dapat mempengaruhi
mata rantai antara produsen
kompleksitas rantai makanan
primer dengan karnivora besar
dalam ekosistem perairan.
dan kecil
kaya akan protein (44-52%), lemak (kecuali metionin dan histidin), asam amino
esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh
serta mencerahkan warna pada udang dan ikan.
kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan derajat kelulushidupan larva.
mempunyai kandungan lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia
sehingga dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan (Mcevoy
dkk., 1998 dalam Umar, 2002).
Reproduksi
jantan /kopulasi betina
(antena)
spermatozoa
Bukaan
seminal
(lem
khusus)
telur
Copepodit dewasa
1,2,3,4,5
Nauplii (5-6
fase) apabila kondisi tidak
memungkinkan untuk
kelangsungan hidup, copepoda
akan memproduksi cangkang atau
Telur-dewasa : 1 minggu sampai 1 tahun telur dormant (istirahat) seperti
halnya kista.
Ciri-ciri
Tubuh silinder pendek jelas dibagi menjadi beberapa segmen.
Bagian kepala biasanya bulat dan menonjol, sering sangat
panjang, antena yang saat dipegang menjauh dari tubuh,
berfungsi untuk memperlambat laju tenggelam.
Biasanya mempunyai 9 segmen pada tubuhnya. Segmen-
segmen anterior menanggung pelengkap berenang sedangkan
segmen posterior lancip, berakhir di sepasang rami ekor di
dasar perut.
Mengidentifikasi kedewasaan pada level tertentu sangatlah
sulit.
Terdapat kelamin, pada yang jantan terdapat satu antenna
yang digunakan untuk menangkap betina saat kawin
Copepoda jantan umumnya lebih kecil dibandingkan Copepoda
betina.
Tubuh bersegmen.
Memiliki tubuh yang pendek dan silinder.
Reproduksi menggunakan antena untuk menempel pada betina.
Anatomi Copepoda :
Tubuhnya berbuku-buku.
Memiliki ekor yang membulat.
Memiliki antenna.
Memiliki cadangan telur di bawah abdomennya.
Memiliki cephalosome: perisai atas kepala dan beberapa
segmen yang terhubungkan.
Telur
bulat berlekuk (kering), bulat penuh (basah).
Warna coklat yang diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat
Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh
kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan mempermudah pengapungan
Cangkang telur Artemia dibagi dalam dua bagian yaitu korion (bagian luar) dan
kutikula embrionik (bagian dalam). Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
lapisan ketiga yang dinamakan selaput kutikuler luar,.
Korion dibagi lagi dalam dua bagian yaitu lapisan yang paling luar yang
disebut lapisan peripheral (terdiri dari selaput luar dan selaput kortikal) dan
lapisan alveolar yang berada di bawahnya.
Kutikula embrionik dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu lapisan fibriosa
dibagian atas dan selaput kutikuler dalam di bawahnya. Selaput ini merupakan
selaput penetasan yang membungkus embrio.
Diameter telur Artemia berkisar antara 200 300 (0.2-0.3 mm). Sedangkan
berat kering berkisar 3.65 g, yang terdiri dari 2.9 g embrio dan 0.75 g
cangkang
Larva (Nauplius)
Apabila telur-telur Artemia yang kering direndam dalam air laut dengan
suhu 25oC, maka akan menetas dalam waktu 24 36 jam.
Dari dalam cangkang akan keluar larva yang dikenal dengan nama
nauplius,
nauplius akan mengalami 15 kali perubahan bentuk. Nauplius tingkat I =
instar I, tingkat II = instar II, tingkat III = instar III, demikian seterusnya
sampai instar XV. Setelah itu nauplius berubah menjadi Artemia dewasa,
Artemia dewasa
berbentuk seperti udang kecil dengan ukuran 10-20 mm.
Bagian kepala mempunyai ukuran yang lebih besar daripada bagian ekor,
Bagian ekor ini memiliki ukuran 1/3 dari panjang tubuhnya
Mempunyai sepasang mata, sepasang antennula pada bagian kepala dan
11 pasang kaki/torakopoda di bagian tubuhnya,
Jumlah kaki ini yang membedakannya dari Crustaceae lainnnya,
Sepasang alat kelamin terletak diantara ekor
1778 (Linnaeus) Cancer salinus
hidup plantonik diperairan yang berkadar garam tinggi, yaitu antara 15-300 permil.
Suhu antara 25-300C, oksigen terlarut sekitar 3mg/l, dan pH 7,3-8,4.
Sebagai plankton, artemia tidak dapat dipertahankan diri terhadap pemangsanya sebab
tidak mempunyai alat ataupun cara untuk membela diri.
Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia.
Udang ini toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga
jenuh garam.
Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, tergantung pada
jumlah hujan dan penguapan yang terjadi.
Apabila kadar garam kurang dari 6 % telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa
menetas, hal ini biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim
penghujan.
apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi,
sehingga dapat menetas dengan normal.
Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahan pemboran yang bekerja
disekitar Danau "Salt Great". Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun
(berdasarkan metoda "carbon dating"). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masih bisa
menetas walaupun usianya telah lebih dari 10000 tahun.
Ovovivipar : nauplius menetas di dalam
reproduksi kantung telur induknya dan nauplius yang
keluar sudah dapat berenang bebas,
keadaan ini terjadi pada salinitas rendah.
Ketika Artemia dewasa hidup pada
Berdasarkan cara salinitas tinggi, embrio akan terbungkus
berkembangbiakannya, oleh kapsul keras yang sering disebut
Biseksual : melalui proses kista. Kista ini akan melindungi embrio
perkawinan sehingga dapat menetas pada kondisi
Partegnogenetik yakni Tidak optimal
melalui proses perkawinan. ovipar tergantung dari salinitas medium
habitatnya
persiapan tambak,
penebaran benih,
penumbuhan makanan alami,
pemeliharaan,
pemanenan
prosesing.
Syarat tambak tambak garam
tidak bocor
ketersediaan air selalu
ada
kedalaman 70 cm
Persiapan tambak
Penebaran benih
Penjemuran/pengeringan dasar
tambak
Pengapuran tambak dengan nauplii artemia 200
dosis 500 kg/ha ekor perliter pada
Pemupukan organik 500 kg/ha stadia instar I (artemia
Pemupukan TSP/urea 200 kg yang baru menetas)
(1:3) dilakukan pada saat
Pengisian air tambak dengan suhu rendah.
salinitas 80 ppt sedalam 70 cm
Pemupukan tambak
Pencucian kista
Kista disaring (120 mikron)
pencucian kista dengan menggunakan air laut secara berulang-ulang
(bau klorin itu hilang).
Kista artemia tersebut dicelupkan kedalam larutan HCl 0,1 N sebanyak
dua kali dan dicuci dengan air bersih
siap untuk ditetaskan dengan menggunakan larutan penetasan
Proses penetasan yang dilakukan sama dengan proses penetasan
tanpa dekapsulasi.
Tanpa dekapsulasi
Aerasi (10-20 l
Kista udara/menit, suhu
Wadah penetasan
(timbang) 25-30oC, pH 8-9, 5
disiapkan
35ppt)
20 cm
Lampu TL 60 watt
(intensitas cahaya 1000lux)
Penetasan berlangsung
selama 2448 jam kemudian.
Wadah penetasan
Cyst Artemia : telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan
kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat.
Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh
kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah
pengapungan.
Jadi cyst artemia itu yang akan ditetaskan adalah hasil dari perkawinan
artemia dewasa jantan dan betina yang pada kondisi lingkungan buruk akan
membentuk fase istirahat atau dorman. Dan biasanya disebut telur kering
(diapauze).
Artemia yang dijual dipasaran merupakan hasil budidaya atau eksploitasi
dari alam yang dikemas dalam kemasan kaleng dengan berat rata-rata
450 gram.
Telur artemia yang berasal dari laut atau tambak ini dipanen dengan
menggunakan seser, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
melekat.
Kista yang berisi embrio akan mengapung dipermukaan air. Kemudian
kista tersebut dikeringkan dibawah sinar matahari atau dengan alat
pengering/oven dengan suhu sebaiknya tidak lebih dari 40oC .
Pengeringan didalam alat pengering ini dilakukan selama tiga jam sampai
kadar air dari siste tersebut kurang dari 10% agar tahan lama dalam
penyimpanan.
Lama penyimpanan siste artemia jika dilakukan pengemasan dengan
kaleng tanpa udara atau kantong plastik berisi gas Nitrogen adalah lima
tahun.
Berapakah kebutuhan cyst artemia yang
harus ditetaskan untuk memenuhi
kebutuhan produksi?
padat penebaran yang digunakan
adalah 5-7 gram/liter.
Semakin besar wadah yang digunakan
maka jumlah siste yang akan ditebarkan
akan semakin banyak.
Oleh karena itu harus dipilih wadah
yang tepat untuk menetaskan siste
artemia tersebut.
Panen cyst artemia