PEMBEKALAN KKP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(13 Mei 2017)
KOMPONEN LAHAN
Lahan : Lingkungan fisik yang meliputi TANAH, IKLIM,
RELIEF, HIDROLOGI dan VEGETASI, dimana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya.
Termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan
manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang
(reklamasi pantai, penebangan hutan, erosi,
pertambangan dll).
A. LAHAN SAWAH :
1. PERMASALAHAN PEMUPUKAN (BERLEBIH /TIDAK
TERATUR/TIDAK BERIMBANG)
2. KANDUNGAN BAHAN ORGANIK TANAH MENURUN
(PENGEMBALIAN LIMBAH ORGANIK SANGAT RENDAH)
3. SISTEM IRIGASI YANG TIDAK TERKELOLA
4. BAHAYA BANJIR DAN KEKERINGAN
5. KERENTANAN KONDISI TANAMAN PADI TERHADAP HAMA -
PENYAKIT AKIBAT KETIDAK SEIMBANGAN HARA.
6. PERUBAHAN IKLIM YANG TIDAK MENENTU(KEMARAU
PANJANG/AWAL MUSIM HUJAN YANG TIDAK MENENTU dll)
7. KUALITAS DAN KETERSEDIAAN PUPUK/PESTISIDA
B. LAHAN KERING
1. PERTANIAN PADA LAHAN BERLERENG TANPA TINDAKAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR YANG MEMADAI
2. EROSI TANAH
3. PENURUNAN KESUBURAN TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN
C. LAHAN PEKARANGAN.
1. LIMBAH RUMAHTANGGA TIDAK TERKELOLA DENGAN
BAIK (PEMBUANGAN KE SUNGAI=> PENCEMARAN DAN
PENDANGKALAN SUNGAI, DIBAKAR DLL).
2. BELUM DIFUNGSIKAN SECARA OPTIMAL BAIK SEBAGAI
LAHAN PRODUKSI MAUPUN AREAL RESAPAN AIR
KERAGAAN TANAH DI LOKASI KKP
SIFAT DAN KARAKTERISTIK TANAH DI LOKASI KKP : FAKTOR
UTAMA YANG MEMPENGARUHI :
1. BAHAN INDUK (VOLKANIK INTERMEDIER-BASALTIK,
BATUAN SEDIMEN, BAHAN ALUVIUM)
2. IKLIM (SUHU DAN CURAH HUJAN TINGGI , HANCURAN
IKLIM SANGAT INTENSIF MENGHASILKAN TANAH-TANAH
DENGAN REAKSI MASAM, BASA-BASA RENDAH).
3. RELIEF (BAGIAN HULU/TINGGI BERBUKIT-BERGUNUNG,
BAGIAN TENGAH BEROMBAK-BERGELOMBANG, HILIR
BERUPA DATARAN ALUVIAL)
LOKASI KKP Bahan Induk dan Jenis Tanah Sifat dan Karakteristik Penggunaan
IPB Bentuk Lahan Lahan Utama
1. Pantura Jawa Bahan Volkanik, Andosol BO tinggi, BI rendah, Perkebunan teh,
(Bekasi, Bergelombang, Berkit (Andisol- Retensi P tinggi hortikultura
Kerawang, hingga bergunung Udand)
Indramayu, (bag. tengah-selatan)
Latosol Solum dalam, masam, Perkebunan
Subang,
(Inceptisol- Basa-basa rendah (karet), sawah,
Brebes,
Udept) pertanian
Tegal dan
semusim lahan
Pekalongan)
kering
Batuan sedimen , Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan
berbukit (Bag, selatan) Kuning (Ultisol- rendah, Al-dd tinggi, (karet), kebun
Udult) Kadar liat tinggi pada campuran
sub-horison
Bahan Aluvium, datar- Aluvial Bervariasi masam-netral, Sawah, tanaman
berombak (bag. utara) (Inceptisol- kesuburan rendah- semusim lahan
Aquept dan sedang, drainase buruk- kering.
Udept) baik.
2. Banjarnegara Bahan Volkanik, Andosol BO tinggi, BI rendah, Perkebunan
bergelombang- (Udand) Retensi P tinggi kopi,
berbukit-bergunung hortikultura
(bag. tengah hingga
Latosol (Udept) Solum dalam, masam, Perkebunan
utara)
Basa-basa rendah (karet), sawah,
kebun
campuran
Batuan sedimen – Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan
bergelombang - Kuning (Ultisol- rendah, Al-dd tinggi, (karet), kebun
berbukit Udult) Kadar liat tinggi pada campuran
sub-horison
LOKASI KKP IPB Bahan Induk dan Jenis Tanah Sifat dan Karakteristik Penggunaan
Bentuk Lahan Lahan Utama
3. Garut Bahan Volkanik, Andosol BO tinggi, BI rendah, Perkebunan teh,
Bergelombang, Berkit (Andisol-Udand) Retensi P tinggi hortikultura
hingga bergunung
Latosol Solum dalam, masam, Perkebunan
(Inceptisol- Basa-basa rendah (karet), sawah,
Udept) pertanian
semusim lahan
kering
Regosol (Entisol) Tekstur kasar, BO rendah Hortikultura
(iklim sesuai),
sawah
Batuan sedimen , Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan
berbukit (Bag, selatan) Kuning (Ultisol- rendah, Al-dd tinggi, Kadar (karet), kebun
Udult) liat tinggi pada sub- campuran
horison
4. Kalimantan Batuan sedimen – Podsolik Merah Masam, kesuburan alami Perkebunan
bergelombang - Kuning (Ultisol- rendah, Al-dd tinggi, Kadar (karet), kebun
berbukit Udult) liat tinggi pada sub- campuran
horison
A. LAHAN SAWAH
1. PRODUSEN BERAS UTAMA INDONESIA : LUAS PANEN 10.70 JUTA
HA , PRODUKSI 47.80 JUTA TON GABAH/TAHUN ATAU 95 % TOTAL
PRODUKSI GABAH INDONESIA, PADI GOGO HANYA 5 % (BPS,1999),
SAMPAI SEKARANG LUAS LAHAN DAN LUAS PANEN TERUS
MENURUN KARENA KONVERSI LAHAN.
2. DARI SEGI PENGELOLAAN LAHAN SAWAH LEBIH BAIK DAN STABIL
=> SISTEM TERAS DENGAN PEMBUATAN GALENGAN-GALENGAN
DAN TERBENTUKNYA LAPISAN KEDAP (TAPAK BAJAK)
MENGURANGI KEHILANGAN AIR, UNSUR HARA, EROSI DAN
PERKOLASI.
3. PENGGENANGAN DAN PELUMPURAN BERPENGARUH TERHADAP
KETERSEDIAAN HARA .
4. PADI SAWAH DAPAT MEMANFAATKAN KONDISI LINGKUNGAN
TANAH YANG TERGENANG KARENA PERAKARAN MENDAPAT
SUPLAI OKSIGEN MELALUI aerenchyma dalam jaringan dan saluran
lysigenus di dalam akar (Amstrong, 1971)
5. PENINGKATAN PRODUKSI DG INTENSIFIKASI (INSUS DAN
SUPRAINSUS) TELAH MENCAPAI PELANDAIAN (LEVELING OFF) .
PENGELOLAAN TANAH SAWAH
Ladang Kebun
1. 2.
2. Pengembangan komoditas
Pemilihan komoditas perlu memperhatikan kemampuan
dan kesesuaian lahan. Tanaman pangan palawija dan
sayuran, buah-buahan, tanaman perkebunan, dan
tanaman kayu-kayuan yang memiliki spesifikasi lokasi
dapat dipilih dan dikombinasikan dengan tanaman
penutup tanah/penghasil bahan organik
Pengelolaan Lahan Kering harus Sustainable
1. Tidak terjadi erosi yang dapat merusak lahan, menurunkan
produktivitas, dan menciptakan lahan kritis. Erosi yang
terjadi harus lebih kecil dari erosi yang dapat
ditoleransikan/diperbolehkan
2. Pendapatan petani dapat menjamin kehidupan secara
layak dan berkesinambungan
3. Teknologi yang diterapkan harus spesifik lokasi , mudah
dilakukan dan dapat diterima oleh petani
Tahapan pengelolaan lahan
kering berlereng secara
vegetatif adalah:
1. Penetapan garis kontur dan strip
ta naman (dengan menggunakan
Rangka A).
2. Pemilihan komoditas tanaman
utama dan tanaman penutup
tanah/penghasil bahan organik
(rendah, sedang/perdu, dan
tinggi/pohon)
3. Penanaman dan pengolahan
tanah dilakukan berselang-seling
mengikuti kontur/memotong
lereng, sehingga tanah tidak
terbuka secara keseluruhan pada
waktu yang sama
Contoh-contoh pengelolaan lahan kering
Faktor Fisik
Pekarangan adalah bagian dari bentang alam
Pekarangan adalah bagian dari suatu sistem hidrologis
Kebutuhan Cahaya
Kebutuhan Air
Tingkat Kesuburan
Efisiensi Penggunaan Ruang
Pertimbangan Estetika
Pertimbangan Praktis
Keamanan.
Perubahan Sifat Permukaan Lahan dan Akibatnya
terhadap Aliran Permukkan
Beberapa cara pengelolaan lahan tidak membantu
perbaikan peresapan air
Sebaran alami air hujan dipermukaan lahan
Teknik LRB sebagai tiruan kondisi lantai hutan alami
Penempatan LRB disesuaikan dengan kondisi
setempat
Biopori merupakan bagian dari lahan
Pertanian dengan teknik slot till sebagai aplikasi
pembangkitan biopori
• Manusia dalam setiap kegiatannya selalu
menghasilkan sampah
• Di perkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan
50 Kg gas metana.
• Setiap hari warga jakarta menghasilkan sampah
seberat 6955 ekor gajah, kantong plastik yang
bisa menutupi 2600 lapangan sepak bola dan
kertas yang jumlahnya sama dengan menebang
10.710 batang pohon.
Limbah Pengomposan
Organik
Rumah Tangga:
> 65% bahan organik
Pengomposan
KOMPOS
KEUNTUNGAN KOMPOS
1. Membuat kompos anda telah mengurangi
sampah rumah tangga anda sampai 75%
2. Kegunaan kompos Memperbaiki kualitas fisik,
kimia dan biologi tanah karena menambah
kesuburan tanah
3. Menghemat uang untuk membeli pupuk
4. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan indah
51
Proses Pengomposan
(Rynk, 1992)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGOMPOSAN
1 2 3 4 5 6 7
(Minggu)
METODE PENGOMPOSAN
METODE
LUBANG
PENGOMPOSAN
TUMPUKAN
WADAH
CEPAT
METODE LUBANG
Metode tradisional
Ukuran lubang: 1 m (dalam) x1.5 m x 2.0 m
Bahan pengomposan
Jerami, kotoran hewan, gulma air, residu tanaman
Pengisian Lubang Pengomposan:
diisi sampai penuh oleh bahan pengomposan secara berselang-
seling, setiap lapis ketebalannya 15 cm
Lapisan:
I. Residu tanaman/gulma air
II. Jerami
III. Kotoran hewan
IV. Lumpur, dengan ketebalan 4 cm, lapisan ini dipertahankan
kondisi anaerob
Pembalikan
Pembalikan dilakukan 3 kali selama periode
pengomposan
Pertama: Satu bulan setelah pengisian,
tambahkan: superfosfat dan air.
Kedua: Satu bulan berikutnya.
Ketiga: Dua minggu kemudian
Panen: setelah 3 bulan; produksi 8 ton per-lubang
METODE TUMPUKAN
Ukuran tumpukan:
2 m (lebar) x 1.5 m (tinggi) x 2 m (panjang)
Pembentukan tumpukan:
Bahan pengomposan yang mengandung karbon
(misalnya jerami) ditumpuk setinggi 20 cm
Tambahkan bahan yang mengandung nitrogen (rumput,
gulma, residu tanaman legum, kotoran kandang) setinggi
10 cm
Bahan-bahan tersebut ditumpuk secara berselang-seling
sampai ketinggian bahan kompos mencapai 1.5 m
Setelah 3-4 hari suhu meningkat 60 – 70 oC
Pembalikan
Pembalikan dilakukan setiap 2 minggu,
kelembaban dijaga dengan menambahkan air
Kompos matang setelah 2 bulan
WADAH PENGOMPOSAN
Cacahan bahan dimasukkan ke
dalam drum
Periode pemasukan bahan
kurang lebih 1 minggu
Drum diputar setiap hari
Bila bahan terlalu kering,
tambahkan air
Pengomposan berlangsung
kurang lebih 6 minggu
Kotak berukuran 1m x 1m x 1 m
(bagian bawahnya terbuka)
Bahan-bahan ditumpuk di dalam
kotak secara berlapis- lapis
antara jerami dan kotoran
kandang, hingga penuh
Tambahkan air hingga
kelembaban mencapai 60 – 70%
Tambahkan aktivator
Dibalik setiap minggu untuk
memberikan aerasi
Pembalikan dilakukan dengan cara mengangkat
dan memindahkan wadah pengomposan ke
tempat kosong di sebelahnya
Pindahkan tumpukan kompos yang lama ke
wadah pengomposan yang kini kosong tersebut
PENGOMPOSAN CEPAT
MOL
Definisi:
Larutan hasil
fermentasi yang
berbahan dasar dari
berbagai sumber daya
yang tersedia
setempat
BAHAN UTAMA
MOL
Sumber
Karbohidrat Glukosa Bakteri
Air cucian beras Bahan-bahan yang
Cairan gula merah, mengandung bakteri:
(tajin), nasi (basi),
gula pasir, gula batu, keong mas, kulit
singkong, gandum, buah-buahan, urine
air kelapa
kentang (hewan atau
manusia)
KEUNGGULAN
MOL Buah-buahan
Bahan-bahan:
1. Buah-buahan yang sudah busuk sebagai sumber
bakteri: pepaya, pisang, mangga, apel, salak, dll.
sebanyak 5 kg
2. Air kelapa 10 butir
3. Gula jawa 1 kg
Cara Pembuatan:
1. Limbah buah-buahan dihaluskan dengan cara ditumbuk atau
diparut
2. Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
3. Tambahkan air kelapa
4. Tambahkan gula
5. Semua bahan diaduk sampai tercampur merata
6. Tutup drum, beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa
menggunakan selang agar tidak dimasuki oleh lalat atau
serangga lain
7. Semua bahan difermentasi selama 2 minggu sebelum
digunakan
Penggunaan:
1. Untuk pengomposan: Larutan diencerkan
sebanyak lima kalinya. Kemudian disemprotkan
ke bahan-bahan yang akan dikomposkan