Anda di halaman 1dari 40

1.

GCS
E4M6V5
E4 spontan
E3 suara
E2 nyeri
E1 nothing

M6 sesuai perintah
M5 lokalisir nyeri
M4 menarik ekstremitas
M3 fleksi abnormal/dekortikasi
M2 ekstensi/deserebrasi
M1 nothing

V5 orang waktu tempat oke


V4 bingung/ga nyambung
V3 tidak benar/kata
V2 meracau/suara
V1 nothing

2. Status neurologis
o N I. Olfactorius (sensorik)
-Teh, kopi, tembakau, sabun, vanili, dll.
-Jangan gunakan yang mudah menguap dan
merangsang
mukosa hidung karena akan
merangsang juga N.V. seperti alkohol, amonia.
-hidung harus baik, bersih, dan lancar. tidak
ada corpus alienum, rhinitis, atau polip.
- Mata ditutup atau bahan dimasukkan dalam
botol kecil gelap.
- inform consenr. Kita akan periksa daya
penciumannya. Silakan tebak bau apa.
- Satu lubang hidung. Sebut. Baru sebelahnya.
-interpretasi
Anosmia ⇒ hilang penciuman
Hiposmia ⇒ penciuman berkurang
Hiperosmia ⇒ penciuman lebih tajam dari
normal
Parosmia ⇒ bau ada tapi jawaban salah
Halusinasi olfactorik ⇒ bau padahal ga ada
apa2.

o N II. Opticus (sensorik)

1. Ketajaman/visus
-snellen
Penderita duduk di kursi
Gantungkan kartu snellen setinggi kedudukan
mata penderita pada jarak 6 m (5 m)
Mata kanan dan kiri diperiksa bergantian
dengan menutup sebelah mata dengan tangan
penderita sendiri
Kemudian penderita disuruh membaca huruf-
huruf mulai dari atas ke bawah yang ditunjuk
oleh pemeriksa pada kartu snellen
Kartu snellen yang tersedia di Indonesia
mempunyai catatan di samping kanan-kirinya.
Catatan di kiri untuk visus yang diperiksa pada
jarak 6 m sedangkan yang di kanan untuk
jarak 5 m. Pada tiap bans dicantumkan visus
yang sesuai dengan barisan huruf itu sehingga
dengan demikian penentuan visus secara
kasar mudah dilaksanakan.
Nilai ketajaman penglihatan normal adalah 6/6
E. Jika penderita hanya dapat membaca
huruf barisan ketiga saja maka visus adalah
6/20 (30%). Bila visus menurun sampai 6/60
(10%) berarti penderita tidak bisa membaca
huruf barisan pertama. Maka visus sebaiknya
diperiksa dengan menggunakan cara kedua.

-hitung jari
Penderita diminta menghitung jari-jari tangan
pemeriksa yang diperlihatkan padanya. Jika
penderita
hanya dapat menghitung jari dengan benar
pada jarak 3 m, berarti visusnya 3/60. Angka
60
menunjukkan jarak orang normal dapat
menghitung jari dengan benar.
-gerakan jari

Pada penderita dengan visus yang lebih buruk


lagi dimana pada jarak 1 m masih belum
dapat menghitung jari maka penentuan visus
dengan cara meminta penderita melihat
gerakan jari tangan pemeriksa.
Visus normal dapat melihat gerakan jari pada
jarak 300 m. bila penderita hanya dapat
menentukan gerakan jari pada jarak 4 m
berarti visusnya adalah 4/300.

-cahaya
Tes ini dilakukan pada penderita dengan visus
sangat buruk dimana pemeriksaan
menggunakan lampu senter. Penderita hanya
dapat membedakan cahaya gelap dan terang.
Orang normal dapat mengenali cahaya hingga
jarak tak terhingga ⇒ visus 1/~
Visus dikatakan 0 (nol) jika penderita tidak
mampu lagi membedakan cahaya terang dan
gelap (buta total)

2. Lapangan pandang
-konfrontasi
duduk berhadapan lutut ketemu lutut (jarak
antara 50cm, tutup mata yg berhadapan.
Periksa dr 4 arah mata angin obliq Lateral ke
medial, bila objek terlihat sebut ya. Normal jika
sama dg pemeriksa. lapangan pandang dapat
menyempit atau hanya dapat melihat
setengah/seperempat dari lapangan
penglihatan/ menghilang =
hemianopsia/quadrant anopsia/anopsia.
3. Fundus oculi

4. Tes buta warna


Mengenali warna2 di kartu stilling dn ishihara.
Buta warna sering pada neuritis optika, lesi nii
atau chiasma opticum

N. III
pupil bulat, isokor, refleks cahaya, diameter
pupil
N.III, IV, VI (N. Occulomotorius, N. Trochlearis,
N. Abducen)
gerakan bola mata
RL6SO4 3
Rectus lateral n VI. Oblique
superior N.IV. sisanya N.III

o N. V
Saraf motorik, yang mempersarafi otot
pengunyah yaitu M. Masseter, M. Temporalis.
Suruh gigit. Bandingkan otot kanan kiri.

M. Pterigoideus. Buka mulut liat deviasi


rahang. gerakin rahang.
Suruh gigit. Parese atau trismus.
-Saraf sensorik, yang mempersarafi wajah
dalam 3 cabang yaitu N. ophtalmicus dahi, N.
Maxillaris pipi, N.
Mandibularis dagu. Pake kapas, tusuk gigi.
bandingkan kanan kiri
-Refleks
Kornea, jaw refleks, bersin

o Nervus VII
Inspeksi, simetris, gerakan abnormal, kerutan
saat istirahat
Angkat dahi
Tutup mata, cek m. Orbicularis okuli
Senyum
Gembungkan pipi, ada kebocoran udara
Mengatupkan rahang,

Refleks glabela. Ketuk glabella dr belakang.


Chovstek, buka mulut, ketuk depan telinga

o Nervus 11
N. XI = N. Accesorius (motorik)
-m. Trapezius/bahu
Angkat ke2 bahu serentak. Pemeriksa tahan
bahu. Bandingkan kanan kiri.
-m. Sternocleidomastoideus/leher
Tekan kedua pipi. Suruh noleh ke kanan/kiri.
Pemeriksa tahan. Bandingkan kanan kiri.
o nervus 12
N. XII= N. Hypoglossus (motorik)
-inspeksi: atrofi, tremor
-Deviasi lidah
Julurkan lidah ke depan
Gerakin ke seluruh arah. Tekan ke pipi.
-Disartria
Ular lari lari di lorong-lorong

3. Motorik
o Gerakan
Cukup
Kurang
o Kekuatan

5 bisa angkat tahanan penuh


4 bisa angkat tahanan sedang
3 bisa angkat tahanan ringan
2 bisa angkat, ga bisa melawan tahanan
1 sendi kecil, ga bisa diangkat
0 nothing

o Tonus

Raba otot penderita, sisi sehat ke sisi


yang sakit. Posisi tenang dan relax. Btonus
menurun otot lebih lembek, tonus meningkat
lebih tegang. Gerakan fleksi & ekstensi
maksimal sendi siku perlahan-cepat.
Tahanan saat mulai fleksi atau setelah fleksi
ekstensi. Bandingkan dengan yang sehat.

o Klonus
Hiperrefleksia sering diiringi klonus. Klonus
adalah kontraksi
yang persisten dan berulang-ulang
jika dilakukan penarikan pada tendo.
Ada 2 macam klonus yaitu:
1. Klonus paha
Posisi tungkai lurus pada tempat tidur, lalu
pegang kulit di atas patella dan sentakkan tiba-
tiba
ke arah distal dan ditahan. Positif bila
terlihat/terasa kontraksi klonik M.Quadriceps
femoris.
2. Klonus kaki
Posisi fleksi sendi lutut dan melakukan
dorsofleksi maksimal secara tiba-tiba dan
ditahan.
Positif bila terlihat/terasa kontraksi M. Triceps
surae.

o R. Fisiologis

Pada lengan ada 2 macam refleks yaitu :


refleks tendo dan refleks periost
Cara menilai refleks:
Dengan intensitas pukulan

Lakukan ketukan pada tendo/periost dengan


refleks hammer dari intensitas kuat ke
intensitas
lemah.
Dengan memeriksa zona refleksogen
Yaitu mengetuk daerah sekitar tendo yang
masih dapat dibangkitkan refleks
Suatu refleks dikatakan meningkat kalau
Dengan intensitas yang kecil refleks tersebut
sudah dapat dibangkitkan (bandingkan dengan
sisi yang sehat). Perhatikan dengan intensitas
yang sama bahwa yang refleksnya tinggi akan
berkontraksi lebih kuat.
Zona refleksogennya lebih luas
Pada lengan refleks fisiologis yang diperiksa
adalah:
1. Refleks tendo biceps
Lengan dalam posisi sedikit fleksi pada sendi
siku, lakukan ketukan pada tendo M. Biceps
brachii, perhatikan kontraksi M. Biceps brachii.
2. Refleks tendo triceps
Lengan dalam posisi fleksi 90", ketuk tendo M.
Triceps, perhatikan kontraksi M. Triceps
brachii.
3. Refleks periost radius
Posisi lengan dan tangan sedikit supinasi, lalu
ketuk processus styloideus radii. Positif jika
terjadi fleksi jari-jari terutama jari I dan II
disertai supinasi lengan.
4. Refleks periost ulna
Posisi seperti refleks periost radius, lalu ketuk
ujung os ulnaris pada circumferentia ulnaris.
Positif jika terjadi fleksi jari-jari terutama jari III,
IV, dan V disertai pronasi lengan.

Berbeda dengan lengan, di tungkai hanya ada


refleks tendo saja.
Refleks tendo patella
Posisi tungkai dalam keadaan sedikit fleksi
pada sendi lutut, lalu ketuk tendo patella.
Perhatikan
kontraksi M. Quadriceps femoris.
Refleks tendi achilles
Posisi tungkai dalam keadaan fleksi sendi lutut
dan lakukan dorsofleksi maksimal kaki dan beri
sedikit tahanan, lalu ketuk tendo achilles.
Perhatikan kontraksi M.Gastrocnemius.

o R. Patologis

Refleks patologis yang diperiksa pada lengan


adalah refleks Hoffman Tromner.
Sendi siku dan pergelangan tangan dalam
keadaan fleksi membentuk sudut 90°
. Jan III diangkat
dan diberi rangsangan dengan menjentikkan
kuku pemeriksa pada kuku penderita. Positif
jika
terjadi fleksi jari-jari lain dan adduksi jari I.

Babinsky group
Positif bila terjadi dorsofleksi ibu jari dan
fanning jari-jari lainnya (gerakan membuka
seperti
kipas).
Refleks Babinsky
Menggores telapak kaki sepanjang sisi lateral
ke atas lalu ke sebelah medial seperti huruf J
terbalik.
Refleks Chaddock
Menggores sepanjang bagian bawah maleolus
lateralis. c. Refleks Oppenheim
Menggosok dengan keras sepanjang tibia dari
arah
proksimal ke distal.
Refleks Gordon
Memijit dengan kuat M.Gastrocnemius.
Refleks Schaeffer
Mencubit tendo achilles.
Mendel-Bechterew-Rossolimo
Positif bila terjadi plantar fleksi jari-jari kaki.
Mendel-Bechterew
Memukul bagiian kaki pada dorsum pedis.
Rossolimo
Memukul bagian kaki pada plantar pedis.

4. Fungsi Sensorik
Diperiksa untuk modalitas
Eksteroseptif ⇒ nyeri, suhu, raba
Proprioseptif ⇒ posisi, getar, nyeri dalam

Sadar kooperatif mata ditutup


Tekhnik pemeriksaan sensorik:
1. Rasa nyeri
Alat yang diperlukan jarum bundel (jarum tajam
dan tumpul). Pada pemeriksaan sensibilitas ini
harus direncanakan/disesuaikan dengna
keluhan utamanya. Misal:
Hemiplegia/hemiparese maka pola
sensoriknya mungkin pola hemiplegia
Paraplegia/paraparese maka pola sensoriknya
pola paraplegia.
Misalkan pada lesi medulla spinalis,
bandingkan sensibilitas bagian kepala dan
bagian distal
kaki. Tusukkan dari bagian kepala diturunkan
satu dermatom sedangkan dari bawah
dinaikkan satu.
dermatom sampai nanb sampai pada 2 titik
dimana penderita mengatakan sama sakit dan
sama
tidak sakit. Kemudian lakukan penusukan dari
daerah yang kurang sakit ke daerah yang lebih
sakit,
jadi dari daerah hip/anestesi ke daerah normal.
Setelah kita menemukan batas tertinggi maka
kita
kembali ke dermatom untuk menentukan tinggi
lesi di medulla spinalis. Dermatom adalah
daerah
pada kulit yang mendapat inervasi dari satu
radiks posterior medulla spinalis dari mana
radiks itu
berasal.
2. Rasa suhu
Rangsang panas dapat diberikan dengan
menempelkan tabung berisi air panas dengan
suhu antara
40-50°
C, sedangkan rangsang dingin dengan
menempelkan tabung berisi air dingin dengan
suhu
antara 10-15°
C.
3. Rasa raba
Yang digunakan adalah ujung bebas seutas
kapas untuk meraba permukaan tubuh.
4. Rasa posisi
Gerakkan jari-jari penderita dengan gerakan
ringan lalu penderita disuruh menebak posisi
jari-
jarinya.
5. Rasa getar
Untuk perangsangan digunakan garpu tala
yang berfrekuensi 128/250/detik. Letakkan kaki
garpu
tala yang telah digetarkan pada tulang yang
menonjol dan tanyakan perasa apa yang
dialami.
Jawaban yang tepat "getaran" atau kurang
tepat misalnya "dingin" atau rasa "ditekan".
6. Rasa nyeri dalam
Pemeriksaan dilakukan dengan menekan atau
memijit tempat berikut:
Otot-otot di lengan atas, lengan bawah, paha
atau betis
Os tibia, os mastoid, epikondilus humeri,
simfisis ossis pubis, SIAS
Tendo achilles, fossa jugularis, epigastrium
Apabila terdapat kepekaan terhadap perasaan
nyeri dalam maka perangsangan dengan
menekan
organ tersebut di atas akan menimbulkan nyeri
berlebihan. Bila terdapat hipalgesia maka
pijitan
yang kuat tidak dirasakan sebagai nyeri.
Mana yg lebih terasa.
Periksa yg kurang, baru yg normal. Atau yg
normal lalu yg lebih.
Oat neuropati ferifer, hiprstesi pola sock snd
glos
Panas tabung 10-15, 40 jeda 2 detik
Alodynia: timbul nyeri dengan rangsangan yg
tidak seharusnya menimbulkan nyeri
Kinestesia: perasaan bergerak
Parestesia: ada rasa spontan tanpa ada
stimulus (tertusuk, terbakar, dingin) namany
kesemutan
Parase: lemah
Plegia: lumpuh
Anestesia: sensasi hilang
Hipestesi: sensasi menurun
Hemi hipestesi: kanan kiri beda.
Analgesia: hilang nyeri
Hipoalgesia: menurun sens nyeri
Paraparase-Paraplegia
Hipestesia- anestesia-parastesia

Paraparese flaksid= sgb, polineuritis,


polineurodegenerasi
Defisit motorik

Paraparase spastik =(Spondylitis, SOL,


Trauma, Infeksi)
5. Fungsi luhur
Visuospasial
Memori mmse moca ina
Bahasa
Eksekutif
6. Fungsi vegetatif
Tekan vesica urinaria untuk menentukan
apakah penuh atau tidak.
Observasi ujung urethra eksterna, basah terus
atau tidak
Tekan vesica urinaria apakah terjadi
pengosongan urine, lalu lakukan catheterisasi
untuk
menentukan rest urine
Macam-macam kelainan miksi:
1. Inkontinensia urine
Suatu keadaan dimana urine keluar terus-
menerus secara menetes,
2. Retensio urin
Suatu keadaan dimana urine tidak dapat keluar
baik secara disadari atau tidak, sedangkan
vesica
urinaria penuh.
3. Automatic bladder
Suatu keadaan diman urine dapat dikeluarkan
dengan adanya gaya berat atau rangsangan
pada os
pubis dan lipatan inguinal.
4. Atonic bladder
Suatu keadaan dimana urine dapat dikeluarkan
dengan menekan supra pubis. Residual urine
pada
keadaan ini lebih banyak dari automatic
bladder

7. GRM

o Kuduk kaku. Gerakin leher kanan kiri, jangan


lemes. Pastiin tidak ada kuduk kaku (spasme
otot, spondilitis
cervicalis).
o Kaku kuduk
Angkat kepala
o Neck sign (brudzinsky)
Angkat kepala + tekan dada.( + = fleksi
panggul dan lutut)
o Kernig
Tekuk panggul 90 lutut 90 lalu ekstensi sampai
135 derajat (= +jika tahanan di <135 )
o Lasseque
Tekuk panggul (+jika tahanan <70)
o Cheek sign
Tekan proc. Zygomaticus. (+= siku fleksi, bahu
terangkat/jerking)
o Symphisis sign
Tekan simfisis pubis (+= fleksi panggul dan
lutut)
o Leg sign 1
Fleksi panggul & lutut 1 tungkai maksimal (+=
tungkai lain ikut fleksi)
o Leg sign 2
Ekstensi tiba2 1 tungkai (+= tungkai lain fleksi)
o Patrick, kaki difleksi ke dalem. Kontrapatrick,
fleksi eksorotasi. Ditekan. + nyeri= Nyeri
radikulopati.
8. Gerakan abnormal

Gerakan abnormal, Balismus tic chorea tremor


9. Gait dan keseimbangan

Macam-macam cara berjalan yaitu:


1. Hemiplegic gait
Pada penderita hemiplegia
Jalannya circumductio
2. Ataxia
Ataxia cerebellum
Pada kelainan cerebellum
Jalannya seperti orang mabuk dengan kedua
tangan terbuka lebar jauh dari badan
Ataxia spinal
Pada lesi funiculus dorsalis medulla spinalis
(tabes dorsalis)
Jalan yang dituntun oleh mata, menunduk
seperti mencari sesuatu
Tes Romberg (+), penderita disuruh berdiri
dengan kedua kaki dirapatkan dan kedua mata
ditutup. Maka penderita tidak dapat
mempertahankan posisinya
3. Scissor gait
Pada paraparese tipe spastik
Jalannya seperti menggunting karena kedua
kaki tidak dapat difleksi dan kedua lutut
bertemu
4. Propulsion gait
Pada sindroma parkinson
Jalannya dengan menjatuhkan badan ke
depan, langkahnya
kecil-kecil, makin lama makin
cepat
5. Steppage gait
Pada paraparese tipe flaksid
Jalannya lurus tidak bisa dorsofleksi kaki (ada
drop foot) maka penderita berjalan dengan
mengangkat lututnya lebih tinggi
6. Limmping/antalgic gait
Jalan orang pincang
Karena nyeri pada salah satu tungkai maka
penderita bertumpu pada tungkai yang lainnya
untuk mengurangi nyeri
7. Histeric gait
Pada penderita histeric
Jalannya aneh-aneh menirukan bermacam-
macam gait
8. Astasia-abasia
Tidak bisa berjalan meskipun penderita tidak
lumpuh.
o Romberg :dg mata terbuka/tertutup buka alas
kaki 30 detik dg pemeriksa berjaga2
Sentral : cerebellum: Dg mata terbuka pun bisa
oleng ke arah Perifer/vestibuler: mata terpejam
baru oleng

o Romberg di pertajam: mata terbuka/tertutup


jari ke tumit ketemu lurus. (Seperti jalan
segaris)

o Fukuda stepping tes.


Berdiri tutup mata tangan lurus ke depan.
Jalan di tempat 50 x langkah. Deviasi > 1 m
atau berubah arah 30' : positif = gangguan
vestibular.

o Tandum gait.
Jalan dg segaris. Klo deviasi: kelainan
vestibular, jatuh ke arah kanan: kelainan
cereblum ipsilateral dg lesi.

o Past pointing test (jari pemeriksa & pasien)


Pasien angkat tangan sentuh pulpen/jari i ni dg
mata terbuka. Lalu tutup mata. Ulangi tgn
sebelahnya. Klo deviasi brrt vestibular
ipsilateral lesi. Klo Hipometri (ga nyampe2),
hipermetri kejauhan brrt di cerebelum.
o Finger to finger (tgn pasien)

Tes telunjuk hidung, finger to nouse.


Baring/duduk/berdiri berhadapan dg
pemeriksa. Pemeriksa bole pindah2.
Interpretasi: Dismetria, ga pas. Dan tremor.
o Tes disdiadokokinesia
Pronasi supinasi secara cepat.
Cereblum ipsilateral: ad salah satu yg ritmeny
ga teratur/ melambat

o Tumit lutut
Temuin tumit ke lutut

o Rebound phenomenon
Lawan tangan ke arah pasien, lindungi pasien,
lepas, gerakannya berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai