K3 Dan Alat Ukur
K3 Dan Alat Ukur
SAFETY
By.Bon&taruna
Keselamatan & Kesehatan Kerja
ASSET PERUSAHAAN
Keselamatan &
Kesehatan
Dalam Bekerja
WORKER
Perawatan
Berkala & Beban
Bekerja Sesuai
MESIN Kemampuan
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Hal yang utama
dalam menunjang produktivitas kinerja
pekerja dan perusahaan
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Dalam melakukan aktivitas kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus diutamakan
Keselamatan Kerja :
Tindakan / Aktivitas dalam mencegah / mengurangi atau
bahkan menghilangkan resiko atau faktor – faktor yang dapat
membuat / memicu terjadinya kecelakaan dalam bekerja
Kesehatan Kerja :
Tindakan / Aktivitas dalam mengurangi atau menghilangkan
resiko atau faktor – faktor yang dapat meyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan atau menimbulkan penyakit, sehingga
menurunkan produktivitas orang (pekerja) atau
sekelompok orang (Sekelompok pekerja)
Keselamatan & Kesehatan Kerja
1. Berjalan tangan disaku 17. Tdk ada sekat antara proses weld & painting
2. Scrap dijalan 18. trolly ditengah jalan
3. Dibawah benda diatas 19. Material didepan pintu
4. Ikatan tidak kencang 20. Box didepan pintu
5. Mengecat dekat dg las 21. Benda cair di taruh di atas
6. Tidak pakai masker 22. Roda gigi di tempat tinggi
7. Tidak pakai kacamata las (Hitam) 23. Cara angkat tidak STD
8. Kabel las di injak 24. Peletakan Elpigi didekat las
9. Menggrinda tdk pakai kaca mata 25. Kaca pecah
10. Menggrinda dgn 1 tangan 26. Mesin las didepan hidran
11. Benda kerja tdk di clamp 27. Gas acytiline di lantai
12. Kabel las tidak rapih 28. Gas oxygin tdk diikat
13. Tutup pit lepas 29. Turun dari tangga menghad kedepan
14. Kaki diatas pit 30. Membuang sampah dari atas
15. Kaki dibawah roda 31. Tidak memakai sabuk pengga
16. Membawa barang bertumpuk
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Identifikasi Potensi Bahaya di Area Kerja
21
25
4 31
22
3 30
20 19 23
1 24 26 28 29
2
18
6 9 13 27
7
5 11 14
16
12
17 10 15
8
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Cara Mengidentifikasi Potensi Bahaya :
1). Apa yang akan diidentifikasi ? Faktor penyebab Masalah ;
Manusia,Metode, Mesin, Material &
Lingkungan
SOP
TDK BAIK / TDK ADA
KECELAKAAN
KERJA PERALATAN RUSAK
TETAP DIPAKAI
PERLENGKAPAN SAFETY
KONDISI PADA MESIN TDK ADA
TIDAK AMAN
PERLENGKAPAN APD
(UNSAFE CONDITION) TIDAK STANDAR
PROSEDURE KETERANGAN
KONDISI ABNORMAL ADALAH
KONDISI 1. PROSES TIDAK SEPERTI BIASANYA
ABNORMAL 2. PROSES TIDAK SESUAI PROSEDUR
3. ADA KONDISI YANG MEMBAHAYAKAN
3. Meninggal Dunia
Keselamatan & Kesehatan Kerja
3. Keluarga Bahagia
MODUL
OLEH:
E. BONDAN TARUNA, S.ST
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun:
Nama : E. Bondan Taruna, S.ST
NIP/NUPTK : 2650 7566 5713 020102
Pangkat/Gol. :-
Jabatan : Ka.Komli TP
Status Kepegawaian : Guru Tetap Yayasan
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menggunakan alat
ukur sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP)
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku Mengukur Dengan
Menggunakan Alat Ukur ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir
diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan bermacam-macam alat pengukur untuk mengukur/
menentukan dimensi atau variabel.
2. Memelihara dan merawat alat-alat pengukur
BAB II
MENGGUNAKAN BERMACAM-MACAM ALAT PENGUKUR UNTUK
MENGUKUR/MENENTUKAN DIMENSI ATAU VARIABEL
Untuk pengukuran geometris maka besaran dasar yang digunakan adalah jelas, yaitu
besaran panjang dengan satuan standar panjang yang diberi nama dengan meter (m) serta
satuan tambahan yaitu sudut bidang dengan nama derajat (0) atau radian (rad).
1
a. Jenis Pengukuran
Pengukuran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya: linear, sudut atau
kemiringan, kedataran, profil, ulir, roda gigi, penyetelan posisi dan kekasaran permukaan.
Dari bermacam-macam jenis pengukuran tersebut, hanya pengukuran linear yang paling
banyak digunakan.
Macam-macam masalah pengukuran dapat dipecahkan dengan menggunakan pengukuran
linear, misalnya pengukuran dimensi dengan toleransinya dan juga penentuan kesalahan
bentuk. Untuk melaksanakan jenis-jenis pengukuran ini maka dibuat bermacam-macam
alat ukur masing-masing dengan cara pemakaian yang tertentu. Berdasarkan sifat dari alat
ukur, terdapat lima jenis yaitu
• Alat ukur langsung, mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Hasil pengukuran
dapat langsung dibaca pada skala tersebut.
• Alat ukur pembanding, mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Karena daerah
skala ukurnya terbatas, alat ini hanya digunakan sebagai pembacaan besarnya selisih
suatu dimensi terhadap ukuran standar.
• Alat ukur standar, mampu memberikan atau menunjukan suatu harga ukuran tertentu.
Digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding untuk menentukan dimensi
suatu obyek ukur.
• Alat ukur batas (kaliber), mampu menunjukkan apakah suatu dimensi terletak di dalam
atau diluar daerah toleransi ukuran,
• Alat ukur bantu, bukan merupakan alat ukur dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi
peranannya adalah penting sekali dalam melaksanakan suatu pengukuran.
b. Cara Pengukuran
Cara pengukuran dapat di bedakan menjadi empat yaitu, pengukuran langsung,
pengukuran tak langsung, pengukuran dengan kaliber batas dan pengukuran dengan cara
membandingkan dengan bentuk standar.
1) Pengukuran Langsung
Adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang mana hasil pengukuran
dapat langsung dibaca pada skala yang telah dikalibrasi yang terdapat pada alat ukur
tersebut (alat ukur langsung). Contoh pengukuran langsung dengan mikrometer dapat
dilihat pada (Gambar 2.1)
2
2) Pengukuran Tidak Langsung
Adalah pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai alat-alat ukur dari jenis
pembanding, standar dan pembantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat
ukur pembanding sewaktu mengukur obyek ukur dan ukuran standar (pada alat ukur
standar) dapat digunakan untuk menentukan dimensi dari obyek ukur. Contoh pengukuran
tidak langsung dengan alat ukur standar dapat dilihat pada (Gambar 2.2).
3
4) Pengukuran dengan Bentuk Standar
Bentuk suatu produk dapat dibandingkan dengan suatu bentuk standar pada layar
dari alat ukur proyeksi. Ketepatan bentuk suatu konis dapat diperiksa dengan menggunakan
Morse Konis. Jadi pada prinsipnya pengukuran seperti ini tidaklah menentukan dimensi
ataupun toleransi suatu benda ukur secara langsung. Contoh pengukuran dengan bentuk
standar (memeriksa bentuk dengan profile proyektor) dapat dilihat pada (Gambar 2.4).
Apabila dilihat dari sisi pemakaian/ penggunaannya, alat ukur dapat dikelompokkan
menjadi enam yaitu: alat ukur langsung, alat ukur tidak langsung, alat ukur pembanding,
alat ukur standar, alat ukur batas dan alat ukur bantu. Bentuk dan nama dari beberapa
jenis alat ukur tersebut dapat dilihat pada (Tabel 2.2)
4
Tabel 2.2 Macam-alat Ukur Dilihat dari Sisi Pemakaian/Penggunaannya
Jenis dan Nama
No Ilustrasi Gambar Alat Ukur
Alat ukur
A. Alat Ukur Langsung
1. Mistar/Meteran
Lipat
2. Mistar/Meteran Baja
3. Mistar/Meteran
Gulung
4. Mistar Geser/Jangka
Sorong
(Vernier caliper)
5. Pengukur Tinggi
(Height Gauge)
6. Mikrometer Dalam
(Inside Mikrometer)
5
7. Mikrometer dalam
tiga kaki (holtest
mikrometer)
8. Mikrometer
Kedalaman (Depth
Mikrometer)
9. Mikrometer Alur
(Groove Mikrometer)
11. Pengukur
Sudut/Busur Derajat
(Bevel Protractor)
6
13. Pengukur Kedalaman
(Dept Gauge)
2. Jangka Bengkok
3. Klaiber T
(Telescoping gauge)
7
4. Small Hole Gauge
2. Dial indikator
3. Mal Radius
5. Mal Ulir
8
6. Mal Sudut Bor
2. Height Master
3. Square Master
9
E. Alat Ukur Batas
1. External Diameter
Gauging (Ring
Gauge)
2. Internal Diameter
Gauging
(Plain Plug Gauge)
5. Snap Gauge
10
a. Alat Ukur Linier Langsung
Sebagian besar pengukuran geometris benda ukur dalam metrologi industri adalah
menyangkut pengukuran linier atau pengukuran panjang (jarak), diameter poros, tebal gigi,
lebar, kedalaman, perhitungan sudut dengan metode sinus atau tangent, kesemuanya itu
merupakan contoh dari dimensi panjang (linier) dari benda ukur yang memang mempunyai
variasi bentuk panjang yang bermacam-macam. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana cara
mengukurnya dan alat-alat ukur apa saja yang bisa digunakan untuk mengukurnya.
Berdasarkan cara mengukurnya maka dapat dibedakan dua jenis pengukuran yaitu
pengukuran linier langsung dan pengukuran linier tak langsung.
Dari berbagai macam masalah pengukuran komponen mesin, maka pengukuran linier
merupakan hal yang sering ditemukan. Beberapa hal tertentu, misalnya pengukuran sudut,
sebetulnya juga dapat dilaksanakan dengan metoda pengukuran linier yaitu menghitung
sinusnya, sedangkan pengukuran yang lain misalnya roda gigi adalah merupakan
pengukuran linier langsung dan alat ukur linier tak langsung. Dengan alat ukur linier
langsung maka hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada bagian bagian penunjuk
(skala) dari alat ukur tersebut. Jenis alat ukur linier langsung yang akan dibahas dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu mistar ukur dengan berbagai macam bentuk,
mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk dan mikrometer dengan berbagai
bentuk.
11
1) Mistar Ukur
Terdapat beberapa jenis/bentuk mistar ukur, diantaranya :
Mistar Baja
Mistar baja (Gambar 2.5a). merupakan alat ukur linier yang paling sederhana dan
banyak dikenal orang. Pada umumnya bahannya berupa pelat dari baja atau kuningan di
mana pada kedua sisi dari salah satu permukaannya diberi skala (metris dan inci). Panjang
dari skala ukurannya adalah 150 mm – 300 mm dengan pembagian dalam ½ atau 1 mm.
Pengukuran dilaksanakan dengan menempelkan mistar ini pada obyek ukur sehingga
panjang dari obyek ukur dapat langsung dibaca pada skala mistar baja. Kecermatan
pembacaan tidak dapat lebih kecil dari ½ mm, oleh sebab itu mistar baja tidak dapat
digunakan untuk pengukuran dengan kecermatan tinggi. Dalam metrology industri, mistar
ukur hanya dipakai untuk memperkirakan dimensi obyek ukur serta untuk melakukan
penggambaran secara kasar.
Cara menggunakan Mistar Baja untuk mengukur panjang atau lebar suatu bidang
bertingkat.
Cara menggunakan Mistar Baja untuk mengukur panjang atau lebar suatu bidang datar
dengan bantuan blok siku.
12
Mistar Baja Berkait (Hook Rule)
Dengan mistar baja berkait (Gambar 2.5d), memberi kemudahan kepada kita untuk
mengukur lebar alur ataupun dalamnya. Karena pada alat ini bagian ujungnya diberi
semacam kait persegi sehingga dapat menempatkan pada posisi nol di bagian-bagian benda
ukur yang kurang menguntungkan kalau digunakan mistar ukur biasa. Untuk benda-benda
ukur yang bagian-bagian tertentu bentuknya menyudut atau tirus (chamfer) mistar ukur
berkait ini sangat cocok sekali digunakan dibandingkan dengan mistar-mistar ukur lainnya.
Mistar/Meteran Lipat
Biasanya dibuat alumunium atau baja berfungsi untuk mungukur dan memindahkan
sudut. Melihat konstruksinya maka meteran lipat sebetulnya merupakan gabungan dari
mistar ukur dengan sambungan engsel pada setiap ujungnya. Mengingat kemungkinan
ausnya engsel dan ketidaklurusan garis pengukuran sewaktu melakukan pengukuran, maka
13
meteran lipat tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
mistar ukur biasa.
Mistar/Meteran Gulung
Meteran gulung atau juga disebut roll meter, dibuat dari bahan pelat baja tipis atau
kain khusus, yang dapat digulung dan ditempatkan dalam suatu kotak. Penggulungannya
dapat dipermudah dengan bantuan pegas. Biasanya meteran gulung yang paling panjang
mempunyai kapasitas ukur sampai 50 m. Pada ujung dari pelat diberi kaitan atau gelang
untuk mepermudah mendapatkan dasar (basic) pengukuran.
2) Mistar Ingsut
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-
hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar geser, schuifmaat atau
vernier Caliper. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama
seperti pada mistar ukur.Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu
rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang
ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi
dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur.
Disamping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting
perannya di dalam pengukuran yaitu yang disebut dengan skala nonius. Adanya skala
nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut. Dalam pembacaan
skalanya ada yang dalam sistem inci dan ada pula yang dalam sistem metrik. Biasanya pada
masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala yaitu yang satu sisi
dalam bentuk inci dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat ukur
14
bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inci dan metrik.
Ketelitian alat ukur mistar ingsut bisa mencapai 0.001 inci atau 0.05 milimeter. Ada pula
mistar ingsut yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai penggantinya maka
dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga besarnya pengukuran dapat
dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka
penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian).
Sesuai dengan bentuk dari benda ukur maka saat ini telah banyak diproduksi mistar ingsut
dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap sama. Secara
umum konstruksi dari mistar ingsut dapat dilihat pada (Gambar 2.9).
Gambar 2.9 Bagian Umum Dari Mistar Ingsut dengan Skala Nonius
15
➢ periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua rahang dengan cara
mengatupkan rahang.
➢ benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung rahang
ukur (harus agak kedalam), supaya kontak antara permukaan sensor dengan benda
ukur cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri (self aligning) yang akan
meniadakan kesalahan kosinus.
➢ tekankan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang ukur
ataupun lidah ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian (ada kesalahan
sistematik akibat lenturan). Ketepatan (keterulangan; precision/repetability)
pengukuran bergantung pada ketepatan (keterulangan) penggunaan tekanan yang
mencukupi, Hal ini dapat dicapai dengan cara latihan sehingga ujung jari yang
menggerakan peluncur dapat merasakan tekanan pengukuran yang baik. Apabila ada,
gunakan mur penggerak cermat untuk menggeserkan peluncur secara cermat.
➢ Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur kelincinan (gesekan) tertentu
sesuai denga standar yang diizinkan dan jalannya rahang ukur harus tidak bergoyang.
➢ Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari kedua rahang
ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk agak kedalam.
➢ Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu mistar ingsut masih berada pada
benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca
skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
➢ Jangan lupa, setelah mistar ingsut tidak digunakan lagi dan akan disimpan
ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus dijaga dengan cara membersihkannya
memakai alat-alat pembersih yang telah disediakan misalnya kertas tissue, vaselin, dan
sebagainya.
a b c d
Gambar 2.10 Beberapa Contoh Lokasi Pengukuran dengan Mistar Ingsut
Keterangan:
a. Mengukur ketebalan, jarak luar atau diameter luar
b. Mengukur kedalaman
c. Mengukur tingkat
d. Mengukur jarak celah atau diameter dalam
16
skala. Jarum penunjuk tersebut dapat berputar sejalan dengan bergeraknya rahang jalan
(gerak). Jadi, gerak lurus dari rahang ukur jalan (sensor) diubah menjadi gerak rotasi dari
jarum penunjuk. Gerak rotasi ini terjadi karena adanya hubungan mekanis antara roda gigi
pada poros jam ukur dengan batang bergigi pada batang ukur.
Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan tingkat-tingkat kecermatannya, ada yang
tingkat kecermatannya 0.10 mm, ada yang 0.05 mm dan ada pula yang sampai 0.02
milimeter. Sedang untuk yang pembacaannya dalam inci, tingkat kecermatannya ada yang
0.10 inci dan ada yang 0.001 inci. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10 mm, biasanya satu
putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu putaran
jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10 mm = 10 mm. Demikian pula untuk
tingkat kecermatan yang lain, dapat dilihat pada (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Pembagian Skala Jam Ukur pada Mistar Ingsut Jam Ukur
Satu putaran jarum Angka pada jam ukur
Selang pembagian
Kecermatan penunjuk sensor dalam mm untuk tiap
skala utama
tergeser bagian
0.10 mm 10 mm 10 bagian 1 cm
0.05 mm 5 mm 20 bagian 1 mm
0.02 mm 2 mm 5 bagian dalam satuan 1 mm
0.1 mm
Konstruksi dari mistar ingsut dengan jam ukur dapat dilihat pada (Gambar 2.11).
Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inci konstruksinya pada umumnya
sama.
17
Bagian-bagian utama mistar sorong digital juga relative sama seperti mistar sorong lainnya.
Perbedaan prinsip yang cukup menonjol adalah pada cara pembacaannya, karena hasil
pengukurannya dapat langsung terbaca dalan bentuk angka. Karena konstruksi jaringan
pembacaannya yang yang sedikit rumit, maka mistar sorong digital jarang digunakan
dibengkel kerja, biasanya lebih banyak digunakan pada laboratorium pengukuran.
Mistar ingsut digital elektronik dibuat oleh Perusahaan Starret. Alat ukur ini
mempunyai kemampuan jarak linier sepanjang 0 sampai 6 inci (0 sampai 150 mm). Bekerja
secara elektronik dan hasi pengukuran secara cepat dan mudah untuk dibaca karena
adanya sistem pencatat digital. Data pengukuran bisa langsung dihubungkan ke komputer
dan printer untuk dianalisis lebih lanjut. Jenis komputer yang khusus ini dibuat oleh Stareet
dengan nomor produksi Starret 720 QC Computer.
18
Untuk mengukur benda yang relatif kecil, maka
benda yang diukur dipegang dengan tangan kiri
sedangkan tangan kanan memegang mistar
sorong.
19
Untuk mengukur kedalaman suatu benda, maka
posisi batang pengukur kedalaman [ekor] harus
tegak lurus terhadap benda.
20
› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius pada strip ke-7, maka 1/16
x 7 = 7/16.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-7, maka 1/128 x 7 = 7/128.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 7/16 + 7/128 = 56/128 + 7/128 = 63/128
inci.
2)
› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius pada strip ke-21, maka
21/16 inci.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-4, maka 1/128 x 4 = 4/128.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 21/16 +4/128 = 168/128 +4 /128 = 172/128
= 1 11/32 inci.
3)
21
Skala Utama = 1 inci = 40 bagian, maka 1 Skala Utama = 1/40 inci.
Skala Nonius = terbagi dalam 25 Bagian
Maka : Ketelitian jangka sorong tersebut = 1 Skala Utama dibagi jumlah Skala Nonius, yaitu
: 1/40 inci : 25 = 1/40 inci x 1/25 = 1/1000 inci = 0,001 inci
Gambar 2.14 Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong Ketelitian 1/1000 inci
› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius: pada strip ke-12, maka
1/40 x 12 = 12/40.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-8, maka 1/1000 x 8 = 8/1000.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 12/40 + 8/1000 = 300/1000 + 8/1000 =
308/1000 inci = 0,308 inci.
2)
Gambar 2.15 Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong Ketelitian 1/1000 inci
› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius : pada strip ke-22, maka
1/40 x 22 = 22/40.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-8, maka 1/1000 x 8 = 8/1000.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 22/40 + 8/1000 = 550/1000 + 8/1000 =
558/1000 inci = 0,558 inci.
22
Cara pembacaan ketelitian dari mistar ingsut/jangka sorong (metrik) dan cara
pembacaan ukurannya adalah sebagai berikut:
23
› Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama,
pada gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13 mm dengan 14 mm,
maka pembacaannya adalah 13 mm.
› Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi skala utama, pada gambar
di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala utama.
Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah:
13 + 21 x 0,02 (ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm
Cara 3:
1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm
24
Contoh cara pembacaan Ketelitian 0,05 mm:
1) Hasil pengukuran gambar disebelah adalah
19 mm + 0,55 mm = 19,55 mm
Penjelasan:
Skala utama = 19 mm
Skala Nonius = (11 divisi x 0,05 = 0,55 mm)
Jadi, Skala utama + skala nonius
19 mm + 0,55 mm = 19,55 mm
25
Cara 2:
Jarak 19 mm pada skala utama = 10 bagian
pada skala nonius.
Jadi 1 bagian skala nonius panjangnya :
19mm
19 mm : 10 bagian = = 1,9mm
10
Ketelitiannya adalah
= 2 bagian skala utama – 1 bagian skala Gambar 2.25 Nonius Ketelitian 0,1 mm
nonius
= 2 mm – 1.9 mm = 0,1 mm
Cara 3:
1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/10 = 0,1 mm
26
o Mistar sorong tak sebidang
Digunakan untuk :
Mengukur jarak antara dua permukaan
yang bertingkat
27
o Mistar sorong tekanan ringan
Digunakan untuk :
Mengukur diameter luar pipa yang tipis
dan lunak
28
Fungsi Height Gauge
29
Pada (Gambar 2.37d) menunjukkan cara mengukur
kemiringan
Dengan bantuan busur bilah (alat ukur sudut) yang
dipasang pada peluncur, maka kemiringan suatu
permukaan terhadap bidang datar dapat diketahui
besarnya.
30
4) Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur linier langsung yang termasuk dalam katagori alat ukur
presisi. Alat ukur jenis ini mempunyai bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan
dengan bentuk dengan bentuk dari benda ukur. Salahsatu bagian yang sangat penting dari
mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya ulir utama kita dapat menggerakkan poros
ukur menjauhi dan mendekati permukaan bidang ukur dari benda ukur.
Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu putaran ulir utama dapat
menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak kisar (pitch) ulir. Berarti di sini
gerak rotasi diubah menjadi gerak traslasi.
Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya terjadi
kesalahan kisar. Bila diamati kesalahan kisar ini mulai dari awal gerak sampai batas akhir
akan terjadi kesalahan kisar yang biasanya disebut dengan kesalahan kumulatif.
Untuk mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka biasanya panjang
ulir utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti panjang poros ukur maksimum hanya
25 mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk pengukuran
yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat landasan tetap yang
dapat diganti-ganti.
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu mikrometer dalam (inside
mikrometer), mikrometer dalam tiga kaki (holtest mikrometer), mikrometer kedalaman
(depth mikrometer) dan mikrometer luar (outside mikrometer). Meskipun mikrometer ini
terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam bentuk,
akan tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada umumnya sama.
31
Mikrometer Dalam Tiga Kaki (Holtest Mikrometer)
Mikrometer dalam tiga kaki (Gambar 2.40), adalah salah satu alat ukur yang berfungsi
untuk mengukur diameter dalam. Kecermatan hasil pengukuran termasuk dalam
kelompok baik/presisi, karena alat ukur ini memilki tiga kaki sehingga memungkinkan
kedudukan mikrometer selalu dalam posisi ditengah lingkaran objek ukur.
32
Contoh cara Penggunaan Mikrometer kepala :
▪ Siapkan benda yang diukur
▪ Siapkan meja rata
▪ Pilih mikrometer yang sesuai dengan obyek
ukur
▪ Letakkan benda kerja pada meja rata
▪ Letakkan landasan atas pada tepi atau bidang
yang akan diukur dengan posisi tegak lurus
permukaan atau sejajar sumbu obyek ukur
▪ Pegang tabung ukur dengan tangan kiri
▪ Putar tabung putar sehingga landasan bawah
menyentuh batas bawah obyek ukur dan akhri
dengan memutar rechetnya kurang lebih 3 x
▪ Baca skala mikrometer Gambar 2.42 Mikrometer Kedalaman
Mikrometer Landasan V
Digunakan untuk
▪ Mengukur Diameter dan kebulatannya
▪ Mengukur Diameter luar dari perkakas potong
dengan 3 - 5 alur
▪ Mengukur diameter kisar tap dengan bantuan
satu kawat
Mikrometer Piringan
Dengan muka ukur yang lebar memungkinkan
pengukuran jarak antara beberapa gigi bagian
bersayap dsb
Mikrometer Batas
Digunakan sebagai kaliber batas bagi benda
ukur dengan suatu ukuran dasar tertentu dan
daerah toleransi yang relatif besar . Mulut ukur
yang diatas diatur dan dimatikan . Mulut ukur
yang dibawah sesuai ukuran minimum.
Micrometer hanya dapat disetel sampai
kecermatan 0.01 mm. Benda ukur yang baik
Gambar 2.45 Mikrometer Batas
harus masuk pada mulut ukur atas ( go ) dan
tidak masuk pada mulut ukur bawah ( not go )
33
Mikrometer Bangku
Sebagai Micrometer luar. Biasanya
mempunyai kecermatan yang tinggi .
34
Penjelasan bagian-bagian mikrometer luar:
o Anvil (Landasan)
Landasan merupakan bagian
mikrometer yang bersentuhan
dengan benda kerja ketika
pengukuran. Karena itu harus tahan
terhadap aus akibat gesekan ketika
digunakan sehingga dibuat dari
baja keras yaitu karbida.
o Spindle (Poros Geser)
Spindle merupakan bagaian
mikrometer yang dapat bergerak
lurus sejauh kapasitas mikrometer
Gambar 2.50 Mikrometer luar
(misalnya 0 – 25 mm ).
o Pengunci ( Lock nut )
Berfungsi untuk mengunci poros geser agar tidak bergeser ketika sedang digunakan
untuk pengukuran.
o Sleeve (Tabung Ukur )
Tabung Ukur merupakan bagian Mikrometer yang memiliki garis garis skala ukur dan
skala nonius.Pada bagian inilah pembacaan pengukuran dilakukan . Tabung ukur
terkunci pada rangka tidak bergerak
o Thimble (Tabung Putar)
Jika tabung putar diputar satu kali putaran akan bergerak 1 kisar ulir nya atau satu
speed yang berhubungan dengan poros geser. kisar ulir tabung putar ada yang
berukuran 0.5 mm dan ada yang berukuran 1 mm. Tabung putar yang berukuran 0.5
mm jika diputar 1 kali poros geser bergerak 0.5 mm, dan jika tabung putar diputar 2
kali poros geser bergerak 2 x 0,5 mm dst. Satu keliling tabung putar terdapat 50
bagian yang ditunjukkan dengan strip strip .Karena itu jika tabung putar diputar 1 strip
poros geser bergerak 0.5 mm : 50 = 0.01 mm
o Rachet
o Rangka ( frame )
35
Aturlah posisinya sedemikian rupa sehingga skala ukurnya dapat dilihat dan dibaca
dengan mudah.
▪ Penekanan poros ukur terhadap muka bidang ukur harus diperhatikan betul-betul, tidak
terlalu keras dan tidak terlalu lunak. Terlalu keras menekan poros ukur akan cepat
merusakkan ulir utama dan adanya kemungkinan untuk terjadinya perubahan bentuk
benda ukur sehingga menimbulkan kesalahan pengukuran. Terlalu lunak menekan
poros ukur juga akan menimbulkan kesalahan pengukuran karena kemungkinan tidak
menyentuhnya sensor pada bidang ukur dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk
memastikan tekanan poros ukur yang cukup dapat digunakan alat pembantu pemutar
silinder putar yaitu gigi gelincir (rachet). Penekanan poros ukur pada benda ukur dapat
diatur dengan gigi gelincir ini begitu muka poros ukur menempel pada muka bidang
ukur.
Dengan dasar besarnya jarak satu skala pada tetap dan pada skala putar maka kita
dapat menentukan ukuran benda ukur. Pada (Gambar 2.51), menunjukkan pembagian
skala ukur mikrometer dalam inci.
36
Contoh:
1)
2) Pembacaan pada :
tabung ukur atas : 0,5 inci
tabung ukur bawah : 0,05 inci
tabung putar : 0,012 inci
Hasil Pembacaan : 0,562 inci
38
dengan garis batas yang berarti menunjukkan ukuran sebesar 32 x 0.01 mm = 0.32
mm.
o Jadi, secara keseluruhan ukuran yang ditunjukkan oleh gambar tersebut adalah 12 +
0.32 mm = 12.32 mm.
Contoh lain:
Pembacaan pada :
Skala tabung ukur atas : 12 mm
Skala tabung bawah : 0,5 mm
Skala tabung putar : 0,01 mm
Hasil pengukuran : 12,51 mm
Contoh :
Pembacaan pada :
Skala tabung ukur bawah : 11 mm
Gambar 2.57 Mikrometer Ketelitian 0,001 mm
Skala tabung ukur atas : 0,5 mm
Skala tabung putar : 0,46mm
Skala nonius : 0,007mm
Hasil pengukuran : 11,967 mm
39
b. Alat Ukur Sudut
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca
hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti
tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan
pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta
alat dan cara menggunakannya. Dalam pembahasan ini kita akan membahas alat ukur
sudut langsung saja.
Busur derajat merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran
dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah
dicantumkan skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang
berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan
batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan
gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah
lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil
besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut
benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat
alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari
mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil atau
terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku.
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh
penggunaannya.
40
Gambar 2.59 Mengukur Sudut pada Benda Ukur
Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur derajat. Pada (Gambar
2.60) menunjukkan sebuah busur derajat universal, yang bagian-bagiannya terdiri dari
piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius
dan kunci bilah.
Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala
nonius maka busur bilah ini mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan
untuk menyetel skala nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama
dengan piringan skala utama.
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan untuk
mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi, dan untuk kondisi tertentu
biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa
digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengukuran yang benar.
41
ke 28 dan 29. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 28 derajat lebih. Kelebihan ini
dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu
garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 15 dari skala nonius. Ini berarti
kelebihan ukuran tersebut adalah 15 menit. Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 28
derajat ditambah 15 menit = 56 derajat 55 menit (50° 55’).
Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya menggunakan sistem
optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda ukur.
Sedang sistem mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda
ukur bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat
pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa
digunakan untuk mengukur bentuk mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena
komponen-komponen utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang
diukur dengan proyektor bentuk
harus mempunyai dimensi ukuran
yang relatif kecil. Hal ini
diperlukan unutk menghindari
rusaknya permukaan lensa
tempat meletakkan benda ukur.
Bagan dari proyektor
bentuk dapat dilihat pada
(Gambar 2.62). Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan disini
beberapa komponen penting dari
proyektor bentuk antara lain yaitu
lampu, lensa kondensor, filter
penyerap panas, filter berwarna,
kaca alas, lensa proyeksi, cermin Gambar 2.62 Profile Projector
datar dan layar.
Cara kerja secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan
diatas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu dinyalakan untuk
mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi
dan kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka
bayanga dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan
42
dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi
karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan
sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk
pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah
6 menit (6’).
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di mana skala sudut
berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah
skala yang ada pada layar. Sebaliknya jika yang digunakan untuk mengukur sudut adalah
dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala
sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut.
43
Contoh satu set blok ukur jumlah 112 buah dengan
tebal 1 mm :
Selang/jarak antara Kenaikan Jumlah blok
1,001 - 1,009 0,001 9
1,010 – 1,490 0,010 49
0,50 – 24,50 0,50 49
25-100 25 4
1,0005 - 1
jumlah 112 Gambar 2.65 Satu Set Blok Ukur
Kelas 01*** )
laboratorium Metrologi
Industri Nasional
Keterangan :
*)
Merupakan kelas kasar dan jarang dibuat
**)
Untuk kaliber blok ukur kualitas yang lebih rendah dan alat ukur peka disebut Master
Gauge
***)
Sebagai standar Nasional
44
Pemeliharaan dan Pemakaian Blok Ukur
Blok ukur ditempatkan dalam kotak kusus yang
didalamnya mempunyai tempat bagi masing
masing ukuran Blok yang sesuai agar blok ukur
tidak bercampur baur dan pengambilan ukuran
blok yang dikehendaki dapat dilakukan dengan
mudah.. Blok ukur hanya digunakan di dalam
ruangan yang bersih dan untuk beberapa hal
harus terkontrol temperaturnya yakni 200 C
45
Prinsip Kerja Jam Ukur Prinsip kerja Dial Indicator adalah secara mekanis , dimana
gerakan linier dari sensor diubah menjadi gerakan putaran dari jarum penunjuk pada
piringan yang berskala dengan perantaraan batang bergerigi dan susunan roda gigi ,
dengan konstruksi, Perhatikan gambar berikut :
▪ Pegas spiral
▪ Roda gigi
▪ Sensor yang dapat diganti
▪ Pegas atau Coil
▪ Piringan jam
▪ Jarum penunjuk ukuran
▪ badan atau rangka
Pupitas
Pupitas digunakan untuk
▪ Untuk mengetahui Kerataan permukaan
benda kerja
▪ Untuk mengetahui daerah toleransi suatu
benda kerja
Yang membedakan Dial Indicator dengan
Pupitas adalah bentuk sensornya. Sensor pada
Pupitas berupa lengan dengan ujung berbentuk
bola dan gerakannya menghasilkan garis busur
lingkaran serta kapasitas pengukurannya yang
lebih kecil yaitu 0.2 s/d 0.8 mm Gambar 2.73 Pupitas
46
Pupitas dibuat dngan konstruksi
▪ Sensor
▪ Blok Gerak
▪ Blok Diam
▪ Piring Ukur
▪ Rangka terbuat dari logam atau plastik
keras
Pemakaian Pupitas
Pupitas dipasang pada dudukan pemindah
dengan Tiang dan Lengan yang dapat diatur
dengan baut penyetel atau pengaturan secara
fleksibel.
Kaliber
Kaliber berfungsi untuk memeriksa batas ukur secara langsung atau tidak langsung
sebagai pembanding ukuran .Hasil pemeriksaan atau pengukurannya dapat diketahui
apakah memenuhi standar ukuran atau tidak , dalam hal ini produk memenuhi batas
toleransi atau diluar toleransinya .
Artinya :
Untuk memilih benda mana yang memenuhi ukuran standar atau toleransi ataupun benda
mana yang harus masih dikerjakan lagi itulah Kaliber digunakan.
Ukuran Pada Kaliber
Ukuran Kaliber ada 2 macam:
o Ukuran Standar sebagai Acuan
o Ukuran Standar batas atau limit
Plug Gauge
tanda merah NOT GO
47
o Bentuk Bola ( Spherical )
Sesuai bagi kaliber NOT GO supaya hanya
diameter lubang saja yang diperiksa ( tidak
memeriksa kesilindrical lubang )
48
Ring Gauge
Snap Gauge
49
Radius Gauge
Tingkatan masing masing pemeriksa Radius :
1 mm – 3 mm = 0.25 mm
3 mm – 20 mm = 0.50 mm
20 mm – 25 mm = 1 mm
Thread Gauge
Gambar 2.87 Thread Plug Gauge Gambar 2.88 Thread Ring Gauge
50
BAB III
MEMELIHARA ALAT-ALAT PENGUKUR
Cara Perawatan
(1) Sebelum dan sesudah pemakaian, alat ukur harus selalu dibersihkan. Bila
selesai pemakaian beri sedikit vaselin dan disimpan lagi ke tempat semula
(2) Mur/baut pengunci hendaknya dijaga jangan sampai lepas atau hilang.
(3) Pakailah kain panas/strimin sebagai tempat alat ukur.
51
b) Pemeliharaan Mistar geser ketinggian ( Height gauge )
Pemeliharaan
(1) Jaga pada suhu 28 C upaya tidak terjadi
perubahan fisik
(2) Dijaga pada kondisi tidak terlalu lembab
supaya tidak berkorosi
(3) Diberi vaselin setelah alat ukur dipakai
(4) Dijauhkan dari getaran, goncangan atau
benturan
(5) Setelah dipakai dimasukkan kembali ke
kotaknya.
(6) Dipakai sesuai dengan fungsinya.
(7) Dipakai menurut petunjuk operasional dan
keselamatan kerja yang telah ditentukan
masing-masing
(8) Hindarkan dari pemakaian secara gegabah dan
serampangan
Gambar 3.2 Mistar geser
ketinggian
Keselamatan Kerja
1). Hindarkan benturan dengan benda lain
2). Jangan sampai jatuh
3). Gunakan di atas meja
4). Jaga dari pengaruh karat (korosi)
52
(2) Jika tidak dipergunakan (sesudah pemakaian) mikrometer luar harus
ditempatkan dalam sebuah peti kayu. Mikrometer yang lebih besar harus
digantungkan dengan penunjangnya yang khusus (sadle shaped support).
(3) Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran, sinar matahari lansung dan
fluktuasi tempertatur.
(4) Batang ukur standar yang panjang harus ditempatkan dengan hati-hati
supaya tidak terjadi lenturan.
Keselamatan Kerja
(1) Jangan menarik mikrometer keluar dari benda kerja untuk dilihat hasil
pengukurannya. Hal ini bisa merusak landasan.
(2) Jangan mengukur benda kerja yang sedang berputar atau bergerak
(3) Hati-hatilah pada waktu mengukur dan gunakan recet jika spindel sudah
mendekati benda yang diukur.
Pemeliharaan
(1) Letakkan pupitas di atas kain panas (lunak)
(2) Selesai pemakaian pupitas dibersihkan
(3) Beri vaselin pada sensornya
(4) Simpan ke tempat semula dengan posisi yang
bena
Perawatan
(1) Selesai pemakaian supaya dial indikator
dibersihkan
(2) Beri vaselin pada sensor
(3) Simpan ke tempat semula
53
2. Menyetel/Mengkalibrasi Titik Nol Pada Jangka Sorong dan Mikrometer
a. Menyetel Titik Nol Pada Jangka Sorong
Langkah-langkah menyetel titik nol (0) pada jangka sorong adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan jangka sorong yang akan distel dari kotoran yang menempel
2) Longgarkan baut pengunci jangka sorong.
3) Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit.
4) Lakukan pembacaan penyetelan seperti berikut ini:
Strip Angka nol (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka nol (0) pada
Skala Utama.
Strip Angka nol (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada Skala
Utama.
5) Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka lakukan hal berikut :
Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada
Skala Geser melewati Strip 0 pada Skala Utama, solusinya yaitu bersihkan kembali
Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang bergeser.
Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada
Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah pembacaan
selisih pergeseran tersebut dengan mencari strip pada Skala Geser yang segaris
dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut dengan hitungan
mundur. Yang artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris dengan strip pada
Skala Utama menampilkan angka 0.85 mm, maka selisih pergeseran tersebut adalah
0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama. Kemudian jika alat tersebut dipakai untuk
mengukur, maka hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
54
Gambar 3.6 Kondisi Penyetelan Mikrometer dalam Posisi NOL
6) Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka yang harus dilakukan adalah menyetel strip
angka 0 pada skala tetap dengan garis tengah Sleeve (Gambar 2.39), dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
Gambar 3.7 Menyetel strip angka 0 pada skala tetap dengan garis tengah Sleeve
Kuncilah spindel secukupnya dengan pengunci spindle.
Ambil Kunci Penyetel (Adjuster Clamp) yang disertakan pada alat ukur.
Masukkan ujung kunci penyetel pada lubang yang terdapat pada Ratchet Stopper.
Kendorkan Stopper sampai Thimble bebas.
Luruskan strip angka 0 pada skala tetap dengan garis tengah Sleeve.
Kencangkan kembali Ratchet Stopper.
Periksa ulang kembali hasil penyetelan.
56
Gambar 3.9 Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur
57
Gambar 3.10 Grafik kesalahan kumulatif pada pemeriksaan skala ukur
Dengan melihat grafik kesalahan kumulatif juga dapat disimpulkan kesalahan total (total
error) skala ukur mikrometer, yaitu jarak antara titik tertinggi dengan titik terendah.
58
LATIHAN
Tugas
1. Amatilah jangka sorong yang ada di bengkel/laboratorium anda!
2. Cermati masing-masing bagian jangka sorong tersebut dan cobalah untuk mengerti
fungsi-fungsinya!
3. Berapa tingkat ketelitian jangka sorong tersebut?
4. Digunakan untuk apa jangka sorong tersebut? Bila kurang jelas bisa ditanyakan
kepada guru anda.
Tes Formatif
1. Sebutkan jenis pengukuran apa saja yang dapat dilakukan menggunakan jangka
sorong!
2. Berapa tingkat ketelitian jangka sorong dengan pembagian skala vernier sebanyak 20
skala?
3. Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong berikut:
a b c d e
i
h f
4. Bagian mana dari gambar jangka sorong di atas yang digunakan untuk:
a. Mengukur panjang benda/ diameter luar poros
b. Mengukur diameter dalam benda
c. Mengukur kedalaman lubang
d. mengukur tingkat
5. Sebutkan masing-masing ukuran dari gambar berikut sesuai aturan membaca skala
pada jangka sorong!
a.
b.
59
c.
d.
60