Anda di halaman 1dari 59

PENGEMBANGAN DESAIN TEROWONGAN ANGIN

SIRKUIT TERBUKA DENGAN TIGA VARIASI DIAMETER

HONEYCOMB

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains

VINA AGUSTINA GULTOM

3225120227

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Pengembangan Desain Terowongan Angin Sirkuit Terbuka Dengan Tiga


Variasi Diameter Honeycomb

Nama : Vina Agustina Gultom


No. Reg : 3225120227

Nama Tanda Tanggal


Tangan

Penanggung Jawab
Dekan : Prof. Dr. Suyono, M.Si …………… ………
NIP. 19671218 199303 1 005

Wakil Penanggung
Jawab
Pembantu Dekan I : Dr. Muktiningsih, M.Si …………… ………
NIP. 19640511 198903 2 001

Ketua : Dr Widyaningrum Indrasari, M.Si ……………. ………


NIP. 19770510 200604 2 001

Sekretaris : Riser Fahdiran, M.Si .……………. ………


NIP. 19830717 200912 1 008

Anggota
Pembimbing I : Drs. Cecep E. Rustana, PhD …………….. ………
NIP. 19590729 198602 1 001

Pembimbing II : Dr. Esmar Budi, M.T …………….. ………


NIP. 19720728 199903 1 002

Penguji Ahli : Dr. Sunaryo, M.Si …………….. .………


NIP. 19550303 198703 1 002

Dinyatakan lulus ujian skripsi tanggal 30 Januari 2016

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk Bapa dan Mama, yang selalu mendukung

dalam doa, materi, memberikan kasih sayang dan semangat tiada henti.

Terimakasih untuk segalanya. Tuhan memberkati Bapa dan Mama selalu.

iii
ABSTRAK

Vina Agustina Gultom, Pengembangan Desain Terowongan Angin Sirkuit


Terbuka Dengan Tiga Variasi Diameter Honeycomb. Skripsi. Jakarta: Prodi
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Jakarta, 2016.

Dalam penelitian ini telah dibuat sebuah terowongan angin sirkuit terbuka dengan
tiga variasi diameter honeycomb sebagai pengembangan dari desain terowongan
angin yang terdapat di Prodi Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Penggunaan tiga variasi diameter honeycomb bertujuan untuk mengetahui nilai
intensitas turbulensi mana yang paling rendah dari tiga variasi diameter
honeycomb ini, sehingga dari hasil intensitas turbulensi yang didapat akan
diketahui bagaimana kualitas aliran pada terowongan angin tersebut, laminar atau
turbulen. Nilai intensitas turbulensi pada desain terowongan angin pertama yaitu,
I = 0.864, sedangkan nilai intensitas turbulensi pada terowongan angin desain
kedua, yaitu I = 0.17092 pada d = 18 mm, I = 0.1781 pada d = 8.5 mm dan I =
0.1227 pada d = 6 mm. Dari nilai intensitas turbulensi tersebut diketahui bahwa
diameter honeycomb berpengaruh pada kualitas aliran yang dihasilkan
terowongan angin, yaitu adanya variasi diameter honeycomb ke ukuran yang lebih
kecil mampu memperkecil intensitas turbulensinya juga.

Kata kunci: terowongan angin, diameter honeycomb, intensitas turbulensi,


laminar

iv
ABSTRACT

Vina Agustina Gultom, The Development of Open Circuit Wind Tunnel Design
with Three Variation Diameters of Honeycomb. Thesis. Jakarta: Department of
Physics, Faculty of Mathematics and Natural Science, State University of Jakarta,
2016.

In this research has been made an open-circuit wind tunnel with three variations
of the diameter of the honeycomb as the development of wind tunnel design
contained in the Department of Physics, State University of Jakarta. The use of
the three variations of the diameter of the honeycomb aims to determine the value
of turbulence intensity which is the lowest of the three variations of this
honeycomb diameter, resulting from turbulence intensity obtained results will be
known how the quality of the flow in the wind tunnel, laminar or turbulent. The
value of turbulence intensity on the design of the first wind tunnel that is, I =
0.864, while the value of turbulence intensity in wind tunnel design of the second,
I = 0.17092 at d = 18 mm, I = 0.1781 at d = 8.5 mm and I = 0.1227 at d = 6 mm.
The value of the turbulence intensity is known that the diameter of the
honeycomb has effect on the quality of the resulting flow wind tunnel, the
variation of the diameter honeycomb to a smaller size also able to minimize
turbulence intensity.

Keywords: wind tunnel, honeycomb, turbulence intensity, laminar

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatNya yang tak berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengembangan Desain
Terowogan Angin Sirkuit Terbuka dengan Tiga Variasi Diameter Honeycomb”
ini. Penulis meyakini firmanNya dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”.
Skripsi ini tidak lepas dari peran pihak-pihak yang turut membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terimakasih kepada:
1. Cecep E. Rustana, PhD selaku Dosen Pembimbing I. Penulis sangat
menghargai beliau dalam memberikan motivasi pada anak bimbingnya.
2. Dr. Esmar Budi, M.T selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan,
dan dukungan semangatnya sehigga penulisan skripsi ini dapat terlaksana
dengan lancar. Keramahan, kegigihan, keuletan dan cara berpikir beliau
menjadi soko guru bagi penulis.
3. Hadi Nasbey, S.Pd, M.Si selaku Dosen, yang memberikan semangat awal
untuk melakukan penelitian ini. Atas bimbingan beliaulah penelitian ini dapat
terlaksana. Penulis sangat menghargai kesabaran serta semangat beliau dalam
melakukan eksperimen.
4. Penulis juga berterimakasih pada seluruh dosen pengajar di Program Studi
Fisika Universitas Negeri Jakarta yang merupakan bagian dari transfer ilmu
pengetahuan bagi generasi berikutnya.
5. Dr. Widyaningrum Indrasari, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika FMIPA
Universitas Negeri Jakarta. Atas kepemimpinan beliau semua proses
perkuliahan berjalan dengan baik.
6. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terimakasih pada Rektor Universitas
Negeri Jakarta, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk memperoleh ilmu di Universitas Negeri Jakarta.

vi
7. Kedua orang tua penulis serta kepada abang Christian Leonardo Gultom,
abang Jimmy Hasudungan Gultom, kakak Lilies Juliana Gultom yang
walaupun ditulis di bagian-bagian akhir, namun selalu yang menjadi awal di
hati penulis dan yang tak terlupakan. Terimakasih atas doa, motivasi, seluruh
dukungan yang telah dilimpahkan, bukan hanya selama proses skripsi ini
berlangsung, melainkan diseluruh proses kehidupan penulis. Juga semua
keluarga yang selalu memberikan dukungan moril pada penulis.
8. Susan Travel Sinaga, Richard Sengkey, bang Anthonio Nathan, Albert Agung
Yohanes Hutapea, ka Romi Naufal dan juga Ostwald serta rekan-rekan penulis
lainnya yang telah mendukung proses penelitian dan Seminar Nasional
penelitian skripsi ini berlangsung.
9. Laboran dan penjaga laboratorium yang membantu jalannya penelitian ini.
10. Indra Permana dan Budiman Simbolon yang selalu memberikan semangat dan
masukan kepada penulis dari masa MABA sampai saat ini.
11. Ka Fenov, Ribka, Mauli, Mei yang senantiasa mendukung dalam doa dan
terus sama-sama mau berjuang bertumbuh dalam KTB.
12. Hana, Stefanny, Cicilia, Kristina dan Lanny, AKK yang selalu mau
mendengarkan keluh kesah dan mendukung penulis dalam doa.
13. Intan Khaerani, Hanifah, Eko Budiyanto yang telah menyediakan waktunya
dan memberikan kejutan kepada penulis saat selesai sidang.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala bentuk dukungan serta doa dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi penulisan selanjutnya yang lebih baik.

Jakarta, Januari 2016

Vina Agustina Gultom

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.………………………………............…..................ii
LEMBAR PERSEMBAHAN.…………………………............…......................iii
ABSTRAK.………………………………………............…................................iv
ABSTRACT.………………………………………............…...............................v
KATA PENGANTAR.………………………………………............…..... …….vi
DAFTAR ISI..……………………………………………............…….............viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..............x
DAFTAR DIAGRAM…………………………………………………………..xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….......xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….......xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
I.1. Latar Belakang…………...……..………………..................……………..1
I.2. Identifikasi Masalah..……….…………………………........……………..3
I.3. Pembatasan Masalah……………..…………………..................................3
I.4. Perumusan Masalah…..…………………………………...........................3
I.5. Tujuan Penelitian……….…………………….....………..... ……………..3
I.6. Manfaat Penelitian……….………..………….....……….....……..............4
BAB II KAJIAN TEORI………………………………………………………...5
II.1. Terowongan Angin (Wind Tunnel)..........................…....………………...5
II.2. Bagian-bagian dari Wind Tunnel-Open Circuit......…...………………….6
II.3. Aliran Udara pada Terowongan Angin......................................................8
II.4. Pengamatan Hasil Simulasi dengan menggunakan Program CFD……...10
II.4.1. Pemodelan Geometri Menggunakan GAMBIT ……………………..11
II.4.2. Kondisi Batas…….……………………………………………………13
II.4.3. Mengimpor Model dan Memeriksa Mesh………………………….14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..15
III.1. Tujuan Operasional……………........................………….....................15
III.2. Waktu dan Tempat Penelitian…........................………….....................15
III.2.1. Waktu Penelitian…........................…………......................................15

viii
III.2.2. Tempat Penelitian…......................………….......................................15
III.3. Alat dan Bahan Penelitian.....................………………..................……15
III.4. Metode Penelitian................……………………………........................18
III.5. Desain Alat Penelitian...................………......…………...... ……19
III.6. Prosedur Penelitian...................………......………….............................21
III.6.1. Alur Penelitian…………………………………………………..........21
III.6.2. Teknik Analisa Data…..............................….......................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..25
IV.1. Analisa Intensitas Turbulensi.........................….....................................25
IV.2. Visualisasi Aliran.........................….......................................................32
IV.3. Analisa Simulasi CFD.........................…................................................34
BAB V PENUTUP………………………………………………………………38
V.1. Kesimpulan......................….....................................................................38
V.2. Saran......................…...............................................................................38
DAFTAR PUSTAKA…………………...............................................................40
LAMPIRAN……………………………………………………………………..42

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Open-Circuit Tunnel…………………………………………..….5


Gambar 2. 2. Closed-Circuit Tunnel……………….…………………………...5
Gambar 2.3. Settling Chamber…………………………………………………6
Gambar 2. 4. Honeycomb……………………………...………………………..6
Gambar 2.5. Contraction Cone………...………………………………………7
Gambar 2.6. Test Section……………………………………...………………..7
Gambar 2.7. Diffuser……………………...………………………………........7
Gambar 2.8. Desain Terowongan Angin Sederhana Christin Stefphanie…...…8
Gambar 2.9. Fluktuasi Kecepatan pada Aliran Laminar, Transisi dan Turbulen.
Sumber: Bruce R. Munson et.al. (2002)………………………...9
Gambar 2.10. Tinta yang diinjeksikan ke dalam Pipa mengindikasikan Aliran
Laminar (atas), Aliran Transisi (tengah), dan Aliran Turbulen
(bawah) Sumber: Shaughnessy (2005)……………………….....9
Gambar 2.11. GUI pada GAMBIT ………………………………………...12
Gambar 3.1. Extra Low Noise Drum Blower………..………….……………16
Gambar 3.2. Settling Chamber dan Contraction Cone………………………16
Gambar 3.3. Honeycomb………………………………………………..........16
Gambar 3.4. Test section…………………………………...…………….......17
Gambar 3.5. Diffuser………………………..………………………………..17
Gambar 3.6. Anemometer…………………..………………………………...18
Gambar 3.7. Honeycomb d = 6 mm……………………………………….....19
Gambar 3.8. Honeycomb d = 8.5 mm……………………………..…………19
Gambar 3.9. Honeycomb d = 18 mm………………………………………...20
Gambar 3.10. Desain Terowongan Angin Tampak Samping…………………20
Gambar 3.11. Desain Terowongan Angin Tampak Depan Outlet…………….20
Gambar 4.1. Grafik Intensitas Turbulensi per Titik pada Ketiga Variasi
Diameter Honeycomb ……………………………………….29
Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Intensitas Turbulensi per Titik pada Ketiga Variasi
Diameter Honeycomb ……………………………………….30

x
Gambar 4.3. Grafik Intensitas Turbulensi Keseluruhan pada Ketiga Variasi
Diameter Honeycomb …………………………………….....30
Gambar 4.4. Instalasi Dupa pada Test Section……………………………..32
Gambar 4.5. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d
= 6 mm………………………………………………………32
Gambar 4.6. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d
= 8.5 mm…………………………………………………….33
Gambar 4.7. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d
= 18 mm……………………………………………………..33
Gambar 4.8. Contours of Velocity pada Honeycomb d = 6 mm ……………..34
Gambar 4.9. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 6 mm ………………….35
Gambar 4.10. Contours of Velocity pada Honeycomb d = 8.5 mm …………..35
Gambar 4.11. Contours of Velocity pada Sisi Lapisan Atas dan Bawah
Terowongan Angin pada Honeycomb d = 8.5 mm ……………36
Gambar 4.12. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 18 mm………………....36
Gambar 4.13. Velocity Vectors pada Sisi Lapisan Atas, Tengah dan Bawah
Terowongan Angin pada Honeycomb d = 18 mm …………….37

xi
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1. Diagram Alir Penelitian………………………………………….21


Diagram 3.2. Diagram Alir Pemodelan Menggunakan FLUENT……………23

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Koordinat Titik Pengambilan Data Kecepatan Angin……………….25


Tabel 2. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin dengan
Diameter Honeycomb = 18 mm……………………………………..25
Tabel 3. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin dengan
Diameter Honeycomb = 8.5 mm…………………………………….26
Tabel 4. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin dengan
Diameter Honeycomb = 6 mm………………………………………27
Tabel 5. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d = 18
mm…………………………………………………………………28
Tabel 6. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d =
8.5………………………………………………………………….28
Tabel 7. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d = 6
mm…………………………………………………………………29

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instalasi Terowongan Angin………………………………………43

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Terowongan angin (wind tunnel) merupakan sebuah alat percobaan yang sangat

penting untuk penelitian aerodinamika, yaitu untuk mengetahui karakteristik

aliran udara atau gas ketika melewati obyek tertentu [Ramkissoon dan Manohar,

2014], seperti perancangan maupun peningkatan kemampuan pesawat terbang,

kendaraan, jembatan, gedung-gedung bertingkat dan juga turbin angin. Harga

terowongan angin dan berbagai alat ukurnya yang mahal seringkali menjadi

kendala tersendiri dalam pengadaannya di berbagai institusi pendidikan.

Di Bengkel Mekanika Fisika, FMIPA Universitas Negeri Jakarta telah dibuat

terowongan angin tipe terbuka yang dapat digunakan sebagai sarana

pengembangan bidang aerodinamika khususnya peminatan turbin angin. Tipe

terowongan angin yang dibuat adalah jalur terbuka, tipe ini digunakan dengan

beberapa pertimbangan, antara lain karena biaya yang diperlukan lebih murah

[Mehta dan Bradshaw, 1979], dan juga luas bangunan yang dibutuhkan lebih

kecil bila dibandingkan dengan tipe tertutup [Ramkissoon dan Manohar, 2014].

Dalam simulasi terowongan angin, model diasumsikan diam dan angin

bergerak dengan kecepatan tertentu. Sedang pada kondisi nyata (misal, pesawat)

benda yang dianggap bergerak dan angin relatif diam. Itu sebabnya aliran udara

dalam seksi uji terowongan angin harus memenuhi persyaratan tertentu, salah satu

adalah turbulensi. Turbulensi adalah gerakan partikel yang sangat tidak teratur

dalam suatu aliran fluida yang sangat sulit untuk diperkirakan gerakannya.

1
Tingkat atau besar turbulensi dalam aliran ini disebut intensitas turbulensi.

Semakin besar nilai turbulensinya, maka semakin besar fluktuasi kecepatan

turbulen tersebut.

Christin Stefphanie (2014) dalam penelitiannya tentang pengembangan

desain terowongan angin sirkuit terbuka dengan menggungakan honeycomb

berdiameter 18 mm mendapatkan nilai intensitas turbulensi sebesar, I = 0.864.

Dari penelitian di atas dapat diketahui bahwa tidak diinginkannya intensitas

turbulensi yang besar. Ini disebabkan karena intensitas turbulensi yang besar

dapat menimbulkan ketidakpastian dalam pengukuran. Dimana ketidakpastian

dalam pengukuran akan menghasilkan data yang tidak konsisten.

Honeycomb merupakan komponen yang digunakan untuk mengembangkan

atau menghasilkan aliran udara yang halus pada test section. Honeycomb

dipasang setelah settling chamber wind tunnel dan akan mengubah aliran non-

uniform menjadi uniform, sehingga mengurangi intensitas turbulensi di bagian

test section.

Setelah melihat masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

mengenai intensitas turbulensi pada wind tunnel tipe open circuit di Prodi Fisika

FMIPA UNJ untuk mengembangkan desain wind tunnel yang sudah ada dengan

memvariasikan diameter honeycomb sebanyak tiga variasi diameter pipa untuk

meneliti pada bagian mana nilai intensitas turbulensi terendah dari setiap variasi

diameter tersebut. Dari ide ini peneliti mengambil judul skripsi “Pengembangan

Desain Terowongan Angin Sirkuit Terbuka dengan Tiga Variasi Diameter

Honeycomb”.

2
I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis menemukan beberapa permasalahan yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana cara kerja terowongan angin dalam mendeteksi karakteristik aliran

udara atau gas?

2. Bagaimana membuat redesain terowongan angin dengan menambahkan tiga

variasi diameter honeycomb didalamnya?

3. Apakah dengan memvariasikan dimaeter honeycomb dengan ukuran yang

lebih kecil dari penelitian sebelumnya benar-benar dapat memperkecil

intensitas turbulensi?

I.3. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada redesain terowongan angin

untuk memperkecil intensitas turbulensi aliran yang dihasilkan dengan

memvariasikan diameter honeycomb di dalamnya.

I.4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana mendapatkan data

intensitas turbulensi aliran sekecil mungkin dari hasil pengukuran untuk

pengujian unjuk kerja turbin angin di laboratorium FMIPA UNJ.

I.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

3
1. Mengetahui distribusi kecepatan aliran pada seksi uji terowongan angin tipe

terbuka yang telah di redesain sehingga dapat diketahui intensitasnya.

2. Mengetahui pengaruh variasi diameter honeycomb terhadap intensitas

turbulensi pada terowongan angin.

3. Memvisualisasikan aliran udara menggunakan asap dupa.

4. Membandingkan antara hasil eksperimen dan hasil komputasi aliran angin

yang melewati redesain terowongan angin sirkuit terbuka.

I.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Mengembangkan terowongan angin untuk pengujian yang lebih efektif.

2. Mengetahui redesain terowongan angin sederhana yang mampu menghasilkan

intensitas turbulensi lebih kecil.

3. Mendukung kegiatan penelitian yang berhubungan dengan energi terkhusus

untuk peminatan turbin angin.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

II.1. Terowongan Angin (Wind Tunnel)

Ada dua tipe dasar wind tunnel. Pertama disebut open-circuit tunnel, tidak

memiliki pengarah balik udaranya (dapat dilihat pada Gambar 2.1a). setelah udara

meninggalkan diffuser, udara tersebut terlepas langsung ke udara bebas. Apabila

tunnel mengambil udara langsung dari atmosfer, maka udara yang diambil adalah

udara segar yang baru.

Tipe kedua disebut closed-circuit tunnel (Gambar 2.1b), sesuai namanya,

udara yang keluar dari diffuser diarahkan kembali untuk masuk ke contraction

cone. Tipe wind tunnel yang akan digunakan disini adalah tipe wind tunnel open-

circuit dimana udara yang sudah lewat tidak diarahkan kembali namun langsung

menuju udara bebas. Kelebihan dari sistem ini karena lebih ekonomis dan dapat

meminimalisir kerugian energi dan turbulensi.

Gambar 2.1. Open-Circuit Tunnel

Gambar 2.2. Closed-Circuit Tunnel

5
II.2. Bagian-bagian dari Wind Tunnel- Open Circuit

Pada sebuah unit wind tunnel terdapat berbagai macam bagian, namun secara

garis besarnya ada lima bagian utama, dibagian paling depan terdapat settling

chamber yang didalamnya terdapat honeycomb, lalu udara masuk melalui

contraction cone menuju test section, lalu udara keluar dari diffuser, dan dibagian

belakang terdapat drive section yang didalamnya terdapat fan dan motor

penggeraknya. Adapun instrument pendukungnya antara lain anemometer.

1. Settling Chamber

Fungsi settling chamber yaitu untuk menyeragamkan aliran udara. Karena

aliran turbulen dapat menyebabkan gaya menjadi tidak dapat diperkirakan dan

diukur di dalam seksi uji. Didalam settling chamber terdapat honeycomb.

Honeycomb berfungsi untuk mengembangkan atau menghasilkan aliran udara

yang halus pada seksi ujinya sehingga aliran udaranya dapat lebih linier.

Honeycomb harus digunakan karena pengaruhnya dalam mengembangkan

aliran udara yang sangat besar [Alan Pope, 1966].

Gambar 2.3. Settling Chamber Gambar 2.4. Honeycomb

2. Contraction Cone

Bagian yang sangat menentukan dalam pembentkan keseragaman kecepatan

aliran udara pada seksi uji (Test Section).

6
Gambar 2.5. Contraction Cone

3. Seksi Uji (Test Section)

Bagian dari terowongan angin dimana model yang akan diuji diletakkan, serta

dilengkapi dengan dudukan model. Bentuk dan ukuran seksi uji tergantung

dari besarnya model yang akan diuji.

Gambar 2.6. Test Section

4. Diffuser

Berfunsi untuk memperlambat laju udara yang keluar dari seksi uji (Test

Section) sebelum menuju keluaran. Pelambatan laju udara disebabkan karena

bentuk dari diffuser.

Gambar 2.7. Diffuser

5. Motor Penggerak

Motor penggerak berfungsi sebagai pemberi daya untuk menggerakkan fan

dan merupakan satu bagian dengan drive section.

6. Blower atau Exhaust Fan

Berfungsi untuk menyediakan gaya yang dapat menyebabkan udara bergerak

melewati terowongan.

Penelitian Christin Stefphanie (2014) membuat desain terowongan angin

dengan tujuan menghasilkan intensitas turbulensi yang sangat kecil. Pada desain

7
yang dilakukan Christin Stefphanie ini, terowongan angin dibuat dengan

dilengkapi honeycomb di dalam settling chamber.

Gambar 2.8. Desain Terowongan Angin Sederhana Christin Stefphanie

Desain yang telah dilakukan ternyata menghasilkan nilai intensitas turbulensi

sebesar, I = 0.864. Dari nilai intensitas turbulensi ini, penulis ingin

mengembangkan alat terowongan angin tersebut dengan harapan dapat

menghasilkan nilai intensitas turbulensi yang lebih kecil dari nilai intensitas

turbulensi yang telah dihasilkan. Salah satu upaya yang akan dilakukan ialah

dengan memvariasikan diameter honeycomb degan rincian d1 = 6 mm, d2 = 8.5

mm dan d3 = 18 mm, tujuan dari memvariasikan diameter honeycomb ini supaya

terlihat mana dari ketiga variasi diameter ini yang akan menghasilkan intensitas

turbulensi yang sangat kecil.

II.3. Aliran Udara pada Terowongan Angin

Dalam mekanika fluida, aliran dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: aliran laminar,

transisi, dan turbulen. Tipe aliran bergantung pada perubahan kecepatan aliran

dan diameter pipa. Berikut ini ditampilkan grafik yang menggambarkan fluktuasi

8
kecepatan pada aliran laminar, tansisi dan turbulen serta visualisasi aliran

udaranya menggunakan tinta yang diinjeksikan ke dalam pipa.

Gambar 2.9. Fluktuasi Kecepatan pada Aliran Laminar, Transisi dan Turbulen.
Sumber: Bruce R. Munson et.al. (2002)

Gambar 2.10. Tinta yang diinjeksikan ke dalam Pipa mengindikasikan Aliran


Laminar (atas), Aliran Transisi (tengah), dan Aliran Turbulen
(bawah). Sumber: Shaughnessy (2005)

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pokok permasalahan yang terjadi ialah

adanya aliran turbulen yang dihasilkan oleh terowongan angin yang telah dibuat.

Turbulensi mengarah pada fluktuasi kecepatan angin dalam skala waktu yang

relatif cepat, biasanya kurang dari 10 menit [Tony Burton et.al., 2001]. Intensitas

turbulensi ini merupakan ukuran dari level turbulensi dan didefinisikan sebagai

berikut;

2.1

9
dengan

2.2

dan

2.3

dimana adalah standar deviasi dari variasi kecepatan angin dan adalah rata-

rata kecepatan angin. Untuk desain terowongan angin yang baik pada umumnya I

≥ 0.1 [Bruce R. Munson et.al., 2002].

II.4. Pengamatan Hasil Simulasi dengan menggunakan Program CFD

Computational Fluid Dynamic (CFD) adalah sebuah metode untuk

menyelesaikan persamaan–persamaan yang berkaitan dengan dinamika fluida

dengan menggunakan komputer. CFD sangat cocok digunakan untuk melakukan

analisa terhadap sebuah sistem yang rumit dan sulit dipecahkan dengan

perhitungan secara manual. Dengan demikian, CFD memiliki kelebihan untuk

melakukan perhitungan dalam waktu yang singkat dan cepat. Dengan kelebihan

dan kemudahan tersebut, maka banyak penelitan yang menggunakan metode CFD

untuk mengkaji masalah yang sedang dihadapinya. Adapun bebarapa software

CFD yang sering dipakai dalam bidang teknik adalah Gambit, Fluent, Ansys, dll.

FLUENT adalah perangkat lunak dalam komputer yang digunakan untuk

mensimulasikan aliran fluida. Agar dapat memodelkan dan mensimulasikan

dengan menggunakan FLUENT, model geometri harus terlebih dulu dibuat

dan berbagai parameter simulasi harus terlebih dulu ditentukan. Untuk

10
keperluan tersebut, digunakanlah GAMBIT. GAMBIT merupakan singkatan

dari Geometry And Mesh Building Intelligent Toolkit. GAMBIT berfungsi

untuk membuat model geometri dan mendefinisikan daerah yang akan dilalui

fluida serta melakukan proses meshing pada daerah tersebut. Parameter yang

harus ditentukan antara lain: kondisi batas, model turbulensi, dan kondisi

operasi. Setelah semuanya dilakukan, model tersebut siap untuk dianalisis

menggunakan FLUENT.

II.4.1. Pemodelan Geometri menggunakan GAMBIT

GAMBIT menggunakan Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan

pemakainya. Dengan GUI, perintah masukan dapat diberikan dengan hanya

menggunakan mouse. Tampilan GUI pada GAMBIT terdiri dari beberapa

komponen utama, antara lain:

 Main menu bar, berfungsi untuk memilih menu-menu utama pada

GAMBIT. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: membuka atau

menyimpan file, mengimpor geometri dari program lain (ACIS, CATIA,

CAD, dll), mengekspor file ke program lain, dan lain-lain.

 Operation toolpad, berfungsi untuk memberikan perintah dalam membuat

geometri, meshing, mendefinisikan zona, dan perintah-perintah operasi

yang lain.

 Command text box, berfungsi untuk memasukkan perintah di luar perintah

yang ada pada GUI.

 Transcript window, berfungsi untuk menampilkan semua perintah dan

proses yang dilakukan selama menggunakan GAMBIT.


11
 Description window, berfungsi untuk memberikan informasi singkat

mengenai fungsi semua tombol GUI dan tampilan pada layar.

 Global control, berfungsi untuk mengatur tampilan layar pada GUI.

Operation toolpad
Main menu bar

Transcript window Global control


Command text box
Description window

Gambar 2.11. GUI pada GAMBIT

II.4.2. Kondisi Batas

Kondisi batas merupakan data masukan yang sangat penting untuk simulasi

aliran dengan FLUENT. Kondisi batas yang digunakan harus merupakan

parameter aliran yang dapat dipercaya nilainya. Secara garis besar pemodelan

saluran terbuka terdiri dari beberapa kondisi batas, yaitu:

12
a. Velocity Inlet

Lokasi kondisi batas ini berada pada sisi masuk daerah saluran. Nilai

masukan yang dibutuhkan adalah kecepatan aliran angin. Pada kondisi

batas ini, kecepatan masuk aliran akan selalu tetap sepanjang iterasi.

b. Pressure Outlet

Kondisi batas ini dipakai pada sisi keluar fluida. Kondisi batas ini dipilih

apabila nilai tekanan statik pada sisi keluaran diketahui atau minimal

dapat diperkirakan mendekati nilai sebenarnya. Pada kondisi batas ini

diperlukan nilai masukan berupa tekanan statik. Tekanan statik merupakan

acuan pada bidang batas yang dipilih. Oleh karena itu, nilai tekanan statik

akan selalu tetap selama iterasi.

c. Wall

Seluruh dinding yang terdapat pada saluran (termasuk katup dan sudu)

didefinisikan sebagai dinding. Tidak ada nilai yang harus dimasukkan

pada kondisi batas ini apabila dinding tidak bergerak terhadap waktu dan

tidak melakukan perpindahan panas. Namun, apabila dinding bergerak

terhadap waktu, maka perlu untuk memasukkan kecepatan putar, sumbu

putaran, dan titik asal putaran.

Setelah geometri selesai dibuat, perlu dilakukan proses meshing (membagi

volume menjadi bagian-bagian kecil) agar dapat dianalisis pada program

CFD. Ukuran mesh yang terdapat pada suatu objek akan mempengaruhi

ketelitian dan daya komputasi analisis CFD. Semakin kecil/halus mesh yang

dibuat, maka hasil yang didapatkan akan semakin teliti, namun dibutuhkan

daya komputasi yang makin besar.

13
II.4.3. Mengimpor Model dan Memeriksa Mesh

Model yang telah dibuat di GAMBIT harus dibuka di FLUENT untuk

melakukan simulasi yang diinginkan. Proses membuka model dapat dilakukan

dengan perintah:

File Read Case

File yang dapat dibuka adalah file dengan ekstensi *.msh dan *.cas. File

dengan ekstensi *.msh adalah file model yang telah di-mesh. File dengan

ekstensi *.cas adalah file kasus berisi model dan berbagai parameter simulasi

yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah berhasil membaca file model, mesh

yang ada harus dicek terlebih dahulu. Proses pengecekan dilakukan dengan

perintah:

Grid Check

Apabila tidak terdapat pesan error pada konsol FLUENT atau nilai

minimum volume adalah negatif, maka proses dapat dilanjutkan. Selain itu,

perlu juga geometri dikembalikan ke skala dasar pada saat pembuatan, yaitu

dengan perintah:

Grid Scale

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tujuan Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat untuk intensitas

turbulensi yang lebih kecil dari desain terowongan angin sederhana, sehingga

terowongan angin sederhana ini dapat digunakan dalam pengujian aerodinamika

di laboratorium.

III.2. Waktu dan Tempat Penelitian

III.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan September hingga Desember 2015.

III.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanik, Prodi Fisika, Universitas Negeri

Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur.

III.3. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:

1. Blower

Blower yang digunakan berjumlah 3 baling dengan penggerak motor listrik

yang spesifikasi putarannya 1400 rpm, daya 550 W dan tegangan 220 V.

15
Gambar 3.1. Extra Low Noise Drum Blower

2. Settling chamber

Dalam pengujian wind tunnel yang terbuat dari plat besi 2 mm dan panjang

135 cm ini, digunakan settling chamber dengan bentuk lingkaran, seperti pada

Gambar 3.2. Bagian dalam settling chamber dicat dan dipernis untuk

mengurangi gesekan permukaan, sehingga dapat mengurangi terjadinya

turbulensi di daerah permukaan. Honeycomb berbentuk lingkaran. Contraction

cone juga dicat dan dipernis untuk mengurangi gesekan permukaan.

Gambar 3.2. Gambar 3.3.


Settling Chamber dan Contraction Cone Honeycomb
3. Seksi uji (test section)

Pada test section ini karena menyatu dengan contraction cone, maka

bentuknya pun mengikuti bentuk lingkaran. Dibagian kirinya terdapat celah

16
yang terbuat dari akrilik untuk memasukkan benda uji dan anemometer,

sehingga mempermudah proses pengambilan data kecepatan angin.

Gambar 3.4. Test section

4. Diffuser

Pada diffuser, karena menyatu dengan test section, maka bentuknya pun

mengikuti bentuk lingkaran. Diffuser ini dilapisi cat dan dipernis untuk

mengurangi gesekan permukaan.

Gambar 3.5. Diffuser

5. Anemometer

Untuk mengukur kecepatan udara dalam wind tunnel, anemometer yang

digunakan dalam pengujian ini adalah anemometer digital Lutron ABH-4224

dengan spesifikasi sebagai berikut:


17
Cup Vane: 135 mm dia

LCD size: 28 mm x 19 mm

Air Velocity Range: 0.9-35.0 m/s

Accuracy: ± (2%+0.2 m/s)

Air Temperature Range: 00C-500C

Power Current: Approx DC 8.3 mA

Power Supply: DC 1.5 V battery

Gambar 3.6. Anemometer

6. Pipa aluminium

7. Jepit Statif

8. Penggaris

III.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan

pengembangan (research and development). Dalam penelitian ini dikembangkan

sistem wind tunnel-open circuit dengan memvariasikan diameter honeycomb pada

settling chamber. Hal ini diawali dengan membandingkan hasil dari variasi ukuran

18
diameter honeycomb dari ukuran diameter d1 = 6 mm, d2 = 8.5 mm dan d3 = 18

mm.

III.5. Desain Alat Penelitian

Pada penelitian desain terowongan angin sirkuit terbuka dengan bagian-bagiannya

ini sama dengan terowongan angin yang telah didesain oleh Christin Stefphanie,

penggunaan tiga buah variasi diameter honeycomb merupakan hal yang menjadi

pengembangan rancangan alat penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Berikut desain penelitian yang akan dilakukan;

Diperbesar

Gambar 3.7. Honeycomb d = 6 mm

Diperbesar

Gambar 3.8. Honeycomb d = 8.5 mm


19
Diperbesar

Gambar 3.9. Honeycomb d = 18 mm

Gambar 3.10. Desain Terowongan Angin tampak Samping

Gambar 3.11. Desain Terowongan Angin tampak Depan Outlet

20
III.6. Prosedur Penelitian
III.6.1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi literatur

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan honeycomb d = 6 mm,


8.5 mm, 18 mm

Pengujian honeycomb
pada terowongan angin Data hasil uji

Perhitungan
Mengukur kecepatan angin
dengan anemometer pada 9 titik
\ di test section sebanyak 10x
Pembuatan simulasi aliran angin
ditiap titiknya dengan menggunakan program
CFD

Analisa data

Kesimpulan

Selesai

Diagram 3.1. Diagram Alir Penelitian

21
Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir penelitian pada gambar di

atas:

1. Studi literatur

Mempelajari jenis-jenis dan bagian-bagian terowongan angin, jenis aliran

udara, dan cara kerja analisa CFD.

2. Tahap penelitian

Menyiapkan terowongan angin dan peralatan pengujian (anemometer, jepit

statif), membuat honeycomb dengan tiga variasi diameter dari pipa aluminium,

memasang anemometer pada test section secara bergantian di sembilan titik

yang telah ditentukan, menyalakan fan wind tunnel, mencatat data kecepatan

angin yang telah terekam pada anemometer. Mengulangi langkah pemasangan

anemometer sampai pencatatan data pada anemometer dengan 10 data

kecepatan angin dengan selang waktu 10 detik untuk setiap data pada

honeycomb d = 6 mm, 8.5 mm dan 18 mm.

3. Data hasil uji

Data hasil uji berupa kecepatan angin dalam satuan yang telah dikoversikan

dari rpm ke m/s pada anemometer.

4. Perhitungan

Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan nilai intensitas turbulensi dengan

menggunakan data-data yang telah didapatkan.

5. Pembuatan simulasi menggunakan CFD

22
Simulasi terowongan angin dilakukan untuk memahami lebih dalam mengenai

karakteristik aliran angin yang dihasilkan terowongan angin dengan melihat

hasil berupa grafik, vektor, dan konturnya.

6. Analisa data

Melakukan analisa data yang diperoleh dari perhitungan maupun simulasi

untuk mengetahui nilai intensitas turbulensi.

7. Kesimpulan

Menarik kesimpulan dari perhitungan yang telah dilakukan.

Secara garis besar, prosedur pemodelan dengan perangkat lunak FLUENT

dapat dilihat pada Diagram 3.2.

Diagram 3.2. Diagram Alir Pemodelan Menggunakan FLUENT

23
III.6.2. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan

mengumpulkan data dari setiap hasil yang terjadi melalui eksperimen secara

langsung. Tujuan menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk mendapatkan

gambaran sifat keadaan tertentu yang masih berjalan pada saat penelitian

dilakukan dan menganalisa manakah dari tiga variasi diameter honeycomb

tersebut yang menghasilkan intensitas turbulensi yang sangat kecil sehingga dapat

diketahui kualitas aliran pada terowongan angin tersebut. Kajian tersebut akan

dianalisa serta ditentukan dalam bentuk grafik dan ditarik kesimpulan.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisa Intensitas Turbulensi

Data pengujian ini diambil dari 9 titik pengujian di test section yang pada masing-

masing titik diambil 10 sampel data yang terbaca pada anemometer dengan range

waktu pengambilan data kecepatan ialah 10s.

Tabel 1 memberikan informasi kepada kita data koordinat 9 titik di area test

section yang dari tiap titik akan diukur kecepatan angin yang dihasilkan.

Tabel 1. Koordinat Titik Pengambilan Data Kecepatan Angin


Titik (cm)

Koordinat a b c d e F g h i

x -16 0 16 -16 0 16 -16 0 16

y 13 13 13 0 0 0 -13 -13 -13

Tabel 2. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin Dengan
Diameter Honeycomb = 18 mm
No. v angin (m/s)
a b c d e f g h i
1. 11.4 11.6 10.9 6.4 11.1 13.4 12.9 10 11.2

2. 11.4 11.5 10.9 6.4 11.2 13.6 12.9 10 11.1

3. 11.3 11.6 11 6.4 11.3 13.4 12.9 10.1 11

4. 11.4 11.7 11.1 6.4 11.2 13.4 12.9 9.9 11.1

5. 11.4 11.7 11 6.5 11.1 13.3 12.8 10 11

6. 11.4 11.9 11 6.4 11.2 13.3 12.8 9.9 11.1

7. 11.5 11.7 10.7 6.5 11.2 13.3 12.9 10 11.1

8. 11.4 11.8 11.1 6.5 11.1 13.4 12.9 10 11.1

9. 11.3 11.7 11 6.4 11.2 13.4 12.8 10 11

10. 11.3 11.6 11.1 6.4 11.1 13.5 12.7 10 11

25
Hasil tabel 2. adalah hasil pengambilan data kecepatan angin yang diperoleh

dari tiap titik, dengan tiap titiknya diambil 10 data kecepatan angin. Dari data

tersebut dapat dilihat perubahan kecepatan angin yang cukup signifikan pada

beberapa titik pengambilan data. Perubahan nilai kecepatan angin yang cukup

besar mengindikasikan adanya kecepeatan angin yang besar pula. Fluktuasi

kecepatan angin pada test section dapat dilihat pada gambar 4.1.

Untuk membuktikan besarnya intensitas turbulensi, data kecepatan angin yang

sudah diperoleh diolah ke dalam persamaan (1). Dari pengolahan data diperoleh

dan = 10.9944, sehingga didapatkan nilai intensitas turbulensi I =

0.17092.

Tabel 3. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin Dengan
Diameter Honeycomb = 8.5 mm
No. v angin (m/s)
a b c d e f g h i
1. 8.8 9.6 10.1 7.5 7.1 10.1 11.3 6.1 8.6

2. 8.9 9.6 10 7.5 7.2 10.1 11.3 6.2 8.6

3. 8.8 9.5 10 7.5 6.9 10 11.4 6 8.7

4. 8.8 9.5 10 7.4 6.9 10.1 11.3 6.1 8.6

5. 9 9.6 10.2 7.4 6.9 10 11.3 6.2 8.6

6. 8.8 9.5 10 7.4 6.9 10 11.3 6.5 8.7

7. 9 9.5 10.2 7.5 7 10 11.4 6 8.7

8. 8.8 9.5 10.1 7.4 6.9 10 11.3 6.2 8.6

9. 8.9 9.6 10 7.4 7 10 11.2 6 8.7

10. 8.9 9.5 10 7.5 6.9 10 11.2 6.2 8.7

Dari pengolahan data pada diameter honeycomb 8.5 mm ini, diperoleh

dan , sehingga didapatkan nilai intensitas turbulensi I =

26
0.1781. Nilai intensitas turbulensi yang dihasilkan oleh terowongan angin ini

hampir sama dengan nilai intensitas turbulensi terowongan angin pada honeycomb

18 mm. Ini terjadi karena ketebalan material honeycomb yang digunakan berbeda

(lih Lampiran 10 dan 11).

Tabel 4. Data Kecepatan Angin pada Test Section Terowongan Angin Dengan
Diameter Honeycomb = 6 mm
No. v angin (m/s)
a b c d e f g h i
1. 7.2 7.7 9 6.7 6.1 8.6 7.8 6.6 6.7

2. 7.4 7.7 8.9 6.9 6.1 8.6 7.6 6.5 6.6

3. 7.3 7.7 8.9 6.7 6.1 8.7 7.8 6.5 6.7

4. 7.3 7.7 8.9 6.7 6.1 8.6 7.7 6.5 6.7

5. 7.3 7.8 8.9 6.7 6.1 8.6 7.8 6.6 6.6

6. 7.4 7.8 9 6.8 6.2 8.6 7.8 6.5 6.6

7. 7.3 7.7 8.9 6.9 6.1 8.7 7.8 6.6 6.6

8. 7.3 7.6 9 6.8 6.2 8.6 7.7 6.4 6.7

9. 7.4 7.7 9 6.8 6.2 8.6 7.8 6.5 6.6

10. 7.3 7.7 8.9 6.7 6.3 8.5 7.8 6.6 6.6

Dari pengolahan data pada diameter honeycomb 6 mm ini, diperoleh

dan , sehingga didapatkan nilai intensitas turbulensi I =

0.1227. Dari hasil perhitungan intensitas turbulensi dari ketiga diameter

honeycomb ini dapat disimpulkan bahwa terowongan angin dengan honeycomb

yang berdiameter lebih kecil, intensitas turbulensi yang dihasilkan pun lebih kecil

dibandingkan dengan kondisi honeycomb yang berdiameter lebih besar. Ketika

aliran datang tidak uniform dari sisi inlet dalam arah normal dengan kecepatan

tertentu yang kemudian mengenai honeycomb, maka kecepatan aliran akan

berbelok lebih sejajar dengan arah normal dari honeycomb atau lebih sejajar
27
dengan aliran ke arah sumbu x. Dengan semakin kecilnya diameter honeycomb,

maka kecepatan setelah melewati honeycomb akan lebih uniform, sehingga

mengurangi fluktuasi kecepatan aliran dan juga akan mengurangi nilai intensitas

turbulensinya juga. Selain itu dihitung pula nilai intensitas turbulensi pada

masing-masing titik di terowongan angin ini, berikut adalah hasilnya:

Tabel 5. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d = 18 mm


Titik I
a 0.001757469
b 0.003073724
c 0.003540347
d 0.002375622
e 0.00191081
f 0.002224943
g 0.001740131
h 0.001796852
i 0.001928071
∑ 0.002260886

Tabel 6. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d = 8.5 mm


Titik I
a 0.002935081
b 0.001711733
c 0.002650762
d 0.002237136
e 0.004806253
f 0.001522956
g 0.001865651
h 0.009588128
i 0.001926782
∑ 0.003249387

28
Tabel 7. Nilai Intensitas Turbulensi di tiap Titik Terowongan Angin d = 6 mm
Titik I
a 0.00273224
b 0.002328217
c 0.001826614
d 0.003845519
e 0.003635883
f 0.002084849
g 0.002849334
h 0.003268568
i 0.002459327
∑ 0.002781172

Berikut adalah grafik hubungan nilai intensitas turbulensi per titik pada

terowongan angin di ketiga diameter honeycomb.

Intensitas Turbulensi per Titik pada Tiga Variasi Diameter


Honeycomb
0.035

0.03
Intensitas Turbulensi

0.025

0.02
d = 18 mm
0.015
d = 8.5 mm
0.01 d = 6 mm

0.005

0
0 2 4 6 8 10
Sembilan Titik Test Section

Gambar 4.1. Grafik Intensitas Turbulensi per Titik pada Ketiga Variasi Diameter
Honeycomb

Dari grafik terlihat pada titik 8 di diameter honeycomb 8.5 mm terjadi hasil

intensitas turbulensi yang sangat berbeda dengan titik-titik lainnya. Perbedaan ini

terjadi akibat banyakya aliran angin dari blower yang keluar dari terowongan

29
angin akibat ketidakpasan honeycomb dengan settling chamber terowongan angin

tersebut. Sehingga pada titik ini, aliran angin yang dihasilkan sangat tidak teratur

menyebar kemana-mana dan membuat intensitas turbulensinya menjadi besar juga

dibandingkan dengan titik yang lain. Dari grafik 4.1 ini juga dihitung rata-rata

intensitas turbulensi yang dihasilkannya. Berikut adalah gambar grafiknya.

Rata-rata Intensitas Turbulensi per Titik pada Tiga Variasi


Diameter Honeycomb
Rata-rata Intensitas Turbulensi per Titik

0.01

0.008

0.006
0.008343517 0.009748161
0.004

0.002 0.006782657

0
6
8
18

Diameter Honeycomb (mm)

Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Intensitas Turbulensi per Titik pada Ketiga Variasi
Diameter Honeycomb

Intensitas Turbulensi Keseluruhan


0.2
0.1781
0.17092
0.18
Nilai Intensitas Turbulensi

0.16
0.14 0.1227
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Diameter Honeycomb (mm)

Gambar 4.3. Grafik Intensitas Turbulensi Keseluruhan pada Ketiga Variasi Diameter
Honeycomb

30
Dari gambar grafik 4.3 terlihat bahwa intensitas turbulensi keseluruhan yang

dihasilkan antara terowongan angin dengan honeycomb berdiameter 6 mm, 8.5

mm dengan 18 mm sangat berbeda. Terowongan angin dengan honeycomb

berdiameter 6 mm, 8.5 mm memiliki pola fluktuasi yang hampir sama, terbukti

dari titik a-b, e-f, f-g, g-h, h-i, sedangkan jika dibandingkan dengan honeycomb

berdiameter 18 mm memiliki pola fluktuasi yang berbanding terbalik dengan

fluktuasi yang dihasilkan dengan honeycomb berdiameter 6 mm dan 8.5 mm. Ini

terjadi akibat ketebalan bahan material yang digunakan dalam pembuatan

honeycomb ini berbeda. Honeycomb berdiameter 6 mm dan 8.5 mm dibuat dari

pipa aluminium dengan ketebalan 1 mm, sedangkan honeycomb berdiameter 18

mm dibuat dari pipa paralon dengan ketebalan 3 mm.

Selain ketebalan bahan material honeycomb nya, hal lain yang memengaruhi

perbedaan ini yaitu waktu penelitannya. Penelitian terowongan angin dengan

honeycomb berdiameter 6 mm dan 8.5 mm dilakukan pada malam hari yaitu pada

pukul 20.00-21.30, sedangkan penelitian terowongan angin dengan honeycomb

berdiameter 18 mm dilakukan pada sore hari yaitu pada pukul 15.00-16.30.

Perbedaan waktu penelitian ini mengakibatkan rentang temperatur udara memiliki

perbedaan yang cukup besar, sehingga volume jenis udara berpengaruh dan

seharusnya tidak dapat dianggap konstan, dan akhirnya inilah yang menjadi

pengaruh besar terjadinya perbedaan fluktuasi antar diameter honeycomb 6 mm,

8.5 mm dengan 18 mm tersebut.

31
IV.2. Visualisasi Aliran

Di samping melakukan perhitungan intensitas turbulensi, dilakukan juga

pengujian visualisasi aliran. Visualisasi aliran dilakukan dengan menggunakan

dupa yang disusun pada test section di tiap titiknya, seperti terlihat pada gambar

4.4, sehingga pada saat terowongan angin terkena angin dapat terlihat pola aliran

di sekitar test section tersebut. Dari hasil visualisasi ini kemudian dilakukan

perbandingan hasil visualisasi percobaan dengan visualisasi dari referensi (lih

Gambar 2.11) untuk mengetahui jenis aliran yang terjadi.

Gambar 4.4. Instalasi Dupa pada Test Section

Adapun hasil dari visualisasi aliran udara pada test section dari ketiga variasi

diameter honeycomb, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d = 6 mm

32
Gambar 4.6. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d = 8.5 mm

Gambar 4.7. Visualisasi Aliran pada Test Section menggunakan Honeycomb d = 18 mm

Pada gambar tersebut dapat dilihat perbandingan visualisasi aliran antara

honeycomb berdiameter 6 mm, 8.5 mm dan 18 mm. Terlihat bahwa honeycomb

berdiameter 6 mm lebih menghasilkan asap dengan pola aliran berbentuk segaris

dengan pola yang rapi yang menunjukan bahwa aliran yang terjadi pada

terowongan angin honeycomb berdiameter 6 mm merupakan aliran yang sudah

hampir laminar dibandingkan honeycomb berdiameter 8.5 mm dan 18 mm.

33
IV.3. Analisa Simulasi CFD

Untuk mendapatkan data hasil simulasi yang dimodelkan dalam CFD, maka harus

diketahui beberapa parameter yang perlu diperhatikan;

• Diameter inlet = 56 cm • Panjang test section = 45 cm

• Panjang settling chamber = 45.25 cm • Diameter diffuser = 21.25 cm

• Diameter test section = 21.25 cm • Panjang diffuser = 45.25 cm

Seperti batasan masalah yang telah ditentukan bahwa nilai dari panjang

honeycomb adalah tetap yaitu 10 cm. Sedangkan untuk diameter honeycomb yang

dipakai adalah 6 mm, 8.5 mm dan 18 mm sebagai geometri awal.

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pada bagian settling chamber terdapat

kecepatan yang paling besar yang ditandai dengan warna merah, dimana daerah

tersebut merupakan frontal area atau dapat pula dikatakan tempat pertama aliran

udara masuk ke dalam terowongan angin. Terjadi pengecilan kecepatan yang

ditandai dengan warna kuning tipis dan hijau, perubahan tersebut dipengaruhi

karena adanya penyempitan ruang pada bagian nozzel.

Gambar 4.8. Contours of Velocity pada Honeycomb d = 6 mm

34
Gambar 4.9. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 6 mm

Gambar 4.10 dan gambar 4.11 menunjukkan hasil simulasi berupa kontur plot

velocity. Dari gambar tersebut terlihat bagaimana aliran fluida pada bagian tepi

dalam terowongan angin memiliki kecepatan yang rendah akibat adanya hambatan

berupa gaya gesek yang terjadi. Daerah yang terpengaruh dari efek gesekan

tersebut dinamakan lapisan batas (boundary layer). Dengan adanya pengaruh

gesekan tersebut membuat fluida mengalir seragam di luar boundary layer.

Berdasarkan kontur plot velocity tersebut, daerah boundary layer yang terjadi

kecil sehingga hal inilah yang membuat peningkatan kecepatan.

Gambar 4.10. Contours of Velocity pada Honeycomb d = 8.5 mm

35
Gambar 4.11. Contours of Velocity pada Sisi Lapisan Atas dan Bawah Terowongan
Angin pada Honeycomb d = 8.5 mm

Pada Gambar 4.12 dan gambar 4.13 memperlihatkan vektor aliran fluida. Dari

gambar tersebut kenaikan kecepatan maksimum berada pada sisi inlet yang

diperlihatkan dari gabungan warna merah dan kuning. Hal ini sesuai dengan

persamaan kontinuitas. Berdasarkan persamaan kontinuitas, untuk laju massa

yang tetap, semakin kecil luas penampang yang dilalui oleh fluida, maka

kecepatan yang mengalir pada penampang tersebut semakin besar.

Gambar 4.12. Velocity Vectors pada Honeycomb d = 18 mm

36
Gambar 4.13. Velocity Vectors pada Sisi Lapisan Atas, Tengah dan Bawah

Terowongan Angin pada Honeycomb d = 18 mm

37
BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang disampaikan pada hasil dan pembahasan di atas, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Adanya variasi diameter honeycomb ke ukuran yang lebih kecil mampu

memperkecil intensitas turbulensi yang dihasilkannya juga. Dari hasil tersebut

menunjukan bahwa terowongan angin telah dapat digunakan untuk pengujian

unjuk kerja turbin angin dengan ukuran turbin yang sesuai dengan ukuran test

section pada terowongan angin ini.

2. Foto-foto hasil penelitian visualisasi aliran menunjukkan bahwa variasi

honeycomb berdiameter 8.5 dan 18 mm menghasilkan ketidakteraturan asap

(turbulen), sedangkan honeycomb berdiameter 6 mm cenderung menghasilkan

aliran asap yang seragam (laminar).

3. Hasil komputasi yang dilakukan dengan program CFD menunjukkan adanya

kesamaan fluktuasi kecepatan aliran angin dengan hasil eksperimen yang ada.

Ini dapat dilihat dari warna yang menjadi indikator adanya fluktuasi kecepatan

aliran angin pada simulasi komputasi ini.

V.2. Saran

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini dan

mungkin berguna untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

38
1. Pengembangan terowongan angin pada bagian settling chamber dan blower

sangat diperlukan supaya angin yang dihasilkan blower tidak bayak mengalir

ke arah keluar.

2. Untuk meningkatkan akurasi pengukuran kecepatan, sebaiknya kecepatan

diukur dengan peralatan yang memilik ketelitian lebih tinggi seperti hot wire

anemometer atau pitot static tube yang dilengkapi dengan akusisi data untuk

merekam data hasil pengukuran.

3. Akan lebih baik jika dilengkapi smoke generator, sehingga visualisasi aliran

menggunakan asap dapat dihasilkan dengan lebih baik dan lebih jelas.

39
DAFTAR PUSTAKA

Agus Irawan. 2012. Analisis dan Simulasi Penggunaan Diffuser Pada Turbin

Angin Daerah Pemukiman Dengan Berbagai Variasi Geometri. Depok:

Universitas Indonesia.

Aurelius L.J. and Rofail A. W., Performance of Windtech’s slatted roof blockage

tolerant boundary layer wind tunnel in 3D flow, 9th AWES Workshop,

Townsville, 12-12 July, 2001.

Bradshaw P, Pankhurst RC. The design of low-speed terowongan angin. Progress

in Aeronautical Sciences. 1964; 61-69

Khayrullina. A,. Hoof,. Blocken. 2012. A Study on The Wind Energy Potential in

Passages Between Parallel Buildings. Eindhoven University of Technology:

Netherlands

Muchammad. 2006. Perhitungan Gaya Drag pada Benda Uji Pelat Persegi Datar

menggunakan Low Speed Wind Tunnel. Semarang: Universitas Diponegero.

Mulyadi, Muhamad. 2010. Analisis Aerodinamika pada Sayap Pesawat Terbang

dengan Menggunakan Software berbasis Computational Fluid Dynamics

(CFD). Jakarta: Universitas Gunadarma.

Natalia, Kristin. 2012. Studi Uji Coba Wind Turbine dengan Menggunakan Wind

Tunnel Sederhana. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Nguyen Q. 2014. Designing, Constructing and Testing of a Low Speed Open Jet

Wind Tunnel. Journal of Engineering Research and Applications. 243-246

40
Phillips, D. G. An Investigation on Diffuser Augmented Wind Turbine Design.

Auckland, New Zealand. Doctoral Thesis with the University of Auckland.

2003.

Stefphanie, Christin. 2014. Pengembangan Desain Terowongan Angin Sirkuit

Terbuka. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Utami, Handayani Sri. 2014. Pengembangan dan Analisa Keseragaman Aliran

Terowongan Angin Tipe Terbuka sebagai Sarana Pengujian Aerodinamika.

Semarang: Universitas Diponegero.

Wahyu, D., Purwanto. Analisa Variasi Geometri Terhadap Kinerja Diffuser pada

Diffuser Augmented Wind Turbine. ITS, Surabaya, 2011.

Wahyudi., Gatut, Rubiono, & Haris, Mujianto. (2014). Pengaruh Bentuk

Pengarah Angin (Deflector) terhadap Karakteristik Aerodinamis Kendaraan

Niaga (Truck). Banyuwangi: Universitas Banyuwangi.

Yuwono, Triyogi., Wawan, A. W, & Andi, Widodo. (2011). Studi Eksperimen

Pengurangan Intensitas Turbulensi dengan Penempatan Screen pada Open

Circuit Subsonic Wind Tunnel di Laboratorium Mekanika dan Mesin-mesin

Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

41
LAMPIRAN

Lampiran 1. Instalasi Terowongan Angin

1. Penempatan anemometer di titik a 2. Penempatan anemometer di titik b

3. Penempatan anemometer di titik c 4. Penempatan anemometer di titik d

5. Penempatan anemometer di titik e 6. Penempatan anemometer di titik f

42
7. Penempatan anemometer di titik g 8. Penempatan anemometer di titik h

9. Penempatan anemometer di titik i 10. Terowongan Angin dengan


Diameter Honeycomb = 18 mm

11. Terowongan Angin dengan Diameter 12. Terowongan Angin dengan


Honeycomb = 8.5 mm Diameter Honeycomb = 6 mm

43
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya yang bertandatangan di bawah ini, Mahasiswi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta:

Nama : Vina Agustina Gultom

No. Registrasi : 3225120227

Jurusan : Fisika

Program Studi : Fisika

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Desain Terowongan

Angin Sirkuit Terbuka Dengan Tiga Variasi Diameter Honeycomb” adalah:

1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang diperoleh

dari hasil penelitian pada bulan September 2015 sampai dengan bulan

Desember 2015.

2. Bukan merupakan duplikat skripsi yang pernah dibuat oleh orang lain atau

jiplakan karya tulis orang lain atau bukan terjemahan karya tulis orang

lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menanggung

segala akibat yag timbul jika pernyataan saya ini tidak benar.

Jakarta, Januari 2016

Vina Agustina Gultom

44
RIWAYAT HIDUP

Vina Agustina Gultom lahir di Bekasi, 10 Agustus 1994,

sebagai anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan

Dachler Waris Gultom dan Yetty Poibe Tobing. Penulis

menempuh pendidikan dasar di SDN Bojong Rawa Lumbu

XI dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN

16 Kota Bekasi. Kemudian pada tahun 2009-2012 penulis melanjutkan pendidikan

di SMAN 13 Kota Bekasi. Pada tahun yang sama dengan tahun kelulusan, penulis

diterima sebagai mahasiswi Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri

Jakarta melalui jalur Undangan. Perkuliahan tersebut ditempuh penulis dari tahun

2012 hingga lulus pada tahun 2016, dengan skripsi yang berjudul “Pengembangan

Desain Terowongan Angin Sirkuit Terbuka Dengan Tiga Variasi Diameter

Honeycomb”.

45

Anda mungkin juga menyukai