Anda di halaman 1dari 49

Mengukur Level dengan Pressure

By teknisiinstrument | 3 Agustus 2009


71 Comments
Level = Tinggi permukaan zat cair/padat
Pressure = Tekanan
Level merupakan parameter yang ada pada hampir setiap proses industri, ada banyak cara
mengukur level, yang paling sederhana adalah dengan menggunakan sight glass. Dengan
menggunakan sight glass, ketinggian dari liquid di dalam sebuah bejana/vesel akan secara fisik
terlihat, sehingga dengan membuat skala pada sight glass, kita dapat langsung menentukan berapa
persenkah tinggi permukaan cairan tersebut dari tinggi vessel/tangki/bejana.

Formatted: Font: (Default) Helvetica, 10.5 pt, Font color:


Custom Color(RGB(11,145,234)), Border: : (No border)

Bejana berhubungan

Pada gambar, sebuah tangki dihubungkan dengan sebuah selang transparan dengan memakai
skala 0-100% dari total tinggi tangki. Prinsip pengukuran level ini memanfaatkan sifat dari zat cair
yang akan mengisi semua ruang yang dia lewati pada bejana berhubungan. Ketinggian zat cair di
dalam tangkin akan sama dengan ketinggian zat cair yang berada pada selang transparan yang
berfungsi sebagai sight glass. Kita dapat langsung mengetahui ketinggian (level) zat cair yang
berada di dalam tangki dengan melihat ketinggian zat cair yang berada pada selang transparan
(sight glass) tersebut. Namun informasi ini hanya dapat disajikan langsung di lapangan, atau
langsung melihatnya dimana selang transparan tersebut terpasang. Metode pengukuran level ini
tergolong murah.

Tekanan Hidrosatik
Setiap zat cair yang menempati sebuah bejana/vessel/tangki, akan memiliki tekanan hidrostatik
yang besarnya sebanding dengan level zat cair tersebut, dengan asusmsi masa jenis (sg=specific
gravity)-nya tetap.
Formatted: Font: (Default) Helvetica, 10.5 pt, Font color:
Custom Color(RGB(11,145,234)), Border: : (No border)

Tekanan hidrostatik

Gambar di atas adalah sebuah tangki terbuka (permukaannya terhubung ke atmosfer), dimana disitu
akan bekerja tekanan P1 sebesar tekanan atmosfer, yang kemudian akan kita abaikan karena kita
akan mengukur tekanan “gauge”.
Asumsikan zat cairnya adalah air, dengan masa jenis ρ = 1000 kg/m³. Dengan ketinggian
permukaan dari dasar tangki tempat pengukuran tekanan adalah 10 meter. Maka tekanan P2 yang
bekerja pada pressure gauge adalah:

ρ = masa jenis air = 1000 kg/m³


g = gaya gravitasi bumi = 9,8 m/s²
h = ketinggian air dasar tanki = 10 m

P2 = ρ × g × h
P2= 1000 kg/m³ × 9,8 m/s² × 10 m
P2 = 98000 kg/m³ × m/s² × m
P2 = 98000 kgmm/m³s²
P2 = 98000 kgm/s²m²
P2 = 98000 Nm² –> Dikoreksi menjadi “N/m²”, terima kasih kepada Pak Rival Alexander atas
koreksinya
P2 = 98000 Pascal
P2 = 98 kilopascal = 14.2136983 PSI = 0.9993218887 kg/cm²
1 kilopascal = 0.1450377377 PSI (pound per square inch)
1 kilopascal = 0.01019716213 kg/cm²
Perhatikan table berikut ini:
Formatted: Font: (Default) Helvetica, 10.5 pt, Font color:
Custom Color(RGB(11,145,234)), Border: : (No border)

Tabel hasil perhitungan

Formatted: Font: (Default) Helvetica, 10.5 pt, Font color:


Custom Color(RGB(11,145,234)), Border: : (No border)

Grafik hubungan level dengan pressure

Dari tabel dan dari grafik, kita bisa melihat bahwa level (h) berbanding lurus dengan pressure (P),
sehingga dengan mengukur pressure pada titik dasar tangki, kita dapat mengetahui level dari air di
dalam tangki. Misalnya hasil pengukura presure pada dasar tangki, kita mendapat 4,2641 PSI, maka
dengan membalikkan perhitungan di atas, kita akan mendapatkan level sebesar 3 meter.

Bagaimana menyajikan level di DCS, PLC atau Controller?


Pressure gauge yang terpasang di dasar tanki tadi, bisa diganti dengan menggunakan sebuah
pressure transmitter yang dikalibrasi dengan rentang ukur (range) input 0 sampai 14,2137 PSI, biar
gampang (tidak direkomendasikan pada praktek di lapaangan), kita bulatkan menjadi 14PSI, dan
output, misalnya, 4-20 mA (mili ampere).
Formatted: Font: (Default) Helvetica, 10.5 pt, Font color:
Custom Color(RGB(11,145,234)), Border: : (No border)

representasi parameter (sinyal)

Sinyal 4-20 mA yang merepresentasikan sinyal input dari pressure transmitter—dalam contoh ini
transmitter dikalibrasi 0-14 PSI untuk output 4-20mA, diteruskan ke receiver yang bisa berupa DCS,
PLC ataupun controller, yang terhubung dengan station yang berfungsi sebagai MMI (Man-Machine
Interface) atau HMI (Human-Machine Interfacer), pada DCS, PLC ataupun controller, sinyal 4-20mA
tersebut di-scalling lagi menjadi bentuk engineering unit (meter) sehingga dengan variasi 0-10 meter
level pada tanki, bisa ditampilkan 0-10 meter (engineering unit) pada HMI/MMI.

Sehingga representasi sinyal secara keseluruhan menjadi:

1. 0-10 meter level dalam tangki


2. 0-14 PSI tekanan hidrostatik pada input trasmitter
3. 4-20mA sinyal transmisi pada input DCS, PLC, controller
4. di DCS, PLC, controller di-scalling menjadi engineering unit kembali (0-10 meter), dengan
tidak memperhatikan proses analog to digital conversion
1.5. Tampilan pada MMI/HMI dalam bentuk Engineering Unit (meter)

1. Pingback: Menentukan Range Differential Pressure Transmitter Untuk Mengukur Level « Teknisi
Instrument
2. Pingback: Dry Leg dan Wet Leg pada Level Transmitter « Teknisi Instrument

3. Anam13 Oktober 2010


apresiasi buat penulis teknisi instrument yang mau berbagi ilmu,sharing ilmunya. bnr2 bermanfaat
bagi para teknisi instrument junior yg notabene masih blm phm byk hal mengenai instrumentasi.
dilanjut ya Pak sharing2nya,insyaALLAH bisa menjadi amalan yg tak terputus. Aamiin.

Reply ↓

4. TeknisiInstrument Post author 13 Oktober 2010


Terima kasih buat apresiasinya. Semoga saja bermanfaat. Aamiin.. Makasih doanya.
btw, iki Cak Anam koncoku?

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

5. jaka30 November 2010


salam kenal ….

Reply ↓

6. arif vadhana22 Maret 2011


terimakasih buat writer. yang bpk smpaikan sngat berguna buat saya. kalau ada info/ilmu baru
tentang instrumensasi, saya harap bpk tdk segan2 untuk men-sharenya kmbali.

bravo..

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 24 Maret 2011


Pak Arif,
Kembali kasih Pak. Alhamdulillah kalau memang berguna. Insya Allah, kita usahakan untuk
sering update. Doakan saja semoga saya diberi kesempatan untuk bisa menulis.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

7. Haekal1 April 2011


wah sangat bermanfaat mas blognya, ijin blogroll ya, thx

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 1 April 2011


Salam kenal Mas Haekal,

Syukur kalo memang bermanfaat. Silakan, diijinkan.


Terima kasih udah mampir di blog ini.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

8. toni5 Mei 2011


Assalamu’alaikum..

Terimakasih ilmunya mas..


Mudah2an sampean sehat selalu sehingga tetep bisa berbagi sama kita2 yang masih awwam di
dunia instrument.

salam kenal
wathoni

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 5 Mei 2011


Wa alaikum salam.
Kembali kasih.
terima kasih juga atas doa dan dukungannya. Aamiin.

Reply ↓

9. dim16 September 2011


Terimakasih sharing-nya,

Btw, dari rumus P = ρ × g × h, berarti luas penampang tangki tidak berpengaruh pd tekanan.

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 16 September 2011


Pak Dim,
Berdasarkan pada rumus tekanan hidrostatik, luas penampang tidak berpengaruh.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

10. Soto Kemiri ( dapur pati ) / Waroeng krebet malang12 Februari 2012
Untuk settingan Range katakan lah seperti di atas level 0-10m dan pressure 14 psi. pertanyaan saya
jika level katakanlah sama 0-10m tetapi pressure 21 psi apa ada perubahan dalam settingan range
nya di transmitter gan. mohon balas ke email ,terimakasih sebelumnya? lukmanal78@yahoo.com
Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 12 Februari 2012


Dear Pak Lukmanal78,

Asumsi saya dari pertanyaan di atas, jika level 0-10m dan menghasilkan tekanan hidrostatik
0-21psi, berarti liquid dalam tangki lebih berat dari contoh di atas. Maka benar, transmtiter
harus dikalibrasi ulang untuk 0-21psi (0-100%) input dan 4-20mA (0-100%) output.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 12 Februari 2012


Email terkirim…

Reply ↓

11. ghilman5 Juli 2012


assalamualaikum kang,

sangat bermanfaat sekali untuk para fresh graduate. dengan penyampaian materi yang mudah
untuk dipahami. applause bwt penulis teknisiinstrument ini. lanjut terus sharing informasinya ya

kang. semoga tetap diberi kesehatan dan kesempatan untuk tetap sharing ilmu

*eh akang te alumni pembangunan gening.


salam kenal kang sy ghilman KP34 (instrument angkatan 34)

hatur nuhun

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 21 Juli 2012


Wa alaikum salam wrwb.
Kang Ghilmana kasih dukungan dan doanya, aamiin, semoga kita diberikan kesehatan.
Salam kenal kembali. saya angkatan 21

salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

12. juminda maisyitah10 Juli 2012


bagus sekali writer nya,,
semoga terus di update ya pak
kalau bisa tlg lgsg share ke email saya duunk pak
jumindam@yahoo.com

terima kasih
Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 21 Juli 2012


Terima kasih.
Semoga saya bisa update secara rutin. Terima kasih atas dukungannya.
Sebenarnya ada fasilitas untuk itu, setiap ada posting baru bisa dapat langganan kiriman
secara otomatis, silakan buka main page (https://www.teknisiinstrument.com/) kemudian cari
“Pendaftaran Email” pada side bar sebelah kanan, dan masukkan email Anda di situ. Insya
Allah setiap ada update akan terkirim.
Terima kasih, Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓
13. Ayat6 Februari 2013
Aslm,
Salam kenal kang,

Terima kasih sharing ilmu disemua postingnya.


Jadi tambah tahu & ngerti instrumentasi

Ijin copy dan ngunakan ilmu na ya.


Semoga makin sukses dan jadi amal baik dunia & akhirat

Wassalam,

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 14 Februari 2013


Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Ayat, salam kenal kembali.

Silakan di-copy, semuanya ilmu Allah untuk semua umat

Aamiin… terima kasih atas doanya.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

14. a. kholiq22 April 2013


assalamu’alaikum Wr. Wb.
terima kasih banyak gan atas sharing ilmunya, bisa donk di kirim via emai to akp072@gmail.com
thank’s for writer, semoga diberi kesehatan yg fit selalu sehingga bisa update terus tulisan tentang
instrumentnya gan
Wassalam

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 25 April 2013


Mas A. Kholiq,
Sama-sama, terima kasih juga sudah berkunjung dan menjadi teman diskusi.
Untuk langganan artikel, bisa mengisi email pada kolom yang tersedia, jika ada artikel baru,
insya Allah akan terkirim.

Aamiin, terima kasih doanya.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓
15. arifin2 Mei 2013
Assalamu’alaikum mas. makasih mas atas sharing ilmunya. Tapi sy ada mo nanya sikit ni
mas,masih ttg water level. Klu seandainya kita gunakan sistem dry contac/electroda. Bisa gak
pengoperasianya melalui plc? Mohon penjelasanya mas, terima kasih.

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 5 Mei 2013


Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kembali kasih Pak Arifin.
Maaf, sebelumnya saya mau meyakinkan, maksudnya yang dry contact atau electrode itu,
transmitter-nya? Atau level switch?

Kalau saya tidak salah tangkap, Pak Arifin menggunakan level switch dengan switch dry
contact dan sensornya adalah electrode, digital/discrete input dari PLC bisa menerima input
dari dry contact, dan umumnya memang menggunakan dry contact, karena power supply-
nya berasal dari PLC itu sendiri.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

16. Aan26 November 2013


Ass…

apakah luas penampang outputnya gak pengaruh terhadap tekanan…….

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 27 November 2013


Pak Aan,
menurut referensi yang pernah dibaca, pada tekanan hidrostatik, luas penampang tidak
berpengaruh [P=(masa jenis liquid)*(gaya gravitasi)*(ketinggian liquid)]. Tapi kalau sudah
bicara mengenai force (gaya) maka erat kaitannya dengan luas penampang (A) [F=P*A).

Ada beberapa referensi:


http://faculty.wwu.edu/vawter/PhysicsNet/Topics/Pressure/HydroStatic.html
http://tutorial.math.lamar.edu/Classes/CalcII/HydrostaticPressure.aspx
http://en.wikipedia.org/wiki/Fluid_statics
http://en.wikipedia.org/wiki/Pressure
Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

17. Aan28 November 2013


assalamu’alaikum Wr. Wb.
terima kasih banyak gan atas referensinya
segara tak pelajari lagi….ingat-ingat masa lalu nich…
suwun
Wassalam

Reply ↓

18. gugun5 Desember 2013


assalamu’alaikum wr,wb
salam kenal kang… ijin copy & ilmuna kang

wassalam

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 5 Desember 2013


Wa alaikum salam.
Mangga, silakan.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

19. Aan7 Desember 2013


Assalamu’alaikum mas….mau tanya lagi mas…
misalkan saya mau buat (emergency water) tandon air yang tekanan outputnya 3 bar…berarti
tingginya kurang lebih 30m kalau di lihat dari rumus P = ρ × g × h.
Kalau misalkan tingginya saya buat 15 m..kira2 bisa pa tidak ya….untuk mendapatkan tekanan
otuput 3 bar…mohon pencerahannya…
terima kasih.
Wassalam

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 8 Desember 2013


Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Aan, bisa saja dengan menggunakan external air pressure, misalnya dengan
compressor, dengan catatan tangkinya harus tertutup. Saya pernah melihat aplikasi seperti
itu. Bahkan hanya dengan tangki yang kurang dari 10m. Dengan kata lain, tangki airnya
ditekan oleh tekanan luar dari kompresor udara.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

20. Aan9 Desember 2013


assalamualaikum mas….
terima kasih atas pencerahannya. Sebelumnya saya minta maaf kalau yang saya tanyakan kemarin
kurang spesifik…
Iya mas saya lupa…Tandon yang rencana saya buat ini untuk emergency water di tempat saya
bekerja.yang di butuhkan output pressure 3bar selama 10 menit dengan debit 75m3/jam.
mohon pencerahannya mas…terima kasih

Wassalam

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 28 Desember 2013


Pak Aan,
Menurut saya lebih practicable menggunakan tangki bertekanan, tidak memerlukan tangki
yang terlalu tinggi, hanya saja memerlukan tekanan udara dari luar (misalnya kompresor).
Karena hukum hidrosatatik tidak bisa diganggu gugat, untuk mendapatkan tekanan 3 bar, ya
perlu sekitar 30 meter ketinggian air.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

21. Aan7 Januari 2014


assalamualaikum mas….
terima kasih banyak atas pencerahannya mas…
Semoga makin sukses dan jadi amal baik dunia & akhirat…amiiiin

Wassalam

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 7 Januari 2014


Wa ‘alaikum salam wrwb.
Sama-sama Pak…
aamiin..
Terima kasih doanya.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

22. nurhidayanto099 Mei 2014


terimakasih.. hhee

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 6 Juni 2014


Kembali kasih
Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

23. Havizul5 Juni 2014


Terima kasih atas sharing nya.
Btw di Jakarta / Pulau Jawa / Indonesia, toko yang menjual Sensor Pressure Transmitter dimana ya
?
Saya mau mencoba membuat Alat Water Level Monitoring untuk aplikasi Air Di Kanal & Di Sungai.

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 6 Juni 2014


Kembali kasih.

Wah… mohon maaf, TeknisiInstrument kurang tahu tempat penjual transmitter dimaksud.
Coba di sini:
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=ASKRU4a6L8Lq8AXtooCwBg#q=jual+level+tra
nsmitter
Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

1. wahyudi10 Februari 2015


assalamualaikum pak..
senang skali sy bs belajar dr bpk . basic sy adl instrumentasi tapi sy bkn praktisi
sperti bpk. sy marketing di perusahaan dg produk slh satunya adl produk
instrumentasi .tpat nya field instrument untuk level , pressure , temperature , flow..

sekali lgi slm knal pak…

mkn bagi rekan2 yg mmbutuhkan produk level pressure temperature flow baik
indicator . switch dan transmitter bs sy bantu..

bisa ke http://www.arita.co.id
terimakasih pak..

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 10 Februari 2015


Wa ‘alaikum salam wrwb
Salam kenal kembali.

Semoga produknya laku

Salam,
TeknisiInstrument
Reply ↓

2. havizul4 Maret 2015


Mas Wahyudi berapa harga Pressure Transmitter / Pressure Tranducer yang
biasa digunakan untuk mengukur ketinggian level air di kanal/sungai/sumur ?

Thanks

Reply ↓

3. havizul4 Maret 2015


Mas Wahyudi,

Berikut email saya :


havizul[at]gmail.com

Reply ↓

2. havizulHavizul25 Juli 2015


Assalamu’alaikum,

Mas mau tanya lagi.


Saya memiliki Pressure Transmitter dengan Spesifikasi sebagai berikut :

Working Voltage:5.0 VDC


Output Voltage:0.5-4.5 VDC
Sensor material:Carbon steel alloy
Working Current:<=10 mA
Working Pressure Range:0-1.2 MPa
The Biggest Pressure:2.4 MPa
Destroy Pressure:3.0 MPa
Working TEMP. Range:0-85 Celsius Degree
Storage Temperature Range:0-100 Celsius Degree
Measuring Error:± 1.5 %FSO
Temperature Range Error:± 3.5 %FSO
Response Time:<=2.0 ms
Cycle Life:500,000 pcs

Apakah dengan spesifikasi diatas saya bisa menggunakan pressure transmitter


tersebut untuk mengukur fluktuasi level air sungai dengan range pengukuran 0cm –
400cm dengan akurasi 0,5cm ?

Berdasarkan perhitungan saya, Range Pengukuran 0cm – 400cm dengan akurasi


0,5cm, maka akan memiliki resolusi sebesar 800 (400cm/0,5cm). Sehingga Output
Voltage 0,5-4,5Vdc dari pressure transmitter harus bisa menampilkan output signal
per 5mV untuk 0,5cm. Didapat dari Range Output Voltage = 4,5V-0,5V = 4Vdc.
Untuk resolusi 800, maka sensor harus memiliki sensitifitas 4Vdc/800 = 0,005V =
5mVdc.

Apakah dengan spesifikasi pressure transmitter seperti diatas, sensor pressure


transmitter tersebut bisa merepresentasikan jarak 0-400cm (0-5,6855 Psi) untuk
0,5Vdc – 4,5Vdc ?
Dan apakah dengan spesifikasi diatas, Sensor Pressure Transmitter bisa
menampilkan tegangan per 5mV (resolusi = 800) ?
Dan apakah parameter Measuring Error:± 1.5 %FSO dari spesifikasi diatas adalah
menunjukkan tingkat akurasi pengukurannya ? Kalau ya, lantas berapa cm kah
akurasi pengukurannya untuk range 0cm-400cm ? Dan berapakah resolusi
pengukuran yang mampu ditampilkan oleh Pressure Transmitter tersebut ?

Mohon Bantuannya. Saya yakin mas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
cukup memadai untuk kasus ini.

Terima kasih mas.

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 28 Juli 2015


Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Mas/Mbak havizulHa,
Salam kenal.

Kita coba lihat Working Pressure Range-nya, yaitu 0-1,2mPa, ini sama
dengan 0-12236.6 cmH2O, sedangkan Mas/Mbak havizulHa akan mengukur
tekanan hidrostatik air sungai dengan ketinggian maksimum 400cm. Air
dengan ketinggian 400cm akan menghasilkan tekanan hidrostatis sebesar
400cmH2O (atau 0.0392266 mPa), atau sekitar 3,27% dari range aslinya.
Menurut saya, transmitter yang disebutkan di atas, memiliki range (working
pressure range) terlalu besar untuk mengukur tekanan hidrostatik 0-
400cmH2O (atau 0.0392266 mPa).
Coba saja kalibrasi transmitter tersebut untuk range 0-400cmH2O (atau
0.0392266 mPa). Biasanya, untuk transmitter yang digital (memiliki fitur
HART), akan ada limit/batas untuk re-range, dan akan menolak untuk di-re-
range di luar batasnya.
Kalaupun misalanya bisa dikalibrasi menjadi 0-400cmH2O (atau 0.0392266
mPa), kemungkinan besar bacaannya akan kurang bagus (kurang akurat,
kurang sensitif).

Misalnya transmitter tidak di-re-range, tetap menggunakan range 0-1,2mPa,


maka bacaan pada saat ketinggian air maksimum (400cm) adalah (((4,5-
0,5)/(1,2-0))*(0.0392266 mPa)) + 0,5 = 0.630755333 volt atau sekitar 3,27%
dari full scale output (%FSO). Belum lagi ada kontribusi mesauring error
sebesar 1.5 %FSO, bisa jadi bacaan output menjadi 3,27-1,5 = 1.77% atau
3,27+1,5 = 4,77% (seharusnya 3,27%).
Ditambah lagi dengan temperature range error yang menurut spesifikasi ±
3.5 %FSO. Dengan mempertimbangkan measuring error dan temperature
range error, bisa saja transmitter tidak akan mengeluarkan output pada saat
ketinggian air 400cm.

Ya, Measuring Error: ± 1.5 %FSO menunjukkan akurasi dari transmitter


tersebut.
Kalau memungkinkan, bisa menggantinya dengan transmitter dengan
working pressure range 0- 0.06 mPa (atau 0-60000 Pascal, atau 0-60kPa)

Semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

2. havizul29 Juli 2015


Mas terima kasih atas jawabannya.

Btw, jawaban mas dibawah comment saya (havizulHa) gak bisa sy reply
karena gak ada link click replynya, jadi sy reply dari comment sy sebelumnya
ini.

Saya sudah coba utk memahami apa yang mas sampaikan/jelaskan.


Kesimpulannya adalah Pressure Transmitter yang saya miliki tidak cocok
untuk Monitoring Water Level. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya.

Sekarang saya akan membeli sebuah Pressure Transmitter lagi untuk


monitoring ketinggian (level) air kanal dengan kedalaman 0-200cm dan
sensor harus mengirim sinyal output setiap perubahan level air per 1cm.
Terus terang saya akan menggunakan merk GLT500 buatan china. Apakah
Pressure Transmitter dengan spesifikasi berikut ini cocok digunakan ?

Technical Specifications GLT500 :


pressure range 0~0.5m…200mH2O 0~0.1bar…20bar
pressure type Gauge
output signal 0.5-4.5V
power supply 5V
compensated temperature range 10~70°C
operating temperature range -40~125°C
storage temperature range -40~125°C
Temperature effect on Zero ±1.5%FS
Temperature effect on Span ±1.5%FS
over pressure 150%FS
Mechanical Vibration 20g(20-5000HZ)
Shock/Impact 100g(11ms)
Comprehensive error ±0.5%FS
long-term stability ±0.2%FS/year
Insulation 100MΩ/250VDC
protection Ip68
weight 0.6kg(with 5m cable)
Note : 1Bar=14.5PSI,1PSI=6.89kPa

Saya akan meminta kepada produsennya untuk Pressure Range = 0-2m.


Apakah sekarang sensor tersebut cocok untuk digunakan mengukur
perubahan ketinggian air/sungai dalam range 0-200cm ?

Mohon pencerahannya mas.


Dan 1 lagi mas hal yang menurut saya penting.
Saya akan membenamkan sensor ini kedalam air sedalam 200cm disaat air
sungai pasang / dalam ketinggian maksimum.
Jadi pengukuran saya adalah kedalaman 200cm dari permukaan air, bukan
200cm dari dasar air / sungai.
Bisa saja air sungai tersebut memiliki kedalaman 400cm dari dasar ke
permukaannya saat air pasang, tetapi yang saya lakukan adalah mengukur
tekanan air sedalam 200cm dari dasar permukaan, jadi sensornya
mengambang di tengah.
Bagaimanakah metode pengukuran yang benar untuk hal ini ?

Terima kasih

Reply ↓

3. TeknisiInstrument Post author 31 Juli 2015


Mas/Mbak havizulHa,

Saya sudah coba utk memahami apa yang mas sampaikan/jelaskan.


Kesimpulannya adalah Pressure Transmitter yang saya miliki tidak cocok
untuk Monitoring Water Level. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya.

–> Kesimpulannya betul Sama-sama.

Sekarang saya akan membeli sebuah Pressure Transmitter lagi untuk


monitoring ketinggian (level) air kanal dengan kedalaman 0-200cm dan
sensor harus mengirim sinyal output setiap perubahan level air per 1cm.
Terus terang saya akan menggunakan merk GLT500 buatan china. Apakah
Pressure Transmitter dengan spesifikasi berikut ini cocok digunakan ?

—> Apakah transmitter yang akan digunakan seperti yang pada link berikut:
http://f02.s.alicdn.com/kf/HLB1Fq9jHFXXXXbEXpXX.PRXFXXXo.pdf
Jika ya, secara konstruksi cocok, karena menurut datasheet-nya, transmitter
tersebut dirancang sebagai submersible transmitter alias bisa direndam
dalam air.
Namun ada baiknya dicari installation manual-nya untuk meyakinkan
bagaimana cara memasangnya yang benar.

Untuk range-nya, sebaiknya jangan terlalu mepet dengan rentang ukur aktual
yang akan diukur nantinya, 0-2m (0-200cm), mungkin bisa 0-2,5m (0-250cm)
atau 0-3m (0-300cm). Hal ini maksudnya untuk mengakomodasi bilamana
terjadi level air yang lebih dari 200cm.

Oh ya, transmitter itu akan mengirimkan sinyal analog (yang dipilih oleh
Mas/Mbak havizulHa adalah tegangan) yang linear dengan tekanan yang
dideteksi oleh sensor/detector-nya, jadi perubahan sekecil apapun, jika
masuk ke dalam range akurasinya, maka akan terdeteksi dan mengirimkan
sinyal yang benar-benar analog.
Dan 1 lagi mas hal yang menurut saya penting.
Saya akan membenamkan sensor ini kedalam air sedalam 200cm disaat air
sungai pasang / dalam ketinggian maksimum.
Jadi pengukuran saya adalah kedalaman 200cm dari permukaan air, bukan
200cm dari dasar air / sungai.
Bisa saja air sungai tersebut memiliki kedalaman 400cm dari dasar ke
permukaannya saat air pasang, tetapi yang saya lakukan adalah mengukur
tekanan air sedalam 200cm dari dasar permukaan, jadi sensornya
mengambang di tengah.
Bagaimanakah metode pengukuran yang benar untuk hal ini ?

–> Sudah terjawab di atas

Oh ya, kalau boleh tahu, output dari transmitter ini dikirim ke alat apa?
apakah PLC, Microcontroller, Indicator atau alat apa?

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

4. havizul4 Agustus 2015


“—> Apakah transmitter yang akan digunakan seperti yang pada link berikut:
http://f02.s.alicdn.com/kf/HLB1Fq9jHFXXXXbEXpXX.PRXFXXXo.pdf”
Benar mas, seperti ini. Dan implementasi nya kalau di sungai/danau di
benamkan ke dalam air beserta dengan pipa disekelilingnya sepanjang
sensor.

“Oh ya, kalau boleh tahu, output dari transmitter ini dikirim ke alat apa?
apakah PLC, Microcontroller, Indicator atau alat apa?”

Mas, output dari pressure transmitter tersebut akan diberikan ke Arduino


dengan 10bit ADC.

Terima kasih mas

Reply ↓

5. havizul4 Agustus 2015


“—> Apakah transmitter yang akan digunakan seperti yang pada link berikut:
http://f02.s.alicdn.com/kf/HLB1Fq9jHFXXXXbEXpXX.PRXFXXXo.pdf”
Benar Om yang kayak gini.
Sampean jual dong mas yang kayak gini atau merk lain yang sebanding.
Saya mau beli.

He..he..

Thanks

Reply ↓
6. TeknisiInstrument Post author 16 Agustus 2015
Pak Havizul,
Mohon maaf, saya tidak menjual barang hehehe.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

24. purwanto3 Maret 2015


assalamualaikum pak..
senang skali sy bs belajar dr bpk. saya bekerja di terminal LPG, yang mau saya tanyakan setiap kali
melakukan pengukuran antara level atg dengan sight glass pada tanki timbun lpg, perbedaan
levelnya cukup jauh kurang lebih 1 meter, penyebabnya apa pak kira-kira, terima kasih, salam kenal
pak

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 3 Maret 2015


Wa ‘alaikum salam wrwb.

Pak Putwanto, senang berkenalan dengan Anda


ATG-nya pakai jenis apa ya Pak? Apakah sudah coba mengkalibrasi ATG-nya?
Untuk sight glass, apakah sudah coba diperiksa isolation valve-nya,? Mungkin isolation
valve-nya kotor atau tersumbat dengan benda asing. Coba bersihkan juga kolom pada sight
glass-nya, mungkin ada benda asing yang menghalangi salirannya.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

1. purwanto25 Agustus 2015


assalamualaikum pak..
maaf mau nyambung lagi yang tempo hari saya tanyakan, untuk merk atg kami pakai
proservo endress hauser setiap tahun kami kalibrasi, dan kami sudah mencoba
membersihan valve dan pelampung sight glass, tetapi masih ada perbedaan bacaan
antara 250 mm s/d 650 mm.

terima kasih pak.

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 25 Agustus 2015


Wa ‘alaikum salam wrwb
Pak purwanto, Terus terang, TeknisiInstrument belum pernah menangani
level transmitter merk dan tipe tersebut.
Apakah sudah dilakukan calibration check?
Apakah deviasinya tersebut linear? misalnya dari 0% s/d 100%, deviasinya
berada di kisaran 250 mm s/d 650 mm, seperti yang Bapak sebutkan? Jika
ya, kemunkinan drifting, dan biasanya bisa di-trim untuk mengurangi deviasi.
Sensing element-nya, apakah memakai displacer? Jika ya, mungkin perlu
diperiksa kembali, apakah SG-nya sudah cocok dengan liquid yang diukur?
Ada displacer yang bisa diganti-ganti untuk menyesuaikan SG, atau ada
yang bisa dikonfigurasi (atau di setting sebagai initial calibration).

Oh ya, coba lakukan calibration check pada lima titik (0%, 25%, 50% 75%
dan 100%) apakah linear. Jika tidak linear, kemungkinan ada masalah di
mechanical linkage atau pendeteksi geraknya.

Mohon maaf tidak bisa membantu banyak.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

25. Rival Alexander7 Oktober 2015


maaf P2 = 98000 Nmm atau N/mm

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 7 Oktober 2015


Pak Rival Alexander,

Salam kenal.
Betul sekali, terjadi kesalahan ketik, seperti yang diberitahukan oleh Pak Rival Alexander,
seharusnya 98000 N/m² bukan Nm².
Luar biasa, Anda teliti sekali (y)
Tulisannya sudah dibetulkan.
Terima kasih atas koreksinya.

Salam,
teknisiInstrument

Reply ↓

26. Tulus12 Oktober 2015


Dear rekan2…

Salam kenal. Saya Tulus.


Saya mempunyai produk Huba control made in Swiss. meliputi pressure transmitter, pressure level
transmitter, differential pressure transmitter, pressure switch. Produk kami sudah banyak dipakai di
industri HVAC, Pump, Chiller, Water treatment, Boiler, dsb. Apabila rekan2 membutuhkan Pressure
transmitter bisa hubungi saya,
tulus.s@supratechnic.co.id
Reply ↓

27. haris4 Desember 2015


Terima kasih Teknisi instrument untuk share infonya
sangat bermanfaat. Semoga menjadi amal jariyah panjenengan.
Saya mau tanya barangkali mengetahui untuk teknologi terkini adakah
lever monitoring unit yang bisa diaplikasikan tanpa harus membuat/menggunakan
lubang/nozzle pada body tangki,
(hanya menempelkan sensor pada body tangki)

Salam,
Haris

Reply ↓

1. TeknisiInstrument Post author 5 Desember 2015


Pak Haris,
Aamiin. Terima kasih doanya.

TeknisiInstrument pernah dengar mengenai teknologi non-invasive untuk mengukur level


dengan tidak mengubah bentuk vessel. Konon dengan ultrasonic clamp-on. Terus terang,
TeknisiInstrument-pun belum tahu banyak mengenai hal itu, belum dapat referensi hehe.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

28. Canderif Amsal4 Maret 2016


Hallo Pak, Salam Kenal.. Mau nanya pak, skarang saya lagi pkl tolong sarannya pak yg bagus untuk
judul laporan Mengkalibrasi pressure gauge atau Mengkalibrasi Transmitter tolong sarannya pak..
atau gak yang bagus judul laporan mengenai Instrument Kalibrasi apa pak? Mohon Sarannya pak.

Reply ↓

1. teknisiinstrument Post author 4 Maret 2016


Kang Canderif Amsal,
Salam kenal kembali.
Menurut saya, coba pilih mana yang paling dipahami dan dikuasai. Karena dengan
memahaminya, kita bisa dengan mudah menuangkannya ke dalam bentuk laporan/skripsi
bahkan dengan bahasa sendiri.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

29. Canderif Amsal18 Maret 2016


Hallo Mas,
saya mau nanya, mas ada bahan/modul teori tentang pressure gauge gk mas?
Klw ad mohon kirim ke email canderifamsal97@gmail.com.
Terima Kasih sebelumnya mas
Reply ↓

1. teknisiinstrument Post author 19 Maret 2016


Mas Canderif Amsal,
Mohon maaf, TeknisiInstrument tidak punya modul teori dimaksud.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

30. Muh. Basyirin27 Oktober 2016


salam kenal,
nama saya basyir, bekerja di perusahaan yg bergerak di bidang paper mill.
langsung saja, saya sedang mencari transmitter yang tepat untuk mengukur pressure yg bernilai –
(vacuum). selama ini sering menggunakan pressure transmitter untuk mengukur tekanan bernilai +.
seperti danfoss mbs 1900, 0-6 bar, 4-20 mA.
adakah transmitter dengan spesifikasi -4 – 0 bar, 4-20 Ma?
selain menggunakan diferensial transmitter?
mohon masukannya.
terimakasih.

Reply ↓

1. teknisiinstrument Post author 27 Oktober 2016


Pak Basyir,
Salam kenal kembali.
Kebetulan TeknisiInstrument belum pernah menangani transmitter dengan pengukuran
tekanan minus sebesar itu (minus 4 bar). Jadi mohon maaf tidak bisa memberikan
tanggapan ataupun rekomendasi mengenai merk dan tipe.

Sekali lagi mohon maaf,


Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

31. jaya umbara24 Agustus 2017


salam kenal…
pak saya mau tanya.. untuk mendapatkan tekanan 1 bar pada deff transmitter, harus dengan tinggi
tandon air berapa meter pak..??

Reply ↓

1. teknisiinstrument Post author 25 Agustus 2017


Pak Jaya Umbara,
Salam kenal.

Jika:
P=1bar = 100.000 Pascal = 100.000 N/m² = 100.000 kgm/s²m² = 100.000 kg/m³ × m/s² × m
Satuan tekanan di atas dijabarkan kembali agar saat perhitungan bisa diketahui satuah h
adalah meter.
ρ = masa jenis air = 1000 kg/m³
g = gaya gravitasi bumi = 9,8 m/s²
Maka:
P=ρ×g×h
h = P/(ρ × g)
h = (100.000 kg/m³ × m/s² × m) / (1000 kg/m³ × 9,8 m/s²)
h = (100.000 kg/m³ × m/s² × m) / ((1000 × 9,8) kg/m³ × m/s²)
h = (100.000 kg/m³ × m/s² × m / (9800 kg/m³ × m/s²)
h = 10,204 (kg/m³ × m/s² × m) / (kg/m³ × m/s²)
h = 10,204 m

Jadi, untuk mendapatkan tekanan 1 bar (100.000 Pascal), maka ketinggian air harus 10,204
meter).

Semoga bias menjawab.

Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

32. Dimas Agil R. K.3 Januari 2018


Alhamdulillah, menemukan jawaban untuk ilmu yang masih saya pelajari.
Penjelasannya mudah dipahami dan lengkap.
Sebelumnya saya masih bingung dengan tekanan hidrostatik pada closed tank

Terima kasih buat Teknisi Instrument yang mau berbagi ilmu..

Reply ↓

1. teknisiinstrument Post author 3 Januari 2018


Alhamdulillah.
Kembali kasih.

Salam,
TeknisiInstrument
Alat ukur tekanan seperti pressure gauge (pressure indicator atau manometer), transmitter dan lain-lain,
dipasang pada peralatan proses seperti pipa, vessel/bejana dan lain-lain yang dihubungkan dengan sebuah
saluran yang umumnya berupa tubing yang terbuat dari bahan stainless steel, walaupun adakalanya
dihubungkan dengan pipa atau dengan selang (hose).
Dalam posting kali ini, kita ambil contoh sebuah indikator tekanan (pressure indicator atau pressure
gauge atau manometer) yang terpasang pada sebuah pipa.
Seperti pada gambar berikut ini:

Jika pada suatu saat indikator tekanan atau pressure gauge tersebut mengalami kerusakan dan perlu perawatan
atau penggantian, apa yang akan kita lakukan? Ya, kita harus melepaskan indikator tekanan tersebut untuk
diperbaiki atau dikalibrasi atau bahkan mungkin diganti. Tetapi bagaimana dengan media proses (gas atau
cairan) yang ada pada saluran tubing-nya? Ya, bisa ditebak, akan keluar secara tidak terkendali dan ini
berbahaya bahkan sangat berbahaya. Untuk dapat melepaskan indikator tekanan tersebut dengan aman maka
kita harus membuang tekanan yang berada pada pipa da saluran tubing. Jika tidak ada fasilitas bypass maka
proses atau mesin harus dimatikan atau shutdown dan ini bisa merugikan.
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa melepaskan indikator tekanan tersebut tanpa mematikan proses atau
mematikan mesin? Benar, kita bisa memasang valve pada saluran tubing-nya, seperti pada gambar di bawah
ini:
Dengan instalasi seperti pada gambar di atas, dengan penambahan sebuah valve, maka kita bisa
menutup valve tersebut saat akan melepaskan indikator tekanan tanpa perlu mematian proses atau mesin. Lalu,
amankah kita melakukan hal tersebut? Mungkin tidak, jika tekanan kerja pada sistem tersebut cukup besar,
maka saat valve ditutup, akan ada tekanan sisa diantara valve dan indikator tekanan, dan saat kita melepaskan
indikator tekanan, besar kemungkinan kita akan terpapar oleh tekanan yang mungkin bisa berbahaya baik
untuk kita maupun lingkungan jika tekanan media prosesnya berupa cairan atau gas yang berbahaya bagi
manusia maupun lingkungan.
Bagaimanakah kita menanggulangi hal tersebut? Ya, Anda benar lagi, kita bisa memasang vent valveatau drain
valve di antara isolation valve dan indikator tekanan, seperti pada gambar di bawah ini:

Dengan penambahan isolation valve, saat kita akan melepaskan indikator tekanan, kita bisa menutup isolation
valve kemudian membuka bleed valve atau venting valve pelan-pelan sehingga gas atau cairan bertekanan yang
terjebak antara isolation valve dan indikator tekanan bisa dibuang ke tempat/arah yang aman, dan kita bisa
melepaskan indikator tekanan dengan aman.
Konfigurasi pemasangan dua valve tersebut umumnya disebut block and bleed valve, konfigurasi tersebut
umum dipasang pada pemasangan peralatan instrument seperti indikator tekanan, pressure transmitter dan alat
ukur tekanan lainnya. Dan karena umum digunakan pada pemasangan peralatan instrument, sehingga sering
disebut instrument valve atau ada yang menyebut instrument isolation valve.
Ada beberapa pembuat (manufacturer) peralatan isntrumentasi yang membuat konfigurasi pemasangan
kedua valve tersebut dalam satu kemasan, satu kesatuan yang terintegrasi dan sering disebut manifold
valve atau instrument manifold. Seperti gambar di bawah ini:

Untuk keperluan tertentu, adakalanya instrument manifold valve yang yang memiliki dua buah block valve dan
satu buah bleed/vent valve. Konfigurasi tersebut sering disebut dengan double block and bleed ada juga yang
menyebutnya 3-valve instrument manifold.
Bagaimana dengan peralatan instrument yang digunakan untuk mengukur beda tekanan, seperti differential
pressure indicator dan differential pressure transmitter? Insya Allah akan dibahas pada posting berikutnya.
Semoga bermanfaat.

Category: Basic Knowledge Installation Valve Tag: 2-valve instrument manifold, 3-valve instrument
manifold, instalasi indikator tekanan, instalasi manometer, instalasi pressure gauge, instalasi pressure
indicator, instrument isolation valve, instrument manifold, isolation valve
Post navigation
← Perhitungan Input-Output TransmitterInstrument Isolation Valve – Bagian 2 →
4 thoughts on “Instrument Isolation Valve – Bagian 1”

Komar wijaya7 Maret 2016


Selamat pagi gan bisa minta tolong bagi informasi gimana cara calibrasi sebuah transmiter dan klo
bisa visualisasikan dlm sebuah foto atau gambar….
Sekali lg terimakasih gan info anda sangat berguna bagi kita….

Reply ↓

teknisiinstrument Post author 9 Maret 2016


Selamat malam Pak Komar Wijaya.
Salam kenal.
Maaf, kalau boleh tahu, transmitter apakah yang dimaksud? Mungkin ada merk dan tipe/modelnya.
Apakah sudah coba lihat di buku panduannya (manual book)?
Karena setiap jenis transmitter (misalnya temperature, pressure level, flow dll) memiliki langkah-
langkah kalibrasi yang berbeda.
Salam,
TeknisiInstrument

Reply ↓

nanda11 Maret 2016


selamat siang gan, maaf kalau coment nya kurang nyambung dengan materi postingan. saya mau
nanya masalah k factor pada flowmeter. maksutnya k-factor itu apa ya?.terus juga pada pengukuran
flow dengan differential pressure transmitter apakah harus menggunakan squer root atau tidak?.
kenapa menggunakan squere root?..

terima kasih sebelumnya …

Reply ↓

teknisiinstrument Post author 11 Maret 2016


Pak Nanda,
Selamat sore dan salam kenal.
Diskusinya sudah direspon dan diteruskan di link berikut ya:
https://www.teknisiinstrument.com/qa/diskusi-bagian-4/#comment-1272
Salam,
TeknisiInstrument
Melanjutkan artikel sebelumnya, mengenai Instrument Isolation Valve pada Bagian 1, artikel kali ini akan
membahas mengenai instrument isolation valve pada aplikasi instrument seperti differential pressure gauge
atau transmitter, seperti pada gambar di bawah ini: Karena peralatan instrument-nya memiliki dua input (sisi
high pressure dan sisi low pressure) maka instrument manifold/isolation valve-nya akan berbeda dengan
peralatan instrument… Read More »
Category: Basic Knowledge Installation Valve Tag: 3-valve instrument manifold, 5-valve instrument
manifold, instrument isolation valve, instrument manifold, instrument manifold valve, instrument valve, manifold
valve

Instrument Isolation Valve – Bagian 1

Alat ukur tekanan seperti pressure gauge (pressure indicator atau manometer), transmitter dan lain-lain,
dipasang pada peralatan proses seperti pipa, vessel/bejana dan lain-lain yang dihubungkan dengan sebuah
saluran yang umumnya berupa tubing yang terbuat dari bahan stainless steel, walaupun adakalanya
dihubungkan dengan pipa atau dengan selang (hose). Dalam posting kali ini, kita ambil contoh sebuah
indikator… Read More »
Category: Basic Knowledge Installation Valve Tag: 2-valve instrument manifold, 3-valve instrument
manifold, instalasi indikator tekanan, instalasi manometer, instalasi pressure gauge, instalasi pressure
indicator, instrument isolation valve, instrument manifold, isolation valve

Penamaan Fiting dan Konektor untuk Tubing


Dalam dunia instrumentasi, tubing merupakan barang penting yang selalu dipakai terutama saat berkenaan
dengan sistem bertekanan. Selain sebagai penghubung sinyal antara satu instrument dengan instrument
lainnya, tubing juga kerap digunakan sebagai penghubung antara saluran proses dengan instrument pengukur
tekanan, semisal pressure transmitter dan pressure indicator atau pressure gauge. Agar tubing bisa
disambung/dipasang pada peralatan instrument… Read More »
Category: Basic Knowledge Installation Tubing Tag: adapter, connector, fitting, instrument tube, instrument
tubing, ISA–RP42.00.01, konektor, tube adapter, tube connector, tube fitting, tubing, tubing adapter, tubing
connector, tubing instrument

Switch, fail-safe atau tidak?


Sudah lama tidak menulis, TeknisiInstrument akan mencoba meneruskan topik yang sebelumnya belum
berlanjut. Oh ya… selamat menjalankan ibadah shaum bagi yang sedang menjalankannya, semoga segala amal
ibadah kita menjadi sebab turunnya ridlo Allah. Aamiin. Berikut adalah cuplikan permasalahan pada topik
sebelumnya : Bagaimana seandainya koneksi kabel salah satu switch tersebut terputus karena satu dan lain hal?
Apakah level… Read More »
Category: Basic Knowledge Control System Installation Level Measurement Level Switch Switch Tag: Fail Safe
Switch, LAH, LAL, level switch, LSH, LSL, NC, NO, NO atau NC, Normally Close, Normally
Deenergize, Normally Energize, Normally Open, Normally Open atau Normally Close, Pemasangan switch, switch

Switch, Normally Energize atau Normally De-energize


Seperti pada posting sebelumnya, bahwa saklar NO bisa saja beraksi sebagai NE atau ND, begitu pula, saklar
NC, bisa saja beraksi NE atapun ND. Tergantung dari aplikasinya. Mari kita ambil contoh, aplikasi level
switch untuk mendeteksi low level (LSL=Level Switch Low) dan high level (LSH=Level Switch High).
Diambil sampel level agar memudahkan dalam visualisasi, karena… Read More »
Category: Basic Knowledge Control System Installation Level Measurement Level Switch Switch Tag: Fail Safe
Switch, LAH, LAL, level switch, LSH, LSL, NC, NO, NO atau NC, Normally Close, Normally
Deenergize, Normally Energize, Normally Open, Normally Open atau Normally Close, Pemasangan switch, switch

Switch, Normally Open atau Normally Closed


Tulisan ini dilatarbelkangi oleh obrolan dengan Kang Ruhe, yang termaktub dalam komentar salah satu
posting do blog ini. Switch atau saklar, merupakan salah satu sensor di dalam dunia instrumentasi yang masih
banyak digunakan, bahkan dulu (katanya), sebelum sensor analog (transmitter, transducer dll) masih tergolong
(sangat) mahal, alarm/shutdown system masih banyak menggunakan. Bahkan sekarangpun, untuk
mengendalikan… Read More »
Category: Control System Installation Measurement Tag: DE, fail safe, level switch, NC, ND, NDE, NO, Normally
Close, Normally Deenergize, Normally Energize, Normally Open, sensor, switch

Mengkalibrasi Level Transmitter Sistem Dua Seal,


Bagian 4 (Tamat): Elevated Zero
Kalibrasi ini dilakukan jika transmitter dengan sistem dua seal dipasang satu level dengan tapping point atau di
atas atau di bawah high pressure side tap. Diketahui: (Sf) = 1.07 in H2O/inch (-h) = – 400 inches (Sp) = 0.9 in
H2O/inch (H) = 350 inches Dari gambar di atas, diketahui sebuah tangki terbuka diukur levelnya… Read More
»
Category: Calibration Installation Level Measurement Maintenance Measurement Tag: Calibration, diaphragm seal
system, double seal system, dual remote seal, elevated zero, Level, Level Measurement, level transmitter, Lower
Range Value, LRV, remote seal, remote seal calibration, remote seal transmitter, Rosemount Model 1199, Upper
Range Value, URV, wet leg

Mengkalibrasi Level Transmitter Sistem Satu Seal,


Bagian 3: Elevated Zero
Kalibrasi ini dilakukan jika transmitter dipasang di atas (lebih tinggi dari) high side tap Diketahui: (sf) = 1.9 in
H2O/inch (-h) = -30 inches (sp) = 1.1 in H2O/inch (H) = 120 inches Dari gambar di atas, diketahui sebuah
tangki terbuka diukur levelnya dengan sebuah transmitter yang menggunakan satu buah remote seal dengan
transmitter ditempatkan… Read More »
Category: Calibration Installation Level
Measurement Maintenance Measurement Transmitter Tag: Calibration, diaphragm seal system, elevated
zero, Level, Level Measurement, level transmitter, Lower Range Value, LRV, remote seal, remote seal
calibration, remote seal transmitter, Rosemount Model 1199, Upper Range Value, URV, wet leg

Mengkalibrasi Level Transmitter dengan Remote Seal,


Bagian 2: Suppressed Zero
Mengkalibrasi Transmitter Sistem Satu Seal dengan Suppressed Zero dilakukan jika transmitter dipasang
dibawah tapping point sisi tekanan tingginya seperti gambar di bawah ini Dari gambar di atas, diketahui
sebuah tangki terbuka diukur levelnya dengan sebuah level transmitter yang menggunakan satu buah remote
seal. (sf) = specific gravity fill fluid (liquid pengisi pada kapiler dari… Read More »
Category: Calibration Installation Level Measurement Maintenance Measurement Tag: Calibration, diaphragm seal
system, Level, level measeurement, level transmitter, Lower Range Valur, LRV, remote seal, remote seal
calibration, remote seal transmitter, Rosemount Model 1199, suppressed zero, Upper Range Value, URV, wet leg
Mengkalibrasi Level Transmitter dengan Remote Seal,
Bagian 1: Pendahuluan
Terlepas dari mengapa instrument engineer memilih transmitter yang menggunakan remote seal sebagai
sensing line-nya, sebagai teknisi, maka TeknisiInstrument kali ini hanya akan mengupas mengenai cara
mengkalibrasi differential transmitter dengan remote seal yang diimplementasikan pada pengukuran level.
Sebenarnya bukan bagai mana cara mengkalibrasi secara detil tahap demi tahap (biasanya dengan HART
Communicator), yang akan dibahas pada… Read More »
Category: Calibration Installation Level Measurement Measurement Tag: elevated
zero, kalibrasi, kapiler, Level, Level Measurement, level trasnmitter, remote seal, suppressed zero, Transmitter, zero
elevation, zero suppression

A. Mayor Losses/Kehilangan Energi Primer ; yi :

Kehilangan energi akibat gesekan dengan dinding pipa sebelah dalam.

B. Minor Losses/Kehilangan Energi Sekunder ; yi :

Kehilangan energi setempat akibat dari pembesaran penampang, pengecilan penampang,


diafragma, dan belokan pipa.

MAYOR LOSSES
EL
= Energy Line (Garis Tenaga)

HGL = Hydrolic Gradien Line (Garis Tekanan)

Rumus Darcy-Weisbach

MINOR LOSSES
a) Perbesaran Penampang
Dari gambar, tampak : (dipandang titik 1 dan 2)

dengan rumus bernoulli


Dengan :
D = Diameter Pipa
V = Kecepatan Aliran
Q = A1 . V1 = A2 . V2

Dari titik 1 ke titik 2, aliran adalah “steady non uniform”. Persamaan Impuls Momentum adalah :

Dari persamaan 1 dan 2 maka di dapatkan :


ada beberapa alternatif lain untuk mencari kehilangan tenaga (hf) dengan mengotak atik rumus di
atas :

KEADAAN KHUSUS
(1) Kejadian khusus bila pipa masuk reservoir, dalam hal ini :
(2) Kejadian khusus dalam hal ini
apabila perbesaran penampang dibuat secara berangsur-angsur, maka :
dan masih banyak lagi kejadian khusus seperti pengecilan pipa, pembelokan penampang dll.
Pustaka :
SOAL
Air mengalir dari kolam A menuju kolam B melalui pipa sepanjang 150 m dan diameter 15 cm.
Perbedaan elevasi muka air kedua kolam adalah 3 m. Koefisien gesekan Darcy – Weisbach f =
0,025.Hitung aliran kehilangan tenaga sekunder diperhitungkan :
PENYELASAIAN
 Panjang pipa = L = 150 m
 Diameter pipa = D = 15 cm = 0,15 m
 Koefisien gerakan = f = 0,025
 Kehilangan tenaga = H = 3,0 m

Kehilangan tenaga terjadi pada sambungan antara pipa dan kolam ( titik P dan Q ), dan di
sepanjang pipa.
H = hep + hf + heQ
3 = 0,5 V2/2g+ 0,025 *150/15* V2/2g+ V2/2g
3 = 26,5 *V2/2g V = 1,49

Debit aliran

Q = AV

= Pi / 4 * ( 0,15 )2 * 1,49
= 0,0263 m3 /d
= 26,3 liter / detik
SOAL 2
Minyak dipompa melalui pipa sepanjang 4000 m dan diameter 30 cm dari titik A ke titik B.Titik B
terbuka ke udara luar. Elevasi titik B adalah 50 m diatas titik A. Debit aliran 40 liter/detik . Rapat
relative S = 0,9 dan kekentalan kinematik 2,1 x 10-4 m2/d. Hitung tekanan di titik A.
PENYELESAIAN

Diameter pipa : D = 30 cm = 0,3 m

Panjang pipa : L = 4000 m

Debit aliran : Q = 40 l/d = 0,04 m3/d


Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10-4 m2/d
Rapat relative : S = 0,9 à ᵨ = 900 kg/m3
Elevasi ujung atas pipa (B) terhadap ujung bawah (A) : zA – zB = 50 m

Kecepatan aliran

V = Q/A = 0,04/ 3,14 : 4 * 0,3 * 0,3 = 0,556 m/d

Angka Reynolds
Re = VD / v = 0,556*0,3 / 2,1 x 10-4 m2/d = 808,6

Karena angka Reynold, Re < 2000 berarti aliran adalah laminar

Kehilangan tenaga
hf = 32 v*V*L / g*D2 = 32*2,1 x 10-4*0,566*4000 = 17,23 m
Dengan menggunakan persamaan Bernaoulli untuk kedua ujung pipa :

zA + pA/y + VA2 /2g = zB + pB/y + VB2 /2g


Dibuat garis refrensi melalui titik A. Karena tempang sepanjang pipa adalah seragam dan ujung pipa
B terbuka ke udara luar, maka kecepatan aliran adalah seragam (VA = VB) dan pB = 0, sehingga :
0 + pA/y = 50 + 0 + 17,23
pA/y = 67,23 m
pA = 67,23 *y = 67,23 *900*9,81 = 593,574 N/m2 = 593,574 k Pa
Soal 3
Hitung kehilangan tenaga karena gesekan di dalam pipa sepanjang 1500 m dan diameter 20 cm,
apabila air mengalir dengan kecepatan 2 m/d. Koefisien gesekan f = 0,02.
Penyelesaian

Panjang pipa : L = 1500 m

Diameter pipa : D = 20 cm = 0,2 m

Kecepatan aliran : V = 2 m/d


Koefisien gesekan : f = 0,02

Kehilangan tenaga dihitung dengan rumus berikut :


Arus air adalah tingkat dimana volume tertentu cairan melewati suatu penampang
penyaluran, satuan yang dipakai untuk perhitungan arus air adalah liter per detik (l/s)
atau gallon per menit (g/m).
– Volume air adalah jumlah ruang penampungan air. Volume air biasa menggunakan
satuan liter (l), gallon (gl) atau meter kubik (m3).

– Tekanan air adalah jumlah gaya per satuan persegi area, biasa diukur dalam satuan
pounds per inchi persegi (psi) atau newton (pascal).

Baca Juga : Stainless Steel Tipe 201

ALAT ALAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGHITUNG ARUS,


VOLUME DAN TEKANAN AIR ADALAH:
1. Meteran,
2. Stopwatch,
3. Bucket/penampungan.
A. CARA MENGHITUNG VOLUME AIR
Ikuti langkah berikut untuk menghitung volume air:
a. Ukur lebar, panjang dan tinggi air dalam meter,
b. Lakukan pengkalian antara lebar, panjang dan tinggi tersebut dengan
rumus:
V= panjang x lebar x tinggi ( V= pxlxt),
c. lakukan konversi nilai dari kubik menjadi liter dengan mengalikan 1000.
Sementara untuk gallon dengan mengalikan 264,17.
B. CARA MENGHITUNG ARUS AIR
a. Tempatkan terlebih dahulu bucket/ wadah kosong dibawah kran,
b. Buka kran dan hitung waktu pembukaan kran dengan stopwatch selama 15
detik,
c. Ukur volume air di dalam bucket atau wadah dan bagi hasilnya dengan 15,
hasilnya merupakan laju aliran/arus air dalam satuan liter per detik atau galon per
menit. Rumusnya adalah:
F=V/T,
Fadalah laju aliran,
V adalah Volume dan
T adalah waktu.
d. Untuk mengkonversi ke liter per detrik atau gallon per menit, kalian hasil diatas
dengan angka 4.
C. CARA MENGHITUNG TEKANAN AIR
a. Pertama gunakan rumus tekanan hydrostatic yaitu
P=pgh
dimana p adalah densitas air dalam kg per meter kubik,
g adalah percepatan konstan gravitasi,
h adalah ketinggian air di atas kran dalam meter dan
P adalah satuan tekanan dalam pascal.
Untuk air di permukaan bumi, p= 1000 kg per meter kubik dan g= 9,81 meter per detik
kuadrat,
b. Konversikan pascal ke psi dengan membaginya 6.897,76
c. Akan lebih jelas kita lihat contoh di bawah ini:
Ketinggian air tangki adalah 4 meter di atas kran. Terapkan rumus hidrostatik
P=(1,000)(9,81)(4)=39.240 pascal
Dalam pounds per square inch, tekanan 39.240/6.894,76 = 5,69 psi.
Untuk tangki silinder, V = (3.14159) HR2, dimana H adalah tinggi silinder dan R adalah
jari-jari.
STANDAR OPERASIONAL JARINGAN PIPA TRANSMISI DAN
DISTRIBUSI
By. Achmad Kamil Asri

Perencanaan pipa tranmisi dan jaringan pipa distribusi tergantung dari jenis
pelayanannya, kadang kala untuk daerah pelayanan dengan tinggkat penduduk sangat
rendah, maka akan menyebabkan nilai investasi jaringan perpipaan yang sangat mahal
untuk tingkat pelayanan yang tidak terlalu tinggi.

Jaringan pipa tranmisi dan distribusi merupakan elemen proyek yang membutuhkan
nilai investasi yang termahal (60% - 70%) dari seluruh nilai investasi proyek system air
bersih. Biasanya tingkat persentase pelayanan dan system air bersih akan meningkat
bila kepadatan penduduk di suatu wilayah meningkat sejalan dengan meningkatnya
kemajuan dan kemampuan penduduknya untuk bilangan system air bersih.

Untuk itu perencanaan system jaringan tranmisi dan distribusi yang baik sangat
diperlukan dengan investasi yang besar dapat memberikan hasil yang maksimal.
Sistim Transmisi
Perencanaan detail sistim tranmisi
Tujuan dari perencanaan detail ini adalah untuk mendapatkan sistim tranmisi yang
layak dari segi teknis dan nilai investasi semurah mungkin. Sistim pengaliran dapat
dengan gravitasi maupun pemompaan.

Informasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan design ini adalah :


- Beda tinggi statis antara titik inlet dan outlet di jalur pipa.
- Peta geografi dari kedua titik inlet dan outlet.
- Data to[pografi dan geologi dijalur pipa antara kedua titik inlet dan outlet.

Langkah pertama perencanaan adalah menentukan jalur pipa dengan potongan


memanjang dan melintang dengan mempertimbangkan factor ekonomis. Kemudian
pencapaian lokasi jalur pipa selama kontruksi maupun untuk perawatan perlu
diperhatikan.

Setelah total panjang jalur pipa diketahui dari hasil pengukuran, maka masih perlu
ditambahkan 1% s.d. 3% ekstra memperkirakan kehilangan tekanan di valve, bend, dan
pipa tergantung dari besarnya diameter dan jenis material pipa.
Kecepatan Aliran
- Kecepatan : 1,2 m/det
- Kecepatan minimum : 0,6 m/det

Tekanan Kerja
Tekanan kerja minimum tergantung dari kebutuhan pemanfaatan aliran air dari
outlet air di instalasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Tekanan kerja maksimum yang
diijinkan sesuai dengan jenis pipa yang digunakan.

Factor Hari Maksimum


Perencanaan jalur tranmisi menggunakan besar aliran hari maksimum dengan factor
1,15 – 1,2. factor hari maksimum ini dimaksudkan mengantisipasi fluktuasi kebutuhan
dalam Kehilangan air.
Untuk menentukan besar aliran juga perlu memperhatikan factor kehilangan air yang
digunakan sebesar 15% s.d. 20%.
Sistim Distribusi
Sistim distribusi adalah bagian yang paling terpenting pada sistim penyediaan air bersih
untuk menjangkau masyarakat para pelanggan didaerah pelayanan. Suatu sistim
distribusi harus direncanakan dengan mempertimbangkan tempatnya lokasi pelanggan,
baik disaat ini maupun dimasa yang akan datang. Setiap jenis pelanggan masing-
masing mempunyai jumlah pemakaian air perhari yang berbeda-beda jenis
pelanggan ini adalah pemakaian untuk domestik non domestik. Pemakaian domestik
biasanya dilayani melalui hidran umum, sambungan rumah dan sambungan halaman
untuk kebutuhan rumah tangga. Sedangkan pemakaian untuk non domestik
dimaksudkan untuk kebutuhan komersial seperti untuk perkantoran, niaga beasar,
industri, pelabuhan, taman rekreasi dan sebagainya, termasuk didalamnya untuk
keperluan social seperti tempat ibadah, sekolah dan lain sebagainya.
Sistim distribusi adalah suatu sistim dimana terdiri dari jaringan perpipaan yang
bertekanan untuik melayani sambungan pelanggan. Untuk merencanakan maka ada
dua hal pokok yang harus diketahui ialah besarnya tekanan air dan jumlah aliran yang
dibutuhkan, yang selanjutnya kebutuhan pipa dapat dihitung dengan menggunakan
prinsip-prinsip hidrolika.
Pada dasarnya ada dua macam sistim perpipaan distribusi :
- Branched System (system cabang)
- Looped System (system tertutup)

Jaringan pipa distribusi dengan sistim “branch” (cabang) biasanya digunakan untuk
kota-kota kecil dan pedesaan.

Keuntungan dari system ini adalah membutuhkan investasi yang lebih murah dibanding
dengan sistim loop. Namun bila timbul masal;ah disuatu tempat tertentu, maka seluruh
aliran air yang melalui pipa cabang yang berasal dari tempat itu akan terhenti apabila
perbaikan akan dilakuakan dengan cara mematikan alirannya. ini disebabkan karena
sistim aliran adalah satu arah.

Lain halnya dengan menggunakan sistim loop, biasanya membutuhkan jumlah pipa
yang lebih banyak sehingga nilai investasinya lebih besar. Keuntungan dari sistim loop
ini adalah sistim aliran dengan tidak satu arah, sehingga jika suatu tempat pada jalur
pipa dilakukan penutupan aliran, maka air akan tetap mengalir dari arah yang lain.
Perhitungan hidrolis pipa untuk sistim cabang lebih sederhana sehingga dapat
dilakukan dengan cara manual, sedangkan untuk sistim loop, karena pada dasarnya
adalah memperhitungkan kesetimbangan aliran diseluruh jaringan distribusi, maka
perhitungan manual akan membutuhkan waktu yang lama dan rumit. Perhitungan
kesetimbangan aliran ini bisa dilakukan dengan cara Iterasi Hardi Cross. Program
komputer yang sudah disiapkan akan mempermudah dan mempercepat perhitungan
ini.

Sistim loop terdiri dari jaringan pipa induk, jaringan pipa sekunder dan tersier. Jaringan
pipa induk hanya dapat ditapping pada lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan yang telah
dipertimbangkan pada perhitungan hidrolisnya. Besarnya jumlah pengaliranpun
maksimum tidak boleh apa yang sudah direncanakan pada titik itu. Bila hal ini tidak
diperhatikan, maka akan mengakibatkan terganggunya sistim aliran dan tekanan
diseluruh jaringan.

Jaringan pipa sekunder adalah menghubungkan antar jaringan pipa induk dengan pipa
pelayanan. Jaringan pipa sekunder ini dapat juga dilakukan dengan sistim loop.
Sedangkan pipa yang langsung berhubungan dengan sambungan pelanggan yaitu pipa
pelayanan dapat dilakukan dengan sistim cabang. Untuk mencapai daerah tertentu
aliran air didalam pipamembutuhkan tekanan yang cukup. Kebutuhan tekanan ini bisa
didapatkan dari sistim gravitasi atau sistim pemompaan. Yang perlu diperhatikan akan
sistim tekanan ini adalah kehilangan tekanan didalam pipa, dan tekanan minimum yang
diijinkan.

Ada beberapa macam formula yang dapat digunakan untuk menghitung sistim hidrolis
didalam jaringan perpipaan yaitu antara lain Colebrook – white formula, manning
formula, dan hazen – William formula. Di Indonesia perhitungan hidrolis pipa biasa
menggunakan formula Hazen –William dengan HWC (Hazen William Coefisien) atau
koefisien kekasaran pipa sebagai berikut :
- pipa AC : 130
- Pipa DUCTILE, Cost Iron, GIP : 120
- PVC : 140
- Concrete : 120
-
Perhitungan hidrolis harus mengikuti design criteria yang sudah ditentukan
sebagai berikut :

Kecepatan Aliran.
Kecepatan aliran didalam pipa juga dibatasi dengan harga-harga tertentu. Kecepatan
aliran yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan penggerusan permukaan piap, sedangkan
permukaan yang sangat rendah dapat mengakibatkan pengensdapan pada jalur
perpipaan.batas kecepatan aliran didalam pipa yang bisa digunakan adalah sebagai
berikut :
- kecepatan maksimum = 2 – 3 m/det
- kecepatan minimum = 0,3 m/det.
Tekanan air
Tekanan minimum yang diijinkan. Didalam pipa adalah 1 bar, atau 10 mka. ini
dimaksudkan agar setiap pelanggan bisa mendapatkan tekanan air yang cukup bagi
keperluannya.
Sedangkan tekanan kerja maksimum tidak boleh melampaui batas yang diijinkan untuk
masing-masing jenis pipa.

Factor jam puncak (Peak Hour)


Jaringan pipa distribusi harus dihitunmg berdasarkan kapasitas jam puncak yaitu
kapasitas kebutuhan rata-rata dikalikan dengan pekerjaan puncak. Factor jam puncak
adalah perbandingan antara pemakaian maksimum dan pemakaian rata-rata dalam
satu hari. Factor jam puncak yang bisa digunakan. Di Indonesia adalah antara 1, 75 s.d.
2.

Kehilangan air.
Kehilangan air dijaringan perpipaan biasa terjadi, oleh karena itu harus selalu
diperhitungkan. Kehilangan air ini akibat kebocoran disambungkan, perlengkapan pipa,
maupun kebocoran rambut di pipanya sendiri, dan sebagainya. Kebocoran dijaringan
biasanya dihitung antara 10% s.d. 30%.

Reservoir Distribusi
Fungsi utama dari reservoir distribusi ini adalah untuk menyimpanan kelebihan produksi
air disaat jumlah pemakaian pada jam-jam tertentu adalah minimum (malam hari), dan
mensuplai kebutuhan air pada saat pemakaian maksimum (pagi dan sore hari) yaitu
melebihi kapasitas produksi instalasinya. Volume reservoir distribusi dapat dihitung
dengan menggunakan diagram flukturasi pemakaian air dalam satu hari. Untuk lebih
praktisnya, untuk factor peak hour sebesar 1, 75 maka volume reservoir yang
dibutuhkan dapat diasumsikan sebesar 15 s.d. 20% dari kebutuhan dalam satu hari.

PENANAMAN PIPA
Penanaman pipa bertujuan untuk keamanan pipa secara permanen maka harus diperhatikan kondisi
tanah dan kondisi beban.

1. Bagian tanah dengan kondisi yang baik


Untuk penanaman pipa dengan kualitas tanah yang baik tanpa ada campuran pasir
berbatu atau pun berpadas, dasar galian/parit dapat digunakan secara langsung.
2. Kondisi tanah yang Normal
Pada tanah yang normal,. Uruglah dasar galian dengan pasir, ketebalan 10 cm atau lebih.
3. Tanah Berbatu
Pada tanah berbatu atau berdadas maka uruglah dengan pasir minimal 30 cm pada
dasar galian/parit kemudian tatalah pasir itu untuk membuat urugan pasir.
Lebar Galian

Galian harus dibuat lebar untuk memudahkan pemasangan, pengaturan dan pekerjaan
pemadatan urugan
Standar Lembar Galian Untuk Pipa PVC
Ukuran (mm) Lebar galian (m) Ukuran (mm) Lebar galian (m)
13 0,30 - 0,60 75 0,60
16 0,30 – 0,60 100 0,60
20 0,30 - 0,60 125 0,65
25 0,30 – 0,60 150 0,70
30 0,30 - 0,60 200 0,70
40 0,30 – 0,60 250 0,85
50 0,30 - 0,60 300 0,90

PENGURUGAN TANAH KEMBALI


Standar Pekerjaan Urugan Tanah Untuk Pipa
v Pengurugan diatas pipa
v Tebarkan pasir pada dasar galian untuk melapisi dasar pipa secara merata, setelah pipa
diletakkan, uruglah kembali dengan pasir hingga bagian atas pipa. Hindarkan ikut
masuknya material lain (batu/balok kayu). Paatkan urugan dengan menggunakan alat
pemadat untuk menghindari ruang kosong.
v Pengurugan diatas 30 cm
v Pekerjaan dibagi menjadi 2 tahap pemadatan, yaitu 15 cm pertama lalu dipadatkan
kemudian 15 cm kedua dan dipadatkan. Usahakan tidak ada material lain (batu/balok
kayui) yang ikut masuk.
v Pengurugan sampai permukaan tanah
v Setelah proses diatas uruglah pipa sampai rata dengan tanah asli, pisahkan dengan
material lain dan padatkan untuk menghindari rongga, pemadatan dapat dilakukan
dengan roller/bulldozer jika tebal urugan lebih dari 30 cm.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

v Siramlah parit secara merata, isikan urugan pasir pada galian untuk menahan getaran.
v Pasang pipa sesuai dengan ketentuan untuk menghindari lubang terbuka sedapat
mungkin pipa dipasang dalam waktu sehari.
v Apabila hal diatas tidak memungkinkan, tutuplah pipa dengan tanah setebal 40 cm untuk
menghindari pipa terapung jika terjadi hujan.
v Tutuplah ujung pipa dengan baik untuk menghindari masuknya binatang / kotoran
kedalam pipa.
v Setelah pemasangan selesai simpan kembali peralatan yang digunakan pada tempat
yang aman.

selain factor yang merupakan factor teknis, investasi dan penanganannya


Operasi dan pemeliharaan terdiri dari dua kata yang berbeda yaitu :
1. Operasi adalah “sesuatu proses pemanfaatan sumber daya untuk menghasilkan
produk (barang atau jasa) yang berguna untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi.”
2. Pemeliharaan adalah “upaya menjaga supaya sarana operasi mampu
berfungsi secara maksimal sesuai rencana,

Hal-hal yang penting dalam pemeliharaan jaringan pipa meliputi dua aspek yaitu : pemeliharaan
pencegahan dan pemeliharaan setelah kerusakan. Dimana kedua aspek ini juga harus memperhatikan
dua hal yaitu :
1. Konservasi, yaitu melindungi agar sistem pipa berfungsi dengan baik pada suatu
kondisi kerja tertentu dalam periode waktu yang cukup panjang.
2. Pemeliharaan lanjutan,yaitu pekerjaan perbaikan dari sistem pipa yang lebih bersifat
pemeliharaan praktis untuk masa mendatang
Sistem distribusi adalah sistim penyediaan air minum yang menyalurkan air minum ke
seluruh daerah Pelayanan, yang harus diperhatikan dalam jaringan distribusi adalah :
- mampu mengalirkan air minum dengan kuantitas kontinuitas dan tekanan
cukup keseluruh bagian konsumen.
- Harus mampu menjaga kualitas air minum yang disyaratkan.
- Harus handal.
- Harus efisien dan ekonomis.

Pada Jaringan Transmisi dan distribusi umumnya dilengkapi dengan perlengkapan dan
perlindungan untuk menjamin operasinya jaringan sesuai dengan standar perencanaan
Perlengkapan dan perlindungan tersebut antara lain :
Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bangunan pelepas tekan dibuat untuk mengurangi tekanan yang berlebih di dalam pipa.
Bangunan pelepas Tekan dapat berupa bak pelepas tekan (Pressure reducer
chamber),Presure Regulator,surge tank.

Didalam Bak Pelepas Tekan, tekanan air kembali Nol.hal-hal yang perlu diperhatikan :
Bangunan untuk pelepas Tekan dilengkapi :
a. Pagar pengaman
b. Jalur Bay Pass
c. Manhole.
d. Tangga Kontrol
e. Penguras
f. Pipa Hawa
g. Pintu Ukur
h. Over Flow
Pressure Regulator atau pengtur tekanan mempunyai fungsi sbb :
a. Menjaga agar tekanan tidak berlebihi batas yang telah ditentukan.
b. Mengamankan pipa dan perlengkapanya.
c. Dapat dipasang pada :
v Pipa (Transmisi dan Distribusi).
v Surge tank
v Pressure tank.
Surge tank mempunyai sbb :
v Mengatur tekanan sesuai kebutujhan.
v Membagi air sesuai beban pipa.
v Membuang Udara.
v Memelihara sifat bejana berhubungan antara Reservoir dengan Surge tank.
v Memisahkan pasir yang dapat dibuang melalui Wash out.
Katup Udara (air release valve)
§ fungsi :
- untuk mengeluarkan udara yang terakumulasi pada pipa distribusi.
§ pemasangannya :
- Dipasang pada pipa distribusi di daerah yang relatif tinggi dari sekitarnya.
- Jembatan pipa, dengan peletakan ¼ L (lebar bentang jembatan) dari arah aliran.
- Pada jalur lurus setiap jarak tertentu (750 – 1000 m)

Pemeliharaan Katup Udara (air valve)

- Periksa apakah bola ada kebocoran atau rembesan pada sambungan katup dengan
pipa atau pada pentil (lubang udara).
- Cek secara visual apakah kondisi luar masih baik atau berkarat.
- Cek apakah katup masih berfungsi dengan baik.
- Berilah pelumas pada tangkai katub dan Mur yang terdapat pada Air Valve tersebut.
Pemberian pelumas ini dimaksud agar pelumas tersebut dapat mencapai gland packing
(penekan Paking) sehingga paking menjadi lembut dan tidak rusak.

Katup Sekat (gate valve)


· Fungsi : Menutup atau membuka aliran dan mengatur aliran air.
· Pemasangannya :
- Dipasang pada interval 1 sampai dengan 3 km pada pipa tranmisi, percabangan,
siphon, drain, penyebrangan pipa, dan sebagainya.
- Lokasi ujung pipa tempat aliran masuk/kleluar air.
- Dipasang pada persimpangan/percabangan pipa.

Pemeliharaan Katup Sekat (gate valve)

- Pemeriksa secara visual apakah ada kebocoran, tetesan, rembesan air pada
sambungan antara pipa dengan katup pada drat.
- Periksa apakah kondisi luar katup masih bagus atau berkarat.
- Periksa apakah drat katup perlu pelumasan.
- Periksa apakah katup masih berfungsi dengan baik.
- Minimal valve harus dioprasikan enam (6) bulan sekali

Katup Penguras (wash out)


· Berfungsi untuk mengeluarkan Lumpur atau endapan yang terperangkap dalam pipa.
· Dipasang pada :
- Tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur distribusi di mana kotoran
terakumulasi dan memungkinkan penguraian secara gravitasi.
- Ujung pipa yang mendatar atau menurun.
- Titik awal jembatan pipa.

Pemeliharaan Katup Penguras (wash Out)

- Periksa secara visual apakah ada kebocoran, tetesan, rembesan, air pada sambungan
antara pipa dengan katup pada drat.
- Periksa apakah kondisi luar katup masih bagus atau berkarat.
- Periksa apakah drat katup perlu pelumas.
- Periksa apakah katup masih berfungsi dengan baik.

Cara Pengurasan sebagai berikut :


§ Buka Pelan-pelan valve Wash out.
§ Biarkan air mengalir beberapa saat.
§ Catat waktu serta kondisi air yang keluar (Berwarna keruh,ada pasir dsb).
§ Ambil contoh air untuk diperiksa di laboratorium tentang Kualitasnya.
§ Setelah air yang keluar dari Wash out berwarna jernih, tutup kembali valve wash out
dengan pelan-pelan agar tidak terjadi water hammer.
§ Catat jumlah air yang terbuang (ini merupakan kebocoran yang dapat dipertanggung
jawabkan).
§ Buat laporan tentang pengurasan ini :
- Saat dilakukan pengurasan.
- Kondisi air pengurasan.
- Hasil pemeriksaan kualitas air dari laboratorium.

Hidran kebakaran ( fire Hydrant )


Berfungsi untuk menanggulangi kebakaran , Ditempatkan pada daerah padat penduduk
atau ditempat keramaian, seperi Pasar, pemukiman,Stasiun dll
.
Pemeliharaan Fire Hydrant.
§ Pemeliharaan fire hydrant dilakukan 6 bulan sekali yang mencakup:
§ Memeriksa dan bila perlu memperbaiki kebocoran pada fire hydrant.
§ Memeriksa dan bila perlu memperbaiki :
- Tutup kran kebakaran
- Rantai
- Tangkai katub / valve
- Packing
- Mur
- Kedudukan katub / Valve
- Tabung kran kebakaran
§ Memberikan pelumas kedalam gland packing, Mur dan Ulir.
§ Memeriksa besar dan tekanan air yang keluar dari Fire hydrant.
§ Memeriksa kondisi air yang keluar dari fire hydrant.
§ Bila diperlukan diadakan pengecatan kembali untuk mencegah karat.
Pemeliharaan Kran Umum
Pemeliharaan kran umum minimal dilakukan enam bulan sekali, meliputi :
* Pemeliharaan kondisi :
- Perpipaan
- Meter air
- Box Meter
- Katub pengatur aliran
- Bak Penampung air
* Memeriksa besarnya aliran dan tekanan yang keluar.
* Memeriksa kondisi air yang keluar.
* Bila diperlukan dilakukan pengujian dan perbaikan.

Apa bila ada salah satu perlengkapan atau perlindungan pada jaringan distribusi tidak
berfungsi sesuai standar perencanaan maka jaringan tersebut tidak akan beroperasi
sesuai dengan yang dikehendaki sesuai standar perencanaan.
Untuk menjaga fungsi dan jaringan distribusi yang sesuai dengan standar perencanaan,
maka diperlukan perencanaan secara menyeluruh.. Adapun pemeliharaan pada sistim
distribusi meliputi :
a. Menjaga sisa klor bebas diseluruh bagian distribusi, ini untuk mengendalikan
pertumbuhan mikro organisme di dalam pipa.
b. Pengurasan yang berkala dari sistim pipa yang banyak terdapat dead end.
c. Mengalirkan air bersih ke pelanggan dengan baik secara kualitas, kontinuitas, dan
kuantitas.
d. Memonitor pipa secara berkala untuk mengamati adanya gangguan pada jaringan
perpipaan contohnya kebocoran.

Anda mungkin juga menyukai