Anda di halaman 1dari 89

PENGETAHUAN

SAFETY
By.Bon&taruna
Keselamatan & Kesehatan Kerja

ASSET PERUSAHAAN

Keselamatan &
Kesehatan
Dalam Bekerja
WORKER

Perawatan
Berkala & Beban
Bekerja Sesuai
MESIN Kemampuan
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Hal yang utama
dalam menunjang produktivitas kinerja
pekerja dan perusahaan
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Dalam melakukan aktivitas kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus diutamakan

Keselamatan Kerja :
Tindakan / Aktivitas dalam mencegah / mengurangi atau
bahkan menghilangkan resiko atau faktor – faktor yang dapat
membuat / memicu terjadinya kecelakaan dalam bekerja

Kesehatan Kerja :
Tindakan / Aktivitas dalam mengurangi atau menghilangkan
resiko atau faktor – faktor yang dapat meyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan atau menimbulkan penyakit, sehingga
menurunkan produktivitas orang (pekerja) atau
sekelompok orang (Sekelompok pekerja)
Keselamatan & Kesehatan Kerja

Hal – hal yang harus dipahami dan dimengerti serta menentukan


tindakan yang akan dilakukan dalam penerapan Keselamatan &
Kesehatan Kerja di lingkungan Kerja

1. Mengidentifikasi ( Mengenali ) Potensi Bahaya


Yang Ada di Tempat Kerja
2. Mengendalikan ( Mengontrol ) Potensi Bahaya
Yang Telah Di identifikasi
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Mengidentifikasi Potensi Bahaya di Area Kerja
Keselamatan & Kesehatan Kerja

Hasil Identifikasi bahaya yang tersembunyi ;

1. Berjalan tangan disaku 17. Tdk ada sekat antara proses weld & painting
2. Scrap dijalan 18. trolly ditengah jalan
3. Dibawah benda diatas 19. Material didepan pintu
4. Ikatan tidak kencang 20. Box didepan pintu
5. Mengecat dekat dg las 21. Benda cair di taruh di atas
6. Tidak pakai masker 22. Roda gigi di tempat tinggi
7. Tidak pakai kacamata las (Hitam) 23. Cara angkat tidak STD
8. Kabel las di injak 24. Peletakan Elpigi didekat las
9. Menggrinda tdk pakai kaca mata 25. Kaca pecah
10. Menggrinda dgn 1 tangan 26. Mesin las didepan hidran
11. Benda kerja tdk di clamp 27. Gas acytiline di lantai
12. Kabel las tidak rapih 28. Gas oxygin tdk diikat
13. Tutup pit lepas 29. Turun dari tangga menghad kedepan
14. Kaki diatas pit 30. Membuang sampah dari atas
15. Kaki dibawah roda 31. Tidak memakai sabuk pengga
16. Membawa barang bertumpuk
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Identifikasi Potensi Bahaya di Area Kerja

21
25
4 31

22
3 30

20 19 23
1 24 26 28 29
2
18
6 9 13 27
7
5 11 14
16
12
17 10 15
8
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Cara Mengidentifikasi Potensi Bahaya :
1). Apa yang akan diidentifikasi ? Faktor penyebab Masalah ;
Manusia,Metode, Mesin, Material &
Lingkungan

2) Dimana lokasi melakukan Tempat kerja ;


identifikasi ? Workshop, Line Produksi, Gudang &
Area Lingkungan Sekitar Pabrik

3) Kapan identifikasi dilakukan ? Kondisi normal & terjadi perubahan :


modifikasi, relay out, perancangan
produk baru, instalasi baru &
pembongkaran

4) Siapa yang melakukan Operator S/d Manager sesuai dengan


identifikasi ? schedule yang ditetapkan

5) Bagaimana cara melakukan Observasi : lihat, dengar,coba


identifikasi ?
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Pengendalian Potensi Bahaya :
1. Eliminasi Menghilangkan sumber bahaya. Cara ini biasanya diterapkan
pada sumber bahaya yang tidak terpakai. Untuk lebih efektif,
yang dihilangkan adalah metode kerja yang memakai sumber
bahaya tersebut.

2. Subtitusi Mengganti dengan sumber daya yang lebih aman


( resiko lebih kecil )

3. Modifikasi Isolasi Sumber Bahaya ;


Menghilangkan kontak langsung dengan sumber bahaya.
Ventilasi ;
Memberikan sistem sirkulasi pada sumber bahaya sehingga
dapat disimpan pada tempat yang aman atau dibuang
langsung ke udara bebas

4. Administrasi Pengendalian dengan menetapkan aturan & standard kerja


contoh : SOP, Rule, Slogan, dll.
5. APD Memberikan alat perlindungan digunakan oleh pekerja untuk
mengurangi resiko bahaya selama kontak dg sumber bahaya
Keselamatan & Kesehatan Kerja

6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja


( Keenam Hal Tersebut Selalu Berhubungan dengan Equipment / Mesin)

Penyebab Terjadinya Kecelakaan


Simbol Akibat yang bisa terjadi
Kerja
Mesin – mesin Produksi (Machine),
A (Mesin Press, Mesin Bor, dll)
Terjepit Mesin
Beban Berat (Big Heavy),
B (Tumpukan, Pemindahan material, dll)
Terbentur / tertimpa beban
Kendaraan Produksi (Car),
C (Forklift, Truck Pengangkut, dll)
Tertabrak / menabrak
Terperosok / Terjatuh (Drop), Tergelincir /
D (Worker terjatuh, Kejatuhan Material, dll) Jatuh dari ketinggian
Listrik (Electrical),
E (Worker tersengat listrik, dll)
Tersengat listrik alat kerja
Kebakaran (Fire),
F (Ledakan tabung gas, arus pendek, dll)
Kebakaran
Keselamatan & Kesehatan Kerja
6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja
1. Penyebab karena Mesin Produksi (Machine),

Hampir saja benda tiba-tiba jatuh setelah tekanan angin dihabiskan.


❑Operator terjepit di mesin tanpa menggunakan metoda untuk mencegah
benda terjatu (Ketika menggunakan mesin dengan posisi vertikal pada
saringan udara)

Check point Untuk Pencegahan Kecelakaan


Bahaya utama yang berhubungan dengan sisa tekanan
1. Tidak ada benda yang jatuh disebabkan
karena beratnya benda
2. Apakah ada metoda untuk mencegah benda
terjatuh?
( Rantai Block, Pins, dsb)
3. Ketika mencari & memecahkan masalah
(troubleshooting),
Terjepit mesin setelah apakah operator menggunakan suatu metoda
menghabiskan sisa untuk mencegah terjatuhnya suatu barang?
tekanan
Keselamatan & Kesehatan Kerja
6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja
2. Penyebab karena Tertimpa Beban Berat (Big Heavy),
Benda berat yang sedang diangkat tiba-tiba terlepas dari kaitan dan
jatuh kebawah
❑Benda tsb jatuh karena alat bantunya tidak berfungsi
❑Benda tsb jatuh karena alat gantungnya patah

Check point untuk pencegahan kecelakaan


Alat pengangkatnya bermasalah
1. Sebelum menggunakanya, operator memeriksa dari
alat bantunya apakah menunjukan tanda2x tidak
berfungsi atau rusak
2. Apakah ada aturannya & apakah operator
mengikutinya sebelum menggunakan alat gantungan
tsb?
Kedudukan dari sling ternyata salah
3. Apakah posisi gantungan & rangkaian yang
digunakan selalu dilakukan dengan cara yang benar ?
4. Ketika mengoperasikan, apakah operator tersebut
Benda tersebut jatuh
berdiri sekurangnya 1,5 m dari beban ?
dari alat gantung
Keselamatan & Kesehatan Kerja
6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja
3. Penyebab karena Kendaraan Produksi (Car),
Palet pada bagian paling atas jatuh
❑Jatuh karena kelebihan beban
Palet terjatuh karena ❑Jatuh dari atas, saat forklift berhenti
kelebihan beban mendadak

Check point untuk pencegahan kecelakaan


1. Ketinggian maksimum harus diatur dan
anggota karyawan harus mengikutinya
(Dampak dari kelebihan beban bisa
menimbulkan resiko palet terjatuh karena
getaran yang diakibatkan oleh jalan yang
bergelombang atau sembarangan dalam
pengoperasiannya)
2. Untuk muatan, jangan membuat titik berat
yang tinggi! (Palet yang berat seharusnya
jangan diletakkan pada bagian atas)
Keselamatan & Kesehatan Kerja
6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja
4. Penyebab karena Terperosok / Terjatuh / Tergelincir (Drop),

Seorang karyawan tergelincir saat


memanjat naik & turun
❑ Terpeleset & jatuh dari tempat yang
tinggi karena kurangnya perhatian
pada posisi tangan & kaki

Check point untuk pencegahan kecelakaan


Kurangnya kesadaran 1. Saat memanjat naik & turun, cek apakah
terhadap lingkungan tangan & kaki benar2x pada tangga (Tangan,
sekitar selama sepatu jangan berminyak ataupun tangga
memanjat naik & turun jangan ada noda minyaknya)
2. Dalam kondisi tergelincir, apakah ada
tindakan pencegahannya ?
Keselamatan & Kesehatan Kerja
6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja
5. Penyebab karena Listrik (Electricity),

Kecelakaan akibat listrik ketika anggota tim sedang


mengelas pada daerah yang lembab
❑Disebabkan oleh buruknya pengisolasian

Check point untuk pencegahan kecelakaan


1. Bilamana sedang mengelas saluran pipa
(logam) yang dikelilingi oleh logam, pastikan
posisi karyawan untuk selalu jauh dari logam
tsb.
(Dimana-mana kecuali sedang mengelas pada
bagian yang sepenuhnya diisolasi)
2. Tempat kerja jangan lembab !
Kecelakaan akibat listrik 3. Pekerjaan pengelasan jangan dilakukan saat
karena buruknya isolasi hujan
pada listrik
Keselamatan & Kesehatan Kerja
6 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja
6. Penyebab Kecelakaan Kerja Karena Kebakaran (Fire),
Terjadi ledakan ketika sedang membersihkan
sisa dari bubuk tersebut
❑ Kurangnya prosedure untuk
membersihkan & kurangnya frekwensi
pembersihan
❑Terlalu banyak sisa bubuk yang tersisa

Check point untuk pencegahan kecelakaan


Untuk menghindari resiko yang disebabkan oleh
abu (sisa) yang mudah terbakar
1. Bahan yang mudah terbakar seperti :
alumunium, magnesium dll agar disimpan pada
tungku pembakaran, tempat penampungan abu
Terjadi ledakan ketika sedang
& pada saluran pipa
melakukan pekerjaan yang
2. Pastikan untuk mengatur rencana seperti :
menggunakan bubuk alumunium
pemeriksaan, pembersihan dilakukan berkala &
& magnesium
ikuti prosedure kerjanya !
Keselamatan & Kesehatan Kerja
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA
KECELAKAAN KERJA KURANG / TDK ADA
PELATIHAN

TINDAKAN KETIDAK DISIPLINAN


TIDAK AMAN
(UNSAFE ACTION) KONDISI EMOSI

SOP
TDK BAIK / TDK ADA
KECELAKAAN
KERJA PERALATAN RUSAK
TETAP DIPAKAI

PERLENGKAPAN SAFETY
KONDISI PADA MESIN TDK ADA
TIDAK AMAN
PERLENGKAPAN APD
(UNSAFE CONDITION) TIDAK STANDAR

LAY OUT MESIN / EQUIP.


TIDAK SAFETY
Keselamatan & Kesehatan Kerja

5 POKOK KESELAMATAN KERJA


1. Jika ada perubahan / kelainan pada mesin & lainnya,
segera matikan mesin dan lainnya

2. Waspada terhadap alat-alat / mesin-mesin yang


bergerak

3. Diharuskan memberi isyarat kerja kepada teman sekerja

4. Apabila sedang memperbaiki alat-alat / mesin-mesin,


switch harus dimatikan

5. Jangan mengerjakan sesuatu, apabila tidak mengerti


mengenai hal tersebut
Keselamatan & Kesehatan Kerja

PROSEDURE KETERANGAN
KONDISI ABNORMAL ADALAH
KONDISI 1. PROSES TIDAK SEPERTI BIASANYA
ABNORMAL 2. PROSES TIDAK SESUAI PROSEDUR
3. ADA KONDISI YANG MEMBAHAYAKAN

1. HENTIKAN PROSES KERJA


“ STOP ” 2. MATIKAN MESIN / ALAT KERJA
HENTIKAN - MENEKAN EMERGENCY STOP
- MENEKAN TEMPORARY STOP

“ CALL ” 1. PANGGIL PIMPINAN KERJA


MEMANGGIL - GROUP HEAD
- LINE HEAD
MENUNGGU
“ WAIT ” 1. POSISI PADA TEMPAT YG DITENTUKAN
MENUNGGU 2. TUNGGU INSTRUKSI SELANJUTNYA
DARI PIMPINAN KERJA.
Keselamatan & Kesehatan Kerja

Bekerja Dengan Tidak Safety


1. Cedera Ringan

2. Cedera berat / Cacat Anggota Tubuh

3. Meninggal Dunia
Keselamatan & Kesehatan Kerja

Bekerja Dengan Safety


1. Sehat Jasmani

2. Anak & Istri Tidak Khawatir Dirumah

3. Keluarga Bahagia
MODUL

MENGUKUR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR

OLEH:
E. BONDAN TARUNA, S.ST

SMK IGASAR PINDAD BANDUNG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Modul/Buku : Mengukur dengan Menggunakan Alat Ukur


Mata Pelajaran : Pekerjaaan Dasar Teknik Mesin
Kelas : X (Sepuluh)
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Unit Kerja : SMK Igasar Pindad Bandung

Penyusun:
Nama : E. Bondan Taruna, S.ST
NIP/NUPTK : 2650 7566 5713 020102
Pangkat/Gol. :-
Jabatan : Ka.Komli TP
Status Kepegawaian : Guru Tetap Yayasan

Disetujui dan Disahkan,


Di : Bandung
Tanggal : 8 September 2019
Kepala SMK Igasar Pindad

Rony Harimurti, S.Pd.MM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menggunakan alat
ukur sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP)

B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku Mengukur Dengan
Menggunakan Alat Ukur ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir
diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan bermacam-macam alat pengukur untuk mengukur/
menentukan dimensi atau variabel.
2. Memelihara dan merawat alat-alat pengukur
BAB II
MENGGUNAKAN BERMACAM-MACAM ALAT PENGUKUR UNTUK
MENGUKUR/MENENTUKAN DIMENSI ATAU VARIABEL

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menggunakan Bermacam-macam


Alat Pengukur untuk Mengukur/Menentukan Dimensi atau Variabel

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.


Besaran standar tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) dapat didefinisikan secara phisik,
2) jelas dan tidak berubah dengan waktu, dan
3) dapat digunakan sebagai pembanding, dimana saja di dunia ini.
Satuan dari besaran standar setiap pengukuran dapat merupakan salah satu atau
gabungan dari satuan-satuan dasar. Dalam sistem satuan yang telah disepakati secara
internasional (SI Units, International System of Units, Le Systeme International d’Unites)
dikenal tujuh satuan dasar, setiap satuan dasar mempunyai satuan standar dengan symbol
yang biasa digunakan untuk menandainya sebagaimana yang diperlihatkan pada (Tabel
2.1).
Tabel 2.1 Besaran Dasar, Satuan dan Simbol
Besaran dasar Nama satuan dasar Simbol

Panjang Meter (metre) m


Massa Kilogram (kilogram) kg

Waktu Detik (second) s


Arus listrik Amper (ampere) A
Temperatur termodinamika Kelvin (Kelvin) K
Jumlah zat Mol (mole) mol
Intensitas cahaya Lilin (candela) cd
Satuan tambahan:

Sudut bidang Radial (radian) rad.*)

Sudut ruang Steradial (steradian) sr

*) satu derajat adalah sama dengan = 𝜋


rad
180

Untuk pengukuran geometris maka besaran dasar yang digunakan adalah jelas, yaitu
besaran panjang dengan satuan standar panjang yang diberi nama dengan meter (m) serta
satuan tambahan yaitu sudut bidang dengan nama derajat (0) atau radian (rad).

1. Jenis dan Cara Pengukuran


Pada umumnya pengukuran geometris mencakup tiga aspek yaitu: pengukuran,
bentuk dan kekasaran permukaan.

1
a. Jenis Pengukuran
Pengukuran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya: linear, sudut atau
kemiringan, kedataran, profil, ulir, roda gigi, penyetelan posisi dan kekasaran permukaan.
Dari bermacam-macam jenis pengukuran tersebut, hanya pengukuran linear yang paling
banyak digunakan.
Macam-macam masalah pengukuran dapat dipecahkan dengan menggunakan pengukuran
linear, misalnya pengukuran dimensi dengan toleransinya dan juga penentuan kesalahan
bentuk. Untuk melaksanakan jenis-jenis pengukuran ini maka dibuat bermacam-macam
alat ukur masing-masing dengan cara pemakaian yang tertentu. Berdasarkan sifat dari alat
ukur, terdapat lima jenis yaitu
• Alat ukur langsung, mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Hasil pengukuran
dapat langsung dibaca pada skala tersebut.
• Alat ukur pembanding, mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Karena daerah
skala ukurnya terbatas, alat ini hanya digunakan sebagai pembacaan besarnya selisih
suatu dimensi terhadap ukuran standar.
• Alat ukur standar, mampu memberikan atau menunjukan suatu harga ukuran tertentu.
Digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding untuk menentukan dimensi
suatu obyek ukur.
• Alat ukur batas (kaliber), mampu menunjukkan apakah suatu dimensi terletak di dalam
atau diluar daerah toleransi ukuran,
• Alat ukur bantu, bukan merupakan alat ukur dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi
peranannya adalah penting sekali dalam melaksanakan suatu pengukuran.

b. Cara Pengukuran
Cara pengukuran dapat di bedakan menjadi empat yaitu, pengukuran langsung,
pengukuran tak langsung, pengukuran dengan kaliber batas dan pengukuran dengan cara
membandingkan dengan bentuk standar.
1) Pengukuran Langsung
Adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang mana hasil pengukuran
dapat langsung dibaca pada skala yang telah dikalibrasi yang terdapat pada alat ukur
tersebut (alat ukur langsung). Contoh pengukuran langsung dengan mikrometer dapat
dilihat pada (Gambar 2.1)

Gambar 2.1. Contoh Pengukuran Langsung dengan Mikrometer

2
2) Pengukuran Tidak Langsung
Adalah pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai alat-alat ukur dari jenis
pembanding, standar dan pembantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat
ukur pembanding sewaktu mengukur obyek ukur dan ukuran standar (pada alat ukur
standar) dapat digunakan untuk menentukan dimensi dari obyek ukur. Contoh pengukuran
tidak langsung dengan alat ukur standar dapat dilihat pada (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Pengukuran Tidak Langsung dengan Alat Ukur Standar

3) Pengukuran dengan Kaliber Batas


Adalah pengukuran yang tidak menentukan ukuran suatu dimensi dengan pasti,
melainkan hanya menunjukkan apakah dimensi tersebbut terletak di dalam atau di luar
daerah toleransi ukuran. Dimensi yang terletak di dalam daerah toleransi berarti dianggap
baik, sedang dimensi yang terletak di luar daerah toleransi adalah jelek. Produk dengan
dimensi jelek mungkin masih dapat diperbaiki (dengan membuang kelebihan material atau
sama sekali harus dibuang/tak dapat diperbaiki). Cara pengukuran seperti ini dimaksudkan
untuk mempercepat pemeriksaan atas produk yang dibuat dalam jumlah besar, dan alat
ukur yang digunakan adalah dari jenis kaliber (go & not go gauges). Contoh pengukuran
tidak langsung toleransi diameter lubang dengan kaliber batas (kaliber poros) dapat dilihat
pada (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Pengukuran Tidak Langsung Toleransi


Diameter Lubang dengan Alat Ukur Standar

3
4) Pengukuran dengan Bentuk Standar
Bentuk suatu produk dapat dibandingkan dengan suatu bentuk standar pada layar
dari alat ukur proyeksi. Ketepatan bentuk suatu konis dapat diperiksa dengan menggunakan
Morse Konis. Jadi pada prinsipnya pengukuran seperti ini tidaklah menentukan dimensi
ataupun toleransi suatu benda ukur secara langsung. Contoh pengukuran dengan bentuk
standar (memeriksa bentuk dengan profile proyektor) dapat dilihat pada (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Pengukuran dengan Bentuk Standar


(Memeriksa Bentuk Dengan Profile Proyektor)

2. Macam-macam Alat Ukur


Jenis alat ukur dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya yaitu: mekanis,
elektris, optis, hidrolis dan pneumatis atau aerodinamis. Disamping itu jenis alat ukur juga
dapat dibedakan dari segi pemakaianya, oleh karena itu digunakan sistematika pembahasan
menurut jenis pengukuran yaitu:
o Alat ukur linier langsung (direct linear measuring instrument)
o Alat ukur linier tak langsung (indirect linear measuring instrument)
o Alat ukur sudut (angle measuring instrument)
o Alat ukur kedataran (horizontal alignment), kelurusan (straightness) dan kerataan
(flatness)
o Metrologi ulir (screw thread metrology),
o Metrologi roda gigi (gear metrology)
o alat ukur kebulatan (roudness) dan beberapa kesalahan bentuk (form deviation), dan
o Alat ukur kekarasan permukaan (surface roughness measuring instrument)

Apabila dilihat dari sisi pemakaian/ penggunaannya, alat ukur dapat dikelompokkan
menjadi enam yaitu: alat ukur langsung, alat ukur tidak langsung, alat ukur pembanding,
alat ukur standar, alat ukur batas dan alat ukur bantu. Bentuk dan nama dari beberapa
jenis alat ukur tersebut dapat dilihat pada (Tabel 2.2)

4
Tabel 2.2 Macam-alat Ukur Dilihat dari Sisi Pemakaian/Penggunaannya
Jenis dan Nama
No Ilustrasi Gambar Alat Ukur
Alat ukur
A. Alat Ukur Langsung

1. Mistar/Meteran
Lipat

2. Mistar/Meteran Baja

3. Mistar/Meteran
Gulung

4. Mistar Geser/Jangka
Sorong
(Vernier caliper)

5. Pengukur Tinggi
(Height Gauge)

6. Mikrometer Dalam
(Inside Mikrometer)

5
7. Mikrometer dalam
tiga kaki (holtest
mikrometer)

8. Mikrometer
Kedalaman (Depth
Mikrometer)

9. Mikrometer Alur
(Groove Mikrometer)

10. Mikrometer Luar


(Outside
Mikrometer)

11. Pengukur
Sudut/Busur Derajat
(Bevel Protractor)

12. Pengukur Sudut


Universal/Busur
Derajat Universal
(Universal Bevel
Protractor)

6
13. Pengukur Kedalaman
(Dept Gauge)

14. Siku Kombinasi


(Combination Set
Square)

B. Alat Ukur Tidak Langsung


1. Jangka Kaki

2. Jangka Bengkok

3. Klaiber T
(Telescoping gauge)

7
4. Small Hole Gauge

C. Alat Ukur Pembanding


1. Penyiku

2. Dial indikator

3. Mal Radius

4. Mal Pahat Ulir

5. Mal Ulir

8
6. Mal Sudut Bor

D. Alat Ukur Standar


1. Blok Ukur

2. Height Master

3. Square Master

9
E. Alat Ukur Batas
1. External Diameter
Gauging (Ring
Gauge)

2. Internal Diameter
Gauging
(Plain Plug Gauge)

3. Thread Ring Gauge

4. Thread Plug Gauge

5. Snap Gauge

F. Alat Ukur Bantu


1. Ball Gouge

10
a. Alat Ukur Linier Langsung

Sebagian besar pengukuran geometris benda ukur dalam metrologi industri adalah
menyangkut pengukuran linier atau pengukuran panjang (jarak), diameter poros, tebal gigi,
lebar, kedalaman, perhitungan sudut dengan metode sinus atau tangent, kesemuanya itu
merupakan contoh dari dimensi panjang (linier) dari benda ukur yang memang mempunyai
variasi bentuk panjang yang bermacam-macam. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana cara
mengukurnya dan alat-alat ukur apa saja yang bisa digunakan untuk mengukurnya.
Berdasarkan cara mengukurnya maka dapat dibedakan dua jenis pengukuran yaitu
pengukuran linier langsung dan pengukuran linier tak langsung.

Dari berbagai macam masalah pengukuran komponen mesin, maka pengukuran linier
merupakan hal yang sering ditemukan. Beberapa hal tertentu, misalnya pengukuran sudut,
sebetulnya juga dapat dilaksanakan dengan metoda pengukuran linier yaitu menghitung
sinusnya, sedangkan pengukuran yang lain misalnya roda gigi adalah merupakan
pengukuran linier langsung dan alat ukur linier tak langsung. Dengan alat ukur linier
langsung maka hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada bagian bagian penunjuk
(skala) dari alat ukur tersebut. Jenis alat ukur linier langsung yang akan dibahas dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu mistar ukur dengan berbagai macam bentuk,
mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk dan mikrometer dengan berbagai
bentuk.

11
1) Mistar Ukur
Terdapat beberapa jenis/bentuk mistar ukur, diantaranya :

Mistar Baja
Mistar baja (Gambar 2.5a). merupakan alat ukur linier yang paling sederhana dan
banyak dikenal orang. Pada umumnya bahannya berupa pelat dari baja atau kuningan di
mana pada kedua sisi dari salah satu permukaannya diberi skala (metris dan inci). Panjang
dari skala ukurannya adalah 150 mm – 300 mm dengan pembagian dalam ½ atau 1 mm.
Pengukuran dilaksanakan dengan menempelkan mistar ini pada obyek ukur sehingga
panjang dari obyek ukur dapat langsung dibaca pada skala mistar baja. Kecermatan
pembacaan tidak dapat lebih kecil dari ½ mm, oleh sebab itu mistar baja tidak dapat
digunakan untuk pengukuran dengan kecermatan tinggi. Dalam metrology industri, mistar
ukur hanya dipakai untuk memperkirakan dimensi obyek ukur serta untuk melakukan
penggambaran secara kasar.

Gambar 2.5a Mistar Baja

Cara menggunakan Mistar Baja untuk mengukur panjang atau lebar suatu bidang
bertingkat.

Gambar 2.5b Mengukur Bidang Bertingkat

Cara menggunakan Mistar Baja untuk mengukur panjang atau lebar suatu bidang datar
dengan bantuan blok siku.

Gambar 2.5c Mengukur dengan Blok Siku

12
Mistar Baja Berkait (Hook Rule)
Dengan mistar baja berkait (Gambar 2.5d), memberi kemudahan kepada kita untuk
mengukur lebar alur ataupun dalamnya. Karena pada alat ini bagian ujungnya diberi
semacam kait persegi sehingga dapat menempatkan pada posisi nol di bagian-bagian benda
ukur yang kurang menguntungkan kalau digunakan mistar ukur biasa. Untuk benda-benda
ukur yang bagian-bagian tertentu bentuknya menyudut atau tirus (chamfer) mistar ukur
berkait ini sangat cocok sekali digunakan dibandingkan dengan mistar-mistar ukur lainnya.

Gambar 2.5d Mistar Baja Berkait

Cara Menggunakan Mistar Baja Berkait:


Letak dari mistar ukur harus betul-betul sejajar dengan arah memanjang atau tegak lurus
dengan arah melintang dari benda yanga akan diukur. Kadang-kadang untuk keperluan
tertentu diperlukan jangka bengkok atau jangka kaki, misalnya untuk pengukuran kasar
dari diameter luar atau diameter dalam suatu poros dan lubang.

Gambar 2.6 Contoh Penggunaan Mistar Baja Berkait

Mistar/Meteran Lipat
Biasanya dibuat alumunium atau baja berfungsi untuk mungukur dan memindahkan
sudut. Melihat konstruksinya maka meteran lipat sebetulnya merupakan gabungan dari
mistar ukur dengan sambungan engsel pada setiap ujungnya. Mengingat kemungkinan
ausnya engsel dan ketidaklurusan garis pengukuran sewaktu melakukan pengukuran, maka

13
meteran lipat tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
mistar ukur biasa.

Gambar 2.7 Mistar Lipat

Mistar/Meteran Gulung
Meteran gulung atau juga disebut roll meter, dibuat dari bahan pelat baja tipis atau
kain khusus, yang dapat digulung dan ditempatkan dalam suatu kotak. Penggulungannya
dapat dipermudah dengan bantuan pegas. Biasanya meteran gulung yang paling panjang
mempunyai kapasitas ukur sampai 50 m. Pada ujung dari pelat diberi kaitan atau gelang
untuk mepermudah mendapatkan dasar (basic) pengukuran.

Gambar 2.8 Mistar Gulung

2) Mistar Ingsut
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-
hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar geser, schuifmaat atau
vernier Caliper. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama
seperti pada mistar ukur.Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu
rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang
ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi
dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur.
Disamping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting
perannya di dalam pengukuran yaitu yang disebut dengan skala nonius. Adanya skala
nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut. Dalam pembacaan
skalanya ada yang dalam sistem inci dan ada pula yang dalam sistem metrik. Biasanya pada
masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala yaitu yang satu sisi
dalam bentuk inci dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat ukur

14
bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inci dan metrik.
Ketelitian alat ukur mistar ingsut bisa mencapai 0.001 inci atau 0.05 milimeter. Ada pula
mistar ingsut yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai penggantinya maka
dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga besarnya pengukuran dapat
dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka
penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian).
Sesuai dengan bentuk dari benda ukur maka saat ini telah banyak diproduksi mistar ingsut
dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap sama. Secara
umum konstruksi dari mistar ingsut dapat dilihat pada (Gambar 2.9).

Gambar 2.9 Bagian Umum Dari Mistar Ingsut dengan Skala Nonius

Mistar Ingsut/Geser dengan Skala Nonius


Mistar ingsut sebagaimana terdapat pada (Gambar 2.9), jika dilihat dari bentuknya
terdapat dua macam bentuk yaitu: pada posisi gambar bagian atas hanya memiliki rahang
ukur bawah dan pada posisi gambar bagian bawah memiliki rahang ukur bawah dan atas.
Fungsi mistar ingsut:
➢ Mistar ingsut yang hanya mempunyai rahang ukur bawah saja digunakan untuk
mengukur dimensi luar dan dimensi dalam dari benda ukur.
➢ mistar ukur yang mempunyai rahang ukur atas dan bawah dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar dan dalam, kedalaman (depth) celah dan ketinggian alur
bertingkat.
Untuk skala pembacaan dengan sistem metrik, mistar ingsut ada yang panjang skala
utamanya dari 150 mm, 200 mm, 250 mm dan 300 mm, bahkan ada juga yang sampai
1000 mm. Kecermatan pembacaan bergantung pada skala noniusnya yaitu 0,10; 0,05 atau
0,02 mm.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut diantaranya
➢ rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik
tanpa bergoyang.

15
➢ periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua rahang dengan cara
mengatupkan rahang.
➢ benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung rahang
ukur (harus agak kedalam), supaya kontak antara permukaan sensor dengan benda
ukur cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri (self aligning) yang akan
meniadakan kesalahan kosinus.
➢ tekankan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang ukur
ataupun lidah ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian (ada kesalahan
sistematik akibat lenturan). Ketepatan (keterulangan; precision/repetability)
pengukuran bergantung pada ketepatan (keterulangan) penggunaan tekanan yang
mencukupi, Hal ini dapat dicapai dengan cara latihan sehingga ujung jari yang
menggerakan peluncur dapat merasakan tekanan pengukuran yang baik. Apabila ada,
gunakan mur penggerak cermat untuk menggeserkan peluncur secara cermat.
➢ Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur kelincinan (gesekan) tertentu
sesuai denga standar yang diizinkan dan jalannya rahang ukur harus tidak bergoyang.
➢ Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari kedua rahang
ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk agak kedalam.
➢ Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu mistar ingsut masih berada pada
benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca
skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
➢ Jangan lupa, setelah mistar ingsut tidak digunakan lagi dan akan disimpan
ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus dijaga dengan cara membersihkannya
memakai alat-alat pembersih yang telah disediakan misalnya kertas tissue, vaselin, dan
sebagainya.

a b c d
Gambar 2.10 Beberapa Contoh Lokasi Pengukuran dengan Mistar Ingsut
Keterangan:
a. Mengukur ketebalan, jarak luar atau diameter luar
b. Mengukur kedalaman
c. Mengukur tingkat
d. Mengukur jarak celah atau diameter dalam

Mistar Ingsut dengan Jam Ukur


Mistar ingsut jenis ini tidak mempunyai skala nonius. Sebagai ganti dari skala nonius
maka dibuat jam ukur. Oleh karena itu namanya menjadi mistar ingsut jam ukur. Pada jam
ukurnya dilengkapi dengan jarum penunjuk skala dan angka-angka dari pembagian (divisi)

16
skala. Jarum penunjuk tersebut dapat berputar sejalan dengan bergeraknya rahang jalan
(gerak). Jadi, gerak lurus dari rahang ukur jalan (sensor) diubah menjadi gerak rotasi dari
jarum penunjuk. Gerak rotasi ini terjadi karena adanya hubungan mekanis antara roda gigi
pada poros jam ukur dengan batang bergigi pada batang ukur.
Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan tingkat-tingkat kecermatannya, ada yang
tingkat kecermatannya 0.10 mm, ada yang 0.05 mm dan ada pula yang sampai 0.02
milimeter. Sedang untuk yang pembacaannya dalam inci, tingkat kecermatannya ada yang
0.10 inci dan ada yang 0.001 inci. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10 mm, biasanya satu
putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu putaran
jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10 mm = 10 mm. Demikian pula untuk
tingkat kecermatan yang lain, dapat dilihat pada (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Pembagian Skala Jam Ukur pada Mistar Ingsut Jam Ukur
Satu putaran jarum Angka pada jam ukur
Selang pembagian
Kecermatan penunjuk sensor dalam mm untuk tiap
skala utama
tergeser bagian
0.10 mm 10 mm 10 bagian 1 cm

0.05 mm 5 mm 20 bagian 1 mm
0.02 mm 2 mm 5 bagian dalam satuan 1 mm
0.1 mm

Konstruksi dari mistar ingsut dengan jam ukur dapat dilihat pada (Gambar 2.11).
Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inci konstruksinya pada umumnya
sama.

Gambar 2.11 Mistar ingsut dengan jam ukur.

Mistar Sorong Digital


Mistar Sorong Digital
memiliki fungsi yang sama
seperti mistar sorong nonius
dan mistar sorong jam ukur.
Tingkat ketelitian mistar
sorong digital yang banyak Gambar 2.12 Mistar Sorong Digital
digunakan pada dunia
industri adalah 0,01 mm.

17
Bagian-bagian utama mistar sorong digital juga relative sama seperti mistar sorong lainnya.
Perbedaan prinsip yang cukup menonjol adalah pada cara pembacaannya, karena hasil
pengukurannya dapat langsung terbaca dalan bentuk angka. Karena konstruksi jaringan
pembacaannya yang yang sedikit rumit, maka mistar sorong digital jarang digunakan
dibengkel kerja, biasanya lebih banyak digunakan pada laboratorium pengukuran.
Mistar ingsut digital elektronik dibuat oleh Perusahaan Starret. Alat ukur ini
mempunyai kemampuan jarak linier sepanjang 0 sampai 6 inci (0 sampai 150 mm). Bekerja
secara elektronik dan hasi pengukuran secara cepat dan mudah untuk dibaca karena
adanya sistem pencatat digital. Data pengukuran bisa langsung dihubungkan ke komputer
dan printer untuk dianalisis lebih lanjut. Jenis komputer yang khusus ini dibuat oleh Stareet
dengan nomor produksi Starret 720 QC Computer.

a) Cara Menggunakan Mistar Ingsut/Geser


Berdasarkan bagian-bagian utama yang dipunyai oleh mistar ingsut, secara umum
mistar ingsut dapat digunakan antara lain untuk mengukur ketebalan, mengukur jarak luar,
mengukur diameter luar, mengukur kedalaman, mengukur tingkatan, mengukur celah,
mengukur diameter luar, dan sebagainya.
Beberapa tahapan cara menggunakan mistar ingsut yang perlu diperhatikan:
➢ Periksa kesejajaran nol pada skala utama dan nol pada skala nonius
➢ Bersihkan mulut rahang ukur dan benda kerja dengan tisu minyak/lap kering sebelum
digunakan pengukuran
➢ Lakukan pengukuran benda kerja sesuai dengan fungsi alat ukurnya
➢ Pembacaan ukuran dapat dilakukan sebagai berikut:
- Pembacaan ukuran harus dibaca tepat di depan/dihadapan ukuran skala pada
mistar ingsut
- Pembacaan ukuran benda kerja ketika praktek pemesinan sebaiknya dilakukan
langsung pada saat mistar ingsut berada pada benda kerja, tujuannya untuk
menimalisir penyimpangan ukuran ketika mistar ingsut ditarik keluar dari benda
kerja walaupun mistar ingsut sudah terkunci.
- Jika tidak memungkinkan dibaca secara langsung dengan kondisi tertentu, maka
pembacaan sebaiknya dilakukan setelah mistar ingsut ditarik keluar dari benda
kerja. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca
skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
➢ Setelah menggunakan mistar ingsut, maka mistar ingsut dibersihkan kembali dan
simpan kembali pada tempatnya.
Beberapa cara menggunakan mistar sorong
Cara mengukur dimensi luar benda segiempat
yang benar, yaitu seluruh bagian benda kerja
berada diantara kedua rahang.

Gambar 2. 1 Pengukuran Dimensi Luar

18
Untuk mengukur benda yang relatif kecil, maka
benda yang diukur dipegang dengan tangan kiri
sedangkan tangan kanan memegang mistar
sorong.

Gambar 2.2 Pengukuran Benda Kecil

Untuk mengukur diameter alur, maka harus


menggunakan rahang yang berbentuk pisau.

Gambar 2.3 Pengukuran Alur

Gambar disebelah adalah contoh cara


mengukur yang salah, karena bidang rahang
yang menyentuh benda kerja terlalu sedikit.

Gambar 2. 4 Pengukuran yang salah

Gambar disebelah juga menunjukan cara


mengukur yang salah, karena posisi mistar
sorong tidak tegak lurus terhadap benda kerja.

Gambar 2. 5 Pengukuran Lubang yang salah


Untuk mengukur dimensi dalam pada benda,
maka posisi rahang [tanduk] mistar sorong
berada tegak lurus dan masuk pada bidang
ukur.

Gambar 2. 6 Pengukuran Lubang

19
Untuk mengukur kedalaman suatu benda, maka
posisi batang pengukur kedalaman [ekor] harus
tegak lurus terhadap benda.

Gambar 2. 7 Pengukuran Kedalaman

b) Cara Membaca Skala Mistar Ingsut/Mistar Sorong


Mistar ingsut yang banyak beredar sekarang ada yang mempunyai skala ukur dalam
inci dan ada pula yang dalam metrik. Akan tetapi, kebanyakan mistar ingsut yang digunakan
adalah dalam sistem metrik. Karena kedua sistem satuan tersebut sama-sama digunakan
maka pembahasan cara membacanya kedua-duanya akan dijelaskan.

Mistar Ingsut Dalam Satuan Inci


Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Inci
- Jangka Sorong Ketelitian 1/128 inci

Gambar 2.20 Jangka Sorong Ketelitian 1/128 inci

Skala Utama = 1 inci = 16 bagian, maka 1 Skala Utama = 1/16 inci.


Skala Nonius = terbagi dalam 8 bagian
Maka Ketelitian jangka sorong tersebut = 1 Skala Utama dibagi jumlah Skala Nonius, yaitu
1/16 inci : 8 = 1/16 inci x 1/8 = 1/128 inci.

Contoh cara pembacaan hasil pengukuran:


1)

Gambar 2.21 Hasil Pengukuran dengan Menggunakan

20
› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius pada strip ke-7, maka 1/16
x 7 = 7/16.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-7, maka 1/128 x 7 = 7/128.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 7/16 + 7/128 = 56/128 + 7/128 = 63/128
inci.

2)

Gambar 2.17 Hasil Pengukuran dengan Menggunakan

› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius pada strip ke-21, maka
21/16 inci.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-4, maka 1/128 x 4 = 4/128.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 21/16 +4/128 = 168/128 +4 /128 = 172/128
= 1 11/32 inci.

3)

Gambar 2.18 Hasil pengukuran dengan menggunakan


› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius pada strip ke-9, maka 9/16
inci.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-6, maka 1/128 x 6 = 6/128.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 9/16 +6/128 = 72/128 +6 /128 = 78/128
=39/64 inci.

- Jangka Sorong Ketelitian 1/1000 inci

Gambar 2.13 Jangka Sorong Ketelitian 1/1000 inci

21
Skala Utama = 1 inci = 40 bagian, maka 1 Skala Utama = 1/40 inci.
Skala Nonius = terbagi dalam 25 Bagian
Maka : Ketelitian jangka sorong tersebut = 1 Skala Utama dibagi jumlah Skala Nonius, yaitu
: 1/40 inci : 25 = 1/40 inci x 1/25 = 1/1000 inci = 0,001 inci

Contoh cara membaca hasil pengukuran:


1)

Gambar 2.14 Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong Ketelitian 1/1000 inci

› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius: pada strip ke-12, maka
1/40 x 12 = 12/40.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-8, maka 1/1000 x 8 = 8/1000.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 12/40 + 8/1000 = 300/1000 + 8/1000 =
308/1000 inci = 0,308 inci.

2)

Gambar 2.15 Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong Ketelitian 1/1000 inci
› Posisi skala utama (bawah), sebelum titik nol skala nonius : pada strip ke-22, maka
1/40 x 22 = 22/40.
› Posisi skala nonius (atas) pada strip ke-8, maka 1/1000 x 8 = 8/1000.
Jadi hasil pengukuran benda kerja adalah 22/40 + 8/1000 = 550/1000 + 8/1000 =
558/1000 inci = 0,558 inci.

Mistar Ingsut Dalam Satuan Metrik


Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Metrik
Sistem pembacaan mistar ingsut dengan skala satuan metrik sebetulnya sama saja
dengan sistem pembacaan mistar ingsut dalam satuan inci. Perbedaannya hanyalah pada
satuannya dan juga tingkat ketelitian pada skala nonius (vernier).
Untuk mistar ingsut dengan sistem metrik skala verniernya ada yang mempunyai
ketelitian sampai 0.02 (skala vernier dibagi dalam 50 bagian) dan ada yang tingkat
ketelitiannya sampai 0.05 milimeter. Tiap angka pada skala utama menunjukkan besarnya
jarak dalam centimeter. Misalnya angka 1 berarti 1 centimeter = 10 milimeter. Jarak antara
dua angka berarti 10 milimeter. Jarak ini dibagi dalam 10 bagian yang sama, berarti satu
skala kecil (divisi) pada skala utama menunjukkan jarak 1 milimeter.

22
Cara pembacaan ketelitian dari mistar ingsut/jangka sorong (metrik) dan cara
pembacaan ukurannya adalah sebagai berikut:

- Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,02 mm

Gambar 2.19 Jangka sorong ketelitian 0,02 mm

Cara menentukan ketelitian 0,02 mm:


Cara 1:
› Pada gambar 2.19 terbaca 49 Skala Utama = 50 Skala Nonius
› Besarnya 1 skala nonius = 1/50 x 49 Skala Utama = 0,98 Skala Utama
› Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 1 bagian skala utama – 1 bagian
skala nonius
= 1 mm – 0,98 mm = 0,02 mm
Cara 2:
› Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius =
1/50 = 0,02 mm

Contoh cara membaca hasil pengukuran:

Gambar 2.21. Cara membaca jangka sorong

23
› Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama,
pada gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13 mm dengan 14 mm,
maka pembacaannya adalah 13 mm.
› Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi skala utama, pada gambar
di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala utama.
Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah:
13 + 21 x 0,02 (ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm

- Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,05 mm

Gambar 2.20. Jangka Sorong Ketelitian 0,05 mm

Menentukan ketelian 0,05 mm:


Cara 1:
Jarak 19 mm pada skala utama dibagi dalam 20
bagian yang sama pada skala nonius. Jadi 1
bagian skala nonius panjangnya :
19mm
19 mm : 20 bagian = = 0,95mm
20
Ketelitiannya adalah
= 1 bagian skala utama – 1 bagian skala nonius Gambar 2.21 Nonius Ketelitian 0,05 mm
= 1 mm – 0.95 mm = 0,05 mm
Cara 2:
(Pada gambar 2.20), Jarak 39 mm pada skala utama = 20 bagian skala nonius.
Jadi 1 bagian skala nonius panjangnya :
39mm
39 mm : 20 bagian = = 1,95mm
20
Ketelitiannya adalah
= 2 bagian skala utama – 1 bagian skala nonius
= 2 mm –1.95 mm = 0,05 mm

Cara 3:
1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm

24
Contoh cara pembacaan Ketelitian 0,05 mm:
1) Hasil pengukuran gambar disebelah adalah
19 mm + 0,55 mm = 19,55 mm
Penjelasan:
Skala utama = 19 mm
Skala Nonius = (11 divisi x 0,05 = 0,55 mm)
Jadi, Skala utama + skala nonius
19 mm + 0,55 mm = 19,55 mm

Gambar 2.22 Pembacaan Ketelitian 0,05 mm

2) Perhatikan (Gambar 2.23), maka ukurannya adalah:

Gambar 2.23. Cara membaca jangka sorong

▪ Divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 11 mm dengan 12 mm, maka


pembacaannya adalah 11 mm.
▪ Divisi 16 skala nonius segaris dengan divisi skala utama.
Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 11 + 16 x 0,05 = 11,8 mm

- Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,1 mm


o Mistar Sorong Nonius Ketelitian 0.1 mm
Cara 1:
Jarak 9 mm pada skala utama = 10 bagian
pada skala nonius.
Jadi 1 bagian skala nonius panjangnya :
9mm
9 mm : 10 bagian = = 0,9mm
10
Ketelitiannya adalah = 1 bagian skala utama
– 1 bagian skala nonius Gambar 2.24 Nonius Ketelitian 0,1 mm
= 1 mm – 0.9 m = 0,1 mm

25
Cara 2:
Jarak 19 mm pada skala utama = 10 bagian
pada skala nonius.
Jadi 1 bagian skala nonius panjangnya :
19mm
19 mm : 10 bagian = = 1,9mm
10
Ketelitiannya adalah
= 2 bagian skala utama – 1 bagian skala Gambar 2.25 Nonius Ketelitian 0,1 mm
nonius
= 2 mm – 1.9 mm = 0,1 mm

Cara 3:
1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/10 = 0,1 mm

Contoh cara pembacaan Ketelitian 0,1 mm:


Hasil pengukuran gambar disebelah adalah;
34 mm + 0,5 mm = 34,5 mm

Gambar 2.26 Pembacaan Ketelitian 0,1 mm

Beberapa Jenis Dan Fungsi Mistar Sorong Yang Lain


Mistar ingsut mempunyai banyak macam bentuk yang disesuaikan dengan kondisi
dan posisi dari benda yang akan diukur. Perbedaan bentuk ini hanya pada konstruksi dari
rahang ukurnya saja. Oleh karena itu, bila menjumpai mistar ingsut yang konstruksinya
agak berbeda dengan yang dipakai sehari-hari tidak perlu ragu dalam menggunakannyanya
karena prinsip pembacaan skalanya adalah sama.

o Mistar sorong kedalaman


Digunakan untuk :
Mengukur kedalaman alur,
Mengukur kedalaman lubang tidak tembus.
Mengukur bidang bertingkat.

Gambar 2.27 Mistar Sorong Kedalaman

26
o Mistar sorong tak sebidang
Digunakan untuk :
Mengukur jarak antara dua permukaan
yang bertingkat

Gambar 2.28 Mistar Sorong tak Sebidang

o Mistar sorong jarak senter


Digunakan untuk :
Mengukur jarak antara senter lubang
Mengukur jarak dari senter ke tepi

Gambar 2.29 Mistar Sorong Jarak Senter


o Mistar sorong diameter alur dalam
Digunakan untuk :
Mengukur Alur di dalam silinder yang
diameternya minimal 30 mm

Gambar 2.30 Mistar Sorong Alur Dalam

o Mistar sorong pipa


Digunakan untuk :
Mengukur tebal dinding pipa
Mengukur tebal plat yang melengkung

Gambar 2.31 Mistar Sorong Pipa


o Mistar sorong posisi dan lebar alur
Digunakan untuk :
Mengukur lebar alur
Mengukur posisi alur terhadap tepi atau
alur lain

Gambar 2.32 Mistar sorong Lebar Alur

o Mistar sorong putar


Digunakan untuk :
Mengukur jarak dua permukaan yang
sejajar tetapi tidak sebidang (sulit diukur
dengan Mistar sorong biasa)

Gambar 2.33 Mistar Sorong Putar

27
o Mistar sorong tekanan ringan
Digunakan untuk :
Mengukur diameter luar pipa yang tipis
dan lunak

Gambar 2.34 Mistar Sorong Tekanan Ringan

o Mistar sorong serba guna


Digunakan untuk :
Mengukur diameter luar atau tebal plat
Mengukur diameter dalam
Mengukur kedalaman atau ketinggian
Mengukur sudut Gambar 2.35 Mistar Sorong Serba Guna

3) Mistar Ingsut Pengukur Tinggi (Vernier Height Gauge)


Salah satu alat ukur yang prinsip pembacaannya sama dengan mistar ingsut tapi
penggunaannya hanya untuk mengukur ketinggian adalah mistar ukur ketinggian (vernier
height gauge). Sistem pembacaannya ada yang menggunakan skala vernier (nonius) dan
ada juga yang menggunakan jam ukur. Salah satu bagian dari alat ukur ketinggian ini juga
dapat digunakan untuk penggambaran/menggores pada bagian permukaan benda kerja.
Secara keseluruhan alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur tinggi, menggambar
garis, membandingkan ketinggian, mengukur kemiringan, mengukur jarak senter lubang
(dengan bantuan peraba senter), dan membandingkan kedalaman. Adapun gambaran
bentuk dari mistar ingsut ketinggian tersebut dapat dilihat pada (Gambar 2.23).

Gambar 2.36 Bagian-bagian Umum Mistar Ingsut Pengukur Ketinggian

28
Fungsi Height Gauge

Pada (Gambar 2.37a), ditunjukkan cara mengukur ketinggian.


Sebelum melakukan pengukuran posisi nol harus disetel terlebih
dahulu. Permukaan alat ukur harus dengan hati-hati
ditempelkan pada permukaan benda ukur. Penekanan yang
terlalu kuat atau benturan yang keras akan menyebabkan
terjadinya kesalahan ukur, karena rahang ukur akan melentur
atau alat ukur akan menjadi miring.
selain itu untuk mengukur ketinggian rahang ukur harus
diletakkan secara perlahan-lahan di atas muka ukur, agar
kerusakan rahang ukur dan kesalahan pengukuran dapat
dihindari.

Pada (Gambar 2.37b) menunjukkan cara melakukan


penggoresan pada bidang ukur.
Ujung dari rahang ukur biasanya dibuat runcing yang terbuat
dari bahan karbida yang sangat keras, sehiangga dapat
digunakan untuk membuat garis pada benda kerja dalam jarak
dan ukuran tertentu. Goresan garis ini sangat diperlukan pada
pekerjaan selanjutnya

Pada (Gambar 2.37c) menunjukkan cara pengukuran


perbandingan dengan mistar ingsut ketinggian.
Rahang ukur dapat diganti dengan jam ukur, sehingga
selisih ketinggian dari kedua permukaan dapat dibaca oleh
jam ukur. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang lebih
teliti, perlu dipasang pupitas pada peluncur. Pembacaan
skala Height Gauge dilakukan setelah jarum jam pada
pupitas menunjukkan angka nol.

29
Pada (Gambar 2.37d) menunjukkan cara mengukur
kemiringan
Dengan bantuan busur bilah (alat ukur sudut) yang
dipasang pada peluncur, maka kemiringan suatu
permukaan terhadap bidang datar dapat diketahui
besarnya.

Macam-macam Height Gauge


o Height Gauge Skala Nonius
Pengukur ketinggian skala nonius memiliki tingkat ketelitian yang sama dengan mistar
sorong nonius, yaitu 0,02 mm dan 0.001 incii. Karena tingkat ketelitian sama, maka
cara pembacaan ukurannya juga sama.
o Height Gauge Jam Ukur
Pengukur ketinggian jam ukur memungkin
untuk mengukur benda kerja yang
memerlukan ketelitian lebih tinggi yaitu
hingga 0,01 mm. Jam ukur bergerak naik
turun disepanjang batang peluncur sesuai
dengan ketinggian yang dikehendaki.
o Digital Height Gauge
Cara pembacaan pengukur ketinggian
digital, jauh lebih prakris bila dibandingkan
Gambar 2.38 Macam-macam Pengukur
dengan height gauge yang lain. Hasil Ketinggian
pengukurannya atau ukuran yang dikehendaki dapat langsung terbaca dalam bentuk
angka. Karena sistem digital yang agak rumit, maka alat ini memerlukan kehati-hatian
dalam penggunaannya.

30
4) Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur linier langsung yang termasuk dalam katagori alat ukur
presisi. Alat ukur jenis ini mempunyai bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan
dengan bentuk dengan bentuk dari benda ukur. Salahsatu bagian yang sangat penting dari
mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya ulir utama kita dapat menggerakkan poros
ukur menjauhi dan mendekati permukaan bidang ukur dari benda ukur.
Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu putaran ulir utama dapat
menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak kisar (pitch) ulir. Berarti di sini
gerak rotasi diubah menjadi gerak traslasi.
Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya terjadi
kesalahan kisar. Bila diamati kesalahan kisar ini mulai dari awal gerak sampai batas akhir
akan terjadi kesalahan kisar yang biasanya disebut dengan kesalahan kumulatif.
Untuk mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka biasanya panjang
ulir utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti panjang poros ukur maksimum hanya
25 mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk pengukuran
yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat landasan tetap yang
dapat diganti-ganti.
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu mikrometer dalam (inside
mikrometer), mikrometer dalam tiga kaki (holtest mikrometer), mikrometer kedalaman
(depth mikrometer) dan mikrometer luar (outside mikrometer). Meskipun mikrometer ini
terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam bentuk,
akan tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada umumnya sama.

Mikrometer Dalam (Inside Mikrometer)


Mikrometer dalam adalah salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur diameter
dalam (Gambar 2.39a). Kecermatan hasil pengukuran termasuk dalam kelompok
sedang, karena alat ukur ini hanya memilki dua kaki sehingga memungkinkan kedudukan
mikrometer tidak dalam posisi ditengah lingkaran objek ukur.

Gambar 2.39a Mikrometer Dalam

Contoh penggunaan Mikrometer dalam (gambar 2.39b):


Untuk mengukur diameter dalam cukup menggunakan
batang ukur dan hasil pembacaannya dpat dibaca pada
tabung ukur dan tabung putar. Jika diameternya dalam,
untuk memudahkan pengukuran gunakan tangkai pengukur

Gambar 2.39b Penggunaan Mikrometer Dalam

31
Mikrometer Dalam Tiga Kaki (Holtest Mikrometer)
Mikrometer dalam tiga kaki (Gambar 2.40), adalah salah satu alat ukur yang berfungsi
untuk mengukur diameter dalam. Kecermatan hasil pengukuran termasuk dalam
kelompok baik/presisi, karena alat ukur ini memilki tiga kaki sehingga memungkinkan
kedudukan mikrometer selalu dalam posisi ditengah lingkaran objek ukur.

Gambar 2.40 Mikrometer dalam Tiga Kaki

Mikrometer Kedalaman (Depth Mikrometer)


Mikrometer kedalaman (Gambar 2.41), adalah salah satu alat ukur yang berfungsi untuk
mengukur kedalaman suatu lubang atau bidang permukaan bertingkat. Alat ukur ini
memiliki beberapa batang ukur, yang memungkinkan dapat diganti untuk mengubah
kapasitas ukur.

Gambar 2.41 Mikrometer Kedalaman

Mikrometer kedalaman disebut juga mikrometer kepala , atau mikrometer ketinggian


digunakan untuk mengukur :
▪ Kedalaman lubang
▪ Kedalaman alur
▪ Ketinggian permukan bertingkat
▪ Ketinggian permukaan ,

32
Contoh cara Penggunaan Mikrometer kepala :
▪ Siapkan benda yang diukur
▪ Siapkan meja rata
▪ Pilih mikrometer yang sesuai dengan obyek
ukur
▪ Letakkan benda kerja pada meja rata
▪ Letakkan landasan atas pada tepi atau bidang
yang akan diukur dengan posisi tegak lurus
permukaan atau sejajar sumbu obyek ukur
▪ Pegang tabung ukur dengan tangan kiri
▪ Putar tabung putar sehingga landasan bawah
menyentuh batas bawah obyek ukur dan akhri
dengan memutar rechetnya kurang lebih 3 x
▪ Baca skala mikrometer Gambar 2.42 Mikrometer Kedalaman

Mikrometer Landasan V
Digunakan untuk
▪ Mengukur Diameter dan kebulatannya
▪ Mengukur Diameter luar dari perkakas potong
dengan 3 - 5 alur
▪ Mengukur diameter kisar tap dengan bantuan
satu kawat

Gambar 2.43 Mikrometer Landasan V

Mikrometer Piringan
Dengan muka ukur yang lebar memungkinkan
pengukuran jarak antara beberapa gigi bagian
bersayap dsb

Gambar 2.44 Mikrometer Piringan

Mikrometer Batas
Digunakan sebagai kaliber batas bagi benda
ukur dengan suatu ukuran dasar tertentu dan
daerah toleransi yang relatif besar . Mulut ukur
yang diatas diatur dan dimatikan . Mulut ukur
yang dibawah sesuai ukuran minimum.
Micrometer hanya dapat disetel sampai
kecermatan 0.01 mm. Benda ukur yang baik
Gambar 2.45 Mikrometer Batas
harus masuk pada mulut ukur atas ( go ) dan
tidak masuk pada mulut ukur bawah ( not go )

33
Mikrometer Bangku
Sebagai Micrometer luar. Biasanya
mempunyai kecermatan yang tinggi .

Gambar 2.46 Mirometer Bangku


Mikrometer Alur (Groove Mikrometer)
Mikrometer alur (Gambar 2.25d), adalah salah satu alat ukur yang berfungsi untuk
mengukur lebar atau jarak alur yang terletakpada diameter dalam.

Gambar 2.47 Mikrometer Alur

Mikrometer Luar (Outside Mikrometer)


Mikrometer luar (Gambar 2.48),
Berfungsi untuk mengukur diameter luar. Alat
ukur jenis ini pada umumnya memilki
kapasitas ukur antara 0-25 mm, 25-50 mm,
50-75 mm, 75-100 mm dan seterusnya
sampai 1000 mm, masing masing dengan
kenaikan kapasitas ukuran 25 mm.
Sedangkan bagian-bagian dari mikrometer
luar dapat dilihat pada (Gambar 2.49). Gambar 2.48 Mikrometer Luar

Gambar 2.49 Bagian-bagian Mikrometer Luar

34
Penjelasan bagian-bagian mikrometer luar:
o Anvil (Landasan)
Landasan merupakan bagian
mikrometer yang bersentuhan
dengan benda kerja ketika
pengukuran. Karena itu harus tahan
terhadap aus akibat gesekan ketika
digunakan sehingga dibuat dari
baja keras yaitu karbida.
o Spindle (Poros Geser)
Spindle merupakan bagaian
mikrometer yang dapat bergerak
lurus sejauh kapasitas mikrometer
Gambar 2.50 Mikrometer luar
(misalnya 0 – 25 mm ).
o Pengunci ( Lock nut )
Berfungsi untuk mengunci poros geser agar tidak bergeser ketika sedang digunakan
untuk pengukuran.
o Sleeve (Tabung Ukur )
Tabung Ukur merupakan bagian Mikrometer yang memiliki garis garis skala ukur dan
skala nonius.Pada bagian inilah pembacaan pengukuran dilakukan . Tabung ukur
terkunci pada rangka tidak bergerak
o Thimble (Tabung Putar)
Jika tabung putar diputar satu kali putaran akan bergerak 1 kisar ulir nya atau satu
speed yang berhubungan dengan poros geser. kisar ulir tabung putar ada yang
berukuran 0.5 mm dan ada yang berukuran 1 mm. Tabung putar yang berukuran 0.5
mm jika diputar 1 kali poros geser bergerak 0.5 mm, dan jika tabung putar diputar 2
kali poros geser bergerak 2 x 0,5 mm dst. Satu keliling tabung putar terdapat 50
bagian yang ditunjukkan dengan strip strip .Karena itu jika tabung putar diputar 1 strip
poros geser bergerak 0.5 mm : 50 = 0.01 mm
o Rachet
o Rangka ( frame )

Cara Menggunakan Mikrometer


Mikrometer adalah alat ukur yang presisi. Oleh karena itu, dalam menggunakannya
harus dengan metode yang betul dan dengan cara yang hati-hati. Dengan demikian,
keselamatan alat ukur dan kesalahan pengukuran dapat dikontrol. Untuk itu ada beberapa
hal yang harus diperhatikan jika akan melakukan pengukuran dengan menggunakan
mikrometer, diantaranya:
▪ Permukaan bidang ukur dari benda ukur harus betul-betul bersih sehingga tidak ada
kotoran yang dapat merusakkan sensor alat ukur dan kemungkinan terjadinya
kesalahan pengukuran adalah kecil.
▪ Sebelum melakukan pengukuran harus dipastikan terlebih dahulu apakah posisi nol
dari skala ukur sudah tepat. Kalau belum harus dilakukan penyetelan lebih dulu dengan
menggunakan kunci penyetel.
▪ Bila tersedia alat pemegang mikrometer maka sebaiknya mikrometer diletakkan pada
alat pemegang tersebut sedemikian rupa sehingga posisinya memudahkan untuk
melakukan pengukuran. Bila tidak tersedia alat pemegang mikrometer maka sebaiknya
benda kerja dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kanan.

35
Aturlah posisinya sedemikian rupa sehingga skala ukurnya dapat dilihat dan dibaca
dengan mudah.
▪ Penekanan poros ukur terhadap muka bidang ukur harus diperhatikan betul-betul, tidak
terlalu keras dan tidak terlalu lunak. Terlalu keras menekan poros ukur akan cepat
merusakkan ulir utama dan adanya kemungkinan untuk terjadinya perubahan bentuk
benda ukur sehingga menimbulkan kesalahan pengukuran. Terlalu lunak menekan
poros ukur juga akan menimbulkan kesalahan pengukuran karena kemungkinan tidak
menyentuhnya sensor pada bidang ukur dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk
memastikan tekanan poros ukur yang cukup dapat digunakan alat pembantu pemutar
silinder putar yaitu gigi gelincir (rachet). Penekanan poros ukur pada benda ukur dapat
diatur dengan gigi gelincir ini begitu muka poros ukur menempel pada muka bidang
ukur.

Cara Membaca Skala Ukur Mikrometer


Sistem pembacaan mikrometer ada yang menggunakan sistem Inci dan ada pula yang
menggunakan sistem matrik. Yang paling banyak digunakan dalam praktek sehari-hari
adalah sistem metrik. Karena kedua sistem tersebut digunakan maka untuk mengenalkan
cara pembacaannya kedua-duanya akan dibicarakan.

- Cara Pembacaan Skala Ukur Mikrometer luar dengan Satuan Inci


o Satuan inci ketelitian 0.001 inci
➢ Pada skala tetap (sleeve), jarak dari angka 1 sampai angka 2 adalah 0.1 inci. Antara
angka1 dan angka 2 dibagi lagi dalam 4 bagian yang sama. Berarti satu skalanya kecil
berjarak 0.025 inci.
➢ Ulir utama mempunyai gang sebanyak 40 gang per inci. Bila ulir utama berputar satu
putaran penuh maka poros ukur akan maju sejauh 1/40 inci (0.0025).
➢ Pada skala putar (thimble), dari garis nol ke garis nol lagi (berarti satu putaran penuh
skala putar) dibagi dalam 25 bagian. Karena satu putaran penuh skala putar
menyebabkan perpindahan 0.0025 inci maka satu skala (divisi) berjarak 1/25 x 0.0025
inci = 0.001 inci.

Dengan dasar besarnya jarak satu skala pada tetap dan pada skala putar maka kita
dapat menentukan ukuran benda ukur. Pada (Gambar 2.51), menunjukkan pembagian
skala ukur mikrometer dalam inci.

(Gambar 2.51), menunjukkan pembagian skala ukur mikrometer dalam inci

36
Contoh:
1)

Gambar 2.52 Contoh Pembacaan Mikrometer


yang Menunjukkan Ukuran 0.359 Inci

Penjelasan dari gambar diatas adalah sebagai berikut:


o ujung dari skala putar (thimble) berada di sebelah kanan dari angka 3 pada skala tetap,
berarti menunjukkan ukuran 0.3 inci.
o ujung skala putar masih juga berada sejauh dua skala kecil (divisi) di sebelah kanan
angka 3 skala tetap, berarti menunjukkan 2 x 0.025 = 0.05 inci.
o dilihat garis skala pada skala putar, ternyata ada satu garis skala yang posisinya segaris
dengan salah satu garis skala tetap yaitu garis angka 9 dari skala putar. Ini berarti
menunjukkan ukuran 9 x 0.001 = 0.009 inci.
o Jadi, pembacaan keseluruhannya adalah 0.3 + 0.05 + 0.009 inci= 0.359 inci.

2) Pembacaan pada :
tabung ukur atas : 0,5 inci
tabung ukur bawah : 0,05 inci
tabung putar : 0,012 inci
Hasil Pembacaan : 0,562 inci

Gambar 2.53 Pembacaan 0,562 inci

o Satuan inci ketelitian 0.0001 inci


Ada pula mikrometer yang dilengkapi dengan skala vernier sehingga memungkinkan
mikrometer tersebut memiliki tingkat kecermatan sampai 0.0001 inci atau 0.001 milimeter.
Pada (Gambar 2.30) menunjukkan contoh pembacaan mikrometer yang dilengkapi dengan
skala vernier dengan satuan dalam inci.
Dari gambar nampak bahwa:
➢ ujung skala putar berada di sebelah kanan angka 2 tetapi belum sampai pada angka 3
dari skala tetap. Ini berarti ukurannya = 0.2 inci.
➢ Skala putar garis angka 16 melampaui sedikit garis batas pada skala tetap tetapi garis
ke 17 belum, berarti ukurannya = 16 x 0.001 inci = 0.016 inci, lebih sedikit.
37
➢ Kelebihan sedikit ini kita tentukan dengan melihat garis skala vernier yang segaris
dengan salah satu garis skala putar. Ternyata garis angka 3 yang segaris dengan salah
satu garis skala putar. Ini berarti menunjukkan ukuran 0.0003 inci (angka 3 berarti
3/10 bagian dari skala vernier karena skala vernier dibagi dalam 10 bagian yang sama).
➢ Dengan demikian bila angka 3 segaris dengan salah satu garis dari skala putar maka
hal ini menunjukkan 3/10 x 0.001 inci = 0.0003 inci. Jadi, secara keseluruhan gambar
tersebut menunjukkan ukuran : 0.2 + 0.016 + 0.0003 inci = 0.2163 inci.

Gambar 2.54 Contoh Pembacaan Skala Ukur


Mikrometer dengan Skala Vernier dalam Inci

- Cara Pembacaan Skala Ukur Mikrometer luar dengan Satuan Metrik

o Satuan mm ketelitian 0.01 mm


Pada dasarnya cara membacanya sama saja dengan cara membaca skala ukur
mikrometer dalam satuan inci seperti yang telah dijelaskan di atas. Ulir utama mempunyai
jarak gang (pitch) sebesar 0.5 mm. Berarti, satu putaran penuh poros ulir utama akan
menggerakkan poros ukur dan skala putar (thimble) sejauh 0.5 mm. Hal ini berarti juga
satu skala tetap mempunyai jarak 0.5 mm. Biasanya pada skala tetap dicantumkan angka-
angka sebagai berikut 0, 5, 10, 15, 20, dan 25. Angka-angka ini menunjukkan jarak.
Misalnya angka 5 berarti jaraknya 5 mm, angka 25 berarti jaraknya 25 mm. Antara 0 – 5
dibagi dalam 10 bagian yang sama yang berarti satu bagian skala kecil (divisi) jaraknya
1/10 x 5 mm = 0.5 mm. Pada skala putar, dari garis nol melingkar 360° menuju ke garis
nol lagi dibagi dalam 50 bagian yang sama. Dengan demikian satu skala kecil (divisi) pada
skala putar 1/50 x 0.5 mm = 0.01 mm. Karena satu putaran penuh skala putar berarti juga
memutar dari nol ke nol (50 bagian = 0.5 mm). Dengan dasar ini maka kita dapat membaca
skala ukur yang ditunjukkan oleh skala ukur mikrometer dalam metrik.
Pada (Gambar 2.55) menunjukkan contoh pembacaan skala ukur mikrometer dalam
sistem metrik. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
o Ujung dari skala putar ternyata berada di sebelah kanan baris kedua bagian atas di
sebelah angka 10. Ini menunjukkan ukuran 12 x 1 mm = 12 mm. Atau 24 x 0.5 mm =
12 mm, bila dilihat garis atas dan garis bawah dari garis batasnya.
o Kemudian kita lihat pada garis skala putar untuk menentukan garis skala yang segaris
dengan gari batas skala tetap. Ternyata baris ke 32 dari skala putar berada segaris

38
dengan garis batas yang berarti menunjukkan ukuran sebesar 32 x 0.01 mm = 0.32
mm.
o Jadi, secara keseluruhan ukuran yang ditunjukkan oleh gambar tersebut adalah 12 +
0.32 mm = 12.32 mm.

Gambar 2.55 Contoh pembacaan Skala Mikrometer dalam Metrik

Contoh lain:
Pembacaan pada :
Skala tabung ukur atas : 12 mm
Skala tabung bawah : 0,5 mm
Skala tabung putar : 0,01 mm
Hasil pengukuran : 12,51 mm

Gambar 2.56 Mikrometer Ketelitian 0,01 mm

o Satuan mm ketelitian 0.001 mm


Mikrometer dengan ketelitian 0.002, ketelitian 0.001 dilengkapi dengan skala nonius
berupa garis mendatar pada tabung ukurnya yang diberi angka angka. Untuk mikrometer
ketelitian 0.002 pada skala nonius mempunyai 5 bagian garis mendatar, sehingga jarak
garisnya 0,01/5 = 0,02 mm ,sedang mikrometer ketelitian 0,001 memiliki 10 bagian garis
mendatar,sehingga jarak garisnya 0,01/10 = 0,001 .

Contoh :
Pembacaan pada :
Skala tabung ukur bawah : 11 mm
Gambar 2.57 Mikrometer Ketelitian 0,001 mm
Skala tabung ukur atas : 0,5 mm
Skala tabung putar : 0,46mm
Skala nonius : 0,007mm
Hasil pengukuran : 11,967 mm

Gambar 2.57 Pembacaan 11,967 mm

39
b. Alat Ukur Sudut
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca
hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti
tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan
pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta
alat dan cara menggunakannya. Dalam pembahasan ini kita akan membahas alat ukur
sudut langsung saja.

1) Alat Ukur Sudut Langsung dan Cara Menggunakannya.


Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut secara langsung
adalah busur baja (protractor), busur bilah/busur derajad universal (universal bevel
protractor) dan proyektor bentuk (profile projector).

Busur Derajat (Bevel Protractor)

Busur derajat merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran
dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah
dicantumkan skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang
berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan
batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan
gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah
lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil
besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut
benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat
alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari
mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil atau
terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku.
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh
penggunaannya.

Gambar2.58 Busur Derajat

40
Gambar 2.59 Mengukur Sudut pada Benda Ukur

Busur Bilah/Busur Derajat Universal (Universal Bevel Protractor)

Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur derajat. Pada (Gambar
2.60) menunjukkan sebuah busur derajat universal, yang bagian-bagiannya terdiri dari
piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius
dan kunci bilah.
Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala
nonius maka busur bilah ini mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan
untuk menyetel skala nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama
dengan piringan skala utama.
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan untuk
mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi, dan untuk kondisi tertentu
biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa
digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengukuran yang benar.

Gambar 2.60 Busur Derajat universal (Universal Bevel Protractor)

Cara Membaca Skala Ukur Busur Derajat Universal


Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan
mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam
menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah
pembacaan skala utama, jadi harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari
nonius terhadap garis skala utama.
Sebagai contoh dapat dilihat pada (Gambar 2.61) dibawah. Pada gambar tersebut
menunjukkan ukuran sudut sebesar 28° 15’ (dua puluh depan derajat, lima belas menit).
Garis nol skala nonius berada di antara 20 dan 30 dari skala utama, tepatnya antara garis

41
ke 28 dan 29. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 28 derajat lebih. Kelebihan ini
dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu
garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 15 dari skala nonius. Ini berarti
kelebihan ukuran tersebut adalah 15 menit. Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 28
derajat ditambah 15 menit = 56 derajat 55 menit (50° 55’).

Gambar 2.61 Pembacaan Skala Busur Bilah

Proyektor Bentuk (Profile Projector)

Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya menggunakan sistem
optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda ukur.
Sedang sistem mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda
ukur bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat
pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa
digunakan untuk mengukur bentuk mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena
komponen-komponen utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang
diukur dengan proyektor bentuk
harus mempunyai dimensi ukuran
yang relatif kecil. Hal ini
diperlukan unutk menghindari
rusaknya permukaan lensa
tempat meletakkan benda ukur.
Bagan dari proyektor
bentuk dapat dilihat pada
(Gambar 2.62). Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan disini
beberapa komponen penting dari
proyektor bentuk antara lain yaitu
lampu, lensa kondensor, filter
penyerap panas, filter berwarna,
kaca alas, lensa proyeksi, cermin Gambar 2.62 Profile Projector
datar dan layar.
Cara kerja secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan
diatas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu dinyalakan untuk
mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi
dan kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka
bayanga dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan

42
dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi
karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan
sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk
pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah
6 menit (6’).
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di mana skala sudut
berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah
skala yang ada pada layar. Sebaliknya jika yang digunakan untuk mengukur sudut adalah
dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala
sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut.

c. Alat Ukur Pembanding


Blok Ukur
Blok Gauge termasuk alat ukur standar
mempunyai dua muka dibuat sangat halus, rata,
sejajar dan ukurannya tertentu .Disebut juga
Gauge Block, End Gauge, Slip Gauge, Joe Gauge
atau Johannsen Gauge, Karena kehalusan dan
kerataan muka ukurnya, serta sifat saling lekat (
Wringability ) maka dapat menyusun dua atau
Gambar 2.63 Menyatukan Blok Ukur
lebih blok ukur bersatu dengan kuat dari berbagai
(diluncurkan)
ukuran. Blok ukur yang disusun tersebut dapat
dipakai sebagai ukuran standar untuk proses kalibrasi suatu alat ukur atau untuk proses
pengukuran tak langsung.Blok ukur dibuat dari Baja Karbon Tinggi, Baja paduan atau
karbida, yang telah mengalami proses heat treatment/perlakuan panas dan lapping ( gosok
halus ).sehingga sifatnya menjadi :
▪ Tahan aus
▪ Tahan Korosi
▪ Koefisien muai yang sama dengan baja
komponen mesin ( 12-6 xC -1 )
▪ Mempunyai kestabilan ukuran yang baik,

Blok ukur tersedia dalam satu set dengan


berbagai jumlah dan ukuran. Menurut standar
metris jumlah satu set blok ukur : 27 , 33 , 50,
Gambar 2.64 Beberapa Blok Ukur Disatukan
87 , 105 , atau 112 buah.

43
Contoh satu set blok ukur jumlah 112 buah dengan
tebal 1 mm :
Selang/jarak antara Kenaikan Jumlah blok
1,001 - 1,009 0,001 9
1,010 – 1,490 0,010 49
0,50 – 24,50 0,50 49
25-100 25 4
1,0005 - 1
jumlah 112 Gambar 2.65 Satu Set Blok Ukur

Contoh satu set blok ukur jumlah 112 buah dengan


tebal 2 mm :

Selang/jarak antara Kenaikan Jumlah blok


2,001 - 2,009 0,001 9
2,010 – 2,490 0,010 49
2,50 – 24,50 0,50 49
25-100 25 4
1,0005 - 1
jumlah 112 Gambar 2.66 Ukuran dan Identifikasi Blok
Ukur
Masing masing set blok ukur dibuat menurut kualitas tertentu ,sesuai dengan kualitas
tolerans1 pembutannya ( ISO ) yang penggunaannya sesuai dengan tingkatan kecermatan
pengukuran, Contoh Kelas Blok Ukur dan penggunaannya , sbb :
Kelas Blok Ukur Pemeriksaan kualitas dilakukan Digunakan sebagai ukuran
dengan standar pada
Kelas 3*)
Komparator dibandingkan dengan Bagian Produksi
blok ukur kelas 1
Komparator peka dibandingkan blok
Kelas 2 ukur kelas 0 Kamar Ukur bagian Produksi
Komparator peka dibandingkan blok
ukur kelas 0
Kelas 1 Komparator peka dibandingkan blok Kamar Ukur atau
ukur kelas 01 laboratorium Metrologi
Interferometer
Kelas 00 **)
laboratorium Metrologi
Industri

Kelas 01*** )
laboratorium Metrologi
Industri Nasional
Keterangan :
*)
Merupakan kelas kasar dan jarang dibuat
**)
Untuk kaliber blok ukur kualitas yang lebih rendah dan alat ukur peka disebut Master
Gauge
***)
Sebagai standar Nasional

44
Pemeliharaan dan Pemakaian Blok Ukur
Blok ukur ditempatkan dalam kotak kusus yang
didalamnya mempunyai tempat bagi masing
masing ukuran Blok yang sesuai agar blok ukur
tidak bercampur baur dan pengambilan ukuran
blok yang dikehendaki dapat dilakukan dengan
mudah.. Blok ukur hanya digunakan di dalam
ruangan yang bersih dan untuk beberapa hal
harus terkontrol temperaturnya yakni 200 C

Blok Ukur yang digunakan sebagai standar alat


ukur lainnya seperti micrometer adalah kelas 1 Gambar 2.67 Mengecek Mikrometer pada
Blok Ukur

Blok Ukur yang digunaan untuk pengukuran


benda kerja hasil produksi di bagian kontrol
kualitas adalah kelas 2

Gambar 2.68 Blok Ukur dalam Pemegang


untuk pengukuran rahang

Blok Ukur yang digunakan sebagai alat ukur di


bagian produksi adalah kelas 3

Gambar 2.69 Mengecek alur memakai Blok


Ukur

Jam Ukur ( Dial Indicator )


Fungsi Jam Ukur adalah Untuk mengetahui/ mengukur daerah toleransi suatu benda
atau memeriksa kerataan hasil pekerjaan pemesinan misalnya mengukur daerah toleransi
atau memeriksa hasil pekerjaan pembubutan, pengefraisan dsb.

Gambar 2.70 Jam Ukur

45
Prinsip Kerja Jam Ukur Prinsip kerja Dial Indicator adalah secara mekanis , dimana
gerakan linier dari sensor diubah menjadi gerakan putaran dari jarum penunjuk pada
piringan yang berskala dengan perantaraan batang bergerigi dan susunan roda gigi ,
dengan konstruksi, Perhatikan gambar berikut :
▪ Pegas spiral
▪ Roda gigi
▪ Sensor yang dapat diganti
▪ Pegas atau Coil
▪ Piringan jam
▪ Jarum penunjuk ukuran
▪ badan atau rangka

Cara Kerja Dial Indicator


Jika sensor menyentuh benda kerja dengan
gerak naik turun , maka gerak tersebut diteruskan
kebatang bergigi yang bersinggungan dengan
roda gigi , sehingga roda gigi tersebut berputar
memutarkan jarum penunjuk . Roda gigi yang
menghubungkan batang bergigi dengan poros
antara dan roda gigi pada jarum penunjuk
ukuran, mempunyai perbandingan tertentu. Gambar 2.71 Cara Kerja Jam Ukur
Naik turunnya sensor diikuti dengangerak
putarnya jarum penunjuk ukuran ke kiri atau
kekanan sesuai dengan ketinggian sensornya.
Pegas spiral dan pegas coil berfungsi untuk
menarik batang bergiggi ke posisi semula atau
mengkondisikan jarum penunjuk ke posisi semula
dan tekanan pengukuran pada tekanan yang
wajar. Piring tau rangka mempunyai ukuran Gambar 2.72 Penggunaan Jam Ukur
tertentu dan pada piring ukur ini terdapat skala
ukuran . Pada piring Putar selain dipasang skala ukuran dalam satuan mm dan desimal juga
dipasang pembatas ukuran yang digunakan sebagai batas toleransi ukuran.

Pupitas
Pupitas digunakan untuk
▪ Untuk mengetahui Kerataan permukaan
benda kerja
▪ Untuk mengetahui daerah toleransi suatu
benda kerja
Yang membedakan Dial Indicator dengan
Pupitas adalah bentuk sensornya. Sensor pada
Pupitas berupa lengan dengan ujung berbentuk
bola dan gerakannya menghasilkan garis busur
lingkaran serta kapasitas pengukurannya yang
lebih kecil yaitu 0.2 s/d 0.8 mm Gambar 2.73 Pupitas

46
Pupitas dibuat dngan konstruksi
▪ Sensor
▪ Blok Gerak
▪ Blok Diam
▪ Piring Ukur
▪ Rangka terbuat dari logam atau plastik
keras
Pemakaian Pupitas
Pupitas dipasang pada dudukan pemindah
dengan Tiang dan Lengan yang dapat diatur
dengan baut penyetel atau pengaturan secara
fleksibel.

Gambar 2.74 Posisi Sensor Pupitas

Kaliber
Kaliber berfungsi untuk memeriksa batas ukur secara langsung atau tidak langsung
sebagai pembanding ukuran .Hasil pemeriksaan atau pengukurannya dapat diketahui
apakah memenuhi standar ukuran atau tidak , dalam hal ini produk memenuhi batas
toleransi atau diluar toleransinya .
Artinya :
Untuk memilih benda mana yang memenuhi ukuran standar atau toleransi ataupun benda
mana yang harus masih dikerjakan lagi itulah Kaliber digunakan.
Ukuran Pada Kaliber
Ukuran Kaliber ada 2 macam:
o Ukuran Standar sebagai Acuan
o Ukuran Standar batas atau limit

Plug Gauge
tanda merah NOT GO

Gambar 2.75 Plug Gauge

Macam macam Bentuk kaliber pemeriksa lubang


o Bentuk Silinder Penuh ( Full Form Cylinder
) Suatu alur kadang dibuat diujung,
memisahkan silinder depan yang
mempunyai diameter lebihkecil daripada
silinder belakang dimaksudkan untuk
mempermudah pemerikaan lubang
Gambar 2.76 Kaliber Selinder Penuh

47
o Bentuk Bola ( Spherical )
Sesuai bagi kaliber NOT GO supaya hanya
diameter lubang saja yang diperiksa ( tidak
memeriksa kesilindrical lubang )

Gambar 2.77 Kaliber Bentuk Bola

o Selinder Terpotong ( Segmental Cylindrcal)


Untuk mengurangi kontak dengan seluruh
sisi lubang yang diperiksa cocok bagi
kaliber NOT GO

Gambar 2.78 Kaliber Selinder Terpotong

o Bentuk bola terpotong (Segmental


Spherical)
Serupa dengan bentuk bola namun kontak
permukaan kaliber dengan permukaan
lubang lebih dikurangi lagi.

Gambar 2.79 Kaliber Bola terpotong

o Bentuk silinder dengan pengurangan


(Segmental Cylindrical with reduced faces)

Gambar 2.80 Kaliber Selinder Segmen

o Bentuk tongkat dengan ujung bermuka bola


(Rod With spherical ends)
Cocok sebagai kaliber NOT GO bagi lubang
berukuran besar . Perlu pelatihan khusus
dalam cara pemakaiannya. Bila kaliber GO
juga berbentuk seperti ini harus dilakukan
pemerikasaan kebulatan dan bila perlu
kesilindrikalnya dengan memakai metoda Gambar 2.81 Kaliber Tongkat
pengukuran kuantitatif.

48
Ring Gauge

Gambar 2.82 Ring Gauge

Snap Gauge

Gambar 2.83 Snap Gauge


Taper Plug Gauge
Kaliber Poros Konis ( Taper Plug Gauge )
o Kemiringan lubang Konis dapat diperiksa
dengan cara Oleskan dua / tiga garis tipis
cat minyak warna biru sepanjang
permukaan kaliber .
Masukkan kaliber tersebut ke dalam lubang
konis yang diperiksa kemudian kaliber
diputar satu atau dua kali sehingga
meninggalkan cat pada lubang konis yang
diperiksa. Jika Lubang tersebut bagus cat
Gambar 2.84 Taper Plug Gauge
minyak tersebut akan merata .
o Ketelitian diameter konis yang besar maupun yang kecil diperiksa dengan cara melihat
apakah dua garis batas pada kaliber konis dilampui atau tidak garis yang didepan
berfungsi sebagai GO , sehingga harus dilampui oleh benda yang diukur. Dan garis
yang dibelakang sebagai NOT GO jadi tidak boleh dilampui.

Taper Ring Gauge

Gambar 2.85 Taper Ring Gauge

49
Radius Gauge
Tingkatan masing masing pemeriksa Radius :
1 mm – 3 mm = 0.25 mm
3 mm – 20 mm = 0.50 mm
20 mm – 25 mm = 1 mm

Gambar 2.86 Radius Gauge

Thread Gauge

Gambar 2.87 Thread Plug Gauge Gambar 2.88 Thread Ring Gauge

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menggunakan Bermacam-Macam Alat


Pengukur untuk Mengukur/Menentukan Dimensi atau Variabel
1. Menetapkan alat ukur sesuai sesuai kebutuhan.
2. Menerapkan teknik pengukuran sesuai SOP.
3. Menggunakan alat ukur sesuai karakteristiknya.

C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menggunakan Bermacam-macam Alat


Pengukur untuk Mengukur/Menentukan Dimensi atau Variabel
Sikap kerja yang diperlukan diantaranya:
1. hati-hati dalam menggunakan alat ukur;
2. cermat dan teliti dalam membaca hasil pengukuran;
3. merawat dan memelihara alat ukur sesuai SOP.

50
BAB III
MEMELIHARA ALAT-ALAT PENGUKUR

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memelihara Alat-alat Pengukur

1. Pemeliharaan Alat Ukur


Pemeliharaan alat ukur mekanik, secara secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Suhu ruangan penyimpanan alat ukur adalah 200 C, supaya tidak terjadi perubahan fisik
akibat meningkatnya suhu.
b. Kondisi ruangan penyimpanan alat tidak boleh terlalu lembab, supaya tidak mudah korosi
(kelembaban udara 50 : 60 %).
c. Diberi vaselin setelah alat ukur dipakai.
d. Dijauhkan dari getaran, goncangan atau benturan.
e. Setelah digunakan bersihkanlah permukaan pengukuran dan bagian-bagian lainnya, dan
gunakanlah bahan anti korosi. Bagian-bagian yang berulir harus dilumasi secukupnya
dengan oli yang berkualitas tinggi, misalnya oli yang dipergunakan untuk jam/arloji.
Selanjutnya dimasukkan kembali ke kotak penyimpananya, dan untuk alat yang besar
misalnya profil proyektor harus selalu ditutup dengan kain/plastik sewaktu tidak dipakai.
f. Gunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya.
g. Hindarkan dari pemakaian secara gegabah dan serampangan.
h. Gunakan alat ukur menurut Prosedur Opasional Standar (SOP) dan keselamatan kerja yang
telah ditentukan masing-masing.

2) Pemeliharaan dari setiap alat ukur


a) Pemeliharaan mistar geser (Vernier Caliper)

Gambar 3.1 verinier caliper

Cara Perawatan
(1) Sebelum dan sesudah pemakaian, alat ukur harus selalu dibersihkan. Bila
selesai pemakaian beri sedikit vaselin dan disimpan lagi ke tempat semula
(2) Mur/baut pengunci hendaknya dijaga jangan sampai lepas atau hilang.
(3) Pakailah kain panas/strimin sebagai tempat alat ukur.

51
b) Pemeliharaan Mistar geser ketinggian ( Height gauge )
Pemeliharaan
(1) Jaga pada suhu 28 C upaya tidak terjadi
perubahan fisik
(2) Dijaga pada kondisi tidak terlalu lembab
supaya tidak berkorosi
(3) Diberi vaselin setelah alat ukur dipakai
(4) Dijauhkan dari getaran, goncangan atau
benturan
(5) Setelah dipakai dimasukkan kembali ke
kotaknya.
(6) Dipakai sesuai dengan fungsinya.
(7) Dipakai menurut petunjuk operasional dan
keselamatan kerja yang telah ditentukan
masing-masing
(8) Hindarkan dari pemakaian secara gegabah dan
serampangan
Gambar 3.2 Mistar geser
ketinggian
Keselamatan Kerja
1). Hindarkan benturan dengan benda lain
2). Jangan sampai jatuh
3). Gunakan di atas meja
4). Jaga dari pengaruh karat (korosi)

c) Pemeliharaan Mikrometer Luar

Gambar 3.3 Satu set mikrometer luar


Perawatan
(1) Sesudah pemakaian, bersihkanlah permukaan pengukuran dan bagian-
bagian lainnya, dan gunakanlah bahan anti korosi. Bagian-bagian yang
berulir harus dilumasi secukupnya dengan oli yang berkualitas tinggi,
misalnya oli yang dipergunakan untuk jam/arloji.

52
(2) Jika tidak dipergunakan (sesudah pemakaian) mikrometer luar harus
ditempatkan dalam sebuah peti kayu. Mikrometer yang lebih besar harus
digantungkan dengan penunjangnya yang khusus (sadle shaped support).
(3) Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran, sinar matahari lansung dan
fluktuasi tempertatur.
(4) Batang ukur standar yang panjang harus ditempatkan dengan hati-hati
supaya tidak terjadi lenturan.

Keselamatan Kerja
(1) Jangan menarik mikrometer keluar dari benda kerja untuk dilihat hasil
pengukurannya. Hal ini bisa merusak landasan.
(2) Jangan mengukur benda kerja yang sedang berputar atau bergerak
(3) Hati-hatilah pada waktu mengukur dan gunakan recet jika spindel sudah
mendekati benda yang diukur.

e) Pemeliharaan Pupitas (Jam ukur)

Pemeliharaan
(1) Letakkan pupitas di atas kain panas (lunak)
(2) Selesai pemakaian pupitas dibersihkan
(3) Beri vaselin pada sensornya
(4) Simpan ke tempat semula dengan posisi yang
bena
Perawatan
(1) Selesai pemakaian supaya dial indikator
dibersihkan
(2) Beri vaselin pada sensor
(3) Simpan ke tempat semula

Gambar 3.4 Gambar dial indicator


Keselamatan Kerja
(1) Jangan mengukur atau menyentuh permukaan yang kasar
(2) Sensor jangan ditarik waktu pemindahan jam ukur, dari benda ukur
(sensornya harus diangkat)
(3) Jangan melakukan pengukuran melampaui kapasitas jam ukur
(4) Usahakan penekanan sensor setengah kapasitas. Posisi sensor harus sejajar
dengan permukaan benda ukur, agar jangan terjadi kesalahan kosinus
(kesalahan baca)
(5) Hindarkan benturan pada sensor, jangan menekan sensor melampaui batas
minimum

53
2. Menyetel/Mengkalibrasi Titik Nol Pada Jangka Sorong dan Mikrometer
a. Menyetel Titik Nol Pada Jangka Sorong
Langkah-langkah menyetel titik nol (0) pada jangka sorong adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan jangka sorong yang akan distel dari kotoran yang menempel
2) Longgarkan baut pengunci jangka sorong.
3) Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit.
4) Lakukan pembacaan penyetelan seperti berikut ini:
Strip Angka nol (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka nol (0) pada
Skala Utama.
Strip Angka nol (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada Skala
Utama.
5) Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka lakukan hal berikut :
Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada
Skala Geser melewati Strip 0 pada Skala Utama, solusinya yaitu bersihkan kembali
Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang bergeser.
Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada
Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah pembacaan
selisih pergeseran tersebut dengan mencari strip pada Skala Geser yang segaris
dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut dengan hitungan
mundur. Yang artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris dengan strip pada
Skala Utama menampilkan angka 0.85 mm, maka selisih pergeseran tersebut adalah
0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama. Kemudian jika alat tersebut dipakai untuk
mengukur, maka hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.

b. Menyetel/Mengkalibrasi Titik Nol (NOL) pada Mikrometer


Langkah-langkah menyetel titik nol (0) pada mikrometer adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan mikrometer yang akan distel.
2) Tempatkan mikrometer pada mulut rahan penjepit dengan menjepitnya pada bagian
tangkai mikrometer.
3) Ambil batang pengetes yang sesuai range-nya dan tempelkan salah satu ujungnya pada
Anvil (untuk mikrometer dengan spesifikasi range 0 ~ 25 mm, tidak menggunakan
patang pengetes).
4) Putar thimble sehingga unjung spindle mendekati ujung lainnya dari batang pengetes.
5) Putar ratchet stopper untuk mengencangkan spindle hingga terdengar suara sebanyak
2 ~ 3 putaran dan pastikan posisi batang pengetes sudah benar atau tidak miring
(Gambar 2.37). Selanjutnya lihat/baca kondisi pertemuan antara strip angka NOL (0)
pada skala putar dengan strip mendatar pada skala tetap. Jika strip angka NOL (0)
pada skala putar tepat segaris/berhimpit dengan strip mendatar pada sekala tetap
sebagaimana terlihat pada (Gambar 2.38), berarti kondisi penyetelan mikrometer
dalam kondisi baik.

Gambar 3.5 Posisi Batang Pengetes

54
Gambar 3.6 Kondisi Penyetelan Mikrometer dalam Posisi NOL
6) Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka yang harus dilakukan adalah menyetel strip
angka 0 pada skala tetap dengan garis tengah Sleeve (Gambar 2.39), dengan langkah-
langkah sebagai berikut.

Gambar 3.7 Menyetel strip angka 0 pada skala tetap dengan garis tengah Sleeve
Kuncilah spindel secukupnya dengan pengunci spindle.
Ambil Kunci Penyetel (Adjuster Clamp) yang disertakan pada alat ukur.
Masukkan ujung kunci penyetel pada lubang yang terdapat pada Ratchet Stopper.
Kendorkan Stopper sampai Thimble bebas.
Luruskan strip angka 0 pada skala tetap dengan garis tengah Sleeve.
Kencangkan kembali Ratchet Stopper.
Periksa ulang kembali hasil penyetelan.

3. Pemeriksaan Kerataan, Kesejajaran Mulut Ukur dan Skala pada Mikrometer


a. Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur pada Mikrometer
Pemeriksaan kerataan permukaan ukur dari mikrometer dapat dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang disebut optical flat (kaca datar). Kaca datar merupakan
kepingan datar (terbuat dari kaca atau batu sapphire) yang memiliki kerataan yang sangat
tinggi dengan toleransi 0,2 μm sampai 0,05 μm. Pengecekan permukaan ukur dengan kaca
datar pada permukaan tidak boleh ada tekanan dan tidak boleh menggosokkan pada
permukaan ukur, karena hal tersebut dapat merusak permukaan kaca datar.
Pemeriksaan kerataan menggunakan prinsip interferensi cahaya, sehingga pada saat
pemeriksaan kerataan dibutuhkan bantuan sinar monokromatis. Apabila tidak tersedia dapat
juga digunakan sumber cahaya dari lampu biasa. Dengan bantuan sumber cahaya tersebut
dapat diketahui apakah permukaan mulut ukur dapat terlihat. Bila permukaan ukur masih rata
maka permukaan alat ukur dapat terlihat dengan jelas dan tidak terlihat garis-garis berwarna.
Namun apabila permukaan mulut ukur sudah tidak rata lagi akan terlihat garis-garis berwarna
dengan pola dan jumlah tertentu yang menandakan ketidakrataan muka ukur. Satu garis
warna yang terlihat pada saat pemeriksaan menunjukkan ketidakrataan sebesar 0,32 μm.
Permukaan mulut ukur dianggap masih baik jika hanya terlihat maksimal dua buah garis
berwarna (untuk mikrometer kecil) dan empat buah garis berwarna (untuk mikrometer besar
dengan kapasitas lebih dari 250 mm).
55
Gambar 3.8 Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur pada Mikrometer

b. Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur


Untuk pemeriksaan kesejajaran dapat digunakan dengan optical parallel (kaca paralel),
yaitu sejenis kaca datar yang memiliki dua permukaan yang rata dn paralel. Kaca paralel yang
ada biasanya memiliki ketebalan antara lain 12 mm, 12,12 mm, 12,25 mm, 12,37 mm. Dan
untuk pemeriksaan permukaan mulut ukur yang dibuka sampai mendekati kapasitas
maksimalnya tersedia kaca paralel dengan ketebalan 24,00 mm, 24,12 mm, 24,25 mm, 24,37
mm.
Tabel 3.1 Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur
Kapasitas Mikrometer Jumlah Garis Kesejajaran (μm)
s.d 75 6 2
Di atas 75 s.d 175 9 3
Di atas 175 s.d 275 13 4
Di atas 275 s.d 375 16 5
Di atas 375 s.d 475 19 6
Di atas 475 s.d 500 22 7

Cara pemeriksaan kesejajaran permukaan ukur mikrometer diawali dengan


membersihkan kedua permukaan ukur kemudian kaca paralel diletakkan di antara kedua
permukaan tersbut. Kemudian kaca paralel dijepit dengan cara memutar silinder putar
(menggunakan rechet), dilakukan dengan sangat hati-hati. Dengan bantuan sinar
monokromatis atau sumber cahaya lampu akan terlihat garis pada permukaan landasan ukur
dan pada permukaan poros ukur.

56
Gambar 3.9 Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur

c. Pemeriksaan Skala Mikrometer


Hasil pengukuran dari alat ukur dianggap benar apabila sesuai dengan ukuran standar
yang telah ditetapkan. Apabila hasil pengukuran alat ukur tidak sesuai dengan ukuran standar
maka dapat disimpulkan bahwa skala alat ukur yang digunakan tidak tepat atau kurang baik.
Untuk itulah maka pemeriksaan skala mikrometer sangat diperlukan untuk mengontrol hasil
pengukurannya. Untuk pemeriksaa kebenaran skala mikrometer biasa digunakan blok ukur
kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650) atau yang setara.
Pemeriksaan skala ukur mikometer dilakukan mulai ukuran terkecil hingga ukuran
maksimal. Pemeriksaan dilakukan secara bertingkat, biasanya tingkatan kenaikan ukuran
adalah 0,5 mm. Pertama-tama mikrometer diposisikan nol dengan benar-benar tepat (jika
perlu disetel dahulu), dan mulai diperiksa dengan blok ukur yang tebalnya 0,5 mm, hasil
pemeriksaan kemudian dicatat. Pemeriksaan dilanjutkan dengan blok ukur berikutnya hingga
blok standar dengan tebal maksimal. Setiap kali pemeriksaan dengan blok ukur harus dicatat
harga yang ditunjukkan oleh skala mikrometer. Pada akhirnya akan didapati data berupa
harga-harga pengukuran blok ukur yang banyaknya tergantung dari banyak blok ukur yang
digunakan dalam pemeriksaan. Maka kesalahan pada setiap pemeriksaan yang mungkin
terjadi adalah sebesar:
Kesalahan = pembacaan mikrometer – ukuran bluk ukur
Setelah selesai kemudian pemeriksaan diulangi dengan dimulai dari ukuran maksimum
sampai ukuran blok terkecil hingga pada posisi terakhir yaitu nol. Dari hasil pemeriksaan dari
dua arah yang berlawanan tersebut akan diperoleh harga rat-rata. Hasil pemeriksaan dapat
dicatat dalam sebuah grafik yang menunjukkan kesalahan kumulatif (comulative error).

57
Gambar 3.10 Grafik kesalahan kumulatif pada pemeriksaan skala ukur

Dengan melihat grafik kesalahan kumulatif juga dapat disimpulkan kesalahan total (total
error) skala ukur mikrometer, yaitu jarak antara titik tertinggi dengan titik terendah.

Tabel 3.2 Pemeriksaan Skala Mikrometer


Kapasitas Mikrometer Kesejajaran (μm)
s.d 75 2
Di atas 75 s.d 150 3
Di atas 150 s.d 225 4
Di atas 225 s.d 300 5
Di atas 300 s.d 375 6
Di atas 375 s.d 450 7
Di atas 475 s.d 500 8

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Memelihara Alat-alat Pengukur


1. Membaca ketelitian alat ukur.
2. Membaca hasil pengukuran.
3. Menggunakan alat ukur sesuai karakteristiknya.

C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Memelihara Alat-alat Pengukur


Sikap kerja yang diperlukan diantaranya
1. hati-hati dalam menyetel alat ukur;
2. menempatkan alat ukur sesuai SOP;
3. cermat dan teliti dalam menyetel setiap alat ukur

58
LATIHAN
Tugas
1. Amatilah jangka sorong yang ada di bengkel/laboratorium anda!
2. Cermati masing-masing bagian jangka sorong tersebut dan cobalah untuk mengerti
fungsi-fungsinya!
3. Berapa tingkat ketelitian jangka sorong tersebut?
4. Digunakan untuk apa jangka sorong tersebut? Bila kurang jelas bisa ditanyakan
kepada guru anda.

Tes Formatif
1. Sebutkan jenis pengukuran apa saja yang dapat dilakukan menggunakan jangka
sorong!
2. Berapa tingkat ketelitian jangka sorong dengan pembagian skala vernier sebanyak 20
skala?
3. Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong berikut:

a b c d e

i
h f

Gambar 13 Vernier caliper

4. Bagian mana dari gambar jangka sorong di atas yang digunakan untuk:
a. Mengukur panjang benda/ diameter luar poros
b. Mengukur diameter dalam benda
c. Mengukur kedalaman lubang
d. mengukur tingkat
5. Sebutkan masing-masing ukuran dari gambar berikut sesuai aturan membaca skala
pada jangka sorong!
a.

b.

59
c.

d.

Kunci jawaban formatif


1. Mengukur panjang, pengukuran luar, pengukuran dalam, mengukur kedalaman suatu
benda dan pengukuran tingkat.
2. Tingkat ketelitian jangka sorong dengan pembagian skala vernier sebanyak 20 skala =
1/20= 0,05 mm = 0,005 cm
3. a) Permukaan pengukur dalam
b) Baut pengunci final (final locking screw)
c) Baut pengunci kasar (coarse locking screw)
d) Batang pengukur utama (main beam)
e) Pengukur kedalaman (depth probe)
f) Ulir penyetelan halus (fine adjustment screw)
g) Skala Utama (main scale)
h) Skala Vernier (vernier scale)
i) Permukaan pengukur luar
j) Muka pengukur step
4. a. Bagian i b. Bagian a c. Bagian e d. Bagian j dan a
5. a. Skala Utama : 1.6 Skala Vernier: 0.06
Ukuran Total: Skala utama + skala vernier: 1.06 mm
b. Skala Utama : 3.0 Skala Vernier: 0.02
Ukuran Total: Skala utama + skala vernier: 3.02 mm
c. Skala Utama : 2.1 Skala Vernier: 0.00
Ukuran Total: Skala utama + skala vernier: 2.10 mm
d. Skala Utama : 1.1 Skala Vernier: 0.08

Ukuran Total: Skala utama + skala vernier: 1.08 mm

60

Anda mungkin juga menyukai