net/publication/367875363
CITATIONS READS
0 17
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Arifudin Idrus on 08 February 2023.
Naskah diterima: 4 Februari 2021, direvisi: 13 April 2021, disetujui: 22 April 2021
DOI: 10.17146/eksplorium.2021.42.1.6230
ABSTRAK
Sulawesi Utara termasuk daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan merupakan jalur magmatik yang
potensial menghasilkan endapan bijih hidrotermal. Penelitian ini bertujuan menentukan daerah prospek mineralisasi
emas khususnya tipe urat epitermal berdasarkan eksplorasi geokimia meliputi geokimia batuan dan sedimen sungai,
khususnya metode BLEG (Bulk Leach Extractable Gold). Metode penelitian meliputi pemetaan geologi, alterasi
dan jalur urat, percontoan (bijih/batuan dan sedimen sungai), dan analisis geokimia. Sampel bijih dianalisis dengan
metode FA/AAS untuk emas dan metode AAS untuk unsur lain, sedangkan analisis sampel sedimen sungai
dilakukan dengan metode cyanide leach dan AAS. Hasil penelitian menunjukkan batuan induk mineralisasi berupa
lava andesit dan intrusi diorit. Batuan ini mengalami alterasi silica-clay, argilik, dan propilitik. Perpaduan antara
pemetaan geologi, zona alterasi, dan jalur urat dengan eksplorasi geokimia batuan dapat menentukan daerah prospek
mineralisasi yaitu Prospek Asam dan Polangkok. Pada Prospek Asam, sampel bijih memiliki kandungan emas
sampai 0,03 ppm dengan anomali emas pada sampel BLEG menunjukkan nilai threshold 13,52 ppb Au. Pada
Prospek Polangkok ditemukan 2 jalur urat (P1 dan P2) berarah baratlaut-tenggara dengan lebar sampai 5 m. Urat
P1 memiliki kadar Au mencapai 0,31 ppm dan pada urat P2 mencapai 0,16 ppm Au. Mineralisasi pada Prospek
Polangkok didukung oleh anomali Ag pada sampel BLEG dengan nilai threshold 67,18 ppb. Kedua daerah prospek
tersebut direkomendasikan untuk eksplorasi lanjut (follow-up exploration).
Kata kunci: Tompaso, geokimia, BLEG, urat epitermal, daerah prospek.
ABSTRACT
North Sulawesi, including the Tompaso region, South Minahasa district, is a part of the magmatic belts hosting
potential hydrothermal ore deposits. This study is aimed to determine the prospect area for epithermal vein-type
gold mineralization, based on geochemical exploration including rock and BLEG (Bulk Leach Extractable Gold)
stream sediment geochemistry. Mapping of geology, alteration and vein direction, sampling (ore/rock and stream
sediment), and geochemical analysis were performed. Gold in rock samples was analyzed by FA/AAS, and other
elements were detected by AAS, while BLEG samples were analyzed using the cyanide leach and AAS methods. The
study area is occupied by andesitic lava and diorite, which are suffered by silica-clay, argillic and propylitic
alteration. An integration of geological mapping, alteration zones and vein direction with lithogeochemical survey
enables to determine the prospect areas, which consist of Asam and Polangkok prospects. At the Asam prospect,
the ore sample contains gold up to 0.03 ppm, where the gold anomaly in BLEG samples show a threshold of 13.52
z
13
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
ppb Au. At the Polangkok prospect, two NW-SE trending veins (P1 and P2 Veins) were discovered with a width of
up to 5 m. Vein P1 and P2 contains of up to 0.31 and 0.16 ppm Au, respectively. Mineralization at the Polangkok
prospect coincides with Ag anomaly of BLEG samples with a threshold of 67.18 ppb. The two prospect areas are
recommended for follow-up exploration.
Keywords: Tompaso, Geochemistry, BLEG, vein-type epithermal, prospect area.
14
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
15
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
16
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sampel batuan dan sedimen sungai (BLEG).
Analisis Kimia Batuan dan Sedimen Sungai menggunakan metode AAS yang
(BLEG) sebelumnya dicuci terlebih dahulu dengan
Sebelum dilakukan analisis laboratorium, dua jenis asam yaitu asam perchloric dan
semua sampel disortir ulang untuk asam hidrochloric.
menentukan sampel yang layak dan perlu b. Sampel sedimen sungai (BLEG)
dilakukan analisis lebih lanjut serta jenis Unsur yang dianalisis pada sampel sedimen
analisis yang perlu dilakukan. Analisis unsur- sungai adalah Au dan Ag. Kedua unsur
unsur kimia di laboratorium dilakukan untuk tersebut dianalisis dengan menggunakan
mengetahui kadar unsur terpilih, dalam hal ini metode cyanide leach pada derajat rendah
Au, Ag, Pb, Zn, dan As, pada beberapa sampel (kode analisis CNO2) dan AAS. Metode ini
batuan batuan dan sedimen sungai (BLEG) khusus digunakan untuk sampel BLEG
terpilih dari lokasi penelitian. yang memiliki bobot kurang dari 5kg.
Analisis laboratorium dilakukan di
Laboratorium Geokimia Intertek di Jakarta. Intergrasi dan Analisis Data
Sampel batuan dan sampel sedimen sungai Semua data yang diperoleh berupa data
(BLEG) dianalisis dengan metode yang hasil penelitian terdahulu, data hasil pemetaan,
berbeda. geokimia batuan, serta geokimia sedimen
a. Sampel batuan sungai (BLEG) dikompilasi untuk
Unsur Emas (Au) pada sampel batuan memperoleh hasil penelitian secara
dianalisis dengan menggunakan metode keseluruhan. Hasil akhir laporan ini adalah
fire assay (FA) dengan kode FA50, data geologi, data alterasi dan mineralisasi,
sedangkan unsur lainnya seperti Ag, Cu,
Pb, Zn dan As dianalisis dengan
17
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
18
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
teralterasi propilitik memiliki ciri berwarna Payung, terdapat mineralisasi dengan derajat
hijau keabu-abuan dan tersusun oleh klorit rendah yang ditunjukkan dengan kehadiran
yang melimpah. Pada beberapa tempat pirit yang tersebar (disseminated) pada diorit
dijumpai andesit teralterasi propilitik yang yang telah terubah. Diorit pada daerah
membentuk kenampakan semacam urat penelitian umumnya mengalami alterasi
dengan arah relatif timur laut-barat daya. propilitik berderajat rendah serta masih
Umumnya dimensi andesit teralterasi memperlihatkan tekstur asli batuan. Pada
propilitik yang membentuk kenampakan bagian timur dari daerah penelitian dijumpai
semacam urat tersebut tidak terlalu lebar, yaitu tubuh intrusi diorit yang cukup besar dengan
sekitar 0,2–1,3 meter. kondisi sebagian singkapan sudah mengalami
perubahan menjadi mineral lempung.
Satuan Breksi Andesit
Breksi andesit memiliki pelamparan yang Alterasi Hidrotermal
cukup luas yaitu pada sepanjang aliran sungai Indikasi alterasi dijumpai pada beberapa
Poigar. Secara megaskopis breksi andesit lokasi di aliran Sungai Polangkok Besar dan
memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu Polangkok Kecil. Tipe alterasi yang dijumpai
kecoklatan, tersusun oleh fragmen berupa berupa silica-clay, sedikit argilik, serta alterasi
andesit dan basalt berukuran kerikil-kerakal, propilitik yang cukup luas. Adapun rincian
dan matrik berupa material vulkanik tipe alterasi hidrotermal di daerah penelitian
berukuran sedang sampai halus. Pada beberapa adalah sebagai berikut:
tempat, breksi menunjukkan kenampakan 1. Alterasi silica-clay
autoklastik dengan fragmen dan matrik Zona alterasi ini menempati sebagian
tersusun oleh andesit. Pada satuan ini tidak kecil daerah penelitian yang dicirikan oleh
dijumpai mineralisasi yang menarik. penggantian mineral-mineral utama dan
pengayaan kuarsa akibat proses hidrotermal.
Satuan Diorit Zona alterasi ini merupakan zona urat yang
Intrusi diorit dijumpai di sekitar Sungai memotong satuan andesit. Urat menunjukkan
Polangkok Kecil di daerah Tompaso. Pada kehadiran silika yang tinggi namun terlihat
daerah tersebut umumnya intrusi diorit jarang juga kehadiran mineral lempung yang cukup
dijumpai sebagai singkapan, sebagian besar intensif sehingga penamaan lapangannya
dijumpai sebagai bongkah-bongkah yang adalah silica-clay (Gambar 5). Pada daerah
berukuran besar pada daerah lereng maupun penelitian dijumpai dua urat yaitu pada cabang
puncak bukit. Diorit memiliki ciri umum di kiri dan cabang kanan Sungai Polangkok
lapangan berwarna abu-abu, tekstur porfiritik, Besar.
memiliki komposisi mineral primer berupa Ciri dari zona alterasi ini di lapangan
plagioklas sebagai fenokris, biotit, piroksen adalah warna putih keabu-abuan, tersusun atas
dan mineral sekunder berupa kuarsa, serisit, kuarsa dan mineral lempung, dan
dan klorit. Retas-retas diorit tidak berdimensi menunjukkan tingkat mineralisasi cukup
besar, umumnya berkisar antara 0,5–1 meter. tinggi berupa pirit dan mineral sulfida yang
Tidak dijumpai adanya mineralisasi pada terdapat sebagai jalur-jalur sulfida berukuran
diorit di daerah Polangkok Kecil, namun pada halus.
diorit yang dijumpai di bagian timur daerah
penelitian, yaitu di sekitar lereng barat Gunung
19
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
2. Alterasi argilik
Gambar 7. Andesit yang mengalami alterasi propilitik
Tipe alterasi ini tidak berkembang secara di Sungai Polangkok Kecil.
meluas pada daerah penelitian. Kehadiran
alterasi argilik dikenali dengan kelimpahan Mineralisasi dan Penyebaran Bongkah
mineral lempung yang merupakan ubahan Urat
mineral primer seperti feldspar (Gambar 6). Penyebaran urat kuarsa pada daerah
penelitian umumnya sulit untuk didelineasi
karena umumnya dijumpai sebagai bongkah
urat kuasa pada alur sungai maupun pada
lereng. Bongkah urat kuarsa pada sungai
Polangkok Besar menunjukkan kehadiran
mineralisasi yang menarik, yang ditandai oleh
kehadiran pirit, sedikit kalkopirit, dan mineral
sulfida halus bertekstur banding. Berdasarkan
pengamatan megaskopis dari sampel batuan
dan singkapan, pada daerah penelitian tidak
dijumpai adanya kehadiran butiran emas
secara langsung di dalam batuan, akan tetapi
Gambar 6. Andesit yang mengalami alterasi argilik di
Sungai Polangkok Besar. indikasi yang menarik ditunjukkan oleh
kehadiran mineralisasi pada urat kuarsa di
3. Alterasi propilitik daerah penelitian. Singkapan urat kuarsa
Zona alterasi ini dijumpai pada satuan hanya dijumpai pada daerah Sungai Polangkok
lava andesit yang berada di sekitar urat serta di Besar yaitu sebanyak dua urat kuarsa. Urat
sekitar retas-retas diorit. Ciri dari zona alterasi kuarsa tersebut umumnya membentuk suatu
ini adalah kehadiran klorit yang menggantikan zona yang terdiri atas beberapa urat kecil yang
mineral primer seperti biotit dan piroksen. memiliki orientasi sama. Berdasarkan ciri-
Pada beberapa tempat dijumpai alterasi cirinya, urat kuarsa tersebut merupakan
propilitik yang cukup intensif yang ditandai endapan epitermal sulfidasi rendah [29–31].
dengan kehadiran klorit yang melimpah dan
20
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
Urat P1 ditemukan di hulu cabang kiri Urat P2 dijumpai pada cabang kanan
Sungai Polangkok Besar yaitu pada lokasi Sungai Polangkok Besar yaitu pada lokasi
pengamatan A01. Urat P1 tersebut berarah pengamatan B01. Urat ini memiliki orientasi
relatif barat laut-tenggara (N160°E/40°) relatif barat laut-tenggara (N335°E/57°)
dengan lebar sekitar 3 meter (Gambar 8A). dengan lebar sekitar 3 meter (Gambar 9A).
Urat P1 merupakan suatu zona urat yang Mineralisasi cukup melimpah dengan
tersusun oleh beberapa urat kecil yang kehadiran pirit berukuran sedang sampai halus
berorientasi sama. Pada urat ini dijumpai pada rekahan-rekahan halus dalam urat
mineralisasi yang cukup melimpah berupa (Gambar 9B).
pirit dan kehadiran jalur-jalur sulfida yang
melimpah dengan ketebalan 2-5 mm (Gambar
8B).
Gambar 8. (a) Singkapan urat P1 di cabang kiri Sungai Polangkok Besar, dan (b) kenampakan closed-up dari
sulphide banding pada urat P1 tersebut.
Gambar 9. (a) Singkapan urat P2 pada cabang kanan Sungai Polangkok Besar, dan (b) mineralisasi pada urat P2
dengan pirit yang melimpah.
21
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
22
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
Gambar 10. Peta sebaran kadar Au, Ag dan Cu (dalam ppm) pada daerah penelitian.
23
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
24
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
25
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
Gambar 11. Peta sebaran kadar emas (Au) dan nilai anomalinya.
Gambar 12. Peta sebaran kadar perak (Ag) dan nilai anomalinya.
26
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
Gambar 13. Peta daerah prospek mineralisasi emas di daerah penelitian yang terdiri dari Prospek Polangkok dan
Prospek Asam.
Daerah Prospek Polangkok lava andesit dan intrusi diorit. Pada daerah
Daerah prospek ini berada di Desa hulu Sungai Polangkok Besar dijumpai 2 urat
Pinaesaan, yaitu pada sepanjang alur Sungai kuarsa (Urat P1 dan Urat P2) yang memotong
Polangkok Kecil dan Sungai Polangkok Besar lava andesit. Urat P1 ditemukan di hulu cabang
(Gambar 13). Daerah ini tersusun atas satuan kiri Sungai Polangkok Besar yaitu pada lokasi
27
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
pengamatan A01. Urat P1 tersebut berarah Batuan Gunungapi Bilungala dan Intrusi
relatif barat laut-tenggara (N160°E/40°) Diorit Bone. Satuan litologi tersebut adalah
dengan lebar sekitar 3 meter, sedangkan Urat lava andesit, breksi andesit yang diterobos
P2 yang dijumpai pada cabang kanan Sungai oleh diorit. Alterasi hidrotermal pada batuan
Polangkok Besar yaitu pada lokasi yang berkembang yaitu silica-clay, argilik,
pengamatan B01. Urat ini memiliki orientasi dan propilitik. Mineralisasi yang tinggi
relatif barat laut-tenggara (N335°E/57°) dijumpai pada satuan lava andesit, yaitu pada
dengan lebar sekitar 3 meter. Berdasarkan zona silica clay, dengan mineral berupa pirit
hasil pengamatan lapangan, intensitas dan sulfida halus. Penyebaran bongkah urat
mineralisasi pada kedua urat P1 dan P2 dengan mineralisasi tinggi terkonsentrasi di
tersebut cukup tinggi yang ditunjukkan oleh sepanjang alur Polangkok Besar. Urat kuarsa
kehadiran mineral-mineral seperti pirit yang yang menunjukkan mineralisasi tinggi yaitu
membentuk semacam lapisan sulfida (sulphide urat P1 dan Urat P2. Anomali unsur Au dan Ag
banding) searah dengan arah urat kuarsa. Urat pada sedimen sungai berada di sepanjang
P1 memiliki kadar Au antara 0,1–0,3 ppm, catchment Sungai Asam dan Sungai
sedangkan Urat P2 memiliki kadar Au 0,161 Polangkok Besar. Berdasarkan karakteristik
ppm serta kadar unsur Cu yang cukup tinggi alterasi, mineralisasi dan penyebaran urat,
yaitu 475 ppm. Berdasarkan faktor geologi, bongkah urat kuarsa dan batuan
geokimia, alterasi dan mineralisasinya, maka termineralisasi, serta anomali geokimia batuan
daerah Prospek Polangkok ini maupun sedimen sungai maka daerah prospek
direkomendasikan sebagai daerah yang perlu yang direkomendasikan pada lokasi penelitian
ditindaklanjuti untuk eksplorasi lanjutan. adalah Prospek Polangkok yang berada di
sepanjang alur Sungai Polangkok Besar dan
Daerah Prospek Asam Polangkok Kecil di Desa Pinaesaan serta
Daerah prospek ini terletak di sekitar Prospek Asam pada hulu Sungai Asam di
aliran Sungai Asam di Desa Sion, Kecamatan sekitar Desa Sion.
Tompaso yang bersebelahan dengan Desa
Pinaesaan. Pada daerah Prospek Asam ini Saran
tidak dijumpai singkapan batuan Hasil analisis data eksplorasi
termineralisasi secara langsung, namun pada menunjukkan adanya indikasi mineralisasi
daerah ini terdapat beberapa sampel batuan yang signifikan pada daerah Prospek
yang memiliki indikasi kehadiran zona batuan Polangkok. Oleh karena itu perlu dilakukan
termineralisasi seperti sampel A/RF/13, eksplorasi lanjutan untuk mendelineasi dan
A/RF/14, dan A/RF/15 dengan kadar di atas melokalisir zona urat yang ditemukan dengan
ambang batas yaitu 0,011–0,033 ppm. Ketiga metode geokimia tanah dan geofisika IP.
sampel tersebut menunjukkan adanya alterasi
lemah dan mineralisasi sulfida berupa pirit. UCAPAN TERIMA KASIH
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil
KESIMPULAN DAN SARAN pekerjaan jasa eksplorasi pada perusahaan,
Kesimpulan dengan tim eksplorasi dipimpin oleh penulis
Litologi di daerah penelitian terdiri atas pertama. Kegiatan eksplorasi dibiayai oleh PT.
tiga satuan batuan yang merupakan bagian dari Wahyu Perdana Binamulia. Penulis
28
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 42 No. 1, Mei 2021: 13–30 e-ISSN 2503-426X
29
Eksplorasi Geokimia untuk Menentukan Daerah Prospek Mineralisasi Emas Tipe Urat Epitermal:
Studi Kasus di Daerah Tompaso, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
Oleh: Arifudin Idrus, dkk.
Southeast Asia and the West Pacific,” Economic [29] L. J. Buchanan, “Precious Metal Deposits
Geology 100th Anniversary Volume, hal. 891-930, Associated with Volcanic Environment in the
2005. Southwest Arizona,” Geological Society Digest,
[20] T. Apandi dan S. Bachri, Peta Geologi Regional vol. 14, hal. 237–262, 1981.
Lembar Kotamobagu, Skala 1:250.000, Pusat [30] L. Robb, Introduction to Ore-forming Processes,
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Wiley-Blackwell, Oxford, 2005.
1997. [31] J. Ridley, Ore Deposit Geology, Cambridge
[21] A. A. Levinson, Introduction to Exploration University Press, Cambridge, 2013.
Geochemistry, John Wiley & Sons, New York, [32] E. J. M. Carranza, “Usefulness of Stream Order to
1973 Detect Stream Sediment Geochemical
[22] A. W. Rose, H. E. Hawks, dan J. H. Webb, Anomalies,” Geochemistry: Exploration,
Geochemistry in Mineral Exploration, Academic Environment, Analysis, vol. 4, hal. 341–352, 2004.
Press, New York, 1979. [33] P. N. Ranasinghe, G. W. A. R. Fernando, C. B.
[23] A. S. Joyce, Geochemical Exploration, The Dissanayake, M. S. Rupasinghe, dan D. L. Witter,
Australia Mineral Foundation Inc., Sydney, 1984 “Statistical Evaluation of Stream Sediment
[24] M. Kusvart dan M. Bohmer, Prospecting and Geochemistry in Interpreting the River Catchment
Exploration of Mineral Deposit, Elsevier, of High-grade Metamorphic Terrains,” Journal of
Amsterdam, 1986 Geochemical Exploration, vol. 103, hal. 97–114,
[25] A. J. Eggo, Exploration Geochemistry, M. Sc 2009.
Study Manual, James Cook University, [34] T. Nuchanong, O. P. Lavin, dan I. Nichol,
Townsville, 1997. “Geochemical Dispersion of gold related to
[26] X. Xuejing dan W. Xueqiu, “Geochemical copper-gold mineralization in northeastern
Exploration for Gold: a New Approach to an Old Thailand,” Journal of Geochemical Exploration,
Problem,” Journal of Geochemical Exploration, vol. 40, hal. 49–71, 1991.
vol. 40, hal. 25–48, 1991. [35] P. K. Theobald, R. G. Eppinger, R. L. Turner, dan
[27] C. Kirkwood, P. Everett, A. Ferreira, dan B. Lister, S. Shiquan, “The Effect of Scale on the
“Stream Sediment Geochemistry as a Tool for Interpretation of Geochemical Anomalies,”
Enhancing Geological Understanding: An Journal of Geochemical Exploration, vol. 40, hal.
Overview of New Data from South West 9–23, 1991.
England,” Journal of Geochemical Exploration, [36] W. K. Fletcher, “Aspects of Exploration
vol. 163, hal. 28–40, 2016 Geochemistry in Southeast Asia: Soils, Sediments
[28] H. Yilmaz, D. R. Cohen, dan F. N. Sonmez, and Potential for Anthropogenic Effects,” Journal
“Comparison Between the Effectiveness of of Geochemical Exploration, vol. 57, hal. 31–43,
Regional BLEG and −80# Stream Sediment 1996.
Geochemistry in Detection of Precious and Base
Metal Mineral Deposits in Western Turkey,”
Journal of Geochemical Exploration, vol. 181, hal.
69–80, 2017.
30