Anda di halaman 1dari 3

1.

Berikut adalah perbedaan dan penjelasan sikap perusahaan dalam mengembangkan


teknologi dan inovasi dalam pasar persaingan sempurna, monopoli, persaingan
monopolistik, dan oligopoli, serta kaitannya dengan karakteristik masing-masing pasar:
 Pasar Persaingan Sempurna:
Pasar persaingan sempurna ditandai oleh banyak penjual dan pembeli serta barang yang
dijual bersifat homogen dengan harga yang sama atau tidak jauh beda. Kemampuan
perusahaan dalam menentukan harga sangat rendah.
Teknologi dan inovasi: Dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan cenderung memiliki
sikap yang inovatif. Mereka berkompetisi untuk meningkatkan teknologi dan efisiensi
produksi untuk mempertahankan kualitas produk dan menghasilkan produk dengan harga
yang lebih rendah dengan cara berfokus pada pengembangan metode produksi yang lebih
efisien atau peningkatan kualitas produk.
 Monopoli:
Monopoli ditandai dengan tidak adanya atau penurunan persaingan yang signifikan dan tidak
adanya pengganti untuk produk yang dihasilkan. Dalam situasi ini, perusahaan monopoli
memiliki kendali penuh atas harga dan pasokan sebuah produk.
Teknologi dan inovasi: Dengan demikian, perusahaan monopoli kurang termotivasi untuk
berinovasi karena mereka tidak merasakan adanya tekanan dari pesaing. Namun, ada juga
perusahaan monopoli yang mungkin sangat inovatif untuk mempertahankan keunggulan
produk mereka atau memperluas dominasi pasar.
 Persaingan Monopolistik:
Pasar persaingan monopolistik melibatkan banyak perusahaan yang menawarkan produk
yang serupa, tetapi dengan perbedaan kecil dalam aspek tertentu. Dalam pasar ini,
perusahaan cenderung mementingkan inovasi dan pengembangan produk. Mereka berusaha
untuk menciptakan perbedaan dan keunikan dalam produk mereka agar dapat menarik
pelanggan. Teknologi dan invoasi: Dalam persaingan monopolistik, inovasi berfokus pada
diferensiasi produk dan strategi pemasaran untuk membedakan diri dari pesaing.
 Oligopoli:
Oligopoli terjadi ketika pasar dikuasai oleh sejumlah kecil perusahaan besar yang saling
bersaing. Perusahaan dalam oligopoli mungkin memiliki sikap yang beragam dalam
mengembangkan teknologi dan inovasi. Beberapa perusahaan mungkin cenderung
berinovasi secara agresif untuk mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar mereka.
Sementara itu, perusahaan lain mungkin lebih cenderung untuk berkolusi atau bekerja sama
dalam mengendalikan pasar dan menghindari persaingan yang keras. Inovasi dalam oligopoli
sering kali berfokus pada pengembangan produk baru, strategi pemasaran yang cerdik, atau
peningkatan efisiensi operasional.

Input variabel Harga (P) Variabel cost Biaya Marginal


(y) (Rp/satuan) (TVC) (MVC)
2. 1 200 200 200
2 250 500 300
3 300 900 400
5 450 2,250 675
8 600 4,800 850
10 700 7,000 1,100
Jumlah 15,650 3,525
Rumus:

TVC = P x y

∆ TVC
MVC =
∆y
a. Total biaya variable (variable cost) = Rp 15.650,-
Total biaya marginal input (MC) = Rp 3.525,-

b. Diketahui: nilai produk marginal (MVP) = 400


Jawab:
Keuntungan maksimum adalah apabila MVP = MVC.
Maka berdasarkan data di atas, pada saat MVP atau MVC 400, maka tingkat inputnya
adalah 3 dengan harga Rp 300,-.

3. Contoh praktek kartel komoditas pertanian yang terjadi di Indonesia adalah pada produk
gula. Seperti adanya kerja sama yang tidak sah antara produsen gula dan distributor dalam
penetuan harga jual gula di pasaran. Hal ini juga disebutkan oleh Gus Jazil (Wakil Ketua MPR)
dalam artikel berikut:
https://www.mpr.go.id/berita/Banyak-Kartel-Pangan,-Gus-Jazil-Pertanyakan-Implementasi-
Kebijakan-Pertanian
Berdasarkan analisa pada artikel tersebut dan beberapa sumber lainnya, didapatkan:
- Sebab terjadinya kartel di sektor pertanian bervariasi, beberapa di antaranya yaitu:
o Kekuatan pasar: Ketika ada beberapa produsen atau pengekspor yang
mendominasi pasar pertanian tertentu, mereka dapat berkolusi untuk
mengendalikan pasokan, harga, atau distribusi komoditas tersebut.
o Regulasi yang lemah: Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang efektif
terhadap praktik kartel dapat mendorong terbentuknya kartel dalam sektor
pertanian.
o Akses terbatas ke pasar: Jika ada hambatan masuk yang tinggi atau keterbatasan
akses ke pasar bagi produsen baru, produsen yang ada dapat dengan mudah
membentuk kartel untuk mempertahankan dominasi mereka.
- Dampak dari terbentuknya kartel dalam sektor pertanian bisa merugikan berbagai pihak
yaitu:
o Konsumen: Kartel dapat menyebabkan harga komoditas pertanian menjadi lebih
tinggi dari tingkat yang seharusnya, sehingga mengurangi daya beli konsumen
dan mengurangi kesejahteraan mereka.
o Petani atau produsen kecil: Kartel dapat menghambat akses dan kesempatan
bagi produsen kecil untuk bersaing di pasar, indeks kesejahteraan petani juga
menurun.
o Inefisiensi ekonomi: Kartel dapat menghambat persaingan sehat dan inovasi,
karena produsen dalam kartel tidak memiliki insentif untuk meningkatkan
kualitas atau efisiensi produksi mereka.
- Cara mengatasi praktek kartel dalam sektor pertanian:
o Pemerintah diharapkan dapat fokus pada tata niaga pertanian yang menyangkut
harga komoditas pertanian, distribusi dan penjualan hasil pertanian. Di dalam
tata niaga pertanian diharapkan ada UU yang mengatur tegas tentang praktek
kartel ini.
o Mendorong masyarakat dan petani khususnya yang mengetahui praktik kartel
untuk melaporkannya. Perlindungan pengaduan dan insentif bagi para
whistleblower dapat mendorong pengungkapan lebih lanjut tentang kartel
pangan.
o Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif kartel pangan
dan pentingnya persaingan yang sehat. Mengedukasi petani, konsumen, dan
pemangku kepentingan lainnya tentang undang-undang persaingan usaha dan
mempromosikan budaya persaingan yang adil.

Anda mungkin juga menyukai