Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Trimito Ocberio

NPM : 2006200328

MATKUL : Hukum Perdata Internasional

Evaluasi Pertemuan 2

Soal :

Evaluasi

a. Sebutkan sejarah HPI pada masa kekaisaran romawi  abad ke 2-6 sesudah masehi,
dan sebutkan asas-asas HPI pada masa ini.
b.  Sebutkan sejarah HPI pada masa pertumbuhan asas personal hukum perdata
internasional abad ke-6 sampai 10, dan sebutkan asas-asas HPI pada masa ini.         
c. Jelaskan teori statuta Italia yang dipicu oleh gagasan seorang tokoh post glassator
yang bernama Accurcius.  
d.  Jelaskan pendapat Johannes Voet tentang ajaran  comitas gentium dan pendapat
Friedrich Carl V. Savigny tentang teori Hukum Perdata Internasional Universal abad
ke-19.
e.  Jelaskan sejarah pendapat Friedrich Carl V. Savigny tentang teori Hukum Perdata
Internasional di Indonesia.

Jawaban :

a. Sejarah
Masa Kekaisaran Romawi (Abad ke-2 hingga abad ke-6 Masehi)
Pada masa ini pola hubungan internasional masih berwujud sederhana tetapi sudah
mulai tampak dengan adanya hubungan-hubungan antara (i) warga Romawi dengan
penduduk provinsi-provinsi yang menjadi bagian dari wilayah kekaisaran karena
pendudukan di mana penduduk asli provinsi-provinsi tersebut dianggap sebagai orang
asing dan ditundukkan pada hukum mereka sendiri dan (ii) penduduk provinsi yang
berhubungan satu sama lain di dalam wilayah kekaisaran Romawi, sehingga masing-
masing pihak dapat dianggap sebagai subjek hukum dari beberapa yurisdiksi yang
berbeda.
Masalah-masalah hukum yang timbul diselesaikan melalui sebuah peradilan khusus
bernama Praetor Peregirinis dengan Ius Civile yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan pergaulan antarabangsa sebagai dasar hukumnya. Ius Civile tersebut
kemudian berkembang menjadi Ius Gentium dan terdiri atas hukum privat dan hukum
publik. Ius Gentium inilah cikal bakal baik hukum perdata internasional maupun
hukum internasional publik.

Terdapat tiga asas hukum perdata internasional yang lahir pada masa ini yakni (i) asas
lex rei sitae atau lex situs, mengatur tentang benda-benda tidak bergerak di tempat
benda tersebut berada; (ii) asas lex domicili, mengatur tentang hak dan kewajiban
subjek hukum berdasarkan tempat tinggalnya; dan (iii) asas lex loci contractus,
mengatur tentang perjanjian-perjanjian mengikuti hukum di mana tempat
pembuatannya.

b. Jatuhnya Kekaisaran Romawi membuat hukum Romawi menjadi tidak lagi berlaku
dan digantikan dengan hukum adat, hukum personal, hukum keluarga, dan hukum
agama yang berbeda-beda. Persoalan hukum perdata internasional lambat laun
muncul tetapi tidak memiliki mekanisme penyelesaian sengketa yang jelas layaknya
pada masa Kekaisaran Romawi dulu.

Namun asas-asas hukum perdata internasional tumbuh berdasarkan asas genealogis


yang dapat dijelaskan sebagai (i) asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap
proses penyelesaian sengketa hukum, hukum yang digunakan adalah hukum dari
pihak tergugat; (ii) penetapan kemampuan untuk membuat perjanjian bagi seseorang
harus dilakukan berdasarkan hukum personal dari masing-masing pihak; (iii) proses
pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak pewaris; (iv)
peralihan hak milik atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum dari pihak
transferor; (v) penyelesaian perkara tentang perbuatan melawan hukum harus
dilakukan berdasarkan hukum dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum;
dan (vi) pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari pihak
suami.

c. Tumbuhnya teori statuta diawali oleh seorang tokoh Post Glassator : Accursius yang
mengatakan:
“Bila seseorang yang berasa dari kota tertentu di Italia, digugat di sebuah kota
lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena ia
bukan subjek hukum dari kota lain itu”.
Gagasan Accursius menarik perhatian Bartolus de Sassoferato (Bapak HPI).

Bartolus mencetuskan Teori Statuta, yang dianggap sebagai teori pertama yang
mendekati persoalan-persoalan hukum perselisihan secara metodik dan sistematik.
Upaya yang dilakukan oleh Bartolus :
a. Mengembangkan asas2 yang dapat digunakan secara praktis untuk mementukan
wilayah berlaku dari setiap aturan hukum yang berlaku di sebuah kota di Italia.
b.Mengklasifikasi tentang jenis-jenis hubungan atau persoalan hukum apa saja yang
mungkin dimasukkan ke dalam lingkup berlaku statuta2 sebuah kota.
c.Menyimpulkan apakah statuta dari sebuah kota di Italia :
 dapat diberlakukan juga bagi orang2 yang bukan warga kota yang
bersangkutan?
 dapat memiliki daya berlaku juga di wilayah kota yang bersangkutan (ekstra-
teritorialitas)

d. Johannes Voet berpandangan bahwa pemberlakuan hukum asing di suatu negara


bukan merupakan kewajiban hukum internasional publik atau karena sifat hubungan
perdatanya. Negara asing tidak dapat menuntut pengakuan atau pemberlakuan kaidah
hukumnya di wilayah hukum negara lain dan oleh karena itu pengakuan atau
berlakunya suatu hukum asing hanya dilakukan demi sopan santun pergaulan
antarnegara (comitas gentium). Namun asas comitas gentium harus ditaati oleh setiap
negara dan harus dianggap sebagai bagian dari sistem hukum nasional negara
tersebut.
Friedrich Carl V. Savigny yang berasal dari Jerman. Pemikiran Savigny ini juga
berkembang setelah didahului oleh pemikiran tokoh lain yang juga berasal dari
Jerman yaitu C.G. Von Wacher yang mengkritik bahwa teori statuta italia dianggap
menimbulkan ketidakpastian hukum.

e. Titik tolak pandangan Von Savigny adalh bahwa suatu hububngan hukum yang sama
harus member penyelesaian yang sama pula, baik bila diputuskan oleh hakim Negara
A maupun Negara B. Maka, penyelesaian soal-soal yang menyangkut unsur-unsur
asingpun hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga putusannya juga akan sama
dimana-mana.
Satunya pergaukan internasional akan menimbulkan satu system hokum supra
nasional yaitu hokum perdata internasional. Oleh karena titik tolak berfikir Von
Savigny adalah bahwa HPI itu bersifat hokum supra nasional, oleh karenanya bersifat
universal maka ada yang menyebut piikiran Von Savigny ini dengan istilah teori HPI
universal.
Menurut Von Savigny pengakuan terhadap hokum asing bukan semata-mata
berdasarkan comitas, akan tetapi berpokok pangkal pada kebaikan atau kemanfaatan
fungsi yang dipenuhinya bagi semua pihak (Negara atau manusia) yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai