HONEYCOMB
SKRIPSI
3225120227
2016
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Penanggung Jawab
Dekan : Prof. Dr. Suyono, M.Si …………… ………
NIP. 19671218 199303 1 005
Wakil Penanggung
Jawab
Pembantu Dekan I : Dr. Muktiningsih, M.Si …………… ………
NIP. 19640511 198903 2 001
Anggota
Pembimbing I : Drs. Cecep E. Rustana, PhD …………….. ………
NIP. 19590729 198602 1 001
ii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk Bapa dan Mama, yang selalu mendukung
dalam doa, materi, memberikan kasih sayang dan semangat tiada henti.
iii
ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah dibuat sebuah terowongan angin sirkuit terbuka dengan
tiga variasi diameter honeycomb sebagai pengembangan dari desain terowongan
angin yang terdapat di Prodi Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Penggunaan tiga variasi diameter honeycomb bertujuan untuk mengetahui nilai
intensitas turbulensi mana yang paling rendah dari tiga variasi diameter
honeycomb ini, sehingga dari hasil intensitas turbulensi yang didapat akan
diketahui bagaimana kualitas aliran pada terowongan angin tersebut, laminar atau
turbulen. Nilai intensitas turbulensi pada desain terowongan angin pertama yaitu,
I = 0.864, sedangkan nilai intensitas turbulensi pada terowongan angin desain
kedua, yaitu I = 0.17092 pada d = 18 mm, I = 0.1781 pada d = 8.5 mm dan I =
0.1227 pada d = 6 mm. Dari nilai intensitas turbulensi tersebut diketahui bahwa
diameter honeycomb berpengaruh pada kualitas aliran yang dihasilkan
terowongan angin, yaitu adanya variasi diameter honeycomb ke ukuran yang lebih
kecil mampu memperkecil intensitas turbulensinya juga.
iv
ABSTRACT
Vina Agustina Gultom, The Development of Open Circuit Wind Tunnel Design
with Three Variation Diameters of Honeycomb. Thesis. Jakarta: Department of
Physics, Faculty of Mathematics and Natural Science, State University of Jakarta,
2016.
In this research has been made an open-circuit wind tunnel with three variations
of the diameter of the honeycomb as the development of wind tunnel design
contained in the Department of Physics, State University of Jakarta. The use of
the three variations of the diameter of the honeycomb aims to determine the value
of turbulence intensity which is the lowest of the three variations of this
honeycomb diameter, resulting from turbulence intensity obtained results will be
known how the quality of the flow in the wind tunnel, laminar or turbulent. The
value of turbulence intensity on the design of the first wind tunnel that is, I =
0.864, while the value of turbulence intensity in wind tunnel design of the second,
I = 0.17092 at d = 18 mm, I = 0.1781 at d = 8.5 mm and I = 0.1227 at d = 6 mm.
The value of the turbulence intensity is known that the diameter of the
honeycomb has effect on the quality of the resulting flow wind tunnel, the
variation of the diameter honeycomb to a smaller size also able to minimize
turbulence intensity.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatNya yang tak berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengembangan Desain
Terowogan Angin Sirkuit Terbuka dengan Tiga Variasi Diameter Honeycomb”
ini. Penulis meyakini firmanNya dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”.
Skripsi ini tidak lepas dari peran pihak-pihak yang turut membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terimakasih kepada:
1. Cecep E. Rustana, PhD selaku Dosen Pembimbing I. Penulis sangat
menghargai beliau dalam memberikan motivasi pada anak bimbingnya.
2. Dr. Esmar Budi, M.T selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan,
dan dukungan semangatnya sehigga penulisan skripsi ini dapat terlaksana
dengan lancar. Keramahan, kegigihan, keuletan dan cara berpikir beliau
menjadi soko guru bagi penulis.
3. Hadi Nasbey, S.Pd, M.Si selaku Dosen, yang memberikan semangat awal
untuk melakukan penelitian ini. Atas bimbingan beliaulah penelitian ini dapat
terlaksana. Penulis sangat menghargai kesabaran serta semangat beliau dalam
melakukan eksperimen.
4. Penulis juga berterimakasih pada seluruh dosen pengajar di Program Studi
Fisika Universitas Negeri Jakarta yang merupakan bagian dari transfer ilmu
pengetahuan bagi generasi berikutnya.
5. Dr. Widyaningrum Indrasari, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika FMIPA
Universitas Negeri Jakarta. Atas kepemimpinan beliau semua proses
perkuliahan berjalan dengan baik.
6. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terimakasih pada Rektor Universitas
Negeri Jakarta, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk memperoleh ilmu di Universitas Negeri Jakarta.
vi
7. Kedua orang tua penulis serta kepada abang Christian Leonardo Gultom,
abang Jimmy Hasudungan Gultom, kakak Lilies Juliana Gultom yang
walaupun ditulis di bagian-bagian akhir, namun selalu yang menjadi awal di
hati penulis dan yang tak terlupakan. Terimakasih atas doa, motivasi, seluruh
dukungan yang telah dilimpahkan, bukan hanya selama proses skripsi ini
berlangsung, melainkan diseluruh proses kehidupan penulis. Juga semua
keluarga yang selalu memberikan dukungan moril pada penulis.
8. Susan Travel Sinaga, Richard Sengkey, bang Anthonio Nathan, Albert Agung
Yohanes Hutapea, ka Romi Naufal dan juga Ostwald serta rekan-rekan penulis
lainnya yang telah mendukung proses penelitian dan Seminar Nasional
penelitian skripsi ini berlangsung.
9. Laboran dan penjaga laboratorium yang membantu jalannya penelitian ini.
10. Indra Permana dan Budiman Simbolon yang selalu memberikan semangat dan
masukan kepada penulis dari masa MABA sampai saat ini.
11. Ka Fenov, Ribka, Mauli, Mei yang senantiasa mendukung dalam doa dan
terus sama-sama mau berjuang bertumbuh dalam KTB.
12. Hana, Stefanny, Cicilia, Kristina dan Lanny, AKK yang selalu mau
mendengarkan keluh kesah dan mendukung penulis dalam doa.
13. Intan Khaerani, Hanifah, Eko Budiyanto yang telah menyediakan waktunya
dan memberikan kejutan kepada penulis saat selesai sidang.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala bentuk dukungan serta doa dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi penulisan selanjutnya yang lebih baik.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.………………………………............…..................ii
LEMBAR PERSEMBAHAN.…………………………............…......................iii
ABSTRAK.………………………………………............…................................iv
ABSTRACT.………………………………………............…...............................v
KATA PENGANTAR.………………………………………............…..... …….vi
DAFTAR ISI..……………………………………………............…….............viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..............x
DAFTAR DIAGRAM…………………………………………………………..xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….......xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….......xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
I.1. Latar Belakang…………...……..………………..................……………..1
I.2. Identifikasi Masalah..……….…………………………........……………..3
I.3. Pembatasan Masalah……………..…………………..................................3
I.4. Perumusan Masalah…..…………………………………...........................3
I.5. Tujuan Penelitian……….…………………….....………..... ……………..3
I.6. Manfaat Penelitian……….………..………….....……….....……..............4
BAB II KAJIAN TEORI………………………………………………………...5
II.1. Terowongan Angin (Wind Tunnel)..........................…....………………...5
II.2. Bagian-bagian dari Wind Tunnel-Open Circuit......…...………………….6
II.3. Aliran Udara pada Terowongan Angin......................................................8
II.4. Pengamatan Hasil Simulasi dengan menggunakan Program CFD……...10
II.4.1. Pemodelan Geometri Menggunakan GAMBIT ……………………..11
II.4.2. Kondisi Batas…….……………………………………………………13
II.4.3. Mengimpor Model dan Memeriksa Mesh………………………….14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..15
III.1. Tujuan Operasional……………........................………….....................15
III.2. Waktu dan Tempat Penelitian…........................………….....................15
III.2.1. Waktu Penelitian…........................…………......................................15
viii
III.2.2. Tempat Penelitian…......................………….......................................15
III.3. Alat dan Bahan Penelitian.....................………………..................……15
III.4. Metode Penelitian................……………………………........................18
III.5. Desain Alat Penelitian...................………......…………...... ……19
III.6. Prosedur Penelitian...................………......………….............................21
III.6.1. Alur Penelitian…………………………………………………..........21
III.6.2. Teknik Analisa Data…..............................….......................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..25
IV.1. Analisa Intensitas Turbulensi.........................….....................................25
IV.2. Visualisasi Aliran.........................….......................................................32
IV.3. Analisa Simulasi CFD.........................…................................................34
BAB V PENUTUP………………………………………………………………38
V.1. Kesimpulan......................….....................................................................38
V.2. Saran......................…...............................................................................38
DAFTAR PUSTAKA…………………...............................................................40
LAMPIRAN……………………………………………………………………..42
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.3. Grafik Intensitas Turbulensi Keseluruhan pada Ketiga Variasi
Diameter Honeycomb …………………………………….....30
Gambar 4.4. Instalasi Dupa pada Test Section……………………………..32
Gambar 4.5. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d
= 6 mm………………………………………………………32
Gambar 4.6. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d
= 8.5 mm…………………………………………………….33
Gambar 4.7. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d
= 18 mm……………………………………………………..33
Gambar 4.8. Contours of Velocity pada Honeycomb d = 6 mm ……………..34
Gambar 4.9. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 6 mm ………………….35
Gambar 4.10. Contours of Velocity pada Honeycomb d = 8.5 mm …………..35
Gambar 4.11. Contours of Velocity pada Sisi Lapisan Atas dan Bawah
Terowongan Angin pada Honeycomb d = 8.5 mm ……………36
Gambar 4.12. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 18 mm………………....36
Gambar 4.13. Velocity Vectors pada Sisi Lapisan Atas, Tengah dan Bawah
Terowongan Angin pada Honeycomb d = 18 mm …………….37
xi
DAFTAR DIAGRAM
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Terowongan angin (wind tunnel) merupakan sebuah alat percobaan yang sangat
aliran udara atau gas ketika melewati obyek tertentu [Ramkissoon dan Manohar,
terowongan angin dan berbagai alat ukurnya yang mahal seringkali menjadi
terowongan angin yang dibuat adalah jalur terbuka, tipe ini digunakan dengan
beberapa pertimbangan, antara lain karena biaya yang diperlukan lebih murah
[Mehta dan Bradshaw, 1979], dan juga luas bangunan yang dibutuhkan lebih
kecil bila dibandingkan dengan tipe tertutup [Ramkissoon dan Manohar, 2014].
bergerak dengan kecepatan tertentu. Sedang pada kondisi nyata (misal, pesawat)
benda yang dianggap bergerak dan angin relatif diam. Itu sebabnya aliran udara
dalam seksi uji terowongan angin harus memenuhi persyaratan tertentu, salah satu
adalah turbulensi. Turbulensi adalah gerakan partikel yang sangat tidak teratur
dalam suatu aliran fluida yang sangat sulit untuk diperkirakan gerakannya.
1
Tingkat atau besar turbulensi dalam aliran ini disebut intensitas turbulensi.
turbulen tersebut.
turbulensi yang besar. Ini disebabkan karena intensitas turbulensi yang besar
atau menghasilkan aliran udara yang halus pada test section. Honeycomb
dipasang setelah settling chamber wind tunnel dan akan mengubah aliran non-
test section.
mengenai intensitas turbulensi pada wind tunnel tipe open circuit di Prodi Fisika
FMIPA UNJ untuk mengembangkan desain wind tunnel yang sudah ada dengan
meneliti pada bagian mana nilai intensitas turbulensi terendah dari setiap variasi
diameter tersebut. Dari ide ini peneliti mengambil judul skripsi “Pengembangan
Honeycomb”.
2
I.2. Identifikasi Masalah
intensitas turbulensi?
Pada penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada redesain terowongan angin
3
1. Mengetahui distribusi kecepatan aliran pada seksi uji terowongan angin tipe
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Ada dua tipe dasar wind tunnel. Pertama disebut open-circuit tunnel, tidak
memiliki pengarah balik udaranya (dapat dilihat pada Gambar 2.1a). setelah udara
tunnel mengambil udara langsung dari atmosfer, maka udara yang diambil adalah
udara yang keluar dari diffuser diarahkan kembali untuk masuk ke contraction
cone. Tipe wind tunnel yang akan digunakan disini adalah tipe wind tunnel open-
circuit dimana udara yang sudah lewat tidak diarahkan kembali namun langsung
menuju udara bebas. Kelebihan dari sistem ini karena lebih ekonomis dan dapat
5
II.2. Bagian-bagian dari Wind Tunnel- Open Circuit
Pada sebuah unit wind tunnel terdapat berbagai macam bagian, namun secara
garis besarnya ada lima bagian utama, dibagian paling depan terdapat settling
contraction cone menuju test section, lalu udara keluar dari diffuser, dan dibagian
belakang terdapat drive section yang didalamnya terdapat fan dan motor
1. Settling Chamber
aliran turbulen dapat menyebabkan gaya menjadi tidak dapat diperkirakan dan
yang halus pada seksi ujinya sehingga aliran udaranya dapat lebih linier.
2. Contraction Cone
6
Gambar 2.5. Contraction Cone
Bagian dari terowongan angin dimana model yang akan diuji diletakkan, serta
dilengkapi dengan dudukan model. Bentuk dan ukuran seksi uji tergantung
4. Diffuser
Berfunsi untuk memperlambat laju udara yang keluar dari seksi uji (Test
5. Motor Penggerak
melewati terowongan.
dengan tujuan menghasilkan intensitas turbulensi yang sangat kecil. Pada desain
7
yang dilakukan Christin Stefphanie ini, terowongan angin dibuat dengan
menghasilkan nilai intensitas turbulensi yang lebih kecil dari nilai intensitas
turbulensi yang telah dihasilkan. Salah satu upaya yang akan dilakukan ialah
terlihat mana dari ketiga variasi diameter ini yang akan menghasilkan intensitas
Dalam mekanika fluida, aliran dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: aliran laminar,
transisi, dan turbulen. Tipe aliran bergantung pada perubahan kecepatan aliran
dan diameter pipa. Berikut ini ditampilkan grafik yang menggambarkan fluktuasi
8
kecepatan pada aliran laminar, tansisi dan turbulen serta visualisasi aliran
Gambar 2.9. Fluktuasi Kecepatan pada Aliran Laminar, Transisi dan Turbulen.
Sumber: Bruce R. Munson et.al. (2002)
adanya aliran turbulen yang dihasilkan oleh terowongan angin yang telah dibuat.
Turbulensi mengarah pada fluktuasi kecepatan angin dalam skala waktu yang
relatif cepat, biasanya kurang dari 10 menit [Tony Burton et.al., 2001]. Intensitas
turbulensi ini merupakan ukuran dari level turbulensi dan didefinisikan sebagai
berikut;
2.1
9
dengan
2.2
dan
2.3
dimana adalah standar deviasi dari variasi kecepatan angin dan adalah rata-
rata kecepatan angin. Untuk desain terowongan angin yang baik pada umumnya I
analisa terhadap sebuah sistem yang rumit dan sulit dipecahkan dengan
melakukan perhitungan dalam waktu yang singkat dan cepat. Dengan kelebihan
dan kemudahan tersebut, maka banyak penelitan yang menggunakan metode CFD
CFD yang sering dipakai dalam bidang teknik adalah Gambit, Fluent, Ansys, dll.
10
keperluan tersebut, digunakanlah GAMBIT. GAMBIT merupakan singkatan
untuk membuat model geometri dan mendefinisikan daerah yang akan dilalui
fluida serta melakukan proses meshing pada daerah tersebut. Parameter yang
harus ditentukan antara lain: kondisi batas, model turbulensi, dan kondisi
menggunakan FLUENT.
GAMBIT. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: membuka atau
yang lain.
Operation toolpad
Main menu bar
Kondisi batas merupakan data masukan yang sangat penting untuk simulasi
parameter aliran yang dapat dipercaya nilainya. Secara garis besar pemodelan
12
a. Velocity Inlet
Lokasi kondisi batas ini berada pada sisi masuk daerah saluran. Nilai
batas ini, kecepatan masuk aliran akan selalu tetap sepanjang iterasi.
b. Pressure Outlet
Kondisi batas ini dipakai pada sisi keluar fluida. Kondisi batas ini dipilih
apabila nilai tekanan statik pada sisi keluaran diketahui atau minimal
acuan pada bidang batas yang dipilih. Oleh karena itu, nilai tekanan statik
c. Wall
Seluruh dinding yang terdapat pada saluran (termasuk katup dan sudu)
pada kondisi batas ini apabila dinding tidak bergerak terhadap waktu dan
CFD. Ukuran mesh yang terdapat pada suatu objek akan mempengaruhi
ketelitian dan daya komputasi analisis CFD. Semakin kecil/halus mesh yang
dibuat, maka hasil yang didapatkan akan semakin teliti, namun dibutuhkan
13
II.4.3. Mengimpor Model dan Memeriksa Mesh
dengan perintah:
File yang dapat dibuka adalah file dengan ekstensi *.msh dan *.cas. File
dengan ekstensi *.msh adalah file model yang telah di-mesh. File dengan
ekstensi *.cas adalah file kasus berisi model dan berbagai parameter simulasi
yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah berhasil membaca file model, mesh
yang ada harus dicek terlebih dahulu. Proses pengecekan dilakukan dengan
perintah:
Grid Check
Apabila tidak terdapat pesan error pada konsol FLUENT atau nilai
minimum volume adalah negatif, maka proses dapat dilanjutkan. Selain itu,
perlu juga geometri dikembalikan ke skala dasar pada saat pembuatan, yaitu
dengan perintah:
Grid Scale
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat untuk intensitas
turbulensi yang lebih kecil dari desain terowongan angin sederhana, sehingga
di laboratorium.
1. Blower
yang spesifikasi putarannya 1400 rpm, daya 550 W dan tegangan 220 V.
15
Gambar 3.1. Extra Low Noise Drum Blower
2. Settling chamber
Dalam pengujian wind tunnel yang terbuat dari plat besi 2 mm dan panjang
135 cm ini, digunakan settling chamber dengan bentuk lingkaran, seperti pada
Gambar 3.2. Bagian dalam settling chamber dicat dan dipernis untuk
Pada test section ini karena menyatu dengan contraction cone, maka
16
yang terbuat dari akrilik untuk memasukkan benda uji dan anemometer,
4. Diffuser
Pada diffuser, karena menyatu dengan test section, maka bentuknya pun
mengikuti bentuk lingkaran. Diffuser ini dilapisi cat dan dipernis untuk
5. Anemometer
LCD size: 28 mm x 19 mm
6. Pipa aluminium
7. Jepit Statif
8. Penggaris
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
settling chamber. Hal ini diawali dengan membandingkan hasil dari variasi ukuran
18
diameter honeycomb dari ukuran diameter d1 = 6 mm, d2 = 8.5 mm dan d3 = 18
mm.
ini sama dengan terowongan angin yang telah didesain oleh Christin Stefphanie,
penggunaan tiga buah variasi diameter honeycomb merupakan hal yang menjadi
Diperbesar
Diperbesar
20
III.6. Prosedur Penelitian
III.6.1. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi literatur
Pengujian honeycomb
pada terowongan angin Data hasil uji
Perhitungan
Mengukur kecepatan angin
dengan anemometer pada 9 titik
\ di test section sebanyak 10x
Pembuatan simulasi aliran angin
ditiap titiknya dengan menggunakan program
CFD
Analisa data
Kesimpulan
Selesai
21
Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir penelitian pada gambar di
atas:
1. Studi literatur
2. Tahap penelitian
statif), membuat honeycomb dengan tiga variasi diameter dari pipa aluminium,
yang telah ditentukan, menyalakan fan wind tunnel, mencatat data kecepatan
kecepatan angin dengan selang waktu 10 detik untuk setiap data pada
Data hasil uji berupa kecepatan angin dalam satuan yang telah dikoversikan
4. Perhitungan
22
Simulasi terowongan angin dilakukan untuk memahami lebih dalam mengenai
6. Analisa data
7. Kesimpulan
23
III.6.2. Teknik Analisa Data
mengumpulkan data dari setiap hasil yang terjadi melalui eksperimen secara
gambaran sifat keadaan tertentu yang masih berjalan pada saat penelitian
tersebut yang menghasilkan intensitas turbulensi yang sangat kecil sehingga dapat
diketahui kualitas aliran pada terowongan angin tersebut. Kajian tersebut akan
24
BAB IV
Data pengujian ini diambil dari 9 titik pengujian di test section yang pada masing-
masing titik diambil 10 sampel data yang terbaca pada anemometer dengan range
Tabel 1 memberikan informasi kepada kita data koordinat 9 titik di area test
section yang dari tiap titik akan diukur kecepatan angin yang dihasilkan.
Koordinat a b c d e F g h i
Tabel 2. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin Dengan
Diameter Honeycomb = 18 mm
No. v angin (m/s)
a b c d e f g h i
1. 11.4 11.6 10.9 6.4 11.1 13.4 12.9 10 11.2
25
Hasil tabel 2. adalah hasil pengambilan data kecepatan angin yang diperoleh
dari tiap titik, dengan tiap titiknya diambil 10 data kecepatan angin. Dari data
tersebut dapat dilihat perubahan kecepatan angin yang cukup signifikan pada
beberapa titik pengambilan data. Perubahan nilai kecepatan angin yang cukup
kecepatan angin pada test section dapat dilihat pada gambar 4.1.
sudah diperoleh diolah ke dalam persamaan (1). Dari pengolahan data diperoleh
0.17092.
Tabel 3. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin Dengan
Diameter Honeycomb = 8.5 mm
No. v angin (m/s)
a b c d e f g h i
1. 8.8 9.6 10.1 7.5 7.1 10.1 11.3 6.1 8.6
26
0.1781. Nilai intensitas turbulensi yang dihasilkan oleh terowongan angin ini
hampir sama dengan nilai intensitas turbulensi terowongan angin pada honeycomb
18 mm. Ini terjadi karena ketebalan material honeycomb yang digunakan berbeda
Tabel 4. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin Dengan
Diameter Honeycomb = 6 mm
No. v angin (m/s)
a b c d e f g h i
1. 7.2 7.7 9 6.7 6.1 8.6 7.8 6.6 6.7
10. 7.3 7.7 8.9 6.7 6.3 8.5 7.8 6.6 6.6
yang berdiameter lebih kecil, intensitas turbulensi yang dihasilkan pun lebih kecil
aliran datang tidak uniform dari sisi inlet dalam arah normal dengan kecepatan
berbelok lebih sejajar dengan arah normal dari honeycomb atau lebih sejajar
27
dengan aliran ke arah sumbu x. Dengan semakin kecilnya diameter honeycomb,
mengurangi fluktuasi kecepatan aliran dan juga akan mengurangi nilai intensitas
turbulensinya juga. Selain itu dihitung pula nilai intensitas turbulensi pada
28
Tabel 7. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d = 6 mm
Titik I
a 0.00273224
b 0.002328217
c 0.001826614
d 0.003845519
e 0.003635883
f 0.002084849
g 0.002849334
h 0.003268568
i 0.002459327
∑ 0.002781172
Berikut adalah grafik hubungan nilai intensitas turbulensi per titik pada
0.03
Intensitas Turbulensi
0.025
0.02
d = 18 mm
0.015
d = 8.5 mm
0.01 d = 6 mm
0.005
0
0 2 4 6 8 10
Sembilan Titik Test Section
Gambar 4.1. Grafik Intensitas Turbulensi per Titik pada Ketiga Variasi Diameter
Honeycomb
Dari grafik terlihat pada titik 8 di diameter honeycomb 8.5 mm terjadi hasil
intensitas turbulensi yang sangat berbeda dengan titik-titik lainnya. Perbedaan ini
terjadi akibat banyakya aliran angin dari blower yang keluar dari terowongan
29
angin akibat ketidakpasan honeycomb dengan settling chamber terowongan angin
tersebut. Sehingga pada titik ini, aliran angin yang dihasilkan sangat tidak teratur
dibandingkan dengan titik yang lain. Dari grafik 4.1 ini juga dihitung rata-rata
0.01
0.008
0.006
0.008343517 0.009748161
0.004
0.002 0.006782657
0
6
8
18
Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Intensitas Turbulensi per Titik pada Ketiga Variasi
Diameter Honeycomb
0.16
0.14 0.1227
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Diameter Honeycomb (mm)
Gambar 4.3. Grafik Intensitas Turbulensi Keseluruhan pada Ketiga Variasi Diameter
Honeycomb
30
Dari gambar grafik 4.3 terlihat bahwa intensitas turbulensi keseluruhan yang
berdiameter 6 mm, 8.5 mm memiliki pola fluktuasi yang hampir sama, terbukti
dari titik a-b, e-f, f-g, g-h, h-i, sedangkan jika dibandingkan dengan honeycomb
fluktuasi yang dihasilkan dengan honeycomb berdiameter 6 mm dan 8.5 mm. Ini
Selain ketebalan bahan material honeycomb nya, hal lain yang memengaruhi
honeycomb berdiameter 6 mm dan 8.5 mm dilakukan pada malam hari yaitu pada
perbedaan yang cukup besar, sehingga volume jenis udara berpengaruh dan
seharusnya tidak dapat dianggap konstan, dan akhirnya inilah yang menjadi
31
IV.2. Visualisasi Aliran
dupa yang disusun pada test section di tiap titiknya, seperti terlihat pada gambar
4.4, sehingga pada saat terowongan angin terkena angin dapat terlihat pola aliran
di sekitar test section tersebut. Dari hasil visualisasi ini kemudian dilakukan
Adapun hasil dari visualisasi aliran udara pada test section dari ketiga variasi
32
Gambar 4.6. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d = 8.5 mm
dengan pola yang rapi yang menunjukan bahwa aliran yang terjadi pada
33
IV.3. Analisa Simulasi CFD
Untuk mendapatkan data hasil simulasi yang dimodelkan dalam CFD, maka harus
Seperti batasan masalah yang telah ditentukan bahwa nilai dari panjang
honeycomb adalah tetap yaitu 10 cm. Sedangkan untuk diameter honeycomb yang
Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pada bagian settling chamber terdapat
kecepatan yang paling besar yang ditandai dengan warna merah, dimana daerah
tersebut merupakan frontal area atau dapat pula dikatakan tempat pertama aliran
ditandai dengan warna kuning tipis dan hijau, perubahan tersebut dipengaruhi
34
Gambar 4.9. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 6 mm
Gambar 4.10 dan gambar 4.11 menunjukkan hasil simulasi berupa kontur plot
velocity. Dari gambar tersebut terlihat bagaimana aliran fluida pada bagian tepi
dalam terowongan angin memiliki kecepatan yang rendah akibat adanya hambatan
berupa gaya gesek yang terjadi. Daerah yang terpengaruh dari efek gesekan
Berdasarkan kontur plot velocity tersebut, daerah boundary layer yang terjadi
35
Gambar 4.11. Contours of Velocity pada Sisi Lapisan Atas dan Bawah Terowongan
Angin pada Honeycomb d = 8.5 mm
Pada Gambar 4.12 dan gambar 4.13 memperlihatkan vektor aliran fluida. Dari
gambar tersebut kenaikan kecepatan maksimum berada pada sisi inlet yang
diperlihatkan dari gabungan warna merah dan kuning. Hal ini sesuai dengan
yang tetap, semakin kecil luas penampang yang dilalui oleh fluida, maka
36
Gambar 4.13. Velocity Vectors pada Sisi Lapisan Atas, Tengah dan Bawah
37
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang disampaikan pada hasil dan pembahasan di atas, maka
unjuk kerja turbin angin dengan ukuran turbin yang sesuai dengan ukuran test
kesamaan fluktuasi kecepatan aliran angin dengan hasil eksperimen yang ada.
Ini dapat dilihat dari warna yang menjadi indikator adanya fluktuasi kecepatan
V.2. Saran
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini dan
38
1. Pengembangan terowongan angin pada bagian settling chamber dan blower
sangat diperlukan supaya angin yang dihasilkan blower tidak bayak mengalir
ke arah keluar.
diukur dengan peralatan yang memilik ketelitian lebih tinggi seperti hot wire
anemometer atau pitot static tube yang dilengkapi dengan akusisi data untuk
3. Akan lebih baik jika dilengkapi smoke generator, sehingga visualisasi aliran
menggunakan asap dapat dihasilkan dengan lebih baik dan lebih jelas.
39
DAFTAR PUSTAKA
Agus Irawan. 2012. Analisis dan Simulasi Penggunaan Diffuser Pada Turbin
Universitas Indonesia.
Aurelius L.J. and Rofail A. W., Performance of Windtech’s slatted roof blockage
Khayrullina. A,. Hoof,. Blocken. 2012. A Study on The Wind Energy Potential in
Netherlands
Muchammad. 2006. Perhitungan Gaya Drag pada Benda Uji Pelat Persegi Datar
Natalia, Kristin. 2012. Studi Uji Coba Wind Turbine dengan Menggunakan Wind
Nguyen Q. 2014. Designing, Constructing and Testing of a Low Speed Open Jet
40
Phillips, D. G. An Investigation on Diffuser Augmented Wind Turbine Design.
2003.
Wahyu, D., Purwanto. Analisa Variasi Geometri Terhadap Kinerja Diffuser pada
Nopember.
41
LAMPIRAN
42
7. Penempatan anemometer di titik g 8. Penempatan anemometer di titik h
43
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Jurusan : Fisika
1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian pada bulan September 2015 sampai dengan bulan
Desember 2015.
2. Bukan merupakan duplikat skripsi yang pernah dibuat oleh orang lain atau
jiplakan karya tulis orang lain atau bukan terjemahan karya tulis orang
lain.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menanggung
segala akibat yag timbul jika pernyataan saya ini tidak benar.
44
RIWAYAT HIDUP
di SMAN 13 Kota Bekasi. Pada tahun yang sama dengan tahun kelulusan, penulis
Jakarta melalui jalur Undangan. Perkuliahan tersebut ditempuh penulis dari tahun
2012 hingga lulus pada tahun 2016, dengan skripsi yang berjudul “Pengembangan
Honeycomb”.
45