Anda di halaman 1dari 18

TOHIRIN, SPD. Gr.

A. Tipografi
1. Pengertian Tipografi
Dlam KBBI tipografi berarti ilmu tentang cetak-mencetak, seni tentang
percetakan. Dikenal juga seni huruf, yaitu karya atau desain yang
menggunakan pengaturan huruf sebegai elemen utama. Tipografi disebut
juga seni atau teknik menyusun huruf dan teks dengan cara yang dapat
membuatnya dapat terbaca, jelas dan menarik secara visual. Dalam
istilah umum tipografi adalah seni memilih dan menata huruf dengan
pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu,
sehingga membantu pembaca untuk mendapatkan kenyamanan
semaksimal mungkin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipografi
adalah seni menata huruf pada ruang yang tersedia untuk
menghidupkan karaker tertentu serta dapat membuat pembaca dapat
membaca dengan sejelas-jelasnya.
Tipografi menjadi salah satu nyawa atau hidupnya desain. Karena
penggunaan typografi yang tepat dapat menghidupkan karakter desain
yang diciptakan. Brebagai contoh penggunaan tipografi bisa ditemukan
pada logo, poster, brosur, website, buku atau karya apapun yang
melibatkan unsur teks. Tujuan utama dari adanya tipografi yaitu agar
pembaca mendapatkan kemudahan dan kenyamanan, baik dalam
kejelasan huruf maupun keterbacaan.

2. Sejarah Tipografi
Perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan piktogram.
Piktogram adalah bahasa tulis dengan menggunakan gambar sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk bahasa ini antara lain
dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Pada wilayah
Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan
nama hieroglif pada sekitar abad 1300 SM.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad VIII
SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena
bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari
sistem tulisan Etruria yang merupakan penduduk asli Italia serta
menyempurnakannya, sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.
Pada saat ini tipografi mengalami perkembangan dari penciptaan
manual menggunakan goresan tangan hingga pada proses pembuatan
karakter tipografi menggunakan komputer. Dengan bantuan komputer
membuat penggunaan dan penciptaan tipografi menjadi lebih mudah dan
dalam waktu yang singkat. Selain itu tersedia jenis pilihan huruf yang tidak
terbatas jumlahnya.

Sejarah Tipografi Indonesia


Indonesia mengenal berbagai macam font atau aksara yang digunakan
sebagai bahasa tulis. Pada awalnya aksara yang berkembang di Nusantara
merupakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta yang kemudian
mempengaruhi daerah daerah lain. Yang terbesar diantaranya adalah
akasra Jawa, Bali, Bugis Makasar, dan Batak.

Aksara Jawa
Pada sejarahnya aksara Jawa yang dikenal dengan nama Hanacaraka
termasuk dalam turunan aksara Sansekerta yang berasal dari India. Huruf
ini dibawa oleh Raja Aji Saka yang datang ke Jawa pada tahun 78 Masehi.
Huruf yang diperkenalkan pada waktu itu sebenarnya bukan huruf tetapi
suku kata, yang terdiri atas suku kata:
Ha, na, ca, ra, ka, ga, ta, ma, nga, ba, sa, wa, la, pa, da, ja, ya, nya.
Kedelapan belas aksara ini dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat
untuk memudahkan menghafalkannya. Contoh Aksara Jawa.

Gambar 3.2 Aksara Jawa Huruf Pallaswa Bahasa Sansekerta


Sumber: Pinterest

Aksara Bali
Aksara Bali berkembang dari huruf Pallawa yang dikenal dengan nama
huruf Bali Kuno. Huruf ini berkembang pada sekitar abad ke-IX sampai
abad ke-X. Sistem yang digunakan yaitu sistem silabik. Artinya, satu
tanda mewakili satu suku kata yang diambil dari huruf awal suku kata
yang diambil dari huruf awal suku kata dimaksud. Tiap suku kata
dibentuk dari satu konsonan dan satu vokal. Contoh Aksara Bali

Gambar 3.2 Aksara Bali


Sumber: Pinterest

Aksara Bugis
Suku Bugis merupakan salah satu suku yang terdapat di Sulawesi Selatan.
Suku Bugis menggunakan dialek yang dikenal dengan Bahasa Ugi dan
mempunyai tulisan huruf Bugis yang disebut dengan Aksara Lontara
Bugis. Aksara ini telah ada sejak abad ke-XII sejak melebarnya pengaruh
Hindu di Indonesia.Aksara bugis berjumlah 23 huruf yang semuanya
disusun berdasarkan aturan tersendiri. Kata Lontara berasal dari bahasa
Bugis yang berarti Daun Lontar karena awalnya ditulis dalam daun lontar
dan cara membacanya dari kiri ke kanan.
Gambar 3.3 Aksara Lontara Bugis
Sumber: Pinterest

Aksara Batak
Suku Batak merupakan salah satu suku yang berada di kawasan tanah
Tinggi Sumatera Utara dan berpusat di Danau Toba. Sistem penulisan
aksara Batak Toba telah ada sejak abad ke-XIII, diperkirakan aksara
tersebut berasal dari aksara Jawa Kuna, melalui aksara Sumatera Kuno.
Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu
suku kata silaba atau silabis.
Setiap aksara-aksara tersebut digunakan untuk masing-masing daerah
asalnya saja, sehingga untuk sistem penulisan dalam komunikasi
mengalami kendala antara daerah satu dengan daerah lainnya. Contoh
aksara Batak.

Gambar 3.4 Aksara Lontara Bugis


Masa Sumber: Google.com Pemerintahan Hindia
Belanda

Bangsa Belanda memperkenalkan sistem penulisan huruf sesuai


dengan sistem huruf Roman. Sistem huruf Roman tersebut dapat
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem penulisan
yang baru karena sifatnya lebih general dan dapat di pakai sebagai
sarana komunikasi secara luas.
Tipografi pada masa penjajahan Belanda awal mulanya
digunakan dalam penyiaran berita dan iklan dalam persaingan
perdagangan oleh bangsa Belanda. Pada tahun 1621, Jan Pieterszoon
Coen seorang gubernur jenderal Hindia Belanda mengirimkan lembaran
informasi ke pemerintah setempat di Ambon dengan judul Memorie De
Nouvelles. Surat tersebut ditulis dengan tulisan tangan yang indah
dengan merefleksikan naluri bersaing antara pemerintah Belanda
dengan Portugis. pada tahun 1744 surat tersebut diterbitkan dalam
surat kabar Bataviasche Nouvelles, sebuah surat kabar yang
diperuntukkan untuk mengiklankan produk persatuan perusahaan
periklanan indonesia.

Gambar 3.5 Iklan kendaraan bermotor masa Hindia Belanda


Sumber: Google.com

3. Jenis Tipografi
Terdapat beberapa jenis tipografi ditinjau dari bentuknya. Berikut ini
beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James
Craig.

a) Sherif (Berkaki)
Serif (Berkaki) adalah jenis huruf tipografi yang memiliki kaki pada
setiap ujungnya contoh huruf serif adalah : Times New Roman,
Georgia, Book Antiqua, dan Garamond huruf ini memiliki kesan tegas
dan mewah digunakan untuk huruf di majalah, koran berita karena
mudah dibaca dan diingat.

Gambar 3.6 Font Sherif


Sumber: Google.com

b) Sans Serif
Tipografi sans serif ini lebih simple dan paling banyak digunakan
pada masa moderen khususnya dalam dunia desain digital. Kesan
yang ditimbulkan dari jenis tipografi ini modern, kontemporer, dan
efisien. Jenis font yang ada di kategori Sans Serif yaitu Arial, Century
Gothic, dan Verdana.

Arial
Century Gothic
Vedana
Gambar 3.7 Font Sans Sherif
Sumber: Google.com

c) Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan
pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan
yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab.
Gambar 3.8 Font Script
Sumber: Google.com

d) Misccellaneous/Dekoratif
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang
sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif.
Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Gambar 3.9 Font Misccellaneous/Dekoratif


Sumber: Google.com
4. Era Komputer Grafis
Perkembangan tipografi setelah penggunaan komputer grafis tidak jauh
beda dengan perkembangan tipografi modern di dunia. Perkembangan
tipografi modern di Indonesia didukung oleh kesadaran desainer untuk
memakai desain font secara eksklusif dalam desainnya. Sehingga
tipografinya tidak asal mengambil dari komputer atau font yang sudah ada.
Meskipun sampai sekarang belum ada perusahaan di Indonesia yang
mengkhususkan diri dalam pembuatan font namun banyak perusahaan-
perusahaan desain lokal Indonesia maupun desainer secara pribadi yang
membuat sendiri font-nya secara eksklusif.

Sebagai dampak dari perkembangan yang pesat dalam dunia digital


bermunculan pula karya-karya tipografi dunia yang tersebar di dunia digital
yang mengispirasi para creator untuk membuat karya di Indonesia. Salah
satunya adalah karya mural dan graffiti.

a) Grafiti
Graffiti adalah bentuk jamak dari Bahasa Latin grafitto yang
berarti goresan atau guratan. Graffiti yang dalam bahasa
Indonesia ditulis grafiti merupakan istilah untuk tulisan atau
gambar yang digores, dicorat-coret, dicat atau ditorehkan pada
dinding.
Perkembangan kesenian pada zaman Mesir kuno juga
memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida.
Lukisan ini berisi petunjuk untuk memasuki alam lain yang
ditemui seorang Pharaoh/Firaun setelah dimumikan. Grafiti
digunakan untuk menghias dinding kekaisaran contohnya ada
pada penaggalan Yunani kuno dan Kerajaan Roma, umumnya
gambar yang ditampilkan adalah berisi tentang ritus keagamaan
maupun budaya kerajaan.
Gambar 3.10 Grafiti dalam Piramida Mesir
Sumber: Pinterest

Beberapa seniman graffiti yaitu Lee Quinones, Ramellzee,


Alex Vallauri, Zephyr, Jean Michel Basquiat dan Keith Haring.
Berikut beberapa gaya grafiti yang yang terbagai atas enam
kategori.

1) Tag Style
Gaya grafiti jenis ini adalah awal dari sejarah grafiti moderen.
Namun saat ini dianggap hanya sebagai tambahannya. Tag adalah
tanda tangan penulis, julukannya pembuat grafiti umumnya
ditulis dalam satu warna atau simbol tertentu. Grafiti jenis ini
sangat kuat dalam unsur garis, dan memang menjadi ciri khas dari
pembuat grafiti. Tanda ini konsisten dan menandai kelompok
tertentu yang membuat karya grafiti.

Gambar 3.11 Grafiti Tag Style


Sumber: Pinterest

2) Grafiti Throw Up
Throw up yang berarti melempar menggambarkan jika teknik ini
mengutamakan kecepatan dalam proses pembuatannya sehingga
warna-warna yang dipakaipun cenderung lebih sedikit. Ciri lain
grafiti ini menggunakan font yang agak cembung dan
menyambung antar garis satu dan garis lainnya. Grafiti jenis ini
umumnya masih menampakkan bentuk tulisan.
Gambar 3.12 Grafiti Throw Up
Sumber: Pinterest

3) Grafiti Bubble
Grafiti bubble merupakan gaya grafiti dengan menggunakan font
cembung yang menyurapai bubble dengan garis tepi yang tebal.
Grafiti jenis ini umumnya masih menampakkan bentuk tulisan,
sehingga sangat baik jika dipakai sebagai sarana belajar membuat
grafiti.

Gambar 3.13 Grafiti Bubble


Sumber: Pinterest

4) Grafiti Blockbuster
Jenis grafiti ini terlihat seperti font yang standar dengan blok-
bolok yang besar. Ciri lain grafiti ini yakni warna yang mencolok
dengan latar belakang gelap maupun sebaliknya. Wujud grafiti
blok yang ada di Indonesia umumnya dipakai untuk nama sekolah
atau nama supporter sepakbola. Hal ini sesuai jenis aliran ini yang
memang sangat mencolok untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Gambar 3.14 Grafiti Blockbuster


Sumber: Pinterest

5) Grafiti Wild Style


Graffiti ini dibuat dengan teknik yang cukup rumit. Jika orang
awam yang melihat, kemungkinan besar tidak akan bisa membaca
tulisan grafiti ini dengan mudah. Jenis grafiti wild style di buat
dengan garis-garis yang terhubung, menyilang, berhimpitan
dengan warna-warna yang mencolok dinamis. Grafiti jenis ini
memerlukan kecakapan dalam menentukan kontur dan paduan
warna yang tepat agar karya yang dibuat tetap menyatu.
Gambar 3.15 Grafiti Wild Style
Sumber: Pinterest

6) Grafiti 3D
Grafiti 3D merupakan seni grafiti dengan kesulitan cukup tinggi.
Hal ini disebabkan selain pengaturan outline yang memang harus
mumpuni ditambah juga untuk menampilkan efek tiga dimensi
melalui permainan warna. Titik penting dari grafiti jenis ini adalah
menampilkan kesan 3D.

Gambar 3.16 Grafiti 3D


Sumber: Pinterest

b) Mural
Dalam KBBI mural berarti lukisan pada dinding. Sementara kajian
seni rupa mural berasal dari Bahasa Latin murus yang bermakna tembok.
Mural diartikan juga sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung
ruang arsitektur. Lukisan dibuat langsung maupun tidak langsung pada
permukaan dinding suatu bangunan, bentuk lukisan bisa berupa figur
manusia, dewa, karkater kartun, manusia, maupun binatang.

Gambar 3.17 Grafiti di Gua Prasejarah Lascaux


Sumber: Pinterest
Menurut catatan
sejarah mural sudah ada sejak 31.500 tahun yang lalu tepatnya pada
masa prasejarah. Pada masa itu terdapat sebuah lukisan yang
menggambarkan sebuah gua di Lascaux yaitu daerah Selatan Prancis.
Mural yang dibuat pada masa prasejarah tersebut menggunakan sari
buah maupun tumbuhan sebagai pewarna. Pada masa prasejarah, negara
yang paling banyak memiliki lukisan dinding atau mural tidak lain yaitu
Prancis. Beberapa seniman mural masa Reanissance antara lain Cimbaue,
Giotto, Ghirlandiao. Sementara seniman mural pada abad ke 20 yaitu
Diego Rivera, Jose Orozco.

Berdasarkan wujud temanya mural dapat digolongkan menjadi empat


bagian tema besar yaitu:

1) Mural tema figur/karakter


Tema figur/karakter merupakan mural yang dibuat dengan tema
manusia, karakter tokoh animasi, karakter tokoh pahlwan dan
sebagainya. Tema figur bisa digabung dengan nuansa adegan
dalam sebuah cerita tertentu sehingga bisa menimbulkan
kesatuan tema.

Gambar 3.18 Grafiti di Gua Prasejarah Lascaux


Sumber: Pinterest

2) Mural tema Flora


Tema flora yakni mural yang dibuat mengedepankan tema
tumbuh-tumbuhan. Dalam perwujudannya tema flora ini
umumnya bisa bergabung dengan tema fauna disebabkan
kesatuan tematik tentang alam.
Gambar 3.19 Grafiti Tema Flora
Sumber: Pinterest

3) Mural tema Fauna


Tema fauna yaitu sebuah tema yang menonjolkan tema biatang.
Tema binatang dalam berbagai karya mural digabung dengan
tumbuhan, benda-benda lain maupun tema figur/karakter. Meski
adapula tema fauna yang memang hanya menonjolkan unsur
binatang.

Gambar 3.20 Grafiti Tema Fauna


Sumber: Pinterest

4) Mural tema Abstrak


Tema abastrak merupakan sebuah tema yang tidak merujuk
bentuk-bentuk yang telah ada. Wujud abstrak dapat berupa
pemanfaatan unsur rupa seperti garis, bentuk, maupun
perpaduan dari berbagi unsur yang disatukan.
Gambar 3.21 Grafiti Tema Abstrak
Sumber: Pinterest

c) Perbedaan Mural dan Grafiti

Ditinjau dari masa awal pembuatannya mural dan grafiti sebenarnya


memiliki perbedaan. Secara makna kata grafiti diartikan sebagai tulisan
atau gambar yang digores, dicorat-coret, dicat atau ditorehkan pada
dinding. Sementara mural berasal dari kata murus yang berarti tembok
diartikan juga sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang
arsitektur. Lukisan dibuat langsung maupun tidak langsung pada
permukaan dinding suatu bangunan, bentuk lukisan bisa berupa figur
manusia, dewa, karkater kartun, manusia, maupun binatang.

Jika dilihat dari awal kemunculannya mural dipakai sebagai penghias


dinding arsitektur yang cenderung mengandung unsur hias berupa
gambar. Sementara grafiti dari kata graffito yang memiliki arti goresan
atau tulisan pada dinding. Jika mural dimaksudkan muncul pada gua-gua
di masa prasejarah maka yang dimaksud disana adalah berupa gambar.
Atau dalam bahasa lain sebagai gambar yang dipakai sebagai huruf untuk
bercerita pictogram. Berdasarkan asal kemunculannya dapat diketahui
ciri bahwa; grafiti merupakan tulisan yang diaplikasikan melalui coretan,
goresan pada dinding. Yang menjadi titik fokusnya adalah bahwa unsur
grafiti dominan menggunakan tulisan. Sementara mural yang awalnya
dipakai sebagai sarana untuk menghias tembok memiliki unsur dominnan
berupa gambar baik berupa figur manusia, binatang tumbuhan maupun
lainnya. Dalam praktiknya tentu antara grafiti maupun mural bisa
digabung sebagai bagian yang saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai