Albaqoroh
Albaqoroh
ت َر َّب َنا اَل ُتَؤ اخ ِْذ َنا ِإنْ َنسِ ي َنا َأ ْو ْ ت َو َع َل ْي َها َما ا ْك َت َس َب ْ اَل ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْفسًا ِإاَّل وُ سْ َع َها َل َها َما َك َس َب
ِين ِمنْ َق ْبلِ َنا َر َّب َنا َواَل ُت َحم ِّْل َنا َما اَل َ َأ ْخ َطْأ َنا َر َّب َنا َواَل َتحْ ِم ْل َع َل ْي َنا ِإصْ رً ا َك َما َح َم ْل َت ُه َع َلى الَّذ
ينَ ت َم ْواَل َنا َفا ْنصُرْ َنا َع َلى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِر َ اغفِرْ َل َنا َوارْ َح ْم َنا َأ ْن
ْ َطا َق َة َل َنا ِب ِه َواعْ فُ َع َّنا َو
Artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-
orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Surat Al Baqarah ayat 286 adalah ayat yang berisi doa dan permohonan ampunan. Berikut
ini arti, tafsir dan kandungan maknanya.
Surat Al Baqarah turun di Madinah, termasuk surat madaniyah. Surat terpanjang dalam Al
Quran ini mengatur manhaj dan undang-undang kehidupan. Di dalamnya banyak kisah
terutama tentang Bani Israil. Bahkan surat ini dinamakan Al Baqarah karena kisah Bani
Israel yang diperintahkan menyembelih seekor sapi betina (baqarah).
Demikian pula ayat 286 ini juga tergolong madaniyah. Ia berisi perintah puasa. Di samping
ayat 185, ayat ini menjadi dalil wajibnya puasa Ramadhan.
Keutamaan Surat Al Baqarah Ayat 285-286
Surat Al Baqarah ayat 285-286 memiliki keutamaan dahsyat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
Dua ayat dari akhir Surat Al Baqarah, siapa yang membaca keduanya di suatu malam,
niscaya mencukupinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, dua ayat ini merupakan perbendaharaan dari bawah Arsy yang belum pernah Allah
berikan kepada seorang Nabi pun sebelum Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Aku dianugerahi ayat-ayat penutup surat Al Baqarah dari perbendaharaan di bawah Arsy
yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku. (HR. Ahmad)
Sesungguhnya Allah telah menulis Kitab-Nya sebelum menciptakan langit dan bumi dalam
jangka dua ribu tahun. Dia menurunkan dua ayat darinya untuk mengakhiri surat Al
Baqarah dengan keduanya. Tidaklah ayat-ayat itu dibaca di dalam sebuah rumah selama
tiga malam, melainkan setan tidak ada yang berani mendekatinya. (HR. Tirmidzi; hasan)
“Kami telah dibebani tugas yang tak mampu kami pikul,” kata sebagian Sahabat Nabi.
Maka, Rasulullah bersabda, “Apakah kalian akan berucap seperti ucapan Bani Israil, ‘Kami
mendengar tetapi kami tidak mentaatinya’? ucapkanlah ‘Kami dengar dan kami taat,
ampuni kami wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.’”
Allah pun menyambut permohonan mereka dan menurunkan Surat Al Baqarah ayat 286 ini.
Tafsir Surat Al Baqarah ayat 286 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil
Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak
faedah yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya.
Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 286, Allah tidak membebani di luar kemampuan
hamba-Nya.
Ayat ini merupakan penjelasan –bahkan sebagian ulama menyebutnya menasakh- ayat
284:
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. (QS. Al
Baqarah: 284)
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, tidak ada kewajiban yang Allah bebankan
kepada seorang hamba melainkan pasti sesuai dengan kesanggupannya.
Misalnya, kewajiban shalat. Bagi yang tidak bisa berdiri, boleh dengan duduk. Yang tidak
bisa duduk, boleh dengan berbaring. Kalau masih tidak bisa, boleh dengan isyarat. Jika
isyarat saja sudah tidak bisa, berarti disholati dengan Sholat Jenazah.
Poin kedua dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah pahala dan dosa yang Allah tetapkan
berdasarkan apa yang manusia kerjakan.
Seseorang mendapat pahala dari kebaikan yang ia kerjakan dan mendapat siksa dari
kejahatan yang ia kerjakan. Bukan terhadap lintasan hati yang manusia tak memiliki
kemampuan menolaknya.
Yang menarik pada ayat ini adalah penggunaan kasabat ( )كسبتuntuk menunjukkan usaha
yang baik dan iktasabat ( )اكتسبتuntuk menunjukkan dosa. Meskipun akar katanya
sama, kasabat menggambarkan usaha yang mudah sedangkan iktasabat menggambarkan
usaha ekstra yang sungguh-sungguh. Artinya, meskipun masih berupa niat (yang sangat
mudah), kebaikan akan mendapat pahala. Namun untuk kejelekan, ia baru ditulis sebagai
dosa jika sudah dikerjakan (bukan sekadar niat di hati).
Poin ketiga dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kepada Allah agar tidak
menghukum karena lupa atau kekeliruan manusia.
َر َّب َنا اَل ُتَؤ اخ ِْذ َنا ِإنْ َنسِ ي َنا َأ ْو َأ ْخ َطْأ َنا
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah.
Allah mengajarkan kepada hamba-Nya bagaimana cara berdoa dan akan mengabulkannya.
Yakni memohon kepada Allah agar tidak menghukum ketika ia lupa atau keliru yang
dibenarkan dalam beramal tersebab ketidaktahuan.
Permohonan ini Allah kabulkan. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga
menjelaskan dalam sabda beliau:
Sesungguhnya Allah memaafkan umatku terhadap tiga perkara, yaitu keliru, lupa dan
dipaksa. (HR. Ibnu Majah; shahih)
Ini juga mengisyaratkan bahwa orang-orang beriman itu menyadari bahwa dirinya tak
sempurna. Terkadang ia lupa dan terkadang ia keliru karena ketidaktahuannya. Dan ia
minta kepada Allah agar dua hal ini tidak tercatat dosa baginya.
Poin keempat dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kepada Allah agar tidak
membebankan amal-amal yang berat.
َ َر َّب َنا َواَل َتحْ ِم ْل َع َل ْي َنا ِإصْ رً ا َك َما َح َم ْل َت ُه َع َلى الَّذ
ِين ِمنْ َق ْبلِ َنا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Yakni memohon kepada Allah agar tidak membebankan amal-amal yang berat
sebagaimana kaum terdahulu meskipun sanggup mengerjakannya. Misalnya perintah
kepada Bani Israil agar berhenti bekerja sama sekali pada hari Sabtu. Meskipun bisa
dilakukan, ini sangat berat. Dan alhamdulillah Allah tidak memberlakukan itu untuk umat
Rasulullah. Di hari Jumat, usai Sholat Jumat justru dianjurkan bertebaran di muka bumi
untuk mencari karunia-Nya.
Poin kelima dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kepada Allah agar tidak
membebankan beban yang tak sanggup dipikul.
َر َّب َنا َواَل ُت َحم ِّْل َنا َما اَل َطا َق َة َل َنا ِب ِه
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya.
Yakni beban, musibah, dan ujian. Dengan kata lain, ya Allah janganlah Engkau menguji
kami dengan cobaan yang kami tidak sanggup menghadapinya.
Poin keenam dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan ampunan dan rahmat.
Berikutnya, memohon pemaafan dari Allah dan ampunan-Nya atas segala kelalaian dan
kekeliruan. Ibnu Katsir menjelaskan, wa’fu anna adalah permohonan maaf atas segala
kesalahan yang terjadi antara hamba dengan Allah. Sedangkan waghfirlana adalah
permohonan ampun atas segala kesalahan antara hamba dengan sesama manusia.
Jadi, seseorang yang berdosa membutuhkan tiga hal. Pertama, pemaafan dari Allah atas
dosanya. Kedua, Allah menutupi dosanya dari mata hamba-Nya hingga ia tidak
dipermalukan. Ketiga, Allah memeliharanya agar tidak terjerumus pada dosa berikutnya.
Poin ketujuh dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan pertolongan terhadap
kaum kafir.
َ َأ ْن
َ ت َم ْواَل َنا َفا ْنصُرْ َنا َع َلى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِر
ين
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Engkau adalah pelindung dan penolong, ya Allah. Hanya kepada-Mu kami bertawakal.
Hanya Engkau-lah yang kami mintai pertolongan. Maka tolonglah kami terhadap orang-
orang yang kafir kepada-Mu. Menangkanlah kami dalam menghadapi mereka baik dengan
argumentasi maupun kekuatan fisik di medan perang.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan, doa-doa dalam ayat terakhir Surat
Al Baqarah ini menggambarkan keadaan orang-orang beriman bersama Tuhannya. Juga
kesadaran mereka terhadap kelemahan dan kekurangan mereka, kebutuhan mereka
kepada rahmat dan ampunan-Nya, bantuan dan pertolongan-Nya.