Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS QS.

AL-BAQARAH AYAT 21-22


(Studi Komparatif Tafsir Tahrir wa Tanwir, Tafsir Syarawi, Dan Tafsir Asy Al-Maraghi)
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Muqaran

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Husnul Hakim, MA

Disusun Oleh :
Talbia Robbi Rodhia
NIM 191410104

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA
2023
PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemah

‫ِذ‬ ‫ِذ ِم ِل‬ ‫ِذ‬


‫َٰيَأُّيَه ا ٱلَّناُس ٱْع ُب ُد وا۟ َرَّبُك ُم ٱَّل ى َخ َلَق ُك ْم َوٱَّل يَن ن َقْب ُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَّتُق وَن ۝ ٱَّل ى َجَع َل َلُك ُم ٱَأْلْرَض‬
‫ِل ِه‬ ‫ِت‬ ‫ِبِه ِم‬ ‫ِء‬ ‫ِم‬ ‫ِب‬ ‫ِف‬
‫َٰر ًش ا َوٱلَّس َم اَء َن اًء َوَأن َزَل َن ٱلَّس َم ا َم اًء َف َأْخ َرَج ۦ َن ٱلَّثَم َٰر ِرْزًق ا َّلُك ْم ۖ َفاَل ْجَتَعُل وا َّل َأن َد اًد ا َوَأنُتْم‬
‫َتْع َلُم وَن‬

{21} Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa, {22} Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2] : 21-22)

B. Penafsiran Ayat
1. Syekh Mutawalli Asy-Syarawi, Kitab Tafsir Syarawi
Setelah Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafik dalam 13 ayat (ayat 8 s/d 20)
agar kita tahu keadaan lahir dan batin mereka, hingga dapat mewaspadainya, maka dalam
ayat ini Allah menjelaskan bahwa kekufuran mereka tidak saja terhadap Allah sebagai Tuhan
(uluhiyyah) tapi juga terhadap Allah sebagai pengatur (rububiyah). Allah tidak membedakan
satu makhluk dengan makhluk lainnya dalam pemberian rububiyah-Nya di dunia ini. Seperti
matahari, ia menyinari mukmin dan kafir, hujan turun kepada orang yang mengucap
syahadat dan yang tidak.
Udara digunakan untuk bernapas bagi orang yang salat dan yang tidak mau rukuk
selama hidupnya, begitu juga halnya dengan makanan. Makanan itu dimakan oleh orang
yang dicintai Allah ataupun yang mengkufuri nikmat- Nya. (Maha Mengatur). Adapun
pemberian ulühiyah (ketuhanan) hanya dikhususkan bagi mukmin di dunia dan di akhirat.
Allah menjelaskan bahwa pemberian yang bersifat rububiyah cukup menjadikan
mereka beriman kepada Allah Swt. Ketika Allah mengucapkan {
‫َٰيَأُّيَه ا ٱلَّناُس‬ } Hai manusia,
di dalam Alquran, maka yang dimaksudkan dengan an-naas (manusia) di sini adalah seluruh
manusia, kapan dan di manapun mereka berada, sejak turunnya Alquran sampai hari kiamat.
Seruan ini khusus tentang keimanan, yaitu tunduk dan patuh kepada Tuhan yang Maha Esa
yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
‫ِذ ِم ِل‬
{ ‫} ال ذي خلقكم َواَّل يَن ْن َقْب ُك ْم‬ yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu. Maksudnya, bahwa salah satu sebab pelaksanaan ditegakkannya ibadah kepada
Allah adalah karena manusia seluruhnya diciptakan oleh-Nya. Tidak ada keraguan dalam
masalah penciptaan dan tidak ada yang berani mengaku bahwa dirinya telah menciptakan
dirinya sendiri. Bahkan lebih dari itu Allah-pun memerintahkan kita untuk menghormati dan
memelihara sebab-sebab yang langsung menopang kehidupan kita, seperti ayah dan ibu. Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(QS al- Isra'
[17]: 23)
Dari ayat di atas, dapat diperhatikan bahwa Allah sendiri menghormati sebab-sebab
penciptaan walaupun la yang menciptakan segala sesuatu. Harta misalnya, adalah milik
Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dia menyuruh kita untuk
bersedekah dengan istilah “meminjamkan” { ‫من ذا الذي ُيقرُض اَهلل َقْرًض ا َح َس ًنا‬ } Siapakah yang
mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (QS al-Baqarah [2]: 245).
Seolah-olah Allah menghormati usaha manusia untuk memperoleh harta, meskipun
harta yang dicari itu milik Allah. Tapi Dia berkata seperti pada { ‫}من ذا ال ذي ُيقرُض اَهلل‬
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah. Begitulah rahmat-Nya la tampakkan
kepada mukhluk-Nya. { ‫} َلَعَّلُك ْم َتَّتُق وَن‬ agar kamu takut. Apa yang kita takutkan? Takut
kepada sifat jalal Allah karena Dia punya sifat jalal dan jamal. Di antara sifat jalal (Perkasa)
ialah sifat jabbar, qahhar, mutakabbir, muqtadir, dlar dan lain-lain. Qadir Allah berkehendak
agar kita membentengi diri dari sifat jalal-Nya, hingga tidak dimurkai-Nya dengan
berpegang teguh pada sifat-sifat jamál-Nya seperti ar-rahim al- wadid, al-ghaffär, at-
tawwab. Jika berhasil, selamatlah kita dari api neraka sebagai salah satu tentara-Nya. Karena
neraka itu termasuk dalam kaitan sifat jalal-Nya.
Perlu diingat bahwa {
‫َٰيَأُّيَه ا ٱلَّناُس‬ } seruan kepada seluruh manusia, adapun { ‫ٰيَاُّيَه ا‬
‫} اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُنْوا‬adalah seruan khusus bagi mukmin. Wahai orang- orang beriman jika kalian telah
beriman kepada Allah berarti kalian telah masuk dalam ikatan iman.
Setelah pemberian rububiyah dijelaskan kepada seluruh makhluk-Nya, baik mukmin
maupun kafir, sebenarnya sudah cukup jelas bagi manusia untuk beriman kepada-Nya.
Namun Dia menjelaskan lebih lanjut ayat-ayat tentang pemberian rubübivah-Nya.
Khususnya bagi mereka yang belum beriman agar beriman dengan membaca ayat ini.
Pertama kali, Allah mengarahkan pandangan kita kepada penciptaan Bumi.
{ ‫} الذي َجَع َل َلُك ُم اَأْلْرَض فراشا‬Dialah yang menjadikan bumi sebagai bumi hamparan.
Bumi ialah tempat tinggal manusia, tidak ada seorangpun berani mengaku bahwa dia yang
menciptakannya. Jadi ayat ini adalah ayat yang berisikan tentang rububiyah, yang tidak
susah untuk dicerna karena sudah pasti.
Arti dasar adalah tempat tidur. Maksudnya di sini adalah hamparan. Ini
menunjukkan bahwa bumi ini betul-betul dipersiapkan untuk peristirahatan manusia,
sebagaimana kamu menghamparkan sesuatu di atas tanah untuk duduk atau tidur-tiduran,
maka jadilah ia hamparan yang menyenangkan hatimu.
Kita mewarisi bumi ini dari generasi ke generasi sebagai tempat berlangsungnya
kehidupan semua manusia. Sejak diciptakan sampai hari kiamat, bumi tetap menjadi
hamparan bagi manusia.
Terkadang sebagian manusia berkata bahwa apabila tidur di atas bumi niscaya tidak
nikmat, karena di atasnya ditemukan duri atau jenis lain yang membuat tidur tidak nyenyak.
Kita katakan bahwa manusia pertama tidur di atas bumi dan nyenyak lagi nyaman. Ini
artinya bahwa tidur di atas bumi itu adalah mungkin. Tatkala zaman telah maju, maka kita
temukan tempat-tempat istirahat yang empuk, namun bumi masih tetap dipakai sebagai
tempat peristirahatan yang nyaman.
Perhatikan surat Zukhruf ayat { ‫} اَّل ذي َجَع َل َلُك ُم اَأْلْرَض َم ْه ًد ا‬ yang menjadikan bumi
untuk kamu sebagai tempat menetap. Arti mihaada ialah buaian bagi bayi. Buaian ini lebih
enak lagi, karena anak kecil jika diletakkan di kasur saja akan cepat bosan, apalagi tidak ada
mainannya. Maka seorang ibu telah mempersiapkan buaian untuk tempat istirahatnya,
sehingga bayi cepat tidur nyenyak. Allah yang menjadikan bumi ini sebagai tempat istirahat
bagi setiap makhluk-Nya..
Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki- Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan. (QS al-Anbiya' [21]: 32). Maksudnya, Allah yang
menundukkan bumi agar taat kepada manusia dan memberikan apa yang diinginkannya.
‫ِب‬
Pada penggalan ayat selanjutnya, Allah mengkisahkan tentang langit { ‫} َوٱلَّس َم اَء َن اًء‬
langit sebagai atap yang kokoh dan kuat. Ia tidak pernah jatuh, hal ini sesuai dengan Firman
Allah Dan Dia menahan langit jatuh ke bumi melainkan dengan izin-Nya (QS al-Hajj [22]:
65) Ayat lain berbunyi: Dan Kami jadikan langit sebagai atap yang terpelihara, (QS al-
Anbiya [21]: 32) Tujuan dari ayat-ayat semacam ini agar manusia tenang dan tenteram hidup
di atas bumi. Mereka tidak takut ditimpa langit karena Allahlah yang langsung menjaganya.
‫ِت‬ ‫ِبِه ِم‬ ‫ِء‬ ‫ِم‬
Selanjutnya: { ‫} َوَأنَزَل َن ٱلَّس َم ا َم اًء َفَأْخ َرَج ۦ َن ٱلَّثَم َٰر ِرْزًقا َّلُك ْم‬dan Dia menurunkan
air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki untukmu. Seolah-olah Allah telah meletakkan di bumi sarana untuk
kelangsungan hidup manusia Allah tidak membiarkan manusia di bumi ini tanpa prasarana
yang menjamin kelangsungan hidup mereka. Allah menurunkan hujan lalu menumbuhkan
berbagai macam tumbuhan, buah-buahan, semua ini rezeki buat manusia,
{ ‫} ِرْزًق ا َّلُك ْم‬sebagai rezeki bagi kamu. Manusia berselisih faham tentang rezeki.
Rezeki itu ialah segala sesuatu yang dapat diambil manfaat darinya dan bukan yang
diperoleh manusia. Terkadang anda memperoleh untung yang banyak tapi anda tidak
bersedekah atau menggunakannya hingga anda meninggal dan meninggalkan harta itu. Maka
harta yang ditumpuk itu bukan rezeki anda, tetapi rezeki orang lain. Menurut kebanyakan
orang, rezeki adalah harta. Rasul Saw bersabda untuk membantah pernyataan itu.

‫ِم ِل‬
‫َيُق وُل اْبُن آَدَم َم اىِل َم اىِل – َق اَل – َوَه ْل َل َك َي ا اْبَن آَدَم ْن َم ا َك ِإَّال َم ا َأَك ْلَت َف َأْفَنْيَت َأْو َلِبْس َت‬
‫َفَأْبَلْيَت َأْو َتَص َّد ْقَت َفَأْم َض ْيَت‬
Manusia berkata: Hartaku...hartaku...Apakah anda punya harta wahai manusia selain yang
kau makan jadi kotoran, selain pakaian yang kau pakai jadi lapuk, atau yang telah kau
sedekahkan telah berlalu (HR. Muttafaq Alaih, Abu Daud, Turmudzi, Nasa'i, Ahmad).

Harta adalah sebagian dari rezeki. Selain harta masih banyak kita temukan bentuk-
bentuk rezeki seperti, kesehatan, anak, makanan, keberkatan, dan semua nikmat yang
diberikan oleh Allah. Allah menghendaki agar manusia mau berpikir sejenak untuk siapa
sebenarnya alam ini diciptakan? Agar kita mengetahui bahwa sebelum Allah menciptakan
manusia, la telah menciptakan unsur-unsur penopang kelangsungan kehidupan mereka.
Persiapan itu tidak hanya terbatas pada materi saja, tapi disertai dengan unsur-unsur yang
menyokong kehidupan rohani. Tanpa nilai rohani, dunia ini tidak ada gunanya. Dunia adalah
tempa cobaan dan ujian bagi kehidupan yang akan datang di akhirat. Jika tidak digunakan
sesuai dengan fungsinya sebagai jalan menuju surga, maka rusaklah nilai itu.
Allah menghubungkan rezeki dan langit di ayat ini untuk membuktikan bahwa rezeki
itu tidak datang kecuali dari atas. Allah mencontohkan turun rezeki dari langit itu dengan
hujan, karena tujuan dari rezeki bisa dinikmati langsung oleh manusia. Di samping hujan
merupakan rezeki, hujan juga turun untuk menambahkan ketinggian nilai-nilai akidah yang
sangat mahal. Itu karena manusia tidak mampu membuat hujan, dan kalaupun manusia
mampu maka hujan buatan itu membutuhkan modal yang besar dan biaya yang banyak.
Setelah diketahui bahwa nikmat itu datangnya dari Allah, selanjut-nya karena itu
Janganlah kamu { ‫َأنَد اًد ا‬ ‫ } َفاَل ْجَت ُلوا ِلَّلِه‬: Allah berfirman mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.
‫َع‬
Kata andaadan jamak, annida artinya partner, kawan atau sekutu. Jangan pernah terlintas
sebesar biji sawi pun dalam pikiran kita untuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun jua. Allah Maha Esa dalam kekuasaan dan penciptaan-Nya, Esa pada zat dan sifat-
Nya. Sifat-sifat Allah tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Kalau ada
seseorang yang ingin membandingkannya, maka akal dia akan menolaknya, karena tidak
sesuai dengan akal dan logika.
Allah pun berfirman, wa antum ta’lamun padahal kamu mengetahui. Maksudnya,
kamu tahu betul dengan akal untuk menolak mempersekutukan-Nya. Allah berfirman { ‫َك ُح ب‬
‫ِخ‬
‫ } اهلل والذيَن آَم ُنوا َأَش ُّد ُح با هلل وَمْن الَّناِس َمْن َيَّت ُذ من دون اهلل َأن َد اًد ا حُي ُّب وَنُه ْم‬Dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta
kepada Allah.
Kenapa manusia menjadikan sekutu bagi Allah? karena mereka menginginkan
agama tanpa manhaj. Mereka ingin menutup fitrah keimanan pada diri untuk mengikuti
syahwat. Setelah mereka pikirkan, mereka menemukan jalan terbaik yaitu memilih Tuhan
tanpa manhaj. Tuhan yang tidak menuntut apa-apa kepada mereka. Oleh sebab itu setiap
dakwah yang menyeleweng dan menghalalkan apa yang diharamkan, biasanya para
pengikutnya bebas berbuat apa saja dan bebas dari segala beban keimanan, seperti: salat,
zakat, jihad dan lain-lain.
Lain halnya dengan mukmin, mereka mengerti fungsi manhaj bagi kebaikan
manusia. Allah tidak pernah mendapat untung dari salat atau zakat. Allah juga tidak pernah
memperoleh keuntungan dari manhaj iman sedikitpun. Sebaliknya, kitalah yang banyak
memperoleh faedah Allah yaitu nikmat dan surga-Nya kelak di akhirat. Dengan dasar inilah
mereka benar-benar cinta kepada Allah, Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa
kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan
bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah
dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan..
(QS Yunus [10]: 12)
Ketika dalam keadaan susah, kenapa mereka tidak meminta sekutu-sekutu itu?
Kenapa mereka meminta dan memohon kepada Karena manusia biasanya ketika terancam
bahaya, tidak akan da membohongi dirinya. Secara akal mereka tahu bahwa tidak mungkin
bersekutu. Mereka mempersekutukan Allah hanya untuk tujuan dunia. Ketika datang bahaya,
mereka sibuk kembali kepada Allah. Karena mereka tahu dan yakin bahwa hanya Allah yang
mampu menyelamatkan mereka. Buktinya, apabila anak dukun sakit, ia segera melarikannya
ke dokter, ia mungkin dapat menipu orang lain, tapi dia tidak mungkin menipu dirinya
sendiri. Ketika Asmu'i berdiri di samping Ka'bah, tiba-tiba dia mendeng seorang badui: "Ya
Tuhanku, Kamu tahu bahwa aku durhaka pada -Mu merupakan hak-Mu untuk tidak
memperkenankan doaku karena aku bersalah. Tapi aku tahu bahwasanya tiada Tuhan selain
Mu jadi dimana lagi aku harus mengadu. Asmu'i pun menanggapinya: Wahai saudaraku,
Allah akan mengampunimu, karena baiknya permintaanmu. ]

2. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Kitab Tafsir Al-Maraghi


a. Pengertian secara umum

‫ الِعَباَدة‬Al-Ibadah Perasaan merendahkan diri yang disebabkan


merasakan keagungan yang disembah.

‫ الرب‬Ar-Rabb Yang mengatur, mendidik dan memelihara

‫ القراش‬Al-Farasy Hamparan

‫ البناء‬Al-Bina' Meletakkan sesuatu di atas yang lain sehingga tampak


bentuknya (bangunannya).
‫ البد‬An-Niddu Sekutu, sepadan.

Setelah Allah menjelaskan sifat-sifat makhluk Allah, bahwa di antara mereka ada
yang beriman dan ada pula di antara mereka yang kufur dan kehilangan kemauan
menerima petunjuk, bahkan ada diantara manusia yang bersikap munafik. Selesai
menyampaikan masalah tersebut, Allah menyeru kepada umat manusia agar memeluk
agama tauhid yang benar, yakni hanya menyembah kepada Allah semata dengan kusyu',
rendah diri dan ikhlas. Di dalam menyembah Allah, hendaknya ia seakan-akan melihat-
Nya. Jika mereka tidak bisa melihat Allah, maka sesungguhnya Allah melihat mereka.
Jika mereka telah mengerjakan penyembahan tersebut, berarti telah mempersiapkan diri
menjadi kaum muttaqin, dan akan mencapai cita-cita yang dituju.
Setelah itu, Allah menghitung-hitung nikmat yang dirasakan mereka. Nikmat-
nikmat tersebut, hendaknya wajib disyukuri dan menyembah pem- beri nikmat dengan
sebenar-benarnya. Di antara nikmat tersebut, Allah telah menjadikan mereka mampu
bekerja dan mencari penghidupan. Kemudian, Allah menjadikan bumi sebagai tempat
tinggal agar mereka bisa memanfaatkan apa saja yang ada dipermukaan bumi maupun
memanfaatkan tambang-tambangnya yang berada di perut bumi, termasuk tumbuh-
tumbuhan yang berada di permukaan bumi. Kemudian, Allah membangun langit untuk
mereka yang dihiasi dengan berbagai bintang yang dapat menerangi orang berjalan di
kegelapan malam. Dan langit, Allah menurunkan hujan yang sa ngat bermanfaat bagi
tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang berancka warna, rasa dan bentuknya.
Bukankah pada semua itu kita dapat menarik perhatian dan menuntun akal
pikiran kita kepada suatu kesimpulan bahwa pencipta alam semesta yang begitu indah,
tak ada sesuatu yang menyamai dan menandingi. Pada hakekatnya, segala sesuatu yang
dijadikan sebagai tandingan, sama sekali tidak ada daya, sebagaimana apa yang telah
Allah ciptakan. Dan mereka benar-benar menyadari masalah ini. Tetapi, apa sebabnya,
mereka masih tetap meminta pertolongan kepada selain Allah. Mereka berdo'a dan
memohon syafa'at bukan ditujukan kepada Allah. Mereka menjadikan per- antara dan
meminta-minta kepada selain Allah. Padahal, tidak ada yang menciptakan dan memberi
rezki kecuali hanyalah Allah.

‫َٰيَأُّيَه ا ٱلَّناُس ٱْع ُبُد و ۟ا َرَّبُك ُم‬


Nabi saw. memulai da'wahnya dengan anjuran penyembahan kepada Allah SWT.
Hal ini dilakukan pula oleh para Nabi lainnya, seperti firman Allah yang berbunyi:

‫ِن‬ ‫ِن‬ ‫ٍة‬


‫َو َلَقْد َبَعْثَنا يِف ُك ِّل ُأَّم َرُس واًل َأ اْع ُبُد وا الَّلَه َواْج َت ُبوا الَّطاُغوَت‬
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyeru)
'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu..." (An-Nahl, 16:36)
Da'wah Rasulullah saw. pada mulanya ditujukan kepada bangsa Arab dan Yahudi yang
tinggal di Madinah dan daerah sekitarnya. Sebenarnya, mereka itu beriman kepada
Allah, tetapi tidak menyembah-Nya. Terkadang,mereka mengikutsertakan selain Allah
dalam hal penyembahan, atau memang menyembah selain Allah.
‫ِذ ِم ِل‬ ‫ِذ‬
‫ٱَّل ى َخ َلَق ُك ْم َوٱَّل يَن ن َقْب ُك ْم‬
Sesungguhnya Allah-Yang Maha Agung dan memiliki sifat-sifat yang
sebelumnya kamu ketahui telah menciptakan kalian dan orang. orang sebelum kalian.
Allah pulalah yang memelihara kalian dan orang- orang yang sebelum kalian. Allah
mengatur seluruh kepentinganmu, ke- mudian menganugerahkan sarana pengetahuan
dan jalan menuju hidayah, seperti yang Allah anugerahkan kepada orang-orang sebelum
kalian. Karenanya, sembahlah Allah semata, jangan sekali-kali kalian menyeku- tukan-
Nya dengan seseorang atau makhluk-makhluk-Nya.

‫َلَعَّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
Artinya sembahlah Allah sebagaimana mestinya, karena menyembah Allah
dengan cara yang semestinya itulah yang akan mengantarkan kalian kepada takwa, dan
merupakan harapan menuju kesempurnaan.
‫ٱَّلِذى َجَعَل َلُك ُم ٱَأْلْرَض ِفَٰر ًش ا‬
Artinya, Allah-lah yang telah menciptakan bumi untuk kalian, dan bumi tersebut
Allah ciptakan sebagai hamparan dan tempat tinggal kalian.

‫ِب‬
‫َوٱلَّس َم اَء َناًء‬
Artinya, Allah-lah yang merancang pola langit dalam bentuk saling mengait,
sama dengan sebuah bangunan. Kemudian, Allah SWT. mencip takan bintang-bintang
yang tidak bertumpukan karena adanya hukum saling tarik menarik seperti yang kita
saksikan. Sehingga bintang-bintang itu tidak berjatuhan di muka bumi, atau bertabrakan
dengan lainnya hingga hari akhir nanti.
‫ِت‬ ‫ِبِه ِم‬ ‫ِء‬ ‫ِم‬
‫َوَأنَزَل َن ٱلَّس َم ا َم اًء َفَأْخ َرَج ۦ َن ٱلَّثَم َٰر ِرْزًقا َّلُك ْم‬
Allah-lah yang menurunkan hujan yang biasa untuk mengairi sawah dari langit,
dan dapat menghidupkan tetumbuhan. Dengan demikian, pohon-pohon tersebut dapat
membuahkan hasil yang dapat kita makan dan kita manfaatkan kegunaannya.
‫َفاَل ْجَتَعُلوا ِلَّلِه َأنَد اًد ا َوَأنُتْم َتْع َلُم وَن‬
Sekutu-sekutu, pengertiannya ialah segala sesuatu yang ditaati ma- nusia, dan
menjadi alamat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Kaum musyrik Arab
mengatakan bahwa taat seperti ini dikategorikan sebagai ibadah atau penyembahan. Hal
ini karena mereka tidak mempunyai peraturan yang melarang penyembahan kepada
selain Allah.
Ahli kitab adalah kelompok yang menjadikan para paderi dan pendeta sebagai
sekutu-sekutu Allah yang didewa-dewakan. Istilah ini selalu mereka jauhi karena istilah
pengambilan ini tidak mereka anggap sebagai ibadah.
Akidah mereka juga menganggap para paderi dan pendeta sebagai sekutu Allah.
Karenanya, mereka pun tidak menggunakan istilah sekutu Allah. Kelompok ini
menganggap para paderi dan pendeta itu sebagai bukan Allah. Tetapi mereka itu
dijadikan sebagai perantara yang dimintai pertolongannya untuk menghubungkan
kepada Tuhan. Syari'at-syari'at yang ditentukan. untuk kepentingan kelompok ini-
penghalalan terhadap yang baik dan pengharaman terhadap yang mungkar - mereka
namakan sebagai fiqh yang bersumber dari ajaran Taurat. Padahal kita telah sepakat
bahwa tidak ada yang menciptakan semua" ini kecuali Allah tidak ada yang memberi
rezki kecuali Allah semata.

‫َوَأنُتْم َتْع َلُم وَن‬


Kalian telah mengetahui bahwa hal tersebut adalah batil. Jika kalian ditanya
siapakah yang memberi rezki,-baik yang dari bumi maupun dari langit dan siapakah
yang mengatur semuanya, tentu kalian akan menjawab, "Allah lah yang mengatur dan
menciptakan segalanya". Jika memang demikian, kenapa kalian berdoa tidak ditujukan
kepada Allah, dan kalian minta syafa'at kepada selain Allah pula? Alasan apakah yang
mendorong kalian mengatakan bahwa perantara-perantara tersebut bisa menyampaikan
kalian dihadapan Allah? Bukankah mereka itu tidak bisa menciptakan madarat dan
manfaat untuk kalian? Apa pula alasan kalian yang membolehkan mendekat diri kepada
Allah dengan cara yang tidak diridai-Nya?
‫ما تعبُد ُه م اال ِلُيقرُبوَنا إىَل اِهلل ُزلفى‬
"...Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mende- katkan kami
kepada Allah dengan sedekat-dekatnya...". (QS. Az- Zumar [39]:3)

3. Thahir Ibnu Asyur, Kitab Tafsir Tahrir wa Tanwir


Yang dimaksud dengan seruan
‫ َٰيَأُّيَه ا ٱلَّناُس‬wahai sekalian manusia adalah ketika
Allah berfirman : Wahai manusia, ini merupakan seruan untuk penolakan kemusyrikan, ayat ‫َٰي‬

‫َأُّيَه ا ٱلَّناُس‬, sebagaimana dalam firman-Nya : Maka janganlah kamu menjadikan tandingan
bagi Allah selagi kamu mengetahui. [Al-Baqarah: 22] Dan ayat ini dimulai dengan seruan,
Huruf ya’ adalah huruf panggilan yang paling banyak digunakan di dalam ayat-ayatNya
untuk menyebut yang dekat dan yang jauh, seperti dalam Kamus Al-Ridha berkata dalam
“Sharh Al-Kafiyah” : Penggunaan kata “ya” baik dekat maupun jauh, penafsirannya
bertentangan dengan makna aslinya, ia bermaksud untuk menanggapi Al-Zamakhshari ketika
beliau berkata dalam “Al-Kashshaf”: “Dan ayat ‫ َٰيَأُّيَه ا‬itu mula-mula ditaruh untuk menyeru
ke tempat yang jauh, kemudian digunakan untuk memanggil orang-orang yang melakukan
kesalahan atau lalai, meskipun wahyu itu dekat. Begitupula penafsiran yang ia lakukan
dalam kitab “Al-Mufassal . ”
Dan ya’ aslinya adalah kata benda tak tentu yang mengacu pada orang yang berjenis
kelamin sama dengan kata benda yang dihubungkan dengan kata benda tersebut dengan
tambahan, seperti hai manusia, seperti ketika Anda berkata kepada teman Anda, “hai kamu
yang duduk bersamamu,” dan mereka mungkin akan memanggil orang yang dipanggil
dengan nama jenis kelaminnya. Mereka memisahkan harfu nida dan isim munada dalam hal
ini ‫ َأْي‬yang mana strukturnya tidak umum menurut standar bahasa, dan mungkin
merupakan sisa dari penggunaan kuno. Seperti perkataan seorang penyair yang tidak kita
ketahui tahu:

‫ِن‬
Ini adalah bekal Anda berdua ‫ا‬
‫َأُّيَه َذ ا ُك اَل َزاَد ْيُك َم‬
‫[ َو ِم َن الَّناِس‬Al-Baqarah: 8], yang
Dan
‫ٱلَّناُس‬ (manusia) ketika Allah Ta’ala berfirman:
merupakan kata benda jamak yang digunakan di sini dan diartikan mencakup seluruh
individu manusia. hal tersebut, karena kelompok ditentukan oleh kesalahan masyarakat
umum, kecuali jika terpenuhinya suatu perjanjian sebagaimana tercantum dalam asas dan
kemungkinannya, maka perjanjian itu lemah, karena perkaranya adalah perjanjian individu.
lebih jelas daripada keumuman kata benda tunggal.
Kalau dilihat dari bentuk penyampaiannya, ini hanya ditujukan kepada orang-orang
yang mendengarkan, jadi keumumannya adalah bagi mereka yang tidak hadir pada saat
mendengarkan ayat ini, dan bagi mereka yang akan hadir. atas bukti keumuman
penugasannya dan tidak adanya niat untuk memecah belah yang hadir, dan ini merupakan
sesuatu yang diulang-ulang dengan sukarela dan bermakna, maka tidak ada salahnya jika
digeneralisasikan kepada semua orang tanpa perlu sebuah pertemuan Ya, meskipun Anda
telah memperhatikan bahwa ini adalah jenis ucapan yang tidak datang dari orang tertentu.
Ibadah pada hakikatnya adalah kerendahan hati dan ketundukan, dan hal ini telah
difirmankan ketika Allah SWT berfirman: ‫ِإَّياَك َنْع ُبُد‬ “ Engkaulah yang kami sembah ” [Al-
Fatihah: 5]. Dan karena kerendahan hati dan ketundukan hanya terjadi karena shidqil yaqin,
dengan iman dan tauhid ilahiyat, ini adalah prinsip ibadah, karena barangsiapa
menyekutukan Allah dengan yang tidak patut baginya, maka ia telah menjauhi kerendahan
hati dan ketundukan kepada-Nya.Yang diperintahkan untuk beribadah adalah orang-orang
musyrik di kalangan orang-orang Arab dan orang-orang sekularis di antara mereka, Ahli
Kitab dan orang-orang yang beriman, masing-masing dengan apa yang menjadi haknya. pada
diri Rasulullah, ketundukan pada agama, dan ketaatan pada apa yang diperintahkan-Nya,
melebihi itu semua. Bahkan sampai pada tingkatan ibadah yang paling tinggi sekalipun,
meskipun terus-menerus dan terus-menerus, dalam kaitannya dengan Rasulullah saw.
Penjelasan lebih lanjut tentang Al-Lata (berhala), sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya dalam Surat Al-Fatihah, dan disusul oleh suku ‘Aus dan Khazraj.
‫ِذ ِم ِل‬
{ ‫ } َواَّل يَن ْن َقْب ُك ْم‬orang-orang sebelum kamu, sebagai pengingat bagi mereka bahwa bapak
pertama adalah makhluq ciptaan Allah, mereka harus kembali kepada bapak pertama mereka
‫ِم‬
(Nabi Adam as). Mungkin inilah maksud penekanannya dengan menambahkan huruf
‫ْن‬
(dari) pada perkataannya: min qablikum. Asal mula penciptaan adalah penciptaan menurut
ketetapan dan pengaturan, dan dari situlah terciptanya manusia. Jubayr berkata dalam
Harami Ibnu Sinan. :

‫ ُض اْلَق ْو ِم ْخَيُلُق َّمُث اَل َيْف ِري‬... ‫َوَأَلْنَت َتْف ِري َم ا َخ َلْق َت َو َبْع‬
Dan kamu akan mengingkari apa yang telah kamu ciptakan dan jual... terhadap orang-
orang yang menciptakan dan kemudian tidak mengingkari

Dalam Al-Qur'an dan syariat, penciptaan diberikan pada penciptaan sesuatu yang
tidak ada, karena artinya menjadikan sesuatu dari ketiadaan menjadi ada dengan cara yang
tidak ada. Penciptaan manusia melalui penciptaan benda-benda hanya untuk mewakilinya
dengan merakit bagian-bagiannya masing-masing dan memperkirakan jumlah yang
diinginkan.Beberapa di antaranya seperti pembuat tembikar. Penciptaan dan terciptanya
dunia serta macam-macam benda yang ada dan generasinya antara yang satu dengan yang
lain, termasuk Ciptaan Ilahi yang dititipkan di dalamnya dari sistem penciptaan, seperti
pembentukan embrio pada hewan di dalam perut dan telurnya, dan pembentukan implan
pada biji-bijian, benih-benih dan pembentukan air di awan, semua itu adalah ciptaan dan
berasal dari ciptaan Allah swt., dan tidak ada pertimbangan apa pun yang menandingi
sebagian ciptaan itu.
isebut penciptaan dalam terminologi syariat, karena kata penciptaan dalam bahasa
Arab paling dekat dengan arti penciptaan dari ketiadaan, merupakan sifat Allah yang Esa,
dan inilah yang menjadi makna hakikat penciptaan dalam alam. terminologi umat Islam,
maka penggunaannya dalam bahasa Islam dengan firman Allah swt. : ‫َأَفَمْن ْخَيُلُق َك َمْن اَل ْخَيُلُق َأَفال‬
‫ َت َذَّك ُروَن الَّنْح ل‬Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang tidak dapat
menciptakan (sesuatu)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. An-Nahl: 17) Dan
‫ ِم خاِلٍق َغ الَّل ِه‬Apakah
Dia berfirman: ‫ْيُر‬ ‫َه ْل ْن‬ ada pencipta selain Allah? (QS. Fathir: 3) Dan
nama Sang Pencipta, khusus untuknya, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk menyebut
selain Dia.
Takwa berarti waspada terhadap apa yang tidak disukai, Pernyataan tentang hal itu
‫ِل ِق‬
dikemukakan ketika Allah swt berfirman: ‫ُه دًى ْلُم َّت َني‬ Petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa (QS. Al-Baqarah [2] : 2). Karena ketakwaan adalah akibat dari ibadah, maka
harapannya itu merupakan wujud dari perintah beribadah, dan hal itu dihadirkan ketika Allah
SWT berfirman: hudan lil muttaqiin, demikianlah maknanya. Sembahlah Tuhanmu dengan
harapan bahwa kalian akan bertakwa dengan ketakwaan yang sempurna, karena ketakwaan
adalah tujuan ibadah.
Pada ayat berikutnya menjelaskan, Dialah yang menjadikan bumi sebagai tempat
tinggalmu dan langit sebagai bangunan, lalu menurunkan air dari langit dan dengan air itu
dia menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki bagimu. Jelaslah bahwa firman-Nya: Dia
yang menjadikan bumi sebagai tempat peristirahatan bagimu, merupakan gambaran kedua
‫ِذ‬
tentang Tuhan, karena konteksnya sama dengan firman-Nya: ‫ اَّل ي َخ َلَق ُك ْم‬Dialah yang
menciptakan kamu pada ayat sebelumnya, dan yang dimaksud adalah menunjuk pada alasan
lain mengapa Dia berhak disembah diagungkan, karena ketika Dia mewajibkan beribadah
kepada-Nya Dia-lah Pencipta seluruh manusia, Dia menindaklanjutinya dengan sifat-sifat
lain yang mengharuskan mereka beribadah kepada Allah. Hanya Dialah yang melimpahkan
rahmat-Nya kepada mereka, padahal nyata kekuasaan-Nya yang besar, sebagaimana Dia
memampukan mereka untuk hidup, yang pertama adalah tempat yang cocok untuk
rezeki,dan menjadikan kehidupannya yang nyaman seperti tempat tidur. bagi mereka, dan
keputusan ini dilingkupi oleh udara yang bermanfaat bagi kehidupan mereka, dan itulah yang
‫ِب‬
dimaksud ketika Allah berfirman: ‫َوالَّس ماَء ناًء‬ Dan langit adalah sebuah bangunan, dan
karena itu bagaikan bola udara yang melindungi manusia agar tidak terpapar oleh lapisan di
atasnya yang sangat tinggi, dari partikel-partikel atau unsur asing yang mematikan dan
menyesakkan. Bola udara ditempatkan di atas dunia ini, jadi bagaikan sebuah bangunan
baginya, dan manfaatnya seperti manfaat sebuah bangunan, sehingga disamakan dengan itu
dalam beberapa hal.
Perumpamaan yang lebih bagus adalah Dia menghadirkan kepada manusia apa yang
menopang dan menopang kehidupan mereka, dengan air di langit bertemu dengan kekuatan
bumi, yaitu buah-buahan. Yang dimaksud dengan langit di sini adalah istilah adat di kalangan
orang Arab, yaitu apa yang tampak bagi pengamatnya seperti kubah berwarna biru, yaitu
bola udara yang mengelilingi bumi. Seperti yang dalam ayat : ‫َأ َك ِّيٍب ِم الَّس ماِء‬ Atau
‫َن‬ ‫ْو َص‬
seperti tetesan air hujan. dari langit (QS. Al-Baqarah [2] : 19) Ini adalah arti utama ketika
kata “langit” digunakan dalam bentuk tunggal dan bukan dalam bentuk jamak.

Arti ‫َجَعَل اَأْلْرَض ِفَراًش ا‬ adalah seperti tempat tidur di mana seseorang dapat duduk dan
berbaring di atasnya, yang merupakan keadaan kestabilan yang paling spesifik. Maksudnya
adalah Dia menjadikannya titik tengah antara kerasnya bebatuan hingga melukai kulit
manusia.dan lunaknya lumpur sehingga makhluk yang berada di atasnya bergerak dan
terjebak di dalamnya, dan itu merupakan nikmat yang besar.
‫ َأ َل ِم الَّس ماِء ا َفَأ ِبِه‬Dan Dia menurunkan air dari langit dan
Dan firman-Nya: ‫َم ًء ْخ َرَج‬ ‫َو ْنَز َن‬
mengeluarkannya, dsb. Ini adalah rasa syukur atas apa yang melekat pada ciptaan, apa yang
memeliharanya dari gangguan, dan itu adalah ciptaan yang binasa oleh panas, Dan asal mula
makanan adalah apa yang keluar dari dalam tubuh tanah Bumi yakni menghasilkan tumbuh-
tumbuhan dari air yang turun dari langit, yaitu dari awan. dan lapisan atas.
Dan ketahuilah bahwa fakta bahwa air turun dari langit berarti pembentukannya
terjadi di lapisan atmosfer sebagai akibatnya Uap yang ada di atmosfer Atmosfer selalu berisi
uap yang naik ke dalamnya akibat panas matahari, dari air laut dan sungai, dari embun bumi
dan dari tumbuhan. dengan air kosong setelah beberapa hari jika dibiarkan terkena udara.
Jika uap mencapai diameter atmosfer akan menjadi dingin. Terutama di musim dingin. Jika
uap menjadi dingin untuk mencairkannya ia berubah menjadi awan dan kemudian menetap
di langit untuk waktu yang sebentar atau lama, sesuai dengan perbandingan antara dinginnya
lapisan atmosfer dengan suhu penguapan. Jika suhu meningkat Di atasnya terasa dingin.
Awan menyusut dan menjadi berat dan mencair, sehingga gelembung-gelembung air
berkumpul di dalamnya dan membebaninya lalu menurunkan hujan, sebagaimana dimaksud
dalam firman-Nya: ‫ َو ُيْنِش ُئ الَّس حاَب الِّثقاَل‬Dia menciptakan awan tebal . (QS. Al-Ra'ad: 12)
Demikian pula jika awan terkena angin yang datang dari arah laut, yaitu angin segar, maka
udara tersebut naik ke puncak atmosfer dan menjadi dingin, lalu angin meniupkan awan-
awan yang lain ke arah mereka, lalu mereka bergabung satu sama lain dan menurunkan
hujan. Itulah sebabnya hujan lebih banyak setelah angin bertiup.
Salah satu mekanismenya adalah panas dan kurangnya tekanan meningkatkan
naiknya uap dan gaya pemuaiannya, sedangkan dingin dan banyak tekanan membuat uap
menjadi cair. Pertimbangkan bahwa naiknya uap meningkat seiring dengan naiknya uap.
sisinya dekat dengan garis khatulistiwa dan mengecil jika semakin jauh darinya. Hal ini
menunjukkan beberapa hadis menyebutkan bahwa hujan turun dari batu yang berada di
bawah singgasana. Singgasana adalah sebutan untuk salah satu langit, dan batu adalah
perkiraannya. dari tempat yang sejuk. Engkau telah belajar bahwa hujan disebabkan oleh
dingin, sehingga mencairkan es.

Kemudian pada ayat ‫ َفال ْجَتَعُل وا ِلَّل ِه َأْن دادًا َوَأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬Maka janganlah kamu
dijadikan tandingan bagi Allah padahal kamu mengetahui. Harfu Fa berguna untuk
menyusun kalimat ini pada kata sebelumnya, dan ini berkaitan dengan perintah beribadah,
dan la’ adalah larangan, karena lawan dari ibadah adalah enggan beribadah. Namun karena
menyekutukan Allah dengan yang disembah dalam ibadah sama dengan meninggalkan
ibadah, maka meninggalkan penyekutuan kepada-Nya sama dengan ibadah.
“Janganlah kamu menjadikan mereka tandingan-tandingan bagi Tuhan,
menjadikannya sekedar kenyataan, padahal mereka tidak sederajat.” Beliau menyebut
mereka sederajat tanpa menghormati klaim mereka, karena kondisi bangsa Arab ada pada
bangsa Arab. Pengorbanan mereka ibarat kasus seseorang yang menetap antara Tuhan dan
dia, padahal orang-orang sebelum Islam mengatakan bahwa para dewa adalah pemberi
syafaat dan mereka mengatakan, “Kami tidak menyembah mereka kecuali untuk
mendekatkan Kami kepada Tuhan, dan mereka menjadikan Tuhan pencipta para dewa, dan
mereka berkata dalam talbiyah : "Untuk melayanimu, kamu tidak memiliki pasangan kecuali
pasangan. Dia milikmu atas siapa yang kamu miliki, dan dia tidak memiliki. " Tetapi ketika
mereka memujanya, mereka lupa memujanya, untuk memperjuangkannya, dan bersumpah
pada saat itu. Dan mengadakan perayaan di sekitarnya adalah ibadah kepada Tuhan.

Sebagaimana firman-Nya, ‫ َوَأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬Dan tahukah kamu, itu menunjukkan bahwa
mereka mengetahui bahwa Allah tidak ada tandingannya, namun mereka menjadi buta dan
lupa, maka mereka berkata: “Kecuali menjadi sekutu-Nya.” “Dan bagimu . ”
C. Perbandingan Penafsiran

Syekh Mutawalli Asy- Ahmad Musthafa Al- Thahir Ibnu Asyur,


No, Kata Syarawi, Kitab Tafsir Maraghi, Kitab Tafsir Kitab Tafsir Tahrir wa
Syarawi Al-Maraghi Tanwir
َٰ
‫يَأُّيَه ا ٱلَّناُس‬
yang dimaksudkan Allah menyeru kepada Wahai manusia, ini
dengan an-naas (manusia) umat manusia agar merupakan seruan
di sini adalah seluruh memeluk agama tauhid untuk penolakan
manusia, kapan dan di yang benar, yakni hanya kemusyrikan, yang
manapun mereka berada, menyembah kepada merupakan kata benda
sejak turunnya al-Qur’an Allah semata dengan jamak yang digunakan
sampai hari kiamat. kusyu', rendah diri dan di sini dan diartikan
Seruan ini khusus tentang ikhlas. Di dalam mencakup seluruh
keimanan, yaitu tunduk menyembah Allah, individu manusia.
dan patuh kepada Tuhan hendaknya ia seakan-
yang Maha Esa yang tidak akan melihat-Nya. Jika
ada sekutu bagi-Nya. mereka tidak bisa
seruan khusus bagi melihat Allah, maka
mukmin. Wahai orang- sesungguhnya Allah
orang beriman jika kalian melihat mereka.
telah beriman kepada
Allah berarti kalian telah
masuk dalam ikatan iman.
Setelah pemberian
rububiyah dijelaskan
kepada seluruh makhluk-
Nya, baik mukmin
maupun kafir, sebenarnya
sudah cukup jelas bagi
manusia untuk beriman
kepada-Nya. Namun Dia
menjelaskan lebih lanjut
ayat-ayat tentang
pemberian rubübivah-
Nya. Khususnya bagi
mereka yang belum
beriman agar beriman
dengan membaca ayat ini.
‫ِفَٰر ًش ا‬ Arti dasar adalah tempat
tidur. Maksudnya di sini
Allah ciptakan sebagai
hamparan dan tempat
seperti tempat tidur di
mana seseorang dapat
adalah hamparan. Ini tinggal kalian. duduk dan berbaring di
menunjukkan bahwa bumi atasnya, yang
ini betul-betul merupakan keadaan
dipersiapkan untuk kestabilan yang paling
peristirahatan manusia, spesifik. Maksudnya
sebagaimana kamu adalah Dia
menghamparkan sesuatu menjadikannya titik
di atas tanah untuk duduk tengah antara kerasnya
atau tidur-tiduran, maka bebatuan hingga
jadilah ia hamparan yang melukai kulit
menyenangkan hatimu. manusia.dan lunaknya
lumpur sehingga
makhluk yang berada
di atasnya bergerak
dan terjebak di
dalamnya, dan itu
merupakan nikmat
yang besar.
‫ِب‬
‫َوٱلَّس َم اَء َناًء‬
langit sebagai atap yang Allah-lah yang Dan langit adalah
kokoh dan kuat. Ia tidak merancang pola langit sebuah bangunan, dan
pernah jatuh, dalam bentuk saling karena itu bagaikan
mengait, sama dengan bola udara yang
sebuah bangunan. melindungi manusia
Kemudian, Allah SWT. agar tidak terpapar
mencip takan bintang- oleh lapisan di atasnya
bintang yang tidak yang sangat tinggi,
bertumpukan karena dari partikel-partikel
adanya hukum saling atau unsur asing yang
tarik menarik seperti mematikan dan
yang kita saksikan. menyesakkan. Bola
Sehingga bintang- udara ditempatkan di
bintang itu tidak atas dunia ini, jadi
berjatuhan di muka bagaikan sebuah
bumi, atau bertabrakan bangunan baginya, dan
dengan lainnya hingga manfaatnya seperti
hari akhir nanti. manfaat sebuah
bangunan, sehingga
disamakan dengan itu
dalam beberapa hal.

‫َفاَل ْجَت ُلوا ِلَّلِه‬ Kata andaadan jamak, segala sesuatu yang ini berkaitan dengan
‫َع‬ annida artinya partner, ditaati manusia, dan perintah beribadah,
‫َأنَد اًد ا‬ kawan atau sekutu. menjadi alamat untuk dan la’ adalah
Jangan pernah terlintas memenuhi kebutuhan- larangan, karena lawan
sebesar biji sawi pun kebutuhan manusia. dari ibadah adalah
dalam pikiran kita untuk Kaum musyrik Arab enggan beribadah.
mempersekutukan Allah mengatakan bahwa taat Namun karena
dengan sesuatu apapun seperti ini dikategorikan menyekutukan Allah
jua. Allah Maha Esa sebagai ibadah atau dengan yang disembah
dalam kekuasaan dan penyembahan. Hal ini dalam ibadah sama
penciptaan-Nya, Esa pada karena mereka tidak dengan meninggalkan
zat dan sifat-Nya. Sifat- mempunyai peraturan ibadah, maka
sifat Allah tidak dapat yang melarang meninggalkan
dibandingkan dengan penyembahan kepada penyekutuan kepada-
sifat-sifat makhluk-Nya. selain Allah. Nya sama dengan
Kalau ada seseorang yang ibadah.
ingin
membandingkannya,
maka akal dia akan
menolaknya, karena tidak
sesuai dengan akal dan
logika.

D. Kesimpulan
Dalam ketiga penafsiran diatas tentang surah al-Baqarah ayat 21-22 ini, dari kalimat ‫َٰيَأُّيَه‬
‫ ا ٱلَّن اُس‬semua mufassir memberi penjelasan yang sama, bahwa yang dimaksud adalah umat
manusia keseleruhan, diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan ketundukan, baik
kapan dan di manapun mereka berada, sejak turunnya al-Qur’an sampai hari kiamat. Namun
Imam Ibnu Asyur agak sedikit berbeda, term perintah beribadah menurut Ibnu asyur adalah sudah
sejak zaman nabi Adam as, sedangkan kedua mufassir dimaksudkan sejak al-Qur’an turun. Dalam
kalimat ‫ ِفَٰر ًش ا‬masing-masing memiliki penjelasan yang berbeda namun dengan tujuan yang sama,
yakni tempat yang nyaman, Sya’rawi dan Ibnu Asyur menyebut sebagai tempat tidur, al Maraghi
‫ِب‬
menyebut sebagai tempat tinggal. Pada kalimat
‫ َوٱلَّس َم اَء َناًء‬Sya’rawi menyebut atap yang kokoh,
al-Maraghi dan Ibnu Asyur menyebut bangunan. Sedangkan pada kalimat ‫َفاَل ْجَتَعُل وا ِلَّل ِه َأن َد اًد ا‬
ketiga mufassir sama dalam menjelaskan larangan untuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai