Ketika pergumulan-pergumulan hidup kita jalani dan ada masa-masa sulit yang kita lalui, tidak jarang diantara kita ada yang tekun berdoa, bahkan ketekunan itu diwujudkan dengan puasa. Tentunya dengan berbagai macam tujuan dan motivasi, ketika seseorang melakukan doa dan puasa. Apa yang kita pahami dengan "Doa dan Puasa?" Karena itu saya ingin mengajak dan mengkaji ulang apakah makna doa dan puasa itu? Apakah doa dan puasa itu masih penting bagi kita? Apakah doa dan puasa itu benar-benar menjadi bagian dari kehidupan iman kita? Apakah kita sudah dapat mengatakan kalau hari ini saya tidak makan itu sudah melakukan puasa; sementara ada diantara kita yang mungkin untuk setengah hari saja tidak tahan kalau tidak makan, dan itu kita katakan tidak berpuasa? Bagaimana pandangan kita tentang doa dan puasa? Apakah dengan doa dan puasa kita memaksakan kehendak kita kepada Tuhan - dan orang yang setuju dengan pandangan ini adalah orang yang menganggap tidak perlu melakukan doa dan puasa; Kalau Tuhan sudah mempunyai kehendak dan ketetapan di dalam diri-Nya, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengganggu kehendak Tuhan. Dan dengan sinis mereka dapat mengatakan walaupun melakukan doa dan puasa 2 kali 40 hari, 40 malam tetap tidak dapat merubah kehendak Tuhan. Tetapi ada sebagian orang yang tetap berkeyakinan bahwa doa dan puasa jika benar- benar dilakukan, maka kuasa Tuhan akan bekerja. Tuhan akan bertindak dan menyatakan kehendak dan kuasa-Nya yang besar melalui pergumulan doa dan puasa. Apakah doa dan puasa itu bagian dari denominasi dari Gereja-Gereja Pentakosta sedangkan Gereja-Gereja Reformasi sudah tidak mengenal lagi, karena dengan alasan yang mendasar bahwa Tuhan Yesus datang untuk menggenapi hukum Torat dan doa dan puasa termasuk di dalamnya. Pada masa yang lalu PGI secara khusus menulis surat kepada Gereja-Gereja agar menggalakkan dan membangkitkan kembali doa dan puasa. Ada seruan secara nasional di mana Gereja-Gereja dimohon melakukan pelayanan doa dan puasa - yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pengrusakan Gereja akhir-akhir ini. Di dalam benak pergumulan saya, kalau doa puasa itu menjadi bagian dalam kehidupan iman kita, mengapa harus ada seruan dan peringatan untuk melakukannya? Bukankah itu suatu tanda yang sebenarnya belum menjadi bagian dari kehidupan iman kita atau kita sudah melupakannya? Apa DOA dan PUASA itu? Apakah Doa dan Puasa itu menjadi bagian dalam kehidupan iman kita atau tidak? Apakah juga menjadi ciri kehidupan Gereja atau tidak? Ketika kita melihat kebenaran Firman Tuhan, maka jelas bahwa Doa dan Puasa merupakan bagian dari kehidupan iman kita. Bahkan Doa dan Puasa merupakan perintah Tuhan bagi umat-Nya dalam proses pertumbuhan iman dan pengenalan akan kehendak Allah. Ada beberapa ayat yang dapat menjadi dasar kehidupan Doa dan Puasa 1. Doa dan Puasa merupakan perintah Tuhan, di mana umat-Nya dipanggil untuk merendahkan diri dihadapan Tuhan. Di mana pada saat itu kita mohon pengampunan dosa dan anugerah pengampunan-Nya. (Imamat 16:29-31). Konteks dalam kitab Imamat mengenai Hari Raya Pendamaian, sebagai hari yang kudus. Tuhan berfirman: "Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan , baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu. Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu dihadapan Tuhan. Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa". Hari pendamaian merupakan hari yang sangat indah karena pada hari itu benar-benar manusia yang berdosa telah diampuni dari segala dosanya dengan sempurna. "Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu dihadapan Tuhan" dan pada hari itu kamu merendahkan diri dengan berpuasa. Di sini kita melihat bahwa puasa dilakukan karena menerima anugerah Allah yang luar biasa, di mana kita dapat diperdamaikan dengan Dia. 2.Doa dan Puasa dilakukan karena ada ancaman dan penganiayaan bagi umat Tuhan. Situasi di mana keadilan dan kebenaran sudah tidak ditegakkan kembali. Ester selaku hamba Allah menyerukan agar umat Tuhan berpuasa, sambil meratap tangis dan berkabung. Mereka berdoa dan berpuasa untuk menyerahkan segala situasi itu pada kehendak Allah. (Ester 4:3; bd. Neh.1:4; bd.Yunus 3:5). Dari kisah Ester ini nampak bahwa ancaman hidup bagi anak-anak Tuhan dapat datang dengan tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka. Ancaman yang begitu mengerikan itu diselesaikan melalui persekutuan dengan Tuhan dalam perkabungan, ratap tangis dan puasa (Ester 4:3). Demikian pula pada saat Nehemia mendengar berita Yerusalem dihancurkan dan sisa- sisa umat Tuhan ada di dalam penderitaan, maka "...duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa kehadirat Allah..." (Neh.1:4). Tidak ada sikap yang lain sebelum melakukan segala tindakan membela diri dari berbagai ancaman dan penganiayaan yang terjadi, yaitu melalui doa dan puasa. 3. Doa dan Puasa dilakukan karena ada utusan yang menyuarakan kebenaran dan keadilan kepada raja atau pemerintah. Ester menyerukan kepada segenap umat Tuhan supaya berpuasa secara khusus, agar pada saat menghadap raja, Ester dapat diperkenan dan didengar suaranya. (Ester 4:16). Melalui seruan Ester sangat nampak sekali bahwa tidak ada kekuatan lain, selain dengan sehati seluruh umat Tuhan mendukung dia untuk menyampaikan suara kebenaran dan keadilan kepada pemerintah dengan doa dan puasa. Doa dan puasa itu menjadi kekuatan mental, spiritual dan pengorbanan yang besar untuk menyatakan kebenaran dan keadilan bagi umat-nya. 4. Doa danPuasa merupakan hari yang kudus, di mana pada hari itu umat-Nya berkesempatan untuk berteriak kepada Tuhan. Berteriak untuk pertobatan umat-Nya agar benar-benar kembali taat kepada Allah. (Yoel 1:14). Yoel berseru "Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu korban sajian dan korban curahan. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negri ke rumah Tuhan, Allahmu, dan berteriaklah kepada Tuhan" (Yoel 1:13,14). Doa dan puasa dilakukan karena ada dosa yang besar yang dilakukan para pemimpin rohani yang memberikan dampak yang sangat luas kepada seluruh kehidupan umat Tuhan. Doa dan puasa dilakukan sebagai teriakan pertobatan kepada Allah agar belas kasihan dan anugerah pengampunan-Nya diberikan kepada umat-nya. Dari beberapa ayat ini jelas Doa dan Puasa merupakan bagian dari kehidupan iman kita. Doa dan puasa ternyata merupakan cara yang dikehendaki Tuhan untuk datang kepada-Nya. Ketika ada beban yang berat, pergumulan-pergumulan dan masalah- masalah baik secara pribadi maupun menyangkut seluruh kehidupan umat Tuhan - kita dapat datang kepada Tuhan dengan Doa dan Puasa. Doa dan Puasa merupakan bagian yang amat penting dalam kehidupan kita iman kita! Namun yang penting.... Bagaimana sikap kita dalam melakukan Doa dan Puasa? Apakah Doa dan Puasa itu merupakan "Peraturan Iman yang legalistik"? Di mana umat Tuhan harus melakukan Doa dan Puasa demi mentaati "Hukum Agama" yang ditetapkan? Tidak!!! Doa dan Puasa dilakukan bukan sekedar untuk memenuhi hukum agama atau peraturan agama; tetapi yang lebih penting terletak pada motivasi, kehendak dan tujuan yang jelas di mana Doa dan Puasa itu dilakukan! Yesaya mengingatkan umat Tuhan yang sedang melakukan puasa dengan cara puasa yang tidak benar, dia mengatakan "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga? Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu dan kamu mendesak-desak buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Ku-kehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain kabung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh- sungguh itukah yang kau sebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? Bukan!!! Berpuasa yang Ku-kehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu (Yes.58:3-8). Dari kebenaran Firman Tuhan tersebut dapat kita tarik beberapa prinsip yang penting di dalam melakukan Doa dan Puasa: 1. Doa dan Puasa bukan suatu kegiatan yang memenuhi "Hukum Agama" sehingga kita jatuh pada pola yang legalistik. Dalam arti kalau dipahami memenuhi hukum agama, maka ketika saya sudah melakukan "Doa dan Puasa" saya merasa Doa dan Puasa saya sudah berkenan dihadapan Tuhan, bahkan saya merasa segala dosa- dosa saya sudah diampuni. Sikap ini sangat berbahaya, karena Doa dan Puasa tidak pernah dilakukan dengan "Koreksi Diri" di hadapan Tuhan. Tidak heran orang yang melakukan Doa dan Puasa demi memenuhi tuntutan hukum agama, mereka masih melakukan dosa-dosa dalam dirinya. Mereka masih membenci orang lain, mereka masih melakukan korupsi, kolusi dan penindasan-penindasan kepada orang lain, mereka tidak peduli akan penderitaan orang lain. Mereka dapat melakukan Doa dan Puasa dengan kusuknya, tetapi berbarengan dengan dosa yang masih menjadi bagian dalam hidupnya. Itulah yang ditegur oleh Yesaya kepada umat-Nya Israel. Tidak heran kalau Doa dan Puasa dilakukan seperti itu, maka jelas itu adalah Doa dan Puasa yang munafik. Melakukan kesalehan dalam kesalahan hidup! Dan sikap ini ditegur dengan keras oleh Tuhan Yesus (Mat.6:16-18). 2. Doa dan Puasa dilakukan karena adanya sikap yang penuh dengan keprihatinan. Situasi dan kondisi yang begitu memprihatinkan, itu yang membuat kita datang kepada Tuhan untuk berdoa dan berpuasa. Keprihatinan situasi dapat bermacam-macam bentuknya, baik itu secara pribadi, dalam kehidupan keluarga kita maupun menyangkut seluruh kehidupan umat Tuhan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; di mana keadilan, kebenaran, kekudusan Tuhan sudah diinjak-injak dan tidak dipedulikan lagi. Keprihatinan itu yang mendorong kita untuk "Berdoa dan Berpuasa", menyerahkan semuanya itu di dalam kehendak Tuhan yang penuh dengan Keadilan, kebenaran, kebaikan, Kekudusan dan kasih; agar dengan anugerah-Nya, Tuhan memperhatikan dan menolong kita untuk dapat mengatasi kehidupan yang berat ini bersama dengan kekuatan-Nya saja. 3. Doa dan Puasa selalu disertai dengan pertobatan, perubahan hati dan kelakuan hidup yang real dihadapan Tuhan dan sesama. Doa dan Puasa akan mubasir dilakukan kalau hati, pikiran dan kelakuan kita masih kotor dihadapan Tuhan. Oleh karena itu Doa dan Puasa sangat erat hubungannya dengan pertobatan; baik pertobatan pribadi, keluarga, gereja dan umat Tuhan secara menyeluruh. Justru inilah yang sulit dilakukan! Kita bisa berdoa dan berpuasa secara jasmaniah atau secara fisik, di mana kita menahan untuk tidak makan dan tidak minum; tetapi betapa sulitnya kita menahan pengaruh dan kuasa dosa yang ada di dalam hati, pikiran dan kehendak kita. Betapa sulitnya hati, pikiran dan kelakuan kita bertobat di hadapan Tuhan dan sesama kita. Tidak ada artinya kita berdoa dan berpuasa, tetapi kita tidak pernah menaklukkan hati, pikiran dan kehendak/kelakuan kita di bawah kuasa Tuhan Yesus Kristus. Doa dan Puasa yang benar harus dibarengi dengan penyerahan seluruh hati, pikiran dan kehendak kita kepada Krsitus. Dengan demikian maka seluruh kepribadian kita benar-benar mempunyai perubahan yang real di dalam menyaksikan iman kita. 4. Doa dan Puasa bukan sekedar wujud dari penahanan diri secara fisik atau jasmaniah saja. Ketika kita melakukan doa dan puasa, itu bukan dalam pengertian kalau saya sudah mampu bertahan untuk tidak makan dan minum dalam waktu-waktu tertentu lalu saya dapat dikatakan sudah melakukan Doa dan puasa. Tidak!!! Alkitab tidak pernah menunjukkan penampilan secara lahiriah bagi orang-orang yang melakukan doa dan puasa. Tuhan Yesus menegur dengan keras bagi mereka yang memamerkan dirinya melakukan doa dan puasa. Bahkan Tuhan Yesus memerintahkan kalau orang berpuasa hendaklah engkau meminyaki rambutmu, mencuci mukamu dan jangan mukamu muram (Mat. 6:16-18). Jadi Doa dan Puasa itu bukan merupakan keberhasilan menahan diri untuk tidak makan dan minum, melainkan mengapa bertekad tidak makan dan minum di hadapan Tuhan, apakah karena ada sesuatu yang ingin bawa kepada Tuhan dalam keprihatinannya? Ada keprihatinan yang berat yang sedang dihadapi oleh umat Tuhan, maka punya tekad untuk tidak makan dan minum. Bertekad untuk berdoa dan berpuasa dengan sungguh-sungguh. Setidak-tidaknya empat hal tersebut dapat menjadi acuan dasar dalam melakukan Doa dan Puasa. Doa dan Puasa mempunyai kuasa yang besar di dalam mewujudkan rencana Tuhan dalam kehidupan dan kesaksian iman kita. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yak.5:16b).