Anda di halaman 1dari 160

PENGARUH OBEDIENCE PRESSURE, KOMPETENSI,

KOMPLEKSITAS TUGAS DAN INDEPENDENSI TERHADAP


KUALITAS AUDIT INTERNAL
(Sudi Pada Kantor Inspektorat Kota Makassar)

Skripsi

Untuk memnuhi salah satu persyaratan


Mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Akuntansi

School Of Business

Diajukan oleh :
ZULFIKY MAKBUL
2017222263

KONSENTRASI AKUNTANSI KORPORASI


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
NOBEL INDONESIA
MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
v
MOTTO

“Allah tidak membebani sesorang itu melainkan sesuai dengan


kesanggupannya”
(Q.S. Al-Baqarah: 286)

“Semakin banyak ilmu yang kamu miliki, maka semakin besar pula
ketakwaanmu terhadap Allah”
(Abu Bakar Ash-Shiddiq)

“Do the best and pray. God will take care of the rest”
(penulis)

vi
PERSEMBAHAN

Segala puji atas karunia Allah Subhanahu Wata’ala yang telah penulis rasakan.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Orang tua peneliti yang senantiasa memberikan doa, arahan, motivasi, serta kasih
sayangnya kepada peneliti.
Diri sendiri, terima kasih telah berjuang dan optimis dalam menyelesaikan tugas
akhir (skrispi) ini
Kakak terhebat yang senantiasa memberikan waktu, semangat, dan motivasi
hingga saat ini.
Sahabat-sahabat penulis yang selalu meberikan inspirasi, dukungan dan sharing
dalam penyelesaian tugas akhir ini Sukses buat kita semua,
Dan untuk pihak-pihak lain yang telah membantu dan memberikan doa

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji atas berkat rahmat dan karunia Allah Subhanahu Wata’ala,

Tuhan yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang, dan atas berkat, rahmat,

hidayah dan cinta-Nya yang begitu luas. Serta ucapan rasa syukur yang mendalam

kepada Allah atas karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Obedience Pressure, Kompetensi, Kompleksitas Tugas

Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Internal (Studi Pada Kantor

Inspektorat Kota Makassar)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel

Indonesia.

Peneliti Secara khusus mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang

tua yang senantiasa memberikan doa, arahan, motivasi, serta kasih sayangnya.

Kepada ayahanda Makbul dan ibunda Nurhaerati yang sudah menjadi sosok yang

begitu berarti dalam perjalanan hidup peneliti, semoga lindungan dan rahmat

Allah SWT selalu melekat kepada mereka.

Peneliti juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, tugas

akhir (skripsi) ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu pada

kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

mendalam dan berdoa semoga Allah selalu memberi rahmat dan rezeki atas

mereka khususnya kepada:

viii
1. Bapak Dr. Mashur Razak, S.E., M.M. selaku Ketua STIE Nobel Indonesia

Makassar.

2. Pimpinan Kantor Inspektorat Kota Makassar beserta para staf yang sudah

menerima dan memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan

penelitian dan juga mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti dalam

menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Ahmad Firman, S.E., M.Si. selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademik STIE Nobel Indonesia Makassar.

4. Bapak Indrawan Azis, S.E., M.Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi STIE

Nobel Indonesia Makassar.

5. Ibu Fitriani Latief, S.P., M.M. selaku ketua P3M yang telah membantu

sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

6. Ibu Nur Hidayah, S.E., M.Si. selaku pembibing I dan Bapak Muhammad

Fachrul Syarlis, S.T., S.E., M.Pd selaku pembimbing II penulis yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan

penulis selama penyusunan skripsi ini, sehingga setiap kendala dan kesulitan

yang dihadapi penulis bisa terselesaikan.

7. Bapak Dr. Haeruddin, S.E., M.M. dan Bapak Dr. Indra Abadi, S.E., M.Si.

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak arahan dan saran yang

membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

8. Seluruh dosen yang telah mencurahkan ilmu pengetahuannya selama penulis

belajar di kelas perkuliahan.

ix
9. Teman-teman seperjuangan di kampus terima kasih atas dukungan, motivasi,

dan kebersamaan kita selama ini,

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam seluruh proses selama

berada di Jurusan Akuntansi STIE Nobel Indonesia. Terima kasih atas doa

dan motivasinya. Mudah-mudahan senantiasa mendapat berkah oleh Allah

S.W.T.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu peneliti dengan segala kerendahan hati

memohon maaf yang sebesar-besarnya. Peneliti membuka diri untuk setiap kritik

dan masukan yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perluasan informasi dalam bidang

akuntansi dan para pembaca.

Makassar, 17 Maret 2021

Peneliti

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
ii

ABSTRAK ……………………………………………………………………
iii
ABSTRACT ………………………………………………………………….
iv
MOTTO ………………………………………………………………………
v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….....
1

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………


1

xi
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….
8

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………..


8

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………


9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...


11

2.1 Teori Atribusi ………………………………………………


11

2.2 Theory Of Attitudes and Behavior ………………………… 13

2.3 Resilience Theory……………………………………………


14

2.4 Obidience Pressure ……………………………………….


15

2.5 Kompetensi ………………………………………………..


17

2.6 Kompleksitas Tugas ………………………………………


21

2.7 Independensi ……………………………………………… 22

2.8 Kualitas Audit Internal ……………………………………


24

2.9 Penelitian Terdahulu ……………………………………...


27

2.10 Kerangka Pemikiran ……………………………………....


29

2.11 Hipotesis …………………………………………………..


31

xii
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………
38

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….


38

3.2 Metode Pengumpulan Data ………………………………....


38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………….


39

3.4 Jenis dan Sumber Data ……………………………………..


40

3.5 Metode Analisis Data ……………………………………….


40

3.6 Definisi Operasional ………………………………………. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….. 51


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………….
51

4.2 Hasil Penelitian …………………………………………....


56

4.3 Pembahasan ……………………………………………….


85

BAB V PENUTUP ………………………………………………………. 95


5.1 Kesimpulan ………………………………………………. 95

5.2 Saran ……………………………………………………....


97

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….


98

LAMPIRAN………………………………………………………………….
102

xiii
xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Skor Skala Likert ……………………………………………………...…. 41

4.2 Data Distribusi Kuesioner ……………………………………………...… 59

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur …………………………..... 60

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………. 61

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……………... 61

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional Audit ………... 62

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ………………………. 62

4.8 Statistik Deskriptif Variabel …………………………………………....… 63

4.9 Deskripsi Item Pernyataan Variabel Obedience Pressure ……....……...… 65

4.10 Deskripsi Item Pernyataan Variabel Kompetensi ……….………….....… 66

4.11 Deskripsi Item Pernyataan Variabel Kompleksitas Tugas ……….........… 67

4.12 Deskripsi Item Pernyataan Variabel Independensi …….………….......… 69

4.13 Deskripsi Item Pernyataan Variabel Kualitas Audit Internal ………....… 70

4.14 Hasil Uji Validitas ………………………...…………………………...… 72

4.15 Hasil Uji Realibilitas ……………………………………...…………...… 73

4.16 Hasil Uji Normalitas …………………………………………...............… 75

4.17 Hasil Uji Linieritas ………………………….………………………....… 77

4.18 Hasil Uji Multikolinearitas …………..………………………………...… 78

4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2 ) ……………………….………...… 80

4.20 Hasil Uji F- Uji Simultan ………………………………………….......… 80

4.21 Hasil Uji t- Uji Parsial ………………….……………………………...… 81

xv
DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………. 33

4.2 Struktur organisasi inspektorat kota makassar ………………………..... 56

4.3 Hasil Uji Normalitas-Grafik Histogram ……………………………..…. 76

4.4 Hasil Uji Normalitas- Normal Probality Plot ………………………..…. 76

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas- Grafik Scatterplot ………………………. 79

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Hasil Jawaban Responden

3. Hasil Data Responden

4. Hasil Statistik Deskriptif

5. Hasil Uji Kualitas Data

6. Hasil Analisis Regresi

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengawasan fungsional di pemerintahan dibutuhkan untuk menjamin

terlaksananya kegiatan pemerintahan yang baik. Menurut Hafid (2016) bahwa

pengawasan bertujuan untuk mengontrol dan menghindari berbagai macam

tindakan kecurangan dan penyimpangan dalam suatu organisasi guna tercapainya

tujuan suatu organisasi.

Melalui pengawasan maka dapat diketahui apakah suatu instansi sudah

melakukan aktivitas yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, hal ini bisa

terlihat dari hasil informasi laporan keuangan. Dalam pengambilan suatu

keputusan Laporan keuangan merupakan sarana yang sangat penting bagi semua

pihak yang terlibat. Laporan tersebut berasal dari bagian proses pelaporan

keuangan. Tujuan umum pelaporan keuangan pada tujuan paragraf 23 Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintah (KKAP) menyatakan bahwa pelaporan

keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang berguna bagi para

pengguna dalam menilai akuntabilitas serta menghasilkan keputusan ekonomi,

sosial maupun politik yang berkualitas.

1
2

Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyatakan bahwa untuk

mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib

melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah.

Tuntutan terwujudnya good governance di Indonesia sekarang ini semakin

tinggi serta perlu diterapkan menggunakan cara aplikasi akuntabilitas dan

transparansi atas penyelenggaraan aktivitas pemerintah. Menurut Mindarti dkk,

(2016) akuntabilitas diharapkan bisa untuk mengetahui pelaksanaan program yang

didanai dengan keuangan negara, taraf kepatuhannya terhadap ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan buat mengetahui tingkat

kehematan, efisiensi dan efektivitas yang berasal pada program pemerintah

tersebut. Laporan keuangan artinya laporan yang menunjukkan akuntabilitas

pemerintah terhadap pengelolaan sumber daya yg dipercayakan oleh warga

(Syafitri, 2016). Laporan keuangan yang disampaikan menjadi bentuk

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pemerintah wajib diaudit oleh pihak

yang profesional. Hal ini dikarenakan pengguna laporan keuangan mengharapkan

adanya laporan keuangan yang relevan, andal, bisa dibandingkan dan bisa

dipahami sebagai akibatnya dapat menyajikan berita yang bermanfaat buat

pengambilan keputusan.

Mewujudkan good governance ialah prasyarat bagi setiap pemerintahan

untuk memenuhi aspirasi rakyat dan mencapai tujuan bangsa dan negara

(Ariyantini dkk, 2014). terdapat tiga aspek penting dalam mewujudkan


3

kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian

dan pemeriksaan (Afni dkk, 2012). pengawasan ialah aktivitas yg dilakukan oleh

pihak selain eksekutif yaitu masyarakat serta DPR daerah buat mengawasi kinerja

pemerintahan.

Pengendalian merupakan prosedur yang dilakukan oleh eksekutif buat

mengklaim bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik

sebagai akibatnya tujuan organisasi bisa tercapai. Sedangkan investigasi artinya

aktivitas yg dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi serta mempunyai

kompetensi profesional untuk memiih apakah hasil kinerja pemerintah telah

sesuai menggunakan peraturan yg telah ditetapkan.

Penyalahgunaan wewenang masih menjadi primadona artinya masih

terjadinya suatu perseteruan yang seringkali dihadapi oleh suatu lembaga

pemerintahan yg salah satunya yaitu tindakan KKN (kolusi , Korupsi, dan

Nepotisme). Tindakan ini dapat dibuktikan dengan masih maraknya terjadi

perkara kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti pungutan liar, uang

pelicin, sampai menggunakan uang negara buat kepentingan pribadi serta masih

meluas lagi perkara pidana lainnya yg menghasilkan menurunnya kepercayaan

warga kepada kinerja aparat birokrasi.

Inspektorat wilayah adalah salah satu unit yg melakukan audit terhadap

PEMDA. Peran serta fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum

diatur pada pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Pada

pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan

pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota menyelenggaraan fungsi


4

perencanaan acara supervisi, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan

bidang pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan, investigasi,

pengusutan, pengujian, serta evaluasi tugas pengawasan.

Berbagai macam perkara penyimpangan audit sudah membuat rakyat

mencurigai kualitas audit yg dihasilkan auditor. salah satu perkara penyimpangan

audit yang menyebar di masyarakat adalah perkara suap dua auditor BPK RI

Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara dan walikota Tomohon pada tahun 2012.

Upaya penyuapan tersebut diduga buat memengaruhi opini laporan keuangan

PEMKOT Tomohon tahun 2011 supaya menjadi WTP. Dengan total suap

sebanyak Rp 600 juta, yg diambil asal dana pemkot Tomohon sebanyak Rp 7,5

Juta. Perkara tersebut menghasilkan kepercayaan publik pada auditor menurun.

Untuk mempertahankan kepercayaan warga , auditor harus mampu menjaga

kualitas auditnya, sebab audit yang berkualitas akan bisa mendeskripsikan kondisi

keuangan negara/wilayah yg sesungguhnya (Oktaviani ,2017).

Dari kasus diatas, auditor BPK menjadi lembaga pemeriksa pada

pengelolaan keuangan negara wajib didukung menggunakan sikap menjaga

independensi, profesionalisme, mempunyai pengetahuan, keahlian, serta

pengalaman yang dibutuhkan buat melaksanakan tugas pemerikssaan dan

menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, serta kecermatan dan ditunjang

dengan sensivitas etika profesi auditor sehingga bukan jaminan bahwa auditor

bisa menaikkan kualitas yang terjadi pada hasil pemeriksaannya.


5

Kualitas audit sangat krusial pada kegiatan pemeriksaan, sebab dengan

menggunakan kualitas pemeriksaan yang tinggi maka dapat menghasilkan laporan

pemeriksaan yang mampu menjadi dasar pengambilan keputusan. Kepercayaan

masyarakat semakin menurun terhadap segala hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh aparat pengawas intern daerah karena telah banyaknya kasus-kasus korupsi

yang terjadi dikalangan aparat pemerintahan sehingga pada prinsipnya kualitas

audit dapat tercapai apabila semua auditor patuh terhadap standar dan kode etik

audit, mempunyai sikap yang independen, dan selalu berpegang teguh pada

pedoman dan profesionalisme auditor. Kualitas audit internal yang didapatkan

auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diperoleh melalui hasil

penelitian terdahulu, antara lain obedience pressure, komplesitas tugas, serta

independensi (Mustakim, 2017).

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas audit internal yang dikaji dalam

penelitian ini adalah obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas, dan

independensi. Peneliti bermaksud untuk menguji kembali beberapa vaiabel dalam

kaitannya dengan kualitas audit internal dan objek penelitian adalah aparat

pengawas intern (auditor) yang bertugas pada kantor Inspektorat Kota Makassar.

Obedience pressure (tekanan kepatuhan) merupakan tekanan pengaruh

sosial yang dihasilkan Ketika seseorang menerima perintah langsung dari individu

lain (Reni dan Dheane, 2015). Hal ini didapatkan dari atasan, auditee, maupun

rekan kerja suatu instansi, Lembaga, dan entitas yang diperiksanya untuk

melakukan apa yang diperintahkan yang dapat menyimpang terhadap standar dan
6

etika profesi yang dimiliki seorang auditor. Beberapa penelitian sebelumnya telah

menguji pengaruh Obedience pressure terhadap kualitas audit internal. Pada

penelitian Mustakim (2017) menyatakan bahwa Obedience pressure memeiliki

pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kualitas audit internal.

Selanjutnya kompetensi merupakan hal krusial yang harus dimiliki auditor

internal karena itu ialah bentuk tanggung jawab dari auditor internal untuk

menjalankan tugasnya seperti yg diungkapkan oleh Tugiman (Astuti, 2010 : 3)

yang menyatakan bahwa, kompetensi ialah kemampuan profesional yang

bertanggung jawab berasal dari bagian audit internal serta masing-masing

pemeriksa internal. Kompetensi juga dapat menentukan keberhasilan pada

pelaksanaan audit, tanpa kompetensi aplikasi audit menjadi kurang berkualitas.

Oleh sebab itu, pendidikan yag berkelanjutan sangat diperlukan dalam

meningkatkan kompetensinya. Pengalaman, pendidikan dan sertifikasi merupakan

sebuah proses dalam mendapatkan kompetensi yang berkualitas Hal ini searah

dengan hasil penelitian Rizki Wahyuni (2013) yang menjelaskan terdapat

pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh M. Turangan,, dkk (2016) yang mengatakan kompetensi tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit internal.

Variabel selanjutnya yaitu kompleksitas tugas audit merupakan kondisi

dimana auditor mengalami kesulitan atau masalah dalam menyelesaikan tanggung

jawab tugas yang dikerjakan, baik dari segi kerumitan pemeriksaan dan penemuan

bukti-bukti audit, sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit. Tanpa adanya

struktur tugas yang jelas, maka bagaimanapun usaha yang dilakukan auditor akan
7

sia-sia dalam menuntuskan tugas audit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ayuni dan Bambang (2016), yang menyatakan bahwa faktor kompleksitas

tugas berpengaruh negative terhadap kualitas audit. Hal ini berarti semakin

tingginya tingkat kompleksitas tugas yang dihadapi auditor dapat menurunkan

tingkat kualitas audit.

Independensi merupakan salah satu unsur berarti bagi auditor dalam

melaksanakan tugasnya. Pernyataan standar umum kedua SPKN menjelaskan

bahwa “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,

organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan

penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat

mempengaruhi independensinya”. Menurut Cohen (2011) kepastian integritas

proses pelaporan keuangan dapat dikaitkan dengan seberapa besar independensi.

Objektifitas hasil audit dapat diukur dengan tingginya independensi seoarng

auditor. Dimana auditor yang independen akan selalu objektif dalam melakukan

pemeriksaan dan pengawasan , sehingga akan berdampak pada kualitas audit yang

dihasilkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Turagan,dkk (2016)

menunjukkan hasil bahwa faktor independensi tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit. Namun hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mustakim (2018) yang menyimpulkan bahwa independensi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

“PENGARUH OBEDIENCE PRESSURE, KOMPETENSI,

KOMPLEKSITAS TUGAS DAN INDEPENDENSI TERHADAP


8

KUALITAS AUDIT INTERNAL” (Studi Pada Kantor Inspektorat Kota

Makassar).
8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah obedience pressure berpengaruh terhadap kualitas audit internal pada

Kantor Inspektorat Kota Makassar ?

2. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit internal pada Kantor

Inspektorat Kota Makassar?

3. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kualitas audit internal pada

Kantor Inspektorat Kota Makassar?

4. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit internal pada Kantor

Inspektorat Kota Makassar?

5. Apakah obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi

berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit internal pada Kantor

Inspektorat Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh obedience pressure terhadap kualitas audit

internal pada Kantor Inspektorat Kota Makassar

2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit internal

Kantor Inspektorat Kota Makassar

3. Untuk mengetahui pengaruh kompleksitas tugas terhadap kualitas audit

internal pada Kantor Inspektorat Kota Makassar


9

4. Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap kualitas audit internal pada

Kantor Inspektorat Kota Makassar

5. Untuk mengetahui pengaruh obedience pressure, kompetensi, kompleksitas

tugas dan independensi secara simultan terhadap kualitas audit iternal pada

Kantor Inspektorat Kota Makassar

1.4 Manfaat Penelitian

Penellitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari berbagai aspek

yaitu teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

informasi tentang bagaimana pengaruh Obedience pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas dan independensi akan mempengaruhi kualitas audit internal.

Serta mendapatkan pengalaman baru tentang kondisi yang sebenarnya di dunia

nyata, dan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapatkan selama kuliah.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata pada

pengembangan literatur akuntansi di Indonesia. Dan penelitian ini diharapkan

dapat menambah referensi peneliti kedepannya yang melakukan penelitian dengan

tema yang sama.


10

3. Bagi Auditor

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi informasi

mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi kalitas audit internal sebagai

bentuk pengawasan APBDN, sehingga memberikan manfaat dalam meningkatkan

kualitas auditnya.

4. Bagi Inspektorat Kota Makassar

Sebagai bentuk pertimbangan untuk mendukung terwujudnya good

governance di lingkungan lembaga daerah khusunya peran Inspektorat dalam

melakukan pengawasan dan pemeriksaan keuangan daerah. Sehingga Inspektorat

mampu membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong meningkatnya

kualitas audit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Atribusi

Teori atribusi pertama kali dikemukakan oleh Frits Heider, dimana teori ini

menjelaskan bagaimana menilai individu dengan beragam macam sikap dengan

berdassar pada perilaku individu tersebut berperilaku. Pada dasarnya teori atribusi

menggambarkan apabila ingin mengetahui perilaku seseorang, maka dapat

ditentukan dengan apakah perilaku tersebut ditimbulkan karena faktor dalam diri

sendiri (internal) atau lingkungan dan kondisi sekitar (eksternal). Jika perilaku

tersebut disebabkan oleh faktor internal maka dapat diartikan perilaku yang

dipengaruhi oleh kendali dalam diri seorang individu itu sendiri. Sedangkan

apabila perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal maka dapat diartikan

adanya pengaruh dari luar diri seseorang yang disebabkan oleh kondidsi dan

situasi tertentu. (Robbins dan Judge, 2014:177).

Teori atribusi menyebutkan pemahaman akan reaksi seorang individu

terhadap peristiwa di sekeliling mereka, dengan menggunakan pemahaman

alasan-alasan mereka atas kejadian yang dialami. Pada teori atribusi dijelaskan

bahwa perilaku sesorang memiliki keterkaitan dengan sikap karakterisitik yang

dimiliki, dengan itu dapat diartikan bahwasanya dengan hanya melihat perilaku

dari individu tersebut maka dapat diketahui sikap dan karakteristiknya.sekaligus

dapat diprediksi bagaimana perilakunya dalam menghadapi situasi tertentu.

11
12

Penyebab persepsi sosial dikaitkan dengan perilaku seseorang dibagi atas

dua yaitu, dispositional atributions and situational atributions. (Robbins dan

Judge, 2014:177). Dispositional Atributions merupakan penyebab internal yang

berada dalam diri seorang individu berperan untuk memengaruhi perilaku seperti

kepribadian, persepsi diri, kemampuan dan motivasi. Sedangkan situational

atributions merupaka penyebab eksternal yang berasal dari lingkungan sekeliling

individu, seperti kondisi sosial, peraturan, dan nilai-nilai sosial yang berlaku.

Dengan kata lain, dapat diartikan setiap adanya tindakan atau ide yang dilakukan

setiap individu akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Jadi pada dasarnya teori atribusi menjelaskan tentang proses bagaimana kita

mengetahui dan menetukan penyebab perilaku suatu idividu dalam bertindak yang

dapat ditentukan oleh faktor internal dalam hal ini yang melekat dalam diri sendiri

dan faktor eksternal dalam hal ini pengaruh orang lain dan lingkungan sekitar.

Dan pada dasarnya perilaku sesorang dapat mencerminkan karakteristik atau sifat

seseorang, dalam kaitannya dengan auditor maka karakteristik seorang auditor

merupakan suatu penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan

karena hal ini merupakan faktor internal yang mendorong seseorang untuk

bertindak.

Pada penelitian ini penerapan teori atribusi dikaitkan karena untuk menguji

faktor-faktor yang memengaruhi auditor dalam menghasilkan audit yang

berkualitas. Dimana auditor dapat menilai karakteristik individu auditor, dan

bagaimana kualitas audit yang dihasilkan, baik itu yang disebabkan oleh faktor

internalnya maupun eksternalnya.


13

2.2 Theory Of Attitudes and Behavior

Theory of attitudes and behavior (teori sikap dan perilaku) yang

dikembangkan oleh Triandis dalam jogiyanto (2007), menjelaskan bagaimana

perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh sikap yang berhubungan erat dengan

apa yang diinginkan (sikap) dan tergabung dari keyakinan besarnya konsekuensi

dari akibat perilaku, nilai-nilai sosial yang terhubung dengan kebiasaan yang

meraka sering lakukan (kebiasaan).

Sikap dapat diartikan sebagai bentuk jabaran kebiasaan yang dihasilkan

oleh setiap orang atas reaksi dan pandangan terhadap suatu objek yang dapat

menimbulkan perasaan yang disertai juga dengan tindakan berdasarkan objek

tersebut. Pandangan seseorang yang meyakini bahwa setiap terjadinya perilaku

tertentu akan menghasilkan hal yang positif akan menimbulkan sikap favorable

dari apa yang diperbuat, sedangkan jika seseorang yang meyakini bahwa setiap

terjadinya perilaku tertentu akan menghasilkan hal yang negatif akan

menimbulkan sikap unfavorable (Ajzen, 2005).

Jadi, pada teori sikap dan perilaku ini dapat menjelaskan bagaimana sikap

independensi auditor dalam perilaku, apabila seseorang yang memiliki sikap yang

independen maka seseorang tersebut juga akan menimbulkan perilaku yang

independen artinya dalam menjalankan sutu tugas auditor wajib untuk tidak

memihak kepada siapapun harus sesuai standar,prinsip,dan kode etik yang

berlaku. Setiap auditor berkewajiban untuk selalu independen dan objektif dalam

melaksaakan tugasnya baik kepada atasan dan masyarakat, walapun biasanya

sering terjadi tekanan dari atasan, belum cukupnya kompetensi dalam bidang
14

audit disertai juga dengan tugas yang kompleks sehingga dapat memengaruhi

auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas, akan tetapi auditor tetap

berkewajiban untuk selalu berpegang teguh pada kualitas sikap profesional dan

selalu mempunyai sikap independen dan integritas dalam diri pribadi auditor.

2.3 Resilience Theory

Secara ilmu bahasa, dalam kamus bahasa inggris-indonesia (echols,

2014:480), mengartikan resiliensi merupakan istilah dari kata reselience yang

memiliki arti daya pegas, daya kenyal, atau kegembiraan.

Rutter (2006:598) menjelaskan “resilience, the ability to bounce back or

cope successfully despite substantial adversity”. Pada penjelasan tersebut, rutter

mendefinisikan resiliensi sebagai suatu kemampuan untuk bangkit dan berjuang

dalam mengatasi berbagai macam kondisi yang sulit baik besar atau kecil

masalahnya.

Grotberg (2003), di lain sisi menjelaskan bahwa resilience merupakan

suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan suatu tekanan

dari berbagai pihak, pekerjaan maupun tekanan hidup. Pada tingkat maju pesat

(thriving), seseorang yang mengalami resilience dapat menghadirkan kemampuan

yang akan bisa mengatasi berbagai macam kondisi hambatan dan tekanan yang

dialami. Sehingga dalam kaitannya dengan auditor yang ada di posisi tahapan

thriving, akan mampu mengatasi takanan dari berbagai pihak baik atasan ataupun

instansi lain dan kompleksitas tugas akan dihadipi dengan memaksimalkan

kemampuan, skill dan pengalaman yang dimiliki untuk digunakan dalam

melaksanakan proses audit.


15

Dalam penggunaan prinsi-prinspi dan proseedur dalam menjalakan tugas

audit merupakan hal terpenting dan wajib diikuti demi tercapainya hasil audit

yang berkualitas. Menjaga kualitas audit dalam proses penugasan biasanya auditor

akan mengalami berbagai macam kendala seperti tekanan dari atasan maupun

instansi lain yang sedang diaudit serta adanya tugas yang sulit dan tidak

terstruktur sehingga dapat memengaruhi profesionalisme dan kode etik auditor

yang berakibat pada kualitas audit interal.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia memiliki kode etik bagi auditor internal

yang wajib diterapkan seperti, prinsi-prinsip etika dalam mengaudit yang

didalmnya terdapat sikap independensi dan integritas. Integritas sangat penting

untuk menjalin kepeercayaan satu sama lain dalam melakukan tugas audit.

Dengan demikian pengaruh obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas,

dan independensi dapat meminimalisir resiko terjadinya perilaku tidak etis

sehingga memengaruhi kualitas audit internal.

2.4 Obedience Pressure

Obedience pressure (tekanan ketaatan) pada umumnya dihasilkan oleh

sesorang yang mempunyai pengaruh kekuasaan, adanya tekanan ketaatan ini

mengakibatkan individu dapat melakukan hal-hal yang melanggar aturan-aturan

yang berlaku sesuai kehendak atasannya.

Beberapa literatur dalam bidang akuntansi sudah mengakui seberapa besar

pentingnya untuk mengevaluasi pengaruh tekanan yang ditimbulkan dari kondisi

organisasi terhdap perilaku,sikap,dan keinginan auditor. Dalam menjalankan

tugasnya auditor biasanya akan mengalami tekanan dari atasan ataupun instansi
16

yang sedang diperiksa. Mangkunegara (2013:29) menjelaskan bahwa obedience

pressure dapat membuat terjadinya ketidakstabilan fisik dan mental yang

disebabkan karena terjadinya ketegangan atau perbedaan pendapat anatara auditor

dan atasan sehingga dapat memengaruhi kondisi psikis dan hasil audit yang

dihasilkan oleh auditor

Auditor seringkali menghadapi tekanan kerja dari atasan ataupun instansi.

Mangkunegara (2013:29) menyatakan bahwa obedience pressure (tekanan

ketaatan) adalah Suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir

dan kondisi seorang karyawan, dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh

lingkungan pekerjaan tempatnya bekerja.

Auditor pada umumnya biasanya lebih berpihak untuk mematuhi segala

keinginan dari seseorang yang memiliki otoritas yang lebih tinggi, walaupun akan

melanggar segala standar, prinsip, dan profesionalisme auditor. Kebanyakan

auditor mematuhi perintah atasan karena sudah mengetahui hal yang

diperintahkan sudah benar adanya, akan tetapi ada juga yang terpaksa menuruti

perintah demi keberlangsungan karirnya.

Dengan adanya sanksi yang diberikan oleh atasan jika tidak mematuhi

perintah yang diberikan maka keadaan seperti inilah tentu yang membuat auditor

merasa bimbang dalam mengambil keputusan yang pada akhirnya terjerumus

pada pelanggaran kode etik.


17

Jadi pada dasarnya obedience pressure berasal dari pihak yang memiliki

jabatan atau kekuasaan yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena adanya suatu

posisi jabatan atau khirarki organisasi yang menjadikan adanya suatu bentuk

kekuasaan lebih untuk mengatur dan memengaruhi bawahan untuk tunduk

kepadanya. Jadi dapat diartikan kualitas audit akan meningkat jika obedience

pressure (tekanan ketaatan) yang dialami auditor rendah begitupun sebaliknya.

Auditor junior memiliki rasio yang lebih besar untuk mengalami tekanan

ketaatsan, sebab memiliki jabatan yang masih rendah dalam struktur organisasi

instansi. Sehingga secara tidak langsung segala perintah dan keinginan atasan

akan sebisa mungkin untuk dipenuhi, walupun nantinya akan melanggar standar

dan prinsip-prinsip profesional audit (Pektra dan Kurnia, 2015).

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan obedience pressure

merupakan kondisi yang dialami oleh auditor untuk mematuhi segalan perintah

dan keinginan atasan atau sesorang yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi

walaupun harus melanggar peraturan dan kode etik yang telah berlaku.

2.5 Kompetensi

Kompetensi merupakan segala aspek yang dimilik oleh setiap individu yang

dapat meningkatkan hasil kinerja yang maksimal dan berkualitas. Beberapa aspek

yang memengaruhi yaitu, sifat, sikap, pengetahuan, keterampilan, motif, dan

sistem nilai yang dimana kompetensi dapat mengarah pada tingkah laku

seseorang, dan tingkah laku sesorang akan berdampak pada kinerja yang

dihasikan (Kamus Kompetensi Loma,1998).


18

Menurut wibowo (2013:324), kompetensi adalah kemampuan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan yang bersumber dari keterampilan dan

pengetahuan individu dan sikap dalam bekerja yang telah ditentukan dari

pekerjaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan kompetensi merupakan bentuk

keterampilan, keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang unggul dan dimiliki

dalam diri seseorang profesioalisme yang bergelut dalam bidang tertentu

Kompetensi sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan

formal auditing dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi pekerjaan

yang sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan profesional yang

berkelanjutan (Arens dkk, 2011:42). Menurut SPAP, PSA No.04, 2001,

kompetensi terbagi dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan, pengalaman,

pendidikan dan pelatihan.

Menurut standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2011)

menyatakan keahlian dan pelatihan teknis yang cukup merupakan hal yang wajib

dimiliki oleh seorang auditor sehingga dapat melakukan audit, sedangkan standar

umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP,2011) menyatakan penggunaan

kemahiran profesional auditor secara cermat dan seksama merupakan hal yang

wajib dalam melaksanakan penugasan audit dan menyusun laporan pernyataan

audit.

Oleh sebab itu, keahlian dalam standar audit, proseedur dan praktik audit

sangat wajib dipahami dan dimiliki oleh seorang auditor. Jika seoarang auditor

internal melakukan penugasan untuk mengaudit segala aspek keuangan dalam

suatu entitas, maka wajib hukumnya untuk aditor memilki keahlian yang memadai
19

dan telah melakukan berbagai macam pelatihan dalam bidang akuntansi sektor

publik

Dreyfus (2000) memberikan gambaran perbedaan menjadi lima tahap proses

dalam mendapatkan keahlian, yaitu:

Tahap pertama disebut Novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap

kenyataan dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang tersedia.

Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang

baru lulus dari perguruan tinggi.

1. Tahap Novice, biasanya terjadi pada audit pemula, yang dimana merupakan

bentuk tahapan perkenalan terhadap kondisi riil dan menciptakan suatu

argumen yang berdasar pada aturan-aturan yang berlaku.

2. Tahap Advanced Beginner, dimana auditor pada tahap ini sangat berpegang

erat pada atura-aturan yang berlaku dan kemampuan untuk bertindak secara

rasional belum memadai dalam mengaudit.

3. Tahap Competence, auditor sudah wajib memiliki pengalaman yang memadai

dalam menghadapi situasi yang rumit dan tak terkendali. Dan tindakan yang

dipilih hanya yang terpikirkan saja belum inovatif dan kurang antusias

terhadap berbagai penerpan, pemilihan, dan prosedur audit.

4. Tahap Profiency, dimana semua hal yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan,

sehingga auditor mengandalkan pengalaman-pengalaman yang telah dikerjakan

sebelumnya. Disini auditor mulai memiliki pemikiran yang luas dan instuisi

akan analisis audit.


20

5. Tahap Expertise, dimana auditor sudah memiliki pemahaman yang matang

terhadap objek yang diperiksa. Sehingga dalam menyelesaikan akan mudah

mendaptkan solusi. Oleh karena itu tindakan dan sikap auditor di tahap ini

memiliki rasional yang luar biasa dan tidak hanya bergantung pada aturan-

aturan yang ada.

Dalam standar audit APIP menjelaskan bahwa wajib bagi seorang auditor

dalam mengaudit memilki kemampuan, pemahaman, keahlian dan pelatihan tekis

yang memadai. Jika auditor belum mampu untuk memnuhi standar audit APIP

maka auditor tersebut tidak layak untuk melakukan tugas audit. Sama halnya

dengan auadit internal pemerintah, setiap aparat pengawas internal harus memiliki

pengetahuan, skill, dan kompetensi yang didapat dari pelatihan pengembangan

pengawas profesional dalam segala hal yang menyangkut ruang lingkup dan

kegiatan pemerintahan.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam proses penugasa audit bukan hanya

melekat pada standar akuntansi dan auditing semata, melainkan harus memahami

secara rinci mengenai objek penelitian. Selain beberapa hal tersebut,

meningkatnya keahlian bisa digunakan sebagai indikator tingkat kompetensi

auditor.Dan kompetensi dicerminkan juga dengan pengakuan umum bahwa

auditor sudah memiliki kemampuan dan skill yang layak dalam mengaudit.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya

kompetensi merupakan unsur terpenting bagi auditor dalam melaksanakan

tugasnya baik itu dalam hal pemahaman objek, pengetahuan, pengalaman dan

pelatihan teknis yang secara umum telah diakui oleh lembaga atau pemerintah dan
21

layak maka akan melaksanakan tugas audit yang objektif dan berkualitas.

Penelitian ini meneliti bagaimana kompetensi dari sudut auditor melingkupi

pengetahuan keahlian khusus dan pengalaman yang auditor miliki.

2.6 Kompleksitas Tugas

Dalam melaksanakan tugas audit biasanya terdapat tugas yang rumit, dan

tidak komprehensif untuk diselesaikan. Auditor sering mengalami kendala tugas

yang menumpuk, kompleks, dan tidak terstruktur atau terkait satu sama lain.

Kompleksitas tugas memberikan pandangan berbeda dari setiap auditor dalam

sulitnya tugas audit yang dihadapi tergantung bagaimana auditor menyikapinya

ada yang berpendapat tugas itu sulit dan di sisi lain ada juga yang berpendpat

tugas itu mudah untuk diselesaikan.

Menurut Kahneman (2011:247), komplelsitas tugas ditandai dengan

sulitnya suatu tugas (dimana diperlukan pemahaman yang lebih lanjut atau proses

mental yang hebat) atau struktur tugas yang rumit ( keahlian khusus apa yang

wajib digunakan dalam menyelesaikannya).

Kompleksitas tugas dapat juga diartikan sebagai tugas yang begitu banyak

dan beerbagai macam sehingga membuat tugas tersebut menjadi rumit dan

membingunkan yang juga dikaitkan dengan minimnya pengetahuan dan

kemapuan yang dimiliki auditor akan semakin membuat tugas ini semakin rumit

untuk dikerjakan. Boynton, (2010 : 54) menyatakan kompleksitas tugas

merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami, ambigu dan terkait

satu sama lain.


22

Dalam pelaksanaan tugas audit yang kompleks, auditor sebagai anggota

pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran

yang tinggi. Menurut Boynton, (2010:54) menyatakan ada empat indikator

penyusunan dari komplesitas tugas, yaitu:

1. Tingkat sulitnya tugas, dimana tugas tersebut memiliki keberagaman informasi

yang kurang informatif.

2. Struktur tugas, berkaitan erat dengan keabsahan suatu informasi.

3. Terdapat informasi yang kurang relevan dengan kejadian yang sesungguhnya

4. Terdapat ambiguitas yang relatif tinggi dalam hal hasil pengauditan.

Jadi dapat disimpulkan kompleksitas tugas merupakan suatu kondisi

dimana tugas yang dikerjakan memiliki tingkatan yang rumit, tidak terstruktur,

dan informasi-informasi yang tidak relevan sehingga untuk menyelesaikannya

memerlukan keahlian khusus. Komplesitas tugas dalam hal ini juga diperlukan

pengujian lebih lanjut karena spekulasi menganggap tugas audit merupakan tugas

yang memiliki kompleksitas tinggi. Dimana jika kompleksitas tugas yang dialami

auditor tinggi maka akan memengaruhi terjadinya penurunan terhadap kualitas

audit.

2.7 Independensi

Independensi dapat diartikan sebagai sikap yang bebas dari pengaruh

siapapun dengan kata lain tidak ada yang bisa memengaruhi keputusan dan hasil

yang telah ditetapkan oleh auditor yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap

independent sangat penting dimiliki auditor dalam melaksanakan proses


23

pengauditan. Auditor yang bersikap indepnden dalam melakukan penugasan audit

akan terbebas dari usaha pihak manajerial dalam menentukan kegiatan auditor,

dapat bekerja sama dengan semua pihak dengan menghiraukan urusan pribadi

auditor (Wiraasuasti dkk, 2014).

Menurut Mulyadi (2014:26-27) independensi merupakan salah satu sikap

mental yang terbebas dari pengaruh siapapun, tidak dikendalikan oleh siapapun,

dan tidak bergantung pada siapapun. Dengan bersikap independen maka akan

muncul sikap kejujuran untuk selalu mengetahui dan memihak pada fakta dan

objektif dalam menilai dan berpendapat, oleh sebab itu independensi merupakan

unsur penting dalam bagian etika profesi audit. Arens dkk (2015:74) berpendapat

bahwa dalam melakukan uji audit, evaluasi hasil pengujian, dan pelaporan hasil

temuan audit, auditor wajib selalu menjaga independensinya .

Sehingga dapat disimpulkan independensi auditor merupakan bentuk dari

sikap yang terbebas dari pengaruh siapapun dan selalu mengesampingkan

kepentingan pribadi dan pihak manapun dalam melakukan dan menghasilkan

temuan audit. Sehingga hasil audit dapat dikatakan objektif dan berintegritas.

Menurut Mautz dan Sharaf menekankan tiga dimensi dari independensi

sebagai berikut (Tuanakota, 2011):

1. Programming independence merupakan kodisi dimana auditor terbebas dari

segala bentuk influence dan kendali dari pihak lain dalam mengambil langkah-

angkah prosedur audit yang digunakan auditor.


24

2. Investigative independence merupakan kondisi dimana auditor terbebas dalam

memilih lokasi, kegiatan, dan kebijakan manajerial yang akan digunakan dalam

memeriksa, sehingga dapat diartikan tidak ada data atau informasi yang

disembunyikan kepada auditor.

3. Reporting independence merupakan kondisi dimana hasil audit di sajikan

secara riil mealui opini audit yang diberikan.

Menurut Cohen (2011) independensi merupakan unsur terpenting untuk

memastikan apakah dalam melakukan proses pelaporan keuangan sudah memuhi

standar dan integritasnya. Auditor juga berkewajiban untuk menjaga

independensinya baik kepada instansi maupun atasan. Dan dalam mengaudit

auditor wajib mengambil keputusan yang selalu berpihak pada kepentingan

masyarakat.

Sikap independensi auditor sektor publik dalam melaksanakan tugas telah

diatut dalam SKPN yang terkandung dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan

RI No. 1 tahun 2007 menyatakan “dalam segala hal yang berkaitan dengan

pekerjaan pemeriksaaan, organisasi pemeriksa harus bebas dalam sikap mental

dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat

memengaruhi independensinya”.

Jadi, Independensi berarti suatu sikap dan kondisi mental yang terbebas

dari pengaruh, tidak memihak, dan tidak bergantung pada siapapun dalam proses

pelaksanaan sampai hasil pernyataan audit dikeluarkan. Independensi juga dapat

diartikan sebagai kejujuran auditor dalam mengaudit dan selalu berdasar pada

standar dan kode etik audit.


25

2.8 Kualitas Audit Internal

Pekerjaan auditor pada dasarnya selalu terkait dengan bagaimana kualitas

jasa yang dihasilkan. Kualitas audit merupakan indicator dalam memberikan suatu

kepercayaan kepada pihak yang diaudit bahwa dalam melaksanakan tugasnya

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya baik di depan klien, publik, dan kode

etik profesi.

Kualitas audit dimulai dari auditor melakukan perencanaan terlebih dahulu

sebelum melaksanakan pemeriksaan dan menggunakan keahlian serta kecermatan

dalam menjalankan profesinya (Indra Bastian, 2014:186). Sementara menurut

Arens, dkk (2015:103) kualitas audit adalah bagaimana cara memberitahu seorang

audit mendeteksi salah saji material laporan dalam laporan keuangan, aspek

deteksi adalah cerminan dari kompetensi auditor, sedangkan pelaporan adalah

cerminan dari integritas auditor, khususnya independesi auditor.

Kualitas audit dalam penelitian ini berfokus kepada bagaimana proses

dalam melaksanakan auditnya. Pelaksanaan audit ialah suatu kegiatan yang

berperan penting dalam suatu proses pengawasan da pengendalian internal. Dalam

pelaksanaan audit seorang audit bisa menilai bagaimana kinerja manajemennya

sudah baik atau tidak serta mengetahui semua kondisi temuan di tempat

melakukan audit.

Sehingga jika dalam proses pelaksaannya sudah berkualitas maka dapat

dengan cepat dapat mengetahui berbagai hasil temuan yang memiliki unsur

pelanggaran dan menyimpang dari ketentuannya yang dapat menggangu

kestabilan suatu instansi pemerintahan, serta auditor lebih cepat untuk melakukan
26

tindakan prevektif dan korektif atas temuan tersebut dengan reviu-reviu yang

diberikan. Jadi kualitas audit sebaiknya sudah dibangun dari awal proses

pelaksanaan hingga menghasilkan pernyataan audit dan rekomendasi.

Pandangan terhadap kualitas audit bergantung pada bagimana pandangan

pengguna, auditor, regulator, masyarakat, dan semua yang terlibat dalam proses

pelaporan keuangan dan memiliki urusan yang berbeda terhadap kualitas audit,

sehinnga akan menghasilkan berbagai macam indikator untuk menilai kualitas

audit (Knechel dkk, 2012). Kuaitas audit menurut pengguna laporan keuangan

menekankan pada tingkat salah saji material pada laporan keuangan, sedangkan

menurut auditor menekankan pada tingkat kesesuaian penerapan standar dan kode

etik profesional auditor dalam menemukan berbagai resiko penyimpangan

sehingga dapat memberi kontribusi kelangsungan yang baik pada instansi yang

diperiksa dan menjaga nama baik auditor.

Berdasarkan standar audit intern pemerintah dalam rangka menghasilkan

audit yang berkualitas maka memerlukan penilaian mutu yang sesuai dengan

jabatan dan pangkat para aparat pengawas internal pemerintah (APIP). Standar

audit merupakan kriteria atau persayaratan dalam melaksanakan proses audit yang

wajib ditaati dan digunakan oleh kalangan APIP. Jadi dapat dikatakan kualitas

audit merupakan hasil dari penerapan standar-standar audit intern pemeritah yang

berlaku di Indoensia. Standar yang digunakan APIP berlandaskan pada Peraturan

Menteri Pendayahunaan Aparatur Negara Nomor. 05/M.PAN/03/2008 tentang

standar audit:
27

1. Standar umum: mengatur sgala keahlian, independensi, objektivitas, dan

kecermatan terhadap profesional dan kepatuhan terhadap kode etik.

2. Standar pelaksana tugas: mengatur tentang segala perencanaan, supervisi,

pengumpulan dan pengujian bukti, pengembangan temuan dan dokumentasi.

3. Standar pelaporan: mencakup tentang segala kewajiban dalam membuat

laporan, cara dan saat pelaporan, bentuk dan isi laporan, kualitas laporan

tanggapan audit penertiban dan pendistribusian laporan.

4. Standar tindak lanjut: mencakup tentang segala komunikasi dengan audit,

prosedur pemantauan, status temuan, dan kepatuhan terhadap peraturan

undang-undang.

Berdasarkan penjelasan tesebut, maka dapat disimpulkan kualitas audit

internal sangat berkaitan erat dengan segala standar dan peraturan yang berlaku

dalam hal ini standar aparat intern pemerintah Indonesia. Sehingga laporan hasil

audit yang diberikan berkualitas dan dapat menemukan berbagai macam

penyimpangan dan kesalahan yang terjadi pada suatu instanasi pemerintahan.

2.9 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh

obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas, dan independensi terhadap

kualitas audit internal:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Wahyuni (2013) yang berjudul

“Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas

Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada BPK RI

Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan)”. Hasil dari penelitian ini adalah


28

variabel kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan

variabel independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas audit. Secara simultan variabel independen, kompetensi,

profesionalisme dan sensitivitas etika profesi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit.

2. Penelitian yang dilakukan M. Turangan, dkk (2016) dengan judul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Inspektorat Provinsi

Sulawesi Utara”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti secara

parsial hubungan antara kompetensi, pengalaman, independensi,

objektivitas, integritas, dan motivasi auditor terhadap kualitas audit dengan

objek penelitian yaitu Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa integritas, objektivitas, dan motivasi berpengaruh

positif terhadap kualitas audit internal. Sedangkan kompetensi, pengalaman,

independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit internal.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mustakim (2017) dengan judul “Pengaruh

Obedience Pressure, Kompleksitas Tugas Dan Independensi Terhadap

Kualitas Audit Internal Dengan Integritas Sebagai Variabel Moderating

(Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Jeneponto)”. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit internal, sedangkan obedience pressure

dan kompleksitas tugas berpengaruh negatif dan siginfikan terhadap kualitas

audit internal. Dan variabel moderating dengan pendekatan selisih nilai


29

mutlak menunjukkan bahwa integritas dapat memoderasi obedience

pressure dan independensi terhadap kualitas audit internal. Namun tidak

mampu memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kualitas audit

internal.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Umaroh (2019) yang berjudul “

Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas Dan Independensi

Terhadap Kualitas Audit Pada Inspektorat Kabupaten Bojonegoro”. Hasil

penelitian ini menjelaskan bahwa tekanan ketaatan dan independensi tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kabupaten

Bojonegoro. Sedangkan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kualitas

audit pada Inspektorat Kabupaten Bojonegoro.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmanullah,dkk (2020) dengan judul

“Pengaruh Stres Kerja, Kompetensi, Independensi Dan Profesionalisme

Terhadap Kualitas Audit Pada Inspektorat Provinsi Banten”. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit di

Inspektorat Provinsi Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh stres kerja terhadap kualitas audit, pengaruh kompetensi terhadap

kualitas audit, pengaruh independensi terhadap kualitas audit, dan

pengaruhnya profesionalisme pada kualitas audit. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: Stres kerja berpengaruh terhadap kualitas audit,

Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, Independensi berpengaruh

terhadap kualitas audit, dan Profesionalisme berpengaruh terhadap audit

kualitas.
30

2.10 Kerangka Pemikiran

Untuk memenuhi tuntutan terwujudnya good govenace, maka dibutuhkan

pemeriksaan yang berkesinambungan oleh para aparat pengawas intern

pemerintah untuk memastikan bagaimana hasil kinerja setiap instanasi pemerintah

apakah sudah sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku. Penelitian ini

bertujuan uuntuk mengetahui pengaruh obedience pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas, dan independensi terhadapa kualitas audit internal. Dalam hal

ini semua variabel dalam penelitian dinyatakan berpengaruh terhadap kualitas

audit internal.

obedience pressure merupakan kondisi yang dialami oleh auditor untuk

mematuhi segalan perintah dan keinginan atasan atau sesorang yang mempunyai

kekuasaan yang lebih tinggi walaupun harus melanggar peraturan dan kode etik

yang telah berlaku. Kompetensi merupakan unsur terpenting bagi auditor dalam

melaksanakan tugasnya baik itu dalam hal pemahaman objek, pengetahuan,

pengalaman dan pelatihan teknis yang secara umum telah diakui oleh lembaga

atau pemerintah dan layak maka akan melaksanakan tugas audit yang objektif

dan berkualitas. Kompleksitas tugas merupakan suatu kondisi dimana tugas yang

dikerjakan memiliki tingkatan yang rumit, tidak terstruktur, dan informasi-

informasi yang tidak relevan sehingga untuk menyelesaikannya memerlukan

keahlian khusus. Independensi berarti suatu sikap dan kondisi mental yang

terbebas dari pengaruh, tidak memihak, dan tidak bergantung pada siapapun

dalam proses pelaksanaan sampai hasil pernyataan audit dikeluarkan. Jadi dapat
31

disimpulkan obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas, dan

independensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit internal.

Berdasarkan uraian latar belakang, tinjauan pusataka, dan beberapa teori

yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang

dikembangkan pada penelitian ini seperti yang ada di gambar bawah ini yang

dapat menjelaskan pengaruh obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas,

dan independensi terhadap kualitas audit internal.

Obedience Pressure (X1)


H1

Kompetensi H2
Kualitas Aduit Internal
(X2)
H5 (Y)
Kompleksitas Tugas
(X3) H3

H4
Independensi
(X4)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.11 Hipotesis

Berdasarkan penjabaran teoritis, hasil-hasil penelitian terdahulu, serta

kerangka pemikiran teoritis tentang obedience pressure, kompetensi, kompleksitas

tugas, dan independensi terhadap kualitas audit internal yang dilakukan oleh

auditor internal, maka dikembangkan hipotesis dengan pnjelasan sebagai berikut.


32

2.11.1 Pengaruh Obedience Pressure terhadap Kualitas Audit Internal

Teori resilience menjelaskan bahwa individu yang mengalami suatu tekanan

dari orang lain, pekerjaan atau kehidupan mampu untuk menghadapi dan

mengatasi tekanan tersebut , dengan menunjukkan kemampuan baru yang

membuat individu dapat menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, penggunaan

teori ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa seorang auditor bisa untuk

menghadapi berbagai macam tekanan yang dialami baik yang berasal dari atasan

maupun instansi lain yang berisiko untuk melanggar peraturan dan kode etik yang

telah berlaku.

Pengaruh obedience pressure terhadap kualitas audit internal juga didukung

oleh teori atribusi. Pada teori ini menjelaskan tentang adanya faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak yaitu faktor internal dan

eksternal. Pada penelitian ini, obedience pressure merupakan faktor eksternal

yang dapat mempengaruhi kualitas audit internal.

Bagi seorang auditor internal wajib untuk bisa menghadapi dan mengatasi

tekanan yang disebabkan dari atasan maupun instansi lain. Obedience pressure

dapat diartikan sebagai unsur tekanan dan paksaan yang dialami oleh auditor

junior yang berasal dari atasan atau yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi

serta pihak instansi yang di audit untuk mematuhi segala perintah dan

keinginannya walapun dapat menyimpang dari standar dan kode etik profesional

auditor.

Obedience pressure memiliki pengaruh terhadap kualitas audit internal yang

dihasilkan oleh auditor. Hal ini didukung dengan berbagai penelitian yang
33

dilakukan sebelumnya yaitu oleh yendrawati dan dheane (2015) dan mustakim

(2017) yang menyatakan obedience pressure berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kualitaas audit internal. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan

terjadinya peningkatan suatu kualitas audit internal diakibatkan karena rendahnya

obedience pressure (tekanan ketaatan) yang dialami auditor. Berdasarkan uraian

tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut:

H1: Diduga obedience pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas

audit internal.

2.11.2 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Internal

Perilaku setiap individu menurut teori atribusi bisa dipengaruhi dengan

faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini teori atribusi dikaitkan

untuk mendeskripsikan bagaiman pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit

internal. Dimana kompetensi merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi kualitas audit internal.

Bagi auditor internal untuk melaksanakan tugasnya, diwajibkan untuk

mempunyai kompetensi yang baik, memiliki pengalaman, mengikuti berbagai

pelatihan di bidang audit, kecermatan dan segala macam ilmu yang menyangkut

penugasan mengaudit. Sudah menjadi kewajiban bagi auditor untuk mempunyai

kompetensi, baik itu yang didapatkan dari proses pendidikan, pengalaman dan

pelatihan profesional yang berguna untuk menjalankan tugas pengauditan (Arens

dkk, 2011:42).

Kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit internal yang

dihasilkan auditor. Jika terjadi peningktan pada kompetensi auditor, maka akan
34

mempengaruhi peningkatan kualitas audit internal. Hal ini didukung dengan

berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu oleh Rizki Wahyuni (2013)

dan Rohmanullah,dkk (2020), yang menyatakan kompetensi memiliki pengaruh

positif terhadap kualitas aduit internal. Hal ini menindikasikan bahwa kualitas

audit akan meningkat apabila kompetensi yang dimiliki auditor juga meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut:

H2 : Diduga kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas

audit internal

2.11.3 Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit Internal

Perilaku setiap individu menurut teori atribusi bisa dipengaruhi dengan

faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini teori atribusi dikaitkan

untuk mendeskripsikan bagaiman pengaruh kompleksitas tugas terhadap kualitas

audit internal. Dimana kompleksitas tugas merupakan salah satu faktor eksternal

yang mempengaruhi kualitas audit internal.

Untuk menjalankan tugas auditnya auditor biasanya mengalami kendala

untuk menyelesaikan pekerjaannya. Boynton, (2010:54) menjelaskan

kompleksitas tugas memiliki keterkaitan dengan tugas yang tidak terstruktur, tidak

mudah dipahami, ambigu dan tidak berkaitan.

Seorang auditor internal dalam melaksanakan tugasnya dapat mengalami

kesulitan dalam melakukan audit. Boynton, (2010 : 54) menyatakan kompleksitas

tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami, ambigu dan

terkait satu sama lain. Kompleksitas tugas mempunyai makna tugas yang rumit
35

maksudnya terdapat informasi yang begitu banyak dan tidak relevan, dan struktur

tugas maksudnya kejelasan dan keabsahan suatu informasi.

Kompleksitas tugas memiliki pengaruh terhadap kualitas audit internal. Jika

dalam melaksanakan proses audit kompleksitas tugas mengalami kenaikan maka

akan mempengaruhi terjadinya penurunan kualitas audit internal, karena auditor

merasa bingung sehingga membuat sisi keakuratan hasil audit menjadi tidak

maksimal. Namun sebaliknya jika kompleksitas tugas yang dialami auditor rendah

maka akan menghasilkan kualitas audit internal yang tinggi karena komponen

tugasnya sesaui denga ketentuan dan prosedur yang berlaku sehingga auditor lebih

mudah untuk menyelesaikannya dengan hasil yang maksimal. Hal ini didukung

dengan berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu oleh Bambang

(2016) dan Mustakim (2017) yang menyatakan bahwa kompleksitas tugas

berpengaruh negatif terhadap kualitas audit internal. Berdasarkan uraian tersebut,

maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut:

H3: Diduga kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kualitas

audit internal.

2.11.4 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Internal

Theory of attitudes and behavior (teori sikap dan perilaku), teori ini

menyatakan bahwa setiap perilaku individu disebabkan oleh sikapnya sendiri.

Dimana penggunaan teori ini untuk menjelaskan bahwa bagi seorang auditor

wajib untuk bersikap independen dalam menjalankan pekerajaannya. Hal ini

berarti auditor untuk melaksanakan tugasnya audior tidak diperkenankan untuk

mengikuti pengaruh dan keinginan yang sepihak dan menyimpang dari standar
36

dan kode etik profesional auuditor dan tidak bergantung pada siapapun dalam

proses pelaksanaan sampai hasil pernyataan audit dikeluarkan.

Pengaruh independensi terhadap kualitas audit juga didukung dengan teori

atribusi. Dalam penelitian ini teori atribusi dikaitkan untuk mendeskripsikan

bagaiman pengaruh independensi terhadap kualitas audit internal. Dimana

independensi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kualitas

audit internal.

Seaorang auditor internal wajib memiliki sikap dan kondisi mental yang

terbebas dari pengaruh, tidak memihak, dan tidak bergantung pada siapapun

dalam proses pelaksanaan sampai hasil pernyataan audit dikeluarkan. Sehingga

penryataan atau opini yang dikeluarkan atas pemeriksaan laporan dan kinerja

keuangan pada instansi yang diperiksa bersifat capable.

Jadi untuk mendapatkan hasil audit yang berkualitas diperlukan suatu sikap

yang independen yang dimiliki oleh auditor. Terjadinya peningkatan kualitas audit

internal disebabkan karena adanya sikap independensi yang tinggi. Hal ini

didukung dengan berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu oleh

Mustakim (2017) dan rohmanullah (2020) yang menyatakan bahwa indepndensi

berpengaruh posutif terhadap kualitas audit internal. Berdasarkan uraian tersebut,

maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut:

H4: Diduga independensi berpengaruh positif terhadap kualitas aduit

internal.
37

2.11.5 Pengaruh obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan

independensi terhadap kualitas audit internal

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu maka dapat disumpulkan

bahwa kualitas audit internal dipengaruhi oleh obedience pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas dan independensi. obedience pressure merupakan kondisi

yang dialami oleh auditor untuk mematuhi segalan perintah dan keinginan atasan

atau sesorang yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi walaupun harus

melanggar peraturan dan kode etik yang telah berlaku. Kompetensi merupakan

unsur terpenting bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya baik itu dalam hal

pemahaman objek, pengetahuan, pengalaman dan pelatihan teknis yang secara

umum telah diakui oleh lembaga atau pemerintah dan layak maka akan

melaksanakan tugas audit yang objektif dan berkualitas. Kompleksitas tugas

merupakan suatu kondisi dimana tugas yang dikerjakan memiliki tingkatan yang

rumit, tidak terstruktur, dan informasi-informasi yang tidak relevan sehingga

untuk menyelesaikannya memerlukan keahlian dan kemampuan khusus. Serta

Independensi berarti suatu sikap dan kondisi mental yang terbebas dari pengaruh,

tidak memihak, dan tidak bergantung pada siapapun dalam proses pelaksanaan

sampai hasil pernyataan audit dikeluarkan. Independensi juga dapat diartikan

sebagai kejujuran auditor dalam mengaudit dan selalu berdasar pada standar dan

kode etik audit. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan

sebagai berikut:
38

H5 : Diduga obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan

independensi secara simultan berpengaruh positif terhadap

kualitas audit internal.


38

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kantor Inspektorat Kota Makassar yang

berlokasi di Jl. Teduh Bersinar No.7, Gunung Sari, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini

adalah sebulan, yaitu dari Desember 2020 – Januari 2021.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk bisa

mendapatkan data yang akurat dan relevan terhadap masalah yang diteliti. Jadi

metode yang digunakan adalah metode angket, dimana dalam memperoleh data

penelitian peneliti membagikan pernyatann (kuesioner) kepada para responden

dalam hal ini auditor pada Kantor Inspektorat Kota Makassar. Kuesioner terbagi

dalam dua bagian, bagian pertama berisi beberapa pertanyaa tentang profil diri

responden dan bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang dapat memberikan

informasi mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel obedience pressure,

kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi terhadap kualitas audit internal.

Kuesioner yang sudah dijawab oleh responden akan dipilih dan diperiksa

rterlebih dahulu agar mendapatkan hasil yang akurat nantinya. Pengukura

variabel-variabel memakai bentuk instrumen pertanyaan tertutup. Dan instrumen

diukur menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala interval yang

menerapkan lima pilihan yaitu:


39

Tabel 3.1
Skor Skala Likert
No Sikap responden skor
1 Sangat tidak setuju 1
2 Tidak setuju 2
3 netral 3
4 setuju 4
5 Sangat setuju 5
Sumber: Amir, 2015

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:80) popolasi adalah kawasan generalisasi yang

terdiri dari subjek dan objek yang menjadi jumlah dan karakteristik tertenu

sehingga dapat diterapkan peniliti untuk dipahami dan disimpulkan. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh auditor yang bertugas di kantor inspektorat kota

makassar yang berjumlah 38 orang auditor.

Menurut Sugiyono (2017:81) mendefinisikan sampel merupakan bagian dari

jumlah dan karakteristik pada populasi tersebut. Secara umum, minimal jumlah

sampel yang berlaku dan dianjurkan untuk suatu studi penelitian berjumlah 30

subyek per grup (Kuncoro, 2013). Adapun metode penggunaan sampel di

penelitian ini adalah metode sampling jenuh atau kata lainnya metode sensus.

Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang mengambil seluruh

jumlah populasi, dikarenakan jumlah poulasinya sudah sedikit atau kurang dari

30, dan jika ingin memperkecil suatu kesalahan (Sugiyono , 2017:85)


40

Berdasarkan uraian diatas, maka sampel di penelitian ini adalah seluruh

jumlah populasi yang digunakan, yaitu seluruh jumlah auditor yang bertugas di

Kantor Inspektorat Kota Makassar.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dari sumber data primer.

Menurut Sugiyono (2017) yang dimaksud data primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah daftar pernyataan (kuesioner) yang akan diisi oleh auditor

yang bekerja di kantor inspektorat kota makassar. Data yang diperoleh langsung

diharapkan benar-benarmencerminkan keadaan yang terjadi di tempat

pengambilan sampel. Data primer dalam penelitian ini berupa data penilaian

responden terhadap obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan

independensi terhadap kualitas aduit. Data primer tersebut bersumber dari auditor

Inspektorat Kota Makassar melalui kuesioner. Pemberian kuesioner dilakukan

dengan membawa langsung kepada responden.

3.5 Metode Analisis Data

Penggunaan analasis data yang digunakan bertujuan untuk menjabarkan

secara rinci dan sederhana data supaya bisa mudah di analisis dan di deskripsikan

dengan menggunakan pengolahan berupa rumus dan ketentun-ketentuan yang

berlaku dan sesuai dengan lingkup penelitian. Metode analisis data yang

digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis

statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan

menggunakan program IBM SPSS 20 for windows.


41

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda. Analsisis ini bertujuan untuk memproyeksikan nilai dari

variabel dependen jika niali variabel independent mengalami kenaikan atau

penurunan serta untuk mengetahui posisi dan arah hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependen apakah dari masing-masing variabel

independen memiliki hubungan yang positif atau negatif (Priyatno, 2010:61).

Persamaan dari regresi linier berganda bisa dilihat dari rumus dibawah ini:

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e

Keterangan:

Y = kualitas audit internal X2 = variabel kompetensi

α = konstanta X3 = variabel kompleksitas tugas

β = koefisien regresi X4= variabel independensi

X1 = variabel obedience pressure e = error term

3.5.2 Statistik deskriptif

Analasis statistik deskriptif digunakan untuk bisa memberikan analisis dan

gambaran pada variabel yang diteliti dengan cara menjabarkan atau

mendeskripsikan data yang sesuai dan spesifik tanpa bertujuan menbuat suatu

kesimpulan yang berlaku umum. Dimana pada uji ini menghasilkan nilai rata-rata,

nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai standar deviasi dari input data

penelitian yang berupa profil responden dan deskripsi setiap pernyataan

kuesioner.
42

Data tersebut antara lain: nama, umur, jenis kelaaamin, pendidikan terakhir,

jabatan fungsional, dan masa kerja.

3.5.3 Uji Kualitas Data

Keakuratan pengukuran dan pengujian suatu kuesioner atau hipotesis

sangat erat kaitannya dengan kualitas data yang digunakan dalam pebgujian

tersebut. Data penelitian tidak diterima jika instrumen yang dipakai untuk

pengumpulan data tidak mempunyai tingkat keabsahan (validity) dan tingkat

keandalan (reability) yang sesuai ketentuan yang berlaku. Oleh sebab itu langkah

awal dalam penelitian ini adalah menguji keabsahan dan keandalan dari hasil

kuesioner yang diterima.

3.5.3.1 Uji validitas

Pada uji validitas mengukur seberapa besar ketepatan atau kecermatan

suatu instrumen penelitian. Uji validitas diperuntukkan untuk menguji kualitas

kuesioner yang dipakai sehingga bisa dinilai apakah valid atau tidak valid.

Kuesioner dapat dikatakan valid jika pernyataan-pernyataan di kuesioner bisa

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,

2013:52). Kriteria penilaian dan pengujian validitas adalah sebagai berikut:

1. Jika r hitung positif dan lebih besar daripada r tabel maka butir pernyataan

tersebut adalah valid.

2. Jika r hitung negatif dan lebih kecil daripada r tabel maka butir pernyataan

tersebut adalah tidak valid.


43

3.5.3.2 Uji Realibitas

Pada uji reabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner penelitian

yang sangat erat kaitannya dengan indikator dari suatu variabel. Jika hasil

jawaban dari kuesioner konsisten atau stabil dari awal sampai akhir maka

kuesioner itu bisa dikatakan reliabel (Ghozali, 2013:47).

Metode pengujian realiabilitas yang dipakai adalah one shot atau biasa

disebut pengukuran tunggal artinya hanya satu kali digunakan dan selanjutnya

hasil yang diperoleh dibandingkan dengan pernyataan lain bisa juga dikatakan

mengukur korelasi antara setiap jawaban pernyataan. Adapun krieteria pengujian

menggunakan Cronbach Alpha (α), dimana suatu variabel disebut reliable jika

menghasilkan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar daripada 0,6.

3.5.4 Uji Asumsi Klasik

Setelah melakukan uji kualitas data selanjutnya menguji asumsi-asumsi

yang dibutuhkan untuk tahapan analisis linier berganda sudah terpenuhi. Uji

asumsi klasik teerdiri dari: uji normalitas, uji lineritas, uji multikolinieritas, dan

uji heroskedatisitas.

3.5.4.1 Uji Normalitas

Pada uji normalitas dapat mengungkapkan variabel dependen dan

independen apakah masing-masing variabel tersebut terdistribusi secara normal

atau tidak normal dalam model regresi linier. Dalam penelitian ini metode yang

digunakan untuk menguji normalitas residual adalah menganalisis grafik

histogramnya dimana grafik terssebut membandingkan antara data observasi

dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Dan untuk menguji


44

normalitas juga bisa menggunakan pengujian normal probability plot, dimana

cara mengujinya dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan

grafik. Apabila data tersebar disekitaran garis diagonal dan mengikuti arah

diagonalnya maka model regresi bisa dikatakan memenuhi asumsi normalitas,

begitupun sebaliknya jika data menyebar secara jauh dari diagonal atau grafik

histogram maka model regresi dapat dikatakanmodel regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas (Ghozali, 2013:163). Untuk menguji asumsi normalitas dengan

lebih spesifik melalui angka dan nilai signifikanasi maka dapat digunakan uji one

sample kolmogorov-smirnov dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika hasil signifikansi uji kolmogorov-smirnov lebih besar dari 0,05 maka

menunjukkan pola yang terdistribusi normal, sehingga model regresi dapat

memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika hasil signifikansi uji kolmogorov-smirnov lebih kecil dari 0,05 maka

menunjukkan pola yang tidak terdistribusi normal, sehingga model regresi

tidak dapat memenuhi asumsi normalitas.

3.5.4.2 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan yang linier atau tidak

secara signifikan antara variabel dependen dan independen. Uji linearitas biasanya

digunakan sebagai prasyarat dalam analsisis korelasi atau regresi linier. Untuk

mendapatkan hasil uji linearitas dapat menggunakan uji test for linearity dengan

ketentuan jika hasil signifikasni lebih besar dari 0,05 maka data linear namun

sebaliknya jika hasil signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tidak linear

(Ghozali, 2013:166).
45

3.5.4.3 Uji Multikolinearitas

Pada uji multikolinieritas berperan untuk menganalisis adanya korelasi

antar vaiabel independen pada model regresi. Korelasi antar variabel independen

tersebut tidak boleh terjadi sehingga bisa memperoleh model regresi yang baik

(Ghozali 2013:105). Kalau variabel independen saling terjadi korelasi berarti

variabel-variabel tidak bersifat ortogonal. Terdapat cara paling efektif dalam

mengetahui apakah model regresi yang digunakan terjadi multikolinearitas atau

tidak yaitu dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor)

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika hasil nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10, bisa

dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

2. Jika hasil nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 dan VIF lebih besar dari 10, bisa

dikatakan terjadi multikolinearitas.

3.5.4.4 Uji Heteroskedastisitas

Pada uji heteroskedastisitas berperan untuk menguji apakah model regresi

terjadi perbedaan variance dari nilai residual satu pengamatan kepengamatan yang

lain. Apabila penilaian variance dari residualnya tetap, maka dikatakan

homoskedatisitas. Sedangkan jika penilaian variance dari residualnya berbeda

maka dikatakan heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik

apabila tidak terjadi heteroskedastisitas, untuk mengetahui apakah terjadi

gangguan heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai variabel

terikat (ZPRED) dan residualnya (SRESID). Pendeteksian untuk melihat terdapat


46

pada ada tidaknya suatu pola tertentu pada grafik scatterpolot, adapun cara

menganalisisnya adalah sebagai berikut:

1. Apabila pada grafik terdapat pola tertentu, yaitu titik yang tersebar membentuk

suatu pola tertentu yang teratur seperti bergelombang dan melebar kemuadian

menyempit, maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Apabila pada grafik tidak terdapat pola yang jelas, seperti titik- titik tersebar

diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.5.5 Uji Hipotesis

Pada uji hipotesis akan menggunakan analisis regresi linear yang

digunakan untuk mengetahui seberapa besar obedience pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas dan independensi berpengaruh baik secara parsial dan

simultan terhadap kualitas audit internal. Dimana untuk mengujinya

menggunakan uji koefisien determinasi (R2), uji regresi secara simultan (uji

statistik F), dan uji secara parsial (uji statistik t).

3.5.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pada pengujian koefisien determinasi berperan untuk menganalisis dan

mengukur seberapa besar pengaruh model dalam menjabarkan variasi variabel

dependen. Diman nilai koefisien determinasi disekitaran angka nol dan satu. Jika

hasil R2 mendekati angka 1 berarti variabel independen bisa mempengaruhi

hampir semua aspek yang dapat memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika

hasil R2 menjauhi angka 0 hingga minus berarti variabel indepen memiliki

pengaruh yang kecil dalam mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).


47

3.5.5.2 Uji Regresi Simultan (Uji statistic F)

Pada uji F berperan untuk mengetahui apakah variabel dependen memiliki

pengaruh secara bersam-sama terhadap variabel independen. Untuk mengetahui

hal itu maka dapat diuji dengan ketentuan:

1. Melakukan perbandingan antara hasil nilai F hitung dengan nilai F tabel.

Apabila F hitungnya lebih besar dari F tabel maka dapat dikatakan variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Berlaku

juga sebaliknya jika hasil nilai F hitungnya lebih kecil dari F tabel maka dapat

dikatakan variabel independen tidak secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen.

2. Melakukan analisisis probabilities values dengan ketentuan α = 0,05: Jika

probabilitas > 0,05, maka hipotesis ditolak, dan Jika probabilitas < 0,05, maka

hipotesis diterima.

3.5.5.3 Uji Regresi Secara Parsial (Uji statistic t)

Pada uji t berperan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara tiap-tiap

variabel independen terhadap variabel dependen. Dimana dalam melakukan uji ini

harus melihat masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap

variabel dependen agar dapat diketahui seberapa besar pengaruhnya. Adapun

persayaratan dan kriteria untuk mengetahui hipotesi diterima atau ditolak, yaitu:

1. Melakukan perbadingan antara niali t hitung dan t tabel. Jika t hitung >t tabel

bisa dikatakan hipotesis diterima. Maksudnya terdapat pengaruh individu yang

signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Namun jika t

hitung < t tabel bisa dikatakan hipotesis ditolak. Maksudnya tidak terdapat
48

pengaruh individu yang signifikan variabel independen terhadap variabel

dependen.

2. Melakukan analisisis probabilities values dengan ketentuan α = 0,05: Jika

probabilitas > 0,05, maka hipotesis ditolak, dan Jika probabilitas < 0,05, maka

hipotesis diterima.

3.6 Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu, obedience

pressure (X1), kompetensi (X2), kompleksitas tugas (X3), dan independensi (X4),

dan untuk variabel dependennya yaitu, kualitas audit internal (Y). Untuk

penjelasan definisi operasional akan dijelaskan di bawah ini.

3.6.1 Obedience Pressure (X1)

Obedience Pressure merupakan kondisi yang dialami oleh auditor untuk

mematuhi segalan perintah dan keinginan atasan atau sesorang yang mempunyai

kekuasaan yang lebih tinggi walaupun harus melanggar peraturan dan kode etik

yang telah berlaku. Variabel Obedience Pressure terdiri dari beberapa indikator

yang diadaptasi dari penelitian Mustakim (2017) dan telah dimodifikasi,yaitu:

adanya tekanan untuk menaatai perintah atasan, terpaksa menuruti perintah dari

atasan atau instansi, menentang perintah atasan.

3.6.2 Kompetensi (X2)

kompetensi merupakan unsur terpenting bagi auditor dalam melaksanakan

tugasnya baik itu dalam hal pemahaman objek, pengetahuan, pengalaman dan

pelatihan teknis yang secara umum telah diakui oleh lembaga atau pemerintah dan

layak maka akan melaksanakan tugas audit yang objektif dan berkualitas.
49

Kompetensi bagi auditor memiliki peranan penting untuk mempertahankan

kualitas profesionalnya sehingga membutuhkan dukungan dari pengalaman yg

sudah dialami sehingga bisa menjadi tambahan ilmu untuk menyelesaikan

persoalan. Variabel kompetensi auditor terdiri atas beberapa indikator yang

diadopsi dari penelitian Wijayanto (2017) yang telah dimodifikasi, yaitu:

Keahlian, pengetahuan, pengalaman, objektif, keterampilan prosedural, efektif

dan efisien.

3.6.3 Kompleksitas Tugas (X3)

Kompleksitas tugas merupakan suatu kondisi dimana tugas yang

dikerjakan memiliki tingkatan yang rumit, tidak terstruktur, dan informasi-

informasi yang tidak relevan sehingga untuk menyelesaikannya memerlukan

kapabalitas dan keahlian khusus. Kompleksitas tugas memberikan pandangan

yang berbeda dari setiap auditor dalam sulitnya tugas audit yang dihadapi

tergantung bagaimana auditor menyikapinya ada yang berpendapat tugas itu sulit

dan di sisi lain ada juga yang berpendpat tugas itu mudah untuk diselesaikan.

Variabel kompleksitas tugas terdiri atas beberapa indikator yang yang diadopsi

dari penelitian Mustakim (2017) yang telah dimodifikasi, yaitu: banyaknya tugas,

tugas sulit untuk diselesaikan, dan kompetensi yang tidak memadai.

3.6.4 Independensi (X4)

Independensi berarti suatu sikap dan kondisi mental yang terbebas dari

pengaruh, tidak memihak, dan tidak bergantung pada siapapun dalam proses

pelaksanaan sampai hasil pernyataan audit dikeluarkan. Sikap independensi


50

biasanya sangat sulit untuk dipertahankan oleh auditor sebab selain harus bekerja

dengan profesional.
50

Auditor juga memiliki keterikatan dengan atasannya atau dalam hal ini

hirarki atau jabatan dalam struktur organisai. Oleh karena itu, atasan dan pihak

yang terkait harus memberikan kepercayaan, dan kebebasan pada auditor untuk

melaksanakan tugasnya sehingga hasil pemeriksaannya memiliki integritas dan

objektivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Variabel independensi

terdiri atas beberapa indikator yang diadopsi dari penelitian Wijayanto (2017)

yang telah dimodifikasi, yaitu: tidak gampang dipengaruhi, melaksanakan

pekerjaan untuk kepentingan umum, tidak berpihak pada siapapun,

mempertahankan kebebasan pendapatnya, dan selalu jujur kepada siapupun.

3.6.5 Kualitas Audit Internal (Y)

kualitas audit internal sangat berkaitan erat dengan segala standar dan

peraturan yang berlaku dalam hal ini standar aparat intern pemerintah Indonesia.

Sehingga laporan hasil audit yang diberikan berkualitas dan dapat

mengungkapkan berbagai macam penyimpangan dan kesalahan yang terjadi baik

pengendalian intern maupun peraturan perundang-undangan pada suatu instanasi

pemerintahan. Variabel kualitas audit internal terdiri atas beberapa indikator

yang diadopsi dari penelitian Wijayanto (2017) yang telah dimodifikasi, yaitu:

kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit, kualitas laporan hasil pemeriksaan,

sikap skeptisme, manfaat audit , dan tindak lanjut hasil audit.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Inspektorat Kota Makassar

Kantor Inspektorat Kota Makassar merupakan suatu badan instansi

pemerintahan yang bertujuan untuk melakukan pengawasasn pelaksanaan

kegiatan pemerintahan daerah dan dipimpin oleh seorang inspektur. Letak lokasi

berada di perumahan griya fajar mas Jl. Teduh Bersinar No.7 Makassar.

Pembentukan Kantor Inspektorat Kota Makassar berlandaskan pada peraturan

daerah Kota Makassar No.8 tahun 2016 tentang pembentukan dan sususnan

perangkat daerah. Pembentukan Kantor Inspektorat Kota Makassar. Inspektorat

Daerah Kota Makassar telah memperoleh Sertifikat ISO 9001: 2008 dan yang

terbaru adalah 9001:2015 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu dan United

Registrar of System.

4.1.2 Visi dan Misi

Terdapat visi yang dicetuskan oleh Kantor Inspektorat Kota Makassar yaitu

“Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih Dan Beribawa Melalui Pengawasan

Yang Efektif Dan Professional”. Adapun untuk mencapai visi tersebut harus

dijabarkan melaui misi sebagai berikut:

a. Menyusun kelembagaan dan menghadirkan sistem dan prosedur pengawasan

yang efektif dan efisien.

b. Meningkatkan kualitas hasil pengawasan

51
52

c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia, etika dan moralitas aparat pengawas

d. Mewujudkan aparatur pengawas yang professional, akuntabel, efektif, efisien,

dan responsif.

4.1.3 Tugas dan Fungsi Inspektorat Kota Makassar

Berdasarkan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Dalam Negeri

No.64 Tahun 2007 tentang fungsi aparat pengawasan intern pemerintahan,

inspektorat Kabupaten dan Kota mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan

terhadap tata pelaksanaan urusan pemerintah di daerah Kabupaten dan Kota,

Adapun fungsi pembentukan instansi ini sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan penyusunan kebijaksanaan teknis pemeriksaan

terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.

b. Melaksanakan kegiatan penyusunan Teknik pengawasan terhadap kesesuaian

laporan/pengaduan penyimpangan wewenang pada unit kerja.

c. Melaksanakan sistem pengendalian dan pelaksanaan teknik operasional dalam

rangka pemberdayaan pengawasan daerah.

d. Melaksanakan sistem pelayanan Teknik adminitratif dan fungsional.

4.1.4 Struktur Organisasi Inspektorat Kota Makassar

Penyusunan struktur organisasi pada Kantor Inspektorat Kota Makassar

dilandaskan pada peraturan daerah Kota Makassar No.8 tahun 2016 yang terdiri

atas:

1. Inspektur

2. Sekretaris, terdiri dari:

a. Kepala Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian


53

b. Kepala Sub Bagian Perencanaan

c. Kepala Sub Bagian Evaluasi Dan Pelaporan

3. Inspektur Pembantu Wilayah I

4. Inspektur Pembantu Wilayah II

5. Inspektur Pembantu Wilayah III

6. Inspektur Pembantu Wilayah IV

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Berdasarkan teknis, struktur organisasi kantor inspektorat kota makassar

dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

Sumber: Kantor Inspektorat Kota Makassar

Gambar 4.2
Struktur organisasi inspektorat kota makassar
54

Adapun tugas da fungsi jabatan pada kantor inspektorat kota makassar

berlandaskan pada Peraturan Daerah No.7 Tahun 2005, terdiri dari:

1. Inspektur

Inspektur adalah seorang pimpinan dalam instansi yang memiliki tupoksi

sesuai yang telah tercantum pada pasal 7 yaitu: inspektur memiliki tugas pokok

untuk memimpin pelaksanaan, mengkoordinasikan, dan memfasilitasi

pengawasan pelaksanaan kegiatan pemerintaha darah. Untuk menjalankan tugas

seorang inspektur maka melaksanakan fungsi:

a. untuk menyusun kebijaksanaan pengawsan pelaksanaan kegiatan pemerintahan

daerah,

b. melakukan kordinasi perrencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan

pengawasan,

c. melakukan tindak lanjut pengawasan

d. Menyusun kebijakan teknis pengawasan pelaksanaan pemerintah daerah

e. Melaksanakan fasilitasi kerja sama kelembagaan

f. Melakukan pembinaan dalam urusan kepegawaian, penyusunan program,

pengelolaan keuagan sertapelaksanaan administrasi umum dan urusan rumah

tangga instansi ispektorat.

g. Melaksanakan pembinaan kelembagaan, jabatan fungsional auditor dan

pengembangan SDM.
55

2. Sub tata usaha

Bagaian tata usaha mempunyai tupoksi sesuai pada pasal 8 yaitu: sub bagian

tata usaha bertugas untuk memberikan pelayanan teknis administartif dan

fungsional kepada semua bagian organisasi di kalangan inspektorat dan

bertanggung jawab langsung kepada inspektur. Untuk menjalankan tugas sub

tata usaha maka melaksanakan fungsi:

a. Melaksanakan urusan di bidang kepegawaian, keuangan, administrasi, dan

rumah tangga.

b. Mengumpulkan berbagai bahan koordinasi penyusunan dan pengendalian

program kerja pengawasan.

c. Mempersiapkan dan mengelola bahan dan data dalam rangka menata proses

penanganan pengaduan.

d. Menghimpun, mengirim dan menyimpan berbagai laporan hasil

pemeriksaan dan mepersiapkan bahan data dalam urusan pembinaan teksnis

fungsional.

3. Kelompok jabatan fungsional

Pada bagian jabatan fungsional memiliki tupoksi sesuai pada pasal 9 yaitu:

kelompok jabatan fungsional auditor memilii tugas untuk melakukan kegiatan

teknis berdasar pada bidang keahlian masing-masing dan dipimpin oleh ketua

kelompok dengan tugas pokok untuk menyelenggarakan, memimpin,

mengarahkan, mernecanakan, dan mengkoordinir penyelenggaraan

pemeriksaan serta melaksanakan pengkajian dan evaluasi atas hasil audit.

Untuk menjalankan tugas sub tata usaha maka melaksanakan fungsi:


56

a. Merumuskan dan Menyusun daftar materi audit

b. Merumuskan dan Menyusun program kerja audit

c. Merencanakan, mengkoordir, pelaksaaan, pengendalian,dan pelaporan

pelaksaan audit

d. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh inspektur.

Berdasarkan pada pasal 10 peraturan daerah no.7 tahun 2005 menyatakan

bahwa pejabat

Pasal 10 Perda Nomor 7 Tahun 2005 dinyatakan bahwa Pejabat Fungsional

Auditor merupakan Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

pengawasan pemeriksaan pada instansi pemerintah dan masyarakat umum.

Kemudian, pada Pasal 11 ayat (1) ditegaskan bahwa pengangkatan Pejabat

Fungsional Auditor ditetapkan dengan Keputusan Walikota sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Pasal (2) ditetapkan bahwa

penempatan Pejabat Fungsional Auditor ke dalam Kelompok Jabatan Fungsional

Auditor ditetapkan dengan Keputusan Inspektur.

4.2 Hasil Penelitan

4.2.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang disebar di kantor inspektorat

dengan jumlah 38 sesuai dengan jumlah auditor yang bertugas, dengan pembagian

sebagai berikut:
57

Tabel 4.2
Data Distribusi Kuesioner
No Keterangan Jumlah Kuesioner Persentase
1 Kuesioner yang tidak Kembali 5 13%
2 Kuesioner yang dapat diolah 33 87%
3 Kuesioner yang disebarkan 38 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 38 kuesioner yang disebar hanya 33

kuesioner yang Kembali dan dapat diolah sedangkan untuk 5 kuesioner yang

tersisa tidak Kembali sebab ada auditor yang sedang sibuk bertugas diluar daerah

dan adanya pandemi COVID19 yang mengakibatkan terganggunya Kesehatan

para responden. Tingkat pengembalian kuesioner yang didapatkan sebesar 87%

sedangkan 5% sisanya kuesioner tidak Kembali atau diisi oleh responden.

Terdapat lima karakteristik responden yang dimasukkan dalam penelitian

ini, yaitu umur, jenis kelamin, Pendidikan terakhir, jabatan fungsional audit dan

masa kerja. Karakteristik responden tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada

tabel 4.3 mengenai data responden sebagai berikut:

a. Umur

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Persentase
1 <25 3 9,1%
2 25-35 14 42,4%
3 36-45 13 39,4%
4 46-55 2 6,1%
5 >55 1 3,0%
  Jumlah 33 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)
58

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa responden pada

penelitian ini mayoritas memiliki rentang umur 25-35 tahun yang berjumlah 14

orang atau sebesar 42,4%. Kemuadian unuk responden yang rentang umurnya 36-

45 tahun berjumlah 13 orang atau sebesar 39,4%, selanjutnya responden yang

memiliki rentang umur <25 berjumlah 3 orang atau sebesar 9,1%, responden

yang berumur 46-55 sebanyak 2 orang atau sebesar 6,1% dan sisanya responden

yang berumur >55 berjumlah 1 orang atau sebesar 3,0%.

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 15 45,5%
2 Permepuan 18 54,5%
  Jumlah 33 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat menunjukkan bahwa responden yang

paling dominan dalam penelitian ini yaitu perempuan yang berjumlah 18 orang

atau sebesar 54,5%, sedangkan untuk sisanya berjenis kelamin laki-laki sebanyak

15 orang atau sebesar 45,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa auditor yang

terdapat di kantor inspektorat kota makassar didominan pada audit perempuan.


59

c. Pendidikan Terakhir

Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1 D3 0 0%
2 S1 24 72,7%
3 S2 8 24,2%
4 S3 1 3%
  Jumlah 33 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.5 menujukkan bahwa Pendidikan yang dimiliki

oleh auditor yang bekerja di kantor inspektorat kota makassar di dominasi oleh

auditor yang bergelar S1 yang berjumlah 24 orang atau sebesar 72,7%, sisanya

bergelar S2 yang berjumlah 8 orang atau sebesar 24,2%, selanjutnya S3 yang

berjumlah 1 orang atau sebesar 3%. Dan tidak ada responden yang bertugas di

kantor inspektorat kota makassar yang memiliki tingkat Pendidikan D3.

d. Jabatan Fungsional audit

Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional Audit
No Jabatan Fungsional Audit Jumlah Persentase
1 Auditor ahli pertama 7 21,2%
2 Auditor ahli muda 22 66,7%
3 Auditor ahli madya 4 12,1%
4 Auditor ahli utama 0 0%
5 Auditor trampil pelaksana 0 0%
  Jumlah 33 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah responden dalam

peneltian ini didominasi oleh jabatan auditor ahli muda yang berjumlah 22 orang

atau sebesar 66,7%, dan sisanya yang jabatannya sebagai auditor ahli pertama

berjumlah 7 orang atau sebesar 21,2%, serta auditor ahli madya berjumlah 4 orang
60

atau sebesar 12,1%. Sementara tidak terdapatresponden yang jabatan fungsional

auditnya sebagai auditor ahli utama dan auditor trampil pelaksana.

a. Masa Kerja

Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa kerja
No Masa Kerja (Tahun) Jumlah Persentase
1 <1 0 0%
2 1-5 6 18,2%
3 6-10 11 33,3%
4 >10 16 48,5%
  Jumlah 33 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini

responden yang mendominasi adalah auditor yang telah bekerja selama selama

>10 tahun berjumlah 16 orang dengan tingkat prenstase 48,5%, dan sisanya masa

kerja selama 6-10 tahun berjumlah 11 orang dengan tingkat presentase 33,3%,

masa kerja selama 1-5 tahun berjumlah 6 orang dengan tingkat presentase 18,2%.

Dan

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini

di dominasi oleh auditor yang sudah bekerja sisanya masa kerja selama 6-10 tahun

sebanyak 11 responden dengan tingkat presentase masa kerja tahun sebanyak 6

responden dengan tingkat presentase Sementara tidak ada responden yang masa

kerjanya <1 tahun dalam penelitian ini.

4.2.2 Analisis Deskriptif

4.2.2.1 Analisis Deskriptif Variabel

Pada penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari: obedience

pressure, kompetensi, kompleksitas tugas, independensi, dan kualitas audit


61

internal yang akan diuji secara statistic deskriptif seperti yang ada pada tabel

4.8dibawh inii.

Tabel 4.8
Statistik deskriptif variabel
Descriptive Statistics
Minimu Std.
  N Maximum Mean
m Deviation
Obedience Pressure 33 21 35 28,24 3,202
Kompetensi 33 43 55 48,42 3,717
KompleksitasTugas 33 17 25 19,94 1,936
Independensi 33 37 50 42,97 3,486
Kualitas Audit Internal 33 35 50 42,06 3,864
Valid N (listwise) 33        
Sumber: Output Sofware SPSS 20 (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.8 dapat dilihat jumlah responden (N) dalam

penelitian ini berjumlah 33 orang auditor. Pada variabel obedience pressure

menunjukkan nilai minimumnya sebesar 21 dan nilai maksimumnya sebesar 35

dengan jumlah mean sebesar 28,24 serta standar deviasi sebesar 3,202 yang

memiliki arti bahwa auditor lebih cenderung mengalami tekanan ketaatan yang

relative rendah untuk pelaksanaan audit.

Variabel kompetensi menghasilkan nilai minimum sebesar 43 dan nilai

maksimum sebesar 55 dengan mean sebesar 48,42 dan standar deviasi sebesar

3,717 sehingga dapat dikatakan auditor memiliki kompetensi tang tinggi dalam

proses mengaudit. Variabel kompleksitas tugas menunjukkan nilai minimum 17

dan maksimum 25 denagn jumlah mean 19,94 serta standar deviasi sebesar 1,936

yang sehingga auditor memiliki kecenderungan mengalami kompleksitas tugas

yang relative rendah. Variabel independensi memiliki nilai minimum sebesar 37


62

dan maksimum 50 dengan jumlah mean 42,97 serta standar deviasi 3,846 yang

berarti auditor memiliki independensi yang baik dalam melaksanakan tugas audit.

Variabel kualitas audit internal menunjukkan nilai minimum 35 dan maksimum

50 dan mean 42,06 seta standar deviasi sebesar 3,846 yang memiliki arti auditor

sangat menjungjung tinggi kualitas pemeriksaan dalam melakasanakan tugas

audit.

4.2.2.2 Analisis Deskriptif Pernyataan

Pada penelitian ini memiliki beberapa variabel untuk diteliti yaitu:

obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas, independensi, dan kualitas

audit internal.

1. Analisis Deskriptif Variabel Obedience Pressure (X1)

Analisis deskriptif terhadap variabel obedience pressure terdiri dari 7 item

pernyataan akan dilakukan analisis dari hasil jawaban responden mengenai

obedience pressure. Nilai rata-rata hasil jawaban responden dapat dilihat hasilnya

sebagai berikut:

Tabel 4.9
Deskripsi item pernyataan variabel obedience pressure
Item Frekuensi Dan Persentase Skor Mean
63

Pernyataan STS TS N S SS
6 20 7
X1.1 133 4,03
18,2% 60,6% 21,2%
    4 20 9
X1.2 137 4,15
    12,1% 60,6% 27,3%
    9 20 4
X1.3 127 3,85
    27,3% 63,6% 9,1%
    5 21 7
X1.4 134 4,06
    15,2% 63,6% 21,2%
    4 22 7
X1.5 135 4,09
    12,1% 66,7% 21,2%
    7 18 8
X1.6 133 4,03
    21,2% 54,5% 24,2%
    6 20 7
X1.7 133 4,03
    18,2% 60,6% 21,2%
Rata-Rata Keseluruhan 4,03
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang diteliti,

secara umum persepsi responden terhadap item-item pernyataan pada obedience

pressure (X1) berada pada daerah tinggi dengan rata-rata keseluruhan sebesar

4,03. Hal ini berarti bahwa responden memberikan persepsi yang sangat baik

terhadap obedience pressure. Pada variabel tekanan ketaatan (obedience

pressure), terlihat bahwa nilai mean tertinggi sebesar 4,15 berada pada item

pernyataan kedua. Responden berpendapat bahwa auditor tidak khawatir untuk

dipecat jika auditor tidak menuruti perintah atasan untuk berperilaku menyimpang

dari standar professional.

2. Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi (X2)


64

Analsisi deskriptif terhadap variabel kompetensi terdiri dari 11 item

pernyataan akan dilakukan analisis dari hasil jawaban responden mengenai

kompetensi. Nilai rata-rata hasil jawaban responden dapat dilihat hasilnya sebagai

berikut:

Tabel 4.10
Deskripsi item pernyataan variabel kompetensi
Frekuensi Dan Persentase
Item
T Skor Mean
Pernyataan STS N S SS
S
      18 15
X2.1 147 4,45
      54,5% 45,5%
      23 10
X2.2 142 4,30
      69,8% 30,3%
      15 18
X2.3 150 4,55
      45,5% 54,5%
      16 17
X2.4 149 4,52
      48,5% 51,5%
    1 17 15
X2.5 146 4,42
    3,0% 51,5% 45,5%
      11 22
X2.6 154 4,67
      33,3% 66,7%
    3 16 14
X2.7 143 4,33
    9,1% 48,5% 42,4%
      21 12
X2.8 144 4,36
      63,6% 36,4%
      23 10
X2.9 142 4,30
      69,7% 30,3%
    1 14 `18
X2.10 149 4,52
    3,0% 42,4% 54,5%
    7 19 7
X2.11 132 4,00
    21,2% 57,6% 21,2%
Rata-Rata Keseluruhan 4,40
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang telah

diproses dan di uji terdapat beberapa item pernyataan yang memiliki tingkat yang
65

tinggi dengan mean total sebesar 4,40. Hal ini mengindikasikan bahwa respnden

menyimpulkan perepsi yang sangat baik terhadap variabel kompetensi, dapat

dilihat juga pada item pernyataan keenam yang menghasilkan nilai mean tertinggi

sebesar 4,67. Dan responden berpendapat pelatihan dan sertifikasi merupakan

salah satu cara meningkatkan keterampilan kerja.

3. Analisis Deskriptif Variabel Komplesitas Tugas (X3)

Analsisi deskriptif terhadap variabel kompleksitas tugas terdiri dari 5 item

pernyataan akan dilakukan analisis dari hasil jawaban responden mengenai

kompleksitas tugas. Nilai rata-rata hasil jawaban responden dapat dilihat hasilnya

sebagai berikut:

Tabel 4.11
Deskripsi item pernyataan variabel Komplesitas Tugas
Item Frekuensi Dan Persentase
Skor Mean
Pernyataan STS TS N S SS
    4 21 8
X3.1 136 4,12
    12,1% 63,6% 24,2%
    3 25 5
X3.2 134 4,06
    9,1% 75,8% 15,2%
    8 21 4
X3.3 128 3,88
    24,2% 63,6% 12,1%
    5 24 4
X3.4 131 3,97
    15,2% 72,7% 12,1%
    6 24 3
X3.5 129 3,91
    18,2% 72,7% 9,1%
Rata-Rata Keseluruhan 3,99
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang

diteliti, secara umum persepsi responden terhadap item-item pernyataan pada

variabel kompleksitas tugas (X3) berada pada daerah sangat tinggi dengan rata-
66

rata keseluruhan sebesar 3,99. Ini berarti bahwa responden memberikan persepsi

yang sangat baik terhadap kompleksitas tugas. Pada variabel kompleksitas tugas,

terlihat bahwa nilai mean tertinggi sebesar 4,12 berada pada item pernyataan

pertama. Responden berpendapat bahwa dalam melaksanakan tugas audit, auditor

akan memilah tugas mana yang menjadi prioritas untuk dikerjakan.

4. Analisis Deskriptif Variabel Independensi (X4)

Analsisi deskriptif terhadap variabel Independensi terdiri dari 10 item

pernyataan akan dilakukan analisis dari hasil jawaban responden mengenai

kompleksitas tugas. Nilai rata-rata hasil jawaban responden dapat dilihat hasilnya

pada tabel 4.12.

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang

diteliti, secara umum persepsi responden terhadap item-item pernyataan pada

independensi (X4) berada pada daerah sangat tinggi dengan rata-rata keseluruhan

sebesar 4,28. Ini berarti bahwa responden memberikan persepsi yang sangat baik

terhadap independensi. Pada variabel independensi, terlihat bahwa nilai mean

tertinggi sebesar 4,45 berada pada item pernyataan keempat. Responden

berpendapat bahwa dalam penyusunan program audit yang dilaksanakan dan

dibuat oleh auditor bebas dari kepentingan pihak lain.

Tabel 4.12
Deskripsi Item Pernyataan Variabel Indepensi
Item Frekuensi Dan Persentase
Skor Mean
Pernyataan STS TS N S SS
67

    5 15 13
X4.1 140 4,24
   15,2% 45,5% 39,4%
    1 24 8
X4.2 139 4,21
    3,0% 72,7% 24,2%
    2 15 16
X4.3 146 4,42
    6,1% 45,5% 48,5%
    1 16 16
X4.4 148 4,48
    3,0% 48,5% 48,5%
    2 23 8
X4.5 138 4,18
    6,1% 69,7% 24,2%
X4.6     2 15 16 147 4,45
    6,1% 45,5% 48,5%
      19 14
X4.7 146 4,42
      57,6% 42,4%
    1 19 13
X4.8 145 4,39
    3,0% 57,6% 39,4%
    2 21 10
X4.9 141 4,27
    6,1% 63,6% 30,3%
    8 21 4
X4.10 128 3,88
    24,2% 63,6% 12,1%
Rata-Rata Keseluruhan 4,28
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

5. Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Audit Internal (Y)

Analisis deskriptif terhadap variabel kualitas audit internal terdiri dari 10 item

pernyataan akan dilakukan analisis dari hasil jawaban responden mengenai

kualitas audit internal. Nilai rata-rata hasil jawaban responden dapat dilihat

hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.13
Deskripsi Item Pernyataan Variabel Kualitas Audit Internal
Item Frekuensi Dan Persentase
Skor Mean
Pernyataan STS TS N S SS
    5 18 10
Y.1 137 4,15
    15,2% 54,5% 30,3%
68

 
  1 23 9
Y.2 140 4,24
 
  3,0% 69,7% 27,3%
 
    20 13
Y.3 145 4,39
 
    60,6% 39,4%
 
  7 19 7
Y.4 132 4,00
 
  21,2% 57,6% 21,2%
 
  1 24 8
Y.5 139 4,21
 
  3,0% 72,7% 24,2%
 
  2 23 8
Y.6 138 4,18
 
  6,1% 69,7% 24,2%
 
  4 20 9
Y.7 137 4,15
 
  12,1% 60,6% 27,3%
 
  2 22 9
Y.8 139 4,21
 
  6,1% 66,7% 27,3%
 
  4 20 9
Y.9 137 4,15
 
  12,1% 60,6% 27,3%
 
  1 19 13
Y.10 144 4,36
 
  3,0% 57,6% 39,4%
Rata-Rata Keseluruhan 4,20
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang

telah diproses dan di uji terdapat beberapa item pernyataan yang memiliki tingkat

yang tinggi dengan mean total sebesar 4.20 Hal ini mengindikasikan bahwa

respnden menyimpulkan perepsi yang sangat baik terhadap variabel Kualitas

Audit Internal, dapat dilihat juga pada item pernyataan ketiga yang menghasilkan

nilai mean tertinggi sebesar 4,39. Dan responden berpendapat auditor selalul

bersikap hati-hati dan professional untuk melaksanakan tugas audit.

4.2.3 Uji Kuliatas Data

Uji kualitas data bertujuan untuk mengetahui akurasi dan konsistensi data

yang telah terkumpul. Pada tahapan ini dapat dianalisis menggunakan uji validitas

dan uji reliabiitas.


69

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang

akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner dapat

dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui item pernyataan

itu valid dengan melihat nilai Corrected Item Total Corelation. Apabila item

pernyataan mempunyai r hitung > dari r tabel maka dapat dikatakan valid. Pada

penelitian ini terdapat jumlah sampel (n) = 33 responden dan besarnya df dapat

dihitung 33–2 = 31 dengan df =31 dan alpha = 0,05 didapat r tabel = 0,355. Jadi

dapat disimpulkan item pernyataan yang valid mempunyai r hitung lebih besar

dari 0,355. Adapun hasil uji validitas data dalam penelitian ini dapat dilihat tabel

dibawah ini:

Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas

Variab Item R R Keterang


el Hitung Tabel an
X1.1 0,564 0,355 Valid
70

X1.2 0,786 0,355 Valid


X1.3 0,808 0,355 Valid
X1.4 0,809 0,355 Valid
Obedience Pressure (X1) X1.5 0,780 0,355 Valid
X1.6 0,553 0,355 Valid
X1.7 0,839 0,355 Valid
X2.1 0,626 0,355 Valid
X2.2 0,644 0,355 Valid
X2.3 0,605 0,355 Valid
X2.4 0,709 0,355 Valid
X2.5 0,511 0,355 Valid
Kompetensi (X2) X2.6 0,697 0,355 Valid
X2.7 0,669 0,355 Valid
X2.8 0,704 0,355 Valid
X2.9 0,680 0,355 Valid
X2.1 0,621 0,355 Valid
0
X2.1 0,559 0,355 Valid
1
X3.1 0,706 0,355 Valid
X3.2 0,785 0,355 Valid
Kompleksitas Tugas (X3) X3.3 0,720 0,355 Valid
X3.4 0,639 0,355 Valid
X3.5 0,675 0,355 Valid
X4.1 0,674 0,355 Valid
X4.2 0,392 0,355 Valid
X4.3 0,634 0,355 Valid
X4.4 0,697 0,355 Valid
X4.5 0,411 0,355 Valid
Independensi (X4) X4.6 0,754 0,355 Valid
X4.7 0,668 0,355 Valid
X4.8 0,730 0,355 Valid
X4.9 0,837 0,355 Valid
X4.1 0,506 0,355 Valid
0
Berlanjut…

Variabel Item R Hitung R Tabel Keterangan


Y.1 0,554 0,355 Valid
71

Y.2 0,782 0,355 Valid


Y.3 0,541 0,355 Valid
Y.4 0,452 0,355 Valid
Y.5 0,710 0,355 Valid
Y.6 0,807 0,355 Valid
Kualitas Audit Internal (Y) Y.7 0,833 0,355 Valid
Y.8 0,795 0,355 Valid
Y.9 0,715 0,355 Valid
Y.10 0,682 0,355 Valid
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Pada tabel 4.14 menghasilkan bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai

koefisien positif da r hitungnya lebih besar jika dibandingkan r tabel sehingga

dapat disimpulkan semua item pernyataan pada penelitian ini valid dan bisa

melanjutkan uji berikutnya.

2. Uji Realibilitas

Uji realiabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Uji realiabilitas data dilakukan dengan

menggunakan metode Alpha Cronbach yakni suatu instrumen dikatakan reliabel

bila memiliki koefisien keandalan reabilitas sebesar 0,60 atau lebih. Hasil

pengujian realiabilitas data dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15
72

Hasil Uji Realibilitas


No Vriabel Crobarch Alpha Keterangan
1 Obedience Pressure 0,854 Reliabel
2 Kompetensi 0,848 Reliabel
3 Kompleksitas Tugas 0,743 Reliabel
4 Independensi 0,828 Reliabel
5 Kualitas Audit Internal 0,869 Reliabel
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari semua variabel

lebih besar dari 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen dari kuesioner

yang digunakan untuk menjelaskan variabel Obedience Pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas, independensi, dan kualitas audit internal yaitu dinyatakan

handal dan dapat dipercaya sebagai alat ukur variabel.

4.2.4 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menggunakan teknik analisis Regresi Linear Berganda untuk uji

hipotesis, maka terlebih dahulu dilaksanakan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik

dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis

regresi linear berganda terpenuhi, uji asumsi klasik dalam penelitian ini menguji

normalitas data secara statistik, uji linearlitas, uji multikolonieritas, dan uji

heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Untuk lebih memastikan apakah data residual terdistribusi

secara normal atau tidak, maka uji statistik yang dapat dilakukan yaitu pengujian

one sample kolmogorov-smirnov. Uji ini digunakan untuk menghasilkan angka

yang lebih detail, apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai lolos
73

normalitas. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos normalitas apabila nilai

signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05.

Tabel 4.16
Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber: Output Sofware SPSS 20 (2021)
Unstandardized Residual
N 33
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2.04676809
Absolute .108
Most Extreme
Positive .058
Differences
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .618
Asymp. Sig. (2-tailed) .840
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa hasil pengujian normalitas

yang dilakukan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini

ditunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,840 > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

Selanjutnya faktor lain yang dapat digunakan untuk melihat apakah data

terdistribusi dengan normal yaitu dengan melihat grafik histogram dan grafik

normal plot.
74

Sumber: Output Sofware SPSS 20 (2021)


Gambar 4.3
Hasil uji normalitas- grafik histogram

Sumber: Output Sofware SPSS 20 (2021)

Gambar 4.4
Hasil uji normalitas- normal probality plot
75

Berdasarkan pada gambar 4.3 menghasilkan data yang terdistribusi secara

normal karena arah grafiknya tidak menyebar ke kanan atau kekiri. Dan pada

gambar 4.4 menghasilkan data yang menyebar pada sekitaran garis diagonalnya

dan mengikuti arah lajurnya. Sehingga dapat disimpulkan model regresi pada

peelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan

variabel terikat mempunyai hubungan linier atau tidak. Pengujian dibantu dengan

program pengolah data dengan menggunakan Test for Linearity dengan taraf

signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila

deviation from linearity lebih besar dari 0,05. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.17
Hasil Uji Linieritas

Linearit
Variabel Keterangan
y
Obedience Pressure 0,564 Linear
Kompetensi 0,386 Linear
Kompleksitas Tugas 0,550 Linear
Independensi 0,321 Linear
Sumber: Data Primer Yang Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4,17 menghasilkan obedience pressure, kompetensi

dan kompleksitas tugas memiliki nilai deviation from linearity lebih besar dari

0,05. Ini berarti hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen

adalah linier.
76

3. Uji Mutikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian

multikolonieritas dapat dilihat dari Tolerance Value atau Variance Inflation Factor

(VIF), sebagai berikut: Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat

diartikan bahwa tidak terjadi multikolonieritas pada penelitian tersebut.

Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)    
Obedience Pressure ,613 1,631
Kompetensi ,796 1,256
Kompleksitas Tugas ,559 1,789
Independensi ,780 1,282
a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal
Sumber: Output Sofware SPSS 20 (2021)

Berdasarkan pada hasil ujinya sepeerti pada tabel 4.18, dapat dikatakan

tidak terjadi multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi

penelitian ini karena semua variable menghasilkan nilai tolerance lebih besar dari

0,10 dan hasil nilai VIF lebih kecil dari 10.


77

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan

menggunakan Sactter Plot. Apabila tidak terdapat pola yang teratur, maka model

regresi tersebut bebas dari masalah heteroskedastisitas. Hasil pengujian

heteroskedastisitas dengan metode Sactter Plot diperoleh sebagai berikut :

Sumber: Output Sofware SPSS 20 (2021)

Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas- Grafik Scatterplot
78

Berdasarkan gambar 4.5 grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar

diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat adanya pola yang

jelas pada penyebaran titik-titik tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan

untuk memprediksi kualitas audit internal berdasarkan obedience pressure,

kompetensi, kompleksitas tugas, dan independensi.

4.2.5 Uji Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis H1, H2, H3, H4,

dan H5 menggunakan analisis regresi berganda dengan meregresikan variabel

independen (obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan

independensi) terhadap variabel dependen (kualitas audit internal). Uji hipotesis

ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 20.

4.2.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.19
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square
Square the Estimate
1 .848a .719 .679 2.188
Sumber: Output SPSS 20 (2021)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dari tabel 4.19

diketahui bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,688. Hal ini berarti bahwa 71,9%

yang menunjukkan bahwa kualitas audit internal dipengaruhi oleh variabel

independen yaitu obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan


79

independensi. Sisanya sebesar (100%-68,8%= 31,2%) dipengaruhi oleh variabel

lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.

4.2.5.2 Uji Regresi Simultan (Uji statistic F)

Tabel 4.20
Hasil Uji F- Uji Simultan

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 343.822 4 85.956 17.953 .000b
1 Residual 134.056 28 4.788
Total 477.879 32
a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal
b. Predictors: (Constant), Independensi, Obedience Pressure, Kompetensi,
Kompleksitas Tugas
Sumber: Output SPSS 20 (2021)

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan pengaruh obedience pressure,

kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi terhadap kualitas audit internal

mempunyai nilai F-hitung sebesar 15,415 dengan tingkat signifikan 0,000.

Tingkat signifikansi lebih kecil dari 5% (α=0,05) dan nilai F-hitung 17.953 lebih

besar dari nilai F tabelnya sebesar 2,71 (df1=5-1=4 dan df2=33-5=28). Artinya

H1, H2, H3, H4, dan H5 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa obedience

pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kualitas audit internal.


80

4.2.5.3 Uji Regresi Secara Parsial (Uji statistic t)

Tabel 4.21
Hasil Uji t- Uji Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .406 7.826 .052 .959
Obedience Pressure .406 .154 .336 2.632 .014
1 Kompetensi -.055 .117 -.053 -.470 .642
Kompleksitas Tugas -.367 .267 -.184 -1.372 .181
Independensi .934 .126 .843 7.438 .000
a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal
Sumber: Output SPSS 20 (2021)

Berdasarkan uji t (test of significance) dapat digunakan untuk menujukkan

seberapa akurat hubungan antara variabel independen secara individu berpengaruh

terhadap variabel dependen. Penetuannya terletak pada nilai signifikansi sebesasar

5% (0,05). Jika nilai signifikasni > 0,05 maka suatu variabel independen tidak

dapat memengaruhi variabel dependen, sebaliknya jika nilai signifikasni < 0,05

maka dapat dikatakan suatu variabel independen memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

Hasil interpretasi hipotesis penelitian (H1, H2 ,H3, H4, dan H5) yang

diajukan dapat dilihat sebagai berikut.

1. Obedience pressure berpengeruh negatif terhadap kualitas audit internal (H1)

Berdasarkan pada hasil uji analisis yang menggunakan SPSS seperti terlihat di

tabel 4.21, variabel obedience pressure memiliki t hitung sebesar 2,632 dan

memiliki nilai signifikan sebesar 0,014. Persayaratan penetapan keputusan

hipotesis diterima atau ditolak berdasar pada perbandingan t hitung dan t tabel dan
81

nilai signifikasni. Apabila t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikan <0,05

maka hipotesis diterima.dan berlaku sebaliknya.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai t hitung 2,632 >t tabel1,70113 df= n-k,

yaitu 33-5=28 dan nilai signifikan sebesar 0,014 < 0,05, dengan hasil tersebut

dapat dikatakan obedience pressure berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas aaudit internal. Variabel obedience pressure memiliki koefisien regresi

yang bernilai positif sebesar 0,406 yang berarti bahwa setiap kenaikan obedience

pressure sebesar satu satuan akan sangat mempengaruhi variabel kualitas audit

internal sebesar 0,406 satu satuan dan memiliki arah hubungan yang positif

dengan kualitas audit internal. Maka disimpulkan bahwa hipotesis (H1) yang

berbunyi “obedience pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit

internal”, ditolak.

2. Kompetensi berpengaruh postif terhadap kualitas audit internal (H2)

Berdasarkan pada hasil uji analisis yang menggunakan SPSS seperti terlihat di

tabel 4.21, variabel kompetensi memiliki t hitung sebesar -0,577 dan memiliki

nilai signifikan sebesar 0,569. Persayaratan penetapan keputusan hipotesis

diterima atu ditolak berdasar pada perbandingan t hitung dan t tabel dan nilai

signifikasni. Apabila t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikan <0,05 maka

hipotesis diterima, Dan berlaku sebaliknya.

Hasil penelitian diperoleh nilai t hitung sebesar -0,577 < t tabel 1,70113 dan

tingkat signifikan sebesar 0,569 > 5% (α=0,05). Dengan demikian kompetensi

tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit internal.


82

Maka disimpulkan bahwa hipotesis (H2) yang berbunyi “kompetensi berpengaruh

positif terhadap kualitas audit internal”, ditolak.

3. Kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kualitas audit internal (H3)

Berdasarkan pada hasil uji analisis yang menggunakan SPSS seperti terlihat di

tabel 4.21, variabel kompleksitas tugas memiliki t hitung sebesar -0,836 dan

memiliki nilai signifikan sebesar 0,410. Persayaratan penetapan keputusan

hipotesis diterima atu ditolak berdasar pada perbandingan t hitung dan t tabel dan

nilai signifikasni. Apabila t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikan <0,05

maka hipotesis diterima, Dan berlaku sebaliknya.

Hasil penelitian diperoleh nilai t hitung sebesar -0,836 < t tabel 1,70113 dan

tingkat signifikan sebesar 0,410 > 5% (α=0,05). Dengan demikian kompleksitas

tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit internal. Maka

disimpulkan bahwa hipotesis (H3) yang berbunyi “kompleksitas tugas

berpengaruh negatif terhadap kualitas audit internal”, ditolak.

4. Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit internal (H4)

Berdasarkan pada hasil uji analisis yang menggunakan SPSS seperti terlihat di

tabel 4.21, variabel independensi memiliki t hitung sebesar 6,978 dan memiliki

nilai signifikan sebesar 0,000. Persayaratan penetapan keputusan hipotesis

diterima atu ditolak berdasar pada perbandingan t hitung dan t tabel dan nilai

signifikasni. Apabila t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikan <0,05 maka

hipotesis diterima, Dan berlaku sebaliknya.


83

Hasil penelitian diperoleh nilai t hitung sebesar 6,978 > t tabel 1,70113 df= n-

k, yaitu 33-5=28 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 5% (α=0,05). Dengan

demikian independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit

internal. Variabel independensi memiliki koefisien regresi yang bernilai positif

sebesar 0,924 yang berarti bahwa setiap kenaikan independensi sebesar satu

satuan akan menaikkan variabel kualitas audit internal sebesar 0,924 satu satuan

dan memiliki arah hubungan yang positif dengan kualitas audit internal. Maka

disimpulkan bahwa hipotesis (H4) yang berbunyi “independensi berpengaruh

positif terhadap kualitas audit internal”, diterima.

5. Obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi secara

simultan berpengaruh postif terhadap kualitas audit internal (H5)

Berdasarkan pada hasil uji analisis yang menggunakan SPSS seperti terlihat

di tabel 4.21, variabel Obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan

independensi terhadap kualitas audit iternal memiliki F hitung sebesar 15,415 dan

memiliki nilai signifikan sebesar 0,000. Persayaratan penetapan keputusan

hipotesis diterima atu ditolak berdasar pada perbandingan t hitung dan t tabel dan

nilai signifikasni. Apabila F hitung > F tabel dan memiliki nilai signifikan <0,05

maka hipotesis diterima, Dan berlaku sebaliknya.

Hasil penelitian diperoleh nilai F hitung sebesar 15,415 > F tabel 2,71 (df1=5-

1=4 dan df2=33-5=28). dan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 5% (α=0,05).

Dengan demikian obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan

independensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit internal.

Maka disimpulkan bahwa hipotesis (H5) yang berbunyi “obedience pressure,


84

kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi secara simultan berpengaruh

positif terhadap kualitas audit internal”, diterima.

4.2.6 Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan pada tabel 4.21 maka dapat dijabarkan persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

Kualitas Audit Internal = 0,406+0,406 X1-0,055 X2-0,367 X3+0,934


X4+e
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa :

1. Memiliki nilai konstanta (a) sebesar 0,406, sehingga dapat dikatakan jika

variabel obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas, dan independensi

dinyatakan secara konstan pada angka nol, maka variabel kualitas audit

internal akan mengalami sebesar 0,406.

2. Memiliki koefisien regresi variabel obedience pressure sebesar 0,406. Jika

koefisien menghasilkan nilai postif maka berarti apabila obedience pressure

mengalami kenaikan sebesar satuannya, otomatis juga akan sangat

mempengaruhi kualitas audit internal sebesar 0,406 dengan asumsi variabel

lainnya sama dengan angka nol.

3. Memiliki koefisien regresi variabel kompetensi sebesar -0,055. Jika koefisien

menghasilkan nilai negatif maka berarti apabila kompetensi mengalami

kenaikan sebesar satuannya, otomatis akan menurunkan kualitas audit internal

sebesar 0,055 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan angka nol.
85

4. Memiliki koefisien regresi variabel kompleksitas tugas sebesar -0,367. Jika

koefisien menghasilkan nilai negatif maka berarti apabila kompleksitas tugas

mengalami kenaikan sebesar satuannya, otomatis akan menurunkan kualitas

audit internal sebesar 0,367 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan

angka nol.

5. Memiliki koefisien regresi variabel independensi sebesar 0,934. Jika koefisien

menghasilkan nilai postif maka berarti apabila independensi mengalami

kenaikan sebesar satuannya, otomatis juga akan menaikkan kualitas audit

internal sebesar 0,934 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan angka nol.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Obedience Pressure Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap

Kualitas Audit Internal

Pada hipotesis pertama yaitu obedience pressure memiliki pengaruh yang

negatif terhadap kualitas audit internal, ditolak. Adapun pembuktian hipotesisnya

ditunjukkan pada perbandingan t hitung dan t tabel dan niali signifikansinya.

Dimana variabel obedience pressure mempunyai hasil nilai t hitung sebesar

2,632>t tabel 1,70113 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,014<0,05.

Dengan hasil perhitungan diatas maka penelitian ini menunjukkan variabel

Obedience Pressure berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit

internal pada kantor inspektorat kota makassar. Sehingga dapat dikatakan bahwa

tingginya tekanan ketaatan (obedience pressure) yang dialami oleh auditor akan

mengakibatkan buruknya kualitas audit internal yang dihasilkan.


86

Hal ini dapat dijelaskan bahwa tekanan ketaatan dapat meningkat apabila

responden dalam hal ini auditor Inspektorat Kota Makassar tidak memenuhi

keinginan klien untuk menyimpang dari standar professional jika tidak ingin

bermasalah dengan klien/auditee, auditor akan menaati keinginan auditee

walaupun bertentangan dengan standar professional. Tetapi tekanan ketaatan

sendiri tidak hanya ada pada auditee namun dapat juga berasal dari atasan yang

memberikan tekanan dalam pekerjaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori atribusi dimana intervensi akan

peristiwa menurut teori atribusi dapat menghasilkan perubahan dalam tindakan

atau persepsi, dengan efek bahwa perubahan dalam tindakan sebenarnya tidak lagi

memungkinkan prediksi yang akurat dari perilaku individu. Tekanan ketaatan baik

yang diberikan oleh atasan amupun auditee dari tugas audit yang diemban

merupakan dorongan eksternal yang diterima oleh auditor dalam memengaruhi

perilaku ataupun tindakan mereka.

Adanya perbedaan harapan antara auditee/atasan dengan auditor merupakan

hal yang menyebabkan tekanan ketaatan. Pada saat perbedaan harapan itu terjadi,

maka auditee akan berusahan menekan auditor menyamakan harapan. Maka akan

muncul suatu konflik antara auditor dengan entitas tersebut. Pada saat konflik ini

terjadi maka muncullah tekanan dari atasan. Tekanan atasan ini dapat merupakan

perintah untuk menyimpang dari standar yang telah ditentukan.

Meskipun hipotesis ditolak namun arah yang diberikan positif artinya meski

auditor mendapat tekanan ketaatan tapi auditor tetap mampu mengoptimalkan diri

mereka hal ini dapat terdukung dari rata-rata pengelaman auditor yang bekerja
87

telah lebih dari 10 tahun. Tetapi rentan usia 25 - 35 tahun juga masih rentan

terpengaruh dalam menghasilkan audit yang berkualitas dimana tingkat

pendidikan mereka dominan strata satu juga rentan terpengaruh akan tekanan

karena tingkat pendidikan mereka masih dapat diintervensi dalam melaksanakan

penugasan. Dan hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

Hasnidar (2018) yang menyatakan obedience pressure berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit Pada BPK RI perwakilan Sulawesi Utara.

4.3.2 Kompetensi Auditor Tidak Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap

Kualitas Audit Internal

Pada hipotesis kedua yaitu kompetensi memiliki pengaruh yang positif

terhadap kualitas audit internal, ditolak. Adapun pembuktian hipotesisnya

ditunjukkan pada perbandingan t hitung dan t tabel dan niali signifikansinya.

Dimana variabel kompetensi mempunyai hasil nilai t hitung sebesar -0,577 < t

tabel 1,70113 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,569 >0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit internal pada

Inspektorat Kota Makassar. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya kompetensi

yang dimiliki oleh auditor tidak menjamin peningkatan kualitas audit yang

dihasilkan. Dapat dilihat dimana auditor yang berada di inspektorat kota Makassar

lebih dominan berjenjang S1 dan terdapat auditor yang memiliki berbagai latar

belakang pendidikan yang berbeda – beda dimana tidak semuanya memiliki latar
88

belakang pendidikan akuntansi dan belum meratanya keikutsertaan dalam

mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional dalam rangka

meningkatkan pengetahuan dan keahlian tentang audit. Namun pemerintah kota

Makassar berhasil meraih opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas laporan

keuangan anggaran pendaptan dan belanja daerah (APBD) tahun anggaran 2019.

Hal ini juga dapat menyatakan bahwa seringkali pengetahuan akuntan yang

dianggap dapat meningkatkan kompetensi akuntan ini juga dilihat dari latar

belakang pendidikan formal akuntansi. Namun tampaknya kurikulum pendidikan

formal akuntansi dirasakan tidak lagi dapat mengejar perkembangan isu-isu

terbaru yang ada di dunia praktek sehingga para lulusannya bisa saja dianggap

memiliki kompetensi yang baik dari segi pendidikan dan pengetahuannya namun

belum tentu mencerminkan kemampuan sesungguhnya saat berhadapan dengan

kasus-kasus yang lebih kompleks di dunia praktek. Jika kurikulum tersebut

dikembangkan dan diadakan pelatihan yang berkesinambungan maka dampak

akuntan yang berpengetahuan ini akan terasa lebih signifikan terhadap kualitas

pekerjaannya termasuk salah satunya adalah hasil auditnya. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan M. Turangan, dkk (2016), Muhammad

Ilham,dkk (2019), yang menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit internal.

4.3.3 Kompleksitas Tugas Tidak Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap

Kualitas Audit Internal.

Pada hipotesis ketiga yaitu kompleksitas tugas memiliki pengaruh yang

negatif terhadap kualitas audit internal, ditolak. Adapun pembuktian hipotesisnya


89

ditunjukkan pada perbandingan t hitung dan t tabel dan niali signifikansinya.

Dimana variabel kompetensi mempunyai hasil nilai t hitung sebesar -0,836 < t

tabel 1,70113 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,410 >0,05.

Dengan hasil perhitungan diatas maka penelitian ini menunjukkan variabel

kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit

internal pada kantor inspektorat kota makassar. Hal ini mengindikasikan

kompleks atau tidaknya suatu tugas audit tidak mempengaruhi kualitas audit yang

dihasilkan oleh auditor. Hal ini menunjukkan bahwa auditor akan terus

menghasilkan audit yang berkualitas walapun tugasnya memiliki tingkat

kerumitan yang tinggi, sebab dari data karakteristik responden pada kantor

inspektorat makassar menunjukkan auditor yang memiliki pengalamaan lebih dari

10 tahun memiliki jumlah yang signifikan tinggi sehingga sudah mahir dan

terbiasa untuk mengerjakan tugas yang kompleks. Serta adanya aturan kontrak

kerja yang mengharuskan auditor bersikap profesional dalam bekerja melakukan

proses audit sehingga apapun kondisinya baik kompleksitas tinggi maupun

rendah, auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas agar mampu di

pertanggungjawabkan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dony Pratomo

(2016) menyatakan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit internal. Sehingga auditor dalam kondisi kompleksitas tugas tinggi maupun

rendah tetap melaksanakan tugas dengan baik dan menghasilkan audit yang

berkualitas.
90

4.3.4 Independensi Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kualitas

Audit Internal

Pada hipotesis keempat yaitu independensi memiliki pengaruh yang positif

terhadap kualitas audit internal, diterima. Adapun pembuktian hipotesisnya

ditunjukkan pada perbandingan t hitung dan t tabel dan niali signifikansinya.

Dimana variabel independensi mempunyai hasil nilai t hitung sebesar 6,987 > t

tabel 1,70113 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 <0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independensi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas audit internal pada Inspektorat Kota

Makassar. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila independensi auditor semakin

tinggi maka semakin meningkat kualitas hasil auditnya. Audit dikatakan

berkualitas jika hasilnya mampu membuat penggunanya mengambil keputusan

dengan tepat. Sikap independensi auditor dibutuhkan agar auditor tidak mudah

terpengaruh dengan pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan

sepihak. Auditor yang independen juga akan melaporkan segala bentuk deteksi

salah saji, kecurangan, dan kelemahan pengendalian intern instansi yang

ditemukan selama audit, melakukan pertimbangan-pertimbangan dengan tepat

karena tanpa dipengaruhi oleh pihak siapapun, sehingga auditor dapat

membuktikan keabsahan angka-angka yang disajikan dan melaporkan sesuai

dengan kondisi riil.

Independensi merupakan salah satu faktor terpenting bagi seorang auditor.

Sehingga auditor wajib memiliki independensi pada saat melakukan penugasan

profesionalnya. Bagi auditor pemerintahan, independensi sangat ditekankan pada


91

saat penugasan audit karena mereka pada dasarnya melakukan audit terhadap

instansi-instansi pemerintah. Selain itu, apabila auditor kehilangan

independensinya, maka laporan audit yang dihasilkan tidak dapat dipercaya,

sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Theory of attitudes and behavior (teori sikap dan perilaku) yang

dikembangkan oleh Triandis dalam jogiyanto (2007), menjelaskan bagaimana

perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh sikap yang berhubungan erat dengan

apa yang diinginkan (sikap) dan tergabung dari keyakinan besarnya konsekuensi

dari akibat perilaku, nilai-nilai sosial yang terhubung dengan kebiasaan yang

meraka sering lakukan (kebiasaan). Sikap independensi auditor merupakan bentuk

dari sikap yang terbebas dari pengaruh siapapun dan selalu mengesampingkan

kepentingan pribadi dan pihak manapun dalam melakukan dan menghasilkan

temuan audit. Sehingga hasil audit atas laporan dan kinerja keuangan instansi

ynag diaudit dapat dikatakan objektif dan berintegritas.

Sehingga walaupun auditor mendapat tekanan dari atasan atau intansi yang

diperiksa auditor tersebut akan mempertahankan sikap independensinya.

Independensi auditor inspektorat Kota Makassar tidak dipengaruhi oleh atasan dan

penentu kebijakan seperti sering terjadinya mutasi antar Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD), ataupun sering kali mendapat fasilitas dari instansi yang

diperiksa. Auditor tetap menganggap bahwa audit yang baik tetap harus

dilaksanakan meskipun ada gangguan independensi.


92

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mustakim

(2017) dan Rohmanullah,dkk (2020), yang menyatakan bahwa independensi

berpengaruh positif terhadap kualitas audit internal.

4.3.5 Obedience Pressure, Kompetensi, Kompleksitas Tugas Dan

Independensi Secara Simultan Berpengaruh Positif dan Signifikan

Terhadap Kualitas Audit Internal.

Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa obedience pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas dan independensi secara simultan berpengaruh positif terhadap

kualitas audit internal”, diterima. Pembuktian hipotesis tersebut dapat dilihat dari

perbandingan F hitung dan F tabel dan besarnya nilai signifikansi. Obedience

pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi terhadap kualitas

audit internal memiliki F hitung sebesar 17,953 > F tabel 2,71 dan nilai signifikan

sebesar 0,000<5% (α=0,05). Dengan persamaan regresi Y = 0,406+0,406 X1-

0,055 X2-0,367 X3+0,934 X4+e.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa obedience pressure, kompetensi,

kompleksitas tugas dan independensi secara simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit internal pada Inspektorat Kota Makassar. Hal

tersebut berarti jika variabel obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas

dan independensi secara simultan mengalami kenaikan maka akan berdampak

pada kenaikan kualitas audit internal.

Obedience Pressure memiliki pengaruh terhadap kualitas audit internal.

Sehingga semakin meningkatnya Obedience pressure yang dialami auditor maka

akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan Hal ini terjadi karena adanya
93

suatu posisi jabatan atau khirarki organisasi yang menjadikan adanya suatu bentuk

kekuasaan lebih untuk mengatur dan memengaruhi bawahan untuk tunduk

kepadanya. Jadi dapat diartikan kualitas audit akan meningkat jika obedience

pressure (tekanan kketaatan) yang dialami auditor rendah begitupun sebaliknya.

Kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Auditor memiliki

pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang dapat digunakan dalam

menghasilkan audit yang berkualitas. Kompleksitas tugas mampu mempengaruhi

kualitas audit. Dalam melaksanakan tugas audit biasanya terdapat tugas yang

rumit, dan tidak komprehensif , tugas yang menumpuk, kompleks, dan tidak

terstruktur atau terkait satu sama lain untuk diselesaikan sehingga membuat

auditor merasa kurang mampu untuk menyelesaikannya. Kompleksitas tugas

memberikan pandangan berbeda dari setiap auditor dalam sulitnya tugas audit

yang dihadapi tergantung bagaimana auditor menyikapinya ada yang berpendapat

tugas itu sulit dan di sisi lain ada juga yang berpendpat tugas itu mudah untuk

diselesaikan.

Dan independensi mampu mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan

auditor semakin tinggi auditor menjaga indepensinya maka semakin meningkat

kualitas hasil auditnya. Sehingga dapat dikatakan jika auditor mampu bersikap

Independensi maka berarti auditor terbebas dari pengaruh, tidak memihak, dan

tidak bergantung pada siapapun dalam proses pelaksanaan sampai hasil

pernyataan audit dikeluarkan yang pada akhirnya laporan hasil audit yang

dikeluarkan oleh auditor dapat besifat berintegritas dan objektivitas.


94

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori atribusi yang menyatakan

bahwa perilaku setiap idividu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksernal.

Dimana dalam penelitian ini menghasilkan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh

faktor iternal (kompetensi dan independensi), sedangkan faktor eksternal

(obedience pressure dan kompleksitas tugas). Hasil peneitian ini juga searah

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustakim (2017) yang menyatakan bahwa

obedience pressure, kompleksitas tugas, dan independensi secara simultan

mempengaruhi kualitas audit internal.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian data yang mengacu pada masalah dan tujuan

penelitian dengan menggunakan model regresi linier berganda, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Obedience pressure berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit

internal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan untuk taat dapat

membawa dampak pada kualitas audit internal yang dihasilkan oleh auditor.

Sehingga, semakin tinggi obedience pressure yang dihadapi oleh auditor maka

kualitas audit internal yang dihasilkan oleh auditor akan terpengaruh dan

menjadi cenderung kurang berkualitas.

2. Kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit

internal. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya kompetensi yang dimiliki

auditor pada kantor Inspektorat Daerah Kota Makassar tidak menjamin apakah

auditor yang bersangkutan akan melakukan audit yang berkualitas.

3. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit

internal. Hal ini menunjukkan bahwa kompleks atat tidaknya suatu tugas audit

yang dialami auditor pada kantor Inspektorat Daerah Kota Makassar tidak

mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.

95
96

4. Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini

mengindikasikan bahwa apabila independensi auditor semakin tinggi maka

semakin meningkat kualitas hasil auditnya. Audit dikatakan berkualitas jika

hasilnya mampu membuat penggunanya mengambil keputusan dengan tepat.

5. Obedience pressure, kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

audit internal. Hal tersebut berarti jika variabel obedience pressure,

kompetensi, kompleksitas tugas dan independensi secara simultan mengalami

peningkatan maka akan berdampak pada kualitas audit internal.

5.2 Saran

Penelitian ini belum sempurna dan memerlukan beberapa perbaikan

untuk penelitian-penelitian berikutnya yang ingin meneliti dengan ruang

lingkup yang sama. Sehingga Adapun saran-saran perbaikan adalah

sebagai berikut.

1. Bagi peneliti selanjutnya, untuk Perlunya perluasan pada objek penelitian agar

mendapatkan hasil akurasi keterwakilan objek yang lebih atas populasi

penelitian yang akan diteliti. Perluasan dapat dilakukan dengan menambahakan

jumlah responden.

2. Penelitian berikutnya dapat melakukan uji instrumen lain selain dari peyebaran

kuesioner, agar data yang didapatkan lebih akurat dan objektif untuk

menjelaskan pada objek penelitian dengan menyeluruh.

3. Disarankan bagi penelitian selantjutnya agar menambah faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi kualitas audit internal.


97
DAFTAR PUSTAKA

Afni, Zalida., Fera Sriyunianti., Dan Afridian Wirahadi Ahmad. 2012. Pengaruh
Kompeten si Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan Dalam Pengawasan Keuangan: Studi Pada Inspektorat
Kabupaten/Kota Di Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi & Manajemen 7 (2):
69-77.
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, 2nd edition, Berkshire,
UK: Open University Press-McGraw Hill Education.
Amir, M Taufiq. 2015. Merancang Kuesioner: Konsep Dan Panduan Untuk
Penelitian Sikap, Kepribadian, Dan Perilaku, Edisi Pertama, Jakarta:
Prenadamedia Group.
Ariyantini, Kadek Evi., Edy Sujana Dan Nyoman Ari Surya Darmawan. 2014.
Pengaruh Pengalaman Auditor, Tekanan Ketaatan Dan Kompleksitas Tugas
Terhadap Audit Judgment. E- Jurnal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha 2 (1) : 1-10.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2015. Auditing & Jasa
Assurance. Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Jakarta: Erlangga.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2011. Auditing & Jasa
Assurance. Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Jakarta:Salemba Empat.
Astuti, Wati Aris. 2010. Pengaruh Independaensi Dan Kompetensi Auditor
Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Pada BUMN Di
Bandung. Jurnal Ekono Insentif Kopwil. 4 (2) : 1-10.
Ayuni, Luh Indah Asri Dan Bambang Suprasto H. 2016. Integritas Sebagai
Pemoderasi Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 15 (3) : 2352-2377.
Boynton, William C. Johnson., Raymond N. and Kell, Walter G. 2010. Modern
Auditing. Edisi Delapan, Penerjemah Ichsan Setiyo Budi, Herman Wibowo.
Jakarta : Erlangga.
Cohen, Jeffrey R., Lisa Milici Gaynor, Ganesh Krishnamoorthy, And Arnold M.
Wright. 2011. The Impact On Auditor Judgments Of CEO Influence On
Audit Committee Independence. Auditing: A Journal Of Practice Dan
Theory. 30 (4):89-100.
Dreyfus, Hubert L & Stuart E. Dreyfus. 2000. Mind Over Machine: The Power Of
Human Intuition And Expertise In The Era The Computer. Edisi ke-1, New
York :The Free Press.

98
99

Echols, john M dan Hassa shadily. 2014. Kamus inggris- indonesia, jakarta:
Gramedia pustaka utama.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Grotberg, Edith H. 2003. Resilience For Today: Gaining Strenght From
Adversity. Wesport: praeger publishers.
Hafid, Andi Qadriah. 2016. Pengaruh Pengalaman, Tekanan Ketaatan, Dan
Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment APIP Dengan Etika Auditor
Sebagai Variable Moderasi. Tesis. Falkultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Hasanuddin.
Hasnidar. 2018. Pengaruh Self-Efficacy, Tekanan Ketaatan, Dan Independensi
Auditor Terhadap Audit Judgment Dengan Kompleksitas Tugas Dan Moral
Reasoning Sebagai Variabel Moderasi. Tesis. Falkultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Hasanuddin.
Institut Akuntan Publik Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
PSA No.04 SA Seksi 230. Jakarta 2011.
Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi revisi. Yogyakarta: Andi
Kahneman, Daniel. 2011. On The Psychology of Prediction. United State :
Penguin Books Ltd.
Kamus Kompetensi LOMA. 1998. LOMA’s Competency Dictionart.
Knechel, W.Robert., Gopal V.Krishnan., Mikhail Pevzner., Lori B. Shefchik.,
And Uma Velury, 2012. Audit Quality Indicators : Insight From The
Academic Literature. Working Paper, At University Of Florida, USA.
Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Edisi 3.
Jakarta: Erlangga.
Mangkunegara, Anwar P. 2013. Manajemen sumber daya manusia Peerusahaan.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Mindarti, Ceacilia Sri, Pancawati Hardiningsih, Dan Rachmawati Meita
Oktaviani. 2016. Moral Reasoning Memoderasi Kompetensi Dan
Independensi Terhadap Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIX,
Lampung.
Mustakim. 2017. Pengaruh Obedience Pressure, Kompleksitas Tugas Dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit Internal Dengan Integritas Sebagai
Variabel Moderating. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN
Alauddin.

Mulyadi. 2014. Auditing. Edisi keenam. Jakarta: salemba empat.


Oktaviani,Rachmawati Meita. 2017. Moral Reasoning Memoderasi Kompetensi
Dan Independensi Terhadap Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIX,
Lampung.
Pektra, Stacia Dan Ratnawati Kurnia. 2015. Pengaruh Gender, Kompleksitas
Tugas, Tekanan Ketaatan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment.
Ultima Accounting, 7 (1): 1-20.
100

Pratistha Dan Ni Luh Sari Widhiyani. 2014. Pengaruh Independensi Auditor Dan
Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Proses Audit. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 6 (3) : 419-428.
Robbins, Stephen and Judge, Timothy. 2014. Perilaku Organisasi
(Organizational Behaviour) Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.
Republik Indonesia, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun
2007, tentang “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. tentang “
sistem pengendalian intern pemerintah”.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007,
tentang “Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi
Dan Kabupaten/Kota”.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008, tentang “Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah”.
Rohmanullah, Ido. Helmi Yazid & Imam Abu Hanifah. 2020. Pengaruh Stres
Kerja, Kompetensi, Independensi Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas
Audit Pada Inspektorat Provinsi Banten. Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa, 5
(1) : 21-33.
Rutter, Michael E.D. 2006. Implication Of Resilience Concepts For Scientific
Understanding. New York academic for sciences, 1904:1-12.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Ku antitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumandoyo, Arbi. Auditor BPK Dalam Pusaran Suap Predikat WTP. Diakses
Pada 29 November 2020, Pukul 19.00 WITA Melalui Website
Https://Tirto.Id/Auditor-Bpk-Dalam-Pusaran-Suap-Predikat-Wtp-Cpde.
Syafitri, Yulia. 2016. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas Dan
Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit. Jurnal Lembaga
Keuangan Dan Perbankan 1 (2) : 1-18.
Tuanakotta, Theodorus. M. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditoring. Salemba
Empat: Jakarta.
Turangan, Grace M. Karamoy, Herman. Tinangon, Jantje J. 2015. Faktor - Faktor
Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Inspektorat Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Manado.
Wahyuni, Rizki. 2013. Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme,
Dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit, Skripsi, Falkultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanudin Makasar.
Wibowo. 2013. Manajemen Kerja. Jakarta: Rajawali.
Wirasuasti, Ni Wayan Nistri., Ni Luh Gede Erni Sulindawati Dan Nyoman Trisna
Herawati. 2014. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi
Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah (Studi Empiris Pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli Dan
Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng. E-Journal SI Ak Universitas
Pendidikan Ganesha 2 (1) : 1-12.
101

Yendrawati, Reni. Dan Mukti, Dheane Kurnia. 2015. Pengaruh Gender, Pengalam
Auditor, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Kemampuan Kerja Dan
Pengetahuan Auditor Terhadap Audit Judgment. Jurnal Inovasi Dan
Kewirausahaan, 4 (1) : 1- 8.

L
A
M
P
I
102

R
A
N
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN

SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER

Yth, Bapak/Ibu Responden


di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Strata Satu (S1) pada STIE NOBEL
INDONESIA MAKASSAR, saya bermaksud melakukan penelitian di bidang
audit sektor publik, sebagai berikut:
Nama : Zulfiky Makbul
Nim : 2017222263
Jurusan : Akuntansi
Judul penelitian : Pengaruh Obedience Pressure, Kompetensi,
Kompleksitas Tugas dan Independensi Terhadap
Kualitas Audit Internal (Studi pada Kantor
Inspektorat Kota Makassar).
Demi kelancaran penelitian ini, saya membutuhkan data penelitian melalui
instrument kuesioner. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu responden untuk mengisi kuesioner yang saya lampirkan
dalam surat ini.
Partisipasi Bapak/Ibu responden sangatlah penting bagi kesuksesan peneltian ini.
Data/informasi yang Bapak/Ibu responden berikan akan saya gunakan semata-
mata hanya untuk kepentingan penelitian ini dan akan saya jaga kerahasiaannya.
Demikian surat ini saya sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu responden, saya
ucapkan terimakasih.
Makassar, 21 Desember 2020

Zulfiky Makbul
Peneliti
DATA RESPONDEN

Nama : ………………………...............................

(Pilih salah satu; tandai dengan tanda silang (X))

Umur : <25 26-35 36-45 46-55 >55

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMA D3 S1 S2 S3

Jabatan Fungsional Audit :

Auditor Ahli Pertama Auditor Trampil Pelaksana

Auditor Ahli Muda Auditor Trampil Lanjutan

Auditor Ahli Madya Auditor Trampil Penyelia

Auditor Ahli Utama

Lama Bekerja : <1thn 1-5thn 6-10thn >10thn

Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ceck list (√) pada pernyataan di bawah ini dengan penilaian
Bapak/Ibu, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS)
2= Tidak Setuju (TS)
3= Ragu-Ragu/Netral
4= Setuju (S)
5= Sangat Setuju (SS)
BAGIAN I
Variabel Obedience Pressure (Tekanan Ketaatan)

STS TS N S SS
No Pernyataan
1 2 3 4 5
Auditor tidak ingin mendapatkan          
masalah dengan instansi, jika
auditor tidak memenuhi keinginan
1.
instansi untuk berperilaku
menyimpang dari standar
profesional.
Auditor khawatir akan dipecat,          
jika auditor tidak menuruti atasan
2.
untuk berperilaku menyimpang
dari standar profesional.
Jika auditor dipaksa atasan untuk          
melakukan hal yang bertentangan
dengan standar profesi maka
3.
auditor akan menentangnya dan
memilih untuk keluar dari
pekerjaan
Auditor menaati perintah atasan          
walaupun akan memiliki bebaen
4.
moral karena bertentangan dengan
standar profesional.
Auditor menuruti perintah atasan          
untuk menyimpang dari standar
5.
profesi karena tidak ingin
mendapat masalah dari atasan
Auditor akan menentang dari          
perintah atasan karena secara
6.
moral telah berhasil menegakkan
profesionalisme.
Auditor menaati perintah atasan          
untuk bertentangan dengan standar
7.
profesional karena ingin bekerja
terus diinstansi.

BAGIAN II
Variabel Kompetensi

STS TS N S SS
No Pernyataan
1 2 3 4 5
Dalam melakukan pemeriksaan          
auditor memiliki kemampuan
teknis yang memadai dalam
1
bidang audit, sehingga laporan
hasil audit memiliki kualitas yang
baik
Seorang Auditor harus dapat          
mendeteksi kesalahan pada data
2 yang diberikan auditan baik
laporan keuangan maupun bukti-
bukti yang terkait
Seorang Auditor dalam          
melaksanakan tugas audit harus
3
memiliki pengetahuan audit baik
audit umum dan audit khusus
Auditor memiliki pengetahuan          
4 secara umum tentang objek
pemeriksaan
Auditor yang memiliki banyak          
pengalaman dalam mengaudit
dengan berbagai macam
5
pemeriksaan dan temuan, akan
lebih baik dalam pengambilan
keputusan
Pelatihan dan sertifikasi          
6 merupakan salah satu cara
menambah keterampilan kerja
Dalam melihat laporan keuangan          
auditan, auditor berpedoman pada
7 fakta yang diberikan oleh auditan
dan fakta yang diverifikasi oleh
auditor
Dalam menjalankan tugas, sebagai
auditor selalu melakukan
8 perbandingan antara input dan
output yang dikaitkan dengan
         
standar kinerja atau target yang
telah diterapkan
Dalam menjalankan tugas, sebagai
auditor dapat menghasilkan
laporan yang memungkinkan
9 pihak yang berkepentingan atas
laporan audit dapat
mengimplementasikan kebijakan
dan tujuannya          
Sebagai seorang Auditor harus
selalu patuh dalam menjalankan
10
tugas sebagai auditor sesuai
dengan Standar Audit APIP          
Dapat mengesampingkan
kepatuhan terhadap Standar Audit
11 APIP jika dalam kondisi yang
terancam keputusan oleh
manajerial ataupun pimpinan          

BAGIAN III
Variabel Kompleksitas Tugas
No STS TS N S SS
Pernyataan
1 2 3 4 5
1 Selalu jelas bagi auditor tugas mana          
yang jadi prioritas untuk dikerjakan.
2 Auditor merasa mengalami          
kesulitan apabila tugas yang auditor
akan kerjakan memiliki sedikit
informasi.
3 Auditor sulit menyelesaikan tugas,          
karena informasi yang didapatkan
sangat tidak jelas.
4 Auditor merasa tidak mampu untuk          
menyelesaikan tugas yang memiliki
tingkat kesulitan diatas kemampuan
auditor.
5 Auditor akan mengalami stress          
ketika kesulitan tugas yang auditor
kerjakan tidak sesuai dengan
kemampuan auditor.

BAGIAN IV
Variabel Independensi

STS TS N S SS
No Pernyataan
1 2 3 4 5
Penyusunan program audit bebas          
dari campur tangan pimpinan
(inspektur) untuk menentukan,
1
mengeliminasi atau memodifikasi
bagianbagian tertentu yang
diperiksa.
Penyusunan program audit dapat          
dipengaruhi oleh hubungan
2 kekerabatan tertentu baik oleh
sesama auditor maupun dengan
auditan
Laporan yang dihasilkan oleh          
3 auditor dapat dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan oleh
auditan
Penyusunan program audit yang
dilaksanakan dan dibuat oleh
4
auditor bebas dari kepentingan
pihak lain          
Dalam kegiatan pemeriksaan,
mengumpulkan fakta maupun
5
pendapat dapat diintervensi oleh
pihak yang berkepentingan          
Dalam tugas audit seorang auditor
bebas memberikan pendapat, bebas
6
dalam hal ini bebas dari campur
tangan auditan dan pimpinan          
Pendapat yang diberikan auditor
didasarkan pada fakta dan data yang
7 ada dan auditor berhak
memverifikasi fakta dan data yang
diberikan oleh auditan          
Dalam melaksanakan tugas audit
harus menghindari keadaan atau
8 tindakan yang dapat menyebabkan
pihak luar meragukan sikap
independensi yang dimiliki          
Dalam melaksanakan tugas, auditor
harus menjaga diri dari kehilangan
9
persepsi independensi dari semua
pihak yang berkepentingan          
Dalam melaksanakan tugas audit,
10 seorang auditor hanya berkewajiban
jujur kepada auditannya          
BAGIAN IV
Variabel Kualitas Audit Internal

STS TS N S SS
No Pernyataan
1 2 3 4 5
Saya dapat menemukan sekecil          
apapun kesalahan/penyimpangan
1
yang ada di laporan keuangan yang
saya audit
Saya tidak pernah melakukan          
2 rekayasa. Temuan apapun saya
laporkan apa adanya
Saya selalu bersikap hati-hati dan          
3 profesional dalam melakukan tugas
audit
Saya percaya pada informasi auditan,          
4 saya tidak akan menemukan
kesalahan/penyimpangan
Hasil audit saya berisi informasi yang          
5
relevan
Laporan hasil audit saya dapat          
6
dipahami oleh auditan
Audit yang saya lakukan akan dapat          
menurunkan tingkat
7
kesalahan/penyimpangan yang selama
ini terjadi
Rekomendasi yang saya berikan dapat          
8 memperbaiki
kesalahan/penyimpangan yang ada
Hasil audit saya dapat ditindaklanjuti          
9
oleh auditan
Laporan hasil pemeriksaan memuat          
temuan dan simpulan hasil
10
pemeriksaan secara obyektif, serta
rekomendasi yang konstruktif

Lampiran 2: Hasil Jawaban Responden


Obedience pressure (X1)

Obedience Pressure
Resp. Total
X1. 1 X1. 2 X1. 3 X1. 4 X1. 5 X1. 6 X1. 7
1 4 5 5 5 5 5 5 34
2 3 3 3 3 3 3 3 21
3 5 5 5 5 4 5 5 34
4 5 3 3 3 3 3 4 24
5 5 5 4 5 5 3 5 32
6 4 4 4 5 5 3 5 30
7 3 4 4 3 4 4 4 26
8 5 5 4 3 4 3 4 28
9 4 4 4 4 4 4 4 28
10 4 4 4 4 4 4 4 28
11 5 4 4 4 4 4 4 29
12 4 5 5 5 5 5 5 34
13 4 4 4 4 4 4 4 28
14 4 5 4 5 4 4 4 30
15 4 4 3 4 4 4 4 27
16 4 4 4 4 4 4 4 28
17 3 4 3 4 4 5 4 27
18 5 5 5 5 5 5 5 35
19 4 4 3 4 4 4 3 26
20 3 4 3 3 4 3 3 23
21 5 5 4 4 5 4 4 31
22 4 4 3 4 4 4 4 27
23 4 4 4 4 4 5 4 29
24 3 3 4 4 3 4 3 24
25 4 3 4 4 4 5 4 28
26 4 4 4 4 4 5 5 30
27 3 4 4 4 4 4 4 27
28 4 4 4 4 4 4 4 28
29 4 4 4 4 4 4 4 28
30 4 4 3 4 4 3 4 26
31 4 4 4 4 3 4 3 26
32 4 5 4 4 5 4 4 30
33 4 4 3 4 4 4 3 26

KOMPETENSI (X2)
Resp. Kompetensi Total
X2
X2 X2. X2. X2 X2. X2. X2 X2. X2. X2.
.
.1 2 3 .4 5 6 .7 8 9 11
10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
2 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 51
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 54
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
5 5 4 5 5 4 5 3 4 4 5 4 48
6 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 45
7 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 50
8 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 49
9 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
13 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 44
14 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 44
15 4 4 4 4 5 5 4 4 5 3 3 45
16 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 53
17 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 52
18 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 3 50
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43
22 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 48
23 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 49
24 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 50
25 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 48
26 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 48
27 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 48
28 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 48
29 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
30 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 46
31 5 4 4 5 5 5 3 4 4 5 4 48
32 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 50
33 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 48

KOMPLEKSITAS TUGAS (X3)

Resp. KompleksitasTugas Total


X3. 1 X3. 2 X3. 3 X3. 4 X3. 5
1 4 4 4 4 4 20
2 5 3 3 3 3 17
3 5 5 5 4 4 23
4 5 5 5 3 3 21
5 4 4 4 3 4 19
6 4 4 4 5 4 21
7 5 4 4 4 4 21
8 4 4 4 4 3 19
9 4 4 4 3 3 18
10 5 5 5 5 5 25
11 4 4 4 4 4 20
12 4 4 4 4 4 20
13 4 4 4 4 4 20
14 4 4 4 4 4 20
15 4 4 3 4 4 19
16 4 4 4 4 4 20
17 3 4 3 4 4 18
18 5 5 5 5 5 25
19 4 4 3 4 4 19
20 3 4 3 3 4 17
21 5 5 4 4 5 23
22 4 4 3 4 4 19
23 4 4 4 4 4 20
24 3 3 4 4 3 17
25 4 3 4 4 4 19
26 4 4 4 4 4 20
27 3 4 4 4 4 19
28 4 4 4 4 4 20
29 4 4 4 4 4 20
30 4 4 3 4 4 19
31 4 4 4 4 3 19
32 5 4 4 5 4 22
33 4 4 3 4 4 19

INDEPENDENSI (X4)

Independensi
Resp. X4. X4. X4. X4 X4. X4. X4. X4. X4 X4. Total
1 2 3 .4 5 6 7 8 .9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
2 4 5 5 4 3 4 5 4 4 3 41
3 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 47
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
5 4 5 3 5 5 4 4 4 4 3 41
6 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 37
7 3 4 5 5 3 5 5 5 5 4 44
8 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4 44
9 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
13 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
15 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 41
16 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 38
17 5 3 5 5 4 5 5 5 4 3 44
18 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 47
19 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 42
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
23 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 43
24 5 4 5 4 4 4 4 5 4 3 42
25 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 48
26 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 45
27 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 46
28 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 43
29 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 46
30 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
31 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 43
32 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 44
33 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 44

KUALITAS AUDIT INTERNAL (Y)

Kualitas Audit Internal


Resp. X5. X5. X5. X5. X5. X5 X5. X5. X5. X5. Total
1 2 3 4 5 .6 7 8 9 10
1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
2 3 4 5 5 3 3 3 3 3 3 35
3 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 47
4 3 5 5 3 4 4 3 4 4 5 40
5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39
6 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 35
7 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43
8 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 46
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
10 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
16 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 36
17 5 4 5 3 4 4 5 5 4 4 43
18 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 48
19 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 40
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
21 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 48
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
23 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 42
24 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 43
25 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49
26 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 48
27 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 43
28 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44
29 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 45
30 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
31 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 41
32 5 4 4 4 4 5 4 4 3 5 42
33 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 42

Lampiran 3: Hasil Data Responden

Statistics
Umur JenisKelmin Pendidikanterak Jabatan Masakerja
hir

Valid 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<25 3 9.1 9.1 9.1

25-35 14 42.4 42.4 51.5

36-45 13 39.4 39.4 90.9


Valid
46-55 2 6.1 6.1 97.0

>55 1 3.0 3.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 15 45.5 45.5 45.5

Valid Perempuan 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pendidikanterakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

S1 24 72.7 72.7 72.7

S2 8 24.2 24.2 97.0


Valid
S3 1 3.0 3.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

Jabatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Auditor ahli pertama 7 21.2 21.2 21.2

Auditor ahli muda 22 66.7 66.7 87.9


Valid
Auditor ahli madya 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Masakerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1-5 6 18.2 18.2 18.2

6-10 11 33.3 33.3 51.5


Valid
>10 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Lampiran 4: Hasil Statistik Deskriptif


Obedience Pressure (X1)

Statistics

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7

Valid 33 33 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 4.03 4.15 3.85 4.06 4.09 4.03 4.03
Minimum 3 3 3 3 3 3 3
Maximum 5 5 5 5 5 5 5
Sum 133 137 127 134 135 133 133

X1.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
NETRAL 6 18.2 18.2 18.2

SETUJU 20 60.6 60.6 78.8


Valid
SANGAT SETUJU 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X1.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 4 12.1 12.1 12.1

SETUJU 20 60.6 60.6 72.7


Valid
SANGAT SETUJU 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

X1.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 9 27.3 27.3 27.3

SETUJU 20 60.6 60.6 87.9


Valid
SANGAT SETUJU 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

X1.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 5 15.2 15.2 15.2

SETUJU 21 63.6 63.6 78.8


Valid
SANGAT SETUJU 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X1.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
NETRAL 4 12.1 12.1 12.1

SETUJU 22 66.7 66.7 78.8


Valid
SANGAT SETUJU 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X1.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 7 21.2 21.2 21.2

SETUJU 18 54.5 54.5 75.8


Valid
SANGAT SETUJU 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X1.7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 6 18.2 18.2 18.2

SETUJU 20 60.6 60.6 78.8


Valid
SANGAT SETUJU 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kompetensi (X2)

Statistics
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11

Valid 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 4.45 4.30 4.55 4.52 4.42 4.67 4.33 4.36 4.30 4.52 4.00

Minimum 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3

Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Sum 147 142 150 149 146 154 143 144 142 149 132

X2.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 18 54.5 54.5 54.5

Valid SANGAT SETUJU 15 45.5 45.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
SETUJU 23 69.7 69.7 69.7

Valid SANGAT SETUJU 10 30.3 30.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 15 45.5 45.5 45.5

Valid SANGAT SETUJU 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

SETUJU 16 48.5 48.5 48.5

Valid SANGAT SETUJU 17 51.5 51.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 17 51.5 51.5 54.5


Valid
SANGAT SETUJU 15 45.5 45.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 11 33.3 33.3 33.3

Valid SANGAT SETUJU 22 66.7 66.7 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 3 9.1 9.1 9.1

SETUJU 16 48.5 48.5 57.6


Valid
SANGAT SETUJU 14 42.4 42.4 100.0

Total 33 100.0 100.0


X2.8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 21 63.6 63.6 63.6

Valid SANGAT SETUJU 12 36.4 36.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 23 69.7 69.7 69.7

Valid SANGAT SETUJU 10 30.3 30.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 14 42.4 42.4 45.5


Valid
SANGAT SETUJU 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X2.11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 7 21.2 21.2 21.2

SETUJU 19 57.6 57.6 78.8


Valid
SANGAT SETUJU 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0


Kompleksitas tugas (X3)

Statistics

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5

Valid 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 4.12 4.06 3.88 3.97 3.91
Minimum 3 3 3 3 3
Maximum 5 5 5 5 5
Sum 136 134 128 131 129

X3.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 4 12.1 12.1 12.1

SETUJU 21 63.6 63.6 75.8


Valid
SANGAT SETUJU 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X3.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 3 9.1 9.1 9.1

SETUJU 25 75.8 75.8 84.8


Valid
SANGAT SETUJU 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X3.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 8 24.2 24.2 24.2

SETUJU 21 63.6 63.6 87.9


Valid
SANGAT SETUJU 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

X3.4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

NETRAL 5 15.2 15.2 15.2

SETUJU 24 72.7 72.7 87.9


Valid
SANGAT SETUJU 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

X3.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 6 18.2 18.2 18.2

SETUJU 24 72.7 72.7 90.9


Valid
SANGAT SETUJU 3 9.1 9.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Independensi (X4)

Statistics

X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X4.8 X4.9 X4.10

Valid 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 4.24 4.21 4.42 4.48 4.18 4.45 4.42 4.39 4.27 3.88

Minimum 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3

Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Sum 140 139 146 148 138 147 146 145 141 128

X4.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 5 15.2 15.2 15.2

SETUJU 15 45.5 45.5 60.6


Valid
SANGAT SETUJU 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0


X4.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 24 72.7 72.7 75.8


Valid
SANGAT SETUJU 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 2 6.1 6.1 6.1

SETUJU 15 45.5 45.5 51.5


Valid
SANGAT SETUJU 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 17 51.5 51.5 51.5

Valid SANGAT SETUJU 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid NETRAL 2 6.1 6.1 6.1

SETUJU 23 69.7 69.7 75.8

SANGAT SETUJU 8 24.2 24.2 100.0


Total 33 100.0 100.0

X4.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 16 48.5 48.5 51.5


Valid
SANGAT SETUJU 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 19 57.6 57.6 57.6

Valid SANGAT SETUJU 14 42.4 42.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SETUJU 20 60.6 60.6 60.6


Valid SANGAT SETUJU 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 22 66.7 66.7 69.7


Valid
SANGAT SETUJU 10 30.3 30.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

X4.10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
NETRAL 8 24.2 24.2 24.2

SETUJU 21 63.6 63.6 87.9


Valid
SANGAT SETUJU 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0


Kualitas Audit Internal (Y)

Statistics

Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 Y.9 Y.10

Valid 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 4.15 4.24 4.39 4.00 4.21 4.18 4.15 4.21 4.15 4.36

Minimum 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Sum 137 140 145 132 139 138 137 139 137 144

Y.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 5 15.2 15.2 15.2

SETUJU 18 54.5 54.5 69.7


Valid
SANGAT SETUJU 10 30.3 30.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 23 69.7 69.7 72.7


Valid
SANGAT SETUJU 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

SETUJU 20 60.6 60.6 60.6

Valid SANGAT SETUJU 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 7 21.2 21.2 21.2

SETUJU 19 57.6 57.6 78.8


Valid
SANGAT SETUJU 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 24 72.7 72.7 75.8


Valid
SANGAT SETUJU 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 2 6.1 6.1 6.1

SETUJU 23 69.7 69.7 75.8


Valid
SANGAT SETUJU 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid NETRAL 4 12.1 12.1 12.1


SETUJU 20 60.6 60.6 72.7

SANGAT SETUJU 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 2 6.1 6.1 6.1

SETUJU 22 66.7 66.7 72.7


Valid
SANGAT SETUJU 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 4 12.1 12.1 12.1

SETUJU 20 60.6 60.6 72.7


Valid
SANGAT SETUJU 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Y.10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

NETRAL 1 3.0 3.0 3.0

SETUJU 19 57.6 57.6 60.6


Valid
SANGAT SETUJU 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0


Lampiran 4: Hasil Uji Kualitas Data

Obedience pressure (X1)

Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 Obedience


Pressure

Pearson Correlation 1 .464 **


.329 .317 .331 -.002 .460 **
.564**

X1.1 Sig. (2-tailed) .007 .061 .072 .060 .990 .007 .001

N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .464 **
1 .552 **
.555 **
.746 **
.210 .543 **
.786**
X1.2 Sig. (2-tailed) .007 .001 .001 .000 .240 .001 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .329 .552 **
1 .606 **
.476 **
.528 **
.647 **
.808**
X1.3 Sig. (2-tailed) .061 .001 .000 .005 .002 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .317 .555 **
.606 **
1 .604 **
.445 **
.640 **
.809**
X1.4 Sig. (2-tailed) .072 .001 .000 .000 .009 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .331 .746 **
.476 **
.604 **
1 .230 .671 **
.780**
X1.5 Sig. (2-tailed) .060 .000 .005 .000 .199 .000 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation -.002 .210 .528 **
.445 **
.230 1 .357 *
.553**
X1.6 Sig. (2-tailed) .990 .240 .002 .009 .199 .042 .001
N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .460 **
.543 **
.647 **
.640 **
.671 **
.357 *
1 .839**
X1.7 Sig. (2-tailed) .007 .001 .000 .000 .000 .042 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .564 **
.786 **
.808 **
.809 **
.780 **
.553 **
.839 **
1
Obedience
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000
Pressure
N 33 33 33 33 33 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.854 7

KOMPETENSI (X2)

Correlations

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 Kompetensi

Pearson
1 .457** .467** .520** .401* .387* .191 .196 .325 .358* .187 .626**
Correlation
X2.1
Sig. (2-tailed) .007 .006 .002 .021 .026 .286 .276 .065 .041 .298 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.457** 1 .470** .376* .449** .326 .484** .324 .283 .337 .101 .644**
Correlation
X2.2
Sig. (2-tailed) .007 .006 .031 .009 .064 .004 .066 .111 .055 .575 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.467** .470** 1 .332 .150 .258 .574** .184 .337 .189 .280 .605**
Correlation
X2.3
Sig. (2-tailed) .006 .006 .059 .404 .147 .000 .305 .055 .293 .114 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.520** .376* .332 1 .416* .600** .223 .481** .244 .679** .186 .709**
Correlation
X2.4
Sig. (2-tailed) .002 .031 .059 .016 .000 .213 .005 .171 .000 .300 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X2.5 Pearson
.401* .449** .150 .416* 1 .310 .201 .218 .329 .176 .000 .511**
Correlation
Sig. (2-tailed) .021 .009 .404 .016 .079 .261 .223 .061 .327 1.000 .002

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X2.6 Pearson .387* .326 .258 .600** .310 1 .371* .535** .466** .423* .296 .697**
Correlation
Sig. (2-tailed) .026 .064 .147 .000 .079 .034 .001 .006 .014 .094 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.191 .484** .574** .223 .201 .371* 1 .496** .588** .114 .366* .669**
Correlation
X2.7
Sig. (2-tailed) .286 .004 .000 .213 .261 .034 .003 .000 .527 .036 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.196 .324 .184 .481** .218 .535** .496** 1 .461** .545** .484** .704**
Correlation
X2.8
Sig. (2-tailed) .276 .066 .305 .005 .223 .001 .003 .007 .001 .004 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.325 .283 .337 .244 .329 .466** .588** .461** 1 .219 .506** .680**
Correlation
X2.9
Sig. (2-tailed) .065 .111 .055 .171 .061 .006 .000 .007 .221 .003 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.358* .337 .189 .679** .176 .423* .114 .545** .219 1 .334 .621**
Correlation
X2.10
Sig. (2-tailed) .041 .055 .293 .000 .327 .014 .527 .001 .221 .057 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.187 .101 .280 .186 .000 .296 .366* .484** .506** .334 1 .559**
Correlation
X2.11
Sig. (2-tailed) .298 .575 .114 .300 1.000 .094 .036 .004 .003 .057 .001

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson
.626** .644** .605** .709** .511** .697** .669** .704** .680** .621** .559** 1
Correlation
Kompe
tensi Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .001

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.848 11
KOMPLEKSITAS TUGAS (X3)

Correlations

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Kompleksitas


Tugas

Pearson
1 .499** .476** .209 .236 .706**
Correlation
X3.1
Sig. (2-tailed) .003 .005 .244 .187 .000

N 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .499 **
1 .550 **
.245 .504 **
.785**
X3.2 Sig. (2-tailed) .003 .001 .169 .003 .000
N 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .476 **
.550 **
1 .283 .163 .720**
X3.3 Sig. (2-tailed) .005 .001 .110 .364 .000
N 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .209 .245 .283 1 .555 **
.639**
X3.4 Sig. (2-tailed) .244 .169 .110 .001 .000
N 33 33 33 33 33 33
Pearson Correlation .236 .504 **
.163 .555 **
1 .675**
X3.5 Sig. (2-tailed) .187 .003 .364 .001 .000
N 33 33 33 33 33 33
Kompleksi Pearson Correlation .706 .785 .720 .639 .675 1
** ** ** ** **

tas Tugas Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.743 5

INDEPENDENSI (X4)

Correlations

X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X4.8 X4.9 X4.10 Independensi

X4.1 Pearson Correlation 1 .210 .475** .271 .213 .419* .317 .431* .497** .218 .674**
Sig. (2-tailed) .242 .005 .127 .234 .015 .072 .012 .003 .222 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .210 1 .003 .331 .333 -.021 .004 .161 .386* .199 .392*

X4.2 Sig. (2-tailed) .242 .986 .060 .058 .909 .983 .369 .027 .268 .024

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .475** .003 1 .322 -.149 .509** .513** .357* .510** .314 .634**

X4.3 Sig. (2-tailed) .005 .986 .067 .408 .003 .002 .041 .002 .075 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .271 .331 .322 1 .244 .516** .517** .583** .552** .199 .697**

X4.4 Sig. (2-tailed) .127 .060 .067 .171 .002 .002 .000 .001 .267 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .213 .333 -.149 .244 1 .344 .054 .195 .271 .171 .411*

X4.5 Sig. (2-tailed) .234 .058 .408 .171 .050 .767 .276 .127 .343 .018

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .419* -.021 .509** .516** .344 1 .622** .568** .633** .168 .754**

X4.6 Sig. (2-tailed) .015 .909 .003 .002 .050 .000 .001 .000 .350 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .317 .004 .513** .517** .054 .622** 1 .563** .504** .176 .668**

X4.7 Sig. (2-tailed) .072 .983 .002 .002 .767 .000 .001 .003 .327 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .431* .161 .357* .583** .195 .568** .563** 1 .543** .270 .730**

X4.8 Sig. (2-tailed) .012 .369 .041 .000 .276 .001 .001 .001 .128 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .497** .386* .510** .552** .271 .633** .504** .543** 1 .412* .837**

X4.9 Sig. (2-tailed) .003 .027 .002 .001 .127 .000 .003 .001 .017 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

X4.10 Pearson Correlation .218 .199 .314 .199 .171 .168 .176 .270 .412* 1 .506**
Sig. (2-tailed) .222 .268 .075 .267 .343 .350 .327 .128 .017 .003

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .674** .392* .634** .697** .411* .754** .668** .730** .837** .506** 1
Indepe
Sig. (2-tailed) .000 .024 .000 .000 .018 .000 .000 .000 .000 .003
ndensi
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.828 10

KUALITAS AUDIT INTERNAL (Y)

Correlations

Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 Y.9 Y.10 Kualitas
Audit
Internal

Pearson Correlation 1 .167 .003 .354* .284 .452** .624** .338 .094 .272 .554**

Y.1 Sig. (2-tailed) .353 .987 .043 .109 .008 .000 .054 .602 .126 .001

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .167 1 .734** .377* .553** .654** .482** .491** .583** .464** .782**

Y.2 Sig. (2-tailed) .353 .000 .031 .001 .000 .005 .004 .000 .007 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .003 .734** 1 .190 .291 .315 .309 .374* .410* .261 .541**

Y.3 Sig. (2-tailed) .987 .000 .288 .100 .074 .081 .032 .018 .143 .001

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Y.4 Pearson Correlation .354* .377* .190 1 .195 .179 .306 .087 .153 .086 .452**

Sig. (2-tailed) .043 .031 .288 .277 .319 .084 .632 .396 .634 .008
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .284 .553** .291 .195 1 .578** .619** .534** .515** .406* .710**

Y.5 Sig. (2-tailed) .109 .001 .100 .277 .000 .000 .001 .002 .019 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .452** .654** .315 .179 .578** 1 .679** .622** .487** .628** .807**

Y.6 Sig. (2-tailed) .008 .000 .074 .319 .000 .000 .000 .004 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .624** .482** .309 .306 .619** .679** 1 .736** .510** .385* .833**

Y.7 Sig. (2-tailed) .000 .005 .081 .084 .000 .000 .000 .002 .027 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .338 .491** .374* .087 .534** .622** .736** 1 .643** .674** .795**

Y.8 Sig. (2-tailed) .054 .004 .032 .632 .001 .000 .000 .000 .000 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .094 .583** .410* .153 .515** .487** .510** .643** 1 .569** .715**

Y.9 Sig. (2-tailed) .602 .000 .018 .396 .002 .004 .002 .000 .001 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation .272 .464** .261 .086 .406* .628** .385* .674** .569** 1 .682**

Y.10 Sig. (2-tailed) .126 .007 .143 .634 .019 .000 .027 .000 .001 .000

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Kuali Pearson Correlation .554** .782** .541** .452** .710** .807** .833** .795** .715** .682** 1
tas
Audit Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .008 .000 .000 .000 .000 .000 .000

Inter
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
nal

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
.869 10
Lampiran 5: Hasil Analisis Regresi

Variables Entered/Removeda

Model Variables Variables Method


Entered Removed

Independensi,
Obedience
Pressure,
1 . Enter
Kompetensi,
Kompleksitas
Tugasb

a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal


b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 .848a .719 .679 2.188

a. Predictors: (Constant), Independensi, Obedience Pressure,


Kompetensi, Kompleksitas Tugas
b. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 343.822 4 85.956 17.953 .000b

1 Residual 134.056 28 4.788

Total 477.879 32

a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal


b. Predictors: (Constant), Independensi, Obedience Pressure, Kompetensi, Kompleksitas Tugas
Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) .406 7.826 .052 .959

Obedience Pressure .406 .154 .336 2.632 .014 .613 1.631

1 Kompetensi -.055 .117 -.053 -.470 .642 .796 1.256

Kompleksitas Tugas -.367 .267 -.184 -1.372 .181 .559 1.789

Independensi .934 .126 .843 7.438 .000 .780 1.282

a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal

Collinearity Diagnosticsa

Model Dime Eigenvalue Condition Index Variance Proportions


nsion (Constant) Obedience Kompete Kompleksitas Indepen
Pressure nsi Tugas densi

1 4.976 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

2 .014 18.734 .00 .22 .11 .05 .03

1 3 .005 32.179 .02 .36 .15 .28 .32

4 .003 39.852 .03 .34 .07 .57 .66

5 .002 53.601 .95 .08 .67 .10 .00


a. Dependent Variable: Kualitas Audit Internal

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 36.99 48.56 42.06 3.278 33


Std. Predicted Value -1.546 1.981 .000 1.000 33
Standard Error of Predicted
.388 1.562 .808 .274 33
Value
Adjusted Predicted Value 36.20 48.75 42.10 3.412 33
Residual -6.158 3.327 .000 2.047 33
Std. Residual -2.814 1.521 .000 .935 33
Stud. Residual -3.355 1.569 -.008 1.047 33
Deleted Residual -8.752 3.544 -.035 2.585 33
Stud. Deleted Residual -4.261 1.614 -.037 1.152 33
Mahal. Distance .034 15.336 3.879 3.306 33
Cook's Distance .000 .948 .058 .165 33
Centered Leverage Value .001 .479 .121 .103 33

Anda mungkin juga menyukai