Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN AIR GAMBUT SECARA KONTINYU

Oleh : Wahyu Widayat dan Nusa Idaman Said *)

Abstrak
Air tanah di daerah bergambut atau daerah rawa umumnya dangkal berwarna
coklat, berkadar asam humus, zat organik dan besi yang tinggi, sedangkan
didaerah daratan agak dalam dengan air berwarna jernih tetapi kadar besi dan
mangan masih tinggi. Untuk mengatasi masalah air bersih di daerah bergambut
perlu adanya alat pengolahan air gambut yang dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat setempat

Alat Pengolahan air gambut secara kontinyu ini merupakan rangkaian proses
yabg lengkap namun dikemas dalam bentuk yang sederhana, dirancang sesuai
dengan kondisi dan tingkat pendidikan masyarakat pedesaan. Dengan demikian
alat pengolah air gambut secara kontinyu ini harus murah, mudah pengerjaan
dan pengoperasiannya serta hasil olahan yang memenuhi baku mutu air minum.

Kata Kunci : gambut, sistem kontinyu, koagulan, netralisasi,

I. PENDAHULUAN berjangkitnya berbagai jenis penyakit seperti


muntaber, penyakit kulit dan sebagainya
Air merupakan kebutuhan pokok bagi yang bisa dijadikan sebagai indikator
kehidupan manusia. Dalam kehidupan buruknya kualitas lingkungan dan sulitnya
sehari-hari manusia selalu memerlukan air pemenuhan kebutuhan air bersih. Dalam
terutama untuk minum, masak, mandi, upaya penyediaan air bersih dan sehat bagi
mencuci dan sebagainya. Pemenuhan masyarakat pedesaan yang mana kualitas air
kebutuhan air bersih sudah menjadi masalah tanahnya buruk serta belum mendapatkan
yang sangat umum dan belum diatasi di pelayanan air minum dari PAM, seperti
sebagian besar wilayah negara Indonesia daerah gambut, perlu dimasyarakatkan alat
pada umumnya terutama didaerah-derah pengolah air sederhana yang murah dan
pedesaan dan daerah terpencil. persentase dapat dibuat oleh masyarakat dengan
penduduk di Indonesia yang sudah menggunakan bahan yang ada dipasaran
mendapatkan pelayanan air bersih dari setempat.
badan atau perusahaan air minum masih Salah satu alat pengolah air
sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sederhana tersebut adalah alat pengolah air
sekitar 45 %, sedangkan untuk daerah gambut yang merupakan paket proses
pedesaan baru sekitar 36 %. netralisasi, aerasi, flokulasi-koagulasi,
Di daerah-daerah yang belum pengendapan dan penyaringan. Alat ini
mendapatkan pelayanan air bersih, dirancang untuk keperluan masyarakat
penduduknya biasa menggunakan air sumur pedesaan sehingga cara pembuatan dan cara
galian atau air sungai yang kadang-kadang pengoperasiannya mudah serta beayanya
kurang memenuhi standart air minum yang murah, hanya dengan bantuan tawas dan
sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat kapur (gamping).
buruk kualitas air tanah maupun air Alat Pengolah Air ini juga sangat
sungainya, penduduk hanya menggunakan cocok digunakan untuk pengolahan air yang
air hujan untuk memenuhi kebutuhan air mengandung zat besi, mangan dan zat
minum. Sulitnya pemenuhan kebutuhan air organik, dengan biaya yang sangat murah.
bersih mengakibatkan masalah lain yang
lebih kompleks. II. PROSES PENGOLAHAN
Salah satu masalah yang merupakan
akibat dari sulitnya pemenuhan kebutuhan air Proses pengolahan terdiri dari
bersih dan buruknya kualitas lingkungan beberapa tahapan, yaitu :
adalah masalah kesehatan masyarakat, yaitu
*)
Peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) - BPPT

214 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No.3, September 2001 : 214-222


1. Netralisasi dengan pembubuhan kapur/ menghilangkan gas-gas beracun yang tak
gamping. diinginkan misalnya gas H2S, Methan,
2. Aerasi dengan pemompaan udara. Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya.
3. Koagulasi dengan pembubuhan tawas. Oksidasi mangan dengan oksigen dari udara
4. Pengendapan. tidak seefektif untuk besi, tetapi jika kadar
5. Penyaringan. mangannya tidak terlalu tinggi maka
sebagaian mangan dapat juga teroksidasi
2.1. Netralisasi dan terendapkan.
Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh
Netralisasi adalah mengatur keasaman udara adalah sebagai berikut:
air baku yang bersifat asam dengan pH< 7
dinaikkan menjadi netral (pH 7 - 8), dengan 4 Fe 2+ + O2 + 10 H2O 4 Fe(OH)3 + 8 H+
cara pembubuhan alkali. Cara yang paling tak larut
mudah dan murah yaitu dengan
membubuhkan larutan air kapur /gamping. 2 Mn2+ + O2 + 2H2O 2 MnO2 + 4H+
Tujuan netralisasi ini adalah untuk membantu tak larut
efektiitas proses selanjutnya yaitu oksidasi
dan koagulasi-flokulasi selain itu hal yang Sesuai dengan reaksi tersebut di atas, secara
tidak kalah penting adalah air olahan yang teoristis untuk mengoksidasi 1 mg/lt zat besi
dihasilkan netral sesuai dengan kualitas air (Fe) dibutuhkan 0,14 mg/lt oksigen dan
minum (pH 6,5-8,5) setiap 1 mg/lt mangan (Mn) oleh oksigen
dibutuhkan 0,29 mg/lt oksigen.
Luas kontak antara gelembung udara
dengan permukaan air sangat mempengaruhi
Keberhasilan proses oksidasi. Semakin
merata dan semakin kecil ukuran gelembung
udara yang dihembuskan kedalam air baku,
oksigen yang bereaksi makin besar. Faktor
lain yang sangat mempengaruhi reaksi
oksidasi besi dengan oksigen dari udara
adalah pH air.

12
pH 5.0 pH 6.65
pH 5.95 pH 6.8
pH 6.15 pH 7.0
10
pH 6.5 pH 7.45
KONSENTRASI Fe [mg/l]

4
Gambar 1. Diagram proses pengolahan air
gambut.
2
2.2. Aerasi

Proses aerasi yaitu mengontakkan air 0


baku dengan udara kususnya Oksigen (O2), 0 10 20 30 40 50 60 70
dengan tujuan zat besi (Fe) dan mangan (Mn)
WAKTU AERASI [MENIT]
yang terdapat dalam air baku teroksidasi dan
selanjutnya membentuk senyawa besi dan
mangan yang dapat diendapkan. Disamping Gambar 2. Pengaruh pH terhadap oksidasi
itu proses aerasi juga berfungsi untuk besi dengan udara

Pengolahan Air Gambut Secara Kontinyu (Wahyu Widayat) 215


Pengaruh pH air terhadap oksidasi Fe Dari reaksi tersebut diatas,
dengan udara ditunjukkan seperti pada pembentukan Aluminium hidroksida, Al(OH)3
gambar-2. Reaksi oksidasi ini sangat efektif memerlukan adanya ion (HCO3) atau
pada pH air 7-8, oleh karena itu sebelum Alkinitas. Jika kandungan alkalinitas pada air
aerasi dilakukan, pH air baku dinaikkan bakunya rendah, maka proses koagulasi-
sampai 8. Hal ini dimaksudkan agar pH air flokulasi tidak akan memberikan hasil yang
hasil olahan tidak menyimpang dari pH optimal. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
standart untuk air minum yaitu pH 6,5 - pH dilakukan dengan menambahkan larutan
8,5. alkali, yang paling murah adalah dengan
memberikan larutan kapur; Ca (OH)2.
2.3. Koagulasi- Flokulasi Reaksinya adalah sebagai berikut :

Koagulasi dilakukan dengan Al2(SO)3.18 H2O + 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4)2 +


pembubuhan bahan koagulan ke dalam air 3 Ca(OH)2 18 H2O
baku, dimana kotoran yang berupa koloid mengendap
maupun suspensi yang ada di dalamnya
menggumpal sehingga mudah diendapkan. Flokulasi adalah merupakan kelanjutan
Kotoran yang berupa koloid maupun suspensi dari proses koagulasi, yaitu proses terjadinya
halus, antara lain zat warna organik, lumpur gumpalan kotoran atau flok akibat
halus, bakteri dan algae serta lainnya tidak pembubuhan koagulan. Untuk mendapatkan
dapat mengendap secara alamiah karena flok yang besar dan kuat (stabil), perlu
partikelnya sangat halus. dilakukan pengadukan lambat. Pengadukan
Selain itu pada umumnya partikel- cepat dilakukan segera setelah pembubuhan
partikel kotoran tersebut mempunyai koagulan agar zat koagulan dapat tercampur
kelebihan muatan elektro negatip sehingga dengan cepat, sedangkan pengadukan
terjadi tolak-menolak antar partikel yang lambat dilakukan untuk memberikan
menyebabkan sulit mengendap. Oleh karena kesempatan agar gumpalan partikel kotoran
itu koagulasi dapat berjalan dengan baik yang terjadi tumbuh menjadi besar dan kuat
apabila penyebabnya dapat dihilangkan yaitu sehingga mudah atau cepat mengendap.
dengan menetralisasi kelebihan muatan
negatif partikel kotoran. Netralisasi tersebut 2.4. Pengendapan
dapat dilakukan dengan cara pembubuhan
zat koagulan yaitu bahan atau alat yang Tujuan pengendapan atau sedimentasi
mempunyai kemampuan menetralisir muatan adalah mengendapkan gumpalan yang terjadi
negatif partikel kotoran dan kemampuan akibat proses koagulasi-flokulasi secara
mengikat partikel-partikel tersebut. gravitasi, selain itu proses pengendapan ini
Koagulan yang umum dipakai adalah mengurangi beban kerja filter. Pengendapan
Aluminium Sulfat (Alum) dengan rumus kimia dilakukan dengan cara membiarkannya
Al2(SO)3 nH2O, dengan pertimbangan selama kurang lebih satu jam, tergantung
harganya murah, mudah didapat dan hasilnya pada besar kecilnya flok-flok yang terbentuk
cukup baik. Jika Alum dilarutkan dalam air
maka akan terbentuk hidroksida alumunium 2.5. Penyaringan
yang bermuatan positip, yang akan menarik
partikel-partikel kotoran dan selanjutnya Gumpalan partikel atau flok yang
mengendap bersama-sama. Reaksi secara terjadi tidak semuanya dapat diendapkan.
sederhana dapat ditulis sebagai berikut : Flok-flok yang relatif kecil dan halus masih
melayang-layang dalam air. Oleh karena itu,
Al2(SO4)3.18 H2O + 2 Al(OH)3 +3Ca(SO4) + untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih
3 Ca(HCO3)2 6 CO2 + 18 H2O harus dilakukan penyaringan atau filtrasi.
Filtrasi dilakukan dengan media penyaring
Al2 (SO4)3.18 H2O+ 2 Al(OH)3 + 3Mg(SO4) + yang terdiri dari kerikil, arang/karbon aktif, ijuk
3 Mg(HCO3)2 6 CO2 + 18 H2O dan pasir.
Al2(SO4)3.18 H2O + 2 Al(OH)3 +3 Na (SO4)2 + III. SPESIFIKASI PERALATAN
6 Na(HCO3)2 6 CO2 + 18 H2O

Al2(SO4)3.18 H2O + 2 Al(OH)3 + 3 Na(SO4)2 + Alat pengolah air gambut secara


3 Na(CO3) 3 CO2 + 18 H2O kontinyu dirancang dengan kapasitas ± 1800
liter/jam sistem kontinyu. Peralatan ini terdiri

216 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No.3, September 2001 : 214-222


dari unit kontrol, netralisasi, aerasi, koagulasi- Unit penyaring terdiri dari bak kayu
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan distribusi, berbentuk kotak dengan tinggi media filtrasi
dengan spesifikasi seperti pada tabel -1. 45 cm dan luas penampang 50 X 50 cm serta
dilengkapi dengan sebuah keran disebelah
3.1. Unit Kontrol bawah. Untuk media penyaring digunakan
pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan media
Unit kontrol berfungsi untuk penyaring media penyaring dari yang paling
menyediakan dan mengatur laju alir air baku, dasar keatas adalah sebgai berikut :
larutan kapur dan larutan tawas yang
dikontrol dengan pengaturan pembukaan Lapisan 1 : kerikilatau koral dengan
valve. Unit kontrol terdiri dari pompa air baku diameter 1-3 cm, tebal 5
dengan kapasitas 30 liter/menit, bak cm
penampung air baku, bak penampung larutan
Lapisan 2 : ijuk dengan ketebalan 5
kapur dan bak penampung larutan tawas.
cm
Bak penampung masing-masing dilengkapi
dengan valve pembuangan endapan dan Lapisan 3 : arang tempurung kelapa,
valve untuk mengatur laju alir ketebalan 10 cm
Lapisan 4 : kerikil kecil diameter+ 5
3.2. Unit Netralisasi mm, ketebalan 5 cm

Dalam unit ini larutan kapur dicampur Lapisan 5 : pasirsilika, diameter+ 0,5
sampai homogen dengan kecepatan mm, ketebalan 15 cm
pengadukan tertentu. Lapisan 6 : kerikil, diameter 3 cm,
tebal 5 cm
3.3. Unit Aerasi
Diantara Lapisan 4 dan 5, dan Lapisan 5 dan
Unit ini dilengkapi dengan aerator 60 6 kasa nylon untuk memudahkan pada waktu
watt, untuk udara kedalam air baku dengan melakukan pencucian dan penggantian media
tujuan zat besi atau mangan yang terlarut saringan.
dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang
ada dalam udara membentuk oksida besi IV. UJI COBA ALAT
atau oksida mangan yang dapat diendapkan.
Aerator dihubungkan dengan difucer untuk Alat pengolah air gambut secara
menyebarkan udara yang dihembuskan oleh kontinyu ini telah diterapkan di desa
aerator ke dalam air baku. Rawabangun, Muko-Muko Bengkulu Utara
dan Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Alat
3.4. Unit Koagulasi-Flokulasi ini dioperasikan dalam sehari rata-rata 4 jam
secara kontinyu untuk memenuhi kebutuhan
Dalam unit ini larutan bahan koagulant air bersih sekitar 400 orang (satu RW).
dicampur sampai homogen dengan Dari hasil uji coba peralatan untuk
kecepatan pengadukan tertentu untuk mengolah air baku setempat diperoleh data,
menghindari pecah flok, sehingga kotoran bahwa untuk setiap 100 liter air baku
yang berupa koloid maupun suspensi yang diperlukan 15 gr kapur dan 15 gr tawas
ada di dalamnya menggumpal dan mudah
diendapkan pada bak pengendap 4.1. Persiapan Pengoperasian Peralatan

3.5. Unit Pengendapan Sebelum alat tersebut dioperasikan,


tahap pertama yang perlu lakukan adalah
Unit pengendapan atau disebut dengan persiapan reagent berupa larutan kapur,
unit sedimentasi yang berfungsi untuk tawas dan kaporit. Larutan kapur dan tawas
mengendapkan gumpalan yang terjadi akibat di buat dalam bak reagent masing-masing 7,5
proses koagulasi-flokulasi secara gravitasi kg dalam 4.000 liter air, sedangkan untuk
dengan waktu tinggal ± 1 jam. Unit ini larutan desinfektant (kaporit) dilakukan
dilengkapi dengan valve pembuangan dengan melarutkan ± 0,25 Kg kaporit dalam
endapan dan pengurasan air.

3.6. Unit Penyaring 4.2. Langkah Pengoperasian

Pengolahan Air Gambut Secara Kontinyu (Wahyu Widayat) 217


Untuk mendapatkan kualitas pengolah- Biaya investasi satu unit alat
an air gambut yang optimal memerlukan pengolahan air gambuit secara kontinyu
keseriusan dalam pengoperasian alat. dengan kapasitas 1.800 liter/jam ini sebesar
Sebelum mengoperasikan peralatan, semua Rp. 20.000.000 (Dua puluh juta rupiah), diluar
bak, terutama bak pengendap diisi dengan air harga tanah. Sedangkan biaya pengolahan
baku sampai penuh dengan tujuan gumpalan- per tahun adalah sebagai berikut:
gumpalan kotoran yang keluar dari koagulator
(Alat penggumpal kotoran) tidak pecah akibat No Jenis Total
jatuh ke dasar bak pengendap, jadi fungsi air Pengeluaran Pengeluaran
baku dalam bak pengendap ini adalah untuk
pengimbang. Setelah semua bak dipastikan 1 Biaya listrik 600.000,00
penuh aerator dihidupkan untuk injeksi
oksigen. 2 Tawas 1.036.800,00
Laju alir air baku pada diatur ± 1.800 3 Kapur 172.800,00
l/jam, air kapur dan tawas diatur ± 2
4 Kaporit 140.000,00
liter/menit dan larutan kaporit ± 3 ml / detik
dengan cara mengatur keran pada masing- 5 Media filter 536.000,00
masing bak bak penampung. Proses akan
6 Biaya operator 9.600.000,00
berlangsung secara kontinyu dan hasil akhir
melewati filter siap dikonsumsi. 7 Lain-lain 600.000,00
Total biaya produksi per 12.685.600,00
4.3. Cara Perawatan
tahun
Dalam upaya efisiensi proses dan
menjaga kestabilan kualitas air hasil olahan,
peralatan ini memerlukan perawatan secara PENDAPATAN
berkala, antara lain:
Kapasitas produksi instalasi
1. Setiap awal proses dipastikan air baku pengolahan air gambut secara kontinyu 1.800
dan larutan bahan kimia cukup untuk liter/jam, dalam satu hari peralatan
proses. Dan laju alir: dioperasikan selama 4 jam, sehingga total
produksi maksimum pertahun (320 hari) =
Air baku : ± 1800 liter/jam
1.800 l/j X 4 j/hr X 320 hr = 2.304.000 liter
Larutan kapur : ± 2 liter/ menit
Larutan tawas : ± 2 liter/menit Pendapatan bersih per tahun, jika tanpa
memperhitungkan investasi :
Larutan kaporit : ± 160 ml/menit

2. Setiap akhir proses menutup keran Uraian Rp


proses serta mematikan pompa dan Penjualan air bersih per 20 250,00
aerator dengan menempatkan sakelar liter
pada posisi on.
Biaya produksi air bersih 6,00
3. Setiap 3-4 hari sekali dilakukan per liter
pembuangan endapan yang ada pada Pendaoatan kotor per 28.800.000,00
bak pengendap dengan cara membuka tahun
keran pembuangan endapan.
Pendapatan bersih per 16.114.400,00
V. BIAYA PENGOLAHAN tahun

Unit instalasi pengolahan air gambut VI. KUALITAS HASIL PENGOLAHAN


secara kontinyu kapasitas 1.800 liter/jam,
dikelola oleh masyarakat setempat melalui Instalasi pengolahan air gambut secara
kelompok pemakai air (Pokmair). Air hasil kontinyu ini mampu mengolah air baku 1.800
pengolahan dijual ke masyarakat dengan liter/jam dengan kualitas hasil olahan
harga Rp. 250,00 (Dua ratus lima puluh memenuhi standart baku mutu air minum.
rupiah) tiap 20 liter. Hasil analisa laboratorium kualitas air baku

218 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No.3, September 2001 : 214-222


dan hasil pengolahan dapat dilihat pada tabel Unit alat pengolahan air gambut secara
berikut : kontinyu tersebut sangat bermanfaat
membantu masyarakat pedesaan untuk
Tabel-1 Kualitas Air Baku dan Hasil memenuhi kebutuhan air bersih dan sehat
Pengolahan kususnya daerah gambut, di samping itu
berpotensi sebagai usaha industri kecil air
No Parameter Unit Air Air bersih karena biaya produksinya sangat
Baku Olahan rendah
Unit alat pengolahan air gambut secara
1 Colour pt. 125 17
kontinyu ini sangat cocok juga untuk
cobalt
mengolah air dengan kandungan besi tinggi,
2 Odour negative sehingga dapat digunakan untuk berbagai
3 Taste Acid Normal keperluan misalnya untuk kebutuhan :
4 pH 5.0 7.4
• Asrama atau pesantren
5 Turbidity FTU 37 3 • Pemukiman padat penduduk.
6 Amonium mg/l <0.04 < 0.04 • Daerah pemukiman yang kualitas air
tanahnya jelek.
7 Calcium mg/l 5,22 6,34
• Dll.
8 Copper mg/l < 0.03 < 0.03
9 Iron disolve mg/l 1.20 0.08 DAFTAR PUSTAKA
10 Manganese mg/l 0.21 0.03 1. Asaoka Tadatomo, “ Yousui Haisui Shori
11 Magnesium mg/l 7.39 6.01 Gijutsu “, Tokyo, 1973
12 Zinc mg/l 1.46 0.22
2. Befefield, L.D., Judkins, J.f., and Wand
B.L., ”Process Chemistry For Water and
13 Bicarbonate mg/l 88.99 52.18 Waste Treatment” , Prentice Hall, Inc.,
14 Chloride mg/l 1.51 1.51 Englewood, 1982
3. Fair, G.M., Geyer, J.C., and Okun, D.A., ”
15 Nitrate mg/l <0.11 <0.11
Elements of Water Supply and Waste
16 Nitrite mg/l < 0.03 <0.03 Disposal” , Second Edition, John Wiley
17 Sulphate mg/l 56.88 122.67 and Sons, New York, 1971
4. Hammer, M.J., “Water and Waste Water
18 Lead mg/l <0.01 <0.01 Technology” , Second Edition, John Wiley
19 Organic Matter mg/l 14.54 3.92 and Sons, New York, 1986
by KMnO4
5. Peavy, H.S., Rowe, D.R., and
Tchobanoglous S.G., “Environmental
20 Arsenic mg/l < 0.001 <0.001 Engineering” , Mc Graw-Hill Book
21 Cadmium mg/l < 0.01 <0.01 Company, Singapore, 1986
6. Tatsumi Iwao, Water Work Engineering
22 Cyanide mg/l <0.01 <0.01
(Josui Kogaku)” , Japanese Edition,
23 Chrom mg/l <0.006 <0.006 Tokyo, 1971
hexavalent 7. Viessman W,JR., “Water Supply And
24 Mercury mg/l <0.001 <0.001 Pollution Control “, fourth edition, Harper
and Ror Publisher, New york, 1985.
25 E coli /100 ml - -
8. Anonim, “Penelitian dan Perencanaan Air
26 Coliform /100 ml - - Minum Rumah Tangga Di Daerah
27 Salmonella sp /100 ml - - Transmigrasi Pasang Surut”, Ditjen
Transmigrasi Departemen Teknik
Penyehatan ITB, 1978
VII. PENUTUP
RIWAYAT PENULIS
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat
bahwa untuk mengolah air gambut menjadi Wahyu Widayat, lahir di Semarang 2 juli
air bersih dapat dilakukan dengan proses 1967, lulus dari Institut Teknologi sepuluh
yang sederhana dengan kombinasi proses Nopember (ITS) Surabaya, Jutusan Teknik
netralisasi, aerasi, flokulasi-koagulasi, Kimia tahun 1993. Saat ini bekerja pada
pengendapan dan penyaringan.. Kelompok Pengelolaan Air Bersih dan limbah

Pengolahan Air Gambut Secara Kontinyu (Wahyu Widayat) 219


cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Limbah di Kyoto University, Jepang (Juli
Teknologi Lingkungan , Deputi Bidang TIEL- 1987-Juli 1988) Menyelesaikan Program
BPPT. Master di bidang Environ-mental and Sanitary
Nusa Idaman Said, lahir di Jombang, 5 Mei Engineering, di Kyoto University, Jepang
1959, menyelesaikan sarjana Teknik Kimia tahun 1995. Saat ini bekerja pada Kelompok
ITS tahun 1984. Pernah mengikuti program Pengelolaan Air Bersih dan limbah cair, Pusat
Industrial Training untuk Bidang Perencanaan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Fasilitas Pengolahan Air Minum dan Air Lingkungan , Deputi Bidang TIEL-BPPT

Lampiran

Gambar 1 : Diagram alir proses pengolahan air gambut secara kontinyu

Gambar 2: Lay Out Instalasi pengolahan air gambut secara kontinyu

220 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No.3, September 2001 : 214-222


Tabel-1 Spesifikasi Alat Pengolah Air Gambut Kontinyu

Nama Unit: Fungsi Kapasitas/ Bahan/tipe Jumlah


Peralatan ukuran
1 2 3 4 5
Unit Kontrol
- Bak air baku Menampung air baku ± 500 Kayu 1 buah
liter
- Bak lar kapur Menampung larutan kapur ± 4.000 kayu 1 buah
liter
- Bak lar tawas Menampung larutan tawas ± 4.000 kayu 1 buah
liter
- Pompa Mengambil air baku ± 1.800 125 w 1 buah
l/jam
- Valve AB Mengatur debit air baku 1 inch Globe valve 2 buah
- Valve LK Mengatur dosis lar kapur 1 &1/2 Globe & gate 2 buah
inch valve
- Valve LT Mengatur dosis lar tawas 1/2 inch Globe & gate 2 buah
valve
- Valve Bab Pembuangan kotoran 1/2 inch Globe valve 2 buah
- Valve Blk Pembuangan kotoran 1/2 inch Globe valve 2 buah
- Valve Blt Pembuangan kotoran 1/2 inch Globe valve 2 buah
Unit Netralisasi
- kolom netralisasi Tempat pencampuran air ± 1800 PVC 1 buah
baku dengan lar kapur l/jam
- Valve Bn Pembuangan kotoran 3/4 inch Globe valve 1 buah
Unit Aerasi
- Bak Aerasi Tempat pengontakan air ± 2700 Kayu 1 buah
baku dengan udara liter
- Aerator Mensuplai udara 70 w 1 buah
- Valve BA Pembuangan kotoran 3/4 inch Globe valve 1 buah

Unit Koagulasi-
Flokulasi
- Kolom koagulasi- Tempat pencampuran air ± 1800 PVC 2 buah
flokulasi baku dengan tawas l/jam
Unit Sedimentasi
- Bak sedimentasi Tempat pengendapan flok ± 4000 Kayu & seng 2 buah
liter gelombang
- Valve Bs Membuang endapan 1 inch Globe valve 2 buah
Unit Filtrasi
- Bak filtrasi Tempat penyaringan ± 500 liter Kayu & 1 buah
media
penyaring
- Valve Bf Membuang endapan 1 inch Globe valve 1 buah
Unit Distribusi
- Tangki air bersih Menampung air bersih ± 2700 kayu 1 buah
liter
- Valve Bd Membuang endapan 1 inch Globe valve 1 buah
- Pompa distribusi Mendistribusikan air bersih ± 1800 125 w 1 buah
l/jam

Pengolahan Air Gambut Secara Kontinyu (Wahyu Widayat) 221


Gambar 3. Sumur sumber air baku Gambar 4. Bak penampung air baku, larutan tawas
dan kapur

Gambar 6. Bak Flokulasi, koagulasi dan


Gambar 5. Bak aerasi sedimentasi

Gambar 7. Instalasi Pengolahan air gambut kontinyu

222 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No.3, September 2001 : 214-222

Anda mungkin juga menyukai