Anda di halaman 1dari 2

TUGAS FORMATIF KULIAH FILSAFAT

Pengantar Hukum Kedokteran

Nama/NPM/Prodi : Felix Kurniawan/2206143583/Orthopaedi dan Traumatologi


Narasumber : Prof. Dr. dr. Herkutanto, Sp.F(K), S.H., LLM, FACLM

Profesionalisme adalah kualitas yang baik berupa keterampilan, kemampuan,


prosedur dan hal-hal lain yang harus dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme
sendiri berasal dari kata profesi artinya memerlukan keahlian khusus.
Ada berbagai kesalahpahaman tentang profesionalisme. Profesionalisme bukan hanya
sertifikat yang menunjukkan bahwa seseorang telah menerima pelatihan dalam keterampilan
tertentu. Profesionalisme juga bukan “kualifikasi” yang diperoleh melalui pengalaman, bukan
pula keistimewaan masyarakat, karena karya ini sudah lama dikenal kecemerlangannya,
sehingga ada kepercayaan yang melekat di masyarakat.
Memiliki kualifikasi pendidikan tertentu saja tidak cukup untuk mengatakan
seseorang memiliki kemampuan profesional. Selain kemampuan untuk mempraktekkan
profesi, juga harus memiliki komponen perilaku. Bagian-bagian ini juga harus lulus tinjauan
Dewan. Mendapatkan ujian dewan tidak berarti orang tersebut memiliki hak istimewa
profesional permanen, karena hak istimewa tersebut dapat dicabut tergantung pada
konsekuensi tindakannya.Pada dasarnya, perguruan tinggi dan organisasi profesional pada
dasarnya berbeda.
Kolegium adalah komunitas atau institusi yang terdiri dari kelompok-kelompok dari
profesi yang sama. Perguruan tinggi ini memiliki tujuan yang sama, biasanya peningkatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan atau pendidikan. Asosiasi profesional adalah asosiasi,
biasanya organisasi nirlaba, yang dibentuk untuk profesi tertentu dan bertujuan untuk
melindungi kepentingan publik dan profesional. Dibandingkan dengan perkembangan ilmu
atau pendidikan, organisasi profesi lebih mementingkan pelaksanaan pendidikan dan standar
etika dalam profesinya. Untuk memastikan bahwa anggota organisasi ini terstandarisasi,
sertifikat sering diberikan untuk setiap pelatihan yang diberikan.
Seorang dokter spesialis secara otomatis memiliki hak klinis di rumah sakit tempatnya
bekerja. Sebab, hak klinis dokter spesialis Indonesia diberikan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) atau lembaga kesehatan (fasyankes). Keistimewaan klinis yang dimaksud
adalah Surat Izin Praktek (SIP) yang dapat diperoleh jika dokter memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR), tempat praktik, dan rekomendasi dari organisasi profesi.
Dalam hal terjadi tindakan disiplin profesi, KKI memutuskan pencabutan izin STR
dokter tersebut untuk jangka waktu tertentu. Karena STR ditolak, semua SIP di ruang dokter
tidak valid. Sistem kesehatan menerapkan SIP. Setelah itu, Fasjank berhenti bekerja sebagai
dokter. Kemudian organisasi profesi menyelenggarakan pelatihan bagi para anggotanya.
Setelah klarifikasi dan koreksi anggota, KKI memutuskan pemulihan STR dan SIP diaktifkan
kembali setelah proses sebelumnya oleh dinas kesehatan dan fasilitas kesehatan. Hal ini ada
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Informed consent dapat dijadikan dasar gugatan terhadap dokter, karena menurut
Undang-Undang Rumah Sakit, pasien berhak mendapatkan informasi tentang segala hal yang
mempengaruhi pelayanannya:Aturan dan peraturan rumah sakit, informasi tentang hak dan
kewajiban, penerimaan atau penolakan tindakan oleh staf medis dan lain-lain. Jika ada
informasi yang tidak disebutkan oleh dokter, ini bisa menjadi peluang bagi pasien untuk
menggugat.

Anda mungkin juga menyukai