http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6277
Gedung D6 Lt.1, Jl. Raya Sekaran
Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
E-mail: agungsuwarno23@yahoo.co.id
78
A Suwarno dkk./ Unnes Journal of life science 2 (2) (2013)
Tabel 1. Pertumbuhan planlet Anggrek Phalaenopsis amabilis pada berbagai perlakuan iradiasi sinar
gamma pada media MS
Parameter
Rerata Rerata Rerata Rerata Persentase tumbuh
Perlakuan
muncul daun muncul akar jumlah daun jumlah akar planlet pasca radiasi
(hari) (hari) (helai) (helai) (%)
I0 2,85ab 2,42a 5,14ab 4,28a 100,00a
I1 3,00a 1,71ab 5,42ab 2,14b 76,19b
I2 2,85ab 1,71ab 7,00 a
2,14b 80,95ab
I3 2,14b 1,00b 3,00b
1,41b 71,42b
I4 1,57b 1,00b 3,42b 1,00b 57,14b
Keterangan :
I0 = Irradiasi dengan dosis 0 Gray (kontrol)
I1 = Irradiasi dengan dosis 10 Gray
I2 = Irradiasi dengan dosis 20 Gray
I3 = Irradiasi dengan dosis 30 Gray
I4 = Irradiasi dengan dosis 40 Gray
80
A Suwarno dkk./ Unnes Journal of life science 2 (2) (2013)
Faktor utama yang berperan dalam yang diberikan perlakuan pada jaringan
pertumbuhan daun adalah nitrogen, karena generatif tanaman akan menyebabkan terjadinya
unsur N pada tanaman berfungsi dalam perubahan yang menyeluruh, walaupun
pembentukan daun dan akar. Nitrogen kemungkinan perubahan itu akan dapat kembali
merupakan unsur penting bagi pertumbuhan lagi karena setelah peristiwa mutasi induksi akan
planlet terutama pada fase vegetatif. Pada fase terjadi chimera.
tersebut terjadi tiga proses penting, yaitu Penampilan mutan yang terjadi
pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap menyerupai tanaman normal dapat disebabkan
pertama diferensial sel yang berhubungan karena sel mampu bertahan hidup sehingga
dengan perkembangan akar, daun, dan batang. karakter tanaman normal akan kembali muncul.
Dalam penelitian ini perlakuan iradiasi sinar Sebaliknya bila sel mutan dapat bertahan maka
gamma, dapat menghambat pertumbuhan daun. sel normal akan hilang dan penampilan
Selain itu juga dapat menyebabkan mutasi, tanaman akan mengikuti sifat yang dibawa oleh
sehingga daun mengalami perkembangan yang sel mutan tersebut (Wulan 2007).
tidak normal (Bakri 2002). Pada perlakuan radiasi sinar gamma
Kerusakan fisiologis dapat berupa dengan dosis 40 Gray menunjukkan berbeda
kematiaan sel, terhambatnya pembelahan sel, nyata terhadap kecepatan munculnya daun,
peningkatan frekuensi pembentukan jaringan sehingga pemberian iradiasi sinar gamma yang
dan perubahan pada kapasitas bereproduksi. semakin tinggi menyebabkan kecepatan
Selain itu juga dapat menyebabkan mutasi, munculnya daun semakin cepat. Hal ini berarti
sehingga daun berukuran lebih kecil dari yang semakin tinggi dosis yang diberikan makan
tidak diberi perlakuan (Bakri 2002). Iradiasi semakin lambat kecepatan waktu munculnya
sinar Gamma dosis tinggi dapat mengganggu daun. Sulistianingsih (2009) melaporkan bahwa
sintesa protein, keseimbangan hormon, keragaman morfologi bentuk, jumlah daun,
pertukaran gas pada daun, pertukaran air dan jumlah akar dan kecepatan waktu munculnya
aktifitas enzim (Hammed et al., 2008) dalam daun semakin meningkat sejalan dengan
(Borzouei et al., 2010). meningkatnya dosis iradiasi.
Berdasarkan uji lanjut BNT menunjukkan Kecepatan munculnya daun juga dapat
bahwa perlakuan kontrol dapat memacu rerata dipengaruhi oleh pencahayaan yang kurang
jumlah akar paling optimal yakni sebesar 4,28 maksimal, kelembaban, dan suhu lingkungan,
helai, hal ini berarti pemberian iradiasi sinar hal tersebut dapat menyebabkan proses waktu
gamma menyebabkan jumlah akar planlet munculnya daun menjadi kurang maksimal.
semakin sedikit. Hal ini sejalan dengan Iradiasi sinar gamma memiliki efek yang dapat
penelitian Rahmawati (2003) menunjukkan mengakibatkan tanaman yang diberi perlakuan
bahwa penghambatan pertumbuhan akar iradiasi sinar gamma menjadi spesies baru atau
Phalaenopsis amabilis terjadi pada semua berbeda dengan induknya. Menurut (Soeranto
perlakuan iradiasi. 2003) Akibat dari mutasi sinar gamma dengan
Iradiasi sinar gamma yang diberikan dosis yang digunakan didapatkan tanaman
perlakuan pada jaringan generatif tanaman akan anggrek mutan yang dipengaruhi oleh beberapa
menyebabkan terjadinya perubahan yang faktor, yaitu dari dominan ke resesif atau
menyeluruh, walaupun kemungkinan perubahan sebaliknya.
itu akan dapat kembali lagi karena setelah Kerusakan fisiologi pada waktu
peristiwa mutasi induksi akan terjadi chimera, bertambahnya daun yaitu bentuk ujung terbagi
Namun Krisnaningtyas (2003) menunjukkan menjadi bentuk membulat, stomata yang
bahwa dosis 10 gray merupakan dosis yang terdapat pada permukaan daun merupakan
paling optimal untuk merangsang inisiasi akar, peubah pada morfologi. Stomata adalah celah
jumlah akar, dan panjang akar pada tanaman dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel
Dianthus caryophyllus L. Iradiasi sinar gamma penutup berbentuk ginjal yang disebut sel
81
A Suwarno dkk./ Unnes Journal of life science 2 (2) (2013)
penjaga yang berfungsi tempat masuknya CO 2 media MS. Unsur makro dan unsur mikro
dan air melalui daun, sedangkan sel yang dengan konsentrasi tinggi dalam media mampu
berbeda bentuknya disebut sel tetangga. Sel menginduksi akar dengan baik, akan tetapi jika
epidermis yang mengelilingi sel penutup dapat konsentrasinya terlalu tinggi justru akan
digunakan sebagai identifikasi dari tipe stomata menghambat munculnya akar (Bakri 2002).
(Lage dan Esquibel, 1997). Menurut Boertjes Kecepatan waktu munculnya akar
dan Van Harten (1988), perlakuan setelah ditentukan oleh respon awal planlet terhadap
iradiasi terjadi kerusakan fisiologis dan media MS dengan perlakuan iradiasi sinar
kerusakan genetik. Kerusakan fisiologis tersebut gamma yang diberikan. Iradiasi sinar gamma
dapat berupa kematian sel, terhambatnya berpengaruh terhadap munculnya akar, Disini
pembelahan sel, pengaruh pertumbuhan rata- anggrek mempunyai akar adventif terdiri dari
rata, peningkatan frekuensi pembentukan tiga proses yaitu dedifferensiasi, induksi dan
jaringan dan perubahan pada kapasitas differensiasi. Proses dedifferensiasi terjadi pada
bereproduksi. Boertjes dan Van Harten (1988) 0-24 jam setelah potongan tunas diletakkan
menyatakan bahwa kerusakan fisiologis media yang mengandung auksin. Fase ini
biasanya tidak diturunkan dan biasanya hanya merupakan respon dari pelukaan yang terjadi
terjadi pada generasi pertama dari populasi (Herison et al. 2008).
tanaman yang diiradiasi (M1). Pengaruh buruk Nikam dan Hilmy (1987) menyatakan
iradiasi adalah terjadinya penghambatan pada bahwa karena jaringan tanaman pada umumnya
pembelahan dan pertambahan jumlah sel sebagian besar mengandung air, sehingga
(Charbaji dan Nabulsi 1999). apabila diradiasi maka bagian yang paling
Hasil analisis uji BNT menunjukkan banyak terkena iradiasi adalah air yang
bahwa iradiasi sinar gamma dengan dosis 30 kemudian terurai menjadi H2O+ dan e-. Pada
dan 40 (Gray) dapat rerata kecepatan munculya reaksi selanjutnya akan membentuk radikal
akar yakni rata-rata 1,00 hari, berbeda signifikan bebas yang kemudian tergabung menghasilkan
dengan rerata kecepatan munculnya akar pada racun peroksida. Apabila radikal bebas dan
dosis perlakuan yang tidak diiradiasi sinar peroksida bereaksi dengan molekul lain akan
gamma yakni 2,42 hari, sedangkan pada dosis membentuk senyawa yang akan mempengaruhi
10 dan 20 (Gray) tidak berbeda signifikan sistem biologi tanaman. Kematian sel tanaman
dengan dosis yang tidak diiradiasi, 30 Gray dan yang berakibat kepada kematian planlet karena
40 Gray. Hal ini berarti iradiasi sinar gamma iradiasi bisa secara langsung yaitu rusaknya
tidak menghambat kecepatan waktu munculnya DNA, maupun tak langsung yaitu adanya
akar tetapi memacu tumbuhnya akar semakin pengaruh toksik dari tdari radikal bebas ion
cepat. Sulistianingsih (2009) melaporkan bahwa H2O2 dan OH- yang dihasilkan dari radiolisis air.
keragaman morfologi buntuk, jumlah daun, Brock (1979) menyatakan, untuk
jumlah akar dan kecepatan waktu munculnya meningkatkan frekuensi kejadian mutasi alami,
daun semakin meningkat sejalan dengan dilakukan mutasi buatan atau mutasi induksi
meningkatnya dosis iradiasi. Perkembangan (induced mutation) dengan menggunakan
pengetahuan tentang fisiologi pengakaran dan mutagen. Mutagen adalah wahana yang
hasil penelitian menunjukkan bahwa auksin digunakan untuk menciptakan mutasi buatan.
berpengaruh terhadap pembentukan akar Menurut Alatas (2006) bahwa kerusakan pada
adventif (de Klerk 2002). DNA sebagai akibat radiasi dapat menyebabkan
Saat muncunya akar lebih cepat pada terjadinyaperubahan struktur molekul gula atau
perlakuan ini ada hubunganya dengan saat basa, putusnya ikatan hidrogen antar
munculnya daun yang cepat. Setelah daun basa,hilangnya gula atau basa dan lainnya yang
terbentuk maka bagian radikula berdiferensiasi menghasilkan DNA dengan strukturyang
membentuk akar dengan menyerap kandungan berbeda yang dikenal dengan mutasi. Mutasi
unsur makro dan mikro yang ada di dalam gen dapat bersifat non letal,sub letal atau letal.
82
A Suwarno dkk./ Unnes Journal of life science 2 (2) (2013)
Gen letal dominan adalah gen yang Cultured Lotus. Journal Plant Cell Tissue Organ Cult 70:
menyebabkan kematiansebelum individu 119– 122, 2002.
mencapai usia reproduktif. Bey Y, Syafii W & Sutrisna. 2006. Pengaruh
Giberelin(GA3) dan Air Kelapa Terhadap
Menurut Wardhani et al.(2007) sinar
Perkecambahan Biji Bulan (Phaleopsis
gamma berpengaruh terhadap pertumbuhan
amabilis BL) Secara In Vitro. Journal Biogenesis
anggrek Brachypeza indusiata dan dosis 0 Gray 2(2):41-46.
yang paling optimal, hal ini ditandai dengan Borzouei A., Kafi M., Khazaei H., Naseriyan B. &
semakin tinggi dosis yang diberikan semakin Majdabadi A. 2010. Effect of gamma
tinggi planlet anggrek yang tidak tumbuh. radiation on germination and physiological
Kematian sel tanaman akibat iradiasi dapat aspect of whea (Triticum aestivum L.) seedling.
terjadi secara langsung, yaitu kerusakan DNA SPak. J. Bot., 42(4): 2281-2290, 2010.
serta akibat tidak langsung, yaitu adanya Brock RD. 1979. Mutation of Plant Breeding for Seed
Protein Improvement. p. 43 - 45. In. Seed
pengaruh toksik dari radikal bebas ion H 2O2 dan
Protein Improvement in Cereals and Grain
OH yang dihasilkan dari radiolysis air
Legumes. Proc. Symp. IAEA/FAO/GSF,
(Soeranto 2003). Neuherberg, BRD. IAEA, Vienna.
Charbaji & I. Nabulsi. 1999. Effect of Low Doses of
Gamma Irradiation on In Vitro Growth of
Grapevine. Journal Plant Cell Tiss. Org. Cult.
57:129-132.
Herawati T & R Setiamiharja. 2000. Diktat Kuliah
Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Bandung:
Universitas Padjajaran: 95
Herison C, Rustikawati, Sutjahjo SH, & Aisyah SI.
2008. Induksi Mutasi melalui Iradiasi Sinar
Gamma terhadap Benih untuk Meningkatkan
Keragaman Populasi Dasar Anggrek
Phalaenopsis ambilis L. J. Akta Angrosia 11
(1):57-61
Khasanah U. 2011. Pemanfaatan Pupuk Daun, Air
Kelapa, dan Bubur Pisang Sebagai Kombinasi
Medium Kultur Jaringan Untuk
SIMPULAN Mengoptimalkan Planlet Anggrek Dendrobium
kelemense (Skripsi). 2011. Semarang Universitas
Iradiasi sinar gamma meyebabkan Negeri Semarang.
respon pertumbuhan yang bervariasi pada Mandal AK, Chakrabarty AD, & Datta SK. 2000.
planlet anggrek Phalaeonopsis amabilis L. var. Application of In Vitro Techniques in
Jawa Candiochid. Mutation Breeding of Chrysanthemum. Jurnal
Plant Cell Tissue Organ Cult 60: 33–38.
Nikam & N. Hilmy. 1987. Efek kombinasi iradiasi
DAFTAR PUSTAKA
dan panas pada bakteri Escherichia coli dan
Sarcina lutea dalam kondisi kering. Batan 20 (2)
Alatas Z. 2006. Efek pewarisan akibat radiasi : 30 – 38.
pengion. PTKMR BATAN. Buletin ALARA Lage, LSC & MA. Esquibel. 1997. Grot simulation
Vol. 8. No. 2, 2006. produced by methylene blue treatment in seet
Arunyanart S. & Soontronyatara S. 2002. Mutation potato. Plant Cell Tis. Org. Cult. 48:7781.
Induction by γ and X-ray Irradiation in Tissue
83
A Suwarno dkk./ Unnes Journal of life science 2 (2) (2013)
Soeranto, H. 2003. Peran Iptek Nuklir dalam Pemuliaan Wardhani MUD, DM Puspitaningtyas, & D Dinarti.
Tanaman untuk Mendukung Industry Pertanian.. 2007. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma
Jakarta: Bumi Aksara. Terhadap Variasi Pertumbuhan Anggrek
Sulistianingsih .R, Mangoendidjojo .W, Purwantoro. Brachypeza indusiata (Reichb.f) Garay Secara
A & Semiarti. E. 2006. Pengaruh Irradiasi In Vitro. Buletin Kebun Raya Indonesia. Vol 30
Sinar Gamma Pada Pertumbuhan Planlet (2): 53-59
Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis (L.)BI. Wulan, M. T. 2007. Peningkatan Keragaman Bunga
Jurnal Pertanian. Fakultas Pertanian UGM Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn.) Melalui
Yogyakarta. Induksi Iradiasi Sinar Gamma. Skripsi.
Suskandri K., S. Soertini, & S. Rianawati. 1999. Departemen Budidaya Tanaman, Fakultas
Mutasi Induksi Sinar Gamma pada Anggrek Pertanian, IPB.Bogor.
Vanda Genta Bandung. Zuriat. Jurnal Yusnita. 2003. Kultur Jaringan cara Memperbanyak
Penelitian Indonesia 10 (1): 27-34. Tanaman Secara Efisien. Jakarta: Agromedia .
Van Harten, A. M. 1998. Mutation Breeding, Theory Zulkarnaen. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta:
and Practical Aplications. Cambridge Bumi Aksara.
University Press. Cambridge. 353 p.
84