Anda di halaman 1dari 29

TUGAS

PERANCANGAN STRUKTUR V
(STRUKTUR BETON BERTULANG II)

Disusun Oleh:

KELOMPOK 23

1. TITO RIKANO (18310184)

2. FANDY DITA PANGESTU (18310146)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JANABADRA

YOGYAKARTA
2021
2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Peraturan dan Standar Perencanaan


Peraturan dan standar perencanaan struktur berdasarkan SNI 03-2847-2013,
mengenai perencanaan struktur beton, terutama untuk struktur bangunan
gedung. Peraturan dan perencanaan bangunan gedung.Sedangkan
pembebanan digunakan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam peraturan
Peraturan Pembabanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPUG 1983) dan SNI
03-1727-2013.
B. Metode Analisa dan Perencanaan
Sesuia dengan ketentuan yang ada pada SNI 03-2874-2013 yang
mengutamakan pembangunan metode kuat batas (ultimite), maka analisa dan
perencanaan dalam hal ini seluruhnya menggunakan metode kuat batas
dengan beban terfaktor.
1. Faktor Beban
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 ( Lr atau R )
U = 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)
U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0L + 0,5 (Lr atau R)
U = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L
U = 0,9 D + 1,0 W
U = 0,9 D + 1,0 E
Dimana:
U = Kuat perlu/kuat batas yang menahan kombinasi pembebanan
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
R = Beban Air Hujan
W = Beban Angin
E = Beban Gempa

5
2. Faktor Reduksi Kekuatan atau kuat perlu
a) Lentur, tanpa beban aksial ( Ø ) = 0,80
b) Beban aksial tarik ( Ø ) = 0,80
Beban aksial tarik dengan lentur ( Ø ) = 0,80
c) Beban aksial tekan ( Ø ) = 0,65
Beban aksial tekan dengan lentur ( Ø ) = 0,65
d) Geser dan torsi = 0,75
C. Jenis Pembebanan
Beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati, beban hidup, beban
gempa beban angin dan beban hujan.
1) Beban mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi
tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan structural
lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
2) Beban hidup
Beban hidup merupakan beban yang dapat berpindah atau dipindahkan
dan bekerja pada struktur, besarnya sesuai dengan fungsi dari ruang.
Seperti halnya beban mati, beban hidup bekerja di atas lantai.
3) Beban gempa
Beban gempa adalah beban yang berpengaruh pada bangunan akibat
terjadinya pergerakan tanah akibat pergeseran lempeng bumi. Dalam
merencakan bangunan tahan gempa sesuai SNI 1726-2012 menentukan
bahwa analisis beban gempa dapat dilakukan dengan 3 prosedur, yaitu
analisis gaya lateral ekivalen, analisis spectrum respon ragam dan prosedur
riwayat respon seismic.
4) Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih tekanan udara
5) Beban air hujan

6
D. Perencanaan pembebanan gempa
Analisis beban gempa pada bangunan yaitu analisis statik ekuivalen dan
dinamik serta mengacu pada nilai parameter terpetakan (Ss dan S1) pada SNI-
03-1726-2012.
E. Persyaratan Pembebanan
Kriteria pembebanan mengacu pada Tabel 4-1 (SNI-1727-2013) tentang
beban hidup terdistribusi merata minimum dan beban hidup terpusat
minimum.

7
Lanjutan tabel 4-1 SNI-1727- 2013

8
Lanjutan tabel 4-1 SNI-1727- 2013

9
F. Perencanaan Plat
1) Perencanaan Tebal Plat berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI) 1971.

H=

Ketebalan minimum harus memenuhi dan tidak boleh kurang dari 120
mm.

H=

Ketebalan minimum tidak boleh kurang dari h, dan tidak kurang dari 90
mm.
2) Asumsi Perletakan Plat
Perencanaan plat berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 1971, (Tabel
13.3.2, halaman 203, tumpuan jepit 4 sisi.
Plat diasumsikan dengan perletakan terjepit elastis.

3) Bentuk Teoritis Plat


L = jarak pusat perletakan, apabila beban balok pendukung ≤ 2h.
= jarak bersih balok +100 mm, jika lebar balok pendukung ≥ 2h.

10
G. Data Teknis Bangunan
1) Sistem struktur : SRPMM
2) Letak bangunan di daerah : Sorong
3) Mutu beton (f’c) : 29,0 MPa
4) Tegangan leleh baja tulangan geser : 240 MPa
5) Tegangan leleh baja tulangan lentur : 405 MPa
6) Partisi luar : Dinding bata ringan ½ batu
7) Partisi dalam : Dinding bata ringan ½ batu
8) Elevasi lantai dasar : ± 0,00
9) Elevasi perlantai : + 3,95 m
10) Tinggi Bangunan (h) : (3,850 m x 4) = 15,40 m
11) Fungsi bangunan : Mall
12) Ketentuan lain yang belum ada dapat dilengkapi berdasarkan peraturan
yang berlaku.

Atap +15,40

3,850
Lantai 3 +11,55 m

3,850
+7,70 Lantai 2 m

3,850
Lantai 1 +3,85 m

3,850
±0,00 Lantai Dasar m

L1=7,20 m L2 = 6,80 m L3 = 6,90 m L4 = 6,80 m

I II III IV V

Gambar 1.1. Potongan Melintang

11
BAB II
PERHITUNGAN PLAT

A. Perencanaan Plat Atap dan Plat Lantai


1. Penentuan dan Asumsi
a. Mutu beton (f’c) = 29 MPa
b. Mutu baja (fy) = 405 MPa (tulangan lentur)
c. Mutu baja (fys) = 240 MPa (tulangan geser)
d. Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3
e. Berat spesi = keramik = 21 kg/m2 (per cm tebal)
f. Berat jenis pasir = 1600 kg/m3

2. Sketsa Tipe Plat


A

L5 = 7,10 m
G E F E
B

L6 = 7,30 m
C A B A
C

H D I D L7 = 6,60 m

L8 = 7,3 m
C A B A
E
L1=7,20 m L2 = 6,80 m L3 = 6,90 m L4 = 6,80 m

I II III IV V
Gambar 2.1. Denah Plat Atap

12
A

G E F E L5 = 7,10 m

C A B A L6 = 7,30 m

Posisi
H Tangga I D L7 = 6,60 m

C A B A L8 = 7,30 m

E
L1=7,20 m L2 = 6,80 m L3 = 6,90 m L4 = 6,80 m

I II III IV V

Gambar 2.2. Denah Plat Lantai

3. Perhitungan Tebal Plat (h)


Dipakai pelat dengan bentang terpanjang sebagai acuan kekuatan, yaitu
diambil tipe pelat C (L1 = 7,20 m x L6 = 7,30 m)

Ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari:

Ln (0,8  1400
fy
)
h
36  9

Dan tidak boleh kurang dari 90 mm.

dengan : Ly = bentang panjang

Lx = bentang pendek

13
Ln ≈ Ly

Ly 7,30
   = 1,0138
Lx 7,20
7300 (0,8  1400
240
)
h = 157,1535 mm ≥ 90 mm ........................ Ok!
36  9.1,0138

Jadi, dipakai tebal plat 160 mm.

4. Pembebanan Plat Atap


a. Beban Mati (QD)
 Pelat beton (16 cm ) = 0,16 . 2400 = 384 kg/m²
 Plafond dan eternite = 11 kg/m²
 Finishing: spesi (2 cm) = 2 . 21 = 42 kg/m²
 Mechanical electrical ( M / E ) = 20 kg/m² +
Jumlah beban mati pelat atap (QD) = 457 kg/m²
= 4,57 kN/m2
b. Beban Hidup (QL)
Dari SNI 03-1727-2013 (Tabel 4-1) beban hidup untuk plat atap (Mall)
didapat:
 Beban hidup (QL) = 0,96 kN/m2 = 1 kN/m2

c. Beban Ultimit (QU)


Qu1 = 1,4 . QD
= 1,4 . 4,57 = 6,398 kN/m²
Qu2 = 1,2 . QD + 1,6 . QL
= 1,2 . 4,57 + 1,6 . 1 = 7,084 kN/m² (terpakai)

5. Pembebanan Plat Lantai


a. Beban Mati (QD)
 Pelat beton (16 cm) = 0,16 . 2400 = 384 kg/m²
 Finishing: spesi (2 cm) = 2 . 21 = 42 kg/m²

14
pasir (2 cm) = 0,02 . 1600 = 32 kg/m²
keramik (1 cm) = 1 . 21 = 21 kg/m2
 Plafond dan eternite = 11 kg/m2
 Mechanical electrical ( M / E ) = 20 kg/m² +
Jumlah beban mati pelat lantai (QD) = 510 kg/m2
= 5,10 kN/m²

b. Beban Hidup (QL)


Dari SNI 03-1727-2013 (Tabel 4-1) beban hidup untuk pelat lantai
(Mall) didapat :
 Beban hidup (QL) = 4,79 kN/m2
c. Beban Ultimit (Qu)
Qu1 = 1,4 . QD
= 1,4 . 5,10 = 7,14 kN/m2
Qu2 = 1,2 . QD + 1,6 . QL
= 1,2 . 5,10 + 1,6 . 4,79 = 13,784 kN/m² (terpakai)

B. Perhitungan Plat Atap dan Plat Lantai


1. Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe C
a. Perhitungan Dx dan Dy
Dipakai :
 Tebal Plat (h) = 160 mm Ly C
 Selimut beton (s) = 20 mm
 Diameter tulangan pokok (Ø) = 12 mm
 Lx = 7,20 m ; Ly = 7,30 m Lx
1
Dx  h  s  .
2
1
 160  20  .12
2
= 134 mm
1
Dy  h  s    .
2

15
1
 160  20  12  .12
2
= 122 mm
b. Kontrol Geser Arah X
1
Vux  .Qu.Lx
2
1
 .7,084.7,20
2
= 26,0337 kN
1
Vcx  f ' c .b.Dx
6
1
 29.1000.134
6
= 120268 N = 120,268 kN
Syarat:
ØVcx > Vux = 0,75 . 120,268 kN > 26,0337 kN
90,201 kN > 26,0337 kN ..................... ( Ok )
c. Kontrol Geser Arah Y
1
Vuy  .Qu.Ly
2
1
 .7,084.7,30
2
= 25,8566 kN
1
Vcy  f ' c .b.Dy
6
1
 29.1000.122
6
= 109498 N = 109,498 kN
Syarat:
ØVcy > Vuy = 0,75 . 109,498 kN > 25,8566 kN
82,123 kN > 25,8566 kN ..................... ( Ok )

16
d. Distribusi Momen
Ly = 7,30 m
Lx = 7,20 m
Ly C
Ly 7,30
   1,0138
Lx 7,20
Berdasarkan PBI’71, tabel 13.3.2 hal 203, diperoleh:
(1,0138  1,0) Lx
X 1  36  (42  36)  36,822
(1,1  1,0)
(1,0138  1,0)
X 2  36  (37  36)  36,137
(1,1  1,0)
X3 = X1 = 36,822
X4 = X2 = 36,137
Momen yang terjadi:
Mlx = 0,001.QU.Lx2.X1 = 0,001 . 7,084 . 7,202 . 36,822
= 13,5223 kNm
Mly = 0,001.QU.Lx2.X2 = 0,001 . 7,084 . 7,202 . 36,137
= 13,2707 kNm
Mtx = -0,001.QU.Lx2.X3 = - 0,001 . 7,084 . 7,202 . 36,822
= - 13,5223 kNm
Mty = -0,001.QU.Lx2.X4 = - 0,001 . 7,084 . 7,202 . 36,137
= - 13,2707 kNm
e. Tulangan Lapangan Arah X (Mlx)
Mlx = 13,5223 kNm
Mlx 13,5223
Mn =  = 16,9020 kNm = 16,9020.106 Nmm
 0,8
f 'c 600
b = 0,85. . .
fy 600  fy

Karena f’c = 29 MPa > 28 MPa, maka:


0,05.( f ' c  28)
β = 0,85 
7

17
0,05.(29  28)
= 0,85  = 0,8428
7
29 600
b = 0,85.0,8428 .  0,0618
240 600  240
max = 0,75 . b
= 0,75 . 0,0618 = 0,046350
1,4 1,4
min =   0,005833
fy 240
fy 240
m =   9,7363
0,85. f ' c 0,85.29

Mn 16,9020.10 6
Rn =   1,107
b.d 2 1000.134 2

1 2.m.Rn 
perlu = 1  1  
m  fy 

1  2.9,7363.1,107 
= 1  1   = 0,004720
9,7363  240 
Dari hitungan rasio tulangan () diatas di peroleh:
max = 0,046350
min = 0,005833
perlu = 0,004720
Karena perlu < min, dipakai min = 0,005833
Asperlu =.b.d
= 0,005833 . 1000 . 134 = 781,622 mm2
Dipakai tulangan Ø = 12
1
Luas tulangan (A) = . .D 2
4
1
= . .12 2 = 113,0973 mm2
4
A.b
Jarak tulangan (S) =
As perlu

18
113,0973.1000
= = 144,6956 mm
781,622
Dipakai jarak tulangan 140 mm
1000
Jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) = = 7 buah
140
Kontrol tulangan
1 1000
As = . . 2 .
4 s
1 1000
= . .12 2.
4 140
= 807,8381 mm2 > Asperlu = 781,622 mm2 ...................... ( Ok )
Jadi, tulangan lapangan arah X dipakai Ø12 – 140
Kontrol kapasitas momen:
Cc = 0,85 . f’c . b . a
= 0,85 . 29 . 1000 . a
= 24650 a
Ts = As . fy
= 807,8381 . 240
= 193881,144 N
Syarat:
Cc = Ts
24650 a = 193881,144
193881,144
a = = 7,8653 mm
24650
Mntotal = Ts . (dx - . a)

= 193881. (134 - . 7,8653)

= 25217587 Nmm = 25,217587 kNm


Mntotal = 25,217587 kNm > Mn = 16,9020 kNm ................. ( Ok )
f. Tulangan Lapangan Arah Y (Mly)
Mly = 13,2707 kNm

19
Mly 13,2707
Mn =  = 16,5883 kNm = 16,5883.106 Nmm
 0,8
f 'c 600
b = 0,85. . .
fy 600  fy

Karena f’c = 29 MPa > 28 MPa, maka:


0,05.( f ' c  28)
β = 0,85 
7
0,05.(29  28)
= 0,85  = 0,8428
7
29 600
b = 0,85.0,8428. .  0,0618
240 600  240
max = 0,75 . b
= 0,75 . 0,0618 = 0,04635
1,4 1,4
min =   0,005833
fy 240
fy 240
m =   9,7363
0,85. f ' c 0,85.29

Mn 16,5883.10 6
Rn =   1,1145
b.d 2 1000.122 2

1 2.m.Rn 
perlu = 1  1  
m  fy 

1  2.9,7363.1,1145 
= 1  1   = 0,004753
9,7363  240 
Dari hitungan rasio tulangan () diatas di peroleh:
max = 0,046350
min = 0,005833
perlu = 0,004753
Karena perlu < min, dipakai min = 0,005833
Asperlu =.b.d
= 0,005833 . 1000 . 122 = 711,626 mm2
Dipakai tulangan Ø = 12

20
1
Luas tulangan (A) = . .D 2
4
1
= . .12 2 = 113,0973 mm2
4
A.b
Jarak tulangan (S) =
Asperlu
113,0973.1000
= = 158,9280 mm
711,626
Dipakai jarak tulangan 150 mm
1000
Jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) = = 7 buah
150
Kontrol tulangan
1 1000
As = . . 2 .
4 s
1 1000
= . .12 2.
4 150
= 753,9822 mm2 > Asperlu = 711,626 mm2 ..................... ( Ok )
Jadi, tulangan lapangan arah Y dipakai Ø12 – 150
Kontrol kapasitas momen:
Cc = 0,85 . f’c . b . a
= 0,85 . 29 . 1000 . a
= 24650 a
Ts = As . fy
= 753,9822 . 240
= 188155,728 N
Syarat:
Cc = Ts
24650 a = 188155,728
188155,728
a = = 7,6331 mm
24650
Mntotal = Ts . (dy - . a)

= 188155,728 . (122 - . 7,6331)

21
= 22236893 Nmm = 22,236893 kNm
Mntotal = 22,236893 kNm > Mn = 16,5883 kNm ................ ( Ok )
g. Tulangan Tumpuan Arah X (Mtx)
Mtx = - 13,5223 kNm
Besar momen Mtx = - Mlx, maka dipakai tulangan Ø12 – 140 dengan
jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) adalah 7 buah.
h. Tulangan Tumpuan Arah Y (Mty)
Mty = - 13,2707 kNm
Besar momen Mty = - Mly, maka dipakai tulangan Ø12 – 150 dengan
jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) adalah 7 buah.

2. Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe C


a. Perhitungan Dx dan Dy
Dipakai :
 Tebal Plat (h) = 160 mm Ly C
 Selimut beton (s) = 20 mm
 Diameter tulangan pokok (Ø) = 12 mm
 Lx = 7,20 m ; Ly = 7,30 m Lx
1
Dx  h  s  .
2
1
 160  20  .12
2
= 134 mm
1
Dy  h  s    .
2
1
 160  20  .12
2
= 122 mm
b. Kontrol Geser Arah X
1
Vux  .Qu.Lx
2

22
1
 .13,784 .7,20
2
= 49,6224 kN
1
Vcx  f ' c .b.Dx
6
1
 29.1000.134
6
= 120268 N = 120,268 kN
Syarat:
ØVcx > Vux = 0,75 . 120,268 kN > 49,6224 kN
120,268 kN > 49,6224 kN ................... ( Ok )
c. Kontrol Geser Arah Y
1
Vuy  .Qu.Ly
2
1
 .13,784 .7,30
2
= 50,3116 kN
1
Vcy  f ' c .b.Dy
6
1
 29.1000.122
6
= 109498 N = 109,498 kN
Syarat:
ØVcy > Vuy = 0,75 . 109,498 kN > 50,3116 kN
82,1235 kN > 50,3116 kN .................. ( Ok )
d. Distribusi Momen
Ly = 7,30 m
Lx = 7,20 m
Ly C
Ly 7,30
   1,0138
Lx 7,20
Berdasarkan PBI’71, tabel 13.3.2 hal 203, diperoleh:
Lx

23
(1,0138  1,0)
X 1  36  (42  36)  36,822
(1,1  1,0)
(1,0138  1,0)
X 2  36  (37  36)  36,137
(1,1  1,0)
X3 = X1 = 36,822
X4 = X2 = 36,137
Momen yang terjadi:
Mlx = 0,001.QU.Lx2.X1 = 0,001 . 13,784 . 7,202 . 36,822
= 26.3116 kNm
Mly = 0,001.QU.Lx2.X2 = 0,001 . 13,784 . 7,202 . 36,137
= 25,8221 kNm
2
Mtx = -0,001.QU.Lx .X3 = - 0,001 . 13,784 . 7,202 . 36,822
= - 26,3116 kNm
Mty = -0,001.QU.Lx2.X4 = - 0,001 . 13,784 . 7,202 . 36,137
= - 25,8221 kNm
e. Tulangan Lapangan Arah X (Mlx)
Mlx = 26,3116 kNm
Mlx 26,3116
Mn =  = 32,8895 kNm = 31,8895.106 Nmm
 0,8
f 'c 600
b = 0,85. . .
fy 600  fy

Karena f’c = 29 Mpa > 28 Mpa, maka:


0,05.( f ' c  28)
β = 0,85 
7
0,05.(29  28)
= 0,85  = 0,9857
7
29 600
b = 0,85.0,9857. .  0,0723
240 600  240
max = 0,75 . b
= 0,75 . 0,0723 = 0,054225
1,4 1,4
min =   0,005833
fy 240

24
fy 240
m =   9,7363
0,85. f ' c 0,85.29

Mn 31,8895.10 6
Rn =   1,7759
b.d 2 1000.134 2

1 2.m.Rn 
perlu = 1  1  
m  fy 

1  2.9,7363.1,7759 
= 1  1   = 0,007687
9,7363  240 
Dari hitungan rasio tulangan () diatas di peroleh:
max = 0,054225
min = 0,005833
perlu = 0,007687
Karena perlu > min, dipakai erlu = 0,007687
Asperlu =.b.d
= 0,007687 . 1000 . 134 = 1030,058 mm2
Dipakai tulangan Ø = 12
1
Luas tulangan (A) = . .D 2
4
1
= . .12 2 = 113,0973 mm2
4
A.b
Jarak tulangan (S) =
As perlu

113,0973.1000
= = 109,797 mm
1030,058
Dipakai jarak tulangan 100 mm
1000
Jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) = = 10 buah
100
Kontrol tulangan
1 1000
As = . . 2 .
4 s

25
1 1000
= . .12 2.
4 100
= 1130,973 mm2 > Asperlu = 1030,058 mm2 .................... ( Ok )
Jadi, tulangan lapangan arah X dipakai Ø12 – 100
Kontrol kapasitas momen:
Cc = 0,85 . f’c . b . a
= 0,85 . 29 . 1000 . a
= 24650 a
Ts = As . fy
= 1130,973. 240
= 271433,52 N
Syarat:
Cc = Ts
24650 a = 271433,52
271433,52
a = = 11,0115 mm
24650
Mntotal = Ts . (dx - . a)

= 271433,52 . (134 - . 11,0115)

= 34877646 Nmm = 34,877646 kNm


Mntotal = 34,877646 kNm > Mn = 32,8895 kNm ................ ( Ok )
f. Tulangan Lapangan Arah Y (Mly)
Mly = 25,8221 kNm
Mly 25,8221
Mn =  = 32,2776 kNm = 32,2776.106 Nmm
 0,8
f 'c 600
b = 0,85. . .
fy 600  fy

Karena f’c = 29 Mpa > 28 Mpa, maka:


0,05.( f ' c  28)
β = 0,85 
7
0,05.(29  28)
= 0,85  = 0,9857
7

26
29 600
b = 0,85.0,9857. .  0,0723
240 600  240
max = 0,75 . b
= 0,75 . 0,0723 = 0,054225
1,4 1,4
min =   0,005833
fy 240
fy 240
m =   9,7363
0,85. f ' c 0,85.29

Mn 32,2776.10 6
Rn =   2,1686
b.d 2 1000.122 2

1 2.m.Rn 
perlu = 1  1  
m  fy 

1  2.9,7363.2,1686 
= 1  1   = 0,009472
9,7363  240 
Dari hitungan rasio tulangan () diatas di peroleh:
max = 0,054225
min = 0,005833
perlu = 0,009472
Karena perlu > min, dipakai perlu = 0,009472
Asperlu =.b.d
= 0,009472 . 1000 . 122 = 1155,584 mm2
Dipakai tulangan Ø = 12
1
Luas tulangan (A) = . .D 2
4
1
= . .12 2 = 113,0973 mm2
4
A.b
Jarak tulangan (S) =
As perlu

113,0973.1000
= = 97,8702 mm
1155,584
Dipakai jarak tulangan 95 mm

27
1000
Jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) = = 10 buah
95
Kontrol tulangan
1 1000
As = . . 2 .
4 s
1 1000
= . .12 2.
4 95
= 1190,498 mm2 > Asperlu = 1155,584 mm2 .................... ( Ok )
Jadi, tulangan lapangan arah Y dipakai Ø12 – 95
Kontrol kapasitas momen:
Cc = 0,85 . f’c . b . a
= 0,85 . 29 . 1000 . a
= 24650 a
Ts = As . fy
= 1190,498 . 240
= 285719,52 N
Syarat:
Cc = Ts
24650 a = 285719,52
285719,52
a = = 11,5910 mm
24650
Mntotal = Ts . (dy - . a)

= 285719,52 . (122 - . 11,5910)

= 33201893 Nmm = 33,2018 kNm


Mntotal = 33,2018 kNm > Mn = 32,2776 kNm .................... ( Ok )
g. Tulangan Tumpuan Arah X (Mtx)
Mtx = - 26,3116 kNm
Besar momen Mtx = - Mlx, maka dipakai tulangan Ø12 – 100 dengan
jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) adalah 10 buah.
h. Tulangan Tumpuan Arah Y (Mty)
Mty = - 25,8221 kNm

28
Besar momen Mty = - Mly, maka dipakai tulangan Ø12 – 95 dengan
jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) adalah 10 buah.

Kesimpulan:
1. Penulangan Plat Atap:
 Arah sumbu X = Ø12 – 140 (jumlah tulangan : 7 buah setiap 1 meter)
 Arah sumbu Y = Ø12 – 150 (jumlah tulangan : 7 buah setiap 1 meter)
2. Penulangan Plat Lantai 1, 2 dan 3:
 Arah sumbu X = Ø12 – 100 (jumlah tulangan : 10 buah setiap 1 meter)
 Arah sumbu Y = Ø12 – 95 (jumlah tulangan : 10 buah setiap 1 meter)

29

Anda mungkin juga menyukai