Anda di halaman 1dari 55

SUPRAPTO

TECHNICAL ADVISOR
EVERGREEN FEED
• “Piara udang adalah piara air”. Artinya bila ingin budidaya
udang dan berhasil maka harus menjaga kualitas air agar stabil
sehingga pertumbuhan udang optimal dan terhindar dari
serangan penyakit.
• Kondisi kualitas air tambak selalu berubah-ubah setiap saat. Hal
ini disebabkan adanya perubahan biota yang ada di dalamnya
serta aktivitas yang dilakukan
• Selain udang, ada biota lain yang hidup dalam tambak yaitu
plankton dan mikroba.
• Phytoplankton sangat tergantung pada sinar matahari untuk
melakukan aktivitas fotosintesis
• Mikroba (bakteri dan jamur) membutuhkan bahan organik
• Aktivitas biota dalam tambak dan pengaruh cuaca
menyebabkan kondisi kualitas air selalu berubah-ubah setiap
saat. Perubahan tersebut dinamakan Dinamika Kualitas Air
H+ + HCO3-

6 CO2 + 6 H2O
CO2 + 6 H2O

C6H12O6 + O2

∆ pH

ENZYME

CO2 + 6 H2O C6H12O6 + O2

H+ + HCO3- 6 CO2 + 6 H2O


• PARAMETER FISIKA DAN KIMIA
– Suhu - Dissolved Oksigen (DO)
– Salinitas - pH
– Kecerahan - Alkalinitas
– Warna air - Hardness
– Kekeruhan - Organic matter
– Konductivity - Nitrogen (TAN, NO2-, NO3-)
– Kedalaman air - Phosphat

• PARAMETER BIOLOGI
- Plankton (Phytoplankton, Zooplankton)
- Bakteri (Total Bakteri, Vibrio).
• Suhu memberikan pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap udang.
• Pengaruh langsung adalah terhadap proses metabolisme,
konsumsi oksigen dan nafsu makan sedangkan pengaruh
tidak langsung adalah terhadap parameter kualitas air
lainnya seperti daya racun amonia dan asam sulfida.
• Suhu optimal untuk pertumbuhan udang vaname adalah 28 –
32 oC. Pada kisaran suhu tersebut nafsu makan sangat bagus.
• Pemantauan suhu setidaknya 2 kali, yaitu saat setelah
matahari geser ke barat dan pagi hari sebelum matahari
terbit.
• Pada suhu 26 oC udang tidak mau makan/nafsu makan turun
drastis. Sedang pada suhu > 30 oC nafsu makan tinggi
berapapun prosentase pakan di anco habis. Hati-hati.
Suhu air (oC) Respon konsumsi pakan
Mendekati 0 Kondisi kritis minimal
8 – 10 Tidak ada respon thd pemberian pakan
15 Pemberian pakan berkurang
22 50% optimum
28 – 30 Pemberian pakan optimum
33 50% optimum
35 Pemberian pakan berkurang
36 – 38 Tidak ada respon thp pemberian pakan
38 – 42 Kondisi kritis minimal
Sumber : Tucker and Hargreaves (2004) Dalam Gusrina (2008)
• Salinitas (kadar garam) adalah konsentrasi dari total ion yang
terdapat didalam perairan.
• Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per
kilogram atau promil (‰).
• Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–
5 promil, perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 promil
dan perairan laut berkisar antara 30–35 promil.

Komposisi air laut pada salinitas 34,5 ppt (Sumber : Boyd, 2000; 2002)
Proporsi ion dalam air yang ideal (Boyd, 2002)

• Misal salinitas 15 permil, maka :


– Na+ = 15 x 304,5 = 4.567,5 mg/L
– Cl- = 15 x 551 = 8.265 mg/L …dst.
• Kecerahan air menunjukkan daya tembus sinar matahari ke
dalam air secara kasat mata.
• Kecerahan air dipengaruhi oleh zat yang terlarut atau
tersuspensi di dalamnya.
• Bisa karena bahan organik, plankton atau bahan anorganik
seperti partikel tanah yang tersuspensi atau gabungan dari
semuanya.
• Kecerahan air yang dikehendaki dalam air tambak adalah
karena plankton, mikroba atau kombinasi keduanya dan
sekecil mungkin kandungan koloid tanah.
• Kecerahan karena plankton harus dipertahankan pada
kisaran 30 – 40 cm. Sedangkan kecerahan karena mikroba
(floc) adalah >20 – 35 cm.
• Warna air adalah warna yang tampak secara visual dari
permukaan air.
• Warna air dipengaruhi oleh zat yang terlarut atau tersuspensi
di dalamnya seperti bahan organik, plankton atau bahan
anorganik seperti partikel tanah yang tersuspensi atau
gabungan dari semuanya.
• Warna air yang dikehendaki pada air tambak adalah karena
plankton, mikroba atau kombinasi keduanya dan sekecil
mungkin kandungan koloid tanah.
1. Hijau tua
Air yang berwarna hijau tua (hijau kebiruan) biasanya
disebabkan oleh dominasi plankton dari kelompok BGA.
2. Hijau muda kekuningan/kecoklatan
Warna ini didominasi oleh kelompok Green algae
(Chlorophyta)
3. Kekuningan
Warna ini didominasi oleh kelompok alga kuning keemasan
(Xanthophyceae dari Filum Crysophyta).
4. Coklat muda kekuningan
Plankton yang mendominasi adalah kelompok
Bacillariophyceae atau diatom.
5. Coklat keruh
Disebabkan oleh mineral atau koloid tanah liat
6. Coklat tua
Dominasi plankton jenis diatom
7. Coklat kemerahan
Dominasi jenis plankton dinoflagellata, atau jenis diatom
tertentu atau BGA (tetapi jarang sekali terjadi)
8. Kehitaman
Terjadi perubahan dominasi plankton dari coklat (diatom,
dinoflagellata) ke hijau tua (Blue-green algae) atau
sebaliknya. Atau perpaduan kedua kelompok tersebut.
9. Keputih-putihan
Disebabkan terjadi kematian plankton massal.
• Flok terbentuk karena bakteri pembentuk flok mensekresikan
biopolymer yang disebut EPS (Extracellular Polymeric
Substances).
• Diantara polymer yang dibentuk antara lain Poly-Hydroxy
Butirat, Glycogen dan Polyphosphat.
• Bakteri berikatan antara yang satu dengan yang lain
sehingga membentuk gumpalan yang disebut flok.
• Bila contoh air diambil dan didiamkan maka flok akan
mengendap.
• Besarnya endapan flok tidak lebih dari 15 cc per liter. Semakin
banyak konsentrasi flok semakin tinggi kebutuhan oksigen dan
udang menjadi lebih susah bernafas.
• Udang yang dibudidayakan
pada media yang floknya
lebih encer menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik
daripada yang floknya pekat.
• Kepekatan flok disarankan
kurang dari 6 cc per liter.
• Bahkan yang menerapkan
sistem semiflok, endapan flok
sebaiknya kurang dari 2 cc
per liter.
• Cuaca memberikan pengaruh terhadap suhu, fotosintesis,
nafsu makan udang dll. Semua proses dalam kolam sangat
terpengaruh oleh cuaca.
• Bila cuaca mendung, laju fotosintesisnya berkurang sehinga
oksigen yang dihasilkan juga berkurang. CO2 yang digunakan
berkurang sehingga kenaikan pH berkurang. Efek terhadap
udang, nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan.
• Saat cuaca hujan, udang menjadi stress. Udang turun ke
dasar tambak sehingga kondisi dasar tambak menjadi lebih
buruk. Saat yang demikian disarankan udang tidak diberi
pakan. Karena nafsu makan turun drastis.
• Udang, bakteri, zooplankton membutuhkan oksigen. Bahkan
phytoplankton yang saat siang hari menghasilkan oksigen,
pada malam hari juga membutuhkan oksigen.
• Plankton dan bakteri pada malam hari membutuhkan oksigen
paling tinggi sementara udang hanya sekitar 13%.
• Pada saat siang hari bila plankton mendominasi maka
okdigen yang dihasilkan bisa mencapai 76%.
• Pada malam hari sumber oksigen terbesar adalah dari aerator
yang dipasang. Aerator harus cukup jumlahnya dan tepat
penempatannya.
• Aerator 1 hp untuk memenuhi 25.000 ekor benur atau 1 hp
untuk biomass 400 – 500 kg pada kolam yang menerapkan
ganti air terbatas (minim water exchange)
• Oksigen terlarut berpengaruh terhadap nafsu makan udang.
Bila oksigen terlarut rendah maka nafsu makan akan turun.
Bila terlalu rendah maka udang tidak mau makan. Bahkan
akan terjadi moulting masal udang dan diikuti dengan
kematian.
• Aerasi harus mencukupi kebutuhan oksigen untuk biota dalam
tambak dan arus yang ditimbulkan harus bisa mengumpulkan
kotoran ke suatu titik sehingga mudah dikeluarkan. Daerah
mati harus dibuat sekecil mungkin sehingga oksigen dapat
merata di semua tempat.
• Bila cuaca mendung atau hujan maka aerator harus
dioperasikan semua meskipun siang hari. Demikian juga bila
kondisi air didominasi oleh bakteri (plankton tipis).
• Oksigen terlarut harus diupayakan lebih dari 4 ppm
• Pengukuran oksigen harus dilakukan
minimal 2 kali sehari pagi (sebelum
matahari terbit) dan sore hari. Disarankan
ada pengukuran sekitar jam 20.00 untuk
mengetahui penurunan kandungan
oksigen terlarut dalam air. 16.00 5.00

• Tambahkan aerator bila perkiraan oksigen


minim di pagi hari < 4 ppm
• Jangan lakukan pemberian molase bila DO
minim < 4 ppm. Sebaiknya dilakukan
panen parsial bila tidak bisa menambah
aerator.
16.00 20.00 5.00
• Derajat keasaman air (pH) didefinisikan sebagai :

pH = - Log [H+]
• Air murni mengandung [H+] = 0,0000001 mol/L = 10-7 M
• pH air = -Log 10-7 = 7

H2O H+ + OH-
• Kw = K[H2O] = [H+].[OH-] = 10-7 . 10-7 = 10-14.
• pKw = - Log 10-14 = 14
• Perubahan pH air disebabkan
oleh adanya perubahan
konsentrasi CO2 dalam air akibat
respirasi dan fotosintesis.
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 H+ + HCO3-
HCO3- H+ + CO3=
• Saat siang hari CO2 dipakai oleh
phytoplankton untuk fotosintesis
sehingga terjadi kenaikan pH.
Sebaliknya pada malam hari,
respirasi menghasilkan CO2
sehingga terjadi penurunan pH
ASAM
HCO3-
CO3= H+ + OH- H2O
H+ + CO3= HCO3-
OH-
H+ + HCO3- H2O + CO2

BUFFER
BASA

OH- + HCO3- H2O + CO3=

pH
CaCO3 + CO2 + H2O Ca(HCO3)2 Ca2+ + 2 HCO3-

CaCO3 harus memiliki ukuran partikel yang kecil agar selalu tersuspensi
dalam air, dan bereaksi dengan CO2. CaCO3 cair memiliki ukuran < 2
micron sehingga akan selalu melayang dalam kolom air.

CaCO3 + H2O →

CaCO3 Ca2+ + 2 HCO3-


Ksp [CaCO3] = [Ca2+].[CO3=] = 2,8 x 10-9

Ca(OH)2 Ca2+ + OH- (Ksp Ca(OH)2 = 5,5 x 10-6)

Kapur Ca(OH)2 jauh lebih larut, sehingga dapat meningkatkan


pH dan alkalinitas.
• Alkalinitas adalah kemampuan air
dalam mengikat asam tanpa
merubah nilai pH.
• Alkalinitas terdiri dari bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3=) dan
hidroksil (OH-).
• Fungsi menyangga perubahan pH
sehingga goncngan dapat
ditekan.
• Alkalinitas air tambak disarankan
lebih dari 100 mg/L CaCO3.
• Aciditas adalah kebalikan dari
alkalinitas. Aciditas tersusun oleh
CO2 atau H2CO3.
• Sumber : Sisa pakan, kotoran udang/ikan, bahan organik
yang terbawa dari sumber, dari perlakuan.
• Bahan organik dalam tambak dipantau melalui pengukuran
nilai TOM (Total Organic Matter) dengan metoda
Permanganometri.
• Air sumber yang kandungan bahan organiknya tinggi
diusahakan turun hingga 70 ppm dengan perlakuan
pengendapan, trackling dll.
• Bahan organik dalam tambak akan cenderung meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah pakan dan pertumbuhan
udang.
• Buang kotoran rutin dari sentral dan aplikasi probiotik akan
mencegah peningkatan bahan organik terlarut.
PRODUK AKHIR YANG MEWAKILI
SUBSTRAT ENZYM
KEADAAN ANAEROB KEADAAN AEROB
As.amino NH4+ NO2-
Protein dan As.Amino, Amoniak, N2, NO3-
persenyawaan Protease H2S, CH4, CO2, H2, Asam
N-organik H2S H2SO4
Organik, Alkohol, Indol
Alkohol, As.Org H2O + CO2
Karbohidrat
Amilase, Alkohol, As.Lemak, CO2, Alkohol, As.Lemak CO2 +
(amilum,
dll H2, Persenyawaan Netral H2O
selulose,dll)
As.lemak, Gliserol, H2,
As.Lemak, Gliserol, Alkohol
Lemak dsb. Lipase Alkohol, Asam. Lemak
CO2 + H2O
rendah

Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan (1988)


Karbohidrat

Heterotrophic bacteria
( C/N ratio > 12 )
• Amonia dihasilkan dari perombakan N-organik seperti protein,
dll serta hasil proses metabolisme (metabolit) udang.
• Amonia dalam air sebagian akan mengalami reaksi dan
ionisasi membentuk amonium.
NH3 + H2O NH4OH NH4+ + OH-
• NH4+ dan NH3 berada dalam keseimbangan.
NH4+ NH3 + H+ K = Ka = 5,6 × 10 –10 suhu 25oC

[NH3].[H+] TAN
K= [NH3] =
[NH4 +] 1 + antilog (pKa – pH]

TAN = [NH3] +[NH4+]


Sumber : Boyd and Tucker (1998)
• Amonia oleh bakteri Nitrifikasi dioksidasi menjadi nitrit dan
nitrat.
2 NH4+ +3 O2 → 2 NO2- + 2 H2O + 4 H+
NO2- + ½ O2 → NO3-
• Nitrit merupakn senyawa yang bersifat racun, terutama untuk
hewan yang berdarah merah dan menimbulkan
methaemoglobine serta untuk hewan air tawar. Udang yang
hidup di salinitas rendah rawan terkena racun nitrit.
• Batasan nitrit untuk yang menerapkan sistem plankton sekitar
2 ppm sedangkan yang menerapkan sistem semi/biofloc
hingga 20 ppm (salinitas > 25 ppt) tidak menunjukkan gejala
keracunan.
• Nitrat yang direkomendasi hingga 60 ppm. Namun hingga 200
ppm belum menunjukkan gejala keracunan.
• Fosfat meruapakn faktor pembatas
terkait dengan kesuburan perairan.
Juga sebagai penentu dominasi
plankton karena terkait dengan N/P
ratio.
• Kadar orthofosfat dalam tambak
yang dikehendaki 0,25 – 1 mg/L
PO43-. Bentuk orthofosfat pada pH 7
– 9 adalah H2PO4- dan HPO42-.
• Bila orthofosfat tinggi maka akan
cenderung terjadi bloom BGA atau
dinoflagellata.
• Asam sulfida (H2S) dan gas metana (CH4) merupakan
senyawa yang terbentuk pada kondisi anaerob dan nilai ORP
sangat rendah. Gas ini terbentuk dalam lumpur organik yang
mengendap di sentral.
CH3COOH + SO42- → 2 CO2 + 2 H2O + S2-
CH3COOH + H2O → CH4 + H+ + HCO3-
• Senyawa tsb bersifat racun bagi udang dan ikan. Oleh karena
itu, senyawa tersebut harus dicegah munculnya dalam
tambak dengan cara : supplay oksigen cukup dan merata,
mencegah terjadinya death zone dengan rutin membuang
lumpur dasar dan melakukan sifon bila perlu.
• Aplikasi probiotik yang sesuai untuk dasar tambak dapat
mencegah munculnya senyawa tersebut.
H2S H+ + HS-
HS- H+ + S2-
• Dalam air H2S ada 3 bentuk
yaitu H2S, HS- dan S2- yang
disebut Total Sulfida.
• Test Kit yang digunakan untuk mengukur adalah HS- atau
Sulfide.
• Biasanya bila terdeteksi, air sudah sangat berbau tajam
seperti telur busuk.
• Besarnya porsi H2S dapat dihitung berdasarkan tabel berikut.
Gejala Penyebab

Cenderung kulit lembek keberadaan H2S yang lama, menyebabkan stres dan
/ tanpa kulit konsumsi pakan menurun.
terpengaruh H2S saat udang udang mencari makan di
Insang hitam
dasar.
Warna tubuh dan insang stres akibat keracunan H2S yang cukup lama
tidak normal
Saat udang moulting, kekurangan oksigen. Bila tetap
Mati saat moulting berada di lumpur yang mengandung H2S tinggi maka
akan mati.

Kurang nafsu makan saat Saat pagi hari DO dan pH terendah, bila ada H2S akan
pagi hari berpengaruh pada nafsu makan udang
Keracunan H2S dapat merusak jaringan yang lunak
White Feces Disease dalam pencernaan menyebabkan lemak dan lendir
terlepas dan keluar sebagai kotoran putih.
Gas H2S yang berada di sentral keluar bersama
Bau telor busuk
dengan kotoran yang berwarna hitam
H2S mempercepat pelepasan fosfat ke air sehingga
Plankton bloom tiba-tiba
plankton bloom dalam 2-3 hari

Amonia dan nitrit tinggi Bakteri nitrifikasi tidak dapat bekerja / mati
• Potensial redoks (ORP) menandakan kondisi di lingkungan
tambak tereduksi (cenderung kebutuhan oksigen meningkat)
atau teroksidasi (oksigen cukup). Erat kaitannya dengan
bahan organik atau senyawa tereduksi
• Potensial redoks (ORP) yang disarankan pada kolam
budidaya adalah 150 – 250 mV. Kutty (1980) menyarankan 0,2
– 0,4 Volt.
• Pada saat persiapan air, aplikasi Chlorine (kaporite maupun
TCCA) disarankan ORP mencapai 700 mV atau lebih.
• Nitrifikasi berjalan cepat pada ORP 360 mV, semakin rendah
semakin lambat.
• Denitrifikasi terjadi saat ORP mencapai 100 mV.
• H2S dan CH4 terbentuk pada ORP < 0 mV.
• ORP erat kaitannya dengan konsumsi oksigen. Bila proses
reaksi membutuhkan oksigen maka ORP akan cenderung
menurun.
• Aplikasi C-organik atau pemberian pakan akan cenderung
ORP menurun. Sebaliknya proses yang menghasilkan oksigen
akan meningkatkan ORP.
• Berikut hubungan ORP dengan parameter tertentu.

ORP Keterangan
480 mV DO lebih dari 3 mg/L
DO 0,3 – 3 mg/L
340 mV
Nitrit terbentuk
DO 0 – 0,3 mg/L
200 mV
Fe2+ terbentuk
DO 0 mg/L
100 mV
H2S terbentuk
Beberapa cara untuk
meningkatkan / menjaga ORP :
• kurangi endapan lumpur dasar
dengan buang air sentral dan
sifon
• tambahkan aerasi untuk
meningkatkan oksigen
• aplikasi probiotik untuk
mengurai bahan organik dalm
air dan dasar tambak
• aplikasi bahan yang bersifat
oksidator.
• Plankton adalah jasad-jasad renik yang hidup
melayang-layang dalam air, tidak
bergerak/sedikit gerak dan selalu mengikuti
arus. Plankton dibedakan atas phytoplankton
(nabati) dan zooplankton (hewani).
• Peran dalam akuakultur:
– Sbg producer primer (penghasil karbon
organik yang dihasilkan dari CO2)
– Penghasil oksigen disiang hari (bisa
mencapai 76%)
– Menyerap racun. NH4+ disintesis menjadi
protein
– Sebagai makanan alami
• Pengguna oksigen terbesar pada malam hari
saat plankton mendominasi dalam air.
Berdasarkan ukurannya maka plankton
dibedakan menjadi
1. Terraplankton, plankton dengan
ukuran yang paling besar yaitu lebih
dari 2 cm
2. Megaplankton, plankton yang
berukuran 0,2 mm – 2 cm
3. Macroplankton, plankton yang
berukuran 20 – 200 mikron
4. Microplankton, plankton yang
berukuran 2 – 20 mikron
5. Nanoplankton, plankton yang
berukuran 0,2 – 2 mikron
6. Pikoplankton, plankton yang
berukuran < 0,2 mikron.
(Sumber: www.wikiepedia.com )
• Plankton ada yang menguntungkan ada yang kurang
menguntungkan.
• Green algae umumnya menguntungkan, karena memiliki
kestabilan dengan siklus hidup yang lebih lama dan tidak
menghasilkan toxin.
• Diatom sebagian besar menguntungkan, karena memiliki gizi
yang baik untuk pertumbuhan udang. Namun, siklus hidupnya
lebih pendek, sebagian menghasilkan racun dan tidak tahan
dengan kuat cahaya yang tinggi.
• Blue-green algae banyak yang kurang menguntungkan,
susah dikendalikan dan menghasilkan toxin. Beberapa
plankton baik dan tidak membahayakan seperti Spirulina,
Merismopedia, beberapa spesies dari Oscilltoria.
• Dinoflagellata dan Euglenophyta umumnya kurang baik
bagi kehidupan udang,
• Pada umumnya phytoplankton tersusun dari berbagai micro
algae. Algae terdiri dari 7 phyllum antara lain:
1. Cyanophyta
2. Chlorophya
3. Crysophyta
4. Phyrrophyta (dinoflagellata)
5. Euglenophyta
6. Phaeophyta
7. Rodophyta
• Dari ketujuh phylum tersebut, Phaeophyta dan Rodophyta
tidak termasuk micro algae penyusun plankton. Kedua
kelompok tersebut adalah makro algae atau sering disebut
sebagai rumput laut.
Nilai N/P ratio Kelompok Plankton
<8 Blue Green Algae

Diatom *
10
Red Algae

12 Dinoflagellata *
20 – 30 Green Algae *
42 – 125 Blue Green Algae *

* (Sumber: Quigg et al, 2003 andArrigo, 2005 dalam Afsar, 2008)


Phytoplankton yang baik
• Phytoplankton yang baik adalah
phytoplankton cenderung stabil dalam
waktu yang lama (siklus hidupnya panjang),
goncangan kualitas air rendah, tidak
menghasilkan racun, sehingga nafsu makan
dan pertumbuhan udang bagus. Bahkan
dapat menjadi makanan alami.
• Kelompok phytoplankton yang
menguntungkan antara lain Green Algae
(Chlorophyta), Diatom (beberapa
menghasilkan racun), beberapa jenis BGA
(Spirulina, Merismopedium dan beberapa
species dari Oscillatoria yang bersifat tidak
merugikan asal dapat mengendalikan).
Phytoplankton yang merugikan
• Phytoplankton yang merugikan atau kurang
baik adalah phytoplankton siklus hidupnya
pendek sehingga kualitas air tidak stabil, lebih
banyak menghasilkan lumpur organik,
menghasilkan racun (biotoxin), kadang
ditemukan menempel pada kulit udang atau
insang udang dan mempercepat peningkatan
populasi bakteri yang merugikan.
• Kelompok phytoplankton yang merugikan
antara lain Pyrrophyta (dinoflagellata),
Euglenophyta, sebagian besar Blue-green
Algae (Cyanophyta) dan beberapa jenis
diatom seperti Nitzschia, Pseudonitzschia,
Biddulphia, yang menghasilkan biotoxin dan
beberapa jenis sangat tidak stabil bila
mendominasi yaitu Gyrosigma, Rhyzosolenia.
• Bakteri adalah tumbuhan bersel satu dan
tidak memiliki pigmen kecuali bakteri ungu
dan bakteri hijau (Photosyntetic Bacteria).

• Ada yang menguntungkan, ada yang


merugikan

• Dalam akuakultur bakteri yang dikehendaki


adalah:
– Mengurai limbah organik,
– Menyerap racun (amonia, nitrit, asam sulfida)
– Menekan perkembangan bakteri merugikan
(penyebab penyakit atau penghasil racun)
– Menghasilkan enzym shg dapat membantu
pencernaan
– Meningkatkan daya tahan tubuh udang
– Menghasilkan nutrisi (SCP).
• Bakteri yang menguntungkan, dimasukkan ke dalam
tambak sejak persiapan air. Ditambah secara rutin serta
diberikan molase untuk merangsang agar bakteri
berkembang terus.
• Pada saatnya bakteri mendominasi dan menggeser
plankton sehingga warna plankton.
• Penambahan molase (C-organik) 5-6% pakan membantu
meningkatkan populasi mikroba dalam tambak.
• Namun phytoplankton tidak boleh habis sama sekali.
• Jenis bakteri yang diinokulasikan adalah jenis bakteri
probiotik antara lain Bacillus spp., Lactobacillus sp. dan
kombinasi dengan Saccharomyces sereviceae.
• Dapat dimasukkan jenis lain seperti Nitrosomonas,
Nitrobacter, Thiobacillus, Rhodopseudomonas,
Rhodobacter, dan lain-lain.
• Parameter mikrobiologi yang diamati
adalah Total Bacteri Heterotroph Count
(TBHC) dan Total Vibrio Count (TVC)
• Total bakteri bisa mencapai 106 - 107
cfu/ml, ada juga yang berkisar 105 – 106
cfu/ml.
• Total vibrio diupayakan maksimum 103
cfu/ml dengan koloni kuning lebih banyak
daripada koloni hijau serta vibrio
luminesence (Vibrio harveyi) maksimum 50
cfu/ml.
• Perbandingan Total vibrio dibanding total
bakteri diupayakan 0,1 – 1 %. Bila
mencapai 10% maka sangat berbahaya.
TVC:TBHC Keterangan
≤ 0,1% sangat aman
> 0,1 – 1% Aman
> 1 – 5% Waspada
> 5 – 10% kurang aman
> 10% tidak aman (bahaya)
Genus / kelompok Species
Bacillus B. subtilis, B. polymyxa, B. megaterium,
B. licheniformis, B. amyloliquifaciens,
B. mycoides, B. cereus, B. coagulans
Bakteri asam laktat Lactobacillus casei, L. plantarum,
Pediococcus sp. Enterococcus sp.
Bakteri Nitrifikasi Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp.
Bakteri Denitrifikasi Thiobacillus sp.
Achromobacter Achromobacter sp
Pseudomonas P. putida, P. Aerogenes
Bakteri Fotosintetik (PSB) Rhodopseudomonas, Rhodobacter,
Rhodococcus
Yeast Saccharomyces cereviceae
Fungi Trichoderma
• Pada awal budidaya, bahan organik
masih rendah maka lingkungan masih
didominasikan ke plankton
• Dengan meningkatnya pakan dan
penggunaan molase, bahan organik
akan terus meningkat sehingga
komunitas bakteri akan terus meningkat
• Pada saatnya bakteri akan
mendominasi, menggeser plankton
sehingga lingkungan menjadi
heterotrophic.
• Namun plankton tidak boleh habis
sama sekali sehingga ekosistem
menjadi tidak seimbang.

Anda mungkin juga menyukai