Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


____________________________________________________________________________________________
31 Desember 2021

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR SE - 56/PJ/2021

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN PEMUNGUT BEA METERAI

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

A. Umum

Sehubungan dengan telah diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-151/PMK.03/2021


tentang Penetapan Pemungut Bea Meterai dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Bea
Meterai, perlu disusun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai Petunjuk Pelaksanaan Penetapan
dan Pencabutan Penetapan Pemungut Bea Meterai.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Surat Edaran Direktur Jenderal ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam
melaksanakan penetapan dan pencabutan penetapan pemungut Bea Meterai.

2. Tujuan

Surat Edaran Direktur Jenderal ini bertujuan untuk memberikan kejelasan dan keseragaman
dalam prosedur pelaksanaan penetapan dan pencabutan penetapan pemungut Bea Meterai.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini meliputi:


1. pengertian;
2. ketentuan umum;
3. penetapan pemungut Bea Meterai;
4. penentuan dasar pengenaan Deemed Dividend;

D. Dasar

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai.


2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-151/PMK.03/2021 tentang Penetapan Pemungut Bea
Meterai dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Bea Meterai.

E. Materi

1. Pengertian
a. Bea Meterai adalah pajak atas dokumen.
b. Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan tangan,
cetakan, atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau keterangan.
c. Meterai adalah label atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau bentuk lainnya
yang memiliki ciri dan mengandung unsur pengaman yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia, yang digunakan untuk membayar pajak atas Dokumen.
d. Meterai Elektronik adalah Meterai berupa label yang penggunaannya dilakukan dengan
cara dibubuhkan pada Dokumen melalui sistem tertentu.
e. Sistem Meterai Elektronik adalah sistem tertentu berupa serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik dalam sistem atau aplikasi terintegrasi yang berfungsi membuat,
mendistribusikan, dan membubuhkan Meterai Elektronik.
f. Meterai Percetakan adalah Meterai berupa label yang penggunaannya dilakukan dengan
cara dibubuhkan pada Dokumen dengan menggunakan teknologi percetakan.
g. Pembuat Meterai Dalam Bentuk Lain, yang selanjutnya disebut Pembuat Meterai,
adalah wajib pajak yang telah memiliki izin untuk mencetak atau membuat Meterai
dalam bentuk lain.
h. Distributor adalah badan usaha yang memiliki kemampuan dan kualifikasi dalam
mendukung pendistribusian dan penjualan Meterai Elektronik melalui Sistem Meterai
Elektronik.
i. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
j. Pihak Yang Terutang adalah pihak yang dikenai Bea Meterai dan wajib membayar Bea
Meterai yang terutang.
k. Pemungut Bea Meterai adalah pihak yang wajib memungut Bea Meterai yang terutang
atas Dokumen tertentu dari pihak yang terutang, menyetorkan Bea Meterai ke kas
negara, dan melaporkan pemungutan dan penyetoran Bea Meterai ke Direktorat
Jenderal Pajak.
l. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat NPWP adalah nomor yang
diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
m. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disingkat KPP, adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
n. Surat Pemberitahuan Masa Bea Meterai yang selanjutnya disebut SPT Masa Bea
Meterai, adalah surat pemberitahuan yang digunakan oleh Pemungut Bea Meterai untuk
melaporkan pemungutan Bea Meterai dari Pihak Yang Terutang dan penyetoran Bea
Meterai ke kas negara untuk suatu masa pajak.
o. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Pemungut Bea Meterai untuk
menghitung, menyetorkan, dan melaporkan Bea Meterai yang terutang dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan kalender.
p. Surat Setoran Pajak, yang selanjutnya disingkat SSP, adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
q. Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis
pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib Pajak, wajib bayar, wajib setor.

2. Ketentuan Umum
a. Direktur Jenderal Pajak menetapkan Wajib Pajak sebagai Pemungut Bea Meterai
dengan menerbitkan surat penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2021
tentang Penetapan Pemungut Bea Meterai dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaporan Bea Meterai.
b. Wajib Pajak yang ditetapkan sebagai Pemungut Bea Meterai merupakan Wajib Pajak
dengan kriteria:
1) memfasilitasi penerbitan surat berharga berupa cek dan bilyet giro; dan/atau
2) menerbitkan dan/atau memfasilitasi penerbitan:
a) Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi
kontrak berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
b) surat keterangan, surat pernyataan, surat kuasa, surat hibah, atau
surat wasiat beserta rangkapnya; dan/atau
c) Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih
dari Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah), yang:
(1) menyebutkan penerimaan uang; atau
(2) berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya
telah dilunasi atau diperhitungkan,
dengan jumlah lebih dari 1.000 (seribu) Dokumen dalam 1 (satu) bulan.
c. Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tetapi belum ditetapkan sebagai Pemungut Bea
Meterai dapat menyampaikan surat pemberitahuan untuk ditetapkan sebagai
Pemungut Bea Meterai sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 151/PMK.03/2021 tentang Penetapan Pemungut Bea Meterai dan Tata
Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Bea Meterai.
d. Direktur Jenderal Pajak dapat mencabut penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai
dalam hal Pemungut Bea Meterai tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
dalam huruf b selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dengan menerbitkan surat
pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2021 tentang Penetapan
Pemungut Bea Meterai dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Bea
Meterai.

3. Penetapan Pemungut Bea Meterai


a. Penetapan Pemungut Bea Meterai dilakukan berdasarkan:
1) data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP); atau
2) surat pemberitahuan untuk ditetapkan sebagai Pemungut Bea Meterai yang
disampaikan oleh Wajib Pajak melalui alamat pos elektronik yang dikelola oleh
Direktorat Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan.
b. Data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh DJP sebagaimana dimaksud dalam
huruf a angka 1) termasuk usulan penetapan Pemungut Bea Meterai yang disampaikan
oleh Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur Potensi, Kepatuhan dan
Penerimaan (PKP).
c. Penetapan Pemungut Bea Meterai dilakukan dengan ketentuan:
1) penelitian dan identifikasi Wajib Pajak yang memenuhi kriteria untuk
ditetapkan sebagai Pemungut Bea Meterai;
2) koordinasi dengan Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan
Masyarakat (P2Humas) dalam rangka penjadwalan pembahasan dan
penyampaian undangan kepada Wajib Pajak;
3) pembahasan bersama Direktorat PKP, Direktorat Peraturan Perpajakan I
(PP I), dan Direktorat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan Wajib
Pajak mengenai penetapan Wajib Pajak sebagai Pemungut Bea Meterai dan
kesiapan sistem untuk pemungutan Bea Meterai dengan menggunakan
meterai elektronik;
4) penyusunan kertas kerja pembahasan penetapan Pemungut Bea Meterai
sebagaimana contoh format yang tercantum dalam Lampiran Il yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini;
5) penyusunan daftar nominatif Wajib Pajak yang akan ditetapkan sebagai
Pemungut Bea Meterai yang sekurang-kurangnya memuat informasi:
a) nama Wajib Pajak;
b) NPWP Wajib Pajak; dan
c) alamat email Wajib Pajak;
6) penyusunan konsep surat penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai dan
penyampaian kepada Direktur Jenderal Pajak untuk ditandatangani;
7) penyampaian:
a) surat penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai;
b) informasi terkait batas waktu aktivasi akun Pemungut Bea Meterai
pada Sistem Meterai Elektronik;
c) tautan untuk mengakses Sistem Meterai Elektronik; dan
d) petunjuk penggunaan (user guidance) terkait permintaan kuota
Meterai Elektronik,
kepada Wajib Pajak melalui posel; dan
8) penambahan status Wajib Pajak sebagai Pemungut Bea Meterai pada sistem
informasi DJP.
d. Penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai mulai berlaku pada awal bulan berikutnya
sejak tanggal surat penetapan.
e. Pemungut Bea Meterai harus melakukan aktivasi akun pada Sistem Meterai Elektronik
paling lama sebelum penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai mulai berlaku.
f. Tata cara penetapan pemungut Bea Meterai tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

4. Pencabutan Penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai


a. Pencabutan penetapan Pemungut Bea Meterai dilakukan berdasarkan:
1) data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh DJP; atau
2) pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
b. Data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh DJP sebagaimana dimaksud
dalam huruf a angka 1) termasuk usulan pencabutan penetapan Pemungut Bea Meterai
yang disampaikan oleh Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur PKP.
c. Pencabutan penetapan Pemungut Bea Meterai dilakukan dengan ketentuan:
1. penelitian dan identifikasi data dan/atau informasi;
2. pembahasan dan/atau klarifikasi bersama Direktorat PKP, Direktorat PP I dan
Direktorat Data dan Informasi Perpajakan (DIP) untuk menentukan Wajib
Pajak yang akan dilakukan pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea
Meterai;
3. pembuatan berita acara pencabutan penetapan Pemungut Bea Meterai
sebagaimana contoh format yang tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini,
yang ditandatangani bersama oleh Direktur PKP, Direktur PP I, dan Direktur
DIP;
4. penyusunan konsep surat pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea
Meterai dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
ditandatangani;
5. penyampaian surat pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai
kepada Wajib Pajak melalui posel; dan
6. penyesuaian sistem dengan:
(a) penghapusan status Pemungut Bea Meterai pada sistem informasi DJP;
(b) non-aktivasi akun Pemungut Bea Meterai pada Sistem Meterai
Elektronik; dan
(c) pengembalian kuota Meterai Elektronik yang belum dibubuhkan
kepada Distributor.
d. Pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai mulai berlaku pada awal bulan
berikutnya sejak tanggal surat pencabutan.
e. Dalam hal telah dilakukan pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai tetapi
masih terdapat Bea Meterai yang telah dipungut dan belum disetorkan, maka
Pemungut Bea Meterai wajib menyetorkan Bea Meterai yang telah dipungut ke kas
negara.
f. Wajib Pajak yang telah dilakukan pencabutan penetapan sebagai Pemungut Bea
Meterai dapat menyampaikan SPT Masa Bea Meterai yang menjadi kewajibannya.
g. Tata cara pencabutan penetapan pemungut Bea Meterai tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

F. Penutup

Dengan terbitnya Surat Edaran Direktur Jenderal ini, pelaksanaan penetapan dan pencabutan
penetapan pemungut Bea Meterai berpedoman pada Surat Edaran ini.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2021
DIREKTUR JENDERAL,

ttd
SURYO UTOMO

Anda mungkin juga menyukai