Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325256801

KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM


EPITERMAL PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN
WONOGIRI, JAWA TENGAH

Conference Paper · October 2015

CITATIONS READS

3 3,972

3 authors:

Arifudin Idrus Fahmi Hakim


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
163 PUBLICATIONS 556 CITATIONS 8 PUBLICATIONS 16 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Dian Yesy Fatimah


Universitas Pertamina, Indonesia, Jakarta
9 PUBLICATIONS 5 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Fahmi Hakim on 20 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM EPITERMAL


PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI,
JAWA TENGAH

Arifudin Idrus*, Dian Yesy Fatimah, Fahmi Hakim


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada,
Jl. Grafika 2 Bulaksumur 55281, Yogyakarta
*corresponding author: arifidrus@ugm.ac.id

ABSTRAK
Prospek Randu Kuning mencakup Desa Jendi, sebagian Desa Kepatihan dan Keloran, Kecamatan Selogiri,
Kabupaten Wonogiri. Prospek Randu Kuning diidentifikasikan memiliki sistem endapan porfiri dengan
kedalaman yang cukup dalam. Adanya penambangan emas oleh masyarakat yang dilakukan dengan
mengikuti alur-alur urat dangkal mengindikasikan adanya sistem endapan epitermal yang terbentuk di
lingkungan endapan porfiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik alterasi, mineralisasi
bijih khususnya emas, serta genesa pembentukan endapan epitermal. Metode yang digunakan adalah
penelitian lapangan yang mencakup pengamatan aspek litologi serta struktur geologi dan metode analisis
laboratorium berupa analisis mineragrafi, petrografi dan XRD (X-Ray Diffraction) serta analisis geokimia
bijih dengan metode AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa litologi yang mendominasi adalah diorit
yang diintrusi oleh mikrodiorit dan terdapat breksi andesit, litik tuff. Struktur geologi yang mengontrol
adalah sesar naik yang berarah barat-timur, sesar geser sinistral arah timur laut-barat daya dan sesar
geser dekstral berarah barat laut tenggara-utara selatan. Alterasi yang terbentuk pada prospek Randu
Kuning adalah alterasi propilitik, alterasi filik-potasik, alterasi argilik dan argilik lanjut. Urat-urat
epitermal memiliki orientasi dominan utara-selatan. Mineralisasi bijih yang terbentuk didaerah penelitian
yaitu pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), sfalerit (ZnS), galena (PbS), Emas (Au) berupa elektrum dan native,
kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), bornit (Cu5FeS4), magnetit (Fe3O4) dan hematit (Fe2O3). Sistem endapan
epitermal yang terbentuk merupakan sistem epitermal sulfidasi rendah yang overprinting dengan porfiri Cu-
Au dengan tipe endapan quartz-sulphide Au dan carbonate-base metal Au dimana epitermal terbentuk oleh
suplai sumber panas baru atau mungkin berasal dari intrusi yang berbeda ditunjukkan oleh adanya urat
epitermal yang memotong sistem porfiri.

mengetahui karakteristik alterasi, mineralisasi


I. PENDAHULUAN bijih khususnya emas, serta genesa pembentukan
Prospek Randu Kuning mencakup Desa Jendi, endapan epitermal.
sebagian Desa Kepatihan dan Keloran, Kecamatan Geologi Regional
Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Mineralisasi emas
prospek Randu Kuning dipengaruhi oleh kondisi Wilayah Selogiri termasuk dalam Zona
geologi Wonogiri yang termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan bagian Timur yang secara
Pegunungan Selatan bagian Timur yang regional memliki morfologi bergelombang
merupakan daerah subduksi yang terjadi sejak dengan kisaran ketinggian 150 – 220 m.
Eosen yang menghasilkan magma bersifat kalk- Identifikasi sekuen perlapisan batuan piroklastik
alkalin (Hamilton, 1979; Katili, 1975; Rangin dkk, dan lava oleh Herman (2006) menunjukkan
1990, dalam Darman dan Sidi, 2000). Prospek bahwa morfologi Selogiri diperkirakan
Randu Kuning diidentifikasikan memiliki sistem merupakan bagian dari bentang alam gunung api
endapan porfiri dengan kedalaman yang cukup komposit yang dibentuk oleh erupsi yang
dalam. Adanya penambangan emas oleh eksplosif. Menurut Herman (2006), Selogiri
masyarakat yang dilakukan dengan mengikuti tersusun oleh bentang alam gunung api,
alur-alur urat dangkal mengindikasikan sistem pematang pegunungan, perbukitan
endapan epitermal yang terbentuk di lingkungan bergelombang dan dataran aluvium; dimana
endapan porfiri. Penelitian ini bertujuan untuk bentang alam gunungapi terdiri atas depresi

426
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

sirkular gunungapi (circular volcanic depression), sampel dan mineragrafi (analisis mineralogi bijih)
kerucut gunungapi (volcanic cone) dan kompleks berjumlah 25 sampel yang dilakukan di
batuan beku (igneous complex). Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik
Geologi UGM, analisis X-Ray Diffraction (XRD)
Stratigrafi Selogiri dari tua ke muda oleh Surono,
berjumlah 4 sampel yang dilakukan di
dkk (1992) tersusun oleh formasi dari tua ke
Laboratorium Pusat Geologi Jurusan Teknik
muda adalah Formasi Kebo-Butak berumur
Geologi UGM, dan analisis geokimia bijih dengan
Oligosen Awal – Miosen Awal, Formasi Mandalika
menggunakan analisis AAS (Atomic Absorption
berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal, Formasi
Spectrophotometry) yang berjumlah 5 sampel
Semilir berumur Miosen Awal – Miosen Tengah,
yang dianalisis di Laboratorium Kimia Analitik
Formasi Wonosari-Punung berumur Miosen
Jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM.
Tengah – Pliosen dan Aluvial berumur Holosen.
Formasi Kebo-Butak yang menyusun stratigrafi III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Selogiri diwakili oleh kehadiran agglomerat dan
breksi vulkanik, Formasi Mandalika diwakili oleh 1. Geologi Daerah Penelitian
kehadiran intrusi diorit, mikrodiorit, dasit tuff, Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi
Formasi Semilir diwakilkan oleh tuf, breksi menjadi 3 satuan morfologi yaitu satuan
batuapung dasitan, batupasir tuffan, Formasi perbukitan struktural, satuan perbukitan intrusi
Wonosari-Punung diwakili oleh kehadiran dan satuan dataran aluvial. Pola penyaluran yang
batugamping. Magmatisme Selogiri dimulai berkembang adalah subdendritik. Kontrol
Oligosen akhir ditandai adanya intrusi mikrodiorit pembentukan morfologi dipengaruhi kuat oleh
yang terpotong oleh sesar geser dekstral kontrol struktur geologi. Struktur geologi yang
baratlaut-tenggara dan sesar geser sinistral utara- mengontrol pada daerah penelitian adalah sesar
selatan dan timurlaut-baratdaya (Widagdo dan geser dekstral Randu Kuning yang berarah utara-
Pramumijoyo, 2004) , sedangkan intrusi diorit selatan baratlaut-tenggara, sesar geser sinistral
terjadi pada Miosen akhir-Pliosen. Struktur timurlaut-barat daya dan sesar naik diperkirakan
geologi yang mengontrol adalah stuktur sesar arah baratlaut-tenggara. Adanya struktur geologi
naik yang memanjang dari baratlaut-tenggara ini turut mengontrol terbentuknya mineralisasi
(Surono dkk, 1992). Menurut Suprapto (1998) pada daerah penelitian. Stratigrafi daerah
dalam Warmada dkk (2007) menyatakan bahwa penelitian tersusun oleh beberapa satuan, yaitu
pada daerah penelitian terbentuk sesar geser satuan litik tuff yang ditumpangi oleh satuan
dekstral arah baratlaut-tenggara dan utara- breksi vulkanik (breksi andesit), kemudian
selatan yang memotong intrusi awal. Selain sesar terbentuk satuan breksi hidrotermal, dan
geser dekstral ditemukan pula sesar geser diintrusi oleh satuan diorit dan satuan
sinistral arah timurlaut-baratdaya oleh Widagdo mikrodiorit. Persebaran satuan litik tuff
dan Pramumijoyo (2004). mencakup hampir 90% dari luas keseluruhan
daerah penelitian, kemudian ditumpangi satuan
II. METODE PENELITIAN breksi andesit 15% , satuan breksi hidrotermal
Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis 5%, satuan diorit 25% dan satuan mikrodiorit
lapangan dan analisis laboratorium. Analisis 15% sehingga hanya 30% yang tersingkap.
lapangan mencakup pemetaan geologi dan Sedangkan 10% sisa luas keseluruhan daerah
alterasi detil dengan skala 1:25.000 pada daerah penelitian tersusun oleh material sedimen
2 x 1,5 km, identifikasi morfologi dan struktur berukuran lempung-kerakal. Singkapan masing-
geologi, pengambilan conto batuan dan urat masing satuan batuan sebagian besar mengalami
serta dokumentasi daerah penelitian. Sedangkan alterasi. Satuan litik tuff dan satuan breksi andesit
metode laboratorium mencakup studi pustaka, mengalami alterasi propilitik, satuan breksi
analisis petrografi (sayatan tipis) sejumlah 9 hidortemal, sebagian satuan diorit dan satuan

427
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

mikrodiorit mengalami alterasi argilik-argilik selatan) dan Bukit Kepil. Sedangkan alterasi
lanjut, sebagian satuan diorit mengalami alterasi argilik lanjut daerah penelitian mencakup 5%
propilitik dan sebagian satuan mikrodiorit yang dicirikan dengan kehadiran mineral alunit,
mengalami alterasi filik-potasik. Peta geologi jarosit, dikit, kaolin dalam jumlah melimpah.
daerah penelitian disajikan pada Gambar 1. Mineral aksesori hematit, kuarsa(kristobalit),
kalsit, dan sulfur. Batuan induk yang
2. Alterasi dan Mineralisasi
teridentifikasi mengalami alterasi argilik adalah
Berdasarkan pengamatan lapangan didapatkan diorit dan mikrodiorit, sedangkan yang telah
sekitar kurang lebih 80% dari luas keseluruhan terlaterasi argilik lanjut sulit untuk diidentifikasi.
mengalami alterasi sedangkan 20% tidak Singkapan batuan teralterasi argilik lanjut dapat
mengalami alterasi. Pembagian alterasi daerah ditemukan di Bukit Kepil.
penelitian didasarkan pada interpretasi hasil
Pelamparan alterasi filik-potasik mencakup 5%
pengamatan singkapan di lapangan dan didukung
dengan mineral penciri alterasi filik adalah serisit,
hasil analisis petrografi dan XRD diperoleh bahwa
ilit, dan kuarsa. Sedangkan mineral aksesori
secara umum daerah penelitian terbentuk (1)
berupa smektit, montmorilonit, kaslit dan mineral
alterasi propilitik (chl±epi-cb) (2) alterasi argilik
opak. Sedangan alterasi potasik dicirikan oleh
(cly±kao-cb) - argilik lanjut(alu-kao±dt±jar-qz) (3)
kehadiran biotit sekunder cukup melimpah
alterasi filik(ser±ilt-qz) – potasik(qz-ser-bt). Peta
dengan mineral aksesori mineral lempung berupa
persebaran alterasi disajikan pada Gambar 2.
smektit dan mineral opak. Singkapan alterasi filik
Pelamparan alterasi propilitik pada daerah ditemukan di Bukit Kepil dan Bukit Randu Kuning
penelitian mencakup 45% dari luasan daerah sedangkan singkapan batuan teralterasi filik-
yang mengalami alterasi, Bukit Tumbu, Bukit Piti, potasik ditemukan di Bukit Randu Kuning.
Bukit Gawe, Bukit Geblak, Bukit Kepil, Bukit
Pada daerah penelitian mayoritas sistem urat
Lincip, dan Bukit Gede. Kenampakan fisik batuan
bertipe dilatational vein (urat yang mengalami
dilapangan menunjukkan warna abu-abu
penambahan lebar). Berdasarkan tatanan
kehijauan dengan tekstur batuan asli masih
tektonik dan level erosi pada sistem hidrotermal
terlihat jelas. Mineral penciri alterasi adalah
(Corbett dan Leach, 1998) sistem bukaan urat
kehadiran mineral klorit, epidot, mineral
yang terbentuk adalah en-echelon tension vein
karbonat seperti kalsit. Mineral aksesori yang
dan flexures. Pola arah urat dominan arah utara-
turut hadir adalah mineral lempung berupa
selatan. Ketebalaan urat yang ditemukan
smektit dan atau montmorolonit. Berdasarkan
dilapangan 1 cm hingga 1 m yang ditemukan di
hasil analisis petrografi pada conto batuan yang
Bukit Geblak. Tekstur urat yang ditemukan adalah
mengalami alterasi ditemukan pula mineral asli
crustiform, disseminated dan masif. Struktur urat
berupa plagioklas, piroksesn serta mineral opak.
yang dijumpai dilapangan adalah massive veins,
Batuan induk (host rock) yang teridentifikasi
stockwork dan breksi diatrema. Persebaran urat
adalah litik tuff, diorit dan mikrodiorit.
epitermal dapat ditemukan di Bukit Tumbu, Bukit
Pelamparan alterasi argilik mencakup 25% Piti, Bukit Randu Kuning, Bukit Gede, Bukit Alang-
dengan mineral penciri mineral lempung alang, Bukit Tekil, Bukit Geblak dan Bukit Kepil.
(montmorilonit, smektit), kaolin, ilit, dan mineral
Mineralisasi bijih yang terbentuk didaerah
karbonat berupa kalsit. Mineral aksesori berupa
penelitian yaitu pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2),
hematit, sulfur, dan kuarsa. Pada pengamatan
sfalerit (ZnS), galena (PbS), Emas (Au) berupa
petrografi juga ditemukan mineral opak.
elektrum dan native, kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS),
Singkapan batuan teralterasi argilik dapat
bornit (Cu5FeS4), magnetit (Fe3O4) dan hematit
dijumpai di Bukit Tumbu, Bukit Piti, Bukit Randu
(Fe2O3). Berdasarkan observasi lapangan dan
Kuning, Bukit Geblak, Bukit Jangglengan, Bukit
analisis laboratorium didapatkan bahwa sistem
Tekil, Bukit Alang-alang (Randu Kuning bagian
endapan epitermal ditemukan pada Bukit Randu
428
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Kuning, Bukit Tumbu, Bukit Piti, Bukit Alang- Mineralisasi Bukit Kepil diinterpretasikan
alang, Bukit Gede, Bukit Tekil, Bukit Kepil, Bukit terbentuk pada batuan induk diorit. Pada bukit ini
Geblak dan lembah Jangglengan. ditemukan alterasi argilik lanjut dengan asosiasi
sulfur, vuggy quartz, kaolin dan hematit yang
Mineralisasi Bukit Randu Kuning terbentuk pada
mellimpah. Mineralisasi bijih yang terebntuk
batuan induk diorit-mikrodiorit. Urat epitermal
dominan hematit dan ditemukan sedikit emas.
yang ditemukan memiliki arah dominan utara-
Pola urat utara-selatan berupa urat kuarsa-
selatan yang terisi oleh kuarsa dan mineral sulfida
hematit.
dan terpotong oleh urat porfiri stockwork (urat
lembaran kuarsa-magnetit). Mineral bijih yang Mineralisasi Bukit Tekil dan lembah Jangglengan
ditemukan pada sampel berupa pirit, kalkopirit, diidentifikasi berasosiasi dengan breksi diatrem
kalkosit, kovelit, bornit, hematit, diseminasi yang berbatasan dengan diorit dan batuan
magnetit dan emas sebagai free grain (Gambar vulkanik. Mineralisasi bijih yang terbentuk berupa
3). diseminasi pirit, sfalerit, galena dan elektrum.
Mineralisasi bijih di lembah Jangglengan berupa
Mineralisasi Bukit Tumbu terbentuk pada batuan
hematit yang berasosiasi dengan breksi diatrem.
induk diorit-mikrodiorit. Urat epitermal memiliki
arah utara-selatan yang terisi oleh kuarsa, Analisis gokimia bijih dengan metode AAS pada 5
mineral karbonat dan mineral sulfida dengan sampel urat diperoleh, sampel yang diambil di
tekstur masif dan krastifikasi. Mineraliasasi bijih Bukit Geblak, yaitu DY-01dan DY-04 menunjukkan
yang terbentuk berupa diseminasi pirit, kalkopirit, DY-01 kadar Ag 63ppm, Au <0,05ppm, Cu 15ppm,
sfalerit dan emas sebagai free grain atau mengisi Pb 1919ppm, dan Zn 455ppm. Sedangkan pada
rekahan/pori pirit. DY-04 kadar Ag 32ppm, Au <0,05ppm, Cu 36ppm,
Pb 1325ppm, dan Zn 497ppm. Pada sampel lokasi
Mineralisasi Bukit Piti terbentuk pada batuan
Bukit Piti yaitu DY-02 kadar Ag 53ppm,
induk diorit-mikrodiorit. Urat epitermal memiliki
Au<0,05ppm, Cu 7716ppm, Pb 83ppm, dan Zn
arah utara-selatan yang terisi oleh kuarsa,
317ppm. Pada sampel lokasi Bukit Tumbu yaitu
mineral karbonat dan mineral sulfida dengan
sampe DY-03 dan DY-05 diperoleh pada DY-03
tekstur masif dan krastifikasi. Mineraliasasi bijih
kadar Ag 25ppm, Au 63ppm, Cu 110ppm, Pb
yang terbentuk berupa diseminasi pirit, kalkopirit,
233ppm, dan Zn 738ppm. Sedangkan pada
sfalerit dan emas sebagai free grain atau mengisi
sampel DY-05 kadar Ag 5ppm, Au <0,05ppm, Cu
rekahan/pori pirit (Gambar 3).
28ppm, Pb 787ppm dan Zn 638ppm.
Mineralisasi bijih Bukit Alang-alang (Randu
3. Tipe Endapan
Kuning bagian selatan) berupa diseminasi pirit,
kalkopirit, sfalerit, galena, dan emas. Emas Berdasarkan karakteristik alterasi dan
ditemukan mengisi pori/rekahan. Tipe urat mineralisasi bijih daerah penelitian yang
epitermal arah utara-selatan yang terisi oleh kemudian dibandingkan dengan model endapan
kuarsa-mineral karbonat dan urat pirit dengan oleh Corbett dan Leach (1997) diperoleh
tekstur urat yang terbentuk berupa masif dan kesimpulan bahwa sistem endapan epitermal
breksia. yang terbentuk pada daerah penelitian
merupakan tipe epitermal yang overprinting
Mineralisai Bukit Gede terbentuk pada batuan
dengan sistem porfiri (Porphyry related Low
induk litik tuff dan andesit. Mineralisasi bijih
Sulfidation) yang bertipe Quartz-Sulfide Au dan
didominasi oleh hematit yang mengindikasikan
Carbonate-base metal Au.
sistem pencucian (pengkayaan supergen). Pola
urat berarah utara selatan yang terisi oleh IV. KESIMPULAN
kuarsa-hematit.
Daerah penelitian tersusun oleh satuan litik tuff,
satuan breksi andesit, satuan breksi hidrotermal,
429
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

satuan diorit, satuan mikrodiorit, dan satuan dilapangan 1 cm hingga 1 m yang ditemukan di
endapan berukuran lempung-kerakal. Struktur Bukit Geblak. Tekstur urat yang ditemukan adalah
geologi yang mengontrol adalah sesar geser crustiform, disseminated dan masif. Struktur urat
dekstral Randu Kuning yang berarah utara- yang dijumpai dilapangan adalah massive veins,
selatan baratlaut-tenggara, sesar geser sinistral stockwork dan breksi diatrema. Mineralisasi bijih
timurlaut-barat daya dan sesar naik diperkirakan yang terbentuk didaerah penelitian yaitu pirit
arah baratlaut-tenggara. Alterasi yang terbentuk (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), sfalerit (ZnS), galena
(1) alterasi propilitik (chl±epi-cb) (2) alterasi (PbS), Emas (Au) berupa elektrum dan native,
argilik (cly±kao-cb) - argilik lanjut(alu-kao±dt±jar- kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), bornit (Cu5FeS4),
qz) (3) alterasi filik(ser±ilt-qz) – potasik(qz-ser-bt). magnetit (Fe3O4) dan hematit (Fe2O3). Sistem
Sistem urat yang terbentuk bertipe dilatational endapan epitermal yang terbentuk pada daerah
vein (urat yang mengalami penambahan lebar) penelitian merupakan tipe epitermal yang
dengan tipe bukaan urat en-echelon tension vein overprinting dengan sistem porfiri (Porphyry
dan flexures. Pola arah urat dominan arah utara- related Low Sulfidation) yang bertipe Quartz-
selatan. Ketebalaan urat yang ditemukan Sulfide Au dan Carbonate-base metal Au.

DAFTAR PUSTAKA
Corbett, G. J. and Leach, T.M., 1997, SW Pasific Rim Gold and Cooper System (Structure, Alteration and
Mineralization), Society of Economic Geologists Special Publication 6, p. 234, CMS New Zealand Ltd.,
Auckland.
Corbett, G. J., 2005, Epithermal Au-Ag Deposit Types – Implications for Exploration, Consultant Economic
Geologist 29 Carr St, North Sydney Australia, 2060, office@corbettgeology.com
Corbett, G. J., 2007, Controls to Low Sulphidation Epithermal Au-Ag Mineralisation , PO Box 282 Willoughby
NSW Australia.
Corbett, G. J., 2011, Comments on The Exploration Potential Of The Wonogiri Porphyry Cu-Au Project,
Central Java, Indonesia, CORBETT GEOLOGICAL SERVICES Pty. Ltd. Australia
Htun, T.M., Warmada, I.W., Harijoko, A., Saputra, R., Setijadji, L.D., Watanabe, K., Imai, A., 2006, Arsenic
and Heavy Metals Contamination in Small Scale Mining, Selogiri Area, Wonogiri Regency, Central Java,
Indonesia, Proceedings of 9th International Symposium on Mineral Exploration Aula Barat ITB, Bandung,
Indonesia.
Idrus, A., Hakim, F., 2014, Final Report on Selogiri Project, Yogyakarta : Unpublished.
Imaii, A., Shinomiya, J., Soe, M.T., Setijadji, L.D., Watanabe, K., Warmada, I.W., 2007, Porphyry-type
Mineralization at Selogiri Area, Wonogiri Regency, Central Java, Indonesia, Resource Geology Vol.57,No.2:
230-240
Prihatmoko, S., Hendratno, A., Harijoko, A., 2005, Mineralization and Alteration Systems in Pegunungan
Seribu, Gunung Kidul And Wonogiri: Its Implication in Developing Exploration Models, PROCEEDINGS JOINT
CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI
Annual Conference and Exhibition.
Suasta, I.G.M., Sinugroho, I.A., 2011, Occurrences of Zoned Epithermal to Porphyry Type Cu-Au
Mineralisation at Wonogiri, Central Java, PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011, The 36th HAGI and 40th
IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar
Surono, Toha, B., Sudarno, I. dan Wiryosujono, 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta– Giritontro, Jawa,
PPPG Bandung, skala 1:100,000.
430
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Warmada, I.W., Soe, M.T., Sinomiya, J., Setijadji, L.D., Imai, A., Watanabe, K., 2007, Petrology and
Geochemistry of Intrusive Rocks From Selogiri Area, Central Java, Indonesia , Resource Geology.

GAMBAR

Gambar 1. Peta geologi prospek Randu Kuning, Kecamatan daerah Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

431
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Peta alterasi hidrotermal prospek Randu Kuning, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

432
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Sph
Cpy

Gn
Py
(a)
(b)

Gn
Cpy

Au

Py

(c) (d)

Gambar 3. (a) Sampel poles dari Bukit Geblak menunjukkan tekstur urat crustiform. (b) Sampel (a) dilihat
dari mikroskop bijih ditandai kehadiran sulfide pirit (Py), kalkopirit (Cpy), sfalerit (Sph) dan galena (Gn). (c)
Sampel poles dari Bukit Piti menunjukkan tekstur urat diseminasi (d) Sampel (c) dilihat dari mikroskop bijih
dimana emas (Au) hadir sebagai free grain mengisi rekahan/pore dalam pirit.

433

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai