Anda di halaman 1dari 21

03 TIPOGRAFI

Amirul Mu’minin, S.Ds, M.Ds

POLITEKNIK NEGERI BATAM


JURUSAN INFORMATIKA - PROGRAM STUDI
MULTIMEDIA DAN JARINGAN
A# Definisi Tipografi
MJ209
1. Teori pada Typografi

Tipografi adalah seni merancang, menyusun, dan mengatur tata letak huruf serta
jenisnya dengan pengaturan dan penyebarannya pada ruang yang tersedia, untuk
menghasilkan kesan tertentu, sehingga akan membantu pembaca untuk
mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin, baik dari segi
keterbacaan maupun estetika.

Tipografi Lettering (Source: desainerhaus.com)

Tentunya bidang studi ini sangat relevan dengan desain grafis atau desain komunikasi
visual pada umumnya. Akan tetapi sebetulnya tipografi juga banyak digunakan di
bidang lain seperti sastra dan seni murni. Sastra menggunakan tipografi puisi untuk
memperindah tulisannya, sementara seni murni dapat mengisolasi huruf dari
fungsinya untuk diubah menjadi salah satu unsur estetis maupun membantu
ungkapan atau pesan yang ingin disampaikan.
Tipografi dilakukan dengan memilih Typeface (font) yang tepat, merekayasa gaya atau
stylenya, hingga ke pengaturan susunan kata, paragraf dan tata letaknya secara
keseluruhan. Untuk memulainya kita harus mengetahui dulu berbagai terminologi
yang terdapat pada tipografi.

B# Sejarah Tipografi
MJ209
2. History Typografi pada Desain Grafis.

1. Sejarah Tipografi

Tipografi, sebagai salah satu metode yang menterjemahkan kata-kata menjadi


bentuk atau gambaran sudah digunakan sejak jaman dahulu. Dimulai sejak awal
jaman lukisan di gua (early cave drawing age), dimana nenek moyang kita
menggambarkan pengalaman mereka di dinding gua. Pada awalnya, yang digunakan
adalah pictogram, yaitu gambar yang mewakili bentuk benda yang dimaksud.
Secara perlahan, berdasarkan asosiasi, beberapa pictogram berubah menjadi
ideogram, yaitu simbol yang bentuknya tidak persis mewakili bentuk yang dimaksud
sehingga dapat digunakan untuk berbagai arti. Ideoram berkembang sehingga
mempunyai gaya penulisan yang tertentu dan mulai mewakili bunyi suara. Karena
berkembangnya peradaban manusia, maka berkembang pula

kosa kata dan kepentingan untuk menyimpan data. Seiring dengan perkembangan
tersebut, kecepatan dalam menulis juga berkembang sehingga bentuk individual
simbol juga semakin sederhana dan abstrak. Pada awal tahun 2800 sebelum Masehi,
bangsa Sumaria telah mempunyai sistem menulis dengan formal, abstrak simbol, yang
disebut cuneiform, yang kemudian menjadi basis daripada modern alphabet yang kita
gunakan. Demikianlah simbol-simbol tersebut terus berkembang dan bertambah
sesuai dengan bunyi suara, dan semakin abstrak bentuknya.

Orang Yunani mulai memungut abjad Phoenisia pada sekitar 1.000 SM.
Bersamaan abjad,orang Yunani mengambil pula nama Phoenisia untuk huruf
tersebut, dan me-Yunani-kannya. Aleph, misalnya, menjadi alpha; beth
menjadi beta.Dari kedua huruf tersebut kita memperoleh perkataan alfabet
atau abjad. Perkembangan huruf Ibrani, Arab, Siria, dan Sansekerta
mendapat pengaruh kuat pula dari huruf Phoenisia yang terdiri atas 22
konsonan.

Contoh Huruf Alfabet (Sudiana, 2001).

Orang Romawi yang mulai membentuk kekuasaannya dalam abad ke- 8 SM tidak
memiliki sendiri sistem tulisannya. Mereka mempelajari tulian Yunani dan sistem tulisan
Etruska (penduduk asli Italia), mencampurkan dan memperbaiki yang pada akhirnya
membentuk tanda-tanda baru Romawi. Dengan dua puluh satu huruf (kapital Romawi)
abjad ini bertahan selama berabad-abad. Perwajahan huruf, selanjutnya, masih dapat
ditelusuri silsilahnya dari masa silam dan dari berbagai faktor zaman yang
mempengaruhinya. Gaya huruf teks yang digunakan dalam pencetakan Kitab Injil 42-baris
pada pertengahan abad ke-15, misalnya, merupakan peniruan kaligrafi yang biasa dijumpai
pada naskah biara Jerman. Sampai abad ke-19, huruf teks tetap banyak dipergunakan dalam
buku dan surat kabar di Jerman, walaupun modelhuruf yang lebih mudah terbaca telah
diperkenalkan. Di Inggris huruf teks dirujuk sebagaiOld English.
Contoh Huruf Teks atau Old English (Sudiana, 2001).

Bentuk Roman merupakan perkembangan dari huruf teks, tetapi dengan diilhami
oleh naskah Italiayang bercirikan sapuan lebih ringan dan anggun. Pada tahun 1524,
Claude Garamond, seorang penuang huruf dari Perancis, memberikan sentuhan lebih
halus lagi pada huruf Roman dan italic. Bentuk huruf Garamond sampai sekarang
masih dipergunakan secara luas. Begitu pula jenis hurufBodoni gubahan Giambattista
Bodoni dari Itali, yang dianggap merupakan ujung penyempurnaan wajah huruf
kelompok Roman.
Baskerville, yang dirancang kira-kira pada tahun 1752, merupakan salah satu jenis
huruf Ro- man peralihan karya John Baskerville dari Inggris. Jenis Roman peralihan
lainnya yang terkenal, antara lain Century, Scotch Bulmer, Bell, Nicolas Cochin, De
Vinne, dan Electra.

Bentuk huruf Gothic berada dalam urutan kedua setelah Roman, baik dalam
jumlah maupun frekuensi penggunaannya. Sekilas wajah Gothic terkesan monoton
dan skelesal (rangkaiannya terlihat), yang berlawanan dengan wajah huruf Roman
yang terkesan klasik. Huruf Gothich yang diperkenalkan pada awal abad ke-19,
semula dikibarkan sebagai lambang protes terhadap kesan tradisional pada huruf
Caslon dan neoklasisme Bodoni. Ilham bagi pengembangan bentuk huruf Gothic
muncul bersamaan kebangkitan Revolusi Industri.
Contoh Huruf Bernhard Gothic Medium.

Dampak fungsionalisme huruf Gothic ini kemudian mencapai puncak


perkembangannya pada Bauhaus Institute. Didirikan di Jerman pada tahun 1918, gaya
Bauhaus memberi nafas baru pada rancangan arsitek lukisan, patung, seni kria, industri
dan juga tipografi. Beberapa label bersinonim dengan model huruf dari ras Gothic dapat
disebutkan, antara lain Sans-serif, Block- Letter, dan Contemporary.
Abad ke-19 ditandai oleh aneka ragaman tipografi baru yang tidak jarang meriah,
kadang- kadang ganjil. Model huruf demikian dirancang penggunannya bagi dunia
perdagangan yang makin bersaing. Poster, billboards, dan periklanan memang menuntut
perwajahannya yang berbeda dari buku.

Dampak fungsionalisme huruf Gothic ini kemudian mencapai puncak


perkembangannya pada Bauhaus Institute. Didirikan di Jerman pada tahun 1918, gaya
Bauhaus memberi nafas baru pada rancangan arsitek lukisan, patung, seni kria, industri
dan juga tipografi. Beberapa label bersinonim dengan model huruf dari ras Gothic dapat
disebutkan, antara lain Sans-serif, Block- Letter, dan Contemporary.
Abad ke-19 ditandai oleh aneka ragaman tipografi baru yang tidak jarang meriah,
kadang- kadang ganjil. Model huruf demikian dirancang penggunannya bagi dunia
perdagangan yang makin bersaing. Poster, billboards, dan periklanan memang menuntut
perwajahannya yang berbeda dari buku.
Contoh Wajah Huruf (Typeface) berikut Labelnya.

Seni modern abad ke-20 menimbulkan pengaruh kuat terhadap kecenderugan tipografi
baru, dengan ciri-cirinya seperti:

1. Kegandrungan terhadap tata letak taksimentri;


2. Penggunaan model huruf Sans-Serif secara lebih meluas;
3. Pelonggaran batas marjin;
4. Penonjolan ilustrasi;
5. Pembagian bidang cetak secara lebih menawan;
6. Penyederhanaan dan pembebasan dari hiasanberlebihan;
7. Penandasan lebih terhadap pemanfaatan unsurtipografis.

Peranan klasik yang disandang tipografi, yakni agar mudah terbaca dan tampilan
keseluruhan yang jelas, tidak mustahil diperbaharui melalui sentuhan kreatif tataletak dan
susunan huruf. Model huruf tertentu mengundang kesan tertentu pula, misalnya kesan
berarti ringan, kaku, lugas, anggun, lembut, dan sebagainya. Setiap huruf harus memuaskan
dalam dirinya sendiri, tetapi terlebih penting lagi adalah ia harus tampak memuaskan dalam
pertalian dengan huruf nara tunggal lainya.
Sesungguhnya, ujian bagi suatu jenis huruf bukan pada penampilan huruf secara
naratunggal, melainkan betapa huruf-huruf tersebut tergabung dalam bentuk kata, baris,
dan halaman.
Beberapa contoh huruf di bawah ini menunjukkan betapa pilihan model untuk huruf
yang tersusun menjadi suatu kata, dapat mendukung makna pesan atau kesan yang di
sandangnya.

Contoh Wajah Huruf (Typeface) berikut Labelnya.


2. Letterpress sebagai teknik cetak grafis

Tiongkok sebagai wilayah yang mengembangkan teknik ceetak grafis yang selalu
melakukan perbakan dari waktu kewaktu, disusul oleh Korea dan Eropa. (DGI Press)

Awal Teknologi Letterpress disempurnakan oleh Johann Gutenberg di era 1398-1468


di Jerman digunakan pertamakali untuk mencetak bible. Terdapat ribuan tulisan dan
text melibatkan penggunaan typografi di masa itu. Penemuan Teknologi Leterpress
membawa perubahan drastis dari segi percetakan dan produksi buku di Eropa yang
biasanya ditulis tangan (Handlettering).

Nama lain teknologi Letterpress disebut juga movable/foundry type modern yang
membuat mesin Guternberg ini sebagai alternatif untuk mencetak text atau typografi
di masa era pencerahan atau Renaisans.

3. Penggunaan Typografi di Era 1540-an.

Claude Garamond adalah seorang founder atau pencipta font dari kebangsaan
Perancis.

Terciptalah typeface Garamound yang mengkreasikan antara font berjenis Roman


yang dikombinasikan dengan karakter font style italic.

Typeface Roman, Tren penggunaan Typografi pada percetakan surat kabar adalah
dengan karakter font Serif. Dilanjutkan dengan style Barok dengan menambahkan
extravagent sebagai ornamen yang berlebihan dan kompleks yang terinsiprasi dari
gaya seni arsitektur yang berkebang di Eroba Abad 17-18 sebagi ciri khasnya.

Dan Italic. Pelopor pembuatan karakter font Italic adalah Aldun Manustius (1449-1515)
sebagai soerang penerbit di Italia. Pertamakali di aplikasikan dan dicetak pada buku Virgil
adalah seorang penyair terberad pada Era Romawi Kuno. Buku tersebut di cetak di Aldine
Press 1501 dengan nama style Italic yang didedikasikan dari negara Italia sebagai bentuk
dedikasinya. (DGI 19, 2015).
Grafis dan Typografi di Indonesia

1659 merupakan awal kedatangan mesin cetak dengan merek dagang Faber &
Scheleider di pulau Jawa. Mesin cetak tersebut sebagai era penerbitan surat kabar dan
buku yang diperkirakan berlangsung sejak abad ke-17. Dilanjutkan di Era 1744 dengan
terbitnya surat kabar di Hindia Belanda yang terbit di Batavia dan kemudian terbit ke
De Locomotief pada tahun 1852 di Semarang dan Bataviaasch Nieuwblad 1885.

C# Struktur Tipografi
MJ209

1. Anatomi Huruf

Huruf terdiri dari banyak unsur-unsur pembentuknya. Huruf yang baik akan memiliki
anatomi utuh seperti yang dijelaskan pada gambar di bawah. Berbagai unsur anatomi
tersebut mengikuti prinsip fundamental untuk merancang huruf. Mempelajari
anatomi huruf sangat penting jika kita hendak merancang typeface, untuk
memastikan legabilitas dan keterbacaannya (Serupa.id (2019)).

Gambar Anatomi Perwajahan Huruf.

Seni merancang typeface huruf adalah keahlian yang rumit, sehingga harus dilatih dan
dipelajari dengan dedikasi tinggi. Maka dari itu penjelasan lebih lanjut mengenai hal
ini akan dibahas pada artikel terpisah.
2. Perbedaan Typeface dan Font

Sebetulnya typeface dan font adalah dua hal yang berbeda. Typeface adalah tampilan
visual dari huruf, sementara font adalah salah satu wujud dari typeface yang memiliki
gaya tertentu. Sederhananya hanya ada satu typeface Arial, tetapi terdapat beberapa
font Arial, yaitu: Arial Regular, Arial Bold, Arial Condensed, dsb.

Kesalahan berbahasa ini sudah memfosil dan sulit untuk dihilangkan. Maka secara
sosiolinguistik, tidak masalah jika kita ingin menggunakan istilah font sebagai
pengganti typeface dalam percakapan sehari-hari. Namun dalam konteks akademik
kita harus tetap menggunakan istilah yang tepat.

3. Font (Typefont)

Font adalah satu set bentuk huruf dalam rupa, ukuran, dan gaya khusus berdasarkan
desain typeface yang sama. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, istilah ini sering
tertukar dengan typeface. Sekedar mengingatkan kembali, contoh typeface adalah
Arial, sementara contoh font adalah Arial Condensed, Arial Black, dsb

4. Kategori Typeface

Terdapat banyak sekali typeface yang dapat kita pilih. Namun dari pilihan yang banyak
itu ada beberapa typeface yang memiliki karakteristik yang mirip satu sama lain.
Sehingga typeface-typeface tersebut dapat dikategorisasikan. Hal ini sangat berguna
untuk mempermudah pemilihan typeface yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Kategori-kategori tersebut adalah:

Gambar Font dengan jenis Serif


Serif; Kategori serif memiliki sirip/ kaki/ serif yang berbentuk lancip pada ujungnya,
memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya.

Serif memberikan kesan: klasik, anggun ,lemah gemulai. Serif juga dapat dikategorikan
lagi dengan berbagai varian serifnya, seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah.

5. Jenis Jenis Serif

jenis jenis serif

Sans Serif; Sans serif tidak memiliki kaki/serif/sirip , bertangkai tebal, sederhana dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Kesan yang dihasilkan: kokoh, kuat, kekar,
stabil.

Gambar Karakter Font Serif

Script; typeface kategori Script menyerupai tulisan tangan, biasanya bergaya seperti
huruf sambung. Script memberikan kesan dekoratif, keindahan dan elegan.

Monospace; Monospace adalah typeface yang setiap hurufnya memiliki dimensi


horizontal (lebar) yang sama persis. Typeface ini bermanfaat ketika kita membutuhkan
konsistensi lebih pada desain yang kita buat. Monospace menghasilkan kesan yang
konsisten dan seragam.

Display; Kategori typeface ini dioptimasikan untuk digunakan sebagai heading atau
judul suatu paragraf. Keterbacaan judul sangatlah penting, sehingga banyak
perancang typeface yang mendedikasikan karyanya untuk judul. Display dapat
digunakan untuk memperindah judul tanpa mengurangi keterbacaannya.

Lain-lain / Khas; Banyak karakteristik typeface lain yang belum dapat di


kategorisasikan. Terdapat file font yang hanya berisi berbagai bentuk dekoratif dan
tidak memuat huruf sama sekali yang disebut dingat.

6. Sistem Tipografi

Terdapat perbedaan sistem tipografi di Eropa Kontinental yang menganut ukuran punt
mentrik dan Cicero serta Anglo-Saxon yang mengunakan point dan pica.

Suatu punt Didot-Berthold atau punt metrik sama dengan 0,376 mm. Satuan ukuran lebih
besar ialah agustin atau ‘Cicero = 12 punt metrik atau kira-kiara 4,5 mm. Satu point Anglo-
Saxon adalah 1/72 inci; 12 point sama dengan 1 pico atau 1/6 inci. Jadi perbedaan punt
dan point bukan sekedar perbedaan bahasa. Sejak masuknya mesin tik IBM, penggunaan
point dan pico di Indonesia menjadi populer. Sekarang praktis hanya cetak tinggi yang
masih menggunakan punt dan agustin atau cicero. Berikut adalah konversi ukuran Eropa

Kontinental dan Anglo Saxon:

1 point = 0,935 punt = 0,351 mm = 0,0138 inci


1 punt = 1,070 point = 0,376 mm = 0,0148 inci
1 pica = 4,217 mm
1 Cicero = 4,511 mm
Gambar Sistem dan Kompisisi huruf

Lebar baris huruf (atau panjang baris huruf) dinyatakan dengan pica sedangkan lembar
huruf dinyatakan dengan set atau point. Bedanya set dapat dibagi empat sehinga ada
ukuran 1/4, 1/2, dan 3/4 set.

Untuk keperluan pempakan (justification), yaitu meratakan ujung pangkal baris,


lembar setiaphuruf merupakan jumlah unitnya. Arti unit adalahfraksi dari em-quad = 18
unit. Pada sistem susunhuruf fotografis ada yang ketelitiannya sampai 54unit / cm-quad.

Gambar Struktur huruf

Ketelitian pembagian unit ini bukan hannya berpengaruh pada ketepatan pempakan,
tetapi juga kerataan nada keabuan pada gambar huruf, sehingga akan memberikan kesan
tenang dan tidak cepat melelahkan mata. Terdapat ribuan wajah huruf dan senantiasa
bertambah setiap tahun. Langkah pertama untuk mempermudah dan memperjelas
pengenalan, adalah dengan mengamati ciri pokoknya, apakah’ tanpa-kait’ (sans-serif),
atau ‘berkait’ (serif).
Pengaplikasian
D#
MJ209 Tipografi
1. Prinsip-prinsip Tipografi

Sebagai acuan awal dalam prinsip-prinsip kebenaran untuk menghasilkan karya


tipografi yang maksimal, beberapa prinsip tipografi berikut ini dapat kita ikuti. Prinsip
yang telah diakui oleh banyak pakar tipografi ini terbagi menjadi dua prinsip besar,
yaitu prinsip keterbacaan tipografi, dan prinsip estetis tipografi.

A. Prinsip Keterbacaan Tipografi


• Huruf kecil cenderung lebih baik tingkat keterbacaannya jika dibandingkan
dengan huruf besar/kapital. Kemungkinan karena huruf kecil bentuknya jauh
lebih kontras satu sama lain.
• Huruf lurus (standar) jauh lebih mudah dibaca jika dibandingkan dengan huruf
miring (italic), namun jika kata huruf miring di apit oleh huruf reguler, justru
tingkat keterbacaannya meningkat.
• Warna kontras cenderung membantu tingkat keterbacaan, namun jika terlalu
kontras akan membuat mata cepat lelah. Maka dari itu kebanyakan website
hari ini tidak menggunakan warna hitam murni, tetapi menggunakan abu gelap
di atas putih.
• Teks gelap di atas background terang lebih mudah dibaca dibandingkan
dengan teks terang di atas background gelap.
• Warna abu tua di atas krem adalah kombinasi warna memiliki keterbacaan
paling baik sekaligus nyaman.
2. Prinsip Estetis Tipografi
• Batasi penggunaan typeface dalam satu halaman/desain. Dua jenis typeface
biasanya sudah cukup, satu untuk judul dan satu untuk isi.
• Batasi penggunaan warna, satu untuk judul dan satu untuk isi.
• Gunakan minimal tiga ukuran dan atau weight yang berbeda untuk
memaksimalkan kontras dan keindahan tipografi.
• Gunakan ukuran yang konsisten untuk setiap set teks yang berbeda.
• Berikan letter spacing lebih untuk font berukuran kecil dan kurangi spasi letter
spacing untuk font ukuran besar.
• Pastikan line height dan jarak antar spasi berbeda jauh, terutama jika line
height dibuat menjadi lebih renggang

3. Bekerja Dengan Huruf

Sumbangan yang telah dipersembahkan oleh para perancang huruf (type designer)
bagi tipografi dalam menyediakan berbagai jenis dan wajah huruf bagi berbagai
kebutuhan, dapat diperiksa pada setiap katalog modal huruf. Para perancang grafis
dan penyusun huruf tinggal memilih model yang dianggap memenuhi kebutuhan
dan estetikanya. Dalam dunia tipografi pun terdapat kecenderungan model yang
kecepatan berlalunya hampir mirip pula dengan model pakaian wanita. Bahkan,
dalam bidang perwajahan buku yang kurang dipengaruhi mode pun terdapat
peluang bagi berbagai variasi dalam lingkup tipografi konvensional.
Mereka yang terlibat dalam penerbitan seyogianya mengenali berbagai tipe atau
bentuk huruf. Tetapi, ini meliputi jumlah ribuan, sehingga untuk dapat mengenali
semuanya tentu merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah. Untuk meringankan
pekerjaan, dapat dimulai dengan mempelajari bagaimana tipe atau wajah huruf
tersusun. Apabila telah dipahami sistemnya, maka akan mudah menempatkan wajah
huruf untuk melayani kebutuhan. Lebih jauh, suatu pengetahuan tentang
penggolongan wajah huruf akan meningkatkan kemampuan, melalui
penggalaman berurusan dengan bermacam wajah huruf dan berbagai segi
rekabentuknya.
Roy Paul Nelson (1977) membagi wajah ataubentuk huruf ke dalam enam golongan sebagai
berikut:
1. Roman gaya-lama (Old-style Roman): Bentuk huruf demikian, bertolak dari aksara
Roman permulaan, terutama yang terukir pada tiang arggun di Roma untuk
menghormati Kaisar Trajan. Sampai kini tidak sedikit ahli huruf yang perpendapat
bahwa Roman jenisini merupakan yang terindah dari semua hurufLatin dan yang paling
mudah terbaca. Dua keluarga huruf dari sekian banyak yangtergolong Roman gaya-
lama, antara lain Caslon dan Garamond.
2. Roman Modern (Modern Romans):
3. Salah satu bentuk huruf tergolong Roman modern yang paling terkenal adalah
Bodoni, yang memilki banyak variasi ukuran dan ketebalan.
4. Roman peralihan (Transitional Romans): Yang termasuk golongan ini ialah jenis huruf
Roman yang memilki ciri peralihan dari gaya lama ke modern. Misalnya Baskerville
yang menampilkan kesan lebih ringan daripada Ro- man gaya-lama, tetapi tidak
terlampau mekanis seperti yang tampak pada Roman modern. Ditto Times Roman
tergolong pula ke dalam peralihan.
5. Tanpa-kait (Sans-serif): Ada yang berpendapatbahwa horisontalisasi yang terbutuhkan
oleh kait, selain menimbulkan kesan monoton, juga menyulitkan mata pembaca
ketika menyambungkan huruf demi huruf. Tetapi beberapa jenis huruf tanpa-kait
telah diubah untuk mengatasi masalah tersebut. Pada masakini huruf tanpa-kait telah
berhasil menarik perhatian banyak orang terutama pada penjudulan. Wajah huruf
tanpa-kait yang diilhami oleh aliran Bauhaus, seperti Futuradan Spartan; Gothic yang
diilhami oleh aliran Swiss, seperti Helvetica dan Universe, dan huruf lainnya yang
mengandung tipis tebal seperti Roman hanya tanpa-kait, seperti Op- tima, Radiant,
dan Broadway.
6. Berkait persegi (Slab-serifs atau Square-ser- ifs): Huruf-huruf demikian memiliki
karakteristik seperti tanpa kait, tetapi berkait. Pada masa lampau jenis ini dikenal
sebagai Egyptians. Beberapa penamaan terhadap bentuk huruf golongan ini
mencerminkan pengaruh Mesir, misalnya: Cairo, Karnak, Stymie, dan Memphis.
Sebuah penamaan lainmencerminkan mutu mirip bangunan: Girder.Kebanyakan huruf
berkati persegi tidak mudahterbaca.
Tetapi bagi jenis-jenis periklanan tertentu, huruf demikian cukup baik ditampilkan
sebagai judul.
7. Anekaragam (Miscellaneous): Y a n g termasuk ke dalam golongan ini adalah semua
huruf yang tidak tergolong ke dalam salah satukategori di atas. Di antaranya ialah huruf
or- namental seperti PT Barnum, Dom Causal, Umbra, Cooper Black, Nubian, Peignot,
Rus- tic, dan lain-lain yang hanya sekali-kali saja dipergunakan orang.

Wiliam H. Bolen (1981) menyederhanakan penggolongan huruf ke dalam empat bentuk


pokok:

• Roman (Roman Type)


• Blok (Block Type)
• Tulisan (Script Type); dan
• Ornamental.
Sehingga kita dapat merujuk suatu jenis huruf Futura tertentu sebagai Futura bold
condensed italic, misalnya: sedangkan huruf Futura tanpa variasi tertentu cukup disebut
Futura.
4. Variasinya dalam keluarga (Font Family).

Gambar Penggolongan Huruf menurut William H. Bolen beserta Contohnya.

Dalam suatu keluarga huruf, boleh jadi terdapat variasi kelebaran (width),
ketebalan (weight), perawakan (posture), tetapi dengan karakteristik dasar wajah yang
sama. Berbagai variasi kelebaran huruf merujuk pemampatan ataupengembangan wajah,
yang meliputi istilah sepertimampat (condensed), sangat mampat (extra con- densed), dan
terkembang (extended, wide, atau expanded). Beberapa tingkat ketebalan, yakni apakah
sapuannya relatif ringan atau berat, meliputi istilah tipis, sedang, agak tebal, tebal, dan
sangat tebal (light, medium, semibold, bold, dan extra bold, atau heavy). Huruf dengan
perawakan yang miring biasa disebut italic. Dengan demikian,huruf secara rinci diberi label
sesuai karakteristik
Penutup: Tip Tipografi

1. Naskah panjang sebaiknya dipecah ke dalam beberapa paragraf agar lebih


mudah dibaca. Untuk mengurangi kesan monoton, penggunaan huruf miring
atau tebal pada bagian penting dari naskah dapat dipertimbangkan.
2. Hindari penggunaan terlalu banyak jenis huruf dalam suatu tubuh naskah,
karena akan menimbulkan gangguan ketika dibaca.
3. Hindari penggunaan teks di atas ilustrasi atau bagian berwarna, kecuali apabila
diyakini akanmencapai kontras secukupnya yang memungkinkan teks tetap
mudah terbaca.
4. Tetaplah dengan huruf berukuran 9. 10, 11, dan 12 point bagi tubuh naskah.
Ini akan lebih mudah terbaca.
5. Jenis Roman lebih umum dipilih bagi tubuh naskah, meskipun penggunaan
sans-serif mulai lebih populer pula.
Kepustakan

Bolen, William H., Advertising, 2ed., New York, 1984


: John Wiley & Sons.
Bolen, William H., Editors of the Harvard Post, How to Produce a Small
Newpaper, Massachusetts, 1978: The Harvard Common Press.
Meyer, Susan E., Designing with Type, New York, 1980: Watson-Guptill
Publications.
Nelson, Roy Paul, The Design of Advertising, Dubuque, Iowa, 1977: WM.C.
Brown Company Publish- ers.
Rogers, Geoffrey, Editing for Print, London, 1985: Quarto Publishing Ltd.
Scheider, Georg, Perihal Cetak Mencetak, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sudiana, Dendi, Komunikasi Periklanan Cetak, Bandung 1986: Remaja
Karya CV.
Turnbull, Arthur T., and Baird, Rusell N., The Graph- ics of Communication,
Fourth Edition New York, 1980: Holt, Rinehart and Winston.
Serupa.id (2019). Tipografi: Pengertian, Parameter, Prinsip & Penjelasan Lengkap -
serupa.id. Serupa.id. https://serupa.id/tipografi/

Hill, Will. (2005). The Complete Typographer: A Manual for Designing with Type.
Singapura: One Publishing Private Limited.

Anda mungkin juga menyukai