Al-Imām Ahmad rahimahullāh telah mengeluarkan di dalam Musnad-nya sebuah hadits yang
Setiap manusia apabila dikuburkan maka akan ditanya oleh 2 orang malaikat tentang 3
perkara:
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
Oleh karena itu kewajiban seorang Muslim dan juga Muslimah untuk mempersiapkan diri.
Dan perlu diketahui bahwasanya untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak cukup dengan
menghafal. Sebab seandainya menghafal itu cukup niscaya orang munafik bisa menjawab
pertanyaan.
Tapi perkaranya di sini, kaum muslimin perlu pemahaman dan juga pengamalan. Barangsiapa
Maka diharapkan dia bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan mendapatkan kenikmatan
Maka ditakutkan dia tidak bisa menjawab pertanyaan (dan) akibatnya siksa kubur yang
akan dia dapatkan. Semoga Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىmemudahkan kita, keluarga kita dan orang-orang
yang kita cintai untuk bisa mengenal Allāh, mengenal Nabi Muhammad ﷺdan juga mengenal
agamanya.
Halaqah 02 Mengenal Allaah Sebagai Sang Pencipta
Allāh ‘Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Maha Pencipta, menciptakan dari sesuatu yang tidak
Dialah Allāh yang telah menciptakan langit, bumi, manusia dan seluruh alam semesta.
“Itu adalah Allāh Rabb kalian yang telah menciptakan segala sesuatu.” (QS Ghāfir: 62)
Dialah Allāh Al-Khāliq Yang Maha Pencipta, sedangkan selain Allah adalah makhluq yang
diciptakan. Mereka tidak bisa mencipta meskipun diagung-agungkan dan disembah oleh
ۖ َيا َأُّيَها الَّناُس ُض ِر َب َم َثٌل َفاْسَتِم ُعوا َلُه ۚ ِإَّن اَّلِذ يَن َتْدُع وَن ِم ْن ُدوِن هللا َلْن َيْخ ُلُقوا ُذ َباًبا َو َلِو اْج َتَم ُعوا َلُه.
“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan bagi kalian maka hendaklah kalian mendengarnya. Sesungguhnya
segala sesembahan yang kalian sembah selain Allāh, tidak akan bisa menciptakan seekor lalat, meskipun mereka
bersatu padu untuk membuat seekor lalat tersebut.” (QS Al-Hajj: 73)
⇒ Berkumpul saja mereka tidak mampu untuk mencipta, (lalu) bagaimana dengan sendirian?
⇒ Menciptakan seekor lalat yang sedemikian sederhananya susunan tubuhnya, mereka tidak
mampu maka bagaimana mereka bisa menciptakan makhluq yang lebih rumit.
Seorang Muslim wajib hanya meyakini bahwasanya Allāh adalah satu-satunya Pencipta dan
tidak ada yang mencipta selain Allāh . Barang siapa yang meyakini ada yang mencipta selain
Rezeki. Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىmenciptakan makhluk dan memberikan rezeki kepada mereka. Bahkan
Allāh ‘Azza wa Jalla telah menulis rezeki makhluk-Nya sebelum Allāh menciptakan mereka .
Rasūlullāh ﷺbersabda :
قدر هللا مقادير الخالئق قبل أن يخلق السموات واألرض بخمسين ألف سنة
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menentukan (telah menulis) takdir bagi makhluk-makhlukNya 50.000 tahun
sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىmenciptakan rezeki tersebut dan menyampaikannya kepada makhluk sesuai
dengan waktu yang sudah Allāh tentukan sebelumnya. Dan tidak akan meninggal seseorang sampai
dia mendapatkan rezeki yang terakhir, meskipun rezeki tersebut ada di puncak gunung atau bahkan ada di
“Tidak ada suatu binatang yang melata yang ada di permukaan bumi ini melainkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang
akan memberikan rezekinya.” (QS Hūd: 6)
Siapa sesembahan selain Allāh yang bisa melakukan yang demikian? Adakah selain Allāh
sesembahan yang bisa memberi makan sekali saja untuk seluruh makhluk yang ada di bumi ini
َيا َأُّيَها الَّناُس اْذ ُك ُروا ِنْع َم َت ِهَّللا َع َلْيُك ْم ۚ َهْل ِم ْن َخاِلٍق َغْيُر ِهَّللا َيْر ُزُقُك ْم ِم َن الَّسَم اِء َو اَأْلْر ِض ۚ اَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ۖ َفَأَّنٰى ُتْؤ َفُك وَن
“Wahai manusia, hendaklah kalian mengingat nikmat Allāh atas kalian. Adakah yang mencipta selain Allāh, yang
memberikan rizki kepada kalian dari langit maupun dari bumi? Tidak ada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Dia. Oleh karena itu kenapa kalian dipalingkan? (QS Fāthir: 3)
Halaqah 04 Mengenal Allaah Sebagai Pengatur Alam Semesta
“Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mengatur seluruh perkara.” (QS Yunus: 3)
Tidak ada yang mengatur selain Allāh, Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menerbitkan
matahari dari timur. Dan siapa selain Allāh yang bisa menerbitkan matahari dari barat?
Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām berkata kepada salah seorang, yang dia mengaku menjadi Tuhan
“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menerbitkan matahari dari timur, maka silahkan engkau kalau
engkau memang Tuhan, terbitkan matahari dari barat. Maka orang kafir tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.”
Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلىyang menjadikan siang. Dan siapa yang mengganti siang menjadi malam
selain Allāh? Tidak ada yang mengatur alam semesta kecuali Allāh dan tidak ada sesembahan
selain Allāh yang membantu Allāh untuk mengatur alam semesta ini.
Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh meyakini bahwasanya ada selain Allāh yang
mencipta, memberikan rizki dan juga mengatur alam semesta, siapapun dia dan bagaimanapun
kedudukannya di sisi Allāh. Barangsiapa yang berkeyakinan bahwasanya ada selain Allāh yang
mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta maka dia telah menyekutukan
Apabila Allāh ُس ْبَح اَنُه َو َتَع اَلىadalah satu-satunya Dzat yang mencipta, memberikan rezeki dan
juga mengatur alam semesta, maka tuntutannya kita tidak boleh menyembah kecuali hanya
kepada Allāh.
Tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allāh ُس ْبَح اَنُه َو َتَع اَلىsemata. Allāh
berfirman :
) اَّلِذ ي َجَعَل َلُك ُم األْر َض ِفَر اًش ا َو الَّس َم اَء ِبَناًء َو َأْنَز َل٢١( َيا َأُّيَها الَّناُس اْع ُبُدوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن
٢٢( ِم َن الَّس َم اِء َم اًء َفَأْخ َر َج ِبِه ِم َن الَّثَم َر اِت ِر ْز ًقا َلُك ْم َفال َتْج َع ُلوا ِهَّلِل َأْنَداًدا َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian, siapa Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
sebelum kalian supaya kalian bertaqwa? Itulah Rabb kalian. Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai
hamparan dan langit sebagai bangunan dan telah menurunkan dari langit air. Maka Allāh ُس ْبَح اَنُه َو
َتَع اَلىmengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian
menjadikan bagi Allāh sekutu-sekutu sedangkan kalian mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 21-22)
⇒ Maksudnya janganlah kalian menyekutukan Allāh ( ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىmenyembah kepada selain Allāh)
sedangkan kalian tahu bahwasanya Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam
semesta ini.
Selain Allāh tidak berhak untuk disembah karena dia bukan pencipta, bukan pemberi rezeki
dan bukan pengatur alam semesta. Apabila mereka disembah maka mereka adalah sesembahan
“Yang demikian itu karena Allāh ُس ْبَح اَنُه َو َتَع اَلىDialah sesembahan yang haq yang memang berhak untuk
disembah. Sedangkan apa yang mereka sembah selain Allāh adalah sesembahan yang bathil, yang tidak berhak
untuk disembah.” (QS Al Hajj: 62)
Apabila seseorang meyakini Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta
kemudian dia masih menyembah selain Allāh atau menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh,
maka dia telah berbuat syirik kepada Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىdi dalam ibadah.
“Ya Rasūlullāh, apa dosa yang paling besar di sisi Allāh ”?ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى
Kaum muslimin meyakini bahwasanya Allāh sebagai Pencipta, Pemberi Rizki & juga Pengatur Alam
Semesta adalah sebuah kewajiban, yang tidak sah keimanan seseorang sampai meyakini yang demikian
itu.
Namun ini tidaklah cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam. Dan belum bisa menjadi
pembeda antara seorang yang Muslim dengan orang yang kāfir. Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىmengatakan di dalam
َقاَل َم ا َم َنَع َك َأال َتْس ُجَد ِإْذ َأَم ْر ُتَك َقاَل َأَنا َخْيٌر ِم ْنُه َخ َلْقَتِني ِم ْن َناٍر َو َخ َلْقَتُه ِم ْن ِط يٍن
“Allāh berkata (kepada iblis): “Apa yang mencegahmu untuk sujud (kepada Ādam) ketika Aku memerintahkan
kepadamu?” Iblis mengatakan: “Aku lebih baik daripada dia. Engkau telah menciptakan aku dari api dan
menciptakan dia dari tanah.” (QS Al-A’rāf: 12)
Iblis mengenal bahwasanya Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىyang telah menciptakan dia.
َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َخ َلَق الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر َض َلَيُقوُلَّن ُهللا
“Dan seandainya engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka ‘Siapa yang menciptakan langit dan juga
Meskipun mereka meyakini hal yang demikian itu akan tetapi Rasūlullāh ﷺmemerangi mereka.
Kenapa demikian? Karena mereka (orang-orang musyrikin Quraisy) tidak mentauhidkan (tidak
mengEsakan) Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىdi dalam beribadah. Oleh karena itu, disini seorang Muslim perlu dia
mengetahui “Apa Pengertian Ibadah Dan Macam-macamnya” sehingga dia tidak menyerahkan satu
Ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى, baik berupa
ucapan maupun perbuatan yang zhahir maupun yang bathin. Seseorang bisa mengetahui
sesuatu dicintai oleh Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىdengan beberapa cara, di antaranya :
Apabila sesuatu tersebut diperintahkan oleh Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى, Maka kita mengetahui
bahwasanya sesuatu tersebut adalah ibadah, karena Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىtidak memerintah
Apabila Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىdiketahui memuji pelakunya. Maka kita mengetahui bahwasanya
“Berdo’alah kalian kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkan.” (QS Ghāfir: 60)
“Do’a itu adalah ibadah.” (HR Abū Dāwūd no. 1479, At-Tirmidzi no. 2969, Ibnu Mājah no. 3828 dan
Ahmad 4/267; dari shahābat Nu’man bin Basyīr)
Dengan demikian syirik hukumnya, (apabila) berdo’a kepada selain Allāh, baik kepada
seorang Nabi, seorang malaikat, seorang jin, orang yang shalih dan lain-lain.
Menyembelih adalah Ibadah, Allāh berfirman :
َفَص ِّل ِلَرِّبَك َو ٱۡن َح ۡر
“Hendaklah engkau shalat untuk Rabb-mu dan juga menyembelih untuk Rabb-mu.” (QS Al-Kautsar: 2 )
Dan Rasūlullāh ﷺbersabda :
َلَعَن ُهللا َم ْن َذ َبَح ِلَغْيِر ِهللا
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh.” (HR Muslim
1978, dari shahābat ‘Ali radhiyallāhu ‘anhu)
Dengan demikian termasuk syirik hukumnya (apabila) seseorang menyembelih untuk jin, atau
untuk syaikh atau untuk yang lain, selain Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى, Seperti bernadzar, ber-istighatsah,
bersumpah, bertawakal, rasa takut, rasa cinta, maka semua ini termasuk jenis-jenis ibadah.
Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan salah satu dari ibadah-ibadah tersebut
shālih tersebut disisi Allāh. dan dengan tujuan mencari kedekatan kepada Allāh .
Allāh sendiri telah menceritakan keyakinan mereka ini di dalam Al Qurān dan Allāh mengingkarinya.
َوَيْعُبُدوَن ِم ْن ُدوِن ِهَّللا َم ا اَل َيُضُّر ُهْم َو اَل َيْنَفُعُهْم َوَيُقوُلوَن َٰه ُؤاَل ِء ُش َفَعاُؤ َنا ِع ْنَد ِهَّللا ۚ ُقْل َأُتَنِّبُئوَن َهَّللا ِبَم ا اَل َيْع َلُم ِفي الَّس َم اَو اِت َو اَل ِفي اَأْلْر ِض ۚ ُسْبَح اَنُه
َو َتَعاَلٰى َع َّم ا ُيْش ِرُك وَن
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula memberi
manfaat.Dan mereka berkata, ‘Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh. Katakanlah : apakah kalian
akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?’Maha Suci Allāh dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (QS Yūnus :18)
Dalam ayat ini Allāh menamakan perbuatan mereka sebagai bentuk menyekutukan Allāh. Dan Allāh
(mereka mengatakan) ‘Tidaklah kami menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada
Allāh. Sesungguhnya Allāh akan menghukumi diantara mereka di dalam apa yang mereka perselisihkan.
Sesungguhnya Allāh tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang berdusta lagi sangat ingkar.” (QS Az
Zumar: 3)
Ayat ini menunjukan bahwa tujuan mereka menyembah orang-orang shālih tersebut adalah supaya
mereka mendekatkan penyembahnya kepada Allāh. Dan cara meraih syafa’at di hari kiamat bukanlah
demikian.
Cara meraih syafa’at di hari kiamat adalah dengan memurnikan tauhid, bukan dengan
kesyirikan.
Cara dekat dengan Allāh adalah mendekatkan diri kepadaNya dengan iman dan amal shālih,
yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana orang-orang shālih tersebut melakukannya.
Tidak boleh seseorang menyamakan Allāh dengan seorang kepala negara yang sulit menyampaikan hajat
kepadanya kecuali melalui perantara dan para pembantunya. Tidak boleh seseorang menyerupakan
Allāh dengan siapapun karena Allāh Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha
Berkuasa. Sedangkan seorang kepala negara, maka dia adalah makhluq yang lemah, tidak mampu
Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىtelah menciptakan makhluk-makhluk supaya manusia yang berakal memikirkan
makhluk-makhluk tersebut, sehingga mereka bisa mengenal Dzat yang telah menciptakan
mereka.
Besarnya makhluk dan luasnya (seperti langit yang tujuh & bumi, kursi Allāh dan ‘Arsy-
Keteraturan gerakan dan perjalanan (seperti perjalanan matahari & bulan) menunjukkan
) اَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن َهَّللا ِقياًم ا َو ُقُعودًا َو َعلى ُج ُنوِبِه ْم١٩٠( ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّسماواِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتالِف الَّلْيِل َو الَّنهاِر آَل ياٍت ُأِلوِلي اَأْلْلباِب
١٩١( َو َيَتَفَّك ُروَن ِفي َخ ْلِق الَّسماواِت َو اَأْلْر ِض َر َّبنا َم ا َخ َلْقَت َهَذ ا باِط ًال ُسْبحاَنَك َفِقنا َعذاَب الَّناِر
“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang & malam ada tanda-tanda bagi
orang yang memiliki akal, yaitu orang-orang yang mengingat Allāh, baik dalam keadaan berdiri, duduk &
berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi. Wahai Rabb kami, tidaklah engkau
menciptakan ini semua dengan bathil (sia-sia). Maha Suci Engkau, maka jagalah kami dari adzab
neraka.” (QS Āli ‘Imrān: 190-191)
supaya dia:
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Dan sampai bertemu kembali pada
halaqah selanjutnya.
berfirman :
“Dan Allāh memiliki nama-nama yang paling baik.” (QS Al-A’rāf: 180)
“Dan Allāh memiliki sifat-sifat yang paling tinggi.” (QS An-Nahl: 60)
Kita mengenal Allāh sebagai Dzat Yang Maha Penyayang karena Dia adalah Ar Rahmān Ar
Rahīm.
Dan kita mengenal Allāh sebagai Dzat Yang Maha Pengampun karena Dia adalah Al-Ghafūr, dan
seterusnya.
Dan Allāh mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwasanya di antara sifat Allāh adalah:
✓ Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya, Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىturun ke
Kewajiban kita sebagai seorang Muslim adalah menetapkan nama & juga sifat tersebut, karena
Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىlebih tahu tentang diri-Nya daripada kita semua. Dan Rasūlullāh ﷺlebih tahu
tentang Allāh daripada kita. Tidak boleh seorang Muslim menolak nama-nama dan juga sifat-sifat
tersebut. Dan tidak boleh dia menyerupakan, karena Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىberfirman:
“Tidak ada yang serupa dengan Allāh dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy-
Syūrā: 11)
Jadi yang benar, yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim adalah:
Menetapkan nama dan juga sifat tersebut sebagaimana datangnya, sesuai dengan keagungan dan
kebesaran Allāh ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى, tanpa menyerupakan dan tanpa mentakwil nama dan juga sifat tersebut.
Mentakwil adalah menafsirkan nama dan sifat Allāh bukan dengan maknanya yang benar. Seperti;