Anda di halaman 1dari 33

MATA KULIAH AQUACULTURE ENGINEERING

Lahan Tanah Dalam Budidaya


Tholibah Mujtahidah, S.Pi., M.P.

(2020) Program Studi Akuakultur


Fakultas Pertanian - Universitas Tidar
PENDAHULUAN

- Kolam beton
- Kolam fiber
- Kolam tanah
- Karamba jaring apung
- Karamba jaring tancap
- Kolam terpal
- Tambak
- Perikanan offshore
PENDAHULUAN

• Produktivitas budidaya ikan/udang dipengaruhi oleh manajemen lingkungan budidaya.


Lingkungan kolam tanah / tambak sangat dipengaruhi oleh faktor air dan tanah.
MANAJEMEN PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Nitrit dan
Amoniak
Nitrat Asam
Nitrogen Sulfida
(H2S)

Dissolved
CO2
Oxygen

Alkalinitas Salinitas

pH Kesadahan

Faktor
dalam
Suhu Besi
pengelolaan
Kualitas air
pH

pH rendah --- pengapuran


pH tinggi --- pergantian air
Suhu Salinitas

Dissolved
Oxygen

Salinitas, suhu dan ketinggian dpl ↗ maka DO ↘


DO di air laut lebih rendah daripada di air tawar
(Van and Scarpa, 1999)
Suhu ↗ Kebutuhan O₂ ↗
O₂ --- aerasi (pompa /kincir air)
Suhu pH

Ammonia

Air dg nilai pH rendah maka yg dominan adalah ammonium (NH4)


Air dg nilai pH tinggi maka yg dominan adalah ammonia (NH3)

Tingkat racun dari ammonia dipengaruhi oleh keberadaan CO2 bebas


di dalam air. Difusi CO2 di dalam insang akan menurunkan nilai Ph.

Tingginya ammonia akan bersamaan dg berkembangnya


populasi bakteri Vibrio yg dapat menginfeksi organisme
budidaya. Upaya pemberian aerasi dan penggatian air.
Bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter akan optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH
7.0-7.3 (Malona dan Burden, 1988).

Tingkat racun dari nitrit sangat bergantung pada kondisi internal dan eksternal (spesies,
umur, kualitas air). Ion nitrit masuk ke dalam ikan dg bantuan sel klorida insang. Di dalam
darah, nitrit akan diikat oleh hemoglobin yg berakibat pd peningkatan methaemoglobin.
Ini akan mengurangi kemampuan transportasi O2 dalam darah (Svobodova et al., 1993).
Nitrat Peningkatan methaemoglobin akan terlihat pada perubahan warna insang menjadi
coklat begitu juga warna darah. Jika jumlah methaemoglobin tidak lebih dari 50% dari
total hemoglobin, ikan akan tetap hidup namun bila melebihi 70-80% gerakannya akan
Nitrit melamban dan kehilangan kemampuan untuk bergerak.
Namun, kondisi tsb bisa kembali normal karena eritrosit di dalam darah terdapat enzim
reduktase yang mampu mengkonversi methaemoglobin menjadi hemoglobin. Proses
konversi akan berlangsung 24-48 jam ketika ikan ditempatkan pada air yg bebas nitrit.

Tindakan yg bisa dilakukan yaitu dengan mengurangi


volume pemberian pakan dan melakukan pergantian
air hingga 50% dan kemudian bisa dilanjutkan dengan
pemberian probiotik yg mampu mengikat ammonia.
Salinitas

Suhu

Suhu ↗ Salinitas ↗
• Kesadahan pengukuran 2 kation (Mg dan Ca) di dalam air. Air dengan total
sadahan rendah antara 0-75 mg/L, sedang antara 75-150 mg/L dan tinggi
150-300 mg/L.
• Kesadahan dan alkalinitas terdapat hubungan negatif. Pada kesadahan
Kesadahan tinggi, maka alkalinitas rendah. Tingginya kesadahan dan rendahnya
alkalinitas terjadi pd bagian permukaan air dan dalam kondisi asam.
• Untuk meningkatkan kesadahan dapat dilakukan dengan menambahkan
kalsium karbonat (batu kapur), kalsium sulfat dan dg memberikan makanan
yg mengandung kalsium dan magnesium klorida.
• Besi di dalam air ada 2 bentuk: besi terlarut dan tdk terlarut. Besi di dalam
air tidak beracun bagi ikan/udang, tetapi proses oksidasi dari kedua bentuk
besi tsb menimbulkan pengendapan yg dapat menimbulkan iritasi dan
adanya penyumbatan pd insang, shg dapat mengurangi suplai oksigen
Besi hingga memnyebabkan kematian (Van and Scarpa, 1999).
• Besi yg terlarut bisa dikurangi dg melakukan aerasi shg terjadi oksidasi dan
melakukan filterisasi air sebelum digunakan. Konsentrasi besi yg terlarut
dan aman bagi ikan/udang harus kurang dari 1.0 ppm. Penanggulangan bisa
dilakukan dg melakukan pergantian air.
Kolam tanah: tanggul dan galian
Topografi (tingkat yg menyediakan konstruksi ekonomis)
Pemilihan lokasi
kolam/tambak adalah Tanah (mampu menahan air)
langkah penting dalam
konstruksi:
Persediaan air yg cukup
• Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: topografi, tanah,
hidrologi, dan iklim.
• Kesesuaian lahan merupakan suatu kunci sukses dalam kegiatan akuakultur yang memengaruhi
kesuksesan dan keberlanjutannya, serta dapat memecahkan konflik antara berbagai kegiatan dan
membuat penggunaan lahan lebih rasional (Pérez et al., 2003; Hossain & Das, 2010).
• Pengelolaan lahan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas lahan termasuk lahan budidaya
di tambak dengan penggunaan masukan yang seminimum mungkin dan tidak menyebabkan
terjadinya degradasi lingkungan.
• Secara umum, tambak dijumpai di kawasan lahan rawa karena pada kawasan tersebut tersedia
sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya di tambak. Tiga jenis tanah yang
dijumpai di kawasan lahan rawa yaitu: tanah sulfat masam, tanah gambut, dan tanah aluvial non-
sulfat masam termasuk tanah salin (Mustafa, 2011).
Pengelolaan Lahan

• Sebagai faktor pembatas utama kesesuaian lahan tambak adalah potensi kemasaman tanah
yang tinggi, kandungan bahan organik yang tinggi, dan tekstur tanah yang tergolong kasar.
• Pengelolaan lahan terutama tanah yang dapat dilakukan untuk menurunkan potensi
kemasaman tanah adalah melalui remediasi baik berupa pengeringan, perendaman, dan
pembilasan tanah maupun melalui pengapuran.
• Prinsip remediasi melalui pengeringan, perendaman, dan pembilasan tanah adalah
pengeringan tanah untuk mengoksidasi pirit, perendaman untuk melarutkan dan menetralisir
kemasaman atau menurunkan produksi kemasaman lanjut, dan pembilasan untuk membuang
hasil oksidasi dan meminimumkan cadangan unsur-unsur beracun dalam tanah (Mustafa dan
Sammut, 2007; Mustafa dan Rachmansyah, 2008).
• Bentuk lain remediasi berupa pengapuran dapat dilakukan untuk mengurangi unsur-unsur
beracun dan unsur-unsur penyebab kemasaman tanah yang masih tersisa dalam tanah.
• Produktivitas budidaya ikan/udang/kepiting dipengaruhi oleh manajemen lingkungan
budidaya. Lingkungan tambak sangat dipengaruhi oleh faktor air dan tanah. Meski air adalah
media langsung bagi biota namun tanah tetap berpengaruh bagi kualitas air, karena interaksi
keduanya akan berpengaruh pada kualitas air (Boyd, 1995). Dengan demikian, pengelolaan
tanah tambak terutama tanah dasar menjadi sangat penting
MANAJEMEN KUALITAS TANAH

Potensi
Tanah redoks
Amoniak
berpyrit

Hidrogen
pH tanah
sulfida

Bahan Nutrisi
organik (N,P,K)

Faktor dalam
Tekstur pengelolaan
tanah Pupuk
tanah
tambak
SIFAT TANAH

• Tambak dengan tekstur tanah kasar sangat sulit untuk penumbuhan klekap yang
merupakan makan penting bagi organisme yang dibudidayakan dengan teknologi
tradisional. Tambak dengan tanah bertekstur kasar seperti pasir berlempung dan pasir
memiliki tingkat porositas yang tinggi, sebagai akibatnya tambak tidak bisa menahan air.
• Tanah bertekstur kasar ini dapat menjadi faktor pembatas kesesuaian lahan tambak,
terutama untuk penerapan teknologi tradisional dan teknologi “perbaikan” tekstur
tanah sangat sulit dan biaya sangat mahal. Upaya yang bisa dilakukan berupa
pemasangan inti pematang berupa tanah liat yang disertai dengan pemasangan
potongan bambu pada lereng pematang tambak dan pematang saluran air tambak. Pada
tanah dasar yang teksturnya tergolong kasar dapat diberikan pupuk kandang terutama
pada daerah yang rendah kandungan bahan organiknya.
• Persiapan tambak atau perbaikan tanah melalui remediasi sebaiknya dilakukan pada
bulan Juli sampai Oktober, sebab pada saat itu curah hujan tergolong rendah. Dalam hal
ini dapat mengefektifkan pengeringan tanah dasar tambak dan salinitas air yang tinggi
sehingga proses remediasi dapat lebih baik (Mustafa et al., 2014).
• Persyaratan karakteristik tanah memegang peranan penting dalam menentukan baik
tidaknya lahan untuk usaha pertambakan. Tanah yang baik tidak hanya mampu
menahan air, namun juga harus mampu menyediakan berbagai unsur hara untuk
makanan alami ikan dan udang. Kemampuan tanah menyediakan berbagai unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan makanan alami, dipengaruhi oleh kesuburan
tambak dan ditentukan pula oleh komposisi kimiawi tanah. Tanah alkalis lebih subur
dan produktif dari pada tanah masam. Kesuburan tambak ditentukan oleh tersedianya
unsur hara yang terdapat dalam air dan tanah dasar tambak. Karakteristik tanah dasar
tambak sangat penting untuk pertumbuhan alga dasar (kelekap) maupun plankton.
Ketersedian unsur-unsur hara seperti N, P, K, Mg, serta unsur mikro trace element
sangat diperlukan untuk tanah pertambakan (Afrianto dan Liviawaty, 1991).
• Tanah tambak yang didominasi oleh oleh mineral liat dari jenis kaolinit dan gibsite,
mempunyai kesuburan relatif rendah (Hanafi dan Badayos, 1989). Tingginya kandungan
mineral dilihat dari jenis kaolinit dan gibsite akan menyulitkan dalam pengelolaan
tambak, karena Cation Exchange Capacity (CEC) dan kapasitas mengatur kelembaban
hampir tidak ada, sehingga penggunaan phospat menjadi meningkat (Brinkman, 1985;
Bengen et al., 1994). Sedangkan tanah tambak yang banyak mengandung mineral liat
dari jenis smectite memungkinkan untuk menjaga kation seperti K, NH4, Mg, dan Ca,
sehingga tambak memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi (Hanafi dan Badayos, 1989).
TANAH

Ukuran partikel berdasarkan SI (Boyd, 1990):


• gravel berukuran >2,00mm
• sand (pasir) 0,02-0,2mm
• silt 0,002-0,02mm
• clay (liat) <0,002mm
Berdasarkan % kandungan masing-masing
partikel, tekstur tanah dikelompokkan:
• clay,
• clay loam
• silt
• silt loam
• Silty clay
• Sandy loam
• Sandy clay, dst
TEKSTUR TANAH

• Ukuran partikel dari halus sampai kasar: debu, lempung dan pasir.
• Umumnya di kawasan estuari tanahnya mempunyai ketiga jenis tekstur tsb. Namun, karena
kondisi yang selalu basah maka biasanya terlihat tekstur lempung dan pasir.
• Di kawasan dengan tanah yg didominasi pasir, maka kekompakan tanah sangat rendah sehingga
porositas air akan sangat besar, akibatnya sering terjadi kehilangan air di tambak (terkadang
terjadi rembesan sehingga harus melakukan penambahan air setiap hari). Kelebihannya adalah
infiltrasi oksigen ke dalam tanah lebih mudah shg proses oksidasi dan dekomposisi terjadi secara
aerob.
• Sebaliknya, untuk jenis lempung akan lebih kompak, tanah menjadi kedap air tidak akan mudah
melewatinya sehingga porositasnya sangat rendah (tidak perlu melakukan penambahan air).
Karena infiltrasi oksigen yang rendah berdampak pada proses oksidasi dan dekomposisi lebih
bersifat anaerob.
• Pemilihan kawasan tambak dengan tekstur yang proporsional sangat penting. Proporsi tekstur
yang tepat dapat menghasilkan kondisi tambak yang ideal dan mampu menghasilkan
produktivitas tambak yang tinggi. Untuk tambak udang yang baik proporsi pasir dan lempungnya
adalah 30-40% (pasir) dan 70-60% (lempung) (Direktorat Pembudidayaan, 2003).
Tekstur Tanah Karakteristik
Pasir - Tanah tidak kompak, porositas tinggi
- Infiltrasi oksigen tinggi
- Sering terjadi rembesan air, harus melakukan penambahan air tiap hari/waktu
Lempung - Tanah kompak, tanah kedap
- Infiltrasi oksigen sangat rendah
- Tidak ada rembesan air
- Proses oksidasi dan dekomposisi terjadi secara anaerob
• Jenis tanah yang baik untuk usaha pertambakan adalah lempung berpasir (clay loam) liat berpasir (sandy clay), liat berlumpur (silty
clay) dan liat (clay). Jenis tanah lempung berpasir sangat sesuai untuk pertumbuhan makanan alami, sedangkan jenis tanah pasir
dan pasir berlumpur bersifat sangat porous, sehingga tidak dapat menahan air serta miskin hara.
TANAH GAMBUT ??

• Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk akibat proses dekomposisi yang
belum sempurna.
• Mikrobial dekomposer tidak bisa bekerja efektif karena kondisi tanah yg asam
(pH<4).
• Kondisi lingkungan yang terbatas mendasari pembentukan nutrien tidak
berjalan dg baik, shg fitoplankton tidak berkembang dengan baik.
• Tanah gambut biasanya dicirikan dengan kondisi air yang berwarna
kecoklatan, tanah yang empuk dan biasanya terkonsentrasi pada lokasi
sirkulasi air yang kurang baik.
• Kondisi tanah gambut yang cenderung asam tidak baik untuk budidaya
ikan/udang/kepiting (Putra, 2008).
• Prospek pengembangan perikanan di kawasan lahan gambut sangat besar
(berpotensi) (Huwoyon dan Gustiano, 2013)
• Indonesia merupakan negara dengan kawasan gambut tropika terluas di
dunia, berkisar antara 13,5-26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Luas area
gambut tersebut merupakan 50% gambut tropika dunia (Najiyati et al., 2005).
BAHAN ORGANIK

• Bahan organik adalah sumber energi bagi bakteri dan mikroba yang menghasilkan nutrisi proses biokimia. Akan tetapi, nutrisi yang
dhasilkan tidak selalu bermanfaat bagi biota yang dibudidayakan.
• Kandungan bahan organik yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan populasi bakteri, CO2 (karbon dioksida), H2 S (hidrogen
sulfida), dan CH4 (metan) yang dapat membahayakan kehidupan dan menghambat pertumbuhan organisme akuatik. Pada tanah
dengan rasio C:N tinggi, maka terjadi immobilisasi N oleh mikroba untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. Penggunaan
pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea diharapkan dapat menurunkan rasio C:N tanah yang juga dapat mempercepat
proses penguraian bahan organik. Penguraian bahan organik dapat pula dipercepat melalui remediasi.
• Kandungan bahan organik tanah secara signifikan berkaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah. Nitrogen sebagai salah satu
unsur primer kebutuhan alga, bersumber dari bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik sampai pada batas
tertentu, produktivitas tambak akan semakin baik. Sebaliknya bahan organik yang terlalu tinggi, seperti sisa-sisa makanan pada
tambak yang dikelola secara intensif akan dapat menurunkan kualitas air dan berakibat pada tingginya konsumsi oksigen terlarut
dalam proses perombakan bahan organik (Hidayanto et al., 2004).
• Keberadaan bahan organik tersebut dapat dipertahankan pada kondisi optimal dengan melakukan pengaturan penggunaan jenis
ikan, budidaya polikultur, densitas penebaran, pemupukan, kuantitas dan frekuensi pemberian pakan, pergantian air dan
pemberian aerasi (Boyd, 1995).
• Biasanya, pada tambak baru kandungan bahan organiknya rendah (Boyd, 1995).
Proses Oksidasi

• Permukaan air
Aerob
• Warna sedimen lebih terang

• Bagian dasar perairan


Anaerob • Endapan/sedimen berwarna abu-
abu sampai hitam (adanya ion Fe)

Tanah organik mempunyai 15-20% karbon organik yg mengandung sekitar 30-40% bahan organik
dan 45-50% dari bahan organik tanah adalah karbon (Boyd et al., 2002).

Jika kelebihan bahan organik bisa dilakukan pembuangan endapan (hitam) dan jika
kekurangan maka perlu dilakukan pemberian nutrien tambahan (pemupukan)
pH TANAH

• Sumber keasaman tanah di tambak adalah ion alumunium (Al). Ion ini terhidrolisis menjadi alumunium
hidroksida, yang melepaskan ion hidrogen (Boyd et al., 2002).
• Tanah yg asam akan mempengaruhi kualitas air, shg untuk mengatasi kondisi asam di dalam tanah biasanya
perlu dilakukan pengapuran untuk menetralkan pH.
• Air tambak yg memiliki kandungan karbonat dan bikarbonat rendah akan menurunkan total alkalinitas,
menurunkan konsentrasi kalsium dan magensium. Alkalinitas air rendah akan menurunkan kesadahan air.
Kondisi tsb akan mengurangi kemampuan menetralkan pH dan proses dekomposisi bahan organik karbon
rendah karena mikroorganisme kurang aktif pada pH yg rendah.
TANAH BERPYRIT

• Di beberapa kawasan estuari tanahnya banyak mengandung pyrit. Jika tanah tambak
berpyrit maka pH tanah berkisar 5-7 pada saat basah dan hingga pH 2-3 pada saat kering
(Dent, 1986).
• Kondisi tsb terjadi karena pd saat tanah terkena udara maka pyrit teroksidasi dan
menghasilkan asam sulfat. Oleh karena itu, pada saat pengolahan tanah lebih baik jangan
dikering-anginkan karena pH bisa turun dan berdampak pada ketersediaan pakan alami
yang semakin berkurang (produktivitas tanah kurang optimal).
• Porositas tanah akan kurang shg infiltrasi oksigen ke dalam tanah menjadi kurang shg
berdampak pd proses dekomposisi bahan organik akan lebih bersifat anaerob, tanah
akan berwarna hitam dan berbau.
• Tanah berpyrit sangat sulit untuk menghasilkan produktivitas tambak yg optimal.
POTENSI REDOKS

• Redoks merupakan bagian dari parameter yg


mengindikasikan kualitas tanah tambak.
• Suatu senyawa dapat teroksidasi oleh oksigen atau pelepasan
ion negatif, dan ini terjadi ketika oksigen tersedia.
• Pada keadaan anaerob, bakteri reduktor melakukan
dekomposisi bahan organik dg mereduksi senyawa lain
seperti Mn, Fe dan Sulfat.
• Tingginya tingkat reduksi ini menunjukkan besarnya tingkat
reaksi anaerob.
• Dalam pengukuran redoks, nilai (-) menunjukkan kebutuhan
oksigen utk proses oksidasi di dalam sedimen, semakin tinggi
nilai redoks makan akan semakin baik.
• Nilai yg optimal bagi tanah tambak adalah > 250 m.V
• Untuk meningkatkan nilai potensi redoks, pada saat
pengolahan tanah perlu dilakukan pengeringan dan
pembalikan tanah (membuang endapan lumpur dasar tanah)
Amonia Hidrogen Sulfida (H2S)
Senyawa racun terutama yg dlm bentuk tdk H2S berkaitan dg karakteristik tanah. Dihasilkan
terionisasi. Semakin tinggi kadarnya makin dari oksidasi bajan organik yg mengandung
rendah kualitas airnya. Kadar yg baik 0.03- protein tinggi, sulfat dan sulfur. Kondisi
0.05mg/L (Direktorat Pembudidayaan, 2003). optimum H2S di dalam tanah tambak 0.01-
Agar stabil, maka membuang endapan lumpur 0.05mg/L (Direktorat Pembudidayaan, 2003).
bahan organik tanah, membalikkan tanah dan Agar stabil, membuang endapan lumpur bahan
melakukan pengeringan. organik tanah

Nutrisi tanah tambak (N,P,K)


N dan P ditambahkan melalui pupuk. K dalam
jml sedikit. P yg terlarut di air akan diserap dg
cepat oleh fitoplankton, tatapi 2/3 dari jml yg
diberikan terakumulasi di dasar tambak.
Dimanfaatkan oleh ikan/udang hanya sekitar
10-30% (nutrisi P) dan 20-40% (nutrisi N),
sedangkan yg lainnya dimanfaatkan oleh
organisme lainnya (Boyd et al., 2002)
• Pengapuran bertujuan untuk menetralisir keasaman tanah dan meningkatkan konsentrasi total
hardness dan alkalinitas air.
• Baik total alkalinitas maupun pH tanah akan digunakan untuk mengestimasi dosis pengapuran
kolam. Jika kedua data (Alkalinitas dan pH tanah) tersedia tetapi nilainya tidak sesuai dengan
tabel, maka variabel yang digunakan adalah yang mempunyai dosis pengapuran paling besar.
• Kapur pertanian disebar secara merata di permukaan tanah kolam yang kosong atau ditebar
merata di permukaan air. Kapur sebaiknya diaplikasikan pada permulaan siklus budidaya dan
diaplikasikan minimal satu minggu sebelum pemupukan awal. Kapur pertanian tidak akan
bereaksi dengan tanah kering, jadi jika diaplikasikan pada tanah kolam yang kosong, tanah harus
dalam kondisi lembab (berair), tetapi tidak menyulitkan dalam penebarannya (Boyd et al., 2002).
Pemberian pupuk pada saat pengolahan tanah

• Pemupukan ditujukan utk mempertahankan ketersediaan nutrisi bagi ikan/udang.


• Pupuk organik: kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, dll. Penggunaan pupuk kandang dilakukan saat
pengolahan tanah dasar dg dosis 5.000-15.000 kg/Ha yg dilakukan 15-20 hari sebelum penebaran. Biasanya
dilakukan 10.000 kg/Ha sebelum penebaran dan kemudian 5.000 kg/Ha setelah penebaran. Setelah
pemberian pupuk kandang, jika kondisi asam bisa ditambahkan pengapuran 230-250kg/Ha (Adhikari, 2003).
• Pupuk anorganik: pupuk NPK. Pemberian N:P sebesar 4:1. Pemberian pupuk NPK dilakukan tiap minggu
dengan dosis 8:4:2 ppm. Pemupukan diberikan setelah proses pengapuran. Pupuk urea cocok untuk kondisi
tanah yg agak asam hingga netral. Jenis kalsium ammonium nitrat cocok utk tanah sedikit lebih asam,
sedangkan jenis ammonium sulfat cocok untuk tanah yg agak alkalin (Boyd et al., 2003).
• Kombinasi pupuk organik dan anorganik bisa dilakukan dg perbandingan NPK (6:8:4) dan dua bagiannya
adalah dari pupuk kandang.
Pemupukan saat pemeliharaan

• Bila tanah tambak asam, maka aktivitas mikroba akan menurun. Dampaknya ketersediaan nutrisi
akan semakin kurang sehingga pemberian pupuk tidak efektif. Sehingga tahap awal adalah
memberikan tambahan kapur karena akan meningkatkan pH tanah hingga mendekati netral dan
alkalinitas akan semakin tinggi serta pemberian pupuk akan lebih efektif.
• Pemberian pupuk akan menstimulasi mikroba untuk melakukan dekomposisi bahan organik.
Menambah suplai kalsium ke tambak dan memelihara sanitasi lingkungan tambak. Pemberian
pupuk ini dilakukan 15-20 hari sebelum penebaran. Tetapi bisa dilakukan sewaktu-waktu bila
kondisi pH turun ketika pemeliharaan berlangsung dg melakukan penambahan 100-200 kg/Ha.
Pembajakan tanah
Pengeringan kolam (3-7 Pengapuran kolam
(cangkul hingga
hari) tanah ()
kedalaman 10cm)

Penggenangan kolam
(scr bertahap, Pemupukan kolam
ketinggian air 10-15cm tanah
hingga 60-75cm)
Selamat Belajar..
Semoga Sukses..

Anda mungkin juga menyukai