Anda di halaman 1dari 3

Laporan Modul 1, TA 3122 Pengeboran dan Peledakan

(Peralatan Pengeboran)
Angkasa Wira Jati (12117005) /Senin 09.00-11.00/25 September 2019
Asisten : 1. Sahrul Nur Fahrudin (12116031)
2. Jalu De Neiro Mozes Rais I. (12116060)

Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang


Program Studi Teknik Pertambangan
Institut Teknologi Bandung
Abstrak

Pada praktikum modul pertama ini kami dikenalkan dengan berbagai jenis mata bor yang umum digunakan untuk pengeboran
serta prinsip mekanismenya. Contoh dari mata bor yang dikenalkan antara lain adalah Chisel-type steel, Multiple-insert
steels, Button steels, Small gauge steels, Marble drill steels, dan Cross bit Selain itu juga dikenalkan mengenai alat bor duduk
dan mengenal bagian-bagian dari Tamrock Pantera 1500. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat bor duduk dan
sampel batuan. Paraktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari Penetration Rate secara teoritis dan actual saat
dilakukan perbedaan pembebanan pada saat dilakukannya pengeboran. Pada praktikum kali ini Sampel batuan di bor
menggunakan alat bor duduk sehingga menghasilkan kedalaman dan lebar hasil pengeboran untuk selanjutnya dilakukan
perhitungan Penetration Rate teoritis dan aktual. Prinsip kerja alat bor yang dijelaskan kepada kami adalah perkusi, rotasi,
feed, dan flushing.

A. Dasar Teori Dimana : PR = Penetration Rate

Pada Umumnya penggunaan mata bor dalam kegiatan W = Beban dalam kilogram
penggalian pada industri pertambangan adalah mata bor
tumbuk . prinsip dan mekanisme kerja alat bor tumbuk N = Rotasi (RPM)
(rotasi-perkusi) adalahsebagai berikut:
d = Diameter dalam milimeter
1. Perkusi, merupakan impact yang dihasilkan dari
SE = Spesific Energy
pemukulan berulang yang menghasilkan gelombang
kejut yang ditransmisikan ke mata bor melalui batang Berdasarkan rumus tersebut maka harus ditentukan
bor atau langsung ke mata bor terlebih dahulu nilai dari Spesific Energy dengan
2. Rotasi, dengan gerakan ini mata bor diputar sehingga menggunkan rumus:
impact oleh mata bor berada pada posisi yang
berbeda Energi(F x penetrasi)
3. Feed, agar kontak mata bor dengan batuan dapat SE =
Volume
terus ada maka feed load harus diberikan
4. Flushing, Proses mengeluarkan serpihan hasil Volume hasil pengeboran diasumsikan sebagai sebuah
pengeboran keluar dari lubang tembak bagun ruang yaitu kerucut terbalik dengan diameter pada
tabel 1 dan tinggi merupakan penetrasi seperti tabel 1.
Perhitungan dimulai dengan menghitung nilai dari Spesific
Energy dari masing-masing pembebanan, selanjutnya dari
B. Data dan Pengolahan Data
SE yang diperoleh dilakukan perhitungan Penetration
Data yang diperoleh selama praktikum pengeboran dan Rate, sehingga diperoleh data hasil perhitungan sebagai
peledakan pada modul 1 ini diperoleh seperti pada tabel 1 berikut:
(Pengeboran dilakukan dengan bor duduk selama 30 detik)
Beban Volume SE PR Teoritis
Beban RPM Penetrasi Diameter (kg) (m3) (MJ/m3) (m/jam)
(Kg) (mm) (mm) 1 1,346 x 10-8 1,263 332,887
1 984 1,7 5,5 2 2,17 4x 10-8 1,701 389,718
2 945 1,85 6,7 3 1,16 9x 10-8 3,079 371,232
3 989 1,2 6,1 Tabel 2, Penentuan Penetration Rate teoritis
Tabel 1, Data yang diperoleh selama praktikum
Selanjutnya dilakukan penentuuan Penetration Rate
Dari data yang diperoleh seperti tabel 1 maka dapat aktuan dengan menggunkan rumus:
ditentukan Penetration Rate teoritis dengan menggunakan
rumus: Penetrasi (m)
PRA =
Waktu( jam)
2,35 x W x N
PR =
d x SE
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, alat bor masih berputar dan aktif melakukan pengeboran
maka dapat diperoleh hasil perhitungan penentuan sehingga diperoleh data yang representatif
Penetration Rate actual sebagai berikut:
E. Daftar Pustaka

https://en.wikipedia.org/wiki/Specific_energy, diakses
Beban (kg) Penetrasi (mm) PR actual tanggal 01 Oktober 2019
(m/jam)
1 1,7 0,204 https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/penetrat
2 1,85 0,222 ion-rate, diakses tanggal 01 Oktober 2019
3 1,2 0,144
Tabel 3, Penentuan Penetration Rate aktual Modul Praktikum Pengeboran dan Peledakan TA-3122

C. Analisis dan Pembahasan

Pada penentuan Penetration Rate secara teoritis diperoleh F. Lampiran


kanaikan nilai pada pembebanan 2 kg dan nilainya turun
pada pembebanan 3 kg yang seharusnya nilai dari
Penetration Rate turun dari pembebanan 1 kg ke 3 kg. hal
ini dapat terjadi dikarenakan pada saat dilakukan
pengeboran dengan menggunakan bor duduk pada
pembebanan 2 kg, pada saat penurunan mata bor secara
perlahan kebatuan, mata bor tidak jatuh secara perlahan
namun terjadi penurunan sekaligus (penurunan mendadak)
sehingga dapat menyebabkan penambahan tekanan yang
menyebabkan terjadinya kenaikan nilai dari penetrasi yang
mempengaruhi nilai lainnya. Selanjutnya kesalahan pada
pengukuran rotasi pada pembebanan 2 kg, yaitu
pengukuran rotasi dilakukan beberapa saat setelah alat bor
dimatikan, sehingga nilai rotasi yang diperoleh tidak dapat
menggambarkan nilai rotasi saat alat dinyalakan.

Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh perbedaan


antara Penetration Rate teoritis dan Penetration Rate
aktual yang sangat jauh. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
pada saat pengukuran Penetration Rate teoritis
diasumsikan volume hasil pengeboran sebagai suatu
kerucut, lalu kesalahan juga berasal dari asumsi dalam
perhitungan energi, dimana gravitasi pada perhitungan
diasumsikan bernilai 10 m/s2.

D. Kesimpulan dan Saran

Dari kegiatan praktikum dan pengolahan data yang


dilakukan, diperoleh nilai dari Penetration Rate sebagai
berikut:

1. Beban 1 kg: Teoritis = 332,887 m/jam


Aktual = 0,204 m/jam
2. Beban 2 kg: Teoritis = 389,718 m/jam
Aktual = 0,222 m/jam
3. Beban 3 kg: Teoritis = 371,232 m/jam
Aktual = 0,144 m/jam

Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu pada saat


dilakukan pembebanan pada mata bor jangan langsung
dilepas sehingga dapat menghindari penambahan tekanan
yang diterima batuan saat dilakukan pengeboran. Serta
pada saat perhitungan kecepatan rotasi dilakukan pada saat
.

Anda mungkin juga menyukai