Anda di halaman 1dari 14

D-2

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL I
PENGAMATAN BENDA JATUH

Nama praktikan : Rio Beristyo (6132001110)

Hari, tanggal pratikum : Jumat, 19 Maret 2021


Hari, tanggal penyerahan laporan : Jumat, 26 Maret 2021
Asisten : Rizki Budiman, S.Si.

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG

2021
1. Dasar Teori
1.1. Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas merupakan gerak benda yang jatuh dengan arah vertikal menuju pusat bumi
dengan kecepatan awal = 0. Pada gerak jatuh bebas, hanya ada satu percepatan yang diberikan
terhadap benda yaitu percepatan gravitasi bumi jika gesekkan udara diabaikan.
Gerak jatuh bebas termasuk ke dalam jenis gerak lurus bebas beraturan (GLBB). Oleh karena
itu, pada percobaan ini percepatan gravitasi dicari berdasarkan rumus :
1
𝑠 = 𝑣𝑜 𝑡 + 𝑔𝑡 2
2
Karena pada GJB kecepatan awalnya = 0 dan jarak dihitung sebagai tinggi (h), maka dari
rumus GLBB di atas, diperoleh rumus gerak jatuh bebas :
1
ℎ = 0. 𝑡 + 𝑔𝑡 2
2
1
ℎ = 𝑔𝑡 2
2
dimana :
• ℎ = ketinggian (meter)
• 𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
• 𝑡 = waktu (sekon)

Pada gerak jatuh bebas, energi yang bekerja pada gerak ini adalah energi potensial dan
energi kinetik. Pada sesaat sebelum benda dijatuhkan, benda memiliki energi potensial. Kemudian
setelah benda dilepaskan maka energi potensial tersebut berubah menjadi energi kinetik sehingga
benda memiliki kecepatan.
1.2. Gerak jatuh bebas dan terpantulkan
Pada gerak jatuh bebas benda akan menyentuh tanah dan bertumbukan dengan tanah. Pada
gerak jatuh bebas, massa dan ketinggian sebuah benda mempengaruhi energi dan kecepatan yang
diberikan kepada benda. Karena ketinggian benda akan mempengaruhi energi potensial
𝐸𝑃 = 𝑚. 𝑔. ℎ
yang akan berubah menjadi energi kinetik. Meskipun mempengaruhi energi potensial,
ketinggian benda tidak mempengaruhi energi yang hilang saat terjadi tumbukan. Energi kinetik
yang dimiliki benda juga mempengaruhi kecepatan benda tersebut bergerak.
1
𝐸𝐾 = 𝑚. 𝑣 2
2
Tumbukan sendiri dibagi menjadi tiga jenis yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan
lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali. Tumbukan lenting sempurna terjadi saat
energi kinetik tidak terkonversi sama sekali ketika terjadi tumbukan sehingga benda terpantul
kembali seperti semula. Tumbukan lenting sebagian terjadi saat benda kehilangan sebagian dari
energi kinetiknya ketika terjadi tumbukan. Dan tumbukan tidak lenting sama sekali terjadi ketika
benda kehilangan seluruh energi kinetiknya sehingga tidak ada pantulan sama sekali.
2. Data Pengamatan
2.1. Percobaan Gerak Jatuh Bebas

I. Koin Rp. 1000, dari ketinggian 2 meter

Percobaan Waktu (sekon) Referensi


1 0,538

2 0,635

3 0,589

4 0,687

5 0,607

II. Koin Rp. 100, dari ketinggian 2 meter

Percobaan Waktu (sekon) Referensi


1 0,588

2 0,621

3 0,618

4 0,641

5 0,675

III. Koin Rp. 1000, dari ketinggian 1 meter

Percobaan Waktu (sekon) Referensi


1 0,413

2 0,406

3 0,452

4 0,428

5 0,405
IV. Koin Rp. 100, dari ketinggian 1 meter

Percobaan Waktu (sekon) Referensi


1 0,415

2 0,372

3 0,416

4 0,454

5 0,403

2.2 Percobaan Energi Hilang oleh Tumbukan

I. Koin Rp. 1000, dari ketinggian 2 meter

Percobaan Energy 2 (%) Referensi


1 20,9

2 18,7

3 31,2

4 11,0

5 23,0

II. Koin Rp. 100, dari ketinggian 2 meter

Percobaan Energy 2 (%) Referensi


1 21,1

2 29,2

3 23,1

4 17,7

5 33,8
III. Koin Rp. 1000, dari ketinggian 1 meter

Percobaan Energy 2 (%) Referensi


1 27,3

2 38,7

3 26,8

4 39,0

5 33.7

IV. Koin Rp. 100, dari ketinggian 1 meter

Percobaan Energy 2 (%) Referensi

1 35,4

2 17,2

3 14,7

4 11,4

5 32,3
3. Analisis dan Perhitungan

3.1. Perhitungan dan analisis percepatan gravitasi


Nilai rata-rata dari percobaan gerak jatuh bebas pada kedua koin menunjukkan hasil yang tidak
jauh berbeda satu sama lain. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan massa benda yang jatuh tidak
mempengaruhi kecepatan benda tersebut. Namun pada percobaan dengan ketinggian yang berbeda,
terdapat perbedaan nilai percepatan gravitasi yang cukup signifikan. Seharusnya percepatan
gravitasi yang dihitung mendekati nilai gravitasi sesungguhnya yaitu 9,8m/s2, tetapi pada
percobaan gerak jatuh bebas dengan ketinggian 2m diperoleh nilai percepatan gravitasi 10,22 m/s2
dan 10,23 m/s2 pada percobaan gerak jatuh bebas dengan ketinggian 1m diperoleh nilai percepatan
gravitasi 11,35 m/s2 dan 11,94 m/s2. Sehingga diperoleh rata-rata total percepatan gravitasi sebesar
11,17 m/s2. Terdapat penyimpangan yang cukup signifikan lebih besar dari 1 m/s2 dari nilai
percepatan gravitasi yang sesungguhnya. Perbedaan nilai pada percobaan kali ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
• Tinggi benda yang tidak konsisten.
• Ketidaktepatan finger snap dengan melepaskan koin sehingga data tidak akurat.
• Sensitivitas microphone yang kurang akurat.

3.2. Analisis data percobaan energi yang hilang oleh tumbukkan.


Pada percobaan gerak jatuh bebas untuk menghitung energi yang hilang pada saat terjadi
tumbukkan ini didapatkan data-data yang menunjukkan ‘Energy 2’ pada aplikasi phyphox. Data
tersebut merupakan energi yang tersisa pada koin setelah tumbukan pertama.
Jenis tumbukan pada percobaan ini adalah tumbukan lenting sebagian karena ada sebagian
energi kinetik yang tersisa sehingga koin terpantul beberapa kali.
Data yang diperoleh dari percobaan ini menunjukkan hasil yang bervariatif dari setiap jenis
koin dan ketinggian yang berbeda. Pada percobaan GJB koin 1000 dengan ketinggian 2m,
diperoleh rata-rata energi kinetik yang tersisa setelah tumbukan pertama sebesar 20,96% dari energi
kinetik semula. Pada percobaan GJB koin 100 dengan tinggi 2m, diperoleh rata-rata energi kinetik
yang tersisa setelah tumbukan pertama sedikit lebih besar yaitu sebesar 24,98%. Kemudian rata-
rata sisa energi untuk koin 1000 dan 100 pada ketinggian 1m berturut-turut adalah 32,95% dan
22,2% dengan rentang sisa energi 11,0%-39,0%. Pada ketinggian 2m, koin 1000 kehilangan lebih
banyak energi dibanding koin 100 dengan perbedaan 4,02%. Namun pada ketinggian 1m, koin 100
kehilangan lebih banyak energi daripada koin 1000 dengan perbedaan 10,75%.
Berdasarkan dasar teori, seharusnya data yang diperoleh konsisten karena perbedaan
ketinggian tidak mempengaruhi persentase energi yang hilang. Perbedaan hasil sisa energi ini
mengindikasikan adanya kejanggalan pada percobaan ini. Kejanggalan pada data dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu :
• Posisi koin saat bertumbukan dengan lantai.
• Bagian lantai yang berbeda-beda (adanya sambungan lantai).
• Sensitivitas dan kualitas microphone yang terbatas.
• Pergerakkan koin di udara (gesekkan udara).
• Pergerakkan koin dan arahnya saat terpantul.

Pada percobaan ini, tiga kelompok percobaan yaitu koin 1000 ketinggian 2m, koin 100
ketinggian 2m, koin 100 ketinggian 1m memiliki rata-rata sisa energi yang tidak jauh berbeda di
angka sekitar 20-25% energi setelah tumbukan pertama. Sedangkan pada koin 1000 di ketinggian
1m memiliki rata-rata sisa energi 32,95%.

4. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan gerak jatuh bebas kali ini, diperoleh nilai rata-rata percepatan
gravitasi sebesar 11,17 m/s2 yang berbeda sebesar 1,36 m/s2 dari percepatan gravitasi yang
sesungguhnya yaitu 9,81m/s2. Pada gerak jatuh bebas, dua koin pada ketinggian 2m dan koin 100
pada ketinggian 1m memiliki sisa energi kinetik di rentang 20-25%. Sedangkan pada koin 1000 di
ketinggian 1m memiliki sisa energi kinetik yang lebih banyak yaitu sekitar 32,95%. Karena adanya
sebagian energi yang hilang, maka tumbukan koin dengan lantai tergolong dalam tumbukan lenting
sebagian. Hasil perhitungan data yang kurang akurat dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kurangnya konsistensi dalam pengambilan data, sensitivitas microphone, permukaan lantai yang
berbeda, dan posisi koin saat terjatuh maupun saat bertumbukan.
5. Referensi
• Kumparan.com. Desember 15, 2020. Tumbukan Beserta Contohnya pada Momentum dan
Impuls. https://kumparan.com/berita-update/tumbukan-beserta-contohnya-pada-
momentum-dan-impuls-1umlaOScB7u/full (diakses 25 Maret 2021)
• Alamsyah, R.Y.R. & Gunandi A.H. 2014. Gerak Jatuh Bebas. Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51159/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=3&isAllowed=y#:~:text=Gerak%20jatuh%20bebas%20adalah%20gerak,karena%20p
engaruh%20gaya%20gravitasi%20bumi (diakses 25 Maret 2021).
• Fisika Zone. Februari 17, 2015. Skema Tumbukan Lenting Sebagian.
https://fisikazone.com/tumbukan/skema-tumbukan-lenting-sebagian (diakses 25 Maret
2021).
Percobaan Kreatif
1. Dasar Teori
Gerak parabola adalah gerak gabungan antara GLB (𝑣𝑥 ) dan GLBB (𝑣𝑦 ) di dua dimensi yaitu
sumbu x dan sumbu y yang membentuk lintasan parabola. Yang membedakan gerak parabola
dengan GLBB adalah gerak parabola memiliki sudut elevasi untuk menentukan arah benda
bergerak pada awal pergerakan. Pada dasarnya gerak parabola dibagi dalam dua sumbu yaitu
sumbu x dan y sehingga gerak ini memiliki dua komponen kecepatan yaitu 𝑣𝑦 dan 𝑣𝑥 . Gerak
parabola ini memiliki rumus :
1
𝑦 = (𝑣0 sin 𝜃)𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
Gerak jatuh bebas merupakan GLBB yang tidak memiliki kecepatan awal dan arahnya
vertikal. Jika syarat gerak jatuh bebas ini diterapkan ke dalam rumus gerak parabola, maka akan
didapatkan rumus :
1
𝑦 = (0. sin 0°)𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
1
𝑦 = 0 − 𝑔𝑡 2
2
1
𝑦 = − 𝑔𝑡 2
2
Rumus tersebut adalah rumus gerak jatuh bebas yang mengindikasikan bahwa adanya
hubungan antara gerak parabola dengan gerak jatuh bebas. Maka dari itu, komponen 𝑣𝑥 dalam
gerak parabola seharusnya tidak mempengaruhi komponen 𝑣𝑦 . Dan jika pada gerak parabola yang
bendanya dilontarkan dari ketinggian tertentu dengan sudut elevasi 0o dan 𝑣0𝑦 = 0 maka 𝑣𝑦 dari
benda tersebut akan sama saja dengan gerak jatuh bebas. Pada gerak parabola ini 𝑣𝑥 seharusnya
tidak mempengaruhi 𝑣𝑦 .

2. Metode Percobaan
Alat :
➢ 1 buah karet
➢ 1 buah koin 1000
➢ Smartphone dengan aplikasi phyphox
➢ Meja setinggi 80cm
➢ 1 buah meteran
Langkah-langkah :
1. Alat disiapkan, kemudian diukur tinggi meja menggunakan meteran yaitu 80cm.

2. Karet diregangkan dengan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar.

3. Koin diposisikan di tengah karet dan karet ditarik sedikit agar koin terlontar secara
horizontal.
4. Aplikasi phyphox disiapkan dengan fitur accoustic stopwatch untuk menghitung waktu
sampai koin menyentuh lantai.
5. Langkah no 2-4 diulangi sebanyak 4 kali sehingga terdapat 5 data.
6. Langkah no 2-5 diulangi namun karet ditarik lebih jauh agar koin terlontar lebih jauh
secara horizontal seperti pada gambar.

7. Data disimpan dan dikumpulkan untuk diolah.


3. Data dan Analisis
I. Koin Rp. 1000, dari ketinggian 80 centimeter dan lontaran karet pelan

Percobaan Waktu (sekon)


1 0,429

2 0,437

3 0,430

4 0,424

5 0,499

II. Koin Rp. 1000, dari ketinggian 80 centimeter dan lontaran karet kencang.

Percobaan Waktu (sekon)


1 0,501

2 0,517

3 0,479

4 0,482

5 0,458

Dari hasil percobaan, didapatkan rata-rata waktu dari koin yang dilontarkan secara pelan
dan secara kencang. Rata-rata waktu koin yang dilontarkan secara pelan adalah 0,444 sekon
dan rata-rata waktu koin yang dilontarkan secara kencang adalah 0,487 sekon.
Pada dasar teori diketahui bahwa 𝑣𝑦 tidak akan terpengaruh oleh 𝑣𝑥 pada gerak parabola
jenis ini. Maka dari itu seharusnya tidak ada perbedaan waktu yang signifikan pada kedua
percobaan di atas. Namun terdapat perbedaan pada rata-rata waktu sebesar 0,043 sekon.
Selisih pada rata-rata waktu pada kedua percobaan tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor tidak konsisten dalam pengambilan data (finger snap yang tidak pas dengan pelontaran
koin karena dilakukan oleh 2 orang).
4. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan di atas, hubungan gerak parabola dengan GJB adalah komponen
𝑣𝑦 pada gerak parabola dapat berupa GJB pada kondisi 𝑣0𝑦 = 0 dan sudut elevasinya 0o. Dapat
disimpulkan juga bahwa komponen 𝑣𝑦 pada gerak parabola tidak dipengaruhi oleh komponen 𝑣𝑥
pada gerak parabola. Sehingga pada percobaan tidak ada perbedaan waktu yang signifikan antara
lontaran kencang dan lontaran pelan secara horizontal terhadap waktu koin menyentuh tanah. Data
yang diperoleh dapat terpengaruh oleh faktor ketidaktepatan pengambilan data dengan metode
finger snap dan fitur accoustic stopwatch pada aplikasi phyphox.
5. Referensi
➢ Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erlangga
➢ Kresnoadi. Desember 22, 2017. Definisi Gerak Parabola. ruangguru.com. (Diakses 26 Maret
2021).
➢ Fauziyyah, Risya. Oktober 7, 2020. Prinsip dan Persamaan pada Gerak Parabola.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/07/155240369/prinsip-dan-persamaan-pada-
gerak-parabola?page=all (diakses 26 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai