Anda di halaman 1dari 12

LEMBAGA PEMBERDAYAAN SYARIAH

DISUSUN OLEH:

Amelia Ritonga ( 2040100193 )

Enni Eriani Harahap ( 2040100185 )

Muhammad Farkah ( 2040100182 )

DOSEN PENGAMPU

NURHALIMAH, M.E.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PADANGSIDIMPUAN

T.A. 2023/2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketimpangan ekonomi, penguasaan alat-alat produksi di kalangan kaum the
have, menjadikan jurang ekonomi yang dalam antara si kaya dan si miskin,
ketimpangan distibusi kekayaan diakibatkan kerakusan sistem ekonomi yang berpihak
pada pemilik modal dan menyengsarakan masyarakat. Akibatnya kezaliman ekonomi
semakin meluas, akhirnya kekuatan segelintir konglomerat mampu menguasai
ekonomi mayoritas masyarakat Indonesia.
Ekonomi merupakan penunjang utama sistem kehidupan manusia dan
akan terus memainkan peranan yang sangat vital dalam roda kehidupan
manusia. Disadari atau tidak, manusia adalah human materialism dimana
hampir segala sisi kehidupannya diukur oleh nilai-nilai ekonomi. Dunia
ekonomi akan terus mengalami perkembangan dengan mengikuti pola pikir dan
pola perilaku kehidupan manusia itu sendiri.
Pemberdayaan ini menyangkut beberapa segi yaitu Pertama,
penyadaran tentang peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi persoalan
dan permasalahan yang ditimbulkan serta kesulitan hidup atau penderitaan.
Kedua, meningkatkan sumber daya yang telah ditemukan, pemberdayaan
memerlukan upaya advokasi kebijakan ekonomi politik yang pada pokoknya
bertujuan untuk membuka aksesgolongan bawah, lemah, dan tertindas tersebut
terhadap sumber daya uang dikuasai oleh golongan kuat atau terkungkung oleh
peraturan pemerintah dan pranata sosial. Menurut Kartasasmita, pemberdayakan
masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara
mengembangkan dan mendonamisasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata
lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya
meliputi penguatan individu anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya,
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan. 1

1
Nizar Nazarullah “ Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah “ Jurnal Perbankan Syariah,
Vol.5, No. 1, 2021

1
PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberdayaan
Mengkaji tentang konsep pemberdayaan merupakan bagian dari upaya yang
selalu dikem bangkan untuk menemukan hal-hal baru dalam mengikutsertakan
masyarakat dalam aktivitas pembangunan di ruang lingkup lokal meskipun ruang
kajiannya bersifat makro. Pemberdayaan masyarakat sebagai manifestasi intervensi
komunitas bukanlah hal baru, namun patut dipahami secara lebih luas.
Secara etimologi, kata pemberdayaan yang berawalan, “pem”, “ber” (prefiks)
dan berakhiran, “an” (sufiks) berasal dari kata dasar daya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata “daya” berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau
bertindak. ecara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)
berasal dari kata “Power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan sering kali dikaitkan dengan kemam puan untuk membuat orang
lain melakukan apa yang diinginkan, terlepas dan keinginan dan mi nat mereka,
selanjutnya menurut Suharto dikatakan perberdayaan menunjuk pada kemampuan
orang khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan
atau kemam puan dalam beberapa hal :
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkat kan pendapatannya dan memperoleh barangbarang dan jasa yang
mereka perlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah penguatan kemampuan, kemauan,
keterampilan, keberanian, daya penafsiran, dan keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki oleh masyarakat atau kelompok yang berada di bawah dominasi penguasa.2
Sedangkan masyarakat menurut Soekanto adalah setiap kelompok manusia
yang hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batasbatas

2
Andri Soemitra “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah” ( Jakarta : Prenadamedia Group : 2009 )

2
yang dirumuskan dengan jelas. Dari pengertian di atas, pemberdayaan masyarakat
(community development/empowerment) adalah suatu usaha pemberian atau
peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak
beruntung (disadvantaged) melalui perubahan struktur di mana rakyat (masyarakat)
mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya, sehingga harkat dan martabat
kehidupan masyarakat dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
Menurut Soetomo Posisi masyarakat yang marginal dan powerless dibuat
menjadi lebih berdaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut
sebagai pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai
upaya untuk membantu masyarakat dalam mengernbangkan kemampuan sendiri
sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan mengarnbii keputusan
secara mandiri. Dengan demikian pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk
mendorong terciptanya kekuatan dan kemampuan lembaga masyarakat untuk secara
mandiri mampu mengelola dirinya sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat itu
sendiri serta mam pu mengatasi tantangan persoalan dimasa yang akan datang.
Konsep pemberdayaan memuat tiga komponen utama yaitu:
a. Enabling, pemberdayaan dengan menciptakan suasana atau iklim yang
berkembang.
b. Empowering, pemberdayaan untuk memperkuat potensi ekonomi atau
daya yang dimiliki masyarakat dalam rangka memperkuat potensi ini,
upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan , derajat
kesehatan, serta akses terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti
modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar.
c. Pemberdayaan melalui pengembangan ekonomi rakyat dengan cara
melindungi dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju
dengan yang belum berkembang.3
B. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah adalah badan usaha yang kegiatannya dibidang
keuangan yang didasarkan prinsip-prinsip syariah atau dengan kata lain bersumber
dari ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah yang berkaitan dengan etika bermuamalah
dan transaksi ekonomi, baik dalam bentuk bank maupun non bank. Dalam Islam,
3
Muheramtohadi “ Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Pemberdayaan UMKM Indonesia” Jurnal
Muqtasid, Vol. 8, No. 1, 2017

3
tidak semua transaksi ekonomi dilarang, demikian juga sebaliknya, tidak semua
transaksi ekonomi diperbolehkan. Hal yang terlarang dalam Islam, salah satunya
adalah riba. Riba adalah penetapan kelebihan atau tambahan jumlah pinjaman yang
dibebankan kepada si peminjam, atau dalam dunia perbankan diistilahkan dengan
‘bunga’.
Dalam sistem ekonomi Islam, suatu identitas usaha seperti lembaga keuangan
syariah merupakan instrumen yang digunakan untuk menerapkan aturan-aturan
ekonomi. Sebagai bagian dari sistem ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian
dari keseluruhan sistem sosial.
Oleh karenanya, keberadaan masyarakat (manusia), serta nilainilai yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Karenanya, Islam menolak pandangan
yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang bebas nilai (value free).
Aturan-aturan ekonomi Islam dalam melakukan suatu usaha tidak hanya berkaitan
dengan pelarangan berbisnis atas komoditas alkohol, pornografi, perjudian dan
aktivitas amoral/asosila lainnya, akan tetapi ia juga ditujukan untuk memberikan
sumbangan positif terhadap pencapaian tujuan sosial ekonomi masyarakat yang lebih
baik.
Bisnis secara dysrish dijalankan untuk menciptakan iklim bisnis yang baik dan
lepas dari praktik kecurangan. Aturan-aturan tersebut dibuat berdasarkan perintah
Allah dalam Al-Qur’an, petunjuk Nabi Muhammad Saw. dalam hadis, dan ijma’ serta
qiyas para ulama. Salah satu bentuk bisnis yang dijalankan secara syariah adalah
bisnis keuangan yang dilakukan oleh berbagai lembaga keungan baik yang berbentuk
bank atau non bank.
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu sektor ekonomi
Islam yang berkembang pesat pada beberapa dekade terakhir. Perkembangan yang
pesat ini tidak saja didorong oleh memburuknya sistem perekonomian dunia uang
dimotori oleh sistem konvensial, akan tetapi juga oleh semangat religius dan
kepetingan praktis pragmatis dalam membangun perekonomian umat. Karena LKS
berdiri di atas fondasi syariah, maka ia harus senantiasa sejalan dengan syariah
(shariah compliance). Baik dalam spirit maupun aspek teknisnya. 4
Dalam ajaran islam, transaksi keuangan harus terbebas dari transaksi yang
haram, berprinsip kemaslahatan (tayyib), misalnya bebas dari riba, gharar,riswah, dan
4
Qi Mangku “ Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat” Jurna Penelitian Sosial
Keagamaan Vol. 10, No. 2, Desember 2016

4
masyir. Secara umum dapat dikatakan bahwa keuangan Islam harus mengikuti kaidah
dan aturan dalam fiqh muamalah. Persyaratan-persyaratan ini akan mengakibatkan
adanya perbedaan yang relatif subtansial antara keuangan Islam dan keuangan
konvensial. Faktor lain yang membedakan adalah adanya Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam struktur organisasi LKS yang bertugas mengawasi produk dan
operasionalnya.5
C. Prinsip Operasi Lembaga Keuangan Syariah
Beberapa prinsip operasional dalam LKS adalah :
1. Keadilan, yaitu prinsip berbagi keuntungan atas dasar penjualan yang sebenarnya
berdasarkan konstribusi dan resiko masing-masing pihak.
2. Kemitraan, yaitu prinsip kesetaraan diantara para pihak yang terlibat dalam kerjasama.
Posisi nasabah investor (penyimpanan dana), dan penggunaan dana, serta lembaga
keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk
memperoleh keuntungan.
3. Transpasi, dalam hal ini sebuah LKS diharuskan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan kepada nasabah investor atau pihak-pihak yang terlibat
agar dapat mengetahui kondisi dana yang sebenarnya.
4. Universal, yaitu prinsip di mana LKS diharuskan memberikan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat dalam memberikan layanannya sesuai dengan prinsip islam
sebagai rahmatan lil alamin. Dalam operasionalnya LKS juga harus memperhatikan
kepada hal-hal berikut:
a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana.
c. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsik.
d. Unsur gharar (ketidak pastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
e. Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam
Islam sehingga usaha minuman keras, misalnya, tidak boleh didanai oleh perbankan
syariah.6
D. Jenis-Jenis Lembaga Pemberdayaan Syariah
5
Rahmad Bahagia “Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pemberdayaan UMKM” , Vol. 3, No. 1,
Januari 2022

5
1. Badan Amil Zakat ( BAZ )
BAZ merupakan kependekan dari Badan Amil Zakat. Institusi ini sebelumnya
biasa disebut dengan BAZIS ( Badan Amil Zakat Infaq dan Sadaqah ). Sedangkan
pengertian BAZIS secara istilah antara lain ditemukan di dalam Surat Keputusan
Bersama SKB Menteri dalam Menteri Agama No. 29 tahun 1991/47 tahun 1991
tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah.
Perintah zakat, selain terdapat dalam al-Quran, juga terdapat dalam
hadisRasulullah saw, dan dilanjutkan secara berkesinambungan oleh al-
Khulafaurrasyidunsesudahnya dengan penjelasan sebagai berikut
a. Perintah Nabi untuk memungut zakat terdapat dalam Hadis Sahih, yaitu :Abu
Burdah menceritakan, bahwa Rasulullah saw mengutus Abu Musa dan Muaz
BinJabal ke Yaman guna mengajar orang-orang di sana tentang soa-soal
agama mereka.Rasulullah menyuruh mereka, jangan mengambil
shodaqah/zakat (hasil bumi) kecualiempat macam ini, ialah Hinthoh
(gandum), Syair (sejenis gandum lain), Tamar(kurma) dan Zabib (anggur
kering).
b. Pada masa al-Khulafaurrasyidun, kegiatan pengumpulan zakat
sebagai perintah Allah dan RasulNya tetap dilanjutkan, bahkan Kholifah
Pertama Abu BakarShiddiq memerangi kelompok ataupun golongan yang
tidak mau (mengingkari)membayar zakat. Pendapat Kholifah ini pertama kali
ditentang oleh pembesar Sahabatantara lain oleh Umar Bin Khattab, namun
pada akhirnya Umar Bin Khattabpunmendukung kebijakan yang ditempuh
oleh Abu Bakar ini.
c. Ketiga, Pada masa al-Khulafaurrasyidun Kedua dibawah pimpinan Umar
BinKhattab, kegiatan pengumpulan zakat lebih digalakkan lagi, yaitu dengan
membentukBaitul Maal sebagai sarana penampungan dan penyaluran zakat,
termasuk didalamnya infaq, shodaqah, nazar dan kafarat.
d. Kegiatan pengumpulan zakat berlanjut pada masa Bani Umayyah
danAbbasiyyah, namun puncaknya adalah pada masa Umar Bin Abdul Aziz,
dimanakesejahteraan ummat Islam sangat tinggi, sehingga khalifah kesulitan
mencari orang(mustahik) tempat pembayaran zakat.
2. Bank Syariah
6
Rizki Tri Anugrah “ Pemberdayaan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah Melalui Prinsip Bagi
Hasil” Vol. 5 , No. 1 , 2013

6
Perbankan syariah adalah merupakan sebuah lembaga keuangan yang
berdasarkanhukum Islam yang adalah merupakan sebuah lembaga baru yang amat
penting danmstrategis peranannya dalam mengatur perekonomian dan
mensejahterakan umat Islam.Kehadiran lembaga perbankan bukan hanya dapat
mengatur perekonomianmasyarakat, akan tetapi kehadirannya dapat juga
menghancurkan perekonomian sebuah Negara sebagaimana yang dialami bangsa
Indonesia decade delapan puluhandan sembilan puluhan.
Oleh karena itulah maka diperlukan perbankan yang berorientasi syariah
sehinggadapat melindungi uang si penanam modal dan juga memberikan
keuntunganbagisi pemiunjam modal. Pada keduanya terjalin hubungan yang siner
gis dan salingmenguntungkan, serta kesepakatan bersama apabila terjadi kerugian
yang tidakdiinginkan bersama.
Apabila terjadi keuntungan, maka sesungguhnya hal itu mudahdiatur, akan
tetapi apabila terjadi kerugian ataupun jatuh pailit, maka
timbullah percekcokan. Dalam kaitan dengan ini, hukum Islam telah memberikan 
aturan mainyang saling menguntungkan dan tidak saling merugikan.Bank Islam
ataupun Bank Syariah sebagaimana disebutkan oleh Fuad MohammadFakhruddin
adalah bank dimana kebanyakan pendirinya adalah orang yang beragamaIslam
dan seluruhnya atau sebahagian besar sahamnya kepunyaan orang Islamsehingga
dengan demikian maka kekuasaan dan wewenang baik mengenaiadministrasi
maupun mengenai yang lainnya terletak di tangan orang Islam.7
3. Baitul māl wa tamwīl
Baitul māl wa tamwīl merupakan lembaga ekonomi atau keuangan syariah
non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini
didirikan olehKelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Oleh karena
itu, selain berfungsisebagai lembaga keuangan BMT juga bisa berfungsi sebagai
lembaga ekonomi.Sebagai lembaga keuangan ia menghimpun dana dari
masyarakat (anggota BMT) danmenyalurkan dana kepada masyarakat (anggota
BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi,
seperti perdagangan, industri, dan pertanian.
Pada masa pemerintahan Rasulullah saw, Baitul Maal bertempat di
Masjid Nabawi yang ketika itu dipergunakan sebagai kantor pusat Negara yang se
7
Ahmad Ifham “ Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” ( Jakarta : PT. Gramedia : 2010 )

7
kaligusberfungsi sebagai tempat tinggal Rasulullah. Binatangbinatang yang merup
akan perbendaharaan Negara tidak disimpan di Baitul Maal sesuai dengan alamny
a binatangbinatang tersebut ditempatkan di lapangan terbuka. 
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw ini adalah merupakan langkah
majusebagai sebuah kelengkapan alat Negara dalam rangka mengelola
danmemberdayakan segenap potensi keuangan Negara untuk selanjutnya
dipergunakansebesar-besarnya untuk keperluan rakyat. Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank perkreditan rakyat
yangmelakukan usaha berdasarkan prinsip syariah ataupun disebut juga bank
perkreditanrakyat yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip
muamalah Islam. BPRS inidapat dibentuk dengan badan hukum berupa Perseroan
terbatas (PT), Koperasi danPerusahaan Daerah.
BPRS didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonom
ian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaankeuangan,
moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisi
peluangterhadap kebijaksanaan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of
interest)yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai system perbankan bagi hasil
atau system perbankan Islam.
4. Asuransi Syariah
Asuransi dalam Islam lebih dikenal dengan istilah takaful yang berarti
salingmemikul resiko di antara sesama orang Islam, sehingga antara satu dengan
yanglainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini
dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan dimana masing-
masingmengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarruk) yang ditunjuk untuk
menanggungresiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan
surat al-Maidah (5) :2 Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan
taqwadan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Asuransi 
seperti inidisebut dengan Asuransi Syariah. Asuransi Syariah sebagaimana
tersebut di atas mempunyai prinsip-prinsip pokoksebagai berikut ;
A. Saling bekerjasama dan saling membantu.
B. Saling melindungi dari berbagai kesusahan.
C. Saling bertanggungjawab.

8
D. Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba
Asuransi syariah adalah merupakan asset berharga dan merupakan
potensi ummatIslam yang apabila dapat dikelola dan dikembangkan dengan
baik, maka akan dapatmengangkat harkat dan martabat umat Islam, khususnya
dalam mengentaskan umatdari kemiskinan dan kehinaan, serta akan dapat
meningkatkan kesejahteraannyadengan baik. Namun demikian secara jujur
diakui bahwa terdapat beberapa kendaladalam pelaksanaan Asuransi Syariah
ini di lapangan.
5. Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat
jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban
yang timbulakibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan
ketentuan tertentu sertamembayar sejumlah manfaat secara priodik menurut akad.
6. Reksadana Syariah
Salah satu produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan syariah adalah reksadana. Produk investasi ini bisa menjadi alternativ
yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan
memberikanhasil yang relativ kecil
Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan
dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik 
hartadengan manejer investasi sebagai wakil shohibul maal, maupun antara
manejerinvestasi sebagai wakil shohibul maal dengan pengguna investasi. 8

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah penguatan kemampuan, kemauan,
keterampilan, keberanian, daya penafsiran, dan keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki oleh masyarakat atau kelompok yang berada di bawah dominasi penguasa.
Sedangkan masyarakat menurut Soekanto adalah setiap kelompok manusia yang
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

8
Ramadhan “ Islam dan Pemberdayaan Ummat” Vol. 6, No. 1 2013

9
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batasbatas yang
dirumuskan dengan jelas.
Dari pengertian di atas, pemberdayaan masyarakat (community
development/empowerment) adalah suatu usaha pemberian atau peningkatan
“kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung
(disadvantaged) melalui perubahan struktur di mana rakyat (masyarakat) mampu
menguasai (berkuasa atas) kehidupannya, sehingga harkat dan martabat kehidupan
masyarakat dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari sempurna. Tentunya penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ifham “ Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” ( Jakarta : PT.
Gramedia : 2010 )

Andri Soemitra “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah” ( Jakarta :


Prenadamedia Group : 2009 )
RAmadhan “ Islam dan Pemberdayaan Ummat” Vol. 6, No. 1 2013

10
Muheramtohadi “ Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Pemberdayaan UMKM
Indonesia” Jurnal Muqtasid, Vol. 8, No. 1, 2017
Nizar Nazarullah “ Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah “ Jurnal
Perbankan Syariah, Vol.5, No. 1, 2021
Qi Mangku “ Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat” Jurna Penelitian
Sosial Keagamaan Vol. 10, No. 2, Desember 2016
Rahmad Bahagia “Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pemberdayaan
UMKM” , Vol. 3, No. 1, Januari 2022
Ramadhan “ Islam dan Pemberdayaan Ummat” Vol. 6, No. 1 2013
Rizki Tri Anugrah “ Pemberdayaan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah Melalui
Prinsip Bagi Hasil” Vol. 5 , No. 1 , 2013

11

Anda mungkin juga menyukai