Anda di halaman 1dari 20

MUHKAM DAN MUTASYABIH

As’ ad Husein, S.Ag, MA


Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat
• Muhkamat adalah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat
dipahami dengan mudah, memiliki satu pengertian saja, dapat diketahui
secara langsung, tidak memerlukan lagi keterangan lain.
• Mutasyabihat secara terminologis adalah ayat-ayat yang mengandung
beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang
dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam, tidak dipahami
kecuali setelah dikaitkan dengan ayat lain atau ayat-ayat yang
pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang
berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang
mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.
Aspek-Aspek Tasyabuh
• Tasyâbuh pada Lafal Ayat
Tasyabuh terjadi disebabkan oleh karena kosakata (mufradat) yang digunakan
oleh Al-Qur'an tidak umum dipakai oleh bangsa Arab (gharib) seperti
penggunaan kata abban (1) dalam Surat Abasa ayat 31: ‫( وفاكهة وأبا‬31). Makna ‫أبا‬
tidak diketahui kecuali setelah melihat keterangan pada ayat berikutnya Makna
abban baru diketahui setelah dihubungkan dengan ayat berikutnya:

)32( ‫متاعا لكم وألنعامكم‬

"Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (Q.S. "Abasa 80:


32)
• Tasyabuh disebabkan karena kata yang digunakan bersifat musytarak
(mempunyai lebih dari satu pengertian), misalnya kata qur' (3) yang
terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 228:
)٢٢٨( ... ‫والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثالثة قروء‬
"Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quri..." (QS. Al-Baqarah 2: 228)
Kata quru dalam bahasa Arab bisa berarti haidh dan bisa juga berarti
suci. Jika berarti haidh, maka masa iddah wanita yang ditalaki oleh
suaminya adalah tiga kali haidh. Tetapi jika diartikan suci, maka masa
iddahnya tiga kali suci.
• Tasyabuh disebabkan oleh susunan kalimat (tarkib al-kalimat), baik kalimatnya
ringkas, luas, atau karena susunan kalimatnya.

Untuk kalimat yang ringkas contohnya adalah firman Allah dalam Surat An-Nisa
ayat 3:

‫وإن خفتم أال تقسطوا في اليتامى فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثنى وثالث ورباع فإن خفتم أال تعدلوا‬
(3)‫فواحدة أو ما ملكت أيمانكم ذلك أدنى أال تعولوا‬

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan
perempuan yang yatim, maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (QS. An-
Nisa' 4:3)
Oleh sebab itu untuk memahaminya ayat tersebut perlu diberi
penjelasan secukupnya dengan menambahkan keterangan sehingga
kalimatnya menjadi:
‫وإن خفتم أال تقسطوا في اليتامى لو تزوجتموهن فانكحوا من غيرهن ما طاب لكم من النساء‬
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
perempuan-perempuan yang yatim bilamana kamu
mengawininyanya, maka nikahilah selain mereka perempuan-
perempuan (lain) yang kamu senangi...
Contoh tasyabuh terjadi disebabkan oleh kalimatnya yang luas adalah
firman Allah:
... (11)‫ليس كمثله شيء‬...
"...tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia...." (QS. Asy Syura
42:11)
Tasybih dalam ayat ini terulang dua kali karena fungsi huruf kaf dan mitsli
sama yaitu mempersamakan sesuatu dengan yang lain. Menurut para
mufassir, pengulangan alat tasybih pada ayat itu befungsi untuk penguat
(ta'kid) sehingga maksudnya menjadi: "Sungguh tidak ada sama sekali
sesuatu pun yang serupa dengan-Nya".
Contoh tasyabuh terjadi disebabkan oleh susunan kalimatnya yang tidak urut
adalah firman Allah SWT berikut init

َُ‫ن ُلَّد ۡنهُ َويبَ ّش َرُ ۡالم ۡؤ ّم ّن ۡين‬


ُۡ ‫شد ّۡيدًا ّم‬ ً ‫) قَيّ ًما ّلي ۡنذ َّرُ بَ ۡا‬1( ‫ل لَّهُ ّع َو ًجا‬
َ ‫سا‬ ُْ َ‫ب َولَ ُۡم يَ ۡج ُع‬َُ ‫ع ۡب ّدُّه ۡال ّك ٰت‬
َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫ل‬ ُّٰ ّ ُ‫ا َ ْل َحمۡ د‬
ُۡ ‫لِل الَّذ‬
َُ َ‫ّى ا َ ۡنز‬
(2)‫سنًا‬ َ ‫ن لَه ُۡم ا َ ۡج ًرا َح‬ َُّ َ ‫ت ا‬ ٰ ‫الَّذ ّۡينَُ يَعۡ َمل ۡونَُ ال‬
ُّ ‫ص ّل ٰح‬

"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-
Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok (1) sebagai bimbingan yang lurus,
untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan
memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan
kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik (QS. Al Kahfi 18:2)
Tasyabuh dalam ayat ini terjadi karena penempatan kata qayyiman (‫ )قيما‬tidak
langsung setelah kata al-Kitab (‫ )الكتاب‬padahal kata qayyiman merupakan
keterangan sifat dari kata al-Kitab.
• Tasyabuh pada Makna Ayat
Tasyabuh terjadi disebabkan oleh karena kandungan makna
ayat itu sendiri yang berbicara tentang hal-hal yang ghaib
seperti sifat-sifat Allah SWT dan hal-ihwal Hari Akhir mulai
dari kiamat, hari berbangkit, berkumpul di Mahsyar, hisab
dan timbangan sampai kepada pembalasan dengan surga
dan neraka. Hal-hal ghaib seperti itu, sekalipun tahu arti kata
katanya, tetapi tentu saja akai manusia tidak bisa
mengungkap hakikat sifat-sifat Allah SWT dan hakikat hal-
ihwal Hari Akhir.
• Tasyabuh pada Lafal dan makna ayat sekaligus
Tasyabuh terjadi disebabkan oleh karena lafal dan makna ayat sekaligus.
Contohnya adalah firman Allah berikut ini:

‫يسألونك عن األهلة قل هي مواقيت للناس والحج وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهورها ولكن البر من‬
)۱٨۹ (‫اتقى وأثوا البيوت من أبوابها واتقوا هللا لعلكم تفلحون‬

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintu-pintunya dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Al-
Baqarah 2: 189)
Beberapa orang Anshar jika berihram untuk haji, mereka tidak akan
masuk rumah atau tempat kediaman dari pintu. Penduduk Madar,
jika ihram membuat lobang di belakang rumah, lalu keluar masuk
dari lobang itu. Penduduk Wabar lain lagi, mereka keluar masuk dari
belakang tirai secara sembunyi-sembunyi. Lalu turun ayat ini:
"...bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya,
akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertaqwa. Dan
masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertaqwalah
kepada Allah agar kamu beruntung."
Tasyabuh pada ayat ini terjadi karena lafalnya yang padat (ijaz) dan
juga dari segi maknanya sekaligus.
SIKAP PARA ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIHAT

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah ayat-ayat mutasyäbihat dapat


diketahui oleh manusia atau tidak, atau hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Perbedaan sikap tersebut disebabkan oleh perbedaan cara membaca Surat Ali
Imran ayat 7.

۷ ... ‫وما يعلم تأويله إال هللا والراسخون في العلم يقولون أمنا به كل من عند ربنا‬...

"...Tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyahihát,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami..." (QS. All 'Imran 3:7)
Jika berhenti (waqaf) membacanya setelah lafaz Allah, maka pengertiannya adalah
tidak ada yang mengetahui ayat-ayat mutasyabihat itu kecuali hanya Allah SWT.
Tetapi jika membacanya diteruskan, artinya tidak berhenti setelah lafaz Allah, maka
pengertiannya menjadi tidak ada yang mengetahui ayat-ayat mutasyabihat itu
kecuali Allah SWT dan orang yang mendalam ilmunya.
Kedua pendapat di atas dapat dikompromikan dengan merinci makna takwil :
1. Takwil berarti memalingkan sebuah lafazh dari al-ihtimal arrájih (makna yang
kuat) kepada al-ihtimal al-marjuh (makna yang lemah) karena ada dalil yang
menghendakinya.
2. Takwil berarti tafsir, yaitu menjelaskan lafazh-lafazh sehingga maknanya dapat
dipahami.
3. Takwil berarti hakikat sesuatu yang disampaikan dalam pembicaraan.
Para ulama yang berpendapat bahwa takwil ayat-ayat mutasyabihat
hanya dapat diketahui oleh Allah SWT semata, memahami takwil
sebagai hakikat sesuatu. Misalnya tentang hakikat Zat Allah SWT,
bagaimana hakikat nama-nama dan sifat sifat Allah SWT, tentang Hari
Akhir dan masalah-masalah ghaib lainnya, hanya Allah SWT yang
mengetahui hakikat sebenarnya.
Sedangkan para ulama yang memahami bahwa takwil ayat ayat
mutasyabihat dapat diketahui juga oleh orang-orang yang mendalam
ilmunya, memahami bahwa takwil adalah tafsir yang menjelaskan
maksud kata-kata sehingga dapat dipahami.
HIKMAH AYAT-AYAT MUTASYABIHAT
Ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui hakikatnya oleh Allah SWT semata
1. Merupakan rahmat Allah SWT bagi umat manusia yang lemah ini, yang tidak sanggup
mengetahui segala sesuatu secara keseluruhan. Jika semuanya diungkap hakikatnya
oleh Allah SWT, manusia tidak akan sanggup memikulnya. Oleh sebab itu, Allah
merahasiakan kapan datangnya hari Kiamat. Jika manusia tahu Kiamat masih jauh,
mereka akan malas dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Tapi
sebaliknya, jika tahu Kiamat sudah dekat, mereka akan sangat ketakutan
menghadapinya. Begitu juga hikmah kenapa Allah merahasiakan kepada setiap orang
kapan ajalnya akan datang. agar setiap orang selalu berusaha mengisi kehidupannya
dengan kebaikan dan menjauhi segala macam keburukan.
2. Sebagai ujian bagi umat manusia, apakah mereka akan beriman dengan yang ghaib
atau tidak. Bagi orang-orang yang dapat petunjuk tentu mereka akan mengimaninya
sekalipun tidak tahu bagaimana hakikatnya. Tetapi bagi orang-orang yang hatinya
condong kepada kesesatan, mereka akan menolaknya.
3. Al-Qur'an mencakup dakwah terhadap orang awam dan dakwah terhadap kaum
intelektual. Orang awam hanya bisa menerima sesuatu yang yang dapat ditangkap secara
inderawi terlebih dahulu. Jika tidak bisa ditangkap secara inderawi terlebih dahulu mereka
akan segera mengganggapnya tidak ada. Oleh sebab itu Al-Qur'an menjelaskan hal-hal
yang ghaib, abstrak dengan pendekatan inderawi sehingga dapat diterima oleh orang
awam.
4. Sebagai bukti akan kelemahan manusia, hanya sedikit sekali yang dapat diketahui oleh
manusia betapapun mereka bersungguh-sungguh untuk berusaha mengetahuinya. Hanya
Allah SWT sematalah yang mengetahui segala sesuatu. Dengan demikian hilanglah
kesombongan manusia, sehingga mereka dapat tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
5. Memberi peluang terjadinya perbedaan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Jika
sekiranya semua ayat-ayat Al-Qur'an muhkamåt, tentu hanya ada satu pemahaman,
sedangkan pemahaman lain tertolak dengan sendirinya. Dengan terjadinya keragaman
pemahaman, terbuka ruang untuk dialog. Dengan adanya dialog, pandangan yang batil
dapat diketahui dan kembali kepada pandangan yang benar.
Hikmah Ayat-ayat mutasyahihat yang dapat diketahui oleh siapa saja setelah
mempelajarinya dan yang tidak dapat diketahui oleh orang awam, tetapi hanya
dapat diketahui oleh para ulama yang mendalam ilmunya.
1. Menunjukkan mukjizat Al-Qur'an. Misalnya dari segi bahasa, jika ayat-ayat
mutasyäbihát itu dibahas lebih mendalam, terungkaplah keindahan, ketelitian
dan kehalusan bahasa Al-Qur'an. Bermacam-macam aspek ilmu balaghah akan
terungkap seperti al-ijáz, al-ithnáb, al-musawah, at-taqdim una at taʼkhir, adz-
dzikr wa al-hadzf, al-haqiqah wa al-majiz dan lain-lain sebagainya.
2. Memudahkan untuk menghafal dan menjaga Al-Qur'an, karena ungkapan Al-
Qur'an yang ringkas dan padat dapat memuat bermagai macam segi dan aspek.
Jika sekiranya semua aspek dan segi itu diungkapkan secara jelas satu-satu
tentu akan berakibat Al-Qur'an akan sangat tebal, bisa berjilid-jilid sehingga
menyulitkan umat untuk menghafal dan menjaganya. Dan juga kehalusan dan
keindahan ungkapan-ungkapan Al Qur'an membuat para pembacanya
merasakan nikmat dan lezat membacanya.
3. Mengungkap ayat-ayat mutasyabihat lebih sulit dan lebih berat, bertambah
banyak kesulitan dalam mengungkapnya semakin menambah banyak pahala
yang didapat. Untuk masuk surga memang memerlukan perjuangan sungguh-
sungguh sebagaimana firman Allah SWT:

(142)‫ أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم هللا الذين جاهدوا منكم ويعلم الصابرين‬.4

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang
sabar." (QS. Ali Imran 3:142)
4. Untuk mengungkap makna ayat-ayat mutasyabihat diperlukan berbagai macam
ilmu seperti ilmu bahasa-nahwu, sharf dan balaghah-ushul fiqh dan lain
sebagainya, sehingga keberadaan ayat-ayat mutasyábihat mendorong
berkembangnya bermacam macam ilmu.
5. Untuk mengungkap ayat-ayat mutasyahihat para pengkaji dan peneliti
memerlukan bantuan dalil-dalil akal, yang dengan demikian dapat terbebas dari
kegelapan taqlid. Seandainya semua ayat-ayat Al-Qur'an muhkamat, tentu tidak
diperlukan bantuan dalil-dalil akal, sehingga akal pikiran akan terabaikan
perkembangannya. "
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai