Anda di halaman 1dari 9

dapat menarik mafaat dari pengetahuan generasi sebelumnya yang telah terhimpun,13

2.2 Sekolah Sebagai Organisasi

Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni Skole, scola, scola atau skola yang memiliki arti waktu
luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-
anak di tengah kegiatan utama mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa
anak- anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah memperlajari cara berhitung, cara
membaca huruf, dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dann estetis (seni). Untuk mendampingi
dalam kegiatan scola anak-anak didukung oleh para ahli dan mengerti tentang psikologi anak,
sehingga memberika kesempatan yang besar pada anak untuk meciptakan diri sendiri dunianya
melalui berbagai pelajaran diatas, 14

Kata sekolah menurut Sunarto (1993), telah berubah berupa: bagunan atau lembaga untuk belajar
dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala
sekolah, dan kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Ketersediaan sarana pada suatu
sekolah memiliki peranan penting dalam terlaksananya proses pendidikan.

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk mengajar siswa di bawah pengawasan
pendidik. Sebagian besar Negara memiliki sistem pendidikan resmi, yang umumnya wajib, dalam
upaya menciptakan anak didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. 15
Disamping itu, munculnya institusi pendidikan "sekolah, perguruan tinggi, dan pesantren" di dalam
sebuah masyarakat, tentunya melalui kesepakatan berbagai pihak-baik itu masyarakat tempat
institusi bangunan didirikan, perangkat desa berikut tokoh-tokohnya, maupun kalangan pelaksana
pendidikan, guru dan kepala sekolah, dan penguasa sebagai pemangku politik pendidikan, 16

13 KTP, Abdullah. Op. Cit., Dia. 145

14 Idi, Abdullah. Op. Kota., Hlm. 142

15 Idi, Abdullah. "Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan", Op. Cit., Him. 142

10 Rifal, Muhammad. "Sosiologi Pendidikan Op.Cit., hlm.7

Sekolah merupakan salah satu tempat bagi siswa dan guru untuk melakukan proses belajar
mengajar. Guru merupakan seorang pendidik yang tugas pembangunan, membimbing serta
memberikan pengetahuannya kepada siswa agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat
dan kemajuan bangsa di masa depan. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk
mengajar siswa di bawah pengawasa pendidik. Sebagian besar nnegara memiliki pendidik formal,
yang umumya wajib, dalam menciptakan upaya anak didik agar mengalami kemajuann setelah
mengikuti proses pembelajaran?

Se ko lah sebagai organ adalah si

Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk sosial, manusia membentuk
organisasi sosial unnntuk mencapai tujuann-tujuann terntentu yang tidak dapat mereka capai
sendiri. Bentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul
aturann-aturan yang disebut norma kemasyarakatan. 18 Philip Robinson (1981) menyebut sekolah
sebagai organisasi yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu.
Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memeudahkan pengajaran sejumlah
pengetahuan.19

Sekolah sebagai organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi lainnya, sebagai contoh dengan
organisasi pabrik atau klub sepak bola. Secara umum, yang membedakan segala organisasi dari
organisasi yang tujuan lainnya yang ingin dicapai. Sebuah pabrik sepatu dipastikan memiliki tujuan
menghasilkan barang-barang jadi berupa alas kaki, sedangkan sekolah bertujuan menghasilkan
individu-individu yang terdidik.”

17 Idi, Abdullah. Op. Kota., Hlm. 142

18 Idi. Abdullah. “Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan”. Op. Cit., Him. 143 19
Mahmud, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm.163 20 lbid...

Beberapa faktor telah melatarbelakangi terbentuknya lembaga-lembaga tertentu untuk mengelola


suatu lokasi pemenuhan kebutuhan di antaranya, (1) pertumbuhan jumlah pop manusia yang
mempengaruhi tingkat penguasaan dan ketersediaan sumber daya alam, (2) kompleksnya pranata
Kebudayaan dan mekanisme teknologi beserta teknologi terapan, dan (3) nyata tingkat akal budi dan
mentalitas manusia yang kian rasional. 21

Secara singkat. Terbentuknya lembaga pendidikan merupakan konsekuensi logis dari taraf
perkembangan masyarakat yang kompleks. Sehingga untuk mengorganisasikan perangkat perangkat
pengetahuan dan keterampilan tidak memungkinkan ditangani secara langsung oleh masing-
masing-masing keluarga. Perlunya pihak lain yang secara khusus mengurusi organisasi dan apresiasi
pengetahuan serta mengupayakan untuk ditransformasikan kepada para generasi muda agar
terjamin kelestariaannya merupakan cetak biru kekuatan yang melatar belakangi berdirinya sekolah
sebagai lembaga pendidikan.

Keberadaan sekolah yang mewarnai dunia kehidupan manusia saat ini merupakan sebuah
keniscayaan peradaban modern yang lekat dengan renik- renik pergulatan ilmu pengetahuan dan
aplikasi teknologi mutakhir. Sementara melihat konteks sosial yang terbentuk dapat dijawab pula
sekolah juga masuk dalam kategori-kategori organisasi pada umumnya yang mengemban
konsekuensi-konsekuensi penyelenggara. Oleh karena itu adanya sekolah patut dimasukkan sebagai
salah satu organisasi yang memanfaatkan mekanisme birokratis dalam mengelola kerja-kerja
institusinya.”2

Sekolah memang tidak menggunakan semua ketentuan-ketentuan di atas secara ketat dan linear.
Kaitan dengan hal tersebut, Bidwell,1965 (dalam Robinson, 1981). Berpendapat bahwa sekolah
mempunyai ciri “struktur yang longgar”. Yang dimaksud dengan kelonggaran struktural oleh Bidwell
adalah prasyarat prasyarat mutlak dari kekuatan-kekuatan struktural tidak harus dilaksanakan
sepenuhnya oleh guru dalam menerapkan metode belajar- mengajar kepada para siswanya. Tiap
guru mempunyai kebebasan tertentu

21 idi, Abdullah. “Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan”. Op. Cit., Him. 146

22 Idi, Abdullah.Ibid., Him. 1471

Untuk menentukan bagaimana ia mengajar di kelas, meskipun perangkat- perangkat materinya telah
ditentukan oleh kurva di itu Masih dalam lingkup sekolah sebagai organisasi formal, beberapa ahli
telah menyajikannya pranata-pranata manajemen yang berbeda-beda dalam menerapkan fungsi
manajemen di sekolah (Robinson, 1981). Di antaranya adalah sebagai berikut:23

1. Manajemen Ilmiah

Pokok-pokok dari manajemen ilimiah antara lain: menggunakan alat ukur dan perbandingan yang
jelas dan tepat, menganalisis dan membandingkan proses-proses yang telah yang, dan menerima
hipotesis terkuat yang lulus dari verifikasi serta berfungsi sebagai pembeda tunggal.

24

2. Sistem Sosio-teknis
Sebagai sistem sosioteknis, sekolah mencakup banyak hal yang menjadi organisasi masukan.

3. Pendekatan Sistemik

Model pengelolaan yang paling banyak digunakan adalah model teori sistem. Ciri kahs pendekatan
ini adalah pengakuan adanya bagian-bagian suatu sistem yang terkait erat pada keseluruhan. 26

4. Pendekatan Individu

Pendekatan individual mengakomodasinilainilai kemanusiaan dalam organisasi. Akan tetapi pada


perkembangannya pendekatan individual memiliki dua keompok pandangan yakni: a. Teori Pasif,
dan b. Teori Aktif27

Dalam hal ini kita akan lebih condong mengamati organisasi sekolah dalam skala makronya. Analisis
sosial yang muncul seputar sekolah banyak mengupas konflik-konflik antar peranan yang terjadi di
lembaga sekolah. Seperti yang dilakukan oleh Davies, 1973 (dalam Robinson, 1981:250) bahwa
lembaga pendidikan sering dirasuki oleh nilai-nilai yang terkadang

23 Idi, Abdullah.Ibid., Him. 147-148

24 Idi, Abdullah.Ibid., Him. 148

25 lbid

26 Idi, Abdullah.Ibid., Hlm. 149

27 Ibid., Hlm. 149-150

Bertentangan antar pihak baik dari para guru, orang tua, staf birokrat, siswa, maupun pihak aparat
pimpinan sekolah.
2.3 Fungsi-Fungsi Sekolah Sebagai Organisasi Dan Sasaran Organisasi Sekolah

Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi, peran dan fungsinya

Sebagai berikut:

1. Fungsi manestifasi pendidikan

Yaitu membantu orang mencari nafkah; menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan
kebutuhan hidupnya; melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada generasi
kegenerasi berikutnya; merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan
berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain

2. Fungsi laten lembaga pendidikan Dimana fungsi ini bertalian dengan fungsi pendidikan
secara tersembunyi yakni menciptakan atau melahirkan kedewasaan anak didik.

Dikatakan Horton dan Hurt( 1996 ) bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran
meliputi titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan itu, diharapkan
dapat memahami tentang organisasi sekolah. Yaitu:28

Pertama, sasaran formal dimana ruang lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu
organisasi, wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis. Tuntutan formal
organisasi menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan sekolah Untuk
mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan
wewenang yang telah ditentukan. Melalui stuktur organisasi yang ada, tercermin adanya tugas dan
wewenang kepala sekolah, tugas dan guru dan staf administrasi sekolah.

Kedua, sasaran informal, dimana tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam
banyak hal, lebih dimodifikasi oleh tiap

28 Abdullah Idi, Op. Cit, hlm. 158


Anggotanya sesuai dengan kapasitas pemaknaan kesadaran mereka tentang organisasi. Di sekolah
seorang kepala sekolah mungkin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal
tertinggi. Akan tetapi, pemnerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala sekolah merupakan
konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan dengan berbagai pihak
dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan interprestasi dan modifakasi sasaran
sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini
mencakup pula persepsi masing-masing indifidu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam
organisasi. Masing-masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam kelangsungan
setatusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat prestasi akademik tinggi atau
memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya menjalankan taradisi masyarakat. Seorang pendidik
mungkin hanya untuk mencari gaji, tetapi sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen
sebagai pedidik.

Ketiga, sasaran idealogis. Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian dengan
seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama. Dalm hal ini, nuansa budaya
pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan, gagasan dan idea yang dimiliki suatu kelompok
masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap
dan berorilaku dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung. Hal inimerupakan
penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi. Sasaran ini mayoriti pengaruh interaktif
kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar manusia dalam manangkap,menyikapi dan
merespons ekstensi organisasi. Suatu bangsa umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk meraih
prestasi vertikal, sementara sekolah merupakan wadah yang cukup strategis bagi mansia untuk
menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka, bisa diamsusikan hampir sebagian besar warga
sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan keyakinan kultural tersebut dalam memaknai
keberadaan sekolah.

Keempat, sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan menonjol pada
suatu proses aktifitas organisasi yang biasa.

Kurangnya pendaftaran di dekolah-sekolah dan universitas dapat diubah secara luas peran para
pendidik atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik (guru) terhadap anak didik (siswa)
beserta kelas terpesialisasi jika tidak, sejumlah pendidik akan menganggur. – kelas yang

Dari pendapat Horton dan Hurt (1996) tentang jenis sasaran sekolah di atas, mengisaratkan suatu
pola pandang yang berbeda dari pandangan umum tentang gambar sekolah. Sebagai organisasi,
sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan peran- peran tumpukan struktural yang kakau, statis dan
jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme itu mengalam dinamika akualisasi melalui
aneka ragam interpretasi para anggota yang melatarbelakangi perilaku manusia dalam
mengembangkan peran dan status yang berbeda beda.
2.4 Pentingnya Organisasi Sekolah Yang Baik
2.5

Sekolah, sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru,
pegawai tata usaha dan murid-murid, memerlukan adanya organisasi yang baik agar jalanya sekolah
itu lancar menuju ke jalanya. Menurut sistem persekolahan di Negeri kita, pada umumnya kepala
sekolah merupakpan jabatan yang tertinggi di sekolah itu sehingga dengan demikian pula kepala
sekolah memegang peranan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugas
sekolah dengan demikian kepala sekolah memegang peranan dan pimpinan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan tugas sekolah ke dalam maupun keluar. Maka dari itu. Dalam struktur
organisasi sekolah sekolah pun kepala sekolah biasanya selalu didudukan di tempat yang paling atas.
30

Faktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru
tak hanya mengajar saja juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah dan
lainnya. Semuanya harus bertanggung jawab jawab dan didkut sertakan dalam berjalan roda sekolah
itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar janga terjadi tabrakan dalam

20 Ngalim Purwanto. “Administrasi dan Auasi Pendidikan

(2010), hlm. 161

30 Ngalim Purwanto, Op. Cit, him. 160

Bandung: Remaja Rodaskarya,

Memegang atau menjalankan pekerjaan masing-masing, organisasi yang diperlukan sekolah yang
baik dan teratur.31

Dengan organisasi sekolah yang baik dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat
merata kepada semua orang sesuai dengan apa dan fungsinya masing-masing. Setiap orang mengerti
dan menyadarinya tugas dan tempatnya di dalam setruktur organisasi itu. Karena itu dapat dihindari
pula adanya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah, dan sebaaliknya
dapat diciptkan danya suasana yang demokratis didalam menjalankan roda sekolah ini. 32
31Ibid.

32 lbid.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengertian organisasi dapat terungkap beberapa unsur pokok dalam suatu organisasi, yaitu harus
adanya suatu kerjasama antara dua orang atau lebih, memiliki struktur dan hubungan kerja yang
jelas serta memiliki tujuan yang hendak dicapai secara bersama pula. Lee R. Stainner (1960) dalam
Abdullah Idi mengatakan bahwa sebuah organasasi memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1) Formalitas,
2) Hirarki, 3) Besar dan Kompleksnya, 4) lamannya (durasi).

Ary Gunnawan (2000) mengatakan bahwa sekelompok orang yang mendirika sebuah organisasi yang
memiliki alsan alasan (reason) didirikan organnisasi itu. Seorang memilih organisasi memiliki alasan:
1) alasan sosial ( alasan sosial), dan 2) alasan material (materiil reason).

Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni Skole, scola, scola atau skola yang memiliki arti waktu
luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-
anak di tengah kegiatan utama mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa
anak- anak dan remaja.

Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi, peran dan fungsinya sebagai berikut : 1) Fungsi
manestifasi pendidikan, dan 2) Fungsi laten lembaga pendidikan.

Faktor yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah yang baik adalah karena tugas guru-guru tak
hanya mengajar saja juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah dan lainnya.
Semuanya harus bertanggung jawab jawab dan didkut sertakan dalam berjalan roda sekolah itu
secara keseluruhan. Dengan demikian agar janga terjadi tabrakan dalam memegang atau
menjalankan pekerjaan masing-masing, organisasi yang diperlukan sekolah yang baik dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Aan Komariah. 2011. Administrasi pendidikan.Bandung :

Firdaus, Sandi Rohendi, dkk. Manajemen Organisasi Pendidikan

Alfabet

Islam

Idi, Abdullah. (2014). Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan

Pendidikan. Cet. Ke-4 Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Muis. Thabrani Abd. 2013. Pengantar dan Dimensi-Dimensi Pendidikan. Jember: STAIN Jember Pres.

Mahmud. 2012. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi
dan Awasi Pendidikan Bandung: Remaja Rodaskarya.

Rifa’l, Muhammad. 2016. Sosiologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Anda mungkin juga menyukai