Anda di halaman 1dari 6

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

‫ُول هَّللا ِ ؟‬
َ ‫ك يَا َرس‬ َ ‫ فَقُ ْلنَا َما أَضْ َح َك‬، ‫ظه ُِرنَا ِإ ْذ أَ ْغفَى إِ ْغفَا َءةً ثُ َّم َرفَ َع َر ْأ َسهُ ُمتَبَ ِّس ًما‬
ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَوْ ٍم بَ ْينَ أ‬
َ ِ ‫بَ ْينَا َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫ي آنِفًا سُو َرةٌ فَقَ َرأَ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬
‫َّح ِيم‬ َّ َ‫ت َعل‬ْ َ‫ قَا َل أُ ْن ِزل‬ ‫ك ه َُو اأْل َ ْبتَ ُر‬ َ َ‫) إِ َّن َشانِئ‬2( ْ‫ك َوا ْن َحر‬ َ َ‫) ف‬1( ‫ك ْال َكوْ ثَ َر‬
َ ِّ‫ص ِّل لِ َرب‬ َ ‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَا‬
 ، ‫ هُ َو َحوْ ضٌ ت َِر ُد‬، ‫ قَا َل فَإِنَّهُ نَ ْه ٌر َو َع َدنِي ِه َربِّي َع َّز َو َج َّل َعلَ ْي ِه َخ ْي ٌر َكثِي ٌر‬، ‫ أَتَ ْدرُونَ َما ْال َكوْ ثَ ُر ؟ فَقُ ْلنَا هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ ْعلَ ُم‬: ‫ثُ َّم قَا َل‬
َ‫ت بَ ْعدَك‬ ْ َ‫ فَي ُْختَلَ ُج ْال َع ْب ُد ِم ْنهُ ْم فَأَقُو ُل َربِّ إِنَّهُ ِم ْن أُ َّمتِي فَيَقُو ُل َما تَ ْد ِري َما أَحْ َدث‬، ‫ُوم‬
ِ ‫َعلَ ْي ِه أُ َّمتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة آنِيَتُهُ َع َد ُد النُّج‬

“Pada suatu hari Rasulullah ‫ ﷺ‬di tengah-tengah kami (di dalam riwayat lain ada tambahan: di dalam
masjid), beliau tidur sebentar lalu mengangkat kepalanya dengan keadaan tersenyum. Maka kami
bertanya, “Apa yang telah menjadikanmu tersenyum wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Baru saja
diturunkan kepadaku sebuah surat”. Lalu berlau membaca:

‫ك َوا ْن َحرْ إِ َّن َشانِئَكَ ه َُو ْاألَ ْبتَ ُر‬ َ َ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر ف‬
َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
(QS:Al-Kautsar | Ayat: 1-3).

Kemudian beliau bertanya, “Tahukah kamu, apakah al-Kautsar itu?” Kami menjawab, “Allah ‫ ﷻ‬dan Rasul-
Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda, “Itu adalah sebuah sungai yang Rabbku ‫ ﷻ‬menjanjikannya
kepadaku. Padanya terdapat kebaikan yang banyak. Itu juga merupakan telaga yang akan didatangi oleh
umatku pada hari kiamat. Wadah minumnya sebanyak bilangan bintang-bintang. Kemudian seorang
hamba di antara mereka akan ditarik, maka akan akan berkata, “Wahai Rabbku, dia adalah umatku”.
Allah ‫ ﷻ‬menjawab, “Engkau tidak mengetahui perkara baru yang dibuat oleh umatmu setelahmu”. (HR.
Muslim).

Surat ini adalah salah satu surat yang bisa jadi renungan bersama di Ramadhan ini. Surat Al Kautsar ini
adalah surat yang berisi penjelasan akan nikmat yang banyak yang telah dianugerahkan pada Rasul –
shallallahu ‘alaihi wa sallam-, berisi pula perintah untuk shalat dan berqurban hanya untuk Allah dan
akibat dari orang yang membenci Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Allah Ta’ala berfirman,


)3( ‫) إِ َّن َشانِئَكَ ه َُو اأْل َ ْبتَ ُر‬2( ْ‫صلِّ لِ َربِّكَ َوا ْن َحر‬
َ َ‫) ف‬1( ‫ك ْال َكوْ ثَ َر‬
َ ‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَا‬

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”
(QS. Al Kautsar: 1-3).

Makna Al Kautsar

Allah Ta’ala telah menyebutkan sebagian nikmat yang dikaruniakan kepada Nabi kita Muhammad –
shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Allah Ta’ala berfirman pada Nabi kita Muhammad,

‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر‬

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”, maksudnya Kami telah
menganugerahkan nikmat padamu (wahai Muhammad) dan juga Kami telah memberikan padamu Al
Kautsar yaitu sungai di surga yang dijanjikan untuk Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Dan
sungai itu adalah telaga Nabi ‘alaihish sholaatu was salaam.

Terdapat hadits dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau
mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?”
“Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca,

‫ك ه َُو األَ ْبتَ ُر‬


َ َ‫ك َوا ْن َحرْ إِ َّن َشانِئ‬ َ َ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم (إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر ف‬
َ ِّ‫ص ِّل لِ َرب‬

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). Kemudian
beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab
kami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫فَإِنَّهُ نَ ْه ٌر َو َع َدنِي ِه َربِّى َع َّز َو َج َّل َعلَ ْي ِه َخ ْي ٌر َكثِي ٌر هُ َو َحوْ ضٌ ت َِر ُد َعلَ ْي ِه أُ َّمتِى يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة آنِيَتُهُ َع َد ُد النُّج‬
‫ُوم فَي ُْختَلَ ُج ْال َع ْب ُد ِم ْنهُ ْم فَأَقُو ُل‬
َ‫ت بَ ْعدَك‬ْ َ‫ فَيَقُو ُل َما تَ ْد ِرى َما أَحْ َدث‬.‫َربِّ إِنَّهُ ِم ْن أُ َّمتِى‬

“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan
yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana
(gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa
minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah
sesudahmu.” (HR. Muslim no. 400).

Ada pelajaran berharga dari Ibnu Katsir mengenai cerita tentang surat Al Kautsar di atas, Beliau berkata,
“Kebanyakan ahli qiroah berdalil dari sini bahwa surat Al Kautsar adalah surat Madaniyah. Dan
kebanyakan dari fuqoha memandang bahwa basmalah adalah bagian dari surat ini karena ia turun
bersamanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 476). Namun Ibnul Jauzi mengatakan bahwa jumhur
(mayoritas ulama) termasuk Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa surat ini adalah surat Makkiyah. (Zaadul
Masiir, 9: 247)

Ibnul Jauzi merinci ada enam pendapat mengenai makna Al Kautsar:

Al Kautsar adalah sungai di surga.

Al Kautsar adalah kebaikan yang banyak yang diberikan pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas.

Al Kautsar adalah ilmu dan Al Qur’an. Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri.

Al Kautsar adalah nubuwwah (kenabian), sebagaimana pendapat ‘Ikrimah.

Al Kautsar adalah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak manusia mendatanginya.
Demikian kata ‘Atho’.

Al Kautsar adalah begitu banyak pengikut dan umat. Demikian kata Abu Bakr bin ‘Iyasy. (Lihat Zaadul
Masiir, 9: 247-249)

Nikmat Dibalas dengan Syukur


Syaikh Musthofa Al ‘Adawy berkata, “Orang yang masih berada dalam fitrah yang selamat, tentu ketika
diberi nikmat akan dibalas dengan syukur. Maka kebaikan yang banyak yang telah diberi ini dibalas
dengan:

ْ‫ك َوا ْن َحر‬ َ َ‫ف‬


َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬

Dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.” (Tafsir Juz ‘Amma, Musthofa Al ‘Adawi, hal. 293)

Dirikan Shalat dan Qurban Hanya untuk Allah

Yang dimaksud: Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah, adalah jadikanlah shalatmu
hanya karena Allah dan jangan ada niatan untuk yang selain-Nya. Begitu pula jadikanlah hasil sembelihan
unta ikhlas karena Allah. Jangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di mana mereka
melakukan sujud kepada selain Allah dan melakukan penyembelihan atas nama selain Allah. Bahkan
seharusnya shalatlah karena Allah dan lakukanlah sembelihan atas nama Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,

ُ ْ‫ك أُ ِمر‬
)163( َ‫ت َوأَنَا أَ َّو ُل ْال ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫) اَل َش ِري‬162( َ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
َ ِ‫ك لَهُ َوبِ َذل‬ َ ‫قُلْ إِ َّن‬
َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا‬

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku (sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al An’am: 162-163)

Qotadah berpendapat bahwa yang dimaksud shalat di sini adalah shalat Idul ‘Adha. Adapun maksud
‘naher’ adalah penyembelihan pada hari Idul Adha sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, ‘Atho’, Mujahid
dan jumhur (mayoritas ulama). (Lihat Zaadul Masiir, 9: 249)

Yang Membenci Nabi, Merekalah yang Terputus


Ayat terakhir,

)3( ‫ك ه َُو اأْل َ ْبتَ ُر‬


َ َ‫إِ َّن َشانِئ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). Yang
dimaksudkan ayat ini adalah orang-orang yang membenci dan memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam akhirnya yang terputus dan tidak ada lagi penyebutan (pujian) untuknya setelah matinya. Orang-
orang Quraisy menyatakan demikian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lagi memiliki keturunan laki-
laki (semuanya meninggal dunia). Maka Allah pun membalasnya dengan meninggikan pujian bagi beliau.
Beliau dipuji oleh orang terdahulu dan belakangan di tempat yang tinggai hingga hari pembalasan.
Sedangkan yang memusuhi beliau, itulah yang terputus di belakang. (Keterangan dari Musthofa Al
‘Adawi, Tafsir Juz ‘Amma, hal. 294).

Ibnul Jauzi mengatakan bahwa yang dimaksud ‘abtar’ adalah terputus dari kebaikan (Zaadul Masiir, 9:
251).

‘Ikrimah berkata bahwa yang dimaksud ‘abtar’ adalah bersendirian. As Sudi mengatakan bahwa dahulu
jika ada seseorang yang anak laki-lakinya meninggal dunia, maka disebut abtar (batar). Ketika anak laki-
laki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, orang-orang Quraisy mengatakan, “Bataro
Muhammad (Muhammad terputus).” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 483)

Ibnu Katsir menjelaskan, “Yang dimaksud abtar adalah jika seseorang meninggal dunia, maka ia tidak
akan lagi disebut-sebut (disanjung-sanjung). Inilah kejahilan orang-orang musyrik. Mereka sangka bahwa
jika anak laki-laki seseorang mati, maka ia pun tidak akan disanjung-sanjung. Padahal tidak demikian.
Bahkan beliaulah yang tetap disanjung-sanjung dari para syahid (tuan) yang lain. Syari’at beliau tetap
berlaku selamanya, hingga hari kiamat saat manusia dikumpulkan dan kembali.” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 14: 483)

Surat ini kata Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berisi penjelasan mengenai nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu beliau dikaruniakan kebaikan
yang banyak. Kemudian di dalamnya berisi perintah untuk mengerjakan shalat dan berqurban juga
ibadah lainnya atas dasar ikhlas karena Allah. Kemudian terakhir dijelaskan bahwa siapa yang membenci
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenci satu saja dari ajaran beliau, merekalah yang nantinya
terputus yaitu tidak mendapatkan kebaikan dan barokah (Tafsir Juz ‘Amma, 281).
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad hingga Yaumat Tanaad
(hari kiamat saat manusia diseru di padang Mahsyar).

Wallahu waliyyut taufiq.

Sumber https://rumaysho.com/2712-al-kautsar-dan-kenikmatan-yang-banyak.html

Anda mungkin juga menyukai