Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL ALLAH

Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah Mengenal


Allah adalah tentang Pentingnya Mengenal Allah,
Mengenal Rasulullah, dan Agama Islam.
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengabarkan bahwa setiap manusia apabila telah meninggal dunia, maka di
alam kubur akan ditanya oleh 2 malaikat tentang 3 perkara :

⑴ Siapa Tuhanmu?

⑵ Siapa Nabimu? dan

⑶ Apa Agamamu?

Oleh karena itu wajib seorang Muslim dan Muslimah untuk mempersiapkan diri terkait 3
perkara tersebut. Perlu diketahui bahwasanya untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak
cukup dengan menghafal. Sebab seandainya menghafal itu cukup niscaya orang munafik
pun bisa menjawab pertanyaan.

Tetapi yang dituntut adalah pemahaman dan juga pengamalan. Barangsiapa yang di dunia:

1. Mengenal Allāh dan memenuhi hakNya,

2. Mengenal Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan memenuhi haknya, serta

3. Mengenal agama Islam dan mengamalkan isinya,

Maka diharapkan dia bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan mendapat kenikmatan di
dalam kuburnya.

Namun apabila dia:

1. Tidak mengenal siapa Allāh dan tidak memenuhi hakNya,

2. Tidak mengenal Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan tidak memenuhi haknya, serta

3. Tidak atau kurang mengenal ajaran Islam dan tidak mengamalkannya,

Maka ditakutkan dia tidak bisa menjawab pertanyaan sehingga akibatnya siksa kubur yang
ُ ‫ تَعَالَى َو‬memudahkan kita, keluarga kita dan orang-
akan dia dapatkan. Semoga Allāh ُ‫س ْب َحانَه‬
orang yang kita cintai untuk bisa mengenal Allāh, mengenal Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan juga
mengenal agama Islam

Halaqah yang ke-2 dari Silsilah kita yang berjudul


Mengenal Allāh adalah “Mengenal Allāh Sebagai
Pencipta”.
Allāh ‘Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Maha Pencipta, menciptakan dari sesuatu yang tidak
ada menjadi ada.

Dialah Allāh yang telah menciptakan langit, bumi, manusia dan seluruh alam semesta.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫ّللاُ َذ ِل ُك ُم‬ ُ ‫شَيء ك ُِل َخا ِل‬


َ ‫ق َربُّكُم‬
“Itu adalah Allāh Rabb kalian yang telah menciptakan segala sesuatu.” (QS Ghāfir: 62)

Dialah Allāh Al-Khāliq Yang Maha Pencipta, sedangkan selain Allah adalah makhluq yang
diciptakan. Mereka tidak bisa mencipta meskipun diagung-agungkan dan disembah oleh
manusia.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫اس أَيُّ َها َيا‬ َ ‫ِين ِإ َن ۚ َلهُ فَاست َ ِمعُوا َمثَل ض ُِر‬
ُ َ‫ب الن‬ َ ‫ُون الَذ‬ ِ ‫َولَ ِو ذُبَابًا يَخلُقُوا َلن هللا د‬
َ ‫ُون ِمن تَدع‬
‫ۖ لَهُ اجت َ َمعُوا‬.
“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan bagi kalian maka hendaklah kalian
mendengarnya. Sesungguhnya segala sesembahan yang kalian sembah selain Allāh,
tidak akan bisa menciptakan seekor lalat, meskipun mereka bersatu padu untuk
membuat seekor lalat tersebut.”

(QS Al-Hajj: 73)

⇒ Berkumpul saja mereka tidak mampu untuk mencipta, (lalu) bagaimana dengan
sendirian?

⇒ Menciptakan seekor lalat yang sedemikian sederhananya susunan tubuhnya, mereka


tidak mampu maka bagaimana mereka bisa menciptakan makhluq yang lebih rumit.

Seorang Muslim wajib hanya meyakini bahwasanya Allāh adalah satu-satunya Pencipta dan
tidak ada yang mencipta selain Allāh

Halaqah yang ke-3 dari Silsilah Mengenal Allāh Subhānahu


wa Ta’āla berjudul “Mengenal Allāh Sebagai Pemberi
Rezeki”.

Di antara nama Allāh ‘Azza wa Jalla adalah Ar Razzāq yang artinya Yang Maha Memberi
Rezeki.

✓Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan makhluk dan memberikan rezeki kepada mereka.
✓Bahkan Allāh ‘Azza wa Jalla telah menulis rezeki makhluk-Nya sebelum Allāh menciptakan
mereka.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

‫سنة ألف بخمسين واألرض السموات يخلق أن قبل الخالئق مقادير هللا قدر‬
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menentukan (telah menulis) takdir bagi makhluk-
makhlukNya 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.”

(HR Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan rezeki tersebut dan menyampaikannya kepada


makhluk sesuai dengan waktu yang sudah Allāh tentukan sebelumnya.

Dan tidak akan meninggal seseorang sampai dia mendapatkan rezeki yang terakhir,
meskipun rezeki tersebut ada di puncak gunung atau bahkan ada di bawah lautan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

ِ ‫علَى ِإ َّل األَر‬


‫ض فِي دَابَة ِمن َو َما‬ ِ َ ‫ِرزقُ َها‬
َ ‫ّللا‬
“Tidak ada suatu binatang yang melata yang ada di permukaan bumi ini melainkan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang akan memberikan rezekinya.”

(QS Hūd: 6)

Siapa sesembahan selain Allāh yang bisa melakukan yang demikian?

Adakah selain Allāh sesembahan yang bisa memberi makan sekali saja untuk seluruh
makhluk yang ada di bumi ini mulai dari manusia, jin, hewan dan juga tumbuhan?

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫اس أَيُّ َها َيا‬ ُ َ‫ّللا نِع َمتَ اذك ُُروا الن‬
ِ َ ‫علَيكُم‬
َ ۚ ‫غي ُر َخا ِلق ِمن َهل‬ ِ َ ‫اء ِم َن يَر ُزقُكُم‬
َ ‫ّللا‬ ِ ‫س َم‬ ِ ‫ۚ َواألَر‬
َ ‫ض ال‬
‫ُون فَأَنَ َٰى ۖ ُه َو ِإ َّل ِإ َٰلَهَ َّل‬
َ ‫تُؤفَك‬
“Wahai manusia, hendaklah kalian mengingat nikmat Allāh atas kalian. Adakah yang
mencipta selain Allāh, yang memberikan rizki kepada kalian dari langit maupun dari
bumi? Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia. Oleh karena itu
kenapa kalian dipalingkan?

(QS Fāthir: 3)

Halaqah yang ke-4; Mengenal Allāh Sebagai Pengatur Alam


Semesta.

Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang:


• Mengatur alam semesta ini.

• Mematikan makhluk & menghidupkan.

• Memuliakan makhluk & menghinakan.

• Mengganti siang menjadi malam, malam menjadi siang.

• Menerbitkan matahari & menenggelamkan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

‫يُﺪَبِﺮﭐلۡأَمۡﺮَ م‬
“Dialah Allāh yang mengatur seluruh perkara.” (QS As-Sajdah: 5)

Tidak ada yang mengatur selain Allāh, Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menerbitkan
matahari dari timur. Maka siapa selain Allāh yang bisa menerbitkan matahari dari barat?

Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām berkata kepada salah seorang, yang dia mengaku menjadi
Tuhan selain Allāh, beliau berkata:

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menerbitkan matahari dari timur,


maka silahkan engkau kalau engkau memang Tuhan, terbitkan matahari dari barat.
Maka orang kafir tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.”

Al Baqarah : 258

Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menjadikan siang. Dan siapa yang mengganti siang
menjadi malam selain Allāh?

Tidak ada yang mengatur alam semesta kecuali Allāh dan tidak ada sesembahan selain
Allāh yang membantu Allāh untuk mengatur alam semesta ini.

Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh meyakini bahwasanya ada selain Allāh yang
mencipta, memberikan rizki & juga mengatur alam semesta, siapapun dia dan
bagaimanapun kedudukannya di sisi Allāh.

Barangsiapa yang berkeyakinan bahwasanya ada selain Allāh yang mencipta, memberikan
rezeki dan juga mengatur alam semesta maka dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla

Halaqah yang ke-5 dari Silsilah Mengenal Allāh berjudul


“Mengenal Allāh Sebagai Satu-satunya Dzat Yang Berhak
Untuk Disembah.”
Apabila Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah satu-satunya Dzat yang mencipta, memberikan
rezeki dan juga mengatur alam semesta, maka tuntutannya kita tidak boleh menyembah
kecuali hanya kepada Allāh.

Tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.

Allāh berfirman :

‫اس أَيُّ َها َيا‬


ُ َ‫ِين َخلَقَكُم الَذِي َر َب ُك ُم اعبُدُوا الن‬ َ ‫ون لَ َعلَكُم قَب ِلكُم ِمن َوالَذ‬
َ ُ‫( تَتَق‬٢١) ‫َج َع َل الَذِي‬
‫ض لَ ُك ُم‬
َ ‫س َما َء فِ َراشًا األر‬ َ ‫اء ِم َن َوأَن َز َل ِبنَا ًء َوال‬ َ ‫ت ِم َن بِ ِه فَأَخ َر َج َما ًء ال‬
ِ ‫س َم‬ ِ ‫ِرزقًا الث َ َم َرا‬
ِ َ ِ ‫ون َوأَنتُم أَندَادًا‬
‫لِل تَجعَلُوا فَال لَكُم‬ َ ‫( تَعلَ ُم‬٢٢)
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian, siapa Rabb kalian yang telah menciptakan
kalian dan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertaqwa? Itulah Rabb kalian.
Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan dan langit sebagai
bangunan dan telah menurunkan dari langit air. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla
mengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka
janganlah kalian menjadikan bagi Allāh sekutu-sekutu sedangkan kalian mengetahui.”

(Al-Baqarah 21-22)

Maksudnya janganlah kalian menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla (menyembah


kepada selain Allāh) sedangkan kalian tahu bahwasanya Allāh yang mencipta, memberikan
rezeki dan juga mengatur alam semesta ini.

Selain Allāh tidak berhak untuk disembah karena dia bukan pencipta, bukan pemberi rezeki
dan bukan pengatur alam semesta.

Apabila mereka disembah maka mereka adalah sesembahan yang bathil.

َ‫لِل بِأ َ َن َذٲ ِلك‬ ُّ ‫ُون َما َوأ َ َن ۡﭐل َح‬


َ َ ‫ق ُه َو ﭐ‬ َ ‫ۡﭐلبَـ َِٰط ُل دُونِ ِه ِمن يَ ۡدع‬
“Yang demikian itu karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah sesembahan yang haq
yang memang berhak untuk disembah. Sedangkan apa yang mereka sembah selain
Allāh adalah sesembahan yang bathil, yang tidak berhak untuk disembah.”

(Luqmān 30)

Apabila seseorang meyakini Allāh yang mencipta, memberikan rizqi dan juga mengatur alam
semesta kemudian dia masih menyembah selain Allāh atau menyerahkan sebagian ibadah
kepada selain Allāh, maka dia telah berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla di
dalam ibadah.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah ditanya oleh seorang sahabat:

“Ya Rasūlullāh, apa dosa yang paling besar di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla?”

Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan :

‫لِل تَجعَ َل أَن‬


ِ ِ ‫َخ َلقَك َو ُه َو نِدًّا‬
“Dosa yang paling besar adalah engkau menjadikan sekutu bagi Allāh Subhānahu wa
Ta’āla padahal Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah menciptakan dirimu.”
(HR. Imam Al-Bukhāri dan Imam Muslim, dari shahābat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu
‘anhumā)

Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah


bahwasanya “Keyakinan Allāh sebagai Pencipta, Pemberi
Rizki & juga Pengatur Alam Semesta tidaklah cukup untuk
memasukkan seseorang ke dalam agama Islam.”

Kaum muslimin meyakini bahwasanya Allāh sebagai Pencipta, Pemberi Rizki & juga
Pengatur Alam Semesta adalah sebuah kewajiban, yang tidak sah keimanan seseorang
sampai meyakini yang demikian itu.
Namun ini tidaklah cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam.
Dan belum bisa menjadi pembeda antara seorang yang Muslim dengan orang yang kāfir.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan di dalam Al-Qurān menceritakan tentang ucapan
iblis.

‫ِطين ِمن َو َخلَقتَهُ َنار ِمن َخلَقتَنِي ِمنهُ َخير أَنَا قَا َل أ َ َمرت ُكَ ِإذ تَس ُج َد أَّل َمنَعَكَ َما قَ ا َل‬
Allāh berkata (kepada iblis):
“Apa yang mencegahmu untuk sujud (kepada Ādam) ketika Aku memerintahkan
kepadamu?”
Iblis mengatakan:
“Aku lebih baik daripada dia. Engkau telah menciptakan aku dari api dan menciptakan
dia dari tanah.”
(QS Al-A’rāf: 12)
Iblis mengenal bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah menciptakan dia.
Orang-orang musyrikin Quraisy ketika mereka ditanya:
“Siapa yang menciptakan?
“Siapa yang memberikan rezeki kepada mereka?”
“Siapa yang mengatur alam semesta ini?”
Mereka mengatakan: “Allah”.

‫سأَلت َ ُهم َولَئِن‬


َ ‫ت َخ َلقَ َمن‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ َ ‫هللاُ لَيَقُولُ َن َواألَر‬
َ ‫ض ال‬
“Dan seandainya engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka ‘Siapa yang
menciptakan langit dan juga bumi?’, niscaya mereka mengatakan ‘Allāh’.”
(QS Az-Zumār: 38)
Meskipun mereka meyakini hal yang demikian itu akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam memerangi mereka.
Kenapa demikian?
Karena mereka (orang-orang musyrikin Quraisy) tidak mentauhidkan (tidak mengEsakan)
Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah.
Oleh karena itu, disini seorang Muslim perlu dia mengetahui “Apa Pengertian Ibadah Dan
Macam-macamnya” sehingga dia tidak menyerahkan satu ibadah pun kepada selain Allāh

Halaqah 7 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah Pengertian


Ibadah Dan Macam-Macamnya

Ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
baik berupa ucapan maupun perbuatan yang zhahir maupun yang bathin.
Seseorang bisa mengetahui sesuatu dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan
beberapa cara, di antaranya :

⑴ APABILA SESUATU TERSEBUT DIPERINTAHKAN OLEH ALLĀH SUBHĀNAHU WA


TA’ĀLA
Maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah ibadah, karena Allāh
Subhānahu wa Ta’āla tidak memerintah kecuali dengan sesuatu yang Allāh cintai.
Termasuk di antaranya:

⑵ APABILA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLA DIKETAHUI MEMUJI PELAKUNYA

Maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah dicintai oleh Allāh Subhānahu
wa Ta’āla.

⑶ DOA ADALAH IBADAH KARENA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLA MEMERINTAHKAN.

‫لَكُمۡۚ أ َ ۡست َ ِج ۡب ٱ ۡدعُونِى‬


“Berdo’alah kalian kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkan.”
(QS Ghāfir: 60)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadīts :

‫ال ِعبَا َدةُ ال ُّدعَا ُء ُه َو‬


“Do’a itu adalah ibadah.”
(HR Abū Dāwūd no. 1479, At-Tirmidzi no. 2969, Ibnu Mājah no. 3828 dan Ahmad 4/267;
dari shahābat Nu’man bin Basyīr)
Dengan demikian syirik hukumnya (apabila) berdo’a kepada selain Allāh, baik kepada
seorang Nabi, seorang malaikat, seorang jin, orang yang shalih dan lain-lain.
⑷ MENYEMBELIH ADALAH IBADAH

Allāh berfirman :

“‫ل‬
ِ‫ص‬َ َ‫ف‬ َ‫َو ۡﭐن َح ۡر ِل َر ِبك‬
Hendaklah engkau shalat untuk Rabb-mu dan juga menyembelih untuk Rabb-mu.”
(QS Al-Kautsar: 2 )
Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

‫هللا ِل َغي ِر َذبَ َح َمن هللاُ لَعَ َن‬


ِ
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain
Allāh.”
(HR Muslim 1978, dari shahābat ‘Ali radhiyallāhu ‘anhu)
Dengan demikian termasuk syirik hukumnya (apabila) seseorang menyembelih untuk jin,
atau untuk syaikh atau untuk yang lain, selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⇒ Seperti bernadzar, ber-istighatsah, bersumpah, bertawakal, rasa takut, rasa cinta, maka
semua ini termasuk jenis-jenis ibadah.
◆Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan salah satu dari ibadah-ibadah
tersebut kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Halaqah yang ke-8 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah


tentang “Contoh Kesyirikan Orang-Orang Musyrikin
Quraisy”.

Diantara bentuk kesyirikan mereka adalah:


• Berdo’a dan bertaqarrub kepada orang-orang shālih yang sudah meninggal.
• Menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka dengan tujuan supaya:

⑴ Mendapatkan syafa’at orang-orang shālih tersebut disisi Allāh.

⑵ Mencari kedekatan kepada Allāh.

Allāh sendiri telah menceritakan keyakinan mereka ini di dalam Al Qurān dan Allāh
mengingkarinya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

َ ‫ُون ِمن َويَعبُد‬


‫ُون‬ ِ ‫ّللا د‬ َ ُ‫شفَعَا ُؤ َنا َٰ َهؤ َُّل ِء َويَقُول‬
ِ َ ‫ون يَنفَعُ ُهم َو َّل يَض ُُّر ُهم َّل َما‬ ِ َ ۚ ‫قُل‬
ُ ‫ّللا ِعن َد‬
َ ‫ّللا أَتُنَ ِبئ‬
‫ُون‬ َ َ ‫ت ِفي يَعلَ ُم َّل ِب َما‬ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬َ ‫ض فِي َو َّل ال‬ ِ ‫سب َحا َنهُ ۚ األَر‬
ُ ‫ع َما َوتَعَالَ َٰى‬ َ ‫ُون‬َ ‫يُش ِرك‬
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati
mereka dan tidak pula memberi manfaat.
Dan mereka berkata, ‘Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh.’
Katakanlah: ‘Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak
ketahui di langit maupun di bumi?’
Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.”
(QS Yūnus :18)
⇒ Dalam ayat ini Allāh menamakan perbuatan mereka sebagai bentuk menyekutukan Allāh.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman :

‫لِل أ َ َّل‬
ِ َ ِ ‫ص الدِي ُن‬ َ ‫ّللا ِإلَى ِليُقَ ِربُونَا ِإ َّل نَعبُ ُد ُهم َما أَو ِل َيا َء دُو ِن ِه ِمن ات َ َخذُوا َوالَذ‬
ُ ‫ِين ۚ ال َخا ِل‬ َِ
‫ّللا ِإ َن ُزلفَ َٰى‬
َ َ ‫ون ِفي ِه ُهم َما ِفي َبينَ ُهم َيح ُك ُم‬ َ َ ‫َكفَار كَاذِب ُه َو َمن َيهدِي َّل‬
َ ُ‫ّللا ِإ َن ۗ َيختَ ِلف‬
“Ketahuilah bahwa milik Allāh-lah agama yang tulus.
Dan orang-orang yang menjadikan selain Allāh sekutu, (mereka mengatakan)
‘Tidaklah kami menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami
kepada Allāh.’
Sesungguhnya Allāh akan menghukumi diantara mereka di dalam apa yang mereka
perselisihkan.
Sesungguhnya Allāh tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang berdusta
lagi sangat ingkar.”
(QS Az Zumar: 3)
⇒ Ayat ini menunjukan bahwa tujuan mereka menyembah orang-orang shālih tersebut
adalah supaya mereka mendekatkan penyembahnya kepada Allāh.
Dan cara meraih syafa’at di hari kiamat bukanlah demikian.
◆Cara meraih syafa’at di hari kiamat adalah dengan memurnikan tauhid, bukan dengan
kesyirikan.
◆Dan cara dekat dengan Allāh adalah mendekatkan diri kepadaNya dengan iman dan amal
shālih, yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana orang-orang shālih tersebut
melakukannya.
Tidak boleh seseorang menyamakan Allāh dengan seorang kepala negara yang sulit
menyampaikan hajat kepadanya kecuali melalui perantara dan para pembantunya.
Tidak boleh seseorang menyerupakan Allāh dengan siapapun karena Allāh Maha
Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa.
Sedangkan seorang kepala negara, maka dia adalah makhluq yang lemah, tidak mampu
melakukan seluruh pekerjaannya kecuali dibantu oleh para pembantunya
Halaqah yang ke-9 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah
tentang “Mengenal Allah dengan makhluk-makhluknya”
Allah telah menciptakan makhluk-makhluk supaya manusia berakal memikirkan makhluk-
makhluk tersebut. Sehingga mereka bisa mengenal dzat yang telah menciptakan mereka.
Besarnya makhluk dan luasnya seperti langit yang tujuh dan bumi, kursi Allah dan Arsy Allah
menunjukkan tentang kebesaran Allah.
Keteraturan gerakan dan perjalanan seperti perjalanan matahari dan bulan menunjukkan
bahwasanya pengawasan Allah yang tidak pernah berhenti. Kejelian dalam penciptaan
menunjukkan hikmahNya dan keluasan ilmuNya.
Manfaat yang ada di dalam penciptaan tersebut menunjukkan rahmat yang luas dan
menunjukkan karunia yang meliputi segala sesuatu.
Allah berfirman:

َ ِ‫إ‬
(‫ن‬ ِ ‫ت َخل‬
‫ق فِي‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬َ ‫ض ال‬ ِ ‫ف َواألَر‬ ِ ‫)األَلبَا‬، (‫ِين‬
ِ ‫ب ِألُو ِلي ََليَات َوالنَ َه ِار اللَي ِل َواختِ َال‬ َ ‫الَذ‬
َ َ ‫علَ َٰى َوقُعُودًا قِيَا ًما‬
َ ‫ّللا يَذك ُُر‬
‫ون‬ َ ‫ون ُجنُوبِ ِهم َو‬َ ‫ق فِي َويَتَفَك َُر‬ ِ ‫ت َخل‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َ ‫ض ال‬ ِ ‫َواألَر‬
‫اط ًال َٰ َه َذا َخلَقتَ َما َربَنَا‬
ِ ‫سب َحانَكَ َب‬ ُ ‫اب فَ ِقنَا‬
َ ‫ع َذ‬
َ ‫)النَ ِار‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran : 190-191)
Hendaknya seorang muslim meluangkan waktunya untuk memikirkan makhluk-makhluk
Allah supaya dia semakin mengenal Allah Penciptanya. Semakin yakin dan mantap dalam
menjalankan syariat Allah, merasa takut dengan adzabnya, semakin dekat dengan Allah dan
semakin mengesakan Allah dalam beribadah

Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Mengenal Allāh adalah


tentang “Mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dengan
Nama & SifatNya”. Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah
mengabarkan di dalam Al Qurān bahwa Allāh memiliki
nama & sifat.
Allāh berfirman :

‫ىَﻨۡﺴُﺤۡلﭐ ُﺀاَﻤۡسَأۡلﭐ ِ َه ِللَو‬


“Dan Allāh memiliki nama-nama yang paling baik.”
(QS Al-A’rāf: 180)
Dan Allāh berfirman :
‫عأۡلﭐ ُﻞَ َﺜﻤۡلﭐ ِ َه ِللَو‬
َ ۡ‫ىل‬
َ
“Dan Allāh memiliki sifat-sifat yang paling tinggi.”
(QS An-Nahl: 60)

Kita mengenal Allāh dengan nama & juga sifat tersebut.

✓Kita mengenal Allāh sebagai Dzat Yang Maha Penyayang karena Dia adalah Ar Rahmān
Ar Rahīm.

✓Dan kita mengenal Allāh sebagai Dzat Yang Maha Pengampun karena Dia adalah Al-
Ghafūr, dan seterusnya.

✓Dan Allāh mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwasanya di antara sifat Allāh adalah:

• Allāh beristiwa’ di atas ‘Arsy.


• Allāh memiliki dua tangan.
• Allāh berada di atas.

✓Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya,

• Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam yang
terakhir.

•✓Dan juga sifat-sifat yang lain.

Kewajiban kita sebagai seorang Muslim adalah menetapkan nama & juga sifat tersebut,
karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih tahu tentang diri-Nya daripada kita semua.
Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam lebih tahu tentang Allāh daripada kita.
Tidak boleh seorang Muslim menolak nama-nama dan juga sifat-sifat tersebut.
Dan tidak boleh dia menyerupakan, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

‫ﻴۡﺲَََل‬ ‫ﭐلۡﺒَﺼِﻴﺮ ﭐلﺴَﻤِﻴﻊُ وَهُﻮَ شَىۡﺀ۬ۖ َك ِﻤ ۡﺜ ِل ِهۦ‬


“Tidak ada yang serupa dengan Allāh dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.”
(QS Asy-Syūrā: 11)
Jadi yang benar, yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim adalah:
◆Menetapkan nama & sifat tersebut sebagaimana datangnya, sesuai dengan keagungan &
kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tanpa menyerupakan dan tanpa mentakwil nama &
juga sifat tersebut.
⇒ Mentakwil adalah menafsirkan nama & sifat Allāh bukan dengan maknanya yang benar.
Seperti;
• Mentakwil istiwā dengan kekuasaan.
• Mentakwil turunnya Allāh dengan turunnya rahmat Allāh.
• Dan lain-lain.
Ini adalah halaqah yang terakhir dari Silsilah Mengenal Allāh

Anda mungkin juga menyukai