Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

( Hukum Internasional )

Dosen Makul : Dr. Fadli A Natsif, SH., MH

Disusun Oleh :

 Andi Muhammad Ikhsan Abdillah_10300121007


 Nurul Aqarrah_10300121013
 Ayu Astuti Ananta _10300121028
 Akmal Ariani_10300121023

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2023
PEMBAHASAN

A. Istilah dan Definisi Tanggung Jawab

Ada tiga istilah hukum yang sering digunakan untuk menyebut Kata Tanggung

Jawab menurut Peter Salim.Istilah-istilah yang dimaksud adalah accountability;

liability; dan responsibility.' Demikian halnya menurutHenry Campbell Black dalam

Black's Law Dictionary-nya. Istilah pertama, accountability pada umumnya dikaitkan

dengan masalah keuangan atau pembukuan; pembayaran; ataupun juga dapat

digunakan terkait masalah suatu kepercayaan terhadap lembaga tertentu yang

berkaitan dengan keuangan.Adapun istilah kedua, adalah Liability yang merupakan

pertanggung-jawaban hukum. Tanggung jawab dalam makna liability, berarti

tanggungjawab dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung

jawab keperdataan, kewajiban membayar ganti kerugian yang diderita.Adapun istilah

ketiga, yaitu responsibility . Dalam Bahasa Inggris,“responsibility” berasal dari kata

“response” (tindakan untuk merespons suatu masalah atau isu) dan "ability"

(kemampuan). Maknanya, responsibility merupakan tindakan yang bersifat sukarela,

karena respons yang dilakukan disesuaikan dengan ability yang bersangkutan.

Responsibility sering diartikan dengan “ikut memikul beban” akibat suatu perbuatan.

Hal ini sering digunakan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM. Responsibility juga
sering diartikan sebagai kewajiban; kewajiban memperbaiki. Adapun Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab (responsibility) dapat diartikan sebagai

“wajib menanggung segala sesuatunya", atau terjadi sesuatu dapat dipersalahkan,

dituntut, diancam hukuman pidana oleh penegak hukum di depan pengadilan pidana,

menerima beban akibat tindakan sendiri atau orang lain, Terkait paparan diatas, pada

makalah ini akan menggunakan istilah Tanggung jawab negara (responsibility) untuk

menunjukkan cakupan yang lebih luas dari tanggung jawab dalam artian libility yang

sudah spesifik merujuk pada pertanggungjawaban di depan pengadilan.


B. Munculnya Pertanggungjawaban Negara dalam Hukum Internasional

Hukum Internasional telah mengatur bahwa di dalam kedaulatan terkait di

dalamnya kewajiban untuk tidak menyalahgunakan kedaulatan tersebut.

Karenanya,suatu negara dapat dimintai pertanggungjawaban untuk tindakan-tindakan

atau kelalaiannya yang melawan hukum.Dalam interaksinya satu sama lain amat besar

kemungkinannya negara membuat kesalahan ataupun pelanggaran yang merugikan

negara lain, disinilah muncul pertanggungjawaban negara

tersebut.Pertanggungjawaban negara dalam hukum internasional pada dasarnya

dilatarbelakangi pemikiran bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat menikmati

hak-haknya tanpa menghormati hak-hak negara lain. Setiap pelanggaran terhadap hak

negara lain menyebabkan negara tersebut wajib untuk memperbaikinya atau dengan

kata lain mempertanggungjawabkannya." Hal ini sebenarnya merupakan hal yang

biasa dalam sistem hukum di mana pelanggaran terhadap kewajiban yang mengikat

secara hukum akan menimbulkan tanggung jawab bagi pelanggarnya. Dalam hukum

internasional dikenal adanya dua macam aturan,primary rules dan secondary rules.

Primary rules adalah seperangkat aturan yang mendefinisikan hak dan kewajiban

negara yang tertuang dalam bentuk traktat, hukum kebiasaan atau instrumen lainnya.
Adapun secondary rule adalah seperangkat aturan yang mendefinisikan bagaimana

dan apa akibat hukum apabila primary rules itu dilanggar oleh negara. Secondary

rules inilah yang disebut hukum tanggung jawab negara (the law of state

responsibility).

Umumnya para pakar hukum internasional hanya mengemukakan karakteristik

timbulnya tanggung jawab negara seperti halnya:

1. adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negara tertentu

2. adanya suatu perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum

internasional tersebut yang melahirkan tanggung jawab negara;

3. adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat adanya tindakan yang melanggar

hukum atau kelalaian.


Meskipun belum pernah mendapat kesepakatan secara universal,karakteristik di

atas banyak diikuti dalam hukum internasional klasik.Dengan demikian, tanggung

jawab negara hanya bisa dituntut dalam hubungan internasional (antar negara) ketika

ada satu negara yang dirugikan oleh negara lain akibat pelanggaran

kewajiban/kelalaian yang muncul dari treaty, hukum kebiasaan internasional, atau

akibat tidak memenuhi kewajiban yang muncul dari putusan pengadilan.17

Pelanggaran Yang dilakukan suatu negara dan merugikan negara lain, tetapi tidak

melanggar kewajiban hukum internasional maka tidak menimbulkan

pertanggungjawaban negara. Misalnya, tindakan negara yang menolak masuknya

seorang warga negara asing bahkan seorang diplomat asing sekalipun. Hal ini

disebabkan karena berdasarkan hukum internasional negara berhak untuk menolak

masuknya seseorang ke dalam wilayahnya,sekalipun tanpa memberikan alasannya

C. Elemen tanggung jawab negara menurut grafik ILC 2001

Setiap internasionali wrong full acts yang mengandung dua unsur yaitu:

1. Dapat dilimpahkan pada negara berdasarkan hukum internasional

2. Merupakan pelanggaran kewajiban terhadap hukum internasional (breach of an

international obligation).

Adapun yang merupakan unsur-unsur tindakan salah adalah adanya tindakan

(action) atau pengabaian (omission) yang dapat dilimpahkan atau atribusikan kepada

negara menurut hukum internasional. Menyangkut tindakan omisision yang

menimbulkan tanggung jawab negara dapat dilihat dalam chorfu channel di mana

pengadilan menyatakan bahwa Albania dianggap mengetahui dan seharusnya

mengetahui adanya ranjau laut di laut teritorialnya, namun tidak memberikan

peringatan kepada negara yang melintas di perairannya. Dalam kaitannya dengan

Indonesia, kelalaian atau kegagalan Indonesia untuk menjaga atau memelihara

keamanan dan keselamatan pelayaran internasional di selat Malaka akan dapat

melahirkan pertanggungjawaban internasional.


Unsur dapat dilimpahkan muncul karena dalam praktik negara sebagai suatu

entitas yang abstrak tidak dapat bertindak sendiri, harus melalui individu sebagai

organ negara perwakilan negara atau pejabat negara titik tindakan negara yang dapat

dilimpahkan adalah;

1. Tindakan dari semua organ negara (state organ), baik legislatif, eksekutif

yudikatif atau apapun fungsinya, apapun posisinya dalam struktur organisasi

negara dan apapun karakternya sebagai organ pemerintah pusat atau teritorial

unit dari suatu negara. Termasuk dalam organ adalah setiap orang atau

kesatuan (entity) yang mempunyai status organ negara dalam hukum nasional.

2. Tindakan individu atau entity yang meskipun bukan organ negara atau di luar

struktur formal pemerintah pusat atau daerah, tetapi dikuasakan secara sah

untuk melaksanakan unsur-unsur kekuasaan instansi tertentu pemerintah.

Dalam kaitannya dengan kompensasi yang berwujud materi dapat terdiri dari:

1. Penggantian biaya pada waktu putusan pengadilan dikeluarkan meskipun


jumlah penggantian itu menjadi lebih besar dari nilai pada waktu tindakan

pelanggaran kewajiban itu dilakukan

2. Kerugian tidak langsung (inderect damages), sepanjang kerugian itu

mempunyai kaitan langsung dengan tindakan tidak sah tersebut.

3. Hilangnya keuntungan yang diharapkan sepanjang keuntungan tersebut

mungkin dalam situasi atau dalam perkembangan yang normal.

4. Pembayaran terhadap kerugian atas bunga yang hilang karena adanya tindakan

melanggar hukum

D. Pemohon tanggung jawab negara dalam draft ILC 2001


Sebagaimana dikemukakan, draft i LC 2001 tentang tanggung jawab negara banyak

membawa perkembangan baru bagi hukum tanggung jawab negara dalam hukum

internasional. Perkembangan baru ini khususnya menyangkut siapa yang dapat

mengajukan tuntunan tanggung jawab negara.Bila hukum internasional klasik hanya

memberikan hak kepada negara yang merugikan saja untuk menuntut tanggung jawab

negara maka draft ILC 2001 tentang tanggung jawab negara membedakan antara negara

yang dirugikan (injured states) yang diatur dalam pasal 42 dan negara yang tidak

dirugikan (noninjured states) Pasal 42 draft selengkapnya menetapkan bahwa suatu

negara berhak sebagai negara yang dirugikan untuk meminta tanggung jawab negara lain

jika kewajiban yang dilanggar adalah karena:

1. Bahwa negara secara individu atau

2. Sekelompok negara termasuk negara itu, atau komunitas internasional secara

keseluruhan, dan pelanggaran kewajiban:

a. Secara khusus mempengaruhi keadaan itu atau,

b. Bersifat sedemikian rupa sehingga siap untuk mengubah posisi semua negara lain

yang menjadi kewajibannya sehubungan dengan pelaksanaan lebih lanjut dari

kewajiban tersebut Pasal 42 ini mirip dengan pasal 60 konvensi Wina 1969 tentang
perjanjian internasional berhubungan dengan material breaches of treaties

Pasal 48 menetapkan bahwa setiap negara yang berhak untuk meminta

pertanggungjawaban dari negara lain tidak hanya berhak meminta penghentian

tindakan pelanggaran serta jaminan tidak mengulangi tetapi juga berhak atas

pemulihan kepentingan negara yang dirugikan atau beneficiaries dari kewajiban yang

dilanggar. Tidak begitu jelas siapa yang dimaksud ILC dengan beneficiaries karena

tidak ada penjelasan mengenai hal itu. Contoh beneficiaries yang sering dicontohkan

para pakar adalah individu-individu yang dapat keuntungan untuk perjanjian HAM.

titik ketidakjelasan ini tentu bisa mendatangkan permasalahan hukum ke depan bila
penafsiran dilakukan terlalu luas meskipun demikian tentukan pasal 48 ini diakui

sebagai suatu progresif development

E. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM HUKUM

INTERNASIONAL

1. Terhadap Orang Asing Dan Properti Milik AsingNegara memiliki hak dan

kewajiban untuk memberikan perlindungan pada warga negara yang ada di

luar negeri keberadaan hak dan kewajiban ini dalam praktik sering

menimbulkan konflik kepentingan antar negara. Dalam praktik perlakuan

buruh negara-negara (lil treatment) terhadap WNA dapat menimbulkan

tanggung jawab negara titik perlakuan buruk yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a) pengingkaran keadilan(denial justive)

b) 2.Pengembalian harta benda pihak asing secara tidak sah

c) Kegagalan untuk menghukum seseorang yang seharusnya bertanggung jawab

terhadap serangan yang ditujukan pada pihak asing

d) Kerugian langsung yang disebabkan tindakan oleh negara

2. Terhadap utang (public debt)


Menurut starke ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana kreditor

menghadapi debitur yang tidak memenuhi kewajiban membayar utangnya.

Teori pertama diberikan oleh lor palmerston pada awal perkembangan

internasional yang menyatakan bahwa, kegagalan negara membayar utang

memberikan hak kepada pihak kreditor untuk mengambil langkah yang

dirasakannya perlu untuk memaksa pihak debitur melaksanakan

kewajibannya.Langkah yang dimaksud menurut lor palmerston jalur

diplomatik maupun kekerasan seperti military action. Namun demikian,

seiring dengan perkembangan hukum internasional yang melarang

digunakannya kekerasan maka dalam teori kedua yang dikemukakan Drago,

menteri luar negeri Argentina tahun 1902 masalah penyelesaian utang negara
hanya dapat dilakukan melalui diplomatik maupun jalur hukum.

Perkembangan selanjutnya atau teori ketiga yang diikuti saat ini, tidak ada

ketentuan atau metode khusus bagaimana suatu negara debitur membayar

utang-utangnya. Kewajiban negara debitur berkaitan dengan utangnya sama

dengan kewajiban yang muncul dari perjanjian internasional lainnya.

3. Terhadap Aktivitas Ruang Angkasa

Aktivitas ruang angkasa dianggap sebagai aktivitas yang berisiko

tinggi sehingga negara akan selalu dianggap bertanggung jawab absolut atau

good luck terhadap segala kerugian yang muncul dari aktivitas tersebut di

permukaan bumi maupun di ruang udara. Tanggung jawab absolut ini berarti

pihak yang dirugikan tidak perlu membuktikan letak kesalahan pihak tergugat

penyebab terjadinya kerugian

F. PENGECUALAN/PEMBEBASAN DARI TUNTUTAN PERTANGGUNG

JAWABAN

3 alasan yang bisa dilakukan negara untuk membela diri atau melepasan diri dari

tuntutan pertanggungjawaban pihak asin


1. Penerapan Sanksi Atas Dasar HI BAB VII piagam PBB merupakan dsar

hukum yang kuat yang mengizinkan di gunakanya kekerasannya kekerasan

secara kolektif atas nama PBB terhadap suatu negara untuk menghentikan

pelanggaran HI yang dilakukan negara tersebut.

2. Keadaan Memaksa (Force Majeur) Negara juga dapat menggunakan ini

manakala terjadi sesuatu hal atau kejadian yang merugikan pihak asing diluar

prediksi negara dan memang tidak bisa di prediksi sebelumnya, tidak ada

kesengajaan dan negara tidak kuasa mencegah atau menghindarinya.

3. State Necessity Umumnya pada state necessity, Negara tidak punya pilihan

lain, apa yang dilakukan negara merupakan satu-satunya jalan yang dapat

dilakukan negara untuk menyelamatkan kepentingan esensial terhadap bahaya


yang sangat besar, asalkan kepentingan negara lain yang terkait tidak terancam

dengan tindaka.

G. Exhaustion of local Remedies

Menurut Starke ada beberapa prinsip berkaitan dengan penerapan exhaustion

of local remedies:

1. Upaya penyelesaian setempat (local remedies) akan dianggap tidak cukup

dan tidak perlu dipergunakan manakala bukti-bukti menunjukkan bahwa

pengadilan setempat tidak memiliki etika baik untuk memberikan ganti

kerugian.

2. Seorang penggugat tidak perlu menggunakan upaya penyelesaian setempat

(local remedies) ketika upaya tersebut memang tidak ada atau tidak

disediakan oleh suatu negara. Dalam kasus RobertE.Brown tahun 1923

antara Amerika Serikat melawan Inggris,pengadilan menolak alasan tidak

dilaksanakannya exhaustion of local remedies oleh penggugat dengan alasan

local remedies di negara tersebut tidak dapat diandalkan.

3. Apabila kerugian-kerugian yang diderita oleh penggugat merupakan akibat

dari tindakan-tindakan yang dilakukan eksekutif pemerintah setempat yang


tidak tunduk kepada yurisdiksinya pengadilan setempat.

4. Negara-negara dapat menyatakan bahwa upaya penyelesaian setempat (local

remedies) dapat diindahkan, meskipun tidaklah jelas apakah suatu perjanjian

yang dibuat di antara negara-negara yang bersengketa untuk membawa

kasusnya ke depan arbitrase merupakan pengindahan prinsip local remedies

secara diam-diam.

5. Tidak digunakannya local remedies bisa diterima apabila memang sudah

didasari kesepakatan lebih dahulu antara para pihak yang bersengketa yang

dituangkan dalam suatu perjanjian antara mereka,ataupun memang sudah

diatur lebih dahulu dalam suatu perjanjian multilateral sebagaimana diatur

dalam Pasal XI (1) Space Treaty 1967.

Anda mungkin juga menyukai