Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN


“Pemuliaan Tanaman Mangga”

Disusun Oleh:
Salma Nabila Huwaida
H0719165

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teknologi Pemuliaan Tanaman
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Nandariyah, M.S.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
BAB I

PENDALULUAN

A. Latar Belakang
Mangga adalah komoditas buah-buahan yang digemari oleh banyak orang.
Rasa manga yang manis dank khas menyebabkan banyak orang mencarinya
meski tidak sedang musim panen mangga. Baik mangga yang masih mentah
hingga mangga yang sudah matang semua kalagan menyukainya. Mangga
menjadi primadona di antara buah tropis lainnya karena mangga terdiri atas
berbagai macam jenis atau varietas sehingga rasanya juga beragam.
Tingginya permintaan mangga sering disiasati dengan berbagai metode
yang mampu mempercepat pohon mangga untuk berbuah. Salah satunya adalah
dengan memperbanyak pohon mangga dengan cangkok. Pencangkokan dinilai
lebih cepat dalam menghasilkan tanaman baru tanpa harus menanam dari awal
dengan menggunakan biji. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk
memperbanyak mangga. Cangkok adalah metode yang popular karena mudah
dan tidak membutuhkan banyak biaya. Akan tetapi, di sisi lain permintaan
konsumen bukan hanya dari segi jumlah tetapi juga variasi buah.
Setiap jenis mangga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mangga
yang diekspor tentu memiliki ketahanan masa simpan lebih tinggi dibandingkan
dengan mangga yang dikonsumsi di dalam negeri. Meski begitu tak jarang
mangga yang memiliki daya simpan yang tinggi tidak memiliki rasa yang
diinginkan konsumen, sehingga ada variable tertentu yang menjadi salah satu
yang mengurangi kualitas maupun kuantitas dari mangga.
Permasalahan lainnya menurut Rusnan (2000) dalam Nasution et al. (2014)
adalah ketika volume ekspor mangga di Indonesia menurun disebabkan oleh
kualitas mangga yang tidak dapat bersaing di pasar global, atau konsumen yang
telah jenuh dengan varietas yang ada. Ketidaksesuaian spesifikasi kualitas
mangga Indonesia dengan permintaan pasar dunia, belum adanya sistem
pengujian kebenaran bibit yang bisa menjamin keseragaman produksi, belum
adanya program pemuliaan yang mantap dan berkeseimbangan, serta belum
adanya suatu sistem kelembagaan yang memadukan komponen agribisnis
tanaman mangga dilaporkan juga sebagai penyebab menurunnya permintaan
ekspor mangga.
Problematika ini dapat diatasi dengan melakukan pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman ini mengupayakan tanaman untuk memperoleh sifat unggul
yang diinginkan. Pemuliaan tanaman mangga sebagai tanaman yang menyerbuk
sendiri sudah sering dilakukan dengan melakukan persilangan-persilangan yang
kemudian didapatkan varietas-varietas baru dengan karakteristik khusus. Oleh
karena itu, kajian mengenai pemuliaan tanaman mangga perlu dilakukan untuk
mengetahui apa saja yang dihasilkan dari pemuliaan tanaman mangga.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa rumusan


masalah berikut.
1. Bagaimana perkembangan dan keanekaragaman mangga di Indonesia?
2. Bagaimana pemuliaan tanaman mangga yang telah dilakukan dan metode
yang digunakan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan dan Keanekaragaman Mangga di Indonesia

Mangga di Indonesia dikenal sebagai buah-buahan yang musiman


sehingga jarang ditemukan ketika tidak musimnya. Mangga biasanya
melimpah ketika akhir tahun atau ketika musim penghujan. Akan tetapi, waktu
panen raya mangga tiap tahun terus berubah karena ada beberapa hal yang
membuat bunga rontok sehingga gagal untuk berbuah. Kendala ini
menyebabkan mangga makin jarang berada di antara kita.
Di Indonesia dikenal beberapa jenis mangga yang memiliki karakter
tertentu, baik dari ukuran, rasa, maupun warna. Menurut Nasution et al. (2014),
jenis mangga yang tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia sangat beragam
yang memiliki keunggulan untuk dibuat produk olahan, antara lain Arumanis,
Podang Urang, Golek, Madu, Kopyor, Gadung dan masih banyak lainnya. Jenis
mangga tersebut sering dibuat olahan karena tekstur dari mangga yang cukup
keras sehingga tidak mudah hancur ketika pengolahan.
Mangga di daerah tertentu memiliki ciri khas tertentu, seperti mangga-
mangga yang ada di Sumatera Utara. Fitmawati et al. (2013), tanaman mangga
yang tumbuh di daerah ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya bunga
yang tahan terhadap curah hujan tinggi atau beradaptasi terhadap iklim basah.
Keunggulan ini dapat digunakan untuk merakit bibit unggul yang memiliki
karakter tahan dan beradaptasi terhadap curah hujan tinggi serta sebagai
sumber persilangan untuk perbaikan sifat tanaman mangga budidaya, yang
berasal pohon induk.
Berdasarkan Fitmawati et al. (2013) pula, tanaman mangga yang
tumbuh dan tersebar di Sumatera memiliki keunggulan bunga tahan terhadap
curah hujan tinggi atau teradaptasi dengan iklim basah. Keunggulan sifat ini
dapat digunakan untuk merakit bibit unggul yang sesuai dibudidayakan di
Sumatera, terutama di Riau. Di Areal perkebunan yang sudah ada, tanaman
mangga tidak memperlihatkan hasil yang mengembirakan karena bunga rontok
ketika hujan tiba karena bibit umumnya berasal dari daerah dengan curah hujan
rendah per tahunnya. Kenyataan ini berbeda dengan tanaman mangga liar yang
cenderung tidak terpengaruh atau tetap menghasilkan buah walaupun curah
hujan tinggi. Dengan kata lain, mangga liar mempunyai ketahanan terhadap
kerontokan buah lebih tinggi dibanding tanaman mangga yang umum
dibudidayakan.
Ketahanan mangga dalam menghadapi kerontokkan bungga juga
menjadi salah satu sifat tanaman yang perlu dikembangkan agar mampu
mengatasi kerontokan bunga yang berujung pada kegagalan dalam
pembentukan buah. Sifat tersebut harus dipertahankan ketika hendak
memuliakan tanaman agar didapatkan sifat unggul tersebut sehingga manga-
mangga yang didapatkan nantinya mampu tahan terhadap curah hujan yang
tinggi. Menurut Litz (2009) dalam Karsinah et al. (2022) menyatakan bahwa
varietas mangga yang ideal antara lain mempunyai karakter pendek,
pembungaannya teratur dan produktif, genjah,warna buah dan ukuran
menarik, tahan terhadap penyakit utama dan tekanan biotik dan abiotik
lainnya.
B. Pemuliaan Tanaman Mangga yang Telah Dilakukan dan Metodenya

Sebagai buah yang jadi primadona banyak orang, breader saat ini telah
mengembangkan berbagai kultivar baru dengan sifat unggul tertentu. Banyak
jenis mangga yang disilangkan dengan jenis mangga lainnya untuk
mendapatkan sifat unggul yanh diingkan. Contohnya adalah mangga yang
memiliki rasa dan tekstur yang baik tetapi penampakan luarnya kurang menarik
atau warna kulitnya hijau. Kemudia mangga tersebut disilangkan dengan
mangga yang memiliki kulit yang berwarna merah. Hal ini dilakukan karena
konsumen lebih suka kulit yang menarik daripada warna yang cenderung
monoton atau jika di mangga,warna kulit cenderung hijau.
Salah satu pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk mendapatkan
warna yang diingkan adalah penelitian yang dilakukan oleh Karsinah et al.
(2022) yang menyilangkan Agri Gardiana 45 dengan klon mangga yang
mempunyai porsi buah yang dapat dimakan >70%. Agri Gardiana 45 adalah
hasil pesilangan Arumanis 143 dengan Saigon. Agri Gardiana 45 ini sebagai
varietas unggul baru mangga memiliki keistimewaan, yaitu citarasanya seperti
Arumanis 143, kulit buah menarik, genjah, produktif,aroma harum,tajuk
rendah dan buahnya dapat dikupas seperti mengupas pisang. Kekurangan dari
mangga ini adalah ukuran buahnya relative kecil,bobot buahnya 93-172
g/buah dengan porsi buah yang dapat dimakan 64,62-64,65 %. Penelitian ini
dilakukan dengan menyilangkan Agri Gardiana 45 dengan beberapa klon lain
sehingga diperoleh kombinasi sebagai berikut.

1) Agri Gardina45 x Arumanis 143


2) Arumanis 143 x Agri Gardina 45
3) Agri Gardina 45 x Garifta Merah
4) Garifta Merah x Agri Gardina 45
5) Agri Gardina 45 x Keitt

Pemeliharaan dilakukan dengan memelihara tetua dengan sedemikian rupa


sehingga tetua dapat berbunga serempak. Persilangan diawali dengan
mengamati bunga tanaman tetua. Bunga dan kuncup bunga jantan dalam satu
malai dari tetua betina firmaskulasi pada pukul 15.00-17.00 WIB, dan disiakan
5-10 kuncup bunga hermaprdoit yang besok paginya akan mekar, kemudia
dikerondong dengan kerondong plastic berdiamater kurang lebih 22,5 cm dan
panjang kurang lebih 35 cm. Keesokan paginya pukul 06.00-09.00WIB
dilakukan panen polen dari bunga jantan 4 varietas yang dipakai sebagai
tetua jantan. Masing-masing polen diletakkan pada cawan petri. Polen yang
subur ditandai dengan warna anther ungu-tua pada waktu anther mulaipecah.
Persilangan dilakukan dengan menggunakan tangan (hand pollination).
Bunga hermaprodit dari tetua betina yang telah mekar dibuka kerodongnya,
kemudian dikastrasi dengan memotong benangsarinya menggunakan pinset
sehingga tinggal putiknya, selanjutnya kepala putik yang berlendir
diserbuki dengan polen dari masing-masing tetua jantan. Bunga yang
telahd iserbuki per malai bunga diberi label yang berisi nomor
penyerbukan, tetua persilangan dan tanggal persilangan, kemudian
dikerodongd engan kantong tangerin/plastic berdiameter 22,5 cm dan
panjang 35cm. Tujuan pengerodongan adalah agar kemurnian sumber polen
terjamin. Kerodong kantong tangerin/plastik dibuka 4-5 hari setelah
penyerbukan.
Setelah beberapa waktu maka dapat diketahui bahwa dari 12.970 bungayang
disilangkan antara mangga Agri Gardina 45 dengan mangga yang
mempunyai porsi buah yang dapat dimakan >70% menghasilkan progeny
sebanyak 30 aksesi(0,23%).

Selain itu beberapa penelitian lain juga melakukan identifikasi


morfologi dari mangga hasil persilangan. Sebagai contoh adalah tulisan
Nilasari et al. (2013) yang melakukan identifikasi keragaman mordologi daun
mangga pada tanaman hasil persilangan antara varietas ARUMANIS 143
dengan Podang Urang umur 2 tahun. Didapatkan hasil bahwa nilai koefisiensi
keragaman tanaman mangga hasil silangan Arumanis 143 dan Podang Urang
tergolong rendah (0 ± 25%) pada pengamatan jumlah daun (21,48%), panjang
daun (24,03%), lebar daun (14,31%), rasio panjang lebar daun (23,11%) dan
lama perkembangan daun (6,05%), sedangkan pada pengamatan luas daun
nilai koefisiensi keragaman tergolong sedang (25,01 ± 50%), yaitu dengan nilai
33,89%.

Fitriani et al. (2014) juga melakukan karakterisasi bunga dan buah


mangga hasil persilangan Arumanis 143 dengan beberapa jenis lain. Hal ini
dilakukan karena meskipun Arumanis 143 ini baik kualitas itu tidak menjamin
tembus hingga pasar internasional yang menginginkan warna merah atau
kuning sehingga dilakukanlah penyilangan agar didapatkan warna kulit yang
lebih menarik
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan menjadi beberapa poin


penting yaitu :

1. Bunga mangga sering rontok sehingga persilangan dengan mangga liar yang
tahan hujan menjadi salah satu alternatif
2. Mangga yang menarik adalah mangga yang memiliki warna yang cerah bukan
sekadar warna hijau. Apalagi untuk pasar internasional.
3. Persilangan dilakukan untuk memperoleh sifat unggul yang diingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitmawati, F., Suwita, A., Sofiyanti, N., & Herman, H. (2013). Eksplorasi dan
Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di
Sumatera Tengah. Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).
Fitriani, R. D., Roviq, M., & Wardiyati, T. (2014). KARAKTERISASI BUNGA DAN BUAH
MANGGA HASIL PERSILANGAN ARUMANIS-143 (A) X SWARNARIKA (S), ARUMANIS-
143 (A) X HADEN (H) DAN ARUMANIS-143 (A) X CARABAO (C). BUANA SAINS, 14(1),
95-104.
Karsinah, K., Indriyani, N. L. P., & Ali, R. J. (2022). Perbaikan Varietas Mangga
Agri Gardina 45 melalui Persilangan. Agrotechbiz: Jurnal Ilmiah Pertanian,
9(1).
Nasution, I., Wardiyati, T., & Nawawi, M. (2014). Karakterisasi Bunga Mangga
(Mangifera Indica L.) Hasil Persilangan Arumanis-143 Dan Podang Urang
(Doctoral dissertation, Brawijaya University).
Nilasari, A. N., Heddy, J. S., & Wardiyati, T. (2013). Identifikasi keragaman
morfologi daun mangga (Mangifera indica L.) pada tanaman hasil persilangan
antara varietas Arumanis 143 dengan Podang Urang umur 2 tahun (Doctoral
dissertation, Brawijaya University).

Anda mungkin juga menyukai