 mengatur mengenai jenis Pajak Khusus IKN yang
dapat dipungut oleh Otorita IKN yaitu terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Alat Berat;
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
e. Pajak Air Permukaan;
f. Pajak Rokok;
g. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
h. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
i. Pajak Barang dan Jasa Tertentu atas: 1. Makanan dan/atau
Minuman; 2, Tenaga Listrik; 3. Jasa Perhotelan; 4. Jasa Parkir; dan 5. Jasa
Kesenian dan Hiburan.
j. Pajak Reklame;
k. Pajak Air Tanah;
l. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; dan
m. Pajak Sarang Burung Walet.

Dalam Pasal 7 PP ini disebutkan masa persiapan, pembangunan, dan pemindahan


IKN ditetapkan sebagai program prioritas nasional paling singkat 10 tahun dalam
rencana kerja pemerintah sejak tahun 2022 atau paling singkat sampai dengan
selesainya tahap 3 penahapan pembangunan IKN.

Pembangunan IKN tahap III adalah pada periode 2030-2034. Pemerintah


memperkirakan total kebutuhan anggaran untuk IKN mencapai Rp 466 triliun
yang akan dipenuhi melalui APBN sebesar Rp 89,4 triliun, Rp 253,4 triliun dari
kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) serta Rp 123,2 triliun dari
swasta.

Catatan:

Penggunaan APBN untuk pembangunan IKN akan korbankan program


masyarakat. Rencana pembangunan ibu kota negara (IKN) baru bernama
Nusantara di Kalimantan Timur tersebut akan memberatkan pos anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) yang terjepit di tengah pengeluaran besar
untuk penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dampaknya, alokasi program-program prioritas untuk masyarakat dalam APBN
berpotensi besar akan dikorbankan karena dialihkan untuk IKN.
Status otorita, bertentangan UUD dan rawan konflik seperti Batam. Bentuk
pemerintahan daerah Otorita IKN yang tidak sejalan dengan UUD. Dalam UU
IKN, Ibu Kota Nusantara akan berstatus pemerintah daerah khusus yang disebut
otorita dan dipimpin oleh kepala otorita, setara menteri yang dipilih dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden. Status itu berpotensi mengulang
konflik masa lalu yang pernah terjadi dengan status Otorita Batam, yang kini
bernama Badan Pengusahaan Batam. Otorita Batam konflik dengan pemda dalam
pelayanan publik. Masyarakat kebingungan mengurus KTP, izin-izin karena ada
dua kepemimpinan.

Jika dilihat dari sudut pandang lingkungan, rencana pemindahan ibu kota juga
berpotensi akan memperburuk kondisi lingkungan hidup dan merusak ruang hidup
masyarakat sekitar. Pembangunan IKN akan menghancurkan kawasan hutan
lindung Sugai Wain, Sungai Manggar, sumber air masyarakat Balikpapan. Lalu
ancaman kepunahan hewan endemik seperti pesut, bekantan, dugong.

Anda mungkin juga menyukai